analisis struktur pasar dan kinerja industri …/analisis... · a. konsentrasi dan struktur pasar...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH
NO.10 TAHUN 1998)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
FIRDAUS ROSYIDI
F. 0104061
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
2
Skripsi dengan judul :
ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH NO.10 TAHUN
1998)
Surakarta, 22 Desember 2009 Disetujui dan diterima oleh: Pembimbing, (Drs. Akhmad Daerobi. Msi) NIP. 19570804 19861 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
3
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas
dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Surakarta, Desember 2009
Tim Penguji Skripsi
1. Izza Mafruhah, SE, Msi Ketua ( ) NIP. 197203232 00212 2 001 2. Drs, Akhmad Daerobi, Msi Pembimbing ( )
NIP. 19570804 19861 1 001 3. Dra.Nunung SM Anggota ( ) NIP. 195808051 98601 2 001
MOTTO
4
Hai Orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan
sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.
(QS. Al-Baqarah :153)
Dia berikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa
yang di kehendaki-Nya. Barang siapa mendapatkan hikmah
itu, sesungguhnya dia mendapatkan kebajikan yang
banyak; dan tidaklah menerima peringatan, melainkan
orang-orang yang berakal
(QS. Al-Baqarah:169)
PERSEMBAHAN
5
Karya ini penulis persembahkan untuk :
Allah SWT atas limpahan
rahmat & karunia-Nya.
dan dihadiahkan kepada :
Ayah dan Bunda tercinta yang
telah dengan sabar
memberikan limpahan kasih
sayang dan dorongan,
bimbingan serta do’a restunya,
baik moril maupun materiil
selama peneliti menuntut ilmu
Kakak, yang sangat peneliti
sayangi dan senantiasa
memberikan semangat kepada
peneliti.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
6
skripsi ini dengan judul “Analisis Struktur Pasar dan Kinerja Industri
Perbankan Syariah di Indonesia (Setelah Undang-undang Perbankan Syariah
No.10 Ttahun 1998) Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam
pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan
dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih
kepada :
1. Drs. Akhmad Daerobi, Msi selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan
memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak
langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas
Ekonomi UNS.
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
4. Dra. Izza Mafruhah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Tim penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
7
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
7. Bank Indonesia cabang Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam
mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
8. Keluarga yang senantiasa mendukung, memberi dorongan, semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materiil, juga lantunan do’a yang
tiada henti-hentinya.
9. Keluarga dan saudara-saudara di Solo yang juga telah memberikan dorongan,
do”a dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya
kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.
Ibarat pribahasa tiada gading yang tak retak, begitu pula skripsi ini masih
memerlukan tanggapan, saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini bisa
memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Saran serta kritik akan penulis
terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.
8
Surakarta, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
9
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
.......................................................................................................
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
II. TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Pasar dan Industri .......................................................... 9
B. Teori Organisasi Industri ................................................................ 10
1. Ruang Lingkup Organisasi Industri ............................................ 10
2. Struktur Pasar............................................................................. 11
3. Konsentrasi Industri ................................................................... 17
4. Kinerja Industri .......................................................................... 23
5. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri ............................ 24
C. Lembaga Keuangan Bank ............................................................... 25
1. Pengertian Bank dan Lembaga Keuangan ................................... 26
2. Fungsi Bank ............................................................................... 26
3. Jenis dan Kegiatan Bank ............................................................ 28
4. Penilaian Kesehatan Bank .......................................................... 31
5. Penggabungan Usaha Bank ....................................................... 34
D. PenelitianTerdahulu ........................................................................ 36
E. Kerangka Teoritis ........................................................................... 38
F. Hipotesis ........................................................................................ 40
III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 41
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 42
C. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 43
10
D. Metode Analisis Data ..................................................................... 45
1. Struktur Pasar Industri Perbankan Syariah ................................. 45
2. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri ............................ 47
3. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah.............. 52
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perkembangan Industri Perbankan Syariah di
Indonesia ........................................................................................ 60
1. Tujuan Pengembangan Perbankan Syariah ................................ 64
2. Hukum Perbankan dalam Islam .................................................. 65
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data .................................................. 76
1. Analisis Konsentrasi dan Struktur Pasar Kelompok Industri
Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2004 - 2007 ................... 74
..................................................................................................
a. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2004 . 75
b. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2005 .. 77
c. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2006 .. 79
d. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun 2007 .. 81
2. Analisis Korelasi Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Perbankan
Syariah di Indonesia Tahun 2001 - 2002.................................... 90
a. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3)
dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................ 90
b. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3)
dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) ............................ 93
c. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3)
dengan Return on Assets (ROA) ........................................... 96
3. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah dari tahun
2001 - 2007 ................................................................................ 100
a. Paired Sample t Test............................................................. 101
b. Wilcoxon Signed Rank Test................................................... 109
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 119
11
B. Saran .............................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL
1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ....................................................... 5
4.1 Fatwa mengenai produk – roduk perbankan Syariah .............................. 72
4.2 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2004 Ditinjau dari 3 Variabel 77
4.3 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2005 Ditinjau dari 3 Variabel 79
4.4 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2006 Ditinjau dari 3 Variabel
4.6 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2007 Ditinjau dari 3 Variabel
4.11 Rata-rata Rasio Konsentrasi Tiga BUSND Terbesar ............................. 102
4.12 Rata-rata Rasio Konsentrasi Delapan BUSND Terbesar ....................... 103
4.14 Rata-rata Indeks Herfindahl BUSND .................................................... 104
12
4.16 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Aset dengan CAR................................................................................. 106
4.17 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Dana Pihak Ketiga dengan CAR........................................................... 107
4.18 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Pembiayaan Yang Diberikan dengan CAR ........................................... 108
4.19 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Aset dengan FDR ................................................................................. 109
4.20 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Dana Pihak Ketiga dengan FDR ........................................................... 110
4.21 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Kredit yang Diberikan dengan FDR ..................................................... 111
4.22 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Aset dengan ROA ................................................................................ 111
4.23 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Dana Pihak Ketiga dengan ROA .......................................................... 113
4.24 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan
Kredit yang Diberikan dengan ROA ..................................................... 114
4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan FDR tahun 2001 – 2002 ... 101
4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2002 – 2003 .. 102
4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2003 – 2004 .. 104
4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2004 – 2005 .. 105
4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2005 – 2006 .. 107
4.25 Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun 2006 – 2007 .. 108
4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2001 - 2002 ............................. 110
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 111
4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2002 - 2003 ............................. 112
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 113
4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2003 - 2004 ............................. 114
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 115
4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2004 - 2005 ............................. 115
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 116
4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2005 - 2006 ............................. 116
13
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 118
4.26 Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun 2006 - 2007 ............................. 119
4.27 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA ..................................... 120
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR
2.1 Kurve Permintaan yang dihadapi Produsen di Pasar Persaingan
Sempurna.................................................................................. 12
2.2 Hubungan Struktur, Perilaku, dan Kinerja ............................................ 25
2.3 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Struktur dan Kinerja ................... 39
4.2 Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Aset ....... 98
4.3 Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Dana Pihak
Ketiga .................................................................................................. 99
4.4 Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Kredit yang
Diberikan ............................................................................................. 100
4.5 Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2001 - 2002…… 102
4.5 Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2002 - 2003……... 103
14
4.5 Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2003 - 2004 ... 105
4.5 Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2004 - 2005 ………
106
4.5 Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2005 – 2006……...
107
4.5 Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun 2006 - 2007 ........... 109
4.6 Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2001 - 2002 ......................... 110
4.6 Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2002 - 2003 ......................... 112
4.6 Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2003 - 2004 ......................... 114
4.6 Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2004 - 2005 ......................... 116
4.6 Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2005 - 2006 ......................... 118
4.6 Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun 2006 - 2007 ......................... 120
ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UDANG PERBANKAN
SYARIAH NO.10 TAHUN 1998)
Firdaus Rosyidi NIM. F0104061
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kondisi struktur pasar industri perbankan syariah di Indonesia tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 berdasarkan konsentrasi pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan, (2) mengetahui hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan dengan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) selama kurun waktu penelitian, dan (3) mengetahui perbedaan ada tidaknya perbedaan kinerja bank syariah di Indonesia dilihat dari CAR, ROA, dan FDR dalam kurun waktu 2001 sampai dengan 2007. Sehubungan dengan tujuan tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut : (1) Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan industri yang terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk oligopoli (2) Diduga struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, serta
15
pembiayaan yang diberikan memiliki hubungan yang cukup erat dengan kinerja Industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh variabel CAR, ROA, dan FDR sesudah ada undang-undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dengan populasi seluruh bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia untuk beroperasi di Indonesia sejak tahun 2001 hingga akhir penelitian yakni tahun 2007. Alat analisis yang digunakan adalah rasio konsentrasi (konsentrasion ratio) dan Indeks Herfindhal yang selanjutnya akan dikaitkan dengan criteria J.S Bain untuk menentukan struktur pasar Bank Syariah di Indonesia; serta paired sampel t test dan wilcoxon signed rank untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2007.
Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar industri perbankan syariah berdasarkan pangsa pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan cenderung mengarah pada tipe oligopoli murni dari tahun 2001 hingga tahun 2007 yang ditunjukan oleh nilai konsentrasi ratio (CR3 dan CR8) yang meningkat. Dan berdasarkan nilai Indeks herfindhal (IH) diketahui sejumlah 2 buah bank syariah yang menguasai pangsa pasar secara rata – rata dalam kurun waktu selama tuju tahun setelah di keluarkannya undang – undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998. Selanjutnya dengan menggunakan uji korelasi dengan menggunakan α = 0,05 (two tailed) ditunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara nyata antara variabel struktur pasar baik itu berdasarkan aset, dana pihak ketiga, maupun pembiayaan yang diberikan dengan variabel kinerja CAR. Artinya, berapapun nilai konsentrasi ratio atas ketiaga variabel tersebut masing masing tidak akan menaikkan kinerja CAR. selanjutnya uji korelasi yang dilakukan antara struktur pasar dengan kinerja FDR menunjukkan bahwa ada korelasi negative yang cukup kuat antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan pembiayaan dengan kinerja FDR dan tidak ada korelasi antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan dana pihak ketiga meningkat akan dimungkinkan menurunkan kinerja FDR, dan sebaliknya. Serta untuk uji korelasi antara struktur pasar dengan kinerja ROA dan tidak ada korelasi antara struktur pasar berdasarkan atas pembiayaan yang diberikan. Dari hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran antara: (1) setelah mengetahui bahwa konsentrasi pasar (khususnya berdasarkan aset dan dana pihak ketiga) mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kinerja perbankan (khususnya FDR dan ROA) maka tidak ada jalan lain bagi perbankan untuk meningkatkan aset dan dana pihak ketiga pada bank mereka masing – masing tanpa mengabaikan peningkatan penyaluran kreditnya dalam ratio yang proporsional; (2) Pembentukan bank jangkar (anchor bank), yaitu bank yang benar – benar dikelola secara sehat dan professional sesuai konsep Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Bank jangkar tersebut selanjutnya diharapkan sebagai mitra Bank Indonesia (BI) dalam rangka mengembangkan perbankan Syariah Indonesia. Bank jangkar merupakan bank yang kuat dalam permodalan dan posisinya memerger dan mengakuisisi bank lain. Upaya penggabungan bank (merger) ditujukan agar bank semakin kuat dan siap dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat baik di dalam negeri maupun dalam menghadapi pasar bebas, di mana pesaing kita kali ini adalah bank-bank konvensional yang turut meramaikan pasar sehingga manjadi sangat kompetitif. Penggabungan ini terutama sekali dapat dilakukan oleh bank-bank yang memiliki pangsa pasar yang amat kecil baik dari variabel aset, dana pihak ketiga maupun variabel kredit yang disalurkan, agar
16
nantinya mampu bersaing dengan bank-bank lain yang mempunyai pangsa pasar yang jauh lebih besar. kata kunci : kinerja industri, industri perbankan syariah, aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR, CAR, ROA, pangsa pasar, correlation ratio, indeks herfindhal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mengatur perekonomiannya sebuah negara membutuhkan lembaga
keuangan yang baik. Posisi lembaga keuangan sangatlah penting dalam mengatur
alur pembayaran dan keuangan sebuah negara. Bank sebagai salah satu bentuk
lembaga keuangan mengemban tugas tersebut. Sehingga kedudukannyapun
sangatlah penting dalam perekonomian.
Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, membantu kelancaran system pembayaran, dan tidak kalah
pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan
kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut,
maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara
17
keseluruhan sebagai suatu sistem merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian
yang sehat (Suseno dan Piter Abdullah 2004). Hal ini juga menunjukkan bahwa
Industri perbankan sangatlah memegang peranan penting dalam suatu
perekonomian. Di berbagai sektor perekonomian baik makro maupun mikro
keberadaan Industri perbankan sangat diperlukan. Kondisi ini terlihat bahwa bank
tidak hanya sebagai tempat menyimpan uang tetapi juga berfungsi untuk
memberikan kredit atau pinjaman bagi para nasabahnya. Kebutuhan masyarakat
terhadap lembaga keuangan semakin meningkat, sehingga perlu didukung dengan
kinerja perbankan yang cukup baik.
Pada perkembangannya, sektor perbankan semakin memainkan peranan
penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terlebih lagi pada saat kejayaan
dari sektor minyak bumi mulai menurun, sehingga penerimaan dari sektor migas
tidak lagi dapat diandalkan karena harga minyak terus merosot. Merosotnya harga
minyak menyebapkan pemerintah mengalami kesulitan dalam membiayai
pembangunan. Kesulitan anggaran ditandai dengan defisit anggaran negara yang
semakin besar yang menuntut pengurangan kegiatan negara serta peningkatan
efisiensi dan produktifitasnya. Maka untuk mengatasi kesulitan tersebut,
pemerintah melakukan mobilisasi dana masyarakat melalui keuangan yang ada.
(Cahayatiningsih, 2005)
Industri perbankan sangatlah memegang peranan yang penting di tengah
pasang surutnya perekonomian negara di Indonesia. Di tengah terpuruknya
perekonomian Indonesia pada tahun 1998 kondisi perbankan juga ikut mengalami
keterpurukan yang cukup besar. Beberapa bank konvensional terpaksa harus
terkena likuidasi akibat dari dampak krisis ekonomi tersebut. Dan hanya beberapa
18
dari bank Umum Konvensional yang masih bertahan pada waktu itu dengan
kinerjanya yang cukup baik.
Industri perbankan selama sepuluh tahun terakhir ini telah mengalami
perkembangan cukup pesat. Fenomena baru dalam dunia perbankan telah
memberikan kontribusi cukup bagus dalam perekonomian, yaitu ditandai dengan
berdirinya Lembaga Keuangan Syariah. Bank Syariah merupakan fenomena baru
dalam dunia perbankan di Indonesia kedudukannya teruji ketika terjadi krisis
moneter di tahun 1998. Pada waktu itu perbankan syariah tidak terkena pengaruh
dari krisis moneter pada saat itu. Hal ini terjadi dikarenakan prisnsip pembiayaan
yang digunakan dalam perbankan syariah bukanlah dengan sitem bunga namun
dengan menerapkan sistem bagi hasil.
Bank Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang berdiri di
Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah. Perbedaan mencolok dari bank
Syariah dengan bank-bank Konvensional lain adalah adanya sistem bagi hasil
yang diterapkan kepada para nasabah yang akan melakukan peminjaman dana.
Bank syariah atau biasa disebut Islamic Bank pertama kali muncul pada tahun
1963 di kota kecil Mit Gharm, Mesir. Lembaga keuangan Syariah atau biasa
disebut dengan Bank Syariah ini berdiri sejak tahun 1992 dan ditandai dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia.
Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa
keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya bebas
dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti
perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar),
berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Bank
Syariah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga
19
merupakan konsep yang lebih sempit dari bank Syariah, ketika sejumlah
instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank syariah, selain menghindari
bunga, juga secara aktif berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari
ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial. (Ascarya & Diana
Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum. 2005).
Jumlah Industri perbankan syariah di Indonesia memang belum begitu
besar dibandingkan dengan Industri perbankan konvensional yang lain. Pada
tahun 2004, baru terdapat 10 cabang bank umum syariah yang terdiri dari bank
Muamalat dan bank syariah. Di butuhkan usaha yang cukup berat untuk
memperluas perkembangan bank syariah. Namun dewasa ini perkembangan bank
syariah mulai menunjukkan kenaikan yang cukup baik. Munculnya para nasabah
baru yang mulai meminati perbankankan syariah akan menciptakan pangsa pasar
baru bagi bank umum konvensional untuk membuka unit-unit syariah. Hal ini
mulai dilihat dengan tumbuhnya badan-badan usaha syariah, seperti asuransi,
reksadana, pegadaian, dan lembaga-lembaga keuangan lain dengan berbasiskan
prinsip syariah.
Seperti yang ditulis dalam buletin Ekonomi, Sharia Bussines Modal edisi
41 2004 bahwa saat ini perbankan syariah di Indonesia mengelola dana sekitar 2,5
miliar dolar AS. Hingga akhir tahun ini diperkirakan pertumbuhan perbankan
syariah mencapai 36,4 persen. Hal ini telah menunjukkan bahwa semenjak tahun
1992 perkembangan lembaga keuangan di sektor syariah tengah mengalami
peningkatan yang cukup mengembirakan.
Selain itu juga perkembangan perbankan syariah juga didukung oleh
pemerintah baik dari sisi kebijakan oleh BI dan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI
20
bahwa bunga bank adalah haram. Respon pemerintah ini mulai terlihat ketika
dikeluarkannya Undang-undang perbankan No.10 tahun 1998.
Di tengah perkembangan lembaga keuangan syariah beberapa respon
masyarakat terhadap kinerja perbankan syariahpun mulai bermunculan. Beberapa
kritikan tentang kinerja perbankan syariah muncul karena beberapa nasabah masih
meragukan prisnsip syariah. Dalam prakteknya para nasabah menilai antara
lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional belum ada
perbedaan yang mencolok. Sehingga dalam kinerjanya Industri perbankan syariah
masih banyak mendapatkan kritikan.
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Tahun Bank Umum
Syariah (BUS) Unit Usaha Syariah
(UUS) Jumlah Kantor
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Jumlah Bank
2000 55 2 7 3 2001 84 2 12 3 2002 113 2 25 6 2003 189 2 45 8 Jun-04 223 2 56 10 Jul-04 228 3 56 10 Ags-04 233 3 60 11 Sep-04 235 3 66 12 Okt-04 240 3 69 14 Nov-04 245 3 70 15 Des-04 263 3 74 15 Jan-05 265 3 75 15 Feb-05 271 3 78 16 Mar-05 273 3 84 16 Apr-05 281 3 90 17 Mei-05 283 3 90 17 Jun-05 288 3 94 17
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia – Juni 2005
Dalam perkembangannya Bank Syariah telah mengalami banyak
persaingan dengan Bank Konvensional. Namun sampai sekarang perkembangan
21
Bank Syariah sendiri masih belum dapat bersaing dengan kinerja bank
Konvensional. Pengamat ekonomi UI Faisal Basri dalam seminarnya di Jakarta
tanggal 25 November yang berjudul “kebijakan dan Peluang Investasi Berbasis
Syariah di Indonesia” mengatakan bahwa pertumbuhan Bank Syariah hingga saat
ini belum mampu menyamai perbankan konvensional. Setelah lebih dari 10 tahun
beroperasi, asetnya masih di bawah 2 persen dari total aset perbankan nasional.
Perkembangan Bank Syariah tidak akan mengalami kemajuan pesat apabila hanya
menjadi follower dari bank konvensional.
Dengan umur yang tergolong masih muda diantara bank-bank umum dan
swasta lainnya pada dasarnya Bank Syariah memilki tugas yang cukup berat
dalam mengembangkan kinerja mereka sehingga dapat bersaing dengan Bank
Kovensional yang lain. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan
penelitian terhadap Struktur Pasar dan Kinerja Perbankan Syariah setelah adanya
UU No.10/1998.
Dual banking system telah banyak diterapkan oleh beberapa bank Swasta
di Indonesia namun persaingan dengan lembaga keuangan konvensionalpun masih
harus dihadapi. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan
evaluasi terhadap kinerja Perbankan Syariah di Indonesia. Selain itu pula untuk
mengetahui struktur pasar perbankan Syariah di Indonesia. Sehingga dengan
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap kinerja Industri
Perbankan Syariah agar menjadi lebih baik. Dengan begitu lembaga keuangan
Syariah mampu bersaing dengan lembaga keuangan Konvensional dan
berkembang menjadi lebih baik.
22
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
pokok permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi struktur pasar Bank Syariah di Indonesia setelah
adanya krisis moneter di Indonesia, berdasarkan pangsa pasar atas aset,
pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang
diberikan ?
2. Apakah terdapat hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari
pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa
pasar atas kredit yang diberikan dengan kinerja industri Perbankan
syariah ?
3. Apakah Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan Industri
yang terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk
oligopoli ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran umum mengenai industri perbankan syariah di Indonesia.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi struktur pasar Bank Syariah di Indonesia
setelah adanya Undang-undang Perbankan No 10/ 1998 di Indonesia,
berdasarkan pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga,
dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan.
23
2. Untuk mengetahui hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa
pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas
kredit yang diberikan dengan kinerja industri Perbankan syariah.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja diantara Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap
Kinerja Dan Struktur Pasar Perbankan Syariah ditengah pesatnya perkembangan
Industri Perbankan Syariah dewasa ini, sehingga dapat memberikan maanfaat :
1. Bagi industri perbankan nasional, pada khususnya Bank Syariah, yaitu
sebagai evaluasi dari kinerja industri perbankan sehingga dapat dijadikan
masukan dalam menerapkan strategi yang yang lebih baik dalam kegiatan
operasionalnya.
2. Bagi pembuat kebijakan, yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam
menentukan arah kebijakan sektor perbankan yang lebih kondusif
sehingga akan meningkatkan kontribusi perbankan Indonesia terhadap
pembangunan ekonomi.
3. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
penulis dan berguna sebagai perbandingan untuk penelitian serupa.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pasar dan Industri
Pasar dapat dikategorikan menjadi dua dimensi yaitu berdasarkan daerah
geografis dan jenis atau spesifikasi produk. Untuk menentukan struktur pasar
suatu industri, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan
pasar. (Sepherd, 1997: 10, 61). Pasar berdasarkan daerah geografis pada
umumnya diartikan sebagai suatu tempat pertemuan antara penjual dan pembeli
untuk melakukan aktivitas jual-beli barang dan jasa. Secara spesifik pasar
dibedakan menurut jenis atau spesifikasi produknya.
25
Dalam ilmu ekonomi, pasar diartikan secara lebih luas. Pasar meliputi
”pertemuan” antara pembeli dan penjual dimana antara keduanya tidak saling
melihat satu sama lain (Ari Sudarman, 1992: 8). Pasar tidaklah harus sebuah
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, namun bisa juga diartikan sebagai
lembaga atau perusahaan yang menjalankan aktivitas jual-beli.
Menurut Nurimansjah Hasibuhan (1993: 12) secara sederhana pengertian
pasar adalah pertemuan antara penjual dan pembeli. Dalam pengertian penjual
telah termasuk setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan kedalam
pengertian pembeli telah tergabung sejumlah pembeli. Pengertian pasar dapat
dipandang secara nyata dan dapat secara abstrak. Secara abstrak, pasar dalam
pengertian kita adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang
melakukan dalam suatu waktu.
Selanjutnya pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro
dan mikro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan yang
menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang
mempunyai sifat pengganti yang sangat erat. Sedangkan dalam lingkup makro
(dari segi pembentukan pendapatan), industri adalah kegiatan ekonomi yang
menciptakan nilai tambah (Nurimansjah Hasibuan, 1993: 12).
B. Teori Organisasi Industri
1. Ruang Lingkup Organisasi Industri
Ada beberapa alasan mengapa Ekonomi Industri umumnya, dan Organisi
Industri khususnya menjadi semakin penting untuk dipelajari, baik di negara-
negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Pertama, praktek-
26
praktek struktur pasar yang semakin terkonsentrasi dalam kegiatan bisnis telah
dikenal sejak lama. Praktek-praktek perilakunya mempunyai daftar kerugian bagi
masyarakat konsumen. Kedua, semakin tinggi konsentrasi industri cenderung
mengurangi persaingan antar perusahaan yang kemudian membawa perilaku yang
kurang efisien. Dalam kenyataannya, sering terjadi bahwa perusahaan-perusahaan
besar menggunakan rintangan-rintangan masuk, sehingga persaingan menjadi
tidak wajar. Ketiga, konsentrasi industri yang tinggi membawa konsentrasi
kekayaan yang melemahkan usaha-usaha pemerataan, baik dilihat dari pemerataan
pendapatan, kesempatan kerja, maupun kesempatan berusaha. Keempat, kaitan
struktur industri dengan penyelesaian masalah-masalah ekonomi membawa lebih
jauh intervensi pemerintah. Kelima, kajian-kajian dari masalah-masalah apa yang
diproduksi, bagaimana, dan untuk siapa suatu barang dan jasa diproduksi
(Nurimansjah Hasibuhan 1993, 3).
2. Struktur Pasar
Struktur pasar menunujukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat
proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi
produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan
pemerintah. Para pakar ekonomi mengklasifikasi pasar dengan memperhatikan
seberapa banyak jumlah perusahaan yang ada dalam industri. Struktur pasar
penting, karena struktur pasar menentukan perilaku perusahaan yang kemudian
menentukan kinerja industri (Wihana Kirana Jaya 2001, 4).
a. Pasar Persaingan Sempurna
Yang dimaksud pasar persaingan sempurna di dalam teori ekonomi mikro
pada umumnya adalah suatu pasar yang ditandai oleh tidak adanya sama sekali
27
persaingan yang bersifat pribadi (rivaly) di antara perusahaan-perusahaan individu
yang ada didalamnya. Jadi, dengan demikian pengertian pasar persaingan
sempurna di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian persaingan di dalam
bahasa sehari-hari.Menurut pengertian teori ekonomi, yang dimaksud dengan
pasar persaingan sempurna adalah pasar yang memiliki 5 macam ciri-ciri yaitu
(Ari Sudarman 1992, 3-4):
a. Terdiri dari banyak penjual dan banyak pembeli.
Dengan adanya banyak penjual dan pembeli di pasar, hal itu berakibat
bahwa masing-masing penjual hanya menawarkan barang yang relatif sedikit
dibandingkan dengan seluruh barang yang ada di pasar. Dalam suasana pasar yang
seperti ini, maka baik penjual maupun pembeli secara individual tidak dapat
memnbgaruhi harga yang berlaku.
b. Barang yang dijualbelikan bersifat homogin
Barang yang bersifat homogin dalam hal ini adalah barang yang persis
sama antara yang satu dengan yang lain.
Gambar 2.1 Kurve Permintaan yang dihadapi Produsen di Pasar Persaingan
Sempurna.
Berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan pada point a dan b diatas
mengandung makna bahwa masing-masing produsen di pasar persaingan
sempurna adalah berstatus ”pengambil harga” (price taker). Kurve permintaan
28
yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan adalah berbentuk horisontal sejajar
dengan sumbu output. Hal itu berarti bahwa produsen menghadapi kurve
permintaan yang elastis sempurna, di mana ia dapat menjual output berapapun
pada tingkat harga yang berlaku di pasar.
c. Masing-masing produsen bebas untuk keluar dari/masuk ke pasar.
Dalam pasar persaingan sempurna dinggap tidak ada hambatan bagi
produsen untuk keluar dari atau masuk ke pasar. Masing-masing produsen
dianggap mempunyai kebebasan untuk menentukan putusan perhitungan
ekonominya. Salah satu bentuk hambatan yang dapat menghalangi produsen
keluar masuk pasar adalah aturan yang dibuat oleh pemerintah, misalnya tarif,
subsidi, hak paten dan lain-lain.
d. Adanya mobilitas faktor produksi secara sempurna
Dalam pasar persaingan sempurna faktor produksi dianggap bebas untuk
bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jadi, dalam bentuk pasar ini,
tenaga kerja dianggap dapat berpindah-pindah pekerjaan sesuai dengan keputusan
ekonominya. Dengan kata lain, dalam bentuk pasar persaingan sempurna pasar
tenaga kerja dianggap berstruktur pasar persaingan sempurna pasar tenaga kerja
dinggap berstruktur pasar persaingan sempurna.
e. Pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap tentang pasar.
Dalam pasar persaingan sempurna dianggap bahwa masing-masing
produsen dan konsumen mengetahui pengetahuan yang lengkap tentang kondisi
pasar. Pengetahuan ini meliputi harga, jumlah barang, kualitas barang dan lain-
lain baik yang berlaku saat ini maupun saat yang akan datang. Dengan demikian
29
dalam suasana yang seperti ini berarti ketidakpastian tentang suasana pasar untuk
masa-masa yang akan datang tidak ada.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pasar persaingan sempurna adalah suatu model pasar di mana terdiri dari banyak
produsen dan konsumen, produk yang dijualbelikan bersifat homogin, masing-
masing produsen bebas keluar dari atau masuk ke pasar, faktor produksi dapat
bergerak secara bebas dan masing-masing produsen serta konsumen mempunyai
informasi yang lengkap tentang kondisi pasar (Ari Sudarman 2003, 5).
b. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah suatu model pasar di mana dalam pasar itu hanya
ada satu penjual, output yang dihasilkan produsen bersifat lain dari pada yang lain
(unique product) dan di pasar ada rintangan bagi produsen lain untuk
memasukinya (Ari Sudarman 1993, 56). Seperti halnya pasar persaingan
sempurna dalam kenyataannya fenomena pasar persaingan monopoli jarang
ditemui. Dalam suatu pasar hanya diperlukan satu produk barang dan tidak dapat
digantikan oleh produk lain. Tidak adanya saingan mengakibatkan tidak
diperlukannya usaha mempromosikan penjualan secara iklan.
Yang dimaksud pasar monopoli adalah suatu pasar yang mempunyai ciri-ciri :
1. Hanya ada satu penjual.
30
2. Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti secara
baik (close subtitute) output yag dijual monopolist.
3. Ada halangann (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan lain untuk
memesuki pasar.
c. Pasar Persaingan Monopolistis
Persaingan Monopolistik merupakan suatu struktur pasar yang ditandai
dengan perusahaan berjumlah besar menjual produk bersubtitusi tetapi cukup
berbeda sehingga kurva permintaan masing-masing perusahaan mempunyai
kemiringan negatif (William A. Ceachern 2001,158). Di dalam pasar persaingan
monopolistik mengandung unsur-unsur yang dimiliki oleh pasar persaingan
sempurna dan monopoli. Chamberlin menggunakan istilah tersebut untuk
menggambarkan pasar dengan banyak produsen menawarkan produk yang
bersubtitusi dekat tetapi tidak dianggap identik oleh konsumen.
Model pasar persaingan monopolistis dibandingkan dengan model pasar
persaingan sempurna atau monopoli relatif masih baru. Menurut Chamberlin
model persaingan monopolistis didasari atas bebrapa buah anggapan dasar yaitu :
1. Di pasar banyak terdapat penjual dan juga pembeli
2. Produk yang dihasilkan produsen dibedakan (Diusahakan mempunyai ciri
yang berbeda-beda antara produk yang satu dengan produk yang lain),
tetapi diantara mereka terdapat kemampuan untuk saling mengganti secara
cukup besar.
3. Di pasar ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk ke/keluar dari pasar.
4. Produsen selalu berusaha untuk memaksimir keuntungan, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
5. Harga-harga faktor produksi dan tingkat teknologi tertentu.
31
6. Perilaku produsen dianggap tertentu setelah ia mengetahui bentuk
permintaan dan ongkos produksi dari usahanya.
7. Jangka panjang dianggap terdiri dari beberapa periode jangka pendek yang
identik, yang masing-masing bebas (independent) antara yang satu dengan
yang lain dalam arti bukan keputusan yang diambil produsen dalam 1
periode jangka pendek tertentu tidak mempengaruhi keputusan yang akan
diambilnya.
8. Kurve permintaan dan juga kurve ongkos produksi dianggap sama untuk
semua produsen yang ada di kelompok itu.
d. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari beberapa produsen yang
menghasilkan barang dari seluruh atau sebagian dari total pdroduk yang
dihasilkan oleh suatu pasar. Ciri khas dari pasar oligopoli tidak berbeda jauh
dengan pasar monopoli murni dimana terdapat sejumlah kecil perusahaan-
perusahaaan besar yang menghasilkan komoditas homogen seperti baja atau
komoditas yang berbeda corak seperti mobil. Dalam hal ini banyaknya pesaing
dari suatu perusahaan merupakan karakteristik yang membedakan pasar ini
berbagai jenis pasar yang lain. Ada kalanya pasar oligopoli terdiri dari dua
produsen saja yang dikenal dengan pasar duopoli.
Pasar oligopoli hanya terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Pada
umumnya dalam pasar oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang
32
memiliki pangsa pasar (market share) 70 sampai 80 persen dan disamping itu
terdapat pula beberapa perusahaan dengan pangsa pasar yang kecil. Yang kecil.
Beberapa perusahaan yang termasuk golongan pertama (yang menguasai pasar)
sangat saling mempengaruhi satu sama lain. Di samping itu, keputusan dan
tindakan dari salah satu perusahaan besar sangat mempengaruhi kebijakan
perusahaan-perusahaan lainnya. Sifat ini menyebapkan setiap perusahaan harus
mengambil keputusan secara berhati-hati dalam merubah harga, membuat desain,
merubah teknik produksi, dan sebagainya.
Pada perekonomian yang sudah maju, pasar yang bersifat oligipolistik
banyak dijumpai karena teknologi sudah sangat modern. Teknologi modern pada
umumnya akan mencapai efisiensi optimum hanya jika jumlah produksi yang
dihasilkan besar sekali. Keadaan ini menimbulkan kecenderungan
Selain sifat-sifat penting yang telah dijelaskan di atas, pasar oligopoli
mempunyai beberapa ciri khas sebagai berikut: (1) menghasilkan komoditas
standart atau komoditas berbeda corak; (2) kekuasaan menentukan harga ada
kalanya sangat tangguh; dan (3) pada umumnya perusahaan oligopoli perlu
melakukan promosi iklan yang sensitif terutama bila perusahaan oligopoli tersebut
menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik. (Sadono Sukirno, 1996: 32).
3. Konsentrasi Industri
Konsentrasi dapat diartikan sebagai prosentase pangsa pasar yang dikuasai
oleh perusahaan relatif terhadap pasar total. Pada prinsipnya, konsentrasi tidak
disebabkan oleh faktor kebetulan, tetapi karena adanya kekuatan yang permanen
yang terletak dibelakang konsentrasi yang biasanya tidak berubah dari waktu ke
waktu. Konsentrasi juga menunjukkan tingkat produksi pasar dari industri yang
33
hanya fokus pada satu atau beberapa perusahaan terbesar (Nurimansjah
Hasibuhan, 1993: 106).
Dalam konsentrasi Industri terdapat beberapa cara pengukuran yang
digunakan untuk mengetahui jenis konsentrasi Industri. Ada bermacam-macam
ukuran tentang konsentrasi Indutri seperti andil beberapa perusahaan terbesar,
kurva lorenz, Angka Gini, dan berbagai Indeks lainnya. Pengukuran dengan
menghitung indeks konsentrasi antara lain adalah Indeks Lerner, Indeks Bain, dan
Indeks Herfindhal. Bahkan seperti telah ditemukan dalam teori Ekonomi Mikro,
angka elastisitaspun dapat digunakan sebagai pengukur (Nurimanjsah Hasibuhan,
1993: 106-107).
1. Andil Perusahaan
Carl Keysan dan Donal F. Turner pada tahun 1959 membuat batasan
jumlah perusahaan yang menguasai sebagian atau seluruh penjualan disuatu pasar.
Dia menyusun dua kelompok oligopoli. Pertama, kelompok oligopoli, di mana
delapan perusahaan terbesar setidak-tidaknya mengusasai pasar satu jenis industri.
Akan tetapi, bisa juga digunakan ukuran alternatif, yakni 20 perusahaan
menguasai pasar sekitar 75%. Kelompok kedua, adalah oligopoli, dimana delapan
perusahaan tersebut dapat menguasai sekurang-kurangnya 33% suatu pasar
industri, atau sejumlah perusahaan terbesar memegang andil setidak-tidaknya 75%
dari pasaran suatu industri tertentu. Selanjutnya, untuk delapan terbesar yang
mengusai pasar kurang dari 33% disebut industri tidak terkonsentrasi
(Nurimansjah Hasibuhan, 1993 : 107-108).
34
Dalam mengetahui jenis oligopoli Joe S. Bain memiliki ukuran yang lebih
Flexibel. Hal ini tergantung pada tingkat konsentrasi industri. Ada beberapa jenis
oligopoli yang dibagi dalam beberapa tipe. Tipe-tipe tersebut antara lain adalah :
a. Tipe I
Tipe I ini disebut tipe pasar oligopoli penuh yang dibagi menjadi dua
kelompok. Pertama, tipe Ia, di mana 3 perusahaan terbesar menguasai
sekitar 87% dari total penawaran produk dalam suatu pasar (atau total
output). Variasi dari tipe ini adalah 8 perusahaan terbesar menguasai
sekitar 99% dari total output. Dan kedua, tipe Ib, di mana 4 perusahaan
terbesar menguasai sekitar 99% dari total output dan 8 perusahaan terbesar
menguasai sekitar 78% dari total output dan 8 perusahaan terbesar
menguasai sekitar 98% dari total output.
b. Tipe II
Pada tipe ini jumlah perusahaan yang ada dalam industri lebih banyak dan
bersama mengontrol pasar. Empat perusahaan terbesar menguasai 65% -
75% dari total output, sedangkan 8 perusahaan terbesar menguasai 85% -
90% dari total output. Proporsi dari pasar yang dikontrol oleh beberapa
perusahaan besar lebih kecil dengan tipe I.
c. Tipe III
Tipe III ini disebut high moderate concentration. Ciri dari tipe ini adalah 4
perusahaan terbesar menguasai 50% - 65% dari total output. Variasinya
adalah 8 perusahaan terbesar kurang lebih menguasai 70% - 85% dari total
output dan 20 perusahaan terbesar kurang lebih 70% dari total outputnya.
d. Tipe IV
35
Dalam tipe ini disebut low moderate concentration, di mana 4 perusahaan
terbesar menguasai 35% - 50% dari total outputnya, 8 perusahaan terbesar
menguasai 45% - 70% dari total outputnya dan 20 perusahaan terbesar
kurang lebih70% dari total outputnya.
e. Tipe V
Tipe V ini disebut Low grade oligopoly. Industri yang termasuk dalam
kategori ini biasanya mempunyai sejumlah besar penjualan skala kecil,
ditandai dengan dikuasainya pangsa pasar kurang dari 45% oleh 8
perusahaan terbesar menguasai kurang lebih 35% dari total outputnya.
Tingkat konsentrasi suatu industri menggambarkan pula tingkat
kesenjangan dalam suatu industri apakah kesenjangan dalam menciptakan nilai
tambah, atau volume barang yang dipasok ke pasar, ataupun tingkat kesenjangan
dalam akumulasi modal. Karena itu, tingkat konsentrasi ini dapat pula
digambarkan dengan menggunakan Kurva Lorenz (Nurimanjsah Hasibuhan,
1993: 110).
Rasio konsentrasi yaitu ukuran dari tingkat konsentrasi industri yang
didapat dengan jalan menjumlahkan pangsa pasar beberapa perusahaan terbesar.
Konsentrasi merupakan suatu indeks yang dapat mengukur kekuatan pasar dari
sisi produsen. Caranya dengan memilih ukuran dari n perusahaan relatif
terbesar terhadap total pasar. Ukuran dapat diambil dari masuknya (kapital atau
tenaga kerja) atau keluarannya (penjualannya). Ukuran yang sering digunakan
adalah prosentase total penjualan atau tenaga kerja dari 4 atau 8 perusahaan
perusahaan terbesar dalam industri (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 109).
Rasio konsentrasi dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
36
CRm =
m
iMSi
1
NVtNViMSi
Dengan penjelasan :
CRm : besarnya tingkat konsentrasi m bank terbesar
Msi : pangsa pasar bank ke-i
m : jumlah bank terbesar yang sedang diamati
n : jumlah seluruh bank yang diamati
Nvi : nilai variabel bank ke-i, yaitu total aset, besarnya dana pihak
ketiga, dan besarnya kredit yang disalurkan; dan NVt merupakan nilai total
variabel dari bank yang dimati.
2. Kurva Lorenz
Tingkat konsentrasi industri dapat juga diukur dengan angka Gini, karena
dari kurva Lorenz dapat diturunkan angka Gini. Angka ini dapat pula digunakan
sebagai pengukur tingkat kesenjangan struktur pasar industri. Dalam kurva
Lorenz, sumbu vertikal (y) adalah jumlah kumulatif andil (proporsi) perusahaan di
pasar dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Dalam kenyataannya kurva Lorenz untuk beberapa industri memang
mengindikasikan adanya kesenjangan antara ukuran-ukuran perusahaan. Ukuran
ringkas dari kesenjangan yang diindikasikan oleh kurva Lorenz dapat dihitung
dengan menggunakan koefisien Gini. Angka Gini dapat dirumuskan dengan
(Nurimansjah Hasibuan, 1993: 111) :
37
G = iii YXYX 111
Semakin tinggi tingkat kesenjangan maka angka Gini mendekati satu.
Angka Gini yang tinggi dapat menunjukkan bahwa struktur pasar tidaklah
kompetitif. Kelemahan dari angka Gini adalah tidak terlalu umum, tidak
memperhitungkan jumlah perusahaan dalam Industri.
3. Indeks Lerner
Indeks Lerner mengukur kekuatan monopoli. Pengertian monopoli dalam
hal ini bersifat relatif. Tidak mengukur secara langsung tingkat konsentrasi
Industri, tetapi menyusun sebuah formula yang mengacu pada tingkat laba, yaitu
perbandingan antara perbedaan harga yang berlaku dengan ongkos marginal
terhadap harga jadi, dalam suatu industri. Bentuk formula dari Lerner:
)(ILHOMH
di mana IL menunjukkan Indeks Lerner, H adalah tingkat harga produk
yang dihasilkan, dan OM adalah ongkos marginal dalam mempoduksi barang
tersebut. Karena tingkat harga ditetapkan berdasarkan suatu perilaku dan struktur
pasar. Namun dapat saja terjadi bahwa dengan skala perusahaan yang berbeda IL-
nya sama, padahal masing-masing perusahaan adalah monopoli. Dalam contoh ini
dianggap bahwa masing-masing perusahaan mempunyai pasar masing-masing.
Jadi, dalam menggunakan formula ini telah ada anggapan bahwa semakin tinggi
konsentrasi (derajat monopoli) semakin tinggi nilai Indeks Lerner.
4. Indeks Bain (IB)
38
Dalam bukunya pada tahun 1985, Joe S. Bain menulis tentang Barrier to
New Competition yang memuat formula penghitungan laba. Bila dibandingkan
konsep laba dengan penghitungan laba dalam akuntansi, tidak sama. Berdasarkan
batasan toeritik, laba adalah kelebihan penghasilan dari ongkos total, yang
merupakan bagian dari pendapatan perusahaan. Batasan laba secara ekonomis
menurut Bain adalah (R – C – D – iV). R adalah revenue; C sama dengan ongkos
pada tahun berjalan dalam dalam memproduksi; i, adalah tingkat bunga yang
berlaku, yang merupakan resiko dalam nilai investasi (V).
Bain mengukur tingkat keuntungan suatu industri dengan rumusan yang dapat di
bandingkan antar industri.
RWDCRIB
Dengan demikian, tingkat laba tidak hanya untuk satu perusahaan, tetapi
bersifat agregatif dalam suatu industri yang diamati. Formulanya tidak hanya
sekedar mengukur kekuatan monopoli. Apabila tingkat laba itu relatif tinggi,
maka strukturnya diperkirakan adalah monopoli.
5. Indeks Herfindahl
Dalam disertasinya, Orris C. Herfindahl mengukur konsentrasi industri
dengan formula sebagai berikut :
n
i NVtNViIH
1
2)(
Nilai IH akan berbeda dalam interval 0 .10 IH Dengan penjelasan
notasi; IH adalah Indeks Herfindahl; NVi adalah besaran absolut dari variabel
yang diamati pada perusahaan ke-i; NVt adalah Jumlah keseluruhan dari nilai
39
variabel yang diukur; n adalah jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu
industri.
Nilai IH dinyatkan dalam prosentase, maka nilai ini adalah andil
perusahaan pertama sampai ke-i yang tersebar dalam suatu industri. Ukuran ini
juga mengkombinasikan tentang pangsa pasar dari semua perusahaan di pasar.
Apabila suatu industri di-supply oleh perusahaan monopolis maka pangsa pasar
perusahaan monopolis tersebut sama dengan satu. Bila ada perusahaan dan
masing-masing menguasai setengah pangsa pasar yang ada maka nilai IH sama
dengan setengah. Jadi jika ada n perusahaan yang ukurannya sama, maka IH sama
dengan 1/n.
Indeks herfindhal ini sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang
terbesar, karena semakin kecil andil yang diberikan oleh suatu perusahaan, berarti
dalam indeks ini. Jadi indeks ini melengkapi kekurangan dari rasio konsentrasi
yang hanya memberikan informasi tentang pangsa pasar sedikit perusahaan-
perusahaan terbesar dalam industri.
4. Kinerja Industri
Pengertian dari kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dipengaruhi
oleh struktur dan perilaku industri, pemerataan pendapatan, dan kemajuan
teknologi (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 17). Beberapa aspek dari kinerja
menurut Joe S. Bain, yaitu : a) efisiensi produksi b) efisiensi distribusi, di mana
kemampuan industri menghasilkan produk-produknya dengan biaya rendah c)
efisiensi alokasi, di mana harga pasar yang di bebankan para pembeli konsisiten
dengan biaya penawaran termasuk pengembalian suatu laba normal d) kemajuan
teknologi, kemampuan para pemasok untuk selalu memperkenalkan teknik-teknik
40
distribusi dan produk baru dengan hemat biaya dan memperkenalkan produk
superior e) karakter produk yang beragam dan berkualitas.
5. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri
Mengenai paradigma tentang hubungan antara struktur, perilaku, dan
kinerja mula-mula dikemukakan oleh Joe S. Bain. Bain mengemukakan bahwa
antar struktur dengan kinerja dihubungkan oleh perilakunya. Struktur pasar
menjadi dasar dari perilaku perusahaan. Selanjutnya perilaku akan mempengaruhi
penerimaan dan biaya yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kinerjanya. Bain
menyimpulkan tingginya konsentrasi dapat mengarah pada pengurangan tingkat
harga kompetisi dan terhadap keuntungan monopoli.
Menurut Nurimansjah Hasibuhan (1993: 11), dalam melakukan analisis
ekonomi industri (khususnya organisasi industri) ada cara mengamati kaitan
antara struktur, perilaku, dan kinerja. Pertama, hanya memperhatikan mendalam
dua aspek, yakni kaitan struktur dan kinerja industri, sedangkan aspek perilaku
kurang ditekankan. Kedua, pengmatan kinerja dan perilaku, dan kemudian
dikaitkan lagi dengan struktur. Ketiga, menelaah kaitan struktur terhadap perilaku
dan kemudian dapat diamati kinerjanya. Keempat, kinerja tidak perlu diamati lagi,
oleh karena telah dapat dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya.
Hubungan antara struktur pasar, perilaku, dan kinerjanya dapat dilihat dalam
gambar.
41
Sumber : Shaerpherd (1997: 5)
Gambar 2.1 Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja
Hipotesis aliran utama (1890-1970) mengasumsikan bahwa setiap struktur
pasar cenderung mempengaruhi perilaku perusahaan dan kinerjanya. Aliran
pengaruh digambarkan oleh garis lurus panah yang menuju ke bawah. Satu
perusahaan dominan dapat dapat menguasai pasar. Jika modelnya adalah oligipoli
tingkat tinggi dengan beberapa perusahaan yang menguasai pasar, mereka dapat
bersaing kuat atau berkolusi dengan satu atau beberapa perusahaan pada suatu
waktu. Semakin terkonsentrasinya suatu struktur pasar dan efeknya. (Sherpherd,
1997: 5).
C. Lembaga Keuangan Bank
Definisi secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah
”setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana,
Struktur Pasar o Pangsa pasar o Konsentrasi o Hambatan masuk
Perilaku o Kolusi dengan pesaing o Strategi melawan pesaing o Kegiatan periklanan
Struktur Pasar o Harga dan keuntungan o Efisien o Inovasi
42
menyalurkan dana atau kedua-duanya yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana
atau kedua-duanya”. Artinya, kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan,
apakah kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau
kedua-duanya yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. (Kasmir: 2000)
1. Peran dan Fungsi Bank
Pada awal perkembangan, bank memiliki tiga fungsi, yaitu menerima
simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberi jasa pengiriman. Sedangkan
menurut undang-undang perbankan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No. 10
Tahun 1998, yang dimaksud dengan “bank” adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kemasyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
peningkatan taraf hidup rakyat banyak”. Dengan demikian kegiatan bank dapat
diidentifikasi menjadi :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
2. Menyalurkan dana ke masyarakat; dan
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya
Dalam definisi ini dapat dibaca bahwa peran bank dititik beratkan kepada
alokasi sumber daya, khususnnya alokasi modal. Seperti yang diungkapkan oleh
Merton (1976), bahwa sistem keuangan yang fungsinya sudah lebih maju akan
menciptakan alokasi sumber daya modal yang lebih efisien dan secara produktif
akan digunakan pada sektor riil.
2. Definisi, Peran, dan Fungsi Bank Dalam Islam
Dari sudut pandang Islam, bank didefinisikan sebagai suatu lembaga
intermediasi yang mengalirkan Investasi publik secara optimal (dengan kewajiban
zakat dan pelarangan riba) yang bersifat produktif (dengan adanya pelarangan
43
judi, yang disertai dengan etika dan sintem nilai Islam (Himawan, 2004). Oleh
karena itu, bank dalam pengertian Islam yang lebih sempit adalah bank yang
bebas dari bunga (interest free banking). Arti sempit ini memberikan arah kepada
perbankan syariah dalam operasionalisasi serta pemilihan Instrumen perbankan
yang harus menghindari bunga. Dalam konteks yang lebih luas, perbankan Islam
tidak hanya dimaksudkan untuk menghindari transaksi yang berbasiskan bunga,
tetapi juga diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif untuk mencapai tujuan
ekonomi Islam secara keseluruhan.
Menurut Fahim Khan (1996), secara umum perbankan syariah memiliki
tujuan untuk mempromosikan, mendorong, dan membangun aplikasi prinsip-
prinsip Islam, hukum Islam, dan tradisi Islam dalam transaksi keuangan,
perbankan, dan bisnis atau usaha, dan mempromosikan perusahaan perusahaan
investasi dan perusahaan-perusahaan lainnya yang peduli pada prinsip-prinsip
Islam dalam seluruh kegiatan usaha mereka. Prinsip-prinsip utama perbankan
syariah ini adalah :
1. Melarang riba dalam bentuk transaksi apapun
2. Melakukan kegiatan bisnis atau usaha yang berlandaskan pada prinsip
keadilan dan keuntungan yang halah.
3. Menyalurkan Zakat
4. Melarang Monopoli
5. Melakukan kerjasama untuk mencapai manfaat bagi masyarakat dan
mengembangkan seluruh aspek kehalalan di dalam bisnis perdagangan dan
investasi yang tidak dilarang oleh Islam.
Dengan landasan operasional yang tidak berbasiskan bunga ini dan sebagai
suatu lembaga bisnis, bank Islam pun beroperasi untuk mendapatkan keuntungan.
44
Terdapat tiga bidang operasionalisasi perbankan syariah, yaitu perdangan, leasing,
dan pembiayaan langsung. Di samping itu, bank syariah memiliki kebebasan
dalam merancang instrumen atau produk dalam rangka pencapaian profitnya,
sepanjang intrumen atau produk yang diciptakan tersebut sesuai dengan prinsip-
prinsip Syariah (Al-Omar dan Abdel-haq, 1996)
3. Pengertian Bank Syariah
Pertama-tama perlu dipahami betul bahwa bank berdasarkan prinsip bagi
hasil atau bank syariah ini bukanlah sistem perbankan Arab sebagaimana
mestinya dipresentasikan banyak pihak. Bank Syariah merupakan suatu bentuk
perbankan yang mengikuti kententuan-ketentuan syariah Islam. Oleh karena itu
praktek bank syariah ini bersifat universal artinya negara dapat melakukan dan
memiliki bank dengan prinsip bagi hasil. Menurut peraturan, bank berdasarkan
prinsip bagi hasil adalah bank umum atau BPR yang melakukan kegiatan usaha
semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Oleh karena itu bank umum atau BPR
yang memperoleh ijin sebagai bank konvensional tidak diperkenankan melakukan
kegiatan perbankan bagi hasil. Prinsip bagi hasil tersebut adalah prinsip yang
berdasarkan syariah yang digunakan oleh bank berdasarkan prinsip bagi hasil
dalam (Dahlan Siamat, 1999: 125) :
a. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan
dengan penggunaan dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.
b. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan
dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan
investasi maupun modal.
c. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang
lazim dilakukan oleh Bank dengan prinsip bagi hasil.
45
Bank Syariah atau bank yag beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil,
sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Bank Syariah sudah beroperasi di
Indonesia sejak tahun 1992, yaitu dengan beroperasinya Bank Muamalat
Indonesia. Namun, bank Syariah di atur secara formal sejak diamandemennya UU
No.7 Tahun 1992 dengan UU No.10 tahun 1998 dan UU No.23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Sejak saat tersebut mulai berkembnglah bank dengan
prinsip bagi hasil di Indonesia.
Jumlah Bank Syariah telah berkembang dengan pesat sejak tahun 1998
dengan pertumbuhan 54% per tahun. Pada saat ini telah beroperasi dua bank
umum syariah (BUS), yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri,
delapan bank Syariah yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu bank IFI,
Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Jabar, Bank Rakyat Indonesia, Bank
Danamon, Bank Bukopin, Bank Internasional Indonesia, dan The Hongkong and
Sanghai Banking Corporation (HSBC), yang merupakan UUS bank asing, serta 84
BPR Syariah. Meskipun jumlahnya telah cukup banyak namun apabila dilihat dari
volume usaha (total asset) masih kecil, yaitu sebesar 0,15% dari volume usaha
bank yang beroperasi secara konvensional pada akhir agustur 2003.
Berbeda dengan bank yang beroperasi secara konvensional (bank umum
atau BPR biasa) yang mempergunakan suku bunga, bank syariah beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil. Seorang penabung di bank syariah tidak menerima
pendapatan bunga dari uang yang ditabung, tetapi menerima pendapatan bagi hasil
dari dana yang ditanamkan di bank. Demikian juga dengan pembiayaan
berdasarkan bagi hasil (kalau bank umum di sebut sebagai kredit), bank tidak
mendapatkan bunga kredit tetapi memperoleh pendapatan bagi hasil.
46
Karena terdapat perbedaan dalam cara operasinya, maka pengaturan dan
pengawasan terhadap bank syariah juga berbeda. Hal tersebut merupakan
tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia. Misalnya, apakah perlu bank syariah
diatur dalam undang-undang tersendiri, dan sebagainya.
Peranan Utama Bank Indonesia dalam pengembangan bank Syariah adalah
dalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi pengembangan bank syariah yang
sehat dan konsisten (istiqomah) terhadap prinsip-prinsip syariah. Atau lebih
konkritnya dalam mewujudkan perbankan syariah yang mampu menggerakkan
sektor riil melalui kegiatan pembaiayaan berbasis ekuitas dalam kerangka tolong
menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan umat.
4. Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia
Perbankan Syariah memiliki kelembagaan yang agak berbeda dengan
perbankan konvensional. Dalam perbankan Syariah, bank terbagi menjadi bank
umum syariah, unit usaha syariah, dan BPR syariah. Di luar bank terdapat Dewan
Syariah Nasional, Dewan Pengawas Syariah, Badan Abritase Syariah Nasional,
dan Bank Indonesia.(Bank Syariah : Gambaran Umum Ascarya & Diana
Yumanita 2005)
a. Bank Syariah
Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam tiga
kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah. BUS memiliki bentuk kelembagaan seperti
Bank Umum Konvensional, sedangkan BPRS memiliki bentuk kelembagaan
seperti bank konvensional. Badan hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk
Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Sementara itu, UUS bukan
47
merupakan badan hokum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu
bank umum konvensional.
b. Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan
bank konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah,
atau Koperasi. Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat berusaha
sebagai bank devisa atau bank nondevisa.
c. Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan
atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu tingkat di bawah
direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai
bank devisa atau bank nondevisa. Sebagai suatu unit kerja khusus, UUS
mempunyai tugas untuk 1) mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor
cabang syariah 2) melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan
penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah, 3) menyusun
laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah, dan 4)
melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang syariah.
d. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan merupakan
48
badan usaha yang setara dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan
bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
e. Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah dewan yang dibentuk oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk
memastikan kesesuaian antara produk, jasa, dan kegiatan usaha lembaga keuangan
syariah (bank, asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya) dengan prinsip
syariah. Ada tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan DSN, yaitu:
1) Mewujudkan aspirasi umat islam mengenai masalah perekonomian dan
mendorong penerapan ajaran islam dalam bidang perekonomian/keuangan
yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat islam
2) Efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang
berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan
3) Mendorong penerapan agama islam dalam kehidupan ekonomi dan
keuangan
Fungsi utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan
syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Untuk itu, DSN
membuat guidelines produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum
Islam.
f. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan setingkat dewan komisaris
yang bersifat independent, yang dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional dan
ditempatkan pada lembaga keuangan syariah yang melakukan kegiatan usaha
berdasar prinsip syariah, dengan tugas yang diatur oleh Dewan Syariah Nasional.
Tugas Utama DPS bank syariah adalah mengawasi kegiatan bank sehari-hari agar
49
selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah, tentunya yang tertuang dalam
guiedelines dan fatwa-fatwa DSN. Dari hasil pengawasan tersebut DPS akan
membuat pernyataan secara berkala tentang kesesuaian operasi bank dengan
prinsip syariah, yang biasanya dimuat dalam laporan tahunan bank yang
bersangkutan. Selain itu, DPS juga meneliti dan merekomendasi produk baru dari
bank yang diawasinya dari segi kesesuaian dengan prinsip syariah, terutama
dengan guiedelines dan fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
Secara ringkas, fungsi DPS ada empat, yaitu:
1. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, UUS, dan pimpinan
kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan syariah.
2. Sebagai pengawas aktif dan pasif dari pelaksanaan fatwa-fatwa DSN serta
memberi pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha
agar sesuai dengan prinsip syariah
3. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul
dan saran pengembangan bank syariah yang diawasinya ke DSN sekurang-
kurangnya setahun sekali.
g. Badan Abritase Syariah Nasional
Badan Abritase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah lembaga yang
menangani perselisihan antara bank dan nasabahnya sesuai dengan tata cara
hukum syariah. Lembaga ini pertama kali didirikan bersama oleh Kejaksaan
Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia dengan nama Badan
Abritase Muamalah Indonesia, yang kemudian diubah menjadi Badan Abritase
Syariah Nasional. Apabila terjadi perselisihan antara bank dan nasabahnya,
mereka pertama kali biasanya memilih datang ke pengadilan negeri karena cara
ini lebih efisien dalam hal biaya dan waktu.
50
5. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
a. Perkembangan sebelum UU No. 10 Tahun 1998
Dalam bukunya, Ascarya dan Diana Yumanita menuliskan bahwa
Perbankan Syariah mulai berdiri di Indonesia semenjak tahun 1992. Sebelumnya
pemerintah belum memiliki komitmen untuk mengembangkan Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia. Perkembangan ini ditandai dengan di buatnya UU
No 7 tahun 1992 tentang lembaga keuangan berdasarkan prisip bagi hasil. Dan di
tulis lebih rinci lagi pada undang-undang No. 72 tahun 1992. Dalam undang-
undang tersebut tidak begitu banyak memuat tentang prinsip bagi hasil. Karena
dalam bank syariah sendiri prinsip bagi hasil memiliki cakupan yang lebih luas.
Oleh karena itu, UU No. 7 Tahun 1992 dan PP No. 72 Tahun 1992 belum
memberikan landasan hukum yang cukup kuat untuk pengembangan bank syariah
di Indonesia karena bank syariah hanya dipahami sebagai bank bagi hasil yang
selanjutnya harus tunduk pada peraturan perbankan umum konvensional. Selain
itu, juga belum ada ketentuan-ketentuan operasional yang mengatur berbagai hal
yang berhubungan dengan bank syariah. Bank syariah yang ada pada saat itu tentu
saja mengalami banyak kesulitan dalam mengembangkan kegiatan operasional.
Institusi-institusi pendukung juga belum ada karena pemerintah belum sungguh-
sungguh memberikan dukungan untuk perkembangan bank syariah. Dengan UU
No. 7 Tahun 1992 dan PP No. 72 Tahun 1992, Pemerintah sebenarnya sudah
mulai memperkenalkan sistem perbankan ganda atau dual banking system pada
sistem perbankan walaupun belum menerapkannya.
Sedangkan dalam perkembangan usahanya sebelum UU No. 10 tahun
1998, jumlah bank syariah di Indonesia baru sebuah, yaitu Bank Muamalat
Indonesia. Pada saat itu posisi pemerintah sendiri belum membuka sepenuhnya
51
terhadap peluang pendirian perbankan syariah. Hal ini tampak pada landasan
hukum bank syariah yang tertuang di dalam UU No. 7 tahun 1992 (Ascarya dan
Diana Yumanita. 2005, 05).
Berdasarkan suatu penelitian oleh Merza Gamal pada semester akhir
tahun 2005 terhadap sekitar 3.200 nasabah bank syariah di seluruh Indonesia,
diketahui bahwa lebih 70% nasabah memilih bank syariah dalam melakukan
transaksi perbankan dengan alasan utama sesuai keyakinan agama. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menginginkan dalam
melakukan transaksi keuangan tidak bertentangan dengan keyakinan agama.
Alasan utama lainya yang menyebabkan nasabah memilih bak syariah adalah
karena pelayanan bank syariah yang cepat dan memuaskan sebesar 38% serta
karena lokasi kantor bank yang strategis sebesar 30%, di samping alasan-alasan
rasional lainnya. Dapat pula diketahui, bahwa pada saat ini, berdasarkan penelitian
tersebut, nasabah bank syariah tersebut sebanyak hampir 66% masih
menggunakan bank konvensional di samping bertransaksi dengan bank syariah.
Alasan utama yang menyebabkan nasabah bank syariah masih menjadi nasabah
bank konvensional adalah karena alasan-alasan rasional dalam kemudahan
transaksi keuangan. Mereka sangat mengharapkan jaringan bank syariah dapat
diperluas serta bank syariah dapat meningkatkan pelayanan dan produk yang
dapat mengakomodasikan kebutuhan mereka dalam transaksi keuangan. Dari sisi
pendidikan, lebih dari dua pertiga nasabah bank syariah merupakan lulusan
perguruan tinggi. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
seseorang menjadi nasabah bank syariah bukan hanya karena faktor emosional
belaka, melainkan juga karena rasionalitas dalam kebutuhan perbankan dan
ekonomi lainnya tanpa meninggalkan keyakinan agama.
52
b. Perkembangan sesudah UU No.10 Tahun 1998
Tahun 1998 merupakan tonggak bersejarah bagi perkembangan perbankan
syariah di Indonesia ketika Pemerintah memberikan komitmennya secara penuh.
Pada tahun itu, UU No. 14 Tahun 1976 tentang pokok-pokok perbankan diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang memberikan landasan dan operasional untuk
perkembangan perbankan syariah secara komprehensif. Oleh karena itu, landasan
hukum perbankan syariah menjadi lebih kuat dan jelas. Dengan undang-undang
ini, sisttem perbankan ganda diterapkan karena bank konvensional dan bank
syariah diakui keberadaannya dan kedua-duanya sama-sama diatur dan diawasi
oleh Bank Indonesia. Dengan undang-undang ini, bank umum maupun BPR dapat
beroperasi berdasarkan prinsip syariah dan bank umum konvensional, melalui
suatu mekanisme tertentu dari Bank Indonesia, dapat melakukan kegiatan usaha
perbankan syariah dengan membuka Unit Usaha Syariah (UUS). Amanah untuk
mengembangkan perbankan syariah ini ditindaklanjuti oleh Bank Indonesia
dengan mengeluarkan ketentuan mengenai kelambagaan dan jaringan kantor bagi
bank umum syariah (BUS), bank umum konvensional (BUK) yang membuka Unit
Usaha Syariah (UUS) dan Kantor Cabang Syariah (KCS), serta ketentuan
mengenai BPR Syariah (BPRS) (Ascarya dan Diana Yumanita. 2005).
Setelah diakomodasinya Bank Syariah pada Undang-Undang Perbankan
No. 10 tahun 1998, maka dari tahun 2000 hingga tahun 2004, dapat dirasakan
pertumbuhan Bank Syariah cukup tinggi, rata-rata lebih dari 50% setiap tahunnya.
Bahkan pada tahun 2003 dan 2004, pertumbuhan Bank Syariah melebihi 90% dari
tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, pada tahun 2005 dan 2006, dirasakan ada
perlambatan, meskipun tetap tumbuh sebesar 37% dan 28%. Akan tetapi,
walaupun dirasakan pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia melambat,
53
sebenarnya pertumbuhan sebesar itu merupakan prestasi yang cukup baik. Perlu
disadari, bahwa di tengah tekanan yang cukup berat terhadap stabilitas
makroekonomi secara umum dan perbankan secara khusus, kondisi industri
perbankan syariah tetap memperlihatkan peningkatan kinerja yang relatif baik. Di
samping itu, dapat pula dipahami, bahwa meskipun share bank syariah pada saat
ini (per November 2007) baru 1,756%, namun hal tersebut telah menunjukkan
peningkatan yang luar biasa dibandingkan share pada tahun 1999 yang hanya
0,11% (Merza Gamal, 2008).
Tabel 2.1 Kontribusi Terhadap Aset Perbankan Nasional
Jumlah Aset (Miliar Rp)
Aset Nasional (miliar Rp)
Kontribusi Terhadap Aset Nasional
Dec-00 1,790 984,500 0,18%
Jun-01 2,269 1,057,992 0,21%
Dec-01 2,719 1,039,925 0,26%
Jun-02 3,312 999,987 0,33%
54
Dec-02 4,045 1,059,816 0,38%
Jun-03 5,302 1,058,146 0,50%
Dec-03 7,856 1,026,016 0,74%
Jun-04 11,023 1,124,828 0,98%
Nop-04 14,190 1,204,160 1,11%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, diolah
Penilaian Kesehatan Bank
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun untuk dilihat apakah ada
peningkatan atau penurunan dalam kinerjanya. Dalam penilaian kesehatan bank
BI memiliki aspek penilaian sebagai berikut :
a. Aspek permodalan (Solvabilitas)
Penilaian pada aspek permodalan didasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR
(Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. CAR adalah
rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung resiko. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
CAR = %100Re
XsikorutimbangMenuAktivaTert
ModalBank
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan
oleh aktiva yang beresiko. Sesuai dengan ketentuan pemerintah tahun 1999,
bahwa nilai CAR minimal harus 8%.
b. Aspek kualitas aset
55
Aspek ini digunakan untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh
bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan
memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan.
c. Aspek kualitas manajemen
Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen
aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.
Penilaian didasarkan kepada jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan
mengenai manajemen bank yang bersangkutan.
d. Aspek likuiditas
Suatu bank dapat dikatan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat membayar
semua hutang-hutangnya, terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada
saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Adapun cara perhitungan likuiditas suatu bank ada bermacam macam.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
Current Ratio (CR) = %100tan
XgLancarHu
arAktivaLanc
FDR = %100int
XiModalKLBITotalDPK
rikanitYangDibeJumlahKred
Current Ratio (CR) menunjukkan sejauh mana bank mampu untuk
melakukan kewajiban lancarnya yang dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar.
Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kemampuan suatu
bank untuk membayar kembali kewajibannya kepada para deposan dengan
menarik kembali kredit-kreditnya yang telah diberikan kepada para debiturnya.
FDR yang terlalu rendah berarti banyak dana yang tidak dioptimalkan
pemanfaatanya dalam bentuk penyaluran kredit. Sebaliknya, FDR yang terlalu
56
besar menunjukkan bahwa bank tersebut terlalu ekspansif dalam penyaluran
kredit, di mana dana yang digunakan termasuk beresiko tinggi (fluktuasi tingkat
bunga kredit pinjaman). Untuk menciptakan kondisi perbankan yang sehat, maka
Bank Indonesia menetapkan batas minimal FDR yang harus dipenuhi suatu bank
sebesar 85%-110%.
e. Aspek rentabilitas
Aspek ini merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan
labanya dalam setiap periode atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank
yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Pengukuran rentabilitas
untuk mengetahui kinerja suatu bank yang lazim digunakan adalah :
Return on Asset (ROA) = %100XtalrataAsetToRata
LabaBersih
Return on Equity (ROE) = %100XdalSendiriRatarataMo
LabaBersih
BOPO = %100tan
XlOperasionaPendapa
sionalBiayaOpera
Semua aspek penilaian di atas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL (Capital,
Management, Earning, dan Liquidity).
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya oleh Maysun tentang Analisis Kinerja Bank Umum
Syariah dan Konvensional di Indonesia (Study Kasus pada 14 Bank Umum
Dengan Kinerja Keuangan Sangat Bagus Pada Aset 1-10 Triliun Tahun 2003).
Penelitian ini dibuat dengan tujuan pertama adalah untuk mengetahui bagaimana
57
kinerja yang ditunjukkan dengan efisiensi pada masing-masing bank yang
memiliki kinerja keuangan sangat bagus pada aset 1-10 Ttriliun tahun 2003 baik
oleh Bank Umum Syariah dengan prinsip Syariah dan Bank Umum Konvensional
dengan prinsip bunga. Kedua, penelitian ini digunakan untuk mengetahui apa
yang menjadi sumber-sumber inefisiensi pada masing-masing bank dan
bagaimana cara mengatasinya. Ketiga, untuk mengetahui bagaimana kinerja yang
ditunjukkan dengan efisiensi bank-bank umum konvensional dengan prinsip
bunga.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder yang berupa data pada
tahun 2003 Metode yang digunakan untuk meneliti kinerja 14 Bank Umum
dengan kinerja keuangan sangat bagus pada aset 1-10 tahun 2003 adalah Data
Employment Analysis (DEA). DEA menggunakan multi input dan multi output
untuk menjelasakan kinerja bank secara riil sehingga dapat dilakukan kebijakan
koreksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas kinerja bank.
Cahyatiningnih (2005) dalam penelitiannya menganalisis tentang struktur
pasar dan kinerja industri Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia
sebelum dan sesudah krisis moneter. Dalam penelitian ini menggukan studi kasus
tahun 1992-2001. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dengan
popuplasi seluruh BUSND di Indonesia. Alat analisis yang digunakandalam
mengetahui adalah rasio konsentrasi (consentration ratio) dan indeks Herfindhal.
Sedangkan pengukuran kinerja perbankan digunakan variabel CAR, ROA dan
FDR.
Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar Industri BUSND di
Indonesia berdasarkan pangsa pasar pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan kredit
yang diberikan cenderung mengalami kenaikan tipe oligopoli dari periode
58
sebelum krisis moneter yakni oligopoli tipe IV (Low Moderate Oligopoly)
menjadi oligopoli tipe III (high moderate oligopoly) untuk periode setelah krisis
moneter yang ditunjukkan oleh nilai konsentrasi rasio (CR4/8/20) yang
meningkat.
E. Kerangka Teoritis
Berdasarkan kerangka pemikiran berikut dapat dijelaskan bahwa dalam
menentukan struktur pasar industri Perbankan Syariah di Indonesia, terlebih
dahulu kita mengukur konsentrasi dari produk yang di hasilkan meliputi : aset
yang dimiliki, kredit yang diberikan, serta dana pihak ketiga yang dapat
dikumpulkan. Setelah konsentrasi ditentukan maka struktur pasar industri
perbankan Syariah di Indonesia dapat diketahui pada skema kerangka pemikiran
berikut.
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Struktur Pasar dan Kinerja
Aset
Dana Pihak Ketiga
Struktur Pasar
Kinerja Industri
Sesudah UU Perbankan Syariah No. 10 Th 1998
Pembiayaan yang diberikan
Financing to Deposit
Return on Asset
Capital Adequacy
59
Dalam melakukan analisis terhadap Kinerja dan Struktur Pasar Perbankan
Syariah di perlukan sebuah kerangka pemikiran seperti diatas. Kerangka
pemikiran ini digunakan dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan
penelitian. Dalam menganalisa Struktur Pasar digunakan variabel Aset, Kredit
yang diberikan dan Dana Pihak Ketiga. Sedangkan penilaian kinerja digunakan
Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Variabel-variabel tersebut menunjukkan kinerja
perusahaan secara umum dilihat dari tingkat solvabilitas, rentabilitas, dan
rentabilitas. Variabel CAR dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
resiko, misalnya dalam bank konvensional biasa disebut dengan kredit yang
diberikan. Variabel ROA dapat dijadikan ukuran dalam mengetahui kemampuan
bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total
asetnya. Variabel FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai suber likuiditasnya. Ketiga variabel
kinerja tersebut dapat menunjukkan dalam pengukuran tingkat kesehatan dilihat
dari aspek solvabilitas, rentabilitas, serta likuiditas suatu bank dalam periode
waktu tertentu sehingga dapat dibandingkan antara bank yang satu dengan bank
yang lainnya, atau dengan sistem perbankan pada umumnya.
60
Analisis selanjutnya akan diteliti mengenai seberapa kuat hubungan antara
struktur pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga dan pangsa pasar atas
pembiayaan yang di berikan oleh Industri Perbankan Syariah yang diwakili oleh
variabel CAR, ROA, dan FDR.
F. Hipotesis
Merupakan dugaan sementara tentang hasil penelitian yang akan
dibuktikan kebenarannya melalui pengujian alat analisis. Berdasarkan study
literatur mengenai teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya, dan untuk
mencapai tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Diduga struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar atas aset, panga pasar
atas dana pihak ketiga, serta pangsa pasar atas kredit yang diberikan
memiliki hubungan dengan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia
yang diwakili oleh variabel CAR, ROA, dan FDR.
2. Diduga terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah di Indonesia dilihat dari variabel CAR, ROA, dan FDR sesudah
dikeluarkannya U No: 10/1998.
3. Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan Industri yang
terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk oligopoli.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini di buat sebagai studi mengenai organisasi industri yang
mencakup kajian tentang struktur pasar dan kinerja industri perbankan di
Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada kajian pustaka terhadap
berbagai literatur yang berhubungan dengan objek penelitian. Masalah industri
62
perbankan yang dipilih lebih dikususkan pada studi kasus Perbankan Syariah di
Indonesia dengan pertimbangan bahwa :
1. Pemerintah telah memberikan komitmennya dengan dikeluarkannnya
Undang-Undang yang mengatur tentang Perbankan Syariah. Kebijakan ini
merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang
Pokok-pokok perbankan yang diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 yang
memberikan landasan kelembagaan dan operasional untuk perkembangan
perbankan Syariah secara komphrehensif.
2. Fenomena yang terjadi ketika krisis moneter tahun 1997 telah
memperburuk kondisi perbankan di Indonesia. Hal ini sangat terlihat pada
beberapa Bank Swasta yang terkena likuidasi. Namun kondisi ini tidak
memberikan dampak yang serupa terhadap perbankan Syariah ketika itu.
Semenjak krisis moneter ini perbankan Syariah mulai mendapat banyak
perhatian dari beberapa pengamat Ekonomi. Beberapa pengamat mulai
mengadakan penelitian terhadap perbankan Syariah.
3. Perkembangan Globalisasi kegiatan ekonomi telah membawa dampak
positif terhadap kondisi perbankan Syariah (Islamic Bank). Hal ini dapat
dilihat dengan mulai bermunculannya lembaga-lembaga keuangan
berbasiskan Syariah. Lembaga Keuangan Syariah ini dapat berupa Bank
Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan BPR Syariah.
B. Populasi Data
Populasi dari penelitian ini adalah Industri Perbankan Syariah. Elemen
dari populasi penelitian ini adalah seluruh bank Syariah yang terdapat
Indonesia dari tahun 2000 sampai 2007. Jumlah populasi yang di gunakan
63
dalam menghitung nilai pangsa pasar bank syariah adalah sejumlah 24 bank
syariah.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif berupa laporan keuangan sepuluh tahun berturut-turut.
Data bersumber dari berbagai terbitan antara lain :
1. Direktori Perbankan Indonesia dari berbagai edisi yang diterbitkan
bank indonesia beserta situs resminya (www.bi.go.id).
2. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia.
3. Pencatatan dari literatur dan sumber-sumber yang dianggap perlu.
4. Peta dan Idikator Keuangan Perbankan Indonesia yang diterbitkan
oleh Ekofin Konsulindo (konsultan perbankan dan keuangan).
5. Biro riset majalah Infobank dari berbagai edisi beserta situs
resminya (www.infobank.co.id).
D. Definisi Operasional Variabel
Batasan pengertian dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Struktur Pasar
Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan.
Struktur pasar merupakan karakteristik dari organisasi perusahaan yang dapat
64
mempengaruhi sifat kompetisi dan harga. Variabel struktur pasar yang digunakan
meliputi :
a. Variabel Aset/aktiva. Variabel ini merupakan pangsa pasar jumlah aset
tersedia dari semua bank. Yang dimaksud dengan aset ialah keseluruhan
aktiva dalam rupiah dan valas yang dimilliki oleh bank dengan maksud
untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Termasuk
kedalam pos aktiva ialah kas, giro, di Bank Indonesia, tagihan pada bank
lain, Surat berharga dan tagihan lainnya, kredit yang diberikan,
penyertaan, cadangan aktiva yang diklasifikasikan, aktiva tetap dan
inventaris, dan rupa-rupa aktiva.
b. Variabel Kredit yang diberikan. Variabel ini merupakan pangsa pasar
kredit yang diberikan dari suatu bank terhadap total jumlah kredit yang
disalurkan yang tersedia dari semua bank. Yang masuk dalam kredit
yang diperlukan adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta
asing yang diberikan oleh bank, termasuk kantornya di luar negeri,
kepada pihak ketiga bukan bank, baik di dalam negri maupun diluar
negeri.
c. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK). Variabel ini merupakan pangsa
pasar dana pihak ketiga yang tersedia dari suatu bank terhadap total dana
pihak ketiga tersedia dari semua bank. Dana pihak ketiga ini meliputi :
giro, tabungan, deposito berjangka maupun sertifikat deposito baik
dalam bentuk rupiah maupun valuta asing.
2. Rasio Konsentrasi
65
Rasio konsentrasi adalah suatu indeks yang mengukur kekuatan pasar
berdasarkan perusahaan-perusahaan terbesar. Nilai dari rasio konsentrasi suatu
industri merupakan dasar untuk menentukan struktur pasar suatu industri. Rasio
konsentrasi berdasarkan dana pihak ketiga, serta rasio konsentrasi berdasarkan
kredit yang diberikan.
3. Indeks Herfindal
Indeks Herfindal (IH) dihitung dengan menggunakan informasi tentang
kontribusi (share) yang ada dalam suatu industri. Nilai Indeks Herfindal
dinyatakan dalam prosentase di mana andil dari perusahaan pertama sampai ke-i
yang terbesar dari suatu industri.
4. Variabel kinerja yang digunakan
a. Variabel Capital Adequacy to Ratio (CAR). Variabel CAR merupakan
indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya
sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva
yang beresiko. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri
bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank,
seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.
CAR = sikorutimbangMenuAktivaTert
ModalBankRe
X 100%
b. Variabel Return on Asset (ROA). Variabel ROA merupakan salah satu
indikator profabilitas yang membandingkan antara laba bersih terhadap
rata-rata total aset. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki.
66
Return on Asset (ROA) = talrataAsettoRata
LabaBersih
X 100%
c. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR). Variabel LDR merupakan
rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang
diberikan oleh bank. Dengan kata lain, FDR menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya.
FDR = ModalIntiKLBITotalDPK
rikanityangDibeJumlahKred
X 100%
E. Metode Analisis Data
1. Struktur Pasar Industri Perbankan Syariah
Untuk menghitung pangsa pasar industri perbankan digunakan alat
analisis Corelation Ratio (CR) dan Herfindal Indeks (IH). Rasio konsentrasi
yang digunakan adalah pangsa pasar oleh 3 perusahaan terbesar dan 8
perusahaan terbesar dalam sebuah Industri. Perhitungan rasio konsentrasi di
gambarkan dalam rumus berikut: (Jaya dan Negoro: 1997).
MSMS
Crm n
m
Dimana Msi = NV
NVin
Keterangan :
Crm = besarnya tingkat konsentrasi m bank syariah terbesar
67
MS = pangsa pasar
m = jumlah bank terbesar yang diamati
n = jumlah seluruh bank yang diamati
Msi = pangsa pasar bank ke-I
NV = nilai variabel
NVi = nilai variabel bank ke-i, yaitu total aset, besarnya dana pihak
ketiga, dan besarnya kredit yang diberikan.
Pangsa pasar yang akan dianalisa meliputi aset, dana pihak ketiga, dan
kredit yang diberikan. Angka konsentrasi ini dinyatakan dalam prosentase. Secara
sistematis nilainya berada dalam interval 0 .1 CR Apabila angka CR cukup
besar (mendekati 100%) maka struktur pasarnya adalah cenderung monopoli.
Nilai CR akan semakin menurun jika persaingan antar perusahaan semakin ketat
dengan bertambahnya jumlah perusahaan dalam industri, bahkan akan cenderung
ke dalam bentuk pasar persaingan sempurna bila angkanya mendekati 0%.
Perhitungan CR ini menitik beratkan pada pangsa pasar dari sejumlah perusahaan
terbesar dalam industri.
Indeks Herfindahl dihitung dengan menggunakan informasi tentang
kontribusi (share) perusahaan yang ada dalam suatu industri. Perhitungan Indeks
Herfindahl menggunakan rumus sebagai berikut :
IH =
n
i NVNNi
1
2)(
Keterangan :
IH = Indeks Herfindal (nilai konsentrasi dari andil perusahaan terbesar
dalam suatu industri)
68
Nvi = besaran absolut dari variabel yang diamati pada perusahaan ke-i,
yaitu nilai aset, jumlah kredit yang diberikan, dan modal sendiri.
NV = jumlah keseluruhan dari nilai variabel yang diukur
n = jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industri
Nilai Indeks Herfindhal dinyatakan dalam presentase dan akan berada
dalam interval 10 IH . Nilai ini menyatakan andil besar perusahaan pertama
sampai dengan ke-i yang terbesar dalam industri tersebut. Untuk mengetahui ada
beberapa perusahaan yang dominan menguasai pangsa pasar maka dapat diketahui
dengan mencari nilai IH tersebut. Apabila dalam Industri ada satu perusahaan
yang menguasai pasar maka nilai IH= 1. semakin bertambah jumlah perusahaan
dalam industri akan menurunkan angka indeks, dengan asumsi pangsa pasar
masing-masing perusahaan relatif sama.
Pengukuran lain dari sebuah konsentrasi Industri adalah dengan
menggunakan Herfindhal-Hirscham Index (HHI). Herfindhal-Hirscham Index
(HHI) adalah penjumlahan dari sejumlah kontribusi pasar pada suatu perusahaan
yang diberikan oleh suatu Industri, dari hasil tersebut dikalikan dengan 10,000
untuk mengurangi nilai desimal. Dengan mengkuadratkan nilai kontribusi pasar
sebelum menjumlahkannya, Index ukuran perusahaan dengan kontribusi pasar
yang tinggi akan terlihat lebih besar.
HHI = 10,000 2iw
Keterangan :
HHI : Herfindhal-Hirscham Index
w : Total Output dari kontribusi pasar ( Ti SS / )
iS : Total Penjualan Perusahaan
69
TS : Total Penjualan dari sebuah Industri
Nilai dari Herfindhal-Hirscham Index terletak diantara 0 sampai 10,000.
Nilai 10,000 muncul ketika sebuah perusahaan (dengan kontribusi pasar iw = 1)
berada dalam sebuah Industri. Hasil dengan nilai 0 (enol) ketika terdapat banyak
perusahaan kecil. Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui perbandingan
kontribusi pasar yang diberikan diantara Lembaga Keuangan Syariah.
2. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri
Melalui analisis pangsa pasar pada sejumlah variabel, yaitu jumlah aset
yang dimiliki, jumlah dana pihak ketiga yang harus dikumpulkan, dan jumlah
kredit yang tersalurkan, maka dapat diketahui seberapa besar pangsa pasar yang
dikuasai oleh suatu bank. Dengan demikian kita dapat mengetahui struktur
pasarnya. Selanjutnya gambaran tentang struktur pasar dikaitkan dengan
gambaran kinerja Perbankan Syariah secara individual. Analisis ini diharapkan
dapat mengemukakan kaitan antara Struktur Pasar dan kinerja Perbankan Syariah.
Dalam menganalisis hubungan antara struktur pasar dan kinerja Perbankan
Syariah, sebelumnya dilakukan uji normalitas pada tiap-tiap variabel yang akan
diteliti. Dengan uji normalitas akan diketahui apakah data yang diteliti
terdistribusi normal (asimetris) atau tidak normal (simetris) sehingga dapat
ditentukan metode statistik apa yang selanjutnya akan dipergunakan dalam
menganalisis hubungan antara struktur pasar dan kinerja perbankan Syariah,
apakah metode parametrik atau non-parametrik. Uji normalitas yang akan
dipergunakan adalah uji Lilliefors (Komologrov-Smirnov) dan uji Shapiro-Wilk.
Hubungan antara struktur pasar dan kinerja Industri Perbankan Syariah di
Indonesia akan diuji dengan analisis korelasi. Analisis ini bertujuan untuk
mengukur kuat atau derajat hubungan linier antara dua variabel, sangat erat
70
berhubungan tetapi sangat berbeda dalam konsep dari analisis regresi. Analisis
korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua
variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata
lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan
variabel independen. Beberapa sifat koefisien korelasi (r) dapat dijelaskan sebagai
berikut (Gujarati, 1995: 46-47) :
1. r dapat positif atau negatif, tandanya tergantung pada tanda faktor
pembilang, yang mengukur kovariasi sampel kedua variabel.
2. Terletak antara batas -1 dan +1, yaitu 11 r .
3. Sifat dasarnya simetris, yaitu koefisien korelasi antara X dan Y (rxy) sama
dengan keifisien korelasi antara Y dan X (ryx).
4. Tidak tergantung pada titik asal (origin) dan skala, yaitu kalau
didefinisikan Xi* = aXi + c dan Yi* = bYi + d, di mana a>0, b>0, dan c
dan d konstan, maka r antara X* dan Y* adalah sama dengan r antara
variabel asli X dan Y.
5. Kalau X dan Y bebas secara statistik, koefisien korelasi antara keduanya
adalah 0 (nol); tetapi kalau r = 0, ini tidak berarti bahwa kedua variabel
adalah bebas. Dengan perkataan lain korelasi nol tidak perlu berarti
kebebasan.
6. r hanyalah suatu ukuran hubungan linier atau ketergantungan linier saja; r
tidak mempeunyai arti untuk menggambarkan hubungan non linier.
7. Meskipun r adalah ukuran hubungan linier anatara dua variabel, tetapi
tidak perlu berarti adanya hubungan sebab akibat.
r = 2r
71
=
22ii
ii
yx
yx
=
2222iiii
iiii
yyNxxN
yxyxN
Keterangan :
r = koefisien korelasi sampel
x = variabel struktur pasar Perbankan Syariah di Indonesia
y = variabel kinerja Perbankan Syariah di Indonesia
N = jumlah kasus penelitian
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Formulasikan H0 dan H1
H0 = tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau angka korelasi 0.
H1 = ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau angka korelasi tidak 0.
2. Menentukan level of Significance, %5
3. Pengambilan keputusan berdasarkan pada probabilitas :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, berarti tidak ada
hubungan/korelasi antara 2 variabel yang diamati.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menafsirkan angka
korelasi, yaitu:
Jika dalam hasil analisis menunjukkan angka korelasi
Di atas 0,5 : menunjukkan korelasi yang cukup kuat
Di bawah 0,5 : menunjukkan korelasi yang lemah
72
Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh terhadap penafsiran
hasil. Tanda – (negatif) pada output menunjukkan arah yang berlawanan
sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama.
Signifikansi hasil korelasi adalah bertujuan untuk mengetahui angka
korelasi tersebut benar-benar significance sehingga dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua variabel.
Uji korelasi Pearson Product Moment digunakan jika data terdistribusi
secara normal maka akan digunakan metode non parametrik dengan menggunakan
uji korelasi Spearman’s rho dan kendhall’s tau (Djarwanto, 1996: 329-330).
Adapun uji korelasi Spearman’s rho di rumuskan sebagai berikut:
rs = 1- )1(
62
2
nn
di
di mana n adalah banyaknya pasangan data, dan di adalah selisih dari
setiap pasangan rank. Sedangkan uji korelasi Kendall’s tau dapat dirumuskan
sebagai berikut:
)1(
21
NN
SkinumYangMungSkorMaksim
benarnyaSkorYangSe
Di mana s adalah nilai skor yang sebenarnya, dan N adalah banyaknya
objek atau satuan yang diurutkan pada X dan Y.
3. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia per
tahun dari tahun 2000 sampai 2007.
Untuk mengetahui perbedaan kinerja industri perbankan Syariah di
Indonesia sebelum dan selama Undang-undang perbankan syariah No. 10 tahun
1998 terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan uji normalitas terlebih
dahulu. Apabila hasil uji normalitas data diperoleh hasil distribusi normal maka
73
uji parametrik t-test dilakukan, yakni menggunakan Paired Sample t Test. Namun,
apabila distribusi data tidak normal digunakan uji non-parametrik, yaitu dengan
Wicolxon’s Signed Rank.
Pada penelitian ini variabel kinerja yang akan dilihat adalah Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) setelah dikeluarkankannya Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998
Rumus uji t untuk dua sampel yang berpasangan adalah: (Santoso, 2002: 104).
nSdXXt/
0)( 21
nddtotalnXXX
/)()1/(10)( 21
1
di mana:
2X = rata-rata kinerja industri perbankan Syariah sebelum Undang-undang
1X = rata-rata kinerja industri perbankan Syariah Selama Undang-undang
Sd = Standar deviasi
d = selisih nilai kinerja industri perbankan Syariah sebelum dan selama
Undang- undang
n = jumlah data
Adapun langkah pengujiannya sebagai berikut :
1. Formulasikan H0 dan H1
H0 = Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kinerja
industri Perbankan Syariah di Indonesia Setelah Undang-
Undang perbankan No. 10 tahun 1998 per tahun adalah
sama/tidak berbeda secara nyata)
74
H1 = Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kinerja
Industri Perbankan Syariah di Indonesia setelah Undang-
Undang perbankan Syariah No. 10 tahun 1998 adalah berbeda
secara nyata)
2. Menentukan level of significance, = 5%
-t /2 +t /2
3. Kriteria pengambilan keputusan :
a. Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel
H0 diterima apabila –t tabel < t hitung < t tabel
H0 ditolak apabila t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel
b. Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 di tolak.
Sedangkan uji yang akan dilakukan untuk melihat apakah terdapat
perbedaan kinerja Return on Asset (ROA) setelah undang-undang
perbankan Syariah No. 10 tahun 1998 adalah dengan menggunakan
Wilcoxon Signed Rank Test, yang dirumuskan sebagai berikut: (Santoso,
2001: 148)
z = 12124/1
14/1
NNN
NNT
Ho ditolak Ho di tolak Ho di terima
75
di mana T adalah selisih rata-rata terkecil, dan N adalah jumlah sampel.
Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis
H0 = Kedua rata-rata populasi adalah sama atau lebih besar dari nol
(rata-rata kinerja industri perbankan syariah di Indonesia setelah
undang-undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998 per tahun
adalah sama/tidak berbeda secara nyata)
H1 = Kedua rata-rata populasi adalah lebih kecil dari nol (rata-rata
kinerja industri perbankan syariah di Indonesia setelah undang-
undang perbankan syariah No. 10 tahun 1998 per tahun adalah
berbeda secara nyata).
2. Menentukan level of significance
3. Kriteria pengambilan keputusan.
1) Dengan membandingkan angka z hitung dengan z tabel:
Jika z hitung < z tabel maka H0 diterima
Jika z hitung > z tabel maka H0 ditolak
2) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan :
Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
76
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perkembangan Industri Perbankan Syariah di
Indonesia
Industri Perbankan sempat mengalami guncangan besar pada tahun
1998. Krisis moneter telah mengakibatkan beberapa bank terkena likuidasi.
Sebagian besar masyarakat telah menarik tabungan mereka terhadap beberapa
77
bank yang terkena likuidasi. Kondisi ini tidak berdampak terhadap kinerja
Bank Syariah pada waktu itu. Bank Syariah tetap menjalankan operasionalnya
tanpa terkena dampak krisis ekonomi. Bank Syariah pada waktu itu mampu
bertahan dikarenakan sintem yang mereka jalankan adalah sistem bagi hasil.
Sedangkan Bank Konvensional yang menerapkan sistem bunga sangat terkena
dampak krisis ekonomi. Krisis ekonomi telah mengakibatkan bunga bank
melambung tinggi sehingga beberapa bank konvensionalpun terancam tutup.
Kelahiran Bank Islam di Indonesia relatif terlambat dibandingkan
dengan negara-negara lain sesama anggota OKI. Hal tersebut merupakan ironi,
mengingat pemerintah RI yang diwakili Menteri Keuangan Ali Wardana,
dalam beberapa kali sidang OKI cukup aktif memperjuangkan realisasi konsep
bank Islam, namun tidak diimplementasikan di dalam negeri. KH Hasan Basri,
yang pada waktu itu sebagai Ketua MUI memberikan jawaban bahwa kondisi
keterlambatan pendirian Bank Islam di Indonesia karena political-will belum
mendukung.
Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia berawal dari
ide dan gagasan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, agar
memiliki sebuah alternatif sistem keuangan perbankan yang bersifat Islami. Di
sisi lain masyarakat Indonesia masih meyakini bahwa sistem perbankan
syariah yang menerapkan bagi hasil memberikan keuntungan, baik untuk
nasabah dan bank.
78
Pada awal tahun 1980 gagasan pendirian perbankan syariah mulai
dilakukan. Maraknya seminar tentang pentingnya bank syariah yang dilakukan
masyarakat dan akademisi semakin memantapkan langkah tersebut. Sebagai
langkah uji coba, mereka kemudian mempraktekkan gagasan tentang bank
syariah dalam sklala kecil. Sejak itu berdirilah Bait Al-Tamwil Salman di
Institut Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Keberadaan
badan usaha pembiayaan non-bank yang mencoba menerapkan konsep bagi
hasil ini semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan
keberadaan alternatif lembaga keuangan syariah untuk melengkapi pelayanan
lembaga keuangan konvensional yang sudah ada.
Melihat aspirasi masyarakat untuk memiliki lembaga keuangan
syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindak lanjuti aspirasi
tersebut dengan melakukan pendalaman konsep-konsep keuangan syariah,
termasuk system perbankan syariah.
Pada tanggal 18 sampai 20 Agustus tahun 1990, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) menyelanggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di
Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih
mendalam pada Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada tanggal
22 sampai 25 Agustus 1990. Hasilnya, lahirnya amanat untuk pembentukan
kelompok kerja pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja
ini disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas untuk menindaklanjuti aspirasi
dan keinginan masyarakat tersebut serta melakukan berbagai persiapan dan
konsultasi dengan semua pihak terkait.
79
Bank Syariah sendiri mulai berdiri di Indonesia yaitu sejak tahun 1992
ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat
merupakan satu – satunya bank Syariah yang berdiri pada tahun 1992.
Keberadaan Bank Syariah sendiri di Indonesia mulai diakui semenjak
diberlakukannya Undang – undang perbankan Syariah No. 7 tahun 1992.
Undang – undang ini merupakan titik awal perkembangan Industri perbankan
Syariah di Indonesia. Dengan berlakunya perundang-undangan tersebut telah
menandai berlakunya system perbankan ganda (dual banking system) di
Indonesia.
Melalui perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah,
pertumbuhan perbankan syariah nasional mengalami pertumbuhan yang relatif
cepat, terutama setelah dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia. Perkembangan periode tahun 1992 sampai
dengan 1998, terdapat hanya satu bank umum syariah dan 78 bank perkreditan
rakyat syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Pada tahun 1998, dengan
dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang yang dianggap telah memberikan
landasan hukum yang lebih kuat dan kesempatan yang lebih luas untuk
jaringan pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Antara lain melalui
izin pembukaan kantor cabang syariah (KCS) oleh bank umum konvensional.
Selain itu UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang isinya tentang
pemberian wewenang kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan
tugasnya berdasarkan prinsip syariah dan mempersiapkan perangkat peraturan
serta berbagai fasilitas penunjang dalam mendukung operasional bank syariah.
80
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia. Pada tahun 1992-1998 hanya ada satu bank syariah yaitu
Bank Muamalat Indonesia. Namun kondisi ini mulai berubah pada permulaan
Maret tahun 2007. Jumlah Bank Syariah telah mencapai 24 unit yang terdiri
atas 3 Bank Umum Syariah dan 21 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 105 unit pada
periode yang sama.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-
transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem
keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang (Sekilas tentang Perbankan Syariah di Indonesia,
www.bi.go.id). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Perbankan Syariah
baik dari sisi keuangan dan produk-produknya sangat bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya.
1. TUJUAN PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Langkah yang diambil pemerintah untuk membangun kembali system
perbankan yang sehat dalam rangka mendukung progam pemulihan dan
pemberdayaan ekonomi nasional, selain restrukturisasi perbankan, adalah
81
dengan pengembangan system perbankan syariah. Tujuan pengembangan
perbankan syariah adalah untuk memenuhi hal-hal berikut (Muhamad Syafi”i
Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik) :
a. Kebutuhan Jasa Perbankan bagi Masyarakat yang Tidak Dapat Menerima
Konsep Bunga. Dengan diterapkannya system perbankan syariah yang
berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, mobilisasi dana
masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas, terutama dari segmen
masyarakat yang selama ini belum dapat tersentuh oleh system perbankan
konvensional.
b. Peluang Pembiayaan bagi Pengembangan Usaha berdasarkan Prinsip
Kemitraan. Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah hubungan
antar investor yang harmonis (mutual investor relationship). Adapun
dalam sistem konvensional, konsep yang diterapkan adalah hubungan
debitur dan kreditur yang antagonis (debtor to creditor relationship).
c. Kebutuhan akan Produk dan Jasa Perbankan Unggulan. Sistem perbankan
syariah memiliki berbagai keunggulan komparatif berupa penghapusan
pembebanan bunga yang berkesinambungan (perpectual interest effect),
membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif, dan pembiayaan yang
ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral (halal).
2. Hukum Perbankan dalam Islam
Sebagaimana telah dikemukakan, secara teoritis Bank Islam baru
dirintis sejak tahun 1940-an dan secara kelembagaan baru dapat dibentuk
pada tahun 1960-an. Di Indonesia kenyataannya baik secara teoritis maupun
82
kelembagaan, perkembangan Bank Islam bahkan lebih kemudian. Eksistensi
Bank Islam secara hukum positif dimungkinkan pertama kali melalui Pasal 6
huruf m Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 6 huruf
m beserta penjelasannya tidak mempergunakan sama sekali istilah Bank
Islam atau Bank Syariah sebagaimana dipergunakan kemudian sebagai istilah
resmi dalam UUPI, namun hanya menyebutkan, “menyediakan pembiayaan
bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah."
Di dalam Pasal 5 ayat (3) PP No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum
pun hanya disebutkan frasa “Bank Umum yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil” dan di penjelasannya disebut “Bank berdasarkan prinsip
bagi hasil”. Begitu pula dalam Pasal 6 ayat (2) PP No. 71 Tahun 1992 tentang
Bank Perkreditan Rakyat hanya menyebutkan frasa “Bank Perkreditan
Rakyat yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil”
yang dalam penjelasannya disebut “Bank Perkreditan Rakyat yang
berdasarkan bagi hasil”.
Kesimpulan bahwa “bank berdasarkan prinsip bagi hasil” merupakan
istilah bagi Bank Islam atau Bank Syariah baru dapat ditarik dari Penjelasan
Pasal 1 ayat (1) PP No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip
Bagi Hasil. Dalam penjelasan ayat tersebut ditetapkan bahwa yang dimaksud
dengan prinsip bagi hasil adalah prinsip muamalat berdasarkan Syari’at
dalam melakukan kegiatan usaha bank.
Melihat ketentuan-ketentuan yang ada dalam PP No. 72 Tahun 1992,
keleluasaan untuk mempraktekkan gagasan perbankan berdasarkan syariat
83
Islam terbuka seluas-luasnya, terutama berkenaan dengan jenis transaksi yang
dapat dilakukan. Pembatasan hanya diberikan dalam hal :
1. Larangan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan
prinsip bagi hasil (maksudnya kegiatan usaha berdasarkan
perhitungan bunga) bagi Bank Umum atau Bank Perkreditan
Rakyat yang kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip
bagi hasil. Begitu pula Bank Umum atau BPR yang kegiatan
usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil dilarang melakukan
kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil.
2. Kewajiban memiliki Dewan Pengawas Syariah yang bertugas
melakukan pengawasan atas produk perbankan baik dana maupun
pembiayaan agar berjalan sesuai dengan prinsip Syari’at, dimana
pembentukannya dilakukan oleh bank berdasarkan hasil konsultasi
dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Pada saat berlakunya UU No. 7 Tahun 1992, selain ketiga PP tersebut
di atas tidak ada lagi peraturan perundangan yang berkenaan dengan Bank
Islam. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa eksistensi Bank Islam yang
telah diakui secara hukum positif di Indonesia, belum mendapatkan dukungan
secara wajar berkenaan dengan praktek traksaksionalnya. Hal ini dapat dilihat
misalnya dari tidak seimbangnya jumlah dana yang mampu dikumpulkan
dibandingkan dengan penyalurannya di masyarakat. Bagi BMI tidak ada
kesulitan untuk mengumpulkan dana berupa tabungan dan investasi dari
masyarakat, namun untuk penyalurannya masih sangat terbatas, mengingat
84
belum adanya instrumen investasi yang berdasarkan prinsip syariah yang
diatur secara pasti, baik instrumen investasi di Bank Indonesia, Pemerintah,
atau antar-bank. Tidak mengherankan bilamana dalam Laporan Keuangan
BMI pada masa tersebut dapat ditemukan satu pos anggaran atau account
yang diberi istilah sebagai “Pendapatan Non Halal”, yakni pendapatan yang
didapat dari transaksi yang bersifat perbankan konvensional.
Perkembangan lain yang patut dicatat berkaitan dengan perbankan
syariah pada saat berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan adalah berdirinya Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI).
BAMUI berdiri secara resmi tanggal 21 Oktober 1993 dengan pemrakarsa
MUI dengan tujuan menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa
muamalat dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-
lain di kalangan umat Islam di Indonesia. Dengan demikian dalam transaksi-
transaksi atau perjanjian-perjanjian bidang perbankan syariah lembaga
BAMUI dapat menjadi salah satu choice of forum bagi para pihak untuk
menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan transaksi atau perjanjian tersebut. Perkembangan kemudian
berkenaan dengan BAMUI, melalui Surat Keputusan Majelis Ulama
Indonesia No. Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 menetapkan
di antaranya perubahan nama BAMUI menjadi Badan Arbitrase Syari’ah
Nasional (BASYARNAS) dan mengubah bentuk badan hukumnya yang
semula merupakan Yayasan menjadi ‘badan’ yang berada di bawah MUI dan
merupakan perangkat organisasi MUI.
85
Meskipun pada saat berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1992
perkembangan perbankan syariah masih sangat terbatas, namun sebagaimana
disebutkan oleh Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, SH merupakan salah
satu tonggak sejarah yang sangat penting khususnya di dalam kehidupan
umat Islam dan pada umumnya bagi perkembangan Hukum Nasional. Dalam
makalahnya yang berjudul “Peranan BAMUI Dalam Pembangunan Hukum
Nasional” beliau mengatakan sebagai berikut :
Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 membawa era baru
dalam sejarah perkembangan hukum ekonomi di Indonesia. Undang-undang
tersebut memperkenalkan system bagi hasil yang tidak dikenal dalam
Undang-undang tentang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967. Dengan
adanya system bagi hasil itu maka Perbankan dapat melepaskan diri dari
usaha-usaha yang mempergunakan system bunga. Jika sekarang ini peranan
hokum Islam terbatas pada peranan hokum keluarga, tetapi sejak tahun
1992, peranan Hukum Islam telah memasuki dunia hukum ekonomi (bisnis).
Pada tahun 1998 eksistensi Bank Islam lebih dikukuhkan dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Undang-
undang tersebut, sebagaimana ditetapkan dalam angka 3 jo. angka 13 Pasal 1
Undang-undang No. 10 Tahun 1998, penyebutan terhadap entitas perbankan
Islam secara tegas diberikan dengan istilah Bank Syari’ah atau Bank
Berdasarkan Prinsip Syari’ah. Pada tanggal 12 Mei 1999, Direksi Bank
Indonesia mengeluarkan tiga buah Surat Keputusan sebagai pengaturan lebih
86
lanjut Bank Syariah sebagaimana telah dikukuhkan melalui Undang-undang
No. 10 Tahun 1998, yakni :
1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/33/KEP/DIR
tentang Bank Umum, khususnya Bab XI mengenai Perubahan
Kegiatan Usaha dan Pembukaan Kantor Cabang Syariah;
2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR
tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah ; dan
3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR
tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
Selanjutnya berkenaan dengan operasional dan instrumen yang dapat
dipergunakan Bank Syariah, pada tanggal 23 Februari 2000 Bank Indonesia
secara sekaligus mengeluarkan tiga Peraturan Bank Indonesia, yakni :
1. Peraturan Bank Indonesia No. 2/7/PBI/2000 tentang Giro Wajib
Minimum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum
Yang Melakukan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah ,
yang mengatur mengenai kewajiban pemeliharaan giro wajib
minimum bank umum yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah;
2. Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000 tentang Pasar Uang
Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, yang dikeluarkan dalam
rangka menyediakan sarana penanaman dana atau pengelolaan
dana antarbank berdasarkan prinsip syariah; dan
3. Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI) , yakni sertifikat yang diterbitkan
87
Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek
dengan prinsip Wadiah yang merupakan piranti dalam
pelaksanaan pengendalian moneter semacam Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dalam praktek perbankan konvensional.
Berkenaan dengan peraturan-peraturan Bank Indonesia di atas,
relevan dikemukakan dalam hal ini mengenai tugas Bank Indonesia dalam
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah,
sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia (UUBI). Pasal 10 ayat (2) UUBI memberikan kewenangan
kepada Bank Indonesia untuk menggunakan cara-cara berdasarkan prinsip
syariah dalam melakukan pengendalian moneter. Kemudian Pasal 11 ayat (1)
UUBI juga memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek suatu Bank dengan memberikan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90
(sembilan puluh) hari. Dipandang dari sudut lain, dengan demikian UUBI
sebagai undang-undang bank sentral yang baru secara hukum positif telah
mengakui dan memberikan tempat bagi penerapan prinsip-prinsip syariah bagi
Bank Indonesia dalam melakukan tugas dan kewenangannya.
Disamping peraturan-peraturan tersebut di atas, terhadap jenis
kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah, Bank Syariah juga wajib
mengikuti semua fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), yakni satu-satunya
dewan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis
kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah, serta mengawasi penerapan fatwa
dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia. Sampai saat
88
ini DSN telah memfatwakan sebanyak 43 fatwa, melingkupi fatwa mengenai
produk perbankan syariah, lembaga keuangan non-bank seperti asuransi, pasar
modal, gadai serta berbagai fatwa penunjang transaksi dan akad lembaga
keuangan syariah, yakni sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Fatwa Mengenai Produk – Produk Perbankan Syariah
No. NOMOR FATWA TENTANG
1 01/DSN-MUI/IV/2000 Giro
2 02/DSN-MUI/IV/2000 Tabungan
3 03/DSN-MUI/IV/2000 Deposito
4 04/DSN-MUI/IV/2000 Murabahah
89
5 05/DSN-MUI/IV/2000 Jual Beli Salam
6 06/DSN-MUI/IV/2000 Jual Beli Istishna
7 07/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)
8 08/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Musyarakah
9 09/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Ijarah
10 10/DSN-MUI/IV/2000 Wakalah
11 11/DSN-MUI/IV/2000 Kafalah
12 12/DSN-MUI/IV/2000 Hawalah
13 13/DSN-MUI/IX/2000 Uang Muka dalam Murabahah
14 14/DSN-MUI/IX/2000 Sistem Distribusi Hasil Usaha dalam LKS
15 15/DSN-MUI/IX/2000 Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam LKS
16 16/DSN-MUI/IX/2000 Diskon dalam Murabahah
17 17/DSN-MUI/IX/2000 Sanksi atas Nasabah Mampu yang
Menunda-nunda Pembayaran
18 18/DSN-MUI/IX/2000 Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif
dalam LKS
19 19/DSN-MUI/IX/2000 Al-Qardh
90
20 20/DSN-MUI/IX/2000 Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa
Dana Syariah
21 21/DSN-MUI/X/2001 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
22 22/DSN-MUI/III/2002 Jual Beli Istishna Paralel
23 23/DSN-MUI/III/2002 Potongan Pelunasan Dalam Murabahah
24 24/DSN-MUI/III/2002 Safe Deposit Box
25 25/DSN-MUI/III/2002 Rahn
26 26/DSN-MUI/III/2002 Rahn Emas
27 27/DSN-MUI/III/2002 Al-Ijarah al-Muntahiya bi al-Tamlik
28 28/DSN-MUI/III/2002 Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
29 29/DSN-MUI/VI/2002 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS
30 30/DSN-MUI/VI/2002 Pembiayaan Rekening Koran Syari’ah
31 31/DSN-MUI/VI/2002 Pengalihan Utang
32 32/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syari’ah
33 33/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syari’ah Mudharabah
91
34 34/DSN-MUI/IX/2002 L/C Impor Syari’ah
35 35/DSN-MUI/IX/2002 L/C Ekspor Syari’ah
36 36/DSN-MUI/X/2002 Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia
37 37/DSN-MUI/X/2002 Pasar Bank Antarbank Berdasarkan Prinsip
Syariah
38 38/DSN-MUI/X/2002 Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank
(Sertifikat IMA)
39 39/DSN-MUI/X/2002 Asuransi Haji
40 40/DSN-MUI/X/2003
Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di bidang Pasar
Modal
41 41/DSN-MUI/III/2004 Obligasi Syariah Ijarah
42 42/DSN-MUI/V/2004 Syariah Charge Card
43 43/DSN-MUI/VIII/2004 Ganti Rugi (Ta’widh)
Keberadaan perbankan Islam atau yang pada perkembangan mutakhir
disebut sebagai Bank Syariah di Indonesia telah diakui sejak diberlakukannya
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan lebih dikukuhkan
dengan diundangkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 beserta beberapa Surat Keputusan Direksi
92
Bank Indonesia (PBI) sebagaimana telah dibahas di muka. Berkenaan dengan
transaksi dan instrumen keuangan Bank Syariah juga telah dikeluarkan beberapa
Peraturan Bank Indonesia dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data
1. Analisis Konsentrasi dan Struktur Pasar Kelompok Industri
Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2004 - 2007
Konsentrasi dalam konteks industri diartikan ukuran distribusi
penjual dan pembeli dalam suatu industri yang didapatkan dengan cara
menjumlahkan pangsa pasar beberapa perusahaan terbesar. Nilai dari
tingkat konsentrasi industri menjadi suatu dasar untuk menentukan struktur
pasar suatu industri (Wihana Kirana Jaya, 2001:48). Untuk mengukur
93
konsentrasi pasar Industri Perbankan Syariah digunakan tiga variabel yaitu
asset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan.
Dalam analisis ini alat pengukuran yang akan digunakan dalam
menentukan struktur pasar perbankan syariah di Indonesia adalah rasio
konsentrasi (Concentrasion Ratio) dan Indeks Herfindhal (IH). Rasio
konsentrasi dihitung berdasarkan prosentase dari empat perusahaan
terbesar (CR4) yang menguasai pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas
dana pihak ketiga dan pangsa pasar atas pembiayaan yang diberikan oleh
Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Nilai konsentrasi dihitung dengan
membagi nilai perusahaan yang kemudian dijumlahkan berdasarkan
prosentase market sharenya. Sedangkan Indeks Haefindhal (IH) dihitung
berdasarkan kontribusi pangsa pasar dari semua yang ada dalam Industri,
di mana dalam penelitian ini adalah seluh bank Syariah di Indonesia yang
beroperasi selama kurun waktu 2004 - 2007.
a. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2004
Tabel 4.2 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2004 Ditinjau
dari 3 Variabel
Variabel ASET DANA PEMBIAYAAN CR3 0,872148396 0,939266925 0,940682411 CR8 0,998606942 0,998606942 0,999958453 IH 0,54910344 0,525073022 0,494460832 1/IH 1,821150493 1,821150493 2,022404881
Sumber : Hasil pengolahan data
94
Pada tabel 4.2 Terlihat bahwa pada tahun 2004, konsentrasi
variabel pembiayaan industri Perbankan Syariah yang diukur dengan
Indeks Herfindhal adalah sebesar 0,4944. Indeks ini menunjukkan bahwa
konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 2 Bank Syariah
terbesar yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama.
Sedangkan nilai IH yang hampir sama sebesar 0,525 pada variabel dana
dan 0,5491 pada variabel pembiayaan menunjukkan bahwa konsentrasi
industri Perbankan Syariah sebanding dengan 1 Bank Syariah yang
masing-masing menguasai dana masyarakat dan pembiayaan dengan
proporsi yang sama.
Pada tabel 4.2 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah terbesar yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar
0,8721. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2004 aset
Bank Syariah 87,21% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
12,79% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya.. Dan berdasarkan
CR8, 99,86% aset dikuasai oleh delapan Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 14% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
Pada tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa rasio konsentrasi dari
tiga Bank Syariah terbesar ditinjau dari variabel dana adalah sebesar
0,9392. Rasio ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2004 pengumpulan
dana masyarakat oleh bank Syariah sebesar 93,92% dikuasai oleh tiga
95
bank Syariah terbesar, sedangkan sejumlah 6,08% sisanya dibagi oleh 9
bank Syariah yang lain. Untuk delapan bank Syariah terbesar berdasarkan
CR8 menguasai 99,86% atas dana pihak ketiga sedangkan sisanya sebesar
14% dibagikan kepada 4 bank Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada
kriteria oligopoly J.S Bain, nilai CR3 dan CR8 struktur pasar bank Syariah
atas aset tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly penuh tipe 1a.
Pada tabel yang sama juga dapat dilihat bahwa rasio konsentrasi
dari tiga Bank Syariah terbesar ditinjau dari variabel pembiayaan adalah
sebesar 0,9406. Rasio ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2004
pengumpulan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank Syariah
sebesar 94,06% dikuasai oleh tiga bank Syariah terbesar, sedangkan
sejumlah 5,94% sisanya dibagi oleh 9 bank Syariah yang lain. Untuk
delapan bank Syariah terbesar berdasarkan CR8 menguasai 99,99% atas
pembiayaan yang diberikan sisanya sebesar 1% dibagikan kepada 4 bank
Syariah lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria oligopoly J.S Bain,
nilai CR3 dan CR8 struktur pasar bank Syariah atas variabel Pembiayaan
tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly penuh tipe 1a.
b. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2005
Tabel 4.3 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2005
Ditinjau dari 3 Variabel
Variabel ASET DANA PEMBIAYAAN Cr3 0,809437319 0,918661881 0,940682411 Cr8 0,958127298 0,993303748 0,999958453 IH 0,245655578 0,525073022 0,427214651 1/IH 4,070740043 1,904497007 2,340743691
Sumber : Hasil pengolahan data
96
Pada tabel 4.3 Terlihat bahwa pada tahun 2005, konsentrasi
variabel Aset industri Perbankan Syariah yang diukur dengan Indeks
Herfindhal adalah sebesar 0,2456. Indeks ini menunjukkan bahwa
konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 4 Bank Syariah
yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama.
Sedangkan nilai Ideks Herfindhal pada variabel dana menunjukkan angka
sebasar 0,525. Indeks ini menunjukkan bahwa konsentrasi Industri
perbankan Syariah sebanding dengan 1 Bank Syariah yang menguasai aset
dengan proporsi yang sama. Sedangkan nilai Indeks Herfindhal pada
variabel pembiayaan menunjukkan angka sebesar 0,4272. Indeks ini
menunjukkan bahwa konsentrasi Industri perbankan Syariah sebanding
dengan 2 bank Syariah yang menguasai aset dengan proporsi yang sama.
Pada tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar 0,8094.
Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset Bank
Syariah 80,94% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
12,79% sisanya di bagi pada 14 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan
CR8, 95,81% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 4,19% dibagikan kepada 11 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2005 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
Pada tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Dana adalah sebesar 0,9186.
97
Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset Bank
Syariah 91,86% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 8,14%
sisanya di bagi pada 11 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan CR8
sebesar 99,33% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 0,67% dibagikan kepada 6 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2004 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
Pada tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiayaan adalah sebesar
0,9406. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset
Bank Syariah 94,06% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
5,94% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan CR8
sebesar 99,33% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 4,19% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2005 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
c. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2006
Tabel 4.4 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2006
Ditinjau dari 2 Variabel
Variabel ASET DANA PEMBIAYAAN Cr3 0,84926761 0,936293503 0,799869208 Cr8 0,97397884 0,988006271 0,98478974 IH 0,314182767 0,405749046 0,350544845 1/IH 3,182860763 2,464577574 2,852702058
Sumber : Hasil pengolahan data
98
Pada tabel 4.4 Terlihat bahwa pada tahun 2006, konsentrasi
variabel dana Industri Perbankan Syariah yang diukur dengan Indeks
Herfindhal adalah sebesar 0,4057. Indeks ini menunjukkan bahwa
konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 2 Bank Syariah
yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama.
Sedangkan nilai IH yang hampir sama sebesar 0,3141 pada variabel aset
dan 0,341 pada variabel pembiayaan sebanding dengan 3 Bank Syariah
yang masing-masing menguasai dana masyarakat dan pembiayaan dengan
proporsi yang sama.
Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar 0,8492.
Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset Bank
Syariah 84,92% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
15,08% sisanya di bagi pada 14 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan
CR8, 97,39% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 2.61% dibagikan kepada 10 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiyaan adalah sebesar
0,7998. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 aset
Bank Syariah 79,98% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
6.38% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya dan berdasarkan CR8
sebesar 98,80% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
99
sisanya sebesar 1,2% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiayaan adalah sebesar
0,9406. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 aset
Bank Syariah 94,06% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
5,94% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan CR8
sebesar 98,47% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 1,53% dibagikan kepada 4 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
d. Konsentrasi dan Struktur Pasar Perbankan Syariah Tahun 2007
Tabel 4.5 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah Tahun 2007
Ditinjau dari 2 Variabel
Variabel ASET DANA PEMBIAYAAN Cr3 0,887188981 0,951879508 0,852470615 Cr8 0,97397884 0,994016608 0,999975689 IH 0,314182767 0,399921614 0,494340421 1/IH 3,182860763 2,500490008 2,022897497
Sumber : Hasil pengolahan data Pada tabel 4.5 Terlihat bahwa pada tahun 2007, konsentrasi
variabel pembiayaan Industri Perbankan Syariah yang diukur dengan
100
Indeks Herfindhal adalah sebesar 0,4943. Indeks ini menunjukkan bahwa
konsentrasi Industri Perbankan Syariah sebanding dengan 2 Bank Syariah
yang masing-masing menguasai aset dengan proporsi yang sama.
Sedangkan nilai IH yang hampir sama sebesar 0,3141 pada variabel aset
dan 0,3999 pada variabel dana sebanding dengan 3 Bank Syariah yang
masing-masing menguasai dana masyarakat dan pembiayaan dengan
proporsi yang sama.
Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel Aset adalah sebesar 0,8871.
Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 aset Bank
Syariah 88,71% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
11,29% sisanya di bagi pada 9 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan
CR8, 97,39% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 2.61% dibagikan kepada 3 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2006 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel pembiyaan adalah sebesar
0,8524. Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 aset
Bank Syariah 85,24% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan
14,76% sisanya di bagi pada 6 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan
CR8 sebesar 99,99% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar.
Sedangkan sisanya sebesar 0,01% dibagikan kepada 1 Bank Syariah
lainnya. Dengan berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank
101
Syariah nilai CR3 dan CR8 atas aset pada tahun 2007 cenderung berbentuk
oligopoly murni tipe 1a.
Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa CR3 yaitu konsentrasi dari
tiga Bank Syariah yang ditinjau dari variabel dana adalah sebesar 0,9518.
Rasio konsentrasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 aset Bank
Syariah 95,18% dikuasai oleh tiga Bank Syariah terbesar sedangkan 4,82%
sisanya di bagi pada 12 Bank Syariah lainnya.. dan berdasarkan CR8
sebesar 99,40% aset dikuasai oleh 8 Bank Syariah terbesar. Sedangkan
sisanya sebesar 0,6% dibagikan kepada 7 Bank Syariah lainnya. Dengan
berdasarkan pada kriteria JS Bain struktur pasar Bank Syariah nilai CR3
dan CR8 atas aset pada tahun 2007 cenderung berbentuk oligopoly murni
tipe 1a.
Gambar 4.1 Konsentrasi Induatri Perbankan Syariah di Indonesia
Berdasarkan Aset
Dalam gambar 4.1 dapat dilihat bahwa konsentrasi Industri
Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan atas aset cenderung
mengalami penurunan pada tahun 2005. Penurunan rasio konsentrasi
102
tersebut disebapkan karena semakin banyaknya jumlah perusahaan
perbankan yang masuk dalam industri Perbankan Syariah.
Selama kurun waktu 2004 sampai 2007 penguasaan pangsa pasar
atas aset dikuasai oleh tiga bank terbesar. Pada tahun 2004, penguasaan
pangsa pasar atas aset di dominasi oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu
Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan BNI Syariah.
Sedangkan pada tahun 2005, penguasaan pangsa pasar atas aset di
dominasi oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri,
Bank Muamalat Indonesia, dan BPD Riau. Pada tahun 2006 penguasaan
pangsa pasar atas aset didominasi oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu
Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan BNI Syariah.
Sedangkan pada tahun 2007 penguasaan pangsa pasar atas aset di dominasi
oleh tiga Bank Syariah terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank
Muamalat Indonesia, dan Bank Bukopin.
Gambar 4.2 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah di Idonesia
Berdasarkan Dana Pihak Ketiga
Dalam gambar 4.2 dapat dilihat bahwa konsentrasi Industri
Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan atas aset cenderung
103
mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006. Penurunan rasio
konsentrasi tersebut disebapkan karena semakin banyaknya jumlah
perusahaan perbankan yang masuk dalam industri Perbankan Syariah.
Selama kurun waktu 2004 sampai 2007 penguasaan pangsa pasar atas aset
dikuasai oleh tiga bank terbesar. Penguasaan pangsa pasar atas dana pihak
ketiga oleh tiga Bank Syariah terbesar diperebutkan oleh Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan BNI Syariah.
Gambar 4.3 Konsentrasi Industri Perbankan Syariah di Indonesia
Berdasarkan Pembiayaan yang diberikan.
Dalam gambar 4.3 di atas tampak tidak adanya ketidakstabilan
dalam penguasaan pangsa pasar atas pembiayaan yang diberikan.
Penurunan konsentrasi yang drastis tampak pada tahun 2006. Hal ini
berarti penyaluran pembiayaan oleh Bank Syariah mengalami
pertumbuhan negatif.
Berbeda dengan penguasaan pangsa pasar atas aset dan dana yang
diberikan, pangsa pasar atas pembiayaan oleh tiga bank terbesar dalam
industri Perbankan Syariah di Indonesia dikuasai oleh tiga bank terbesar
104
dikuasai oleh bank-bank yang bervariasi. Selama tahun 2004 sampai tahun
2007, pangsa pasar atas pembiayaan yang diberikan diperebutkan oleh
Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, Bukopin, Permata dan Niaga.
Pada tahun 2004 pangsa pasar atas pembiayaan dikuasai oleh Bank
Muamalat Indonesia, dan Bukopin. Sedangkan pada tahun 2005 dikuasai
oleh Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, dan Bukopin. Sedangkan
pada tahun 2006 dikuasai oleh Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah
dan Niaga. Dan pada tahun 2007 pangsa pasar atas aset dikuasai oleh Bank
Muamalat Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Permata.
Tabel 4.6 Rata-rata Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Variabel CR3
Rata-rata 2004 2005 2006 2007
Aset 0,87214839
6 0,80943731
9 0,84926761 0,88718898
1 0,854510
5
DPK 0,93926692
5 0,91866188
1 0,93629350
3 0,95187950
8 0,936525
4
PBY 0,94068241
1 0,84663075
6 0,79986920
8 0,85247061
5 0,859913
2 Rata-rata
0,917365911
0,858243319
0,861810107
0,897179702 0,883649
Sumber: Hasil Pengolahan data
Berdasarkan pembagian dari JS. Bain, industri Perbankan Syariah
di Indonesia berdasarkan atas aset dari tahun 2004 sampai 2007 berbentuk
oligopoli murni tipe 1b. Begitu pula untuk variabel dana pihak ketiga dan
pembiayaan yang diberikan oleh Industri Perbankan Syariah di Indonesia
berbentuk oligopoly murni tipe 1b. Dengan rata-rata nilai aset sebesar
85,45%, sedang dana pihak ketiga menunjukan nilai rata-rata sebesar
93,65%, dan nilai pembiayaan yang diberikan sebesar 85,99%.
Tabel 4.6 Rata-rata Rasio Konsentrasi Delapan Bank Syariah Terbesar
105
Variabel CR8
Rata-rata 2004 2005 2006 2007
Aset 0,99684688
6 0,95812729
8 0,97397884 0,99246631
2 0,980354
8
DPK 0,99860694
2 0,99330374
8 0,98800627
1 0,99401660
8 0,993483
3
PBY 0,99995845
3 0,98615877
3 0,98478974 0,99997568
9 0,992720
6 Rata-rata 0,99847076
0,979196606
0,982258284
0,995486203
0,9888529
Sumber: Hasil Pengolahan data
Menurut pembagian dari JS. Bain, industri Perbankan Syariah di
Indonesia berdasarkan atas aset dari tahun 2004 sampai 2007 berbentuk
oligopoli murni tipe 1b. Begitu pula untuk variabel dana pihak ketiga dan
pembiayaan yang diberikan oleh Industri Perbankan Syariah di Indonesia
berbentuk oligopoly murni tipe 1b. Dengan rata-rata nilai aset dari 8 bank
terbesar sebesar 98,03%, sedang dana pihak ketiga menunjukan nilai rata-
rata sebesar 99,34%, dan nilai pembiayaan yang diberikan sebesar 99,27%.
Tabel 4.7 Rata-rata Rasio Konsentrasi Indeks Herfindal Bank Syariah
Variabel IH
Rata-rata 2004 2005 2006 2007
Aset 0,33312604
7 0,24565557
8 0,31418276
7 0,28405413
3 0,294254
6
DPK 0,54910344 0,52507302
2 0,40574904
6 0,39992161
4 0,469961
7
PBY 0,49446083
2 0,42721465
1 0,35054484
5 0,49434042
1 0,441640
1 Rata-rata
0,458896773
0,399314417
0,356825552
0,392772056 0,40195
1/IH 2 2 3 2 2 Sumber: Hasil pengolahan data
106
Dengan mengkonversikan ukuran yang dikemukakan oleh J.S. Bain
dengan nilai rata-rata atas tiga variabel untuk periode 2004 sampai 2007
menunjukkan tipe pasar yang mengarah pada tipe oligopoly murni tipe 1b.
Sedangkan nilai rata-rata tiga variabel tersebut yakni CR3 sebesar 88,36%,
CR8 sebesar 98,88% serta nilai IH sebesar 0,4019522.
2. Analisis Korelasi Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Perbankan
Syariah
a. Analisis Korelasi rasio konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
dengan CAR(Capital Adequacy Ratio)
i. Analisis
Korelasi rasio konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar dengan
CAR(Capital Adequacy Ratio)
Berdasarkan hasil print out data pada tabel 4.8 ditunjukkan
bahwa korelasi CR3 atas Aset dengan CAR menghasilkan nilai r
sebesar 0,381 angka korelasi ini memperlihatkan kemungkinan
adanya hubungan yang lemah (r<0,5) antara ratio konsentrasi 3
bank Syariah terbesar berdasarkan Aset dengan kinerja CAR.
Naiknya CR3 tas aset tidak lantas menurunkan nilai CAR.
107
Tabel 4.8 Hasil korelasi Rasio konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Aset dengan CAR
Namun uji dua sisi yang dilakukan dengan α = 0,05
sebesar 0,619 ternyata tidak memperlihatkan adanya signifikansi
hubungan antara kedua variabel tersebut. Artinya hubungan
keduanya tidak berbeda, dengan kata lain berapapun ratio
konsentrasi dari tiga Bank Syariah berdasarka aset tidak
mempengaruhi besar kecilnya nilai CAR, begitu pula sebaliknya.
Kemampuan atas penguasaan pangsa pasar Bank Syariah atas total
aset ternyata tidak serta merta meningkatkanefisiensi yang
diproksikan oleh nilai CAR.
ii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR3-DPK) dengan CAR
Tabel 4.9 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan CAR
Correlations
1 ,168, ,832
4 4,168 1,832 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
CAR
CR3DPK
CAR CR3DPK
Correlations
1 ,381, ,619
4 4,381 1,619 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
CR3ASET
CAR
CR3ASET CAR
108
Begitupun halnya dengan korelasi antara CR3 atas dana
pihak ketiga dengan variabel kinerja yang sama (tabel 4.9) ternyata
juga tidak memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara
kedua variabel tersebut. Angka korelasi yang didapat sebesar 0,168
tidak bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variebel
struktur pasar (CR3-DPK) dengan kinerja Bank Syariah (Variabel
CAR) karena uji dua sisi dengan α = 0,05 menghasilkan nilai
probabilitas sebesar 0,832. Jadi seperti halnya variabel CR3 atas
aset, variabel CR3 atas Dana Pihak Ketiga pun tidak dapat
mempengaruhi besar kecilnya kinerja CAR, begitu pula sebaliknya.
Hal ini dapat dartikan bahwa tingkat solvabilitas Bank Syariah
tidak dipengaruhi besar kecilnya penguasaan atas pangsa pasar
dana pihak ketiga.
iii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR3-Pembiayaan) dengan CAR.
Tabel 4.10 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Pembiayaan Yang Diberikan
dengan CAR
Correlations
1 ,549, ,451
4 4,549 1,451 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
CAR
CR3PBY
CAR CR3PBY
109
Berdasarkan tabel 4.10 nilai r sebesar 0,549
memperlihatkan kemungkinan adanya korelasi yang cukup kuat
antara CR3 atas pembiayaan yang diberikan dengan kinerja CAR
Bank Syariah. Uji dua sisi dengan nilai α = 0,05 sebesar 0,451
ternyata tidak memperlihatkan adanya signifikansi hubungan antara
kedua variabel tersebut. Artinya hubungan keduanya tidak berbeda,
dengan kata lain bahwa berapapun rasio konsentrasi dari tiga Bank
Syariah terbesar berdasarkan pembiayaan yang diberikan tidak
mempengaruhi besar kecilnya nilai CAR, begitu pula sebaliknya.
b. Analisisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
(CR3) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)
i. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syriah Terbesar
Berdasarkan Aset (CR3-ASET) dengan FDR.
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui korelasi CR3-ASET
dengan FDR menghasilkan nilai r sebesar -0,451 yang signifikan
pada tingkat kepercayaan 95% (two tailed) dengan nilai
probabilitas sebesar 0,549.
Tabel 4.11 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Aset dengan FDR
Correlations
1 -,451, ,549
4 4-,451 1,549 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
FDR
CR3ASET
FDR CR3ASET
110
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Nilai korelasi ini memperlihatkan bahwa antara CR3
berdasarkan aset dengan FDR memiliki hubungan yang negative
yang cukup erat, yaitu apabila rasio konsentrasi tiga Bank Syariah
terbesar atas aset mengalami peningkatan atau semakin
terkonsentrasi maka akan justru menurunkan FDR Perbankan
Syariah. Begitu pula sebaliknya, ketika FDR Perbankan Syariah
meningkat maka pangsa pasar tiga Bank Syariah terbesar atas aset
akan menurun atau tidak lagi terkonsentrasi pada tiga Bank Syariah
terbesar. Namun berdasarkan uji dua sisi dengan nilai α=0,05
sedang nilai r sebesar 0,549 tidak menunjukkan adanya signifikansi
hubungan, artinya hubungan keduanya tidak berbeda atau tidak
saling mempengaruhi. Berapapun besarnya rasio konsentrasi dari
tiga bank Syariah terbesar berdasarkan Aset tidak mempengaruhi
besar kecilnya nilai CAR,begitu pula sebaliknya.
ii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR3-DPK) dengan FDR.
Pada tabel 4.12 berdasarkan Pearson Product Moment
Test diperoleh nilai r sebesar 0,336 yang signifikan pada α = 0,05
dengan nilai probabilitas sebesar 0,664. Nilai korelasi ini
menunjukkan hubungan negatif yang cukup erat antara CR3
berdasarkan dana pihak ketiga dengan kinerja LDR Bank Syariah.
Begitu pula sebaliknya , ketika FDR Bank Syariah meningkat maka
pangsa pasar tiga Bank Syariah terbesar atas Dana Pihak Ketiga
111
akan menurun atau tidak lagi terkonsentrasi pada tiga Bank
Syariah.
Tabel 4.12 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan FDR
Sumber: Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
iii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Berdasarkan Pembiayaan yang diberikan (CR3-PBY) dengan FDR.
Pada tabel 4.13 di diperoleh nilai r sebesar 0,659. Uji dua
sisi yang dilakukan dengan α = 0,05 ternyata tidak memperlihatkan
adanya signifikansi hubungan antara kedua variabel tersebut.
Artinya, hubungan keduanya tidak berdeda, dengan kata lain bahwa
berapapun rasio konsentrasi dari tiga Bank Syariah berdasarkan
pembiayaan yang diberikan tidak mempengaruhi besar kecilnya
FDR Bank Syariah.
Correlations
1 -,336, ,664
4 4-,336 1,664 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
FDR
CR3DPK
FDR CR3DPK
112
Tabel 4.13 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar berdasarkan Pembiayaan yang diberikan
dengan FDR.
c. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Berdasarkan Aset (CR3-Aset) dengan ROA.
i. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Berdasarkan Aset (CR3-ASET) dengan ROA
Tabel 4.14 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Aset dengan ROA.
Correlations
1 -,659, ,341
4 4-,659 1,341 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
FDR
CR3PBY
FDR CR3PBY
Correlations
1,000 ,333, ,497
4 4,333 1,000,497 ,
4 41,000 ,400
, ,6004 4
,400 1,000,600 ,
4 4
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
ROA
CR3ASET
ROA
CR3ASET
Kendall's tau_b
Spearman's rho
ROA CR3ASET
113
Pada tabel 4.14 dengan menggunakan uji korelasi
Sphearman”rho dan uji Kendall”s tau berturut-turut diperoleh nilai
korelasi sebesar 0,400 dan 0,333 yang masing-masing signifikan pada
tingkat kepercayaan 95% (two tailed). Data tersebut menunjukkan
adanya tingkat korelasi yang cukup kuat antara CR3-Aset dengan
ROA. Tanda positif pada r menjelaskan bahwa hubungan antara
keduanya adalah saling berkaitan, yakni apabila pangsa pasar atas aset
tiga Bank Syariah terbesar menurun maka juga kan menurunkan
tingkat rentabilitas yang diproksikan oleh variabel ROA.
Tingginya konsentrasi Industri, yakni pada beberapa bank
saja dalam kelompok industri Perbankan Syariah dapat menyebapkan
terjadinya pengurangan tingkat keuntungan (profabilitas) industri
secara agregat. Dan sebaliknya, semakin tinggi kinerja ROA, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai sehingga dapat
meningkatkan aset yang dimiliki dalam usaha perbankan yang
menyebapkan turunnya tingkat konsentrasi dalam industri Perbankan
Syariah.
ii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar
Berdasarkan Dana Pihak Ketiga (CR4-DPK) dengan ROA
Hasil print out yang ditunjukkan pada tabel 4. Menunjukkan
nilai konsentrasi (r) berdasarkan uji Spearman sebesar 0,400 dan nilai
r berdasarkan uji Kendall sebesar 0,333 yang keduanya signifikan
pada tingkat kepercayaan 95% (two tailed). Angka probabilitas yang
114
didapat masing-masing sebesar 0,600 dan 0,497 yang lebih besar dari
level of significance.
Tabel 4.15 Hasil korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan ROA.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Nilai konsentrasi ini menunjukkan adanya hubungan yang
sama antara pangsa pasar atas dana pihak ketiga pada tiga Bank
Syariah terbesar dengan kinerja ROA. Ini dapat diartikan bahwa
apabila pangsa pasar tiga Bank Syariah terbesar berdasarkan dana
pihak ketiga menngalami peningkatan atau semakin terkonsentrasi
maka akan menaikkan kinerja ROA, dan sebaliknya apabila pangsa
pasar atas dana pihak ketiga semakin tidak terkonsentrasi pada tiga
Bank Syariah terbesar dalam industri maka kinerja ROA akan
mengalami penurunan.
Correlations
1,000 ,333, ,497
4 4,333 1,000,497 ,
4 41,000 ,400
, ,6004 4
,400 1,000,600 ,
4 4
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
ROA
CR3DPK
ROA
CR3DPK
Kendall's tau_b
Spearman's rho
ROA CR3DPK
115
iii. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Berdasarkan
Pembiayaan yang diberikan (CR3-PBY) dengan ROA.
Berdasarkan hasil print out yang ditunjukkan pada tabel 4.
Menunjukkan nilai konsentrasi (r) berdasrkan uji sprearman sebesar -
0,738 dan berdasarkan uji Kendall sebesar -0,548.
Tabel 4.16 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah
Terbesar Berdasarkan Pembiayaan yang Diberikan
dengan ROA.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Namun berdasarkan angka probabilitas yang diperoleh, yaitu
masing-masing sebesar 0,279 dan 0,262 (lebih tinggi dari level of
significance α = 0,05), maka angka korelasi yang diperoleh tidak bisa
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel strukur pasar
berdasarkan pembiayaan yang diberikan oleh tiga Bank Syariah
terbesar dengan kinerja ROA. Artinya, hubungan keduanya tidak
berbeda, dengan kata lain bahwa berapapun rasio konsentrasi dari tiga
Bank Syariah terbesar berdasarkan pembiayaan yang diberikan tidak
Correlations
1,000 -,548, ,279
4 4-,548 1,000,279 ,
4 41,000 -,738
, ,2624 4
-,738 1,000,262 ,
4 4
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
ROA
CR3PBY
ROA
CR3PBY
Kendall's tau_b
Spearman's rho
ROA CR3PBY
116
mempengaruhi besar kecilnya ROA Bank Syariah, karena Return on
Asset adalah tingkat laba (keuntungan) yang diperoleh akibat
dimilikinya sejumlah aset tertentu.
3. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah dari tahun
2001 – 2007
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan kinerja Industri
Perbankan Syariah di Indonesia, dimana pada penelitian ini variable
kinerja yang akan dilihat adalah Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR), pada
tahun 2001 sampai tahun 2007. Berdasarkan uji normalitas data, maka
dalam penelitian ini perlu dilakukan uji t untuk dua sampel
berpasangan (paired sample t test) bagi fariabel CAR dan FDR.
Sedangkan bagi ROA akan digunakan Wilcoxon Signed Rank Test.
a. Paired Sample t Test
i. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah tahun
2001 dan 2002
Tabel 4.17 Paired Sample t Test Variabel CAR dan FDR tahun 2001 -
2002
Paired Samples Test
9.8664 9.80962 2.95771 3.2762 16.4566 3.336 10 .008-8.2173 12.83102 3.86870 -16.8373 .4027 -2.124 10 .060
FDR2001 - FDR2002Pair 1CAR2001 - CAR2002Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
117
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas
diperoleh nilai t sebesar 3,336 untuk variable FDR dan nilai t sebesar -
2,124 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua
sisi diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang
diperoleh sebesar 0,008 untuk variable FDR dan 0,060 untuk variable
CAR. Karena t hitung terletak di daerah Ho ditolak dan nilai probabilitas
FDR lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja FDR Industri Perbankan Syariah
pada tahun 2001 dan 2002 tidak berbeda secara nyata. Sedangkan t hitung
CAR terletak didaerah Ho ditolak dengan nilai probabilitas lebih besar dari
0,05 berarti kinerja Industri Perbankan Syariah pada waktu itu berbeda
secara nyata.
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan Syariah di
Indonesia pada tahun 2001 dan 2002 mengungkapkan bahwa rasio kinerja
yang diwakili oleh Variabel CAR menunjukkan perbedaan yang berarti
sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variable FDR menunjukkan
perbedaan yang cukup berarti. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja FDR
selama kurun waktu tersebut menunjukkan perbedaan kinerja yang lebih
baik.
Ho ditolak dditolak
Ho ditolak Ho diterima
t tabel
-t tabel
118
ii. Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah tahun 2002
dan 2003
Tabel 4.18 Paired Sampel t Test variabel CAR dan FDR tahun 2002 -
2003
Paired Samples Test
3.5573 11.57954 3.49136 -4.2220 11.3365 1.019 10 .33240.9527 6.31089 1.90280 36.7130 45.1924 21.522 10 .000
FDR2002 - FDR2003Pair 1CAR2002 - CAR2003Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas
diperoleh nilai t sebesar 1.019 untuk variable FDR dan nilai t sebesar
21,522 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua
sisi diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang
diperoleh sebesar 0,332 untuk variable FDR dan 0,000 untuk variable
CAR. Karena t hitung terletak di daerah Ho ditolak dan nilai probabilitas
FDR lebih besar dari 0,05 berarti kinerja FDR Industri Perbankan Syariah
pada tahun 2001 dan 2002 berbeda secara nyata. Sedangkan t hitung CAR
terletak didaerah Ho ditolak dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
berarti kinerja CAR Industri Perbankan Syariah pada waktu itu tidak
berbeda secara nyata.
Ho ditolak
dditolak
Ho ditolak Ho diterima
-t tabel
t tabel 1,81 (0,025;10) -1,81 (0,025;10)
119
Analisis ekonomi pada penelitian pada data perbankan Syariah di
Indonesia pada tahun 2002 dan 2003 mengungkapkan bahwa rasio kinerja
yang dimiliki oleh variable CAR tidak menunjukkan perbedaan yang
cukup berarti. Sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variable CAR
tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti sedangkan rasio kinerja
yang diwakili oleh Variabel FDR menunjukkan perbedaan yang cukup
berarti.
iii. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2003 dan 2004
Tabel 4.19 Paired Sampel t Test variabel CAR dan FDR tahun 2003 -
2004
Paired Samples Test
-2.9409 12.16920 3.66915 -11.1163 5.2345 -.802 10 .441-43.0145 68.84094 20.75633 -89.2625 3.2334 -2.072 10 .065
FDR2003 - FDR2004Pair 1CAR2003 - CAR2004Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas di
peroleh nilai t sebesar -0,082 untuk nariabel FDR dan nilai t sebesar -2,072
untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi
diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang
diperoleh sebesar 0,441 untuk variabel FDR dan 0,065 untuk variabel
CAR. Karena t hitung terletak didaerah Ho diterima dan nilai probabilitas
variabel FDR lebih besar dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri
perbankan syariah pada tahun 2003 dan 2004 tidak menunjukkan
perbadaan secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak di daerah Ho di
120
tolak dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti kinerja
perbankan syariah pada tahun 2003 dan 2004 dari sisi modal menunjukkan
perbedaan secara nyata.
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan syariah di
Indonesia pada tahun 2003 dan 2004 mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang
diwakili oleh variabel CAR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti
sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variabel FDR tidak menunjukkan
perbedaan yang cukup berarti. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja CAR dari
tahun 2003 sampai 2004 menunjukkan kinerja yang lebih baik.
iv. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2004 dan 2005
Tabel 4.20 Paired Sample t Test variabel CAR dan ROA tahun 2004 -
2005
Paired Samples Test
-11.8282 3.29717 .99414 -14.0433 -9.6131 -11.898 10 .000-65.5412 103.43984 36.57151-152.0191 20.9366 -1.792 7 .116
FDR2004 - FDR2005Pair 1CAR2004 - CAR2005Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel diatas di
peroleh nilai t sebesar -11,898 untuk nariabel FDR dan nilai t sebesar -
1,792 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua
Ho diterima Ho diterima Ho ditolak
-t tabel t tabel -1,81 (0,025;10) 1,81 (0,025;10)
121
sisi diperoleh nilai t tabel adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang
diperoleh sebesar 0,000 untuk variabel FDR dan 0,116 untuk variabel
CAR. Karena t hitung terletak didaerah Ho diterima dan nilai probabilitas
variabel FDR lebih besar dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri
perbankan syariah pada tahun 2004 dan 2005 tidak menunjukkan
perbadaan secara nyata. Sedangkan t hitung CAR terletak di daerah Ho di
tolak dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti kinerja
perbankan syariah pada tahun 2004 dan 2005 dari sisi modal menunjukkan
perbedaan secara nyata.
Dalam analisis ekonomi pada penelitian diatas terhadap data
perbankan Syariah di Indonesia pada tahun 2004 dan 2005
mengungkapkan bahwa rasio kinerja yang diwakili oleh variable CAR
menunjukan perbadaan yang cukup berarti. Sedangkan rasio kinerja yang
diwakili oleh Variabel FDR menunjukkan perbedaan yang cukup berarti.
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
-t tabel t tabel
-1,81 (0,025;10) 1,81 (0,025;10)
122
Ho diterima Ho diterima
v. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2005 dan 2006
Tabel 4.21 Paired Sample t Test variabel CAR dan ROA tahun 2005 -
2006
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada table diatas
diperoleh nilai t sebesar -0,726 untuk variable FDR dan nilai t sebesar
9,921 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua
sisi diperlukan nilai t table adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang
diperoleh adalah 0,484 untuk variabel FDR dan 0,000 untuk variabel CAR
karena t hitung terletak pada Ho diterima dan nilai probabilitas FDR lebih
kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan Syariah pada
tahun 2003 dan 2004 tidak menunjukkan perbedaan secara nyata.
Sedangkan t hitung CAR terletak pada Ho diterima dengan nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri
perbankan Syariah pada tahun 2005 dan 2006 tidak menunjukkan
perbedaan secara nyata.
Paired Samples Test
-.7209 3.29136 .99238 -2.9321 1.4903 -.726 10 .484137.5282 45.97544 13.86212 106.6415 168.4149 9.921 10 .000
FDR2005 - FDR2006Pair 1CAR2005 - CAR2006Pair 2
Mean Std. Deviation Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of theDifference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Ho ditolak
-t tabel t tabel
1,81 (0,025;10) -1,81 (0,025;10)
123
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan syariah di
Indonesia pada tahun 2005 dan 2006 mengungkapkan bahwa rasio kinerja
yang diwakili oleh variabel CAR menunjukkan perbedaan yang cukup
berarti sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variabel FDR tidak
menunjukkan perbedaan yang cukup berarti.
Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah tahun 2006-2007
Tabel 4.22 Paired Sample t Test Variabel CAR dan FDR tahun 2006 -
2007
Paired Samples Test
10,958500 4,7418481 1,3688536 7,945673 13,971327 8,006 11 ,000-8,684000 8,4437117 2,4374896 -14,0489 -3,319122 -3,563 11 ,004
FDR2006 - FDR2007Pair 1CAR2006 - CAR2007Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada table diatas
diperoleh nilai t sebesar 8,006 untuk variable FDR dan nilai t sebesar -
3,563 untuk variable CAR. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua
sisi diperlukan nilai t table adalah 1,80. Sedangkan nilai probabilitas yang
diperoleh adalah 0,000 untuk variabel FDR dan 0,004 untuk variabel CAR
karena t hitung terletak pada Ho diterima dan nilai probabilitas FDR lebih
kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri perbankan Syariah pada
tahun 2006 dan 2007 tidak menunjukkan perbedaan secara nyata.
Sedangkan t hitung CAR terletak pada Ho diterima dengan nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 berarti kinerja pembiayaan Industri
perbankan Syariah pada tahun 2006 dan 2007 tidak menunjukkan
perbedaan secara nyata.
124
Ho diterima Ho diterima
Analisis ekonomi atas penelitian pada data perbankan syariah di
Indonesia pada tahun 2006 dan 2007 mengungkapkan bahwa rasio kinerja
yang diwakili oleh variabel CAR menunjukkan perbedaan yang cukup
berarti sedangkan rasio kinerja yang diwakili oleh variabel FDR juga
menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja yang ditunjukkan variabel CAR dan FDR dari tahun 2006 dan
2007 menunjukkan adanya perubahan. Kondisi ini disebabkan karena
kinerja CAR dan FDR menunjukkan adanya peningkatan.
b. Wilcoqxon Signed Rank Test
i. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun
2001-2002
Uji yang akan dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
Return On Asset (ROA) sesudah Undang – undang perbankan syariah No.
10 adalah Wilcoqxon Signed Rank Test. Berdasarkan hasil output
pengolahan data pada tabel 4. Diperoleh nilai z sebesar -0,235. Untuk
tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z tabel adalah ±
1,96.
Ho ditolak
-t tabel t tabel
1,81 (0,025;10) -1,81 (0,025;10)
125
Tabel 4.22 uji wilcoxon variabel roa tahun 2001 -2002
Test Statistics b
-,235a
,814ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2002 -ROA2001
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,814 dan
tidak signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho
diterima, dan nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja
industri (ROA) pada tahun 2001 dan 2002 adalah tidak berbeda secara
nyata.
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA)
kelompok bank syariah tahun 2001 lebih baik daripada tahun 2002.
Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2002 terjadi karena
lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan
tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
-1,96 +1,96 -0,235
126
Ranks
6a 7,00 42,006b 6,00 36,000c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2002 - ROA2001N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2002 < ROA2001a.
ROA2002 > ROA2001b.
ROA2001 = ROA2002c.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan
tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila
pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank
syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke
masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk
pembiayaan.
ii. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun
2002-2003
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan
menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar -
2,981. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z
tabel adalah ± 1,96.
127
Tabel 4.22 uji wilcoxon variabel ROA tahun 2003 – 2004
Test Statistics b
-2,981a
,003ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2003 -ROA2002
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,003 dan
signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho diterima,
dan nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja induatri
(ROA) pada tahun 2002 dan 2003 adalah berbeda secara nyata.
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA)
kelompok bank syariah tahun 2002 lebih baik daripada tahun 2003.
Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2003 terjadi karena
lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan
tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
Ho diterima
Ho ditolak Ho ditolak
+1,96 -1,96 -2,981
128
Ranks
11a 7,00 77,001b 1,00 1,000c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2003 - ROA2002N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2003 < ROA2002a.
ROA2003 > ROA2002b.
ROA2002 = ROA2003c.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan
tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila
pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank
syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke
masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk
pembiayaan.
iii. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun
2003-2004.
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan
menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar -
3,059. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z
tabel adalah ± 1,96.
129
Tabel 4.23 Uji wilcoxon atas variabel ROA tahun 2003 - 2004
Test Statistics b
-3,059a
,002ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2004 -ROA2003
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,02 dan
signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho ditolak, dan
nilai probabilitas lebih kecil dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA)
pada tahun 2003 dan 2004 adalah berbeda secara nyata.
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA)
kelompok bank syariah tahun 2002 lebih baik daripada tahun 2003.
Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2003 terjadi karena
lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan
tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
+1,96 -1,96 -3,059
130
Ranks
0a ,00 ,0012b 6,50 78,00
0c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2004 - ROA2003N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2004 < ROA2003a.
ROA2004 > ROA2003b.
ROA2003 = ROA2004c.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan
tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila
pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank
syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke
masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk
pembiayaan.
iv. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun
2004-2005
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan
menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar -
2,040. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z
tabel adalah ± 1,96.
131
Test Statistics b
-2,040a
,041ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2005 -ROA2004
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Tabel 4.24 Uji wilcoxon atasvariabel ROA tahun 2004 - 2005
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,041 dan
signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho ditolak, dan
nilai probabilitas lebih kecil dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA)
pada tahun 2003 dan 2004 adalah berbeda secara nyata.
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA)
kelompok bank syariah tahun 2006 lebih baik daripada tahun 2005.
Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2005 terjadi karena
lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan
tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
+1,96 -1,96 -2,040
132
Ranks
5a 5,10 25,507b 7,50 52,500c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2006 - ROA2005N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2006 < ROA2005a.
ROA2006 > ROA2005b.
ROA2005 = ROA2006c.
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan
tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila
pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank
syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke
masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk
pembiayaan.
v. Analisis Perbedaan kinerja perbankan Syariah atas variabel ROA tahun
2005-2006
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan
menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar -
1,059. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z
tabel adalah ± 1,96.
133
Tabel 4.25 Uji wilcoxon atas variabel ROA tahun 2005 - 2006
Test Statistics b
-1,059a
,289ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2006 -ROA2005
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,289 dan
tidak signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho
diterima, dan nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja
induatri (ROA) pada tahun 2004 dan 2005 adalah berbeda secara nyata.
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA)
kelompok bank syariah tahun 2005 lebih baik daripada tahun 2004.
Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2005 terjadi karena
lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan
tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
+1,96 -1,96 -1,059
134
Ranks
2a 6,50 13,0010b 6,50 65,00
0c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2005 - ROA2004N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2005 < ROA2004a.
ROA2005 > ROA2004b.
ROA2004 = ROA2005c.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan progam SPSS versi 11.0
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan
tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila
pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank
syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke
masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk
pembiayaan.
vi. Analisis Perbedaan kinerja perbankan syariah atas variabel ROA tahun
2006-2007
Berdasarkan hasil output pengolahan data pada tabel 4. Dengan
menggunakan uji Wilcoqxon Signed Rank Test diperoleh nilai z sebesar -
3,063. Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi, diperoleh nilai z
tabel adalah ± 1,96.
135
Tabel 4. 26 uji wilcoxon atas variabel ROA tahun 2006 - 2007
Test Statistics b
-3,063a
,002ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2007 -ROA2006
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Sedangkan nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,002 dan
signifikan pada α = 5%. Karena z hitung terletak di daerah Ho ditolak, dan
nilai probabilitas lebih besar dari dari 0,05 berarti kinerja induatri (ROA)
pada tahun 2006 dan 2007 adalah berbeda secara nyata.
Dalam tabel dapat dilihat bahwa kinerja Return On Asset (ROA)
kelompok bank syariah tahun 2007 lebih baik daripada tahun 2006.
Penurunan kinerja Return on Asset (ROA) pada tahun 2006 terjadi karena
lebih disebapkan banyaknya pembiayaan yang tidak diimbangi dengan
tingkat bagi hasil yang merupakan salah sumber pendapatan bank syariah.
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
+1,96 -1,96 -3,063
136
Ranks
0a ,00 ,0012b 6,50 78,00
0c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2007 - ROA2006N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2007 < ROA2006a.
ROA2007 > ROA2006b.
ROA2006 = ROA2007c.
Sumber : Hasil pengolahan data Progam SPSS Versi 11.0
Dalam kondisi seperti ini usaha bank syariah untuk menaikkan
tingkat bagi hasil tidak dapat dilakukan dengan mudah. Apabila
pembiayaan dinaikkan sampai melebihi tingkat rasio bagi hasil, maka bank
syariah kurang bisa leluasa menyalurkan dana atau pinjaman ke
masyarakat dan terpaksa bank syariah menurunkan alokasi dana untuk
pembiayaan.
137
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal tentang kondisi
industri perbankan syariah di Indonesia:
1. Menurut klasifikasi Bain (1956), industri perbankan syariah di Indonesia
berdasarkan berdasarkan pangsa pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan
pembiayaan yang diberikan cenderung berbentuk tipe oligopoly murni tipe
1a selama kurun waktu 2004-2005. Dan berdasarkan nilai Indeks
Herfindhal (IH) diketahui sejumlah 2 buah bank Syariah terbesar
menguasai pangsa pasar secara rata-rata dalam kurun waktu 2004 sampai
2007, artinya keberadaan undang-undang perbankan syariah yang baru
mempengaruhi penguasaan pangsa pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah di Indonesia.
2. Dengan menggunakan uji korelasi dengan tingkat signifikansi α=0,05 (two
tailed) dapat dilihat hubungan antara struktur pasar Perbankan Syariah di
Indonesia yang diproksikan oleh variabel pangsa pasar tiga Bank Syariah
terbesar berdasarkan atas Aset (CR3-ASET), dana pihak ketiga (CR3-
DPK), dan pembiayaan yang diberikan (CR3-PBY); dengan kinerja
industri Bank Syariah yang diproksikan oleh variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio
(FDR). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara
nyata antara variabel struktur pasar baik itu berdasarkan aset, dana pihak
138
3. ketiga maupun pembiayaan yang diberikan dengan variabel CAR. Artinya,
berapapun nilai konsentrasi rasio atas ketiga variabel tersebut masing-
masing tidak akan menaikkan atau menurunkan kinerja CAR.
4. Selanjutnya, uji korelasi yang dilakukan antara struktur pasar dengan
kinerja FDR menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang cukup
kuat antara antara struktur pasar berdasarkan atas aset, FDR dan
pembiayaan yang diberikan dan juga tidak ada korelasi yang kuat antara
struktur pasar berdasarkan atas aset, pembiayaan yang diberikan dan dana
pihak ketiga dengan FDR. Artinya, apabila kenaikan dan penurunan
pangsa pasar atas aset, pembiayaan dan dana pihak ketiga tidak akan
mempengaruhi kinerja FDR. Serta untuk uji korelasi antara struktur pasar
dengan kinerja ROA menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif cukup
kuat antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan dana pihak ketiga
dengan kinerja ROA begitu pula dengan korelasi antara struktur pasar
berdasarkan atas pembiayaan dengan kinerja ROA. Hal ini dapat diartikan
bahwa jika pangsa pasar atas aset dan dana pihak ketiga meningkat maka
dimungkinkan akan menaikkan kinerja ROA.
5. Dengan menggunakan analisis paired sampel t test pada tingkat
kepercayaan 95% dihasilkan kesimpulan bahwa secara rata-rata
menunjuksn perbedaan yang signifikan pada kinerja CAR dan FDR pada
bank syariah dengan perbandingan kinerja pertahunnya dari tahun 2001 –
2007. Sedangkan pada uji wilcoqxon signed rank test pada tingkat
kepercayaan 95% dihasilkan kesimpulan bahwa rata – rata ROA bank
139
syariah pertahunnya dari tahun 2001 – 2007 menunjukan perbedaan secara
nyata.
B. Saran
Setelah melakukan analisis pada penelitian ini, ada beberapa saran
yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan perbankan nasional,
khususnya bank syariah, sebagai referensi dalam kegiatan masing – masing
demi mencapai kinerjakinerja yang lebih baik lagi.
1. Setelah mengetahui bahwa konsentrasi pasar (khususnya berdasarkan aset
dan dana pihak ketiga) mempunyai hubungan yang cukup erat dengan
kinerja perbankan (khususunya FDR dan ROA) maka tidak ada jalan lain
bagi perbankan (khususnya bank dengan pangsa pasar yang amat kecil)
untuk meningkatkan aset dan dana pihak ketigapada bank mereka masing-
masing tanpa mengabaikan peningkatan penyaluran pembiayaannya dalam
rasio yang proporsional.
2. Pembentukan bank jangkar (anchor bank), yaitu bank yang benar – benar
dikelola secara sehat dan professional sesuai konsep Arsitektur Perbankan
Indonesia (API). Bank jangkar merupakan bank yang kuat dalam
permodalan dan posisinya memerger dan mengakuisisi bank lain. Upaya
pengggabungan bank (merger) ditunnjukkan agar bank semakin kuat dan
siap dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat baik dalam negeri
maupun dalam menghadai pasar bebas, di mana pesaing kita kali ini
adalah bank-bank yang turut meramaikan pasar sehingga menjadi sangat
kompetitif. Penggabungan ini terutama sekali dapat dilakukan oleh bank-
bank yang memiliki pangsa pasar yang amat kecil baik dari variabel aset,
140
dana pihak ketiga maupun pembiayaan yang diberikan. Dalam penelitian
ini bank dengan pangsa pasar kecil adalah seperti HSBC, Lippo, BPD
Kalimantan Barat, BPD Sumatera Barat, BPD Aceh dan beberapa bank
lain.
141
LAMPIRAN
142
Lampiran 1 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2001
Lampiran 2 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2002
Observasi Financing to Deposit Ratio ROA CAR
2001 89,19 3,70% 59,5 Januari 2002 88,54 0,20% 53,17 Februari 2002 91,46 0,18% 52,1 Maret 2002 91,83 0,17% 53,1
Apr-02 96,59 0,16% 50,54 Mei 2002 97,74 0,14% 49,28 Juni 2002 93,55 0,13% 64,17 Juli 2002 96,16 0,11% 61,44 Agustus 2002 96,93 0,10% 61,76
Sep-02 102,11 0,08% 59,63 Oktober 2002 100,03 0,07% 58,91
Nop-02 97,73 -0,01% 59,1 Desember 2002
Observasi Financing to Deposit Ratio ROA CAR
2000 128,54 71% 43,8 Januari 2001 108,66 2% 67,46 Februari 2001 107,92 2% 62,16 Maret 2001 109,03 1% 36,98
Apr-01 102,46 1% 34,44 Mei 2001 107,9 1% 33,59 Juni 2001 109,28 0% 31,79 Juli 2001 114,95 0% 53,73 Agustus 2001 108,7 -1% 50,95
Sep-01 110,01 -1% 51,95 Oktober 2001 91,13 -2% 54,2
Nop-01 91,16 -2% 55,56 Desember 2001
143
Lampiran 3 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2003
Observasi Financing to Deposit Ratio ROA CAR
2002 95,69 0,09% 60,84 Januari 2003 94,95 0,09% 16,76 Februari 2003 96,14 0,08% 16,48 Maret 2003 98,04 0,07% 17,07
Apr-03 98,25 0,07% 17,86 Mei 2003 62,63 0,06% 17,32 Juni 2003 87,33 0,06% 16,84 Juli 2003 94,56 0,05% 15,84 Agustus 2003 96,46 0,04% 14,81
Sep-03 93,06 0,04% 12,76 Oktober 2003 95,84 0,03% 14,02
Nop-03 96,28 0,90% 12,96 Desember 2003
Lampiran 4 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2004
Observasi Financing to Deposit Ratio ROA CAR
2003 92,71 0,70% 12,7 Januari 2004 84,78 0,70% 11,38 Februari 2004 86,28 1,00% 11,85 Maret 2004 94,75 1,30% 11,2
Apr-04 92,22 1,60% Mei 2004 95,95 1,60% Juni 2004 92,25 1,15% Juli 2004 96,66 0,70% 9,1 Agustus 2004 95 0,25% 125,34 triwulanan 3 2004 98 1,22% 123,54 Oktober 2004 106 1,24% 152,88
Nop-04 104 1,01% 167 Desember 2004
144
Lampiran 5 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2005
Observasi Financing to Deposit Ratio ROA CAR
2004 97 1,41% 192 Januari 2005 98 1,45% 161,83 Februari 2005 103 1,45% 166,1 Maret 2005 106 1,50% 160,03
Apr-05 105 1,20% 125 Mei 2005 109 1,29% 160,19 Juni 2005 107 1,19% 176,45 Juli 2005 108 1,35% 170,48 Agustus 2005 108 1,39% 153,99
Sep-05 110 1,40% 56,56 Oktober 2005 111 1,34% 63,63
Nop-05 111 1,30% 204 Desember 2005
Lampiran 6 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2006
Observasi Financing to Deposit Ratio ROA CAR
2005 97,75 1,35% 9,32 Januari 2006 99,39 1,30% 8,06 Februari 2006 103,32 1,40% 8,1 Maret 2006 106,96 1,32% 7,9
Apr-06 109,22 1,41% 7,74 Mei 2006 109,68 1,43% 8,23 Juni 2006 110,52 1,51% 7,63 Juli 2006 112,23 1,47% 7,66 Agustus 2006 111,29 1,38% 7,58
Sep-06 109,39 1,41% 7,53 Oktober 2006 106,53 1,38% 7,47
Nop-06 105,4 1,44% 7,55 Desember 2006 98,9 1,55% 7,7
145
Lampiran 7 : Data Observasi bank syariah pada variabel FDR, CAR dan ROA tahun 2007
Observasi Financing to Deposit Ratio ROA CAR
2006 98,9 Januari 2007 98,56 1,69% 6,32 Februari 2007 97,19 1,68% 6,44 Maret 2007 95,14 1,75% 6,55
Apr-07 97,03 1,75% 6,55 Mei 2007 97,12 1,76% 17,4 Juni 2007 96,096 1,79% 15,333 Juli 2007 95,792 1,81% 17,56 agustus 95,488 1,83% 19,787 september 95,184 1,85% 22,014 oktober 94,88 1,87% 24,241 november 94,576 1,89% 26,468 desember 94,272 1,92% 28,695
146
Lampiran 8 : Data Pangsa Pasar Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2004 (dalam jutaan rupiah)
ASET
Nama Bank Jumlah MS CR IH 1/IH 1 Bank Mandiri 15585302 0,714608535 0,54910344 1,8211505
2 Bank Muamalat Indonesia 4145070 0,190057427 0,03843808
3 BNI Syariah 754632 0,034600964 0,93926693 0,00231626 4 Bank Syariah Mandiri 636628 0,02919031 0,00111903 5 Mega Syariah 274833 0,012601489 0,00026696 6 BRI Syariah 160069 0,007339394 0,00010816 7 Bukopin 127925 0,005865545 5,4291E-05
8 BPD Jawa Barat dan Banten 94725 0,004343278 0,99860694 1,9887E-05
9 Permata 20480 0,000939037 0,48578582 10 BPD Riau 7950 0,000364519 0,52279907 11 BPD Aceh 1925 0,000088264 0,52365676 12 HSBC 27 0,000001238 0,52425561
Jumlah 21809566
No Nama Bank Jumlah MS CR IH 1/IH 1 Bank Syariah Mandiri 6.869.949 0,453772343 0,333126047 3,001867
2 Bank Muamalat Indonesia 5.209.804 0,344116814 0,127216708
3 BNI Syariah 1.124.258 0,074259239 0,872148 0,008800326 4 Niaga 532.124 0,035147736 0,003285891 5 Mega Syariah 400.871 0,026478242 0,002050528
6 BPD Jawa Barat dan Banten 346.987 0,022919108 0,001349431
7 BRI Syariah 344.708 0,022768576 0,120568133 8 Bukopin 263.200 0,017384828 0,996847 0,216557808 9 Permata 20.433 0,001349636 0,239584893 10 BPD Riau 18.212 0,001202935 0,242720226 11 BPD Aceh 7.078 0,000467514 0,244126216 12 HSBC 2.014 0,000133028 0,244897190 TOTAL 15.139.638
147
PBY No Nama Bank Jumlah MS CR IH 1/IH
1 Bank Muamalat Indonesia 2179587 0,665855574 0,49446083 2,022405
2 BNI Syariah 684667 0,209163176 0,05109719 3 Bukopin 214941 0,065663662 0,940682 0,00734795
4 BPD Jawa Barat dan Banten 179971 0,054980459 0,00303624
5 BPD Riau 11838 0,003616464 0,39268249 6 BPD Aceh 1775 0,000542256 0,41865196 7 Permata 296 0,000090427 0,42210988 8 Bank DKI 152 0,000046435 0,999958 0,42460977 9 BPD Riau 136 0,000041547 0,42636696
Total 3273363 Lampiran 9 : Data Pangsa Pasar Industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2005 (dalam jutaan rupiah)
ASET No Nama Bank Des-05 MS CR IH 1/IH 1 Bank Syariah Mandiri 8.272.965 0,346040443 0,245655578 4,07074
2 Bank Muamalat Indonesia 7.427.047 0,310657501 0,125911590
3 BPD Riau 3.651.618 0,152739376 0,809437 0,029403508 4 BNI Syariah 1.339.067 0,056010310 0,006074191 5 Mega Syariah 896.910 0,037515828 0,002937036 6 BRI Syariah 663.920 0,027770354 0,001529598
7 BPD Jawa Barat dan Banten 327.555 0,013700926 0,173496600
8 Niaga 327.355 0,013692560 0,958127 0,305878089 9 Bukopin 366.470 0,015328657 0,310527697
10 Bank Tabungan Negara 191.477 0,008009074 0,312745686 11 Permata 165.741 0,006932592 0,313178815 12 Others 277384 0,011602380 1,570390409 Total 23.907.509
148
DPK Des-05 MS CR IH 1/IH 1 Bank Mandiri 19.988.680 0,696982636 0,52507302 1,904497
2 Bank Muamalat Indonesia 5.517.546 0,192390581 0,03928823
3 BNI Syariah 839.966 0,029288663 0,91866188 0,00227409 4 Mega Syariah 701.812 0,02447139 0,00141627 5 Bank Syariah Mandiri 659.698 0,023002922 0,00081742 6 Niaga 380.896 0,013281412 0,34385956 7 BRI Syariah 239.506 0,008351303 0,99330375 0,37482222 8 Bukopin 158.733 0,00553484 0,40491769 9 BPD Aceh 69.120 0,002410136 0,40553929
10 BPD Jawa Barat dan Banten 48.219 0,001681342 0,40563574
11 Permata 41.906 0,001461215 0,40567908 12 Others 32796 0,001143559 1,21715858 Total 28.678.878
PBY
No Nama Bank Jumlah MS CR IH 1/IH
1 Bank Muamalat Indonesia 3.385.602 0,306374316 0,35054484 2,852702
2 BNI Syariah 1.079.555 0,031150864 0,04417053 3 Niaga 427.319 0,004880732 0,799869 0,01301967 4 Bukopin 362.305 0,003508562 0,00813893
5 BPD Jawa Barat dan Banten 264.833 0,00187467 0,00463037
6 Bank Tabungan Negara 256.894 0,001763959 0,0027557 7 Permata 164.066 0,000719478 0,00099174 8 Bank DKI 82.986 0,000184073 0,98479 0,00027226 9 BPD Aceh 51.435 0,000070713 0,47272732
10 BPD Kalimantan Timur 17.450 0,000008139 0,47999238
11 BPD Nusa Tenggara Barat 17.450 0,000008139 0,48627812
12 BPD Riau 6.700 0,000001200 0,4914539 Total 6.116.595
149
Lampiran 10 : Data Pangsa Pasar Industri Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2006 (dalam jutaan rupiah)
ASET No Nama Bank Des-06 MS CR IH 1/IH 1 Bank Syariah Mandiri 9.554.967 0,415617846 0,314182767 3,182861
2 Bank Muamalat Indonesia 8.370.595 0,364100542 0,141444573
3 BNI Syariah 1.598.922 0,069549222 0,849268 0,008875368 4 BRI Syariah 1.138.623 0,049527334 0,004038274 5 Bukopin 512.664 0,022299638 0,001585317
6 BPD Jawa Barat dan Banten 489.653 0,021298716 0,001088043
7 Bank Tabungan Negara 413.031 0,017965845 0,000634408 8 Permata 313.114 0,013619698 0,973979 0,146897939 9 BPD Aceh 192.007 0,008351838 0,245334137 10 Bank DKI 102.593 0,004462546 0,281471685 11 BPD Riau 88.730 0,003859539 0,282704854 12 Others 214891 0,009347236 1,702981956 Total 22.989.790
DPK
MS CR IH 1/IH 1 Bank Mandiri 21988680 0,343571277 0,40574905 2,4645776 2 Bank Syariah Mandiri 6619779 0,031139061 0,06217777
3 Bank Muamalat Indonesia 6515442 0,030165206 0,9362935 0,03103871
4 BNI Syariah 958060 0,000652235 0,0008735 5 BRI Syariah 379360 0,000102264 0,32670945 6 Bukopin 254886 0,000046165 0,36959466 7 Permata 200467 0,000028556 0,39953075 8 Bank Tabungan Negara 147168 0,000015390 0,98800627 0,39973634 9 Niaga 133375 0,000012641 0,39984336
10 BPD Jawa Barat dan Banten 106223 0,000008018 0,39987631
11 BPD Aceh 93856 0,000006260 0,39990561 12 Others 116476 0,000001974 3,19935376
150
PBY No Nama Bank Jumlah MS CR IH 1/IH
1 Bank Muamalat Indonesia 3.385.602 0,306374316 0,35054484 2,852702
2 BNI Syariah 1.079.555 0,031150864 0,04417053 3 Niaga 427.319 0,004880732 0,799869 0,01301967 4 Bukopin 362.305 0,003508562 0,00813893
5 BPD Jawa Barat dan Banten 264.833 0,00187467 0,00463037
6 Bank Tabungan Negara 256.894 0,001763959 0,0027557 7 Permata 164.066 0,000719478 0,00099174 8 Bank DKI 82.986 0,000184073 0,98479 0,00027226 9 BPD Aceh 51.435 0,000070713 0,47272732
10 BPD Kalimantan Timur 17.450 0,000008139 0,47999238
11 BPD Nusa Tenggara Barat 17.450 0,000008139 0,48627812
12 BPD Riau 6.700 0,000001200 0,4914539 Total 6.116.595
Lampiran 11 : Data Pangsa Pasar Bank Syariah di Indonesia tahun 2007 (dalam jutaan rupiah)
ASET
No Nama Bank 39.417 MS CR IH 1/IH 1 Bank Syariah Mandiri 12885390 0,382865907 0,284054133 3,520456
2 Bank Muamalat Indonesia 10569078 0,314040912 0,137467831
3 Bukopin 6403965 0,190282162 0,887189 0,038846136 4 BRI Syariah 1191354 0,035398915 0,002638835 5 Bank Tabungan Negara 789005 0,023443847 0,001385752 6 Permata 711843 0,021151119 0,000836138
7 BPD Jawa Barat dan Banten 556589 0,016538029 0,000388768
8 BPD Aceh 294328 0,008745421 0,992466 0,000115261 9 BPD Sumatera Utara 207710 0,006171725 0,000038779
10 BPD Jawa Timur 21350 0,000634376 0,000000689 11 Lippo 15753 0,000468072 0,000000286 12 BPD Sumatra Barat 8734 0,000259515 0,000000067
Total 33655099
151
DPK
No Nama Bank Syariah Jumlah MS CR IH 1/IH 1 Bank Mandiri 27.449.153 0,571391444 0,399921614 2,50049 2 Bank Syariah Mandiri 9.960.157 0,207334211 0,073433432
3 Bank Muamalat Indonesia 8.318.162 0,173153853 0,95187951 0,030445957
4 BRI Syariah 735.085 0,015301794 0,000463700 5 Bank Tabungan Negara 531.499 0,011063874 0,000229555 6 Permata 324.356 0,006751911 0,000107146 7 Bukopin 293.488 0,006109352 0,000061557 8 BPD Sumatera Utara 139.802 0,002910169 0,99401661 0,000024233 9 BPD Aceh 136.747 0,002846575 0,000015764
10 BPD Jawa Barat dan Banten 132.643 0,002761144 0,000007661
11 BPD Kalimantan Barat 6.645 0,000138325 0,000000037 12 Others 11.402 0,000237348 0,000000033
Total 48.039.139
PBY No Nama Bank Jumlah MS CR IH 1/IH
1 Bank Muamalat Indonesia 4383158 0,68748755 0,49434042 2,022897
2 Bank Tabungan Negara 546066 0,085649109 0,02170129 3 Permata 505803 0,079333956 0,852471 0,01436552 4 Bukopin 459041 0,071999452 0,00807164
5 BPD Jawa Barat dan Banten 324964 0,050969804 0,00288772
6 BPD Aceh 88132 0,013823287 0,0002898
7 BPD Nusa Tenggara Barat 63135 0,009902569 0,000098718
8 BPD Riau 5164 0,000809961 0,999976 0,000000657 9 Bank DKI 155 2,43114E-05 0,000000001
Total 6375618
152
Lampiran 12 : Uji Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Perbankan
Syariah di Indonesia tahun 2004 - 2007
Correlations
1 ,381, ,619
4 4,381 1,619 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
CR3ASET
CAR
CR3ASET CAR
Correlations
1 ,168, ,832
4 4,168 1,832 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
CAR
CR3DPK
CAR CR3DPK
Correlations
1 ,549, ,451
4 4,549 1,451 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
CAR
CR3PBY
CAR CR3PBY
153
Correlations
1 -,451, ,549
4 4-,451 1,549 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
FDR
CR3ASET
FDR CR3ASET
Correlations
1 -,336, ,664
4 4-,336 1,664 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
FDR
CR3DPK
FDR CR3DPK
Correlations
1 -,659, ,341
4 4-,659 1,341 ,
4 4
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
FDR
CR3PBY
FDR CR3PBY
154
Lampiran 13 : Uji Hubungan Struktur Pasar dengan Kinnerja Industri Perbankan
Syariah Indonesia Tahun 2004 – 2007 dengan Menggunakan Spearman”s rho dan
Kendhal”s tau_b (untuk data tidak normal)
Correlations
1,000 ,333, ,4974 4
,333 1,000,497 ,
4 41,000 ,400
, ,6004 4
,400 1,000,600 ,
4 4
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
ROA
CR3ASET
ROA
CR3ASET
Kendall's tau_b
Spearman's rho
ROA CR3ASET
Correlations
1,000 ,333, ,497
4 4,333 1,000,497 ,
4 41,000 ,400
, ,6004 4
,400 1,000,600 ,
4 4
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
ROA
CR3DPK
ROA
CR3DPK
Kendall's tau_b
Spearman's rho
ROA CR3DPK
155
Correlations
1,000 -,548, ,279
4 4-,548 1,000,279 ,
4 41,000 -,738
, ,2624 4
-,738 1,000,262 ,
4 4
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
ROA
CR3PBY
ROA
CR3PBY
Kendall's tau_b
Spearman's rho
ROA CR3PBY
156
Lampiran 14 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2001 dan 2002
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Ranks
6a 7,00 42,006b 6,00 36,000c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2002 - ROA2001N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2002 < ROA2001a.
ROA2002 > ROA2001b.
ROA2001 = ROA2002c.
Test Statistics b
-,235a
,814ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2002 -ROA2001
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
157
Lampiran 15 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2002 dan 2003
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Ranks
11a 7,00 77,001b 1,00 1,000c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2003 - ROA2002N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2003 < ROA2002a.
ROA2003 > ROA2002b.
ROA2002 = ROA2003c.
Test Statistics b
-2,981a
,003ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2003 -ROA2002
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
158
Lampiran 16 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2003 dan 2004
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Test Statistics b
-3,059a
,002ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2004 -ROA2003
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Ranks
0a ,00 ,0012b 6,50 78,00
0c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2004 - ROA2003N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2004 < ROA2003a.
ROA2004 > ROA2003b.
ROA2003 = ROA2004c.
159
Lampiran 17 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2004 dan 2005
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Test Statistics b
-2,040a
,041ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2005 -ROA2004
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Ranks
2a 6,50 13,0010b 6,50 65,00
0c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2005 - ROA2004N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2005 < ROA2004a.
ROA2005 > ROA2004b.
ROA2004 = ROA2005c.
160
Lampiran 18 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2005 dan 2006
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Ranks
5a 5,10 25,507b 7,50 52,500c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2006 - ROA2005N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2006 < ROA2005a.
ROA2006 > ROA2005b.
ROA2005 = ROA2006c.
Test Statistics b
-1,059a
,289ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2006 -ROA2005
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
161
Lampiran 19 : Uji Perbedaan Kinerja Perbankan Syariah tahun 2006 dan 2007
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (untuk data tidak normal)
Ranks
0a ,00 ,0012b 6,50 78,00
0c
12
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
ROA2007 - ROA2006N Mean Rank Sum of Ranks
ROA2007 < ROA2006a.
ROA2007 > ROA2006b.
ROA2006 = ROA2007c.
Test Statistics b
-3,063a
,002ZAsymp. Sig. (2-tailed)
ROA2007 -ROA2006
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Lampiran 20 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2001 dan 2002 dengan menggunakan Paired Sample t Test T-Test
Paired Samples Statistics
105.5636 11 7.67830 2.3151095.6973 11 3.99348 1.2040848.4373 11 12.27009 3.6995756.6545 11 5.12505 1.54526
FDR2001FDR2002
Pair1
CAR2001CAR2002
Pair2
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
11 -.348 .29511 .097 .777
FDR2001 & FDR2002Pair 1CAR2001 & CAR2002Pair 2
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
9.8664 9.80962 2.95771 3.2762 16.4566 3.336-8.2173 12.83102 3.86870 -16.8373 .4027 -2.124
FDR2001 - FDR2002Pair 1CAR2001 - CAR2002Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t
Lampiran 21 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2002 dan 2003 dengan menggunakan Paired Sample t Test T-Test
Paired Samples Statistics
95.6973 11 3.99348 1.2040892.1400 11 10.22844 3.0839956.6545 11 5.12505 1.5452615.7018 11 1.78840 .53922
FDR2002FDR2003
Pair1
CAR2002CAR2003
Pair2
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
11 -.165 .62711 -.565 .070
FDR2002 & FDR2003Pair 1CAR2002 & CAR2003Pair 2
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
3.5573 11.57954 3.49136 -4.2220 11.3365 1.01940.9527 6.31089 1.90280 36.7130 45.1924 21.522
FDR2002 - FDR2003Pair 1CAR2002 - CAR2003Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t
Lampiran 22 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2003 dan 2004 dengan menggunakan Paired Sample t Test T-Test
Paired Samples Statistics
92.1400 11 10.22844 3.0839995.0809 11 6.40645 1.9316215.7018 11 1.78840 .5392258.7164 11 67.20423 20.26284
FDR2003FDR2004
Pair1
CAR2003CAR2004
Pair2
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
11 -.019 .95711 -.913 .000
FDR2003 & FDR2004Pair 1CAR2003 & CAR2004Pair 2
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-2.9409 12.16920 3.66915 -11.1163 5.2345 -.802-43.0145 68.84094 20.75633 -89.2625 3.2334 -2.072
FDR2003 - FDR2004Pair 1CAR2003 - CAR2004Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t
Lampiran 23 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2004 dan 2005 dengan menggunakan Paired Sample t Test T-Test
Paired Samples Statistics
95.0809 11 6.40645 1.93162106.9091 11 3.85887 1.16349
76.5363 8 71.56350 25.30152142.0775 8 52.83369 18.67953
FDR2004FDR2005
Pair1
CAR2004CAR2005
Pair2
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
11 .911 .0008 -.369 .369
FDR2004 & FDR2005Pair 1CAR2004 & CAR2005Pair 2
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-11.8282 3.29717 .99414 -14.0433 -9.6131 -11.898-65.5412 103.43984 36.57151 -152.0191 20.9366 -1.792
FDR2004 - FDR2005Pair 1CAR2004 - CAR2005Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t
Lampiran 24 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005 dan 2006 dengan menggunakan Paired Sample t Test T-Test
Paired Samples Statistics
106.9091 11 3.85887 1.16349107.6300 11 3.81892 1.15145145.2964 11 46.07276 13.89146
7.7682 11 .26195 .07898
FDR2005FDR2006
Pair1
CAR2005CAR2006
Pair2
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
11 .633 .03711 .374 .257
FDR2005 & FDR2006Pair 1CAR2005 & CAR2006Pair 2
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-.7209 3.29136 .99238 -2.9321 1.4903 -.726137.5282 45.97544 13.86212 106.6415 168.4149 9.921
FDR2005 - FDR2006Pair 1CAR2005 - CAR2006Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t
Lampiran 25 : Uji Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2006 dan 2007 dengan menggunakan Paired Sample t Test T-Test
Paired Samples Statistics
106,9025 12 4,4282484 1,278325295,944000 12 1,2875490 ,3716834
7,762500 12 ,2505313 ,072322116,446500 12 8,2864228 2,3920842
FDR2006FDR2007
Pair1
CAR2006CAR2007
Pair2
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
12 -,107 ,74112 -,619 ,032
FDR2006 & FDR2007Pair 1CAR2006 & CAR2007Pair 2
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
10,958500 4,7418481 1,3688536 7,945673 13,971327 8,006-8,684000 8,4437117 2,4374896 -14,0489 -3,319122 -3,563
FDR2006 - FDR2007Pair 1CAR2006 - CAR2007Pair 2
Mean Std. DeviationStd. Error
Mean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t