struktur pasar modal

41
STRUKTUR PASAR MODAL DI INDONESIA Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Berdasarkan hal tersebut, kebijakan di bidang Pasar Modal ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Bapepam sebagai salah satu unit di lingkungan Departemen Keuangan. 1. BAPEPAM Tujuan Bapepam Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal , pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Bapepam yang bertujuan untuk mewujudkan Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Upload: padlah-riyadi-se-ak-ca

Post on 19-Jul-2016

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pasar Modal.

TRANSCRIPT

Page 1: Struktur Pasar Modal

STRUKTUR PASAR MODAL DI INDONESIA

Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh UU No.8 Tahun 1995  tentang Pasar Modal.  Berdasarkan hal tersebut, kebijakan di bidang Pasar Modal ditetapkan  oleh Menteri Keuangan. Pembinaan, pengaturan dan pengawasan  sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Bapepam sebagai salah satu unit  di lingkungan Departemen Keuangan.

1. BAPEPAM

Tujuan Bapepam

Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,  pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Bapepam yang bertujuan untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.  Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, dan pendaftaran kepada para pelaku Pasar Modal, memproses pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 2: Struktur Pasar Modal

undangan di bidang Pasar Modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.  Wewenang  Pada pasal 5 UU Pasar Modal, Bapepam berwenang untuk:  a. Memberi izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga

Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;

b. Memberi izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan persetujuan bagi Bank Kustodian; mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat; menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru;  

c. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan, menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran; mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang dan atau peraturan pelaksanaanya;

d. Mewajibkan setiap Pihak untuk : menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;

e. Melakukan pemeriksaan terhadap : setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang;

f. Menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;

g. Mengumumkan hasil pemeriksaan; membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

h. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat;

i. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dsan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalakan atau menguatkan pengenaan sanksi 3 dimaksud;

j. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal

k. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal

l. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas UUPM atau peratura pelaksanaannya; menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 UPM;

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 3: Struktur Pasar Modal

m. Dan melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang Pasar Modal.

Fungsi BAPEPAM Dijelaskan dalam pasal 3 Kepmenkeu RI No : 503/KMK.01/1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal, fungsi Bapepam adalah:

a. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal; b. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal; c. Pembinaan dan pengawasan terhadap Pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan

pendaftaran dari Bapepam dan Pihak lain yang bergerak di Pasar Modal; d. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten dan Perusahaan

Publik; e. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa

Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;

f. Penetapan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal; g. Pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuaidengan kebijaksanaan

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. FASILITATOR

Bursa EfekBursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau

sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Sebagai organisasi yang mengatur dirinya sendiri (Self-Regulating Organization/SRO), Bursa Efek wajib menetapkan peraturan keanggotaan, pencatatan, perdagangan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan Bursa Efek.

Lembaga Kliring dan Penyelesasian “KPEI”Sebagai lembaga kliring dan penjaminan, KPEI memiliki tugas yang cukup berisiko.

Bayangkan, lembaga kliring dan penjaminan itu harus mengatur pergerakan efek dan dana hasil transaksi broker di bursa efek, dan menjamin tersedianya dana dan efek yang ditransaksikan tersebut. Alhasil, KPEI harus memiliki pengendalian risiko yang baik. Pengendalian risiko tersebut diperlukan untuk menjamin penyelesaian transaksi bursa agar selesai tepat waktu, meredam potensi kerugian yang timbul akibat kegagalan partisipan, dan menanggulangi  kemungkinan risiko-risiko ekstrim yang akan mengganggu mekanisme pasar.

Salah satu perangkat pengendalian risiko yang diterapkan KPEI adalah trading limit.  Besarnya trading limit yang dikenakan bagi anggota bursa adalah 24 kali dari total agunan  bebas. Trading limit ini merupakan salah satu perangkat pengendalian risiko yang menggunakan pendekatan colateral atau agunan dalam perhitungannya.

Agunan yang dipersyaratkan oleh KPEI bagi anggota kliring (AK) terdiri dari agunan online dan offline. Yang termasuk dalam agunan online adalah uang dan atau efek yang terdapat dalam rekening agunan masing-masing AK di KSEI.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 4: Struktur Pasar Modal

Sedangkan agunan offline adalah agunan diluar uang dan efek yang ada di rekening agunan yaitu surat saham bursa, sertifikat deposito, serta bank garansi.   

Dengan adanya trading limit, risiko kegagalan penyelesaian dapat diminimalkan. Karena, setiap kewajiban yang muncul  akibat transaksi AK di bursa akan diperhitungkan dari nilai agunan yang dijaminkan kepada KPEI. Dengan demikian, bila AK gagal memenuhi kewajibannya kepada KPEI pada saat jatuh tempo, maka KPEI yang berperan sebagai penjamin masih memiliki agunan untuk menutupi risiko perbedaan harga (market risk) yang mungkin timbul.  

Secara kasar agunan  yang saat ini ditetapkan oleh KPEI adalah sekitar 20-25% dari nilai transaksi jual dan beli setelah di netting. Dengan agunan sebesar itu apakah sudah cukup aman? Menurut Hoesen, Kepala Divisi Penjaminan KPEI, sebenarnya angka tersebut cukup memadai untuk saham-saham yang tergolong likuid namun sebaliknya terlalu kecil untuk saham-saham lainnya, dimana risiko fluktuasi harganya bisa jauh lebih tinggi dari itu dan belum tentu likuid pula. Oleh karena itu, menurutnya dalam waktu dekat KPEI akan melakukan penyesuaian besarnya agunan dan hair cut. Idealnya, masing-masing saham memiliki hair cut dan kebutuhan agunan yang berbeda.

Mekanisme trading limit yang diterapkan KPEI akan terus menerus disempurnakan. Saat ini KPEI masih mengandalkan basis agunan (collateral based) dan belum mempertimbangkan kekuatan  modal  yang dimiliki Anggota Kliring (AK). Idealnya, menurutnya masing-masing AK akan memiliki profil risiko sendiri yang akan dinilai dari berbagai faktor, sehingga multiplier factor trading limit satu AK yang sangat sehat akan jauh lebih besar ketimbang kelas AK yang biasa-biasa saja. Ini sedang dipersiapkan dan akan diperkenalkan dalam waktu dekat.

KliringKliring adalah jasa penyelesaian utang piutang antar bank dengan cara saling

menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Lembaga kliring ini dibentuk dan dikoordinasikan oleh Bank Sentral setiap hari kerja. Peserta kliring adalah bank yang sudah memperoleh izin dan bank sentral.

Tujuan dilaksanakan kliring oleh bank sentral antara lain : a. Untuk memajukan dan memperlancar lalu lintas pembayaran giralb. Agar perhitungan penyelesaian utang piutang dapat dilakukan lebih mudah, aman

dan efisien.

Warkat-warkat yang dapat dikliringkan atau diselesaikan di lembaga kliring adalah warkat warkat yang berasal dari dalam kota seperti : a. Cek b. Bilyet giro c. Wesel bank d. Surat bukti penerimaan transfer dari luar kota e. Lalu lintas giral / nota kredit

Perhitungan kliring dilakukan setiap hari, untuk mengetahui apakah bank tersebut menang kliring atau kalah kliring. Bagi bank yabng menang kliring artinya jumlah

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 5: Struktur Pasar Modal

tagihan warkat kliring melebihi pembayaran warkat. Sebaliknya bagi bank yang kalah kliring justru pembayaran warkat kliring lebih besar dari penerimaan warkat kliringnya.

3. LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN “KSEI”

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia atau dikenal dengan singkatan KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasional sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) pada tanggal 11 November 1998. Dalam kelembagaan pasar modal di Indonesia, KSEI merupakan salah satu Organisasi Regulator Mandiri atau Self Regulatory Organization (SRO), bersama dengan Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan.

Sebagai LPP di pasar modal Indonesia sesuai ketentuan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, KSEI menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek yang teratur, wajar dan efisien.

Saham KSEI dimiliki oleh SRO (BEJ, BES, KPEI) sebanyak 16,5%, Bank Kustodian (36%), Perusahaan Efek (33,5%), Biro Administrasi Efek (4%) dan treasury stock (10%), per 31 Mei 2007.

KSEI mulai menjalankan kegiatan operasional pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi Efek dengan warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP). Selanjutnya sejak 17 Juli 2000, KSEI bersama Bursa Efek dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) mengimplementasikan perdagangan tanpa warkat (scripless trading) dan operasional Kustodian sentral di pasar modal Indonesia.

Sesuai fungsinya, KSEI memberikan layanan jasa yang meliputi: administrasi rekening efek, penyelesaian transaksi efek, distribusi hasil corporate action dan jasa-jasa terkait lainnya, seperti: post trade processing (PTP) dan penyediaan laporan-laporan jasa kustodian sentral.

Seluruh kegiatan KSEI dioperasikan melalui sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan berteknologi tinggi, yang dinamakan C-BEST (The Central Depository and Book Entry Settlement System). Sistem ini merupakan platform elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian transaksi Efek secara pemindahbukuan di Pasar Modal Indonesia. Pada bulan Juni 2002, KSEI menuntaskan program konversi seluruh Saham yang tercatat di Bursa Efek dari warkat menjadi scripless.

Pada pertengahan tahun 2007 (data per 31 Mei 2007), sebanyak 390 Saham, 252 Obligasi Korporasi, 36 Waran, 2 HMETD, 14 Medium Term Notes dan 5 Promissory Notes telah tercatat di C-BEST. Nilai keseluruhan Efek tersebut mencapai Rp 951 triliun.

Untuk melindungi aktivitas penyimpanan dan penyelesaian transaksi, KSEI memiliki sistem cadangan, yakni: Disaster Recovery Center (DRC). DRC C-BEST yang berada di lokasi yang terpisah dengan sistem utama, akan mengamankan penyediaan layanan jasa Kustodian sentral dalam kondisi darurat (bencana). Agar selalu siap digunakan sewaktu-waktu, DRC C-BEST diuji-coba prosedur dan pelaksanaannya secara berkala, tiap enam bulan sekali. Hingga saat ini (per-Mei 2007), KSEI telah melaksanakan 9 (sembilan) kali DRC Live Test. Sistem DRC memiliki kapasitas maupun proses kerja yang identik sama

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 6: Struktur Pasar Modal

dengan sistem utama yang keduanya secara otomatis akan saling menggantikan apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem.

Layanan jasa KSEI disediakan bagi pemegang rekening KSEI yang terdiri atas perusahaan efek dan bank custodian. Pemegang rekening mencatat data sub rekening efek yang dimiliki investor yang menjadi nasabah pemegang rekening KSEI, sehingga emiten dapat memantau secara langsung kepemilikan masing-masing efek yang disimpan di KSEI. Layanan jasa KSEI dapat disediakan juga bagi emiten yang mendaftarkan efeknya untuk disimpan di KSEI serta Biro Administrasi Efek.

4. PELAKU PASAR MODAL Emiten adalah pihak yang menawarkan atau menjual efek kapada masyarakat

melalui Pasar Modal.Menurut UU Pasar Modal pasal 1 angka 6, Emiten adalah pihak yamn melakukan

kegiatan penawaran umum.mum atau go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang

dilakukan oleh Emiten ( perusahaan yang akan go public ) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Penawaran Umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut :a. Periode Pasar Perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin

emisi melalui para agen penjual yang ditunjukb. Penjatahan saham , yaitu pengalokasian efek pesanan pada pemodal sesuai dengan

jumlah efek yang tersediac. Pencatatan efek di Bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di Bursa.

Masa Penawara Umum sekurang-kurangnya tiga hari kerja ( yaitu masa dimana masyarakat mengisi formulir pemesanan dan penyerahanuang untuk diserahkan ke Agen Penjual ), berelaku saat efek ditawarkan oleh Penjamin Emisi melalui paraAgen Penjual yang ditunjuk. Saat dimulainya Penawaran Umum ini disebut Pasar Perdana.

Ketentuan-ketentuan yang Harus Dipenuhi Emiten yang Akan Go Public :Emiten harus memenuhi ketentuan Bapepam tentang :a. Tata cara pendaftaran dalam rangka Penawaran Umumb. Pedoman mengenai bentuk dan isi persyaratan pendaftaran dalam rangka

Penawaran Umumc. Pedoman mengenai bentuk dan isi prospektus dan prospektus ringkas dalam

rangka Penawaran Umumd. pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan dalam rangka Penawaran Umum.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 7: Struktur Pasar Modal

Tahapan-tahapan dalam rangka Penawaran Umum 1. Sebelum emisi , yaitu berisi persiapan-persiapan yang dilakukan untuk memenuhi

persyaratan-persyaratan penawarab Umum      Intern Perusahaan :

a. Rencana go publicb. RUPSc. Penunjukkan : underwriter, profesi penunjang, lembaga

penunjangd. Mempersiapkan dokumen-dokumene. Konfirmasi sebagai agen penjual oleh penjaminf. Kontrak pendahuluan dengan Bursa Efekg. Penandatangana perjanian-perjanjianh. Public expose

      BAPEPAM i.         pernyataan pendaftaranj.         expose terbatas di Bapepamk.       tanggapan atas : kelengkapan dokumen, kecukupan dan kejelasan

informasi, serta keterbukaan ( aspek hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen )

l.         komentar tertulis dalam waktu 45 harim.     pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif.

                         2. Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan PU hingga sham-saham yang telah

ditawarkan dicatatkan di Bursa Efek.       Pasar Perdana

a.       Penawaran Umumb.       Pernyataan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emitenc.       Distribusi efek kepada pemodal secara elektronik

       Pasar sekunderd.       Emiten mencatatkan sahamnya di Bursa Efeke.       Perdagangan di Bursa Efek

 3. Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai konsekuensi atas

penawaran.       Pelaporan

a.     Laporan berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahunanb.    Laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi dan pergantian

direksi 

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 8: Struktur Pasar Modal

Bapepam sebagai otoritas tertinggi di Pasar modal dapat menangguhkan suatu Penawaran Umum, jika:a. Pernyataan Pendaftaran, prospektus atau dokumen lainnya mencakup informasi dan atau

fakta material yang palsu atau menyesatkan atau mengabaikan fakta material menjadi tidak benar atau fakta material karena terjadinya perubahan keadaan dan keterangan tambahanyang diperlukan untuk memperbaiki keadaan tersebut tidak disampaikan kepada masyarakat.

b. Emiten atau pihak lain yang terafiliasi dengan Emiten dalam PU telah melanggar UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya

c. Pihak tersebut tidak menyampaikan perubahan atau tambahan informasi yang diminta Bapepam

Proses Pencatatan Efek di BEJa. Calon Perusahaan terbuka atau Emiten mengajukan permohonan pencatatan ke Bursa dan

kemudian BEJ akan mengevaluasi permohonasn tersebut apakah sesuai dengan pencatatan di Bursa. Selanjutnya calon Emiten tersebut melakukan persentasi seputar kinerja perusahaannya.

b. Jika memenuhi syarat, BEJ akan memberikan surat persetujuan prinsip pencatatan yang dikenal dengan istilah perjanjian pendahuluan.1. Calon Emiten mengajukan pernyataan pendaftaran ke Bapepam2. Apabila telah mendapat pernyataan efektif dari bapepam, maka calon Emiten

melakukan proses penawaran umum atau disebut juga initial public offering.3. Emiten membayar biaya pencatatan4. BEJ mengumumkan pencatatan efek tersebut di Bursa.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 9: Struktur Pasar Modal

5. LEMBAGA PENUNJANG PASAR MODAL (BIRO ADMINISTRASI EFEK, KUSTODIAN, WALI AMANAT, PEMERINGKAT EFEK)

1. Biro Administrasi EfekBiro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Pihak yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka memperlancar administrasinya. a. Membantu emiten dalam rangka emisib. Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para investorc. Membantu menyusun daftar pemegang sahamd. Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang sahame. Membuat laporan-laporan yang diperlukan

2. KustodianKustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Kustodian hanya dapat diselenggarakan oleh lembaga kliring dan penjamin, bursa efek, atau bank umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam.

3. Wali AmanatWali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang. Tugas wali Amanat antara lain:a. Manganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten.b. Melakukan penilaian terhadap sebagian atau seluruh harta kekayaan emiten yang

diterima olehnya sebagai jaminan.c. Memberikan nasihat yang diperhitungkan oleh emiten.d. Melakukan pengawasan terhadap pelunasan pinjaman pokok beserta bunganya

yang harus dilakukan oleh emiten tepat pada waktunya.e. Melaksanakan tugas selaku agen utama pembayaran.f. Mengikuti secara terus-mencrus perkembangan pengelolaan perusahaan emiten.g. Membuat perjanjian perwaliamanatan dengan pihak emiten.h. Memanggil Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), apabila diperlukan.

4. Pemeringkat EfekPerusahaan pemeringkat efek merupakan lembaga yang dapat menjembatani kesenjangan informasi antara emiten dan investor dengan menyediakan informasi standar atas tingkat risiko kredit suatu perusahaan.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 10: Struktur Pasar Modal

6. BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI)

BAPMI adalah organisasi yang bersifat swasta murni dan nir laba. Dalam menjalankan kegiatannya BAPMI independen, bebas dari pengaruh dan kontrol pihak lain. Sumber pendanaan untuk operasional BAPMI dipenuhi dari: 1. Iuran Anggota BAPMI; 2. Imbalan/komisi dari jasa yang diberikan BAPMI (imbalan/komisi untuk pemberian

Pendapat Mengikat serta penyelenggaraan Mediasi dan Arbitrase); 3. sumbangan atau bantuan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan 4. pendapatan dari sumber lain yang sah.

Setiap tahun Pengurus BAPMI menyampaikan laporan tahunan kepada Rapat Umum Anggota BAPMI. Laporan tahunan terdiri dari laporan mengenai jalannya organisasi beserta laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.

Tujuan utama didirikannya BAPMI adalah menyediakan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan kepada seluruh pelaku pasar modal di Indonesia untuk menyelesaikan sengketa perdata yang mereka alami di bidang pasar modal melalui mekanisme yang lebih cepat, lebih mudah, lebih murah dan dengan hasil penyelesaian yang final dan mengikat. BAPMI tidak membatasi apakah pelaku pasar modal di Indonesia adalah domestik atau asing, apakah transaksinya di Indonesia atau di luar negeri. Yang terpenting adalah adanya kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa bahwa persengketaan akan diselesaikan melalui BAPMI.

Persengketaan yang bisa diselesaikan oleh BAPMI harus memenuhi syarat sebagai berikut:1. Hanyalah persengketaan perdata yang timbul di antara para pihak sehubungan

dengan kegiatan di bidang pasar modal.2. Terdapat kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa bahwa persengketaan

akan diselesaikan melalui BAPMI3. Terdapat permohonan tertulis dari pihak-pihak yang bersengketa kepada BAPMI4. Persengketaan tersebut bukan merupakan perkara pidana dan administrasi, seperti

manipulasi pasar, insider trading, dan pembekuan/pencabutan izin usaha.

BAPMI menawarkan 3 jenis penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dapat dipilih oleh para pihak yang bersengketa, yaitu: Pendapat Mengikat, Mediasi, dan Arbitrase. Di dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga alternatif penyelesaian sengketa, BAPMI menjamin netralitas dan independensinya. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak seorangpun diperkenankan oleh BAPMI untuk bertindak sebagai Arbiter/Mediator atas suatu persengketaan apabila yang bersangkutan mempunyai hubungan afiliasi atau benturan kepentingan dengan kasus yang ditangani atau dengan salah satu pihak yang bersengketa. Jika hubungan afiliasi atau benturan kepentingan baru diketahui kemudian, maka Arbiter/Mediator itu akan diganti dengan orang lain yang lebih netral dan independen.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 11: Struktur Pasar Modal

Pendapat MengikatPendapat Mengikat BAPMI adalah pendapat yang diberikan oleh BAPMI atas

permintaan para pihak mengenai penafsiran suatu ketentuan yang kurang jelas di dalam perjanjian agar di antara para pihak tidak terjadi lagi perbedaan penafsiran yang bisa membuka perselisihan lebih jauh. Sesuai dengan namanya, pendapat ini bersifat final dan mengikat kepada para pihak. Setiap tindakan yang bertentangan dengan Pendapat Mengikat dianggap sebagai pelanggaran perjanjian.

Berbeda dengan Mediasi dan Arbitrase yang dilakukan oleh Mediator/Arbiter BAPMI, pemberian Pendapat Mengikat dilakukan sendiri oleh BAPMI sebagai institusi, yang dalam hal ini diwakili oleh Pengurus BAPMI secara kolektif. Oleh karena itu di dalam proses Pendapat Mengikat di BAPMI tidak mengenal penunjukan pihak ketiga yang dianggap netral dan ahli oleh para pihak, melainkan dengan sendirinya pihak ketiga yang dimaksud adalah Pengurus BAPMI.

Ada beberapa alasan mengapa para pihak memilih Pendapat Mengikat BAPMI untuk menyelesaikan beda pendapat yang dihadapinya: 1. para pihak tidak ingin beda pendapat yang muncul berkembang menjadi

persengketaan yang lebih serius lagi; 2. para pihak masih ingin mempertahankan perjanjian; 3. para pihak menginginkan penafsiran yang paling benar terhadap ketentuan yang

kurang jelas dan penafsiran tersebut mengikat serta final; 4. para pihak ingin mendapatkan jaminan bahwa orang yang diminta untuk

memberikan Pendapat Mengikat benar-benar memahami bidang pasar modal; 5. para pihak ingin menyelesaikan beda pendapat dengan cara yang lebih mudah, lebih

cepat dan efisien; 6. para pihak ingin menyelesaikan beda pendapat melalui forum yang tertutup untuk

umum.

Jenis PermasalahanBeda pendapat yang dapat diajukan kepada Pendapat Mengikat BAPMI harus

memenuhi 4 unsur: 1. Hanyalah permasalahan perdata yang timbul di antara para pihak sehubungan dengan

kegiatan di bidang pasar modal; 2. Terdapat kesepakatan di antara para pihak bahwa beda pendapat akan diselesaikan

melalui Pendapat Mengikat BAPMI; 3. Terdapat permohonan tertulis dari para pihak kepada BAPMI; 4. Permasalahan tersebut bukan merupakan perkara pidana dan administrasi, seperti

manipulasi pasar, insider trading, dan pembekuan/pencabutan izin usaha.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 12: Struktur Pasar Modal

MediasiMediasi BAPMI adalah cara penyelesaian masalah melalui perundingan di antara

para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak ketiga yang netral dan independen - yang disebut Mediator. Mediator tidak memberikan keputusan atas masalah, ia hanya fasilitator pertemuan guna membantu masing-masing pihak memahami perspektif, posisi dan kepentingan pihak lain sehubungan dengan permasalahan yang tengah dihadapi dan bersama-sama mencari solusi penyelesaiannya. Tujuan dari Mediasi adalah dicapainya perdamaian di antara para pihak yang bermasalah.

Mediasi dapat digunakan kapan saja pada setiap tahapan penyelesaian sengketa, yakni pada saat: 1. setelah musyawarah mufakat mengalami kegagalan; 2. Di tengah-tengah proses Arbitrase; 3. Sebelum Hakim Pengadilan memulai sidang pemeriksaan perkara - Peraturan

Mahkamah Agung No.2 tahun 2003 mengatur bahwa pada sidang pertama yang dihadiri oleh para pihak, Hakim mewajibkan para pihak terlebih dahulu menempuh Mediasi (Court-Annexed Mediation).

Ada beberapa alasan mengapa para pihak memilih Mediasi BAPMI untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya: 1. Para pihak masih yakin akan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya

berdasarkan kesepakatan win-win solution di antara mereka; 2. Para pihak masih ingin mempertahankan hubungan di saat ini dan di masa

mendatang; 3. Para pihak menginginkan solusi yang lebih mempertimbangkan kepentingan jangka

panjang (interest based procedure/approach) daripada benar-salah menurut hukum (right based procedure/approach);

4. Para pihak ingin mendapatkan jaminan bahwa orang yang akan memfasilitasi perundingan (Mediator) benar-benar memahami pasar modal dan mempunyai keahlian bermediasi;

5. Para pihak ingin menyelesaikan permasalahan dengan cara yang lebih mudah, lebih cepat dan efisien;

6. Para pihak ingin menyelesaikan permasalahan melalui forum yang tertutup untuk umum.

Permasalahan yang dapat diajukan kepada Mediasi BAPMI harus memenuhi 4 unsur: 1. Hanyalah permasalahan perdata yang timbul di antara para pihak sehubungan

dengan kegiatan di bidang pasar modal; 2. Terdapat kesepakatan di antara para pihak bahwa permasalahan akan

diselesaikan melalui Mediasi BAPMI; 3. Terdapat permohonan tertulis dari para pihak kepada BAPMI; 4. Permasalahan tersebut bukan merupakan perkara pidana dan administrasi,

seperti manipulasi pasar, insider trading, dan pembekuan/pencabutan izin usaha.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 13: Struktur Pasar Modal

ArbitraseArbitrase BAPMI adalah cara penyelesaian sengketa dengan cara menyerahkan

kewenangan kepadapihak ketiga yang netral dan independen – yang disebut Arbiter – untuk memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama dan terakhir. Keputusan yang dijatuhkan Arbiter tersebut bersifat final dan mengikat bagi para pihak, tidak dapat diajukan banding.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa Arbitrase BAPMI pada hakekatnya mirip dengan pengadilan, dan dan Arbiter dalam proses Arbitrase adalah layaknya hakim pada proses litigasi, yang membedakannya adalah:

1. Arbitrase merupakan pilihan dan kesepakatan para pihak yang bersengketa; 2. proses Arbitrase baru dapat dilaksanakan setelah ada permohonan dari pihak yang

bersengketa kepada BAPMI; 3. para pihak berhak menentukan apakah Arbiter akan berjumlah satu (Arbiter

Tunggal) atau lebih (Majelis Arbitrase); 4. para pihak bebas menentukan tempat Arbitrase; 5. para pihak berhak memilih Arbiter; 6. Arbiter dipilih berdasarkan keahliannya; 7. proses persidangan dilangsungkan menurut peraturan BAPMI; 8. persidangan Arbitrase berlangsung tertutup untuk umum; 9. putusan Arbitrase tidak mengenal preseden atau yurisprudensi; 10. Arbiter dapat mengambil keputusan atas dasar keadilan dan kepatutan (ex aequo

et bono), tidak semata-mata atas dasar ketentuan hukum; dan 11. putusan Arbitrase tidak dapat diajukan banding.

Ada beberapa alasan mengapa para pihak yang bersengketa memilih Arbitrase BAPMI untuk menyelesaikan sengketanya: 1. Para pihak yang bersengketa sudah tidak dapat lagi melanjutkan perundingan; 2. Para pihak yang bersengketa menghendaki cara penyelesaian yang lebih

mempertimbangkan benar-salah menurut hukum (right based procedure/approach); 3. Para pihak yang bersengketa menginginkan putusan yang final dan mengikat, namun

tidak ingin menempuh jalur litigasi karena akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar;

4. Para pihak yang bersengketa menghendaki cara yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih efisien;

5. Para pihak yang bersengketa ingin mendapatkan jaminan bahwa orang yang akan memberikan putusan atas sengketa (Arbiter) benar-benar memahami pasar modal dan mempunyai keahlian berarbitrase;

6. Para pihak yang bersengketa ingin menyelesaikan sengketa melalui forum yang tertutup untuk umum.

Persengketaan yang dapat diajukan kepada Arbitrase BAPMI harus memenuhi 4 unsur: 1. hanyalah persengketaan perdata yang timbul di antara para pihak sehubungan

dengan kegiatan di bidang pasar modal; 2. terdapat kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa bahwa persengketaan

akan diselesaikan melalui Arbitrase BAPMI;

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 14: Struktur Pasar Modal

3. terdapat permohonan tertulis dari salah satu pihak yang bersengketa kepada BAPMI;

4. persengketaan tersebut bukan merupakan perkara pidana dan administrasi, seperti manipulasi pasar, insider trading, dan pembekuan/pencabutan izin usaha.

7. PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL (NOTARIS, KONSULTAN HUKUM, PENILAI, AKUNTAN, WALI AMANAT)a. Notaris

Notaris berperan ketika emiten, perusahaan sekuritas, dan pihak-pihak lainnya menyusun anggaran dasar dan kontrak-kontrak kegiatan.

b. Konsultan HukumKonsultan hukum membantu dalam melakukan kegiatannya agar sesuai dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku dan aspek hukum lainnya.

c. PenilaiPerusahaan penilai berperan dalam penentuan nilai wajar atas suatu aktiva perusahaan dalam proses emisi.

d. AkuntanAkuntan publik membantu emiten dalam menyusun prospektus dan laporan tahunan sehingga tersaji memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam dan bursa efek.

e. Wali Amanat1. Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor).

Kegiatan wali amanat meliputi: 2. Menilai kekayaan emiten3. Menganalisis kemampuan emiten4. Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten5. Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten6. Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi7. Bertindak sebagai agen pembayaran

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 15: Struktur Pasar Modal

8. ASOSIASI –ASOSIASI PASAR MODALEmpat organisasi pasar modal akan melebur menjadi Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI) untuk menjaga keefektifan dan efisien sehingga bisa menjadi ujung tombak.

Empat organisasi tersebut antara lain Asosiasi Wakil Perantara Pedagang Efek (AWPPE),Asosiasi Wakil Manajer Investasi (AWMII), Asosiasi Wakil Penjamin Emisi Efek Indonesia (AWPEEI), dan Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI). Peleburan empat organisasi ini akan dinamakan Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI).

"Penggabungan empat organisasi ini akan lebih fokus, efisien, efektif dan ramping," ujar Ketua Asosasi Penjamin Emisi Efek Indonesia Agus Projo Sasmito, Selasa (10/11) malam di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ia menambahkan, penggabungan ini untuk pengkaderan yang lebih muda agar lebih tampil lagu. Selain itu pengelolaan organisasi pun lebih efektif dan efisien. Seperti diketahui, proses penggabungan ini sejak 2 tahun lalu. Proses penggabungan empat organisasi ini memakan waktu lama karena menyatukan visi dan misi masing-masing pihak.

Kepala Biro Transaksi Lembaga Efek Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida menyambut baik penggabungan empat organisasi ini.

Ia mengharapkan penggabungan bisa terlaksana dalam waktu dekat. Selain itu, masing-masing pihak membuthkan pemahaman penyatuan visi dan kerelaan masing-masing pihak. "Penggabungan ini akan lebih efektif dan efisien dan Bapepam sangat berharap bisa dilakukan segera," ujar Nurhaida. Berkaitan penggabungan empat organisasi, Nurhaida berharap nantinya ada kompartemen pendidikan untuk pelaku pasar. Kompartemen pendidikan ini untuk memfasilitasi pihak yang ingin mendapatkan sertifikasi atau grading dari Bapepam-LK. Seperti diketahui,wacana Bapepam-LK akan membuat grading bagi para pelaku pasar mulai dari sales, manajer dan direksi.

Bapepam mengupayakan ketentuan grading bisa ditetapkan agar bermanfaat bagi pasar modal. Tetapi hingga saat ini belum final.Penggabungan dari empat asosasi profesi di pasar modal yang digabung menjadi satu akhirnya diresmikan dengan nama Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI).

Empat asosiasi tersebut yakni Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI), Asosiasi Wakil Perantara Pedagang Efek Indonesia (AWP2EI), Asosiasi Wakil Penjamin Emisi Efek Indonesia (AWPEEI), dan Asosiasi Wakil Manajer Investasi Indonesia (AWMI).

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 16: Struktur Pasar Modal

9. GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Good Corporate Governance (GCG) tidak lain pengelolaan bisnis yang melibatkan kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya berprinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Hal tersebut, dalam keberadaannya penting dikarenakan dua hal. Hal yang pertama, cepatnya perubahan lingkungan yang berdampak pada peta persaingan global.

Sedangkan sebab kedua karena semakin banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur kepemilikan bisnis. Dua hal telah dikemukakan, menimbulkan: turbulensi, stres, risiko terhadap bisnis yang menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam strategi termasuk sistem pengendalian yang prima. Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita.

Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah system pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi. Sistem pengukuran tersebut, tidak lain konsep BSC. BSC mampu mengukur kinerja komprehensif dan mengakomodasikan kepentingan internal bersama kepentingan eksternal bisnis. Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar,yaitu: perlindungan hak pemegang saham, persamaan perlakuan pemegang saham, peranan stakeholders terkait dengan bisnis, keterbukaan dan transparansi, akuntabilitas dewan komisaris. Pengukuran kinerja tersebut juga, berdimensi aktifitas operasional internal, intelektual kapital dan pembelajaran, kapasitas untuk inovasi dan respon terhadap pasar, produk dan penerimaan pasar, hubungan dengan pelanggan, hubungan dengan investor, hubungan dengan partner dan stakeholders lainnya seperti Deperindag, hubungan dengan publik sasaran, lingkungan, keuangan.

Pendek kata, pengukuran kinerja yang berorientasi GCG dipandang sebagai pengembangan dari pengukuran kinerja BSC. Good Corporate Governance memberikan kontribusi dapat dijadikan alternatif penting meningkatkan kualitas proses bisnis melalui informasi yang dihasilkan serta peranannya sebagai performance driver, performance measurement. Karena, walau bagaimana pun proses bisnis diperbaiki secara tepat dan akurat apabila diperoleh informasi yang akurat serta komprehensif tentang apa yang harus diperbaiki termasuk apa yang harus ditingkatkan.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 17: Struktur Pasar Modal

LAMPIRAN :

PERATURAN BANK INDONESIANOMOR 13/ 22 /PBI/2011

TENTANGKEWAJIBAN PELAPORAN PENARIKAN

DEVISA UTANG LUAR NEGERIDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa penarikan devisa utang luar negeri sangat diperlukan untuk mendukung

tersedianya pasokan valuta asing yang berkesinambungan di pasar domestik dan upaya menjaga kestabilan nilai rupiah;

b. bahwa agar penarikan devisa utang luar negeri dapatberjalan secara optimal, maka telah ditetapkan kebijakan mengenai penarikan devisa utang luar negeri;

c. bahwa untuk mendukung pelaksanaan kebijakan mengenaipenarikan devisa utang luar negeri, perlu dilakukanpemantauan atas penarikan devisa utang luar negeri melalui perbankan Indonesia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan :

Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban PelaporanPenarikan Devisa Utang Luar Negeri.Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

2. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 74962);Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 67, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3844);

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 18: Struktur Pasar Modal

M E M U T U S K A N:Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG KEWAJIBAN

PELAPORAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang dimaksud dengan :1. Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk

dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia.

2. Penduduk adalah orang, badan hukum, atau badan lainnya yang berdomisili atau berencana berdomisili di Indonesia paling kurang 1 (satu) tahun, termasuk perwakilan dan staf diplomatik Republik Indonesia di luar negeri sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Utang Luar Negeri yang selanjutnya disebut ULN adalah utang Penduduk kepada bukan Penduduk, dalam valuta asing.

4. Debitur Utang Luar Negeri yang selanjutnya disebut Debitur ULN adalah perorangan, badan hukum bukan bank dan badan lainnya yang memiliki ULN.

5. Devisa Utang Luar Negeri yang selanjutnya disebut DULN adalah devisa yangdiperoleh Debitur ULN dari penarikan ULN.

6. Pelapor DULN adalah Debitur ULN.7. Hari adalah hari kerja Bank Indonesia.

BAB IIPENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

Pasal 2Setiap DULN wajib ditarik oleh Debitur ULN melalui Bank Devisa sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penarikan devisa utang luar negeri.

BAB IIILAPORAN PENARIKAN DULN

Pasal 3(1) Penarikan DULN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib dilaporkanoleh Pelapor DULN kepada Bank Indonesia secara benar dan lengkap, sertatepat waktu. (2) Laporan penarikan DULN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan laporan data realisasi penarikan ULN sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban pelaporan utang luar negeri.

BAB IVJANGKA WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN PENARIKAN DULN

Pasal 4(1) Laporan penarikan DULN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib disampaikan kepada Bank Indonesia setiap bulan, dengan waktu penyampaian dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 pada bulan berikutnya.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 19: Struktur Pasar Modal

(2) Laporan penarikan DULN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disertai dokumen pendukung yang dapat membuktikan bahwa penarikan DULN telah dilakukan melalui Bank Devisa.(3) Apabila tanggal batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur, maka laporan penarikan DULN disampaikan pada hari kerja berikutnya.

BAB VPROSEDUR PENYAMPAIAN LAPORAN PENARIKAN DULN

Pasal 5(1) Penyampaian laporan penarikan DULN kepada Bank Indonesia dilakukan melalui media online, media offline atau menggunakan hardcopy.(2) Penyampaian dokumen pendukung bukti penarikan DULN kepada Bank Indonesia menggunakan kurir atau melalui pos, faksimili, email atau medialainnya.Pasal 6…Laporan penarikan DULN yang memuat data/informasi individual yang disampaikan kepada Bank Indonesia bersifat rahasia.

BAB VIPENELITIAN KEBENARAN LAPORAN PENARIKAN DULN

Pasal 7(1) Bank Indonesia meneliti kebenaran atas laporan penarikan DULN yang disampaikan oleh Pelapor DULN.(2) Dalam hal terdapat keraguan atas kebenaran penarikan DULN yang disampaikan oleh Pelapor DULN, Bank Indonesia dapat meminta penjelasan kepada Pelapor DULN.(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pelapor DULN kepada Bank Indonesia paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya jangka waktu kewajiban penyampaian laporan.(4) Dalam hal Pelapor DULN tidak menyampaikan penjelasan sampai denganjangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka Pelapor DULN dianggap tidak melakukan penarikan DULN melalui Bank Devisa.

BAB VIIKETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN PENARIKAN DULN

Pasal 8(1) Dalam hal Pelapor DULN menyampaikan laporan penarikan DULN dan dokumen pendukung penarikan DULN melampaui batas akhir penyampaian laporan… sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), maka Pelapor DULN dianggap terlambat menyampaikan laporan penarikan DULN dan dokumen pendukung penarikan DULN.(2) Dalam hal Pelapor DULN tidak menyampaikan laporan penarikan DULN dan dokumen pendukung penarikan DULN sampai dengan 6 (enam) bulan terhitung sejak batas akhir penyampaian laporan penarikan DULN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), maka Pelapor DULN dianggap tidak menyampaikan laporan penarikan DULN dan dokumen pendukung penarikan DULN.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 20: Struktur Pasar Modal

(3) Dalam hal Pelapor DULN tidak dapat membuktikan penarikan DULN telah dilakukan melalui Bank Devisa sampai dengan 6 (enam) bulan terhitung sejak batas akhir penyampaian laporan penarikan DULN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), maka Pelapor DULN dianggap tidak melakukan penarikan DULN melalui Bank Devisa.

BAB VIIIPENJELASAN TERTULIS TERKAIT PENARIKAN DULN

Pasal 9(1) Dalam hal terdapat akumulasi nilai DULN yang ditarik oleh Debitur ULN lebih kecil dari komitmen, maka Pelapor DULN harus menyampaikan penjelasan tertulis kepada Bank Indonesia.(2) Penjelasan tertulis sebagai dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Bank Indonesia paling lama sebelum berakhirnya jangka waktu ULN.(3) Dalam hal Pelapor DULN tidak menyampaikan penjelasan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Pelapor DULN dianggap tidak melakukan penarikan selisih antara komitmen dan akumulasi penarikan DULN melalui Bank Devisa.

BAB IXSANKSI

Pasal 10(1) Pelapor DULN yang terlambat menyampaikan laporan penarikan DULN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dikenakan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban pelaporan utang luar negeri.(2) Pelapor DULN yang tidak menyampaikan laporan penarikan DULN kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dikenakan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban pelaporan utang luar negeri.Pasal 11(1) Pelapor DULN yang terlambat menyampaikan dokumen pendukung penarikan DULN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan untuk setiap pelapor DULN, dengan denda paling banyak sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).(2) Pelapor DULN yang tidak menyampaikan dokumen pendukung penarikan DULN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).Pasal 12(1) Pembayaran sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 disetorkan ke rekening Kas Negara yang berada di Bank Indonesia. (2) Pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pelapor DULN setelah menerima surat pemberitahuan secara tertulis dari Bank Indonesia dengan tembusan kepada Kantor Kas Negara.(3) Pelapor DULN harus menyampaikan fotokopi bukti pembayaran sanksi administratif berupa denda kepada Bank Indonesia dan Kantor Kas Negara.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 21: Struktur Pasar Modal

BAB XKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13(1) Kewajiban pelaporan penarikan DULN melalui Bank Devisa yang berasal dari perjanjian ULN yang ditandatangani sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, dikecualikan dari kewajiban pelaporan penarikan DULN.(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi penarikan DULN yang berasal dari penambahan plafon ULN karena adanya perubahan perjanjian (amendment), yang ditandatangani setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 14Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 mulai diberlakukanuntuk laporan penarikan DULN bulan Juni 2012 yang disampaikan pada bulan Juli 2012.Pasal 15Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2012. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 30 September 2011GUBERNUR BANK INDONESIA,

DARMIN NASUTIONDiundangkan di JakartaPada tanggal 30 September 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 22: Struktur Pasar Modal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 95PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 22 /PBI/2011

TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

I. UMUMSebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2009, salah satu tugas Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Dalam rangka implementasi kebijakan moneter tersebut, Bank Indonesia dapat melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara yang dianggap efektif. Untuk merumuskan kebijakan moneter tersebut, perlu didukung dengan ketersediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah volatilitas nilai tukar yang terjadi akibat ketidakstabilan pasokan valuta asing di pasardomestik. Kepemilikan asing yang dominan dalam investasi portfolio berpotensi meningkatkan kerentanan perekonomian Indonesia terhadap risiko pembalikan modal seketika (sudden capital reversal). Sebagai langkah antisipasi dan upaya meminimalisir risiko tersebut, diperlukan kontinuitas pasokan dana valuta asing yang relatif stabil.

Dana valuta asing yang berasal dari penarikan devisa utang luar negeri diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk memasok sumber dana yang relatif stabil, dibandingkan dana yang berasal dari investasi portfolio pihak asing. Mempertimbangkan hal tersebut, Bank Indonesia memandang perlu mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan penarikan devisa utang luar negeri dilakukan melalui Bank Devisa. Untuk memastikan bahwa kebijakan penarikan devisa utang luarnegeri tersebut berjalan efektif, maka Debitur ULN diwajibkan melaporkan penarikan devisa utang luar negeri kepada Bank Indonesia.

II. PASAL DEMI PASALPasal 1Cukup jelas.Pasal 2Cukup jelas.Pasal 3Cukup jelas.Pasal 4Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Dokumen pendukung antara lain berupa SWIFT message.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 5Ayat (1)Yang dimaksud dengan penyampaian laporan penarikan DULN melalui media on line (web technology) dan offline adalah media penyampaian laporan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban pelaporan ULN.Ayat (2)

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 23: Struktur Pasar Modal

Penyampaian dokumen pendukung bukti penarikan DULN agardisampaikan ke alamat:

a. Bagian Penatausahaan dan Publikasi Pinjaman Luar NegeriDirektorat Internasional - Bank IndonesiaMenara Sjafruddin Prawiranegara Lt.5Jalan MH. Thamrin No.2JAKARTA PUSAT

c. E-mail : [email protected]

Penyampaian dokumen pendukung bukti penarikan DULN dapat disampaikan melalui faksimili, email dan melalui kurir atau jasa ekspedisi. Dalam hal pengiriman dilakukan oleh kurir atau jasa ekspedisi, batas penerimaan di Bank Indonesia paling lama pukul 16.15 WIB. Sedangkan untuk pengiriman dokumen melalui pos, tanggal penerimaan dokumen di Bank Indonesia adalah menggunakan tanggal stempel pos.Pasal 6Cukup jelas.Pasal 7Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2) …-13-Ayat (2)Yang dimaksud dengan “penjelasan” adalah pemberian keterangan secara tertulis dengan dilengkapi bukti pembukuan, catatan, dan dokumen lain yang diperlukan.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 8Ayat (1)Perusahaan A melakukan realisasi penarikan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) pada tanggal 15 Oktober 2012. Batas waktu penyampaian laporan penarikan DULN tersebut seharusnya pada tanggal 10 November 2012, namun karena tanggal 10 dan 11 November 2012 jatuh pada hari libur, maka batas waktu penyampaian laporan penarikan DULN menjadi tanggal 12 November 2012. Perusahaan A baru menyampaikan laporan penarikan DULN kepada Bank Indonesia pada tanggal 14 November 2012. Dengan demikian, maka perusahaan A terlambat selama 2 (dua) hari.Ayat (2)Perusahaan B melakukan realisasi penarikan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) pada tanggal 15 Juni 2012. Batas waktu penyampaian laporan penarikan DULN tersebut adalah tanggal 10 Juli 2012. Perusahaan B baru menyampaikan laporan penarikan DULN kepada Bank Indonesia pada tanggal 5 Februari 2013. Dengan demikian, maka Perusahaan B terlambat lebih dari 6 (enam) bulan sehingga dianggap tidak menyampaikan laporan.Ayat (3) …-14-Ayat (3)

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 24: Struktur Pasar Modal

Cukup jelas.Pasal 9Cukup jelas.Pasal 10Ayat (1)Yang dimaksud “laporan penarikan DULN” adalah laporan realisasi penarikan ULN.Contoh 1:Perusahaan C melakukan realisasi penarikan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) pada tanggal 15 Oktober 2012. Batas waktu penyampaian laporan penarikan DULN tersebut seharusnya pada tanggal 10 November 2012, namun karena tanggal 10 dan 11 November 2012 jatuh pada hari libur, maka batas waktu penyampaian laporan penarikan DULN menjadi tanggal 12 November 2012. Perusahaan C baru menyampaikan laporan penarikan DULN kepada Bank Indonesia pada tanggal 19 November 2012. Dengan demikian, maka perusahaan C terlambat selama 3 (tiga) hari (tanggal 15 dan 16 November 2012 tidak dihitung karena hari libur nasional sementara tanggal 17 dan 18 November 2012 bukan merupakan hari kerja). Atas keterlambatan tersebut, Perusahaan C dikenakan sanksi denda sebesar 3 (tiga) hari x Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) = Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).Contoh 2:Perusahaan D melakukan realisasi penarikan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) pada tanggal 15 Juni 2012. Batas waktu penyampaian laporan penarikan DULN tersebut adalah tanggal 10 Juli 2012. Perusahaan D baru menyampaikan laporan penarikan DULN kepada Bank Indonesia pada tanggal 26 Desember 2012. Dengan demikian, maka perusahaan D terlambat selama 112 (seratus dua belas) hari. Atas keterlambatan tersebut, Perusahaan D seharusnya dikenakan sanksi denda sebesar 112 (seratus dua belas) hari x Rp100.000,00(seratus ribu rupiah) = Rp11.200.000,00 (sebelas juta dua ratus ribu rupiah). Namun berhubung denda paling banyak sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per pelapor, maka perusahaan D hanya dikenakan denda maksimal sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).Ayat (2)Cukup jelas.Pasal 11Ayat (1)Contoh 1:Perusahaan F melakukan realisasi penarikan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) pada tanggal 15 Oktober 2012. Batas waktu penyampaian dokumen pendukung penarikan DULN tersebut seharusnya pada tanggal 10 November 2012, namun karena tanggal 10 dan 11 November 2012 jatuh pada hari libur, maka batas waktu penyampaian dokumen pendukung penarikan DULN menjadi tanggal 12 November 2012. Perusahaan F baru menyampaikan dokumen pendukung penarikan DULN kepada Bank Indonesia pada tanggal 19 November 2012. Dengan demikian, maka perusahaan F terlambat selama 3 (tiga) hari (tanggal 15 dan 16 November 2012 tidak dihitung karena hari libur nasional, sementara tanggal 17 dan 18 November 2012 bukan merupakan hari kerja). Atas keterlambatan tersebut, Perusahaan F dikenakan sanksi denda sebesar 3 (tiga) hari x Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) = Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 25: Struktur Pasar Modal

Contoh 2:Perusahaan G melakukan realisasi penarikan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) pada tanggal 15 Juni 2012. Batas waktu penyampaian dokumen pendukung penarikan DULN tersebut adalah tanggal 10 Juli 2012. Perusahaan G baru menyampaikan dokumen pendukungpenarikan DULN kepada Bank Indonesia pada tanggal 26 Desember2012. Dengan demikian, maka perusahaan G terlambat selama 112 (seratus dua belas) hari. Atas keterlambatan tersebut, Perusahaan G seharusnya dikenakan sanksi denda sebesar 112 (seratus dua belas) hari x Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) = Rp11.200.000,00 (sebelas juta dua ratus ribu rupiah). Namun berhubung denda paling banyak sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per pelapor, maka perusahaan G hanya dikenakan denda maksimal sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).Ayat (2)Contoh:Perusahaan H melakukan realisasi penarikan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) pada tanggal 15 Juni 2012. Batas waktu penyampaian dokumen pendukung penarikan DULN tersebut adalah tanggal 10 Juli 2012. Perusahaan H baru menyampaikan dokumen pendukung penarikan DULN kepada Bank Indonesia pada tanggal 5 Februari 2013. Dengan demikian, maka Perusahaan H terlambat lebih dari 6 (enam) bulan sehingga dianggap tidak menyampaikan dokumen pendukung. Dengan demikian, maka perusahaan H dikenakan denda maksimal sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).Pasal 12…Cukup jelas.Pasal 13Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Contoh:Perusahaan I memperoleh ULN dalam bentuk Loan Agreement sebesar USD100.000.000,00 (seratus juta US Dollar) yang ditandatangani pada tanggal 26 Agustus 2010 dengan jatuh tempo 26 Agustus 2015. Pada tanggal 25 September 2012, perjanjian tersebut diubah dengan menaikkan plafon ULN tersebut menjadi sebesar USD150.000.000,00 (seratus lima puluh juta US Dollar). Penarikan DULN atas penambahan plafon ULN tersebut sebesar USD50.000.000,00 (lima puluh juta US Dollar) wajib dilakukan melalui Bank Devisa dan dilaporkan ke Bank Indonesia.Pasal 14Cukup jelas.Pasal 15Cukup jelas

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 26: Struktur Pasar Modal

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5243Kewajiban Pelaporan GCG Perbankan

Bank Indonesia mewajibkan bank melaporkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) diumumkan ke publik melalui media massa per tiga bulan. GCG yang harus dilaporkan kepada publik itu lebih kepada sistem keterbukaan internal perbankan dalam menerapkan tata kelola bank yang baik. Salah satu tujuan pelaporan itu adalah untuk menghindari tindak pidana korupsi. Laporan GCG itu sendiri mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/2006 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum. Sejumlah indikator yang wajib dilaporkan di antaranya remunerasi dan nominasi, kinerja dan tanggung jawab komisaris serta direksi, penerapan fungsi kepatuhan audit internal dan eksternal. Penerapan GCG bank lokal masih kalah jauh dibandingkan dengan bank asing. Oleh sebab itu bank lokal diminta mulai menerapkan GCG sejak dini. 

PRINSIP-PRINSIP GCGSecara umum terdapat lima prinsip dasar darigood corporate governance yaitu:1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.

Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 27: Struktur Pasar Modal

TAHAP-TAHAP PENERAPAN GCGDalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk

melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancer dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan.Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG menggunakan pentahapan :

Tahap PersiapanTahap ini terdiri atas 3 langkah utama: 1) awareness building, 2) GCG assessment, dan 3)

GCG manual building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.

GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain, GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya.

GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek seperti:• Kebijakan GCG perusahaan• Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan• Pedoman perilaku• Audit commitee charter• Kebijakan disclosure dan transparansi• Kebijakan dan kerangka manajemen resiko• Roadmap implementasi

Tahap ImplementasiSetelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi diperusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni:1. Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek

yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Page 28: Struktur Pasar Modal

2. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG.

3. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja, danberbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.

Tahap EvaluasiTahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu

untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.

Disusun dan desain ulang oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak