93295920-makalah-sindrom-nefrotik
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT/KASUS
SINDROM NEFROTIK
I. KONSEP MEDIS
A. DIFINISI
a) Sindrom nefrotik adalah keluarnya protein 3,5 gram atau lebih
melalui urine per hari. (Elizabeth J. Corwin : 2009 hal 708)
b) Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh
(1)peningkatan protein dalam urine secara bermakna (proteinuria),
(2)penurunan albumindalam darah (hipoalbuminemia),(3) edema,
dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas
rendah (hiperlipidemia). (Brunner dan suddarth: 2002 hal 1441 )
c) Nefrotik sindrom adalah gangguan klinis yang ditandai dengan
peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan
albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid
dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh
kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus.
(Evanjh.ilmukeperawatanku.com.2011 )
d) Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka,
proteinuria masif ≥3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5 g/dl,
hiperkolestrolemia, dan lipiduria. (wiguno prodjosudjadi :2006 hal
547)
B. ETIOLOGI
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh GN (glomerulonefritis)
primer dan sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan
penghubung (connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat
penyakit sistemik seperti tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi dan Penyebab Sindrom Nefrotik
Glomerulonefritis primer:
GN lesi minimal (GNLM)
Glomerulosklerosis fokal (GSF)
GN membranosa (GNMN)
Gn membranoproliferatif (GNMP)
GN proliferatif lain
Glomerulonefritis sekunder akibat:
Infeksi
HIV, hepatitis virus B dan C
Sifilis,malaria, skistosoma
Tuberkulosis, lepra
Keganasan
Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma hodgkin, mieloma
multipel, dan karsinoma ginjal
Penyakit jaringan penghubung
Lupus eritematosus sistemik, artritis rematoid, MCTD (mixed connective
tissue disease)
Efek obat dan toksin
Obat antiinflamasi non steroid, preparat emas, penisilinamin,
probenesid, air raksa, kaptropil, heroin.
Lain-lain
Diabetes melitus, amiloidosis, pre-eklamsia, rejeksi alograf kronik,
refluks vesikoureter, atau sengatan lebah.
Glomerulonefritis prmer atau idiopatik merupakan penyebab
sindrom nefrotik yang paling sering. Dalam kelompok GN primer, GN lesi
minimal (GNLM), glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS), GN
membranosa (GNMN), dan GN membranoproliferatif (GNMP) merupakan
kelainan histopatologik yang sering ditemuka. Dari 387 biopsi ginjal
pasien SN dewasa yang dikumpulkan di jakarta antara 1990-1999 dan
representatif untuk dilaporkan, GNLM didapatkan pada 44,7%, GNMsP
(GN mesangioproliferatif) pada 14,2%, GSFS pada 11,6%, GNMP pada
8.0%, dan GNMN pada 6,5%.
Penyebab sekunder akibat infeksi yang sering dijumpai misalnya
pada GN pasca infeksi streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat
obat misalnya obat antiinflamasi non-steroid atau preparat emas organik,
dan akibat penyakit sistemik misalnya pada lupus eritematosus sistemik
dan DM.
C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema
biasanya lunak dan cekung bila pitting, dan umumnya ditemukan
disekitar mata (preorbital), pada area ekstremitas (sakrum, tumit, dan
tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit
kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
D. PATOFISIOLOGI
1. Pada berbagai kondisi kerusakan membran kapiler glomerulus
yang serius seperti pada glomerulonefritis kronis, DM dengan
glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, lupus
eritematosus sistemik (SLE), dan tumor ganas sekunder (pada
dewasa tua).
2. Hipoalbuminemia akibat penurunan tekanan onkotik,
menyebabkan edema menyeluruh dimana cairan keluar dari
permukaan vaskular.
3. Penurunan volume sirkulasi dan penurunan aktivitas sistem renin-
angiotensin yang menyebabkan retensi sodium dan edema.
4. Mekanisme peningkatan lipid yang tidak diketahui.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Uji urine
Protein urine - meningkat
Urinalisis – cast hialin dan granular , hematuria
Dipstick urine – positif untuk protein dan darah
Berat jenis urine – meningkat
b. Uji darah
Albumin serum – menurun
Kolesterol serum – meningkat
Hemoglobin dan hematokrit – meningkat
(hemokonsentrasi)
Laju Endap Darah (LED) – meningkat
Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit
perorangan
c. Diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara
rutin. (Betz, Cecily L : 2002 hal 335).
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal.
a) Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari
mungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna
mengurangi edema.
b) Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan protein yang
hilang dalam urine dan untuk membentuk cadangan protein di
tubuh.
c) Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium.
d) Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema berat dan
adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk mengurangi
proteinuria.
e) Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom
nefrotik mencakup agens antineoplastik (Cytoxan) atau agens
imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau siklosporin). Jika terjadi
kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan.
G. KOMPLIKASI
1. Hipovolemia.
2. Komplikasi tromboemboli-trombosis vena renal, trombosis vena
dan arteri ekstremitas, emboli pulmonal, trombosis arteri
koronaria, dan trombosis arteri cerebral.
3. Gangguan metabolisme obat berhubungan dengan penurunan
plasma protein.
4. Progresif menjadi gagal ginjal.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat munculnya gejala seperti perubahan
karakteristik urine dan edema.
2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati edema dan
hipovolemia.
3. Kaji tanda vital, asupan dan pengeluaran, nilai laboratorium,
dan ukur berat badan setiap hari.
B. PENYIMPANGAN KDM
SINDROM NEFROTIK Permeabilitas dinding kapiler Glomerular meningkat
Hilangnya protein lipiduria plasma Respon imun me
Kompensasi hilangnnya Proteinuria protein, lemak akan
Sel imun tertekan Banyak dalam urine
Albumin menurun Hiperlipidemia
hipoalbuminemia Stimulasi prdksi lipo-
protein dlm hati me
Tekanan onkontik
plasma menurun
Stimulasi produksi kolesterol dan
lipoprotein meningkat trigliserida me
CIS berpindah ke dalam
interstitial
Volume CIS berkurang
Jumlah aliran darah Hypovolemia
ke renal me
Ginjal melakukan merangsang produksi
kompensasi renin-angiotensin
Sekresi ADH Retensi kalium EDEMA
dan dan air
aldosteron me
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
proses penyakit ditandai dengan:
DS : laporan riwayat penyakit (DM, glomerulonefritis
kronis).
DO : hipoalbuminemia, peningkatan proteinuria,
penurunan total protein dan albumin, peningkatan
kreatinin, peningkatan trigliserida, dan gangguan
gambaran lipid.
2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pengobatan
imunosupressant ditandai dengan :
DS : status nefrotik sindrom.
DO : mendapat terapi imunosupressant.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan 1
Tujuan : Meningkatkan volume sirkulasi dan menurunkan edema
1) Monitor berat badan setiap hari, asupan dan pengeluaran, dan
berat jenis urine.
2) Monitor CVP ( jika diindikasikan), tanda vital, tekanan darah
ortostatik, dan irama jantung untuk mendeteksi hipovolemia.
3) Berikan diuretik atau imunosupressant sesuai dengan resep dan
evaluasi respons pasien.
4) Infus albumin sesuai anjuran.
5) Bedrest selama beberapa hari untuk membantu mobilisasi edema;
walaupun beberapa ambulasi dibutuhkan untuk mengurangi risiko
komplikasi tromboembolik.
6) Tekan secara perlahan untuk menyalurkan sodium dan cairan jika
terjadi edema berat atau diet tinggi protein.
Diagnosis Keperawatan 2
Tujuan : mencegah infeksi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi.
2) Monitor suhu tubuh dan hasil laboratorium untuk mengetahui
neutropenia.
3) Gunakan teknik aseptik pada setiap prosedur invasif dan saat
menyentuh pasien serta semua kontak cuci tangan ; cegah kontak
pasien dengan orang yang resiko menularkan infeksi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada pasien dengan kasus sindrom nefrotik (Nefrosis), gejala paling
mencolok adalah albuminuria (>3,5 g/hari). Akibatnya terjadi hipoalbuminemia,
yang berakibat terjadinya edema generalisata (anasarka). Hilangnya protein
akibat meningkatnya permeabilitas membran basal glomerulus. Nefrosis dapat
menyebabkan glomerulonefritis, namun kebanyakan tidak diketahui
penyebabnya.
Sindrom nefrotik merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif ≥3,5%
g/hari, hipoalbuminemia <3,5% g/dl, hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada
proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala
tersebut harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi
pada SN berat yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam
urine juga berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai
komplikasi yang terjadi pada SN. Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria,
gangguan keseimbangan nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme
kalsium dan tulang, serta hormon tiroid sering dijumpai pada SN. Umumnya
pada SN fungsi ginjal normal kecuali sebagian kasus yang berkembang menjadi
Penyakit Ginjal Tahap akhir (PGTA). Pada beberapa episode SN dapat sembuh
sendiri dan menunjukkan respons yang baik terhadap terapi steroid, tetapi
sebagian lain dapat berkembang menjadi kronik.
B. TUJUAN PENULISAN
1) Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan
sindrom nefrotik serta tanda dan gejalanya.
2) Tujuan khusus
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu
untuk:
a) Melaksanakan pengkajian keperawatan
b) Menentukan diagnosa keperawatan
c) Menyusun rencana tindakan keperawatan
d) Melaksanakan tindakan keperawatan
C. BATASAN MASALAH
I. Tinjauan teoritis penyakit sindrom nefrotik berdasarkan konsep medis
meliputi definisi,etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medik, dan komplikasi.
II. Tinjauan teoritis penyakit sindrom nefrotik berdasarkan konsep
keperawatan meliputi pengkajian, penyimpangan KDM, diagnosa
keperawatan, dan intervensi keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif ≥3,5%
g/hari, hipoalbuminemia <3,5% g/dl, hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada
proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala
tersebut harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi
pada SN berat yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam
urine juga berkurang. Pada pasien dengan kasus sindrom nefrotik (Nefrosis),
gejala paling mencolok adalah albuminuria (>3,5 g/hari). Akibatnya terjadi
hipoalbuminemia, yang berakibat terjadinya edema generalisata (anasarka).
Hilangnya protein akibat meningkatnya permeabilitas membran basal
glomerulus. Nefrosis dapat menyebabkan glomerulonefritis, namun kebanyakan
tidak diketahui penyebabnya.
B. Kritik dan Saran
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Diharapkan agar pembaca
mengetahui apa tanda dan gejala serta yang menyebabkan seseorang
menderita penyakit sindrom nefrotik.
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
a) Latar belakang
b) Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
c) Batasan masalah
BAB II TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT SINDROM NEFROTIK
A. Konsep medis
i. Difinisi
ii. Etiologi
iii. Manifestasi klinik
iv. Patofisiologi
v. Pemeriksaan diagnostik
vi. Penatalaksanaan medik
vii. Komplikasi
B. Konsep keperawatan
a. Pengkajian
b. Penyimpangan KDM
c. Diagnosa keperawatan
d. Intervensi keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan saran
Daftar pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat “ TUHAN YANG MAHA ESA”, yang
telah memberikan rahmatnya serta kesempatan kepada kelompok kami, sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula
kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yaitu ibu
Sriwigati,SKM yang telah membimbing serta mengajarkan kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu proses pembelajaran bagi para mahasiswa keperawatan, kami ucapkan
terima kasih.
Palu, 16 April 2012
Penulis
Disusn oleh :
Tingkat II B
Kelompok III
Dewi Krisnawati
Enop
Febrianti Taungke
Novianty S. Gafur
Ni wayan Sri Eka Yani
ANGKATAN XII
DAFTAR PUSTAKA
Brunner,DKK.2002.Buku Ajar KMB Edisi 8 Vol 2.Jakarta:EGC.
Prodjosudjadi,Wiguno.2006.Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: EGC.
Evanjh.31/05/2011.ASKEP Pasien dengan Sindrom Nefrotik.
http://www.ilmukeperawatanku.com