93) “ips adalah telaah tentang manusia...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPS di SD
2.1.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS merupakan salah satu pembelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran IPS
berhubungan atau berkaitan langsung dengan organisasi dan perkembangan
masyarakat. Dalam pembelajaran IPS siswa diajarkan untuk berinteraksi dengan
sesama.
Menurut Gunawan (2011: 93) “IPS adalah telaah tentang manusia dan
dunianya”. Sedangkan menurut Susanto (2013: 155) “Pembelajaran IPS
hendaknya dapat membantu murid untuk mengenal dan memecahkan masalah,
menganalisis dan menyampaikan pendapat dan membuat suatu keputusan yang
rasional sehingga dapat memecahkan suatu masalah”.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu
pendidikan yang berhubungan dengan masyarakat, yang menyangkut hubungan
kemanusiaan, dan interaksi dengan sesama. Dengan berpusat pada pembahasan
manusia, IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup
bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial, mereka akan menyadari bahwa
dalam hidup bersama ini adakalanya mereka menghadapi berbagai masalah ialah
masalah sosial. Hal-hal itu akan membawa dorongan kepada peserta didik
terhadap kepekaan sosial.
Pembelajaran IPS di SD mempelajari tentang seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diharapkan dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga yang cinta
akan perdamaian. Dalam pembelajaran IPS siswa dapat belajar tentang hubungan
dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya berdasarkan fakta-
fakta yang terjadi dalam kehidupan manusia. Selain itu IPS juga memiliki tujuan
8
untuk membantu siswa berinteraksi dengan sesama, dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan, serta dapat menjadi masyarakat yang demokratis.
Demikian pula dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah
memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS,
yaitu:
Tujuan Mata Pelajaran IPS
a. Mengenal konsep–konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat danlingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusiaan.d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup Mata Pelajaran IPS:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.c. Sistem sosial dan budaya.d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.e. IPS SD sebagai pendidikan global yakni : mendidik siswa akan kebhinekaan
bangsa, budaya, dan peradapan didunia; menanamkan kesadaran semakin terbukakomunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; Mengurangi kemiskinan,kebodohan dan perusakan lingkungan.
2.1.1.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPS
Pengajaran IPS di sekolah dasar ditunjukkan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Pembelajaran IPS di SD sangatlah bermanfaat apabila didasari
melalui prinsip-prinsip pembelajaran yang sistematis. Dalam Kegiatan
pembelajaran IPS, siswa dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan
masyarakat. Menurut Djahiri dalam Susanto (2013: 150) pembelajaran IPS di
sekolah dasar hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Tingkat perkembangan usia dan belajar siswa.
2. Pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa.
3. Kondisi kehidupan masyarakat sekitar masa kini dan kelak yang diharapkan
4. Proyeksi harapan pembangunan nasional atau daerah yang tentunya mampu
dijangkau dan diperankan siswa kini dan kelak dikemudian hari.
5. Isi dan pesan nilai moral budaya bangsa, Pancasila dan agama yang dianut
yang diakui bangsa Indonesia.
9
2.1.2 Model Pembelajaran Cooperative Script
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan mengutamakan
kelompok-kelompok kecil dimana siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Hosnan (2014: 234) “pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok”. Menurut
Trianto (2009: 60) “bahwa pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada
siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain”. Sedangkan
menurut Ratumanan dalam Trianto (2009: 62) “interaksi yang terjadi dalam
belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa”.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok untuk
menerapkan pengetahuan, keterampilan, menemukan gagasan-gagasan baru lewat
pendapat masing-masing kelompok sehingga menumbuhkan sikap saling
menghargai.
Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk berinteraksi dengan
teman, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa dalam
pembelajaran. Dalam kelompok anggota tim tidak hanya untuk belajar apa yang
diajarkan, namun saling membantu dengan rekan belajar sampai semua rekan
kelompok berhasil memahami dan menyelesaikan sehingga tercipta suasana
prestasi bersama-sama. Dengan bekerjasama secara kolaboratif, maka
keterampilan untuk berhubungan dengan sesama manusia akan berkembang.
Dalam pembelajaran IPS model kooperatif sangat tepat diterapkan karena
siswa akan mendapat perolehan pemahaman yang lebih baik mengenai materi
yang dipelajarinya dengan cara mencari, menemukan, dan mengembangkan
secara kelompok. Adapun prinsip – prinsip pembelajaran kooperatif menurut
Hosnan (2014: 242-243) yaitu:
10
1. Belajar aktif.
Ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emasional dalam
proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi,
mengemukakan pendapat dan idenya, dan membahasnya dalam kelompok.
2. Pendekatan Kontruktivistik.
Strategi pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk menemukan
dan mempelajari materi yang sedang dibahas dengan cara mendiskusikan
dalam kelompok.
3. Pendekatan Kooperatif.
Pendekatan ini mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
terampil berkomunikasi. Siswa berani menyampaikan pendapatnya,
mendengarkan dan menerima pendapat dari orang lain, serta menanggapi
pendapat orang lain dengan jelas.
Pembelajaran kooperatif sangat bervariasi, salah satu model pembelajaran
Kooperatif yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPS kelas V adalah model
cooperative script. Menurut Shoimin (2014: 50) “pada pembelajaran cooperative
script terjadi kesepakan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi,
yaitu siswa satu dengan siswa yang lainnya bersepakat untuk menjalankan peran
masing-masing”. Sedangkan menurut Lambiotte dalam Huda (2013: 213)
mengemukakan bahwa “model pembelajaran cooperative script “ditunjukkan
untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi
pelajaran”.
Berdasarkan pengertian–pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang terjadi dengan
adanya kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk
berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara
yang kolaboratif. Interaksi yang terjadi yaitu tidak hanya siswa dengan guru
namun siswa dengan siswa lain saling berinteraksi dalam kelompok. Tugas guru
adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar siswa, mengatur tugas-
tugas siswa yang harus dikerjakan dan memberikan dukungan kepada setiap siswa
agar setiap siswa dapat berkembang secara maksimal.
11
Manfaat dari penggunaan model pembelajaran cooperative script adalah
dapat meningkatkan keaktifan siswa, mengembangkan kepedulian dikalangan
siswa dan meningkatkan rasa saling menghargai satu sama lain. Dengan belajar
kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi
akademik yang cemerlang dan memiliki kepedulian terhadap sesama yang tinggi.
Setiap model pembelajaran mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan
adapun menurut Shoimin (2014: 50-51), kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran cooperative script adalah:
a. Kelebihan model pembelajaran cooperative script
Melatih pendengaran, ketelitian, dan kecermatan.
Setiap siswa mendapat peran, peran siswa ada yang menjadi pendengar
dan pembicara.
Siswa dilatih untuk berpendapat, dan mendengarkan pendapat orang lain.
b. Kekurangan model pembelajaran cooperative Script
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, salah satu mata pelajaran
yang sesuai menggunakan model cooperative script adalah mata
pelajaran IPS.
Beberapa siswa malu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Dalam membentuk kelompok belajar guru harus memperhatikan beberapa
hal , tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Keberhasilan kelompok belajar
sangat bergantung pada kerjasama yang dilakukan oleh anggotanya. Pembagian
kelompok harus rata siswa yang pintar tidak dipasangkan dengan siswa yang
pintar. Namun siswa yang pintar harus dipasangkan dengan siswa yang kurang
mampu dalam belajar, dengan pembagian kelompok seperti ini akan
menumbuhkan rasa kepedulian, siswa yang pintar akan membantu siswa yang
kurang mampu dalam belajar.
2.1.2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Pembelajaran menggunakan model cooperative script memiliki langkah-
langkah tertentu. Berikut ini beberapa langkah model pembelajaran cooperative
12
script. Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script, menurut
Shoimin (2014: 50-51), sebagai berikut :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.2. Guru membagikan wacana/materi kepada masing-masing siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.4. Sesuai kesepakatan, siswa yang menjadi pembicara membacakan ringkasan dan
informasi atau prosedur pemecahan masalah selengkap mungkin denganmemasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan dan pemecahan masalahnya.Sementara pendengar menyimak (a) mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok yangkurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok denganmenghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dansebaliknya serta lakukan seperti diatas.
6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.
Pada langkah-langkah pembelajaran cooperative script ini fokusnya adalah
siswa berpasangan, meringkas materi, selanjutnya pembagian peran pembicara
dan pendengar, diskusi siswa, bertukar peran dan bersama-sama membuat
kesimpulan.
Menurut Dansereau dalam Komalasari (2010: 63), langkah-langkah untuk
menerapkan model pembelajaran coopertive script adalah sebagai berikut :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasan.5. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok denganmenghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dansebaliknya, serta lakukan seperti diatas.
7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.8. Penutup.
Fokus langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang kedua ini
masih sama dengan langkah-langkah pembelajaran cooperative script dari tokoh
yang pertama yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya
pembagian peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa, bertukar peran dan
bersama-sama menarik kesimpulan.
13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan pembelajaran cooperative script
merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok secara
berpasangan, terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam
bekerjasama, yaitu siswa satu dan lainnya bersepakat menjalankan peran mereka
masing-masing. Dalam model cooperative script juga terdapat kesepakatan antara
guru dan siswa. Peran guru yaitu sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran, mengarahkan siswa jika mengalami
kesulitan dan mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung.
2.1.3 Media Pembelajaran IPS
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium. Secara harafiah media berarti perantara, yaitu perantara antar
sumber pesan dengan penerima pesan. Media merupakan alat bantu yang sangat
bermanfaat bagi siswa dan guru. Media pembelajaran dapat menarik perhatian
siswa dan memotivasi siswa untuk belajar. Media pembelajaran IPS merupakan
salah satu komponen pembelajaran, yang tidak dapat luput dari pembahasan
sistem pembelajaran secara menyeluruh. Media sangat dibutuhkan oleh guru
dalam mata pelajaran IPS, untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi
saat belajar.
Menurut Indriana (2011: 15) “media pengajaran merupakan semua bahan
dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran
dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap sarana atau tujuan pengajaran”. Menurut
Sadiman dkk (2008: 7) “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi”.
Pengertian media menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media
merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran, didalam media
pengajaran terdapat penyampaian pesan dari guru ke siswa pesan ini berupa
informasi dari pengirim pesan atau dari guru, media juga dapat merangsang siswa
untuk lebih lagi memahami materi ajar.
14
Media sangat penting bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah. Dengan adanya media pengajaran peranan guru semakin luas, siswa juga
akan terbantu untuk belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami
subjek yang diajarkan. Guru harus menggunakan media yang kreatif dan sesuai
tujuan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
sedang dipelajari. Menurut Indriana (2011:37) ada beberapa alasan dibutuhkannya
media pengajaran dalam dunia pengajaran dan pembelajaran, yaitu :
1. Demonstrasi
Media merupakan alat untuk mendemonstrasikan suatu konsep, alat, objek,
kegunaan, cara mengoprasikan. Media merupakan alat peraga yang dapat
memudahkan siswa untuk memahami dan menguasai materi yang diajarkan.
2. Familiaritas
Guru seringkali menggunakan media yang biasa digunakan, dengan alas an
sudah mengetahui seluk beluk penggunaan media tersebut. Sehingga bisa
memanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu familiaritas media
pengajaran menjadi sesuatu yang dipilih oleh setiap guru.
3. Kejelasan
Alasan guru memakai media adalah agar bisa lebih memperjelas pesan
pengajaran, dan memberikan penjelasan yang lebih konkret.
4. Pembelajaran aktif
Media pembelajaran akan membuat suasana pembelajaran lebih aktif,
karena penggunaan media pembelajaran akan membuat siswa ikut terlibat
aktif secara fisik, mental, dan emosional. Akhirnya membuat siswa antusias
dalam pembelajaran.
Jadi media pembelajaran sangat penting untuk mendukung terciptanya
pengalaman belajar. Media yang tepat dan sesuai dengan tujuan akan mampu
meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil
belajar.
15
2.1.3.1 Media Audio-Visual
Alat – alat audio-visual adalah alat – alat yang “audible” artinya dapat
didengar dan alat – alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat – alat audio-
visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Penggunaan
media audio-visual secara modern sebenarnya baru mulai setelah penggunaan film
16 mm membuktikan manfaatnya dalam melatih anggota–anggota angkatan
perang Amerika Serikat dalam Perang Dunia Kedua. Diwaktu perang itu terbukti
pula, bahwa selain gambar, peta dan bola dunia, alat – alat audio-visual seperti
slaid, rekaman suara dan berbagai proyektor sanggup meningkatkan efisiensi
pengajaran antara 25% sampai 50%.
Menurut Rohani (1997: 97) “media Audio-visual adalah media instruksional
modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan dapat dilihat dan
didengar”. Media audio-visual merupakan bahan ajar non cetak yang kaya
informasi. Penyerapannya media audio-visual melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan media audio-visual membuat siswa mudah untuk
mengingat suatu materi yang sedang dipelajari.
Menurut Sadiman dkk (2008: 9) “Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi
mulai mempengaruhi penggunaan media audio-visual, sehingga selain sebagai alat
bantu media juga berfungsi sabagai penyalur pesan atau informasi belajar”.
Penggunaan media audio-visual tidak lagi hanya kita pandang sebagai alat bantu
belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi sebagai alat penyalur pesan dari pemberi
pesan ke penerima pesan.
A. Alasan Dibutuhkannya Media Audio-Visual
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam
menyampaikan pesan secara lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa. selain itu
media pembelajaran dapat membangkitkan semangat belajar sehingga siswa
antusias dan tertarik dalam belajar. Media audio-visual sangat efektif digunakan
karena media ini mengandalkan dua indra yaitu indra penglihatan dan
pendengaran.
16
Menurut Sulaiman (1981:16-17) ada beberapa alasan dibutuhkannya media
audio-visual dalam dunia pengajaran yaitu:
Media audio-visual mempermudah orang menyampaikan dan menerima
pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian.
Media audio-visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan
cara yang lebih konkrit atau lebih nyata dari pada penyampaiannya hanya
kata-kata saja. Oleh karena itu media audio-visual membuat suatu informasi
atau pengertian lebih berarti.
Alat-alat audio-visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih
banyak.
Media audio-visual memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan
keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki materi yang sedang dipelajari.
Alat- alat audio-visual mengekalkan pengertian yang didapat.
Media audio-visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam
waktu yang lebih singkat, tetapi apa yang diterima melalui media audio-
visual lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan.
B. Angggapan yang Salah Tentang Penggunaan Media Audio-Visual
Beberapa anggapan yang salah tentang penggunaan media audio-visual
menurut Sulaiman (1981: 19) adalah :
Banyak orang menganggap pengggunaan media audio-visual sebagai
hiburan dan pemborosan waktu semata – mata. Ini disebabkan karena di
dalamnya termasuk penggunaan sound slaid dan film, keduanya dianggap
hiburan. Tidak ada alasan untuk tidak membuat pengajaran menjadi
menyenangkan. Oleh karena itu dapat ditegaskan, bahwa: Penggunaan
media audio-visual bukan terutama hiburan untuk siswa melainkan suatu
metode mengajar yang efektif.
Ada pula orang menganggap media audio-visual sebagai suatu yang terpisah
dan berdiri sendiri. Ini tidak benar, media audio-visual itu hanya perkakas di
tangan guru yang harus digunakan pada saat yang tepat dan tujuan tertentu
dalam suatu program pengajaran. Dengan segala daya media audio- visual
itu harus diusahakan supaya terpadu dalam keseluruhan program
17
pengajaran. Media audio-visual bukan suatu yang terpisah dari suatu metode
mengajar, melainkan mempunyai tempat dan waktu tertentu dalam
keseluruhan program mengajar.
Alat-alat audio-visual pengganti guru. Guru masih merupakan faktor utama
untuk menyampaikan pelajaran. Tidak ada media yang dapat menggantikan
guru.
C. Jenis – Jenis Media Audio-Visual
Adapun jenis-jenis media Menurut Fazriah (2011) sebagai berikut:
1. Media Audio-Visual Diam
Media audio-visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
diam, seperti:
a. Film bingkai suara (sound slaid)
Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant) berukuran 35 mm.
Satu program film bingkai bersuara (sound slide) lamanya berkisaran antara
10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu program pun berfariasi, ada
yang hanya 10 buah, tapi ada yang sampai 160 buah atau lebih. Lamanya
tiap gambar disorotkan ke layar tergantung pada kebutuhan, mulai dari 1
detik hingga selama waktu yang diperlukan. Bila program tersebut disertai
suara yang direkam, waktu proyeksinya tertentu. Kelebihan film bingkai
suara yaitu dapat menjadi media yang sangat efektif, dan bagian-bagian dari
objek tertentu yang sukar diamati dengan mata biasa dapat mudah
ditampilkan lewat slide di layar.
b. Film rangkai suara
Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan
merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama dengan film bingkai, yaitu 35
mm. Jumlah gambar satu rol film rangkai antara 50-75 gambar dengan
panjang kurang lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.
2. Media Audio-visual Gerak
Media audio-visual gerak media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak:
18
a. Film
Film merupakan serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan
diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Adapun
kelebihan media film adalah memberikan pesan yang dapat diterima secara
lebih merata oleh siswa; sangat baik untuk menerangkan suatu proses;
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; dapat diulang-ulang dan
dihentikan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kekurangan dari media ini
adalah harga produksinya cukup mahal dan bahkan sangat mahal;
pembuatan membutuhkan proses yang lama sehingga menyita waktu dan
tenaga; memerlukan penggelapan ruangan.
b. Video
Media video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang berupa
kombinasi anatara teks, grafik, animasi, suara dan video dengan pengendali
komputer sebagai penggerak. Kelebihan video yaitu dapat digunakan untuk
memancing siswa pada saat pembelajaran. Biaya produksi dan perawatan
lebih murah, pengoperasiannya pun jauh lebih praktis.
D. Cara Memilih Media Pembelajaran yang Baik
Dasar pertimbangan dalam pemilihan media adalah terpenuhinya kebutuhan
dan tercapainya tujuan pembelajaran. Jika media yang digunakan tidak sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran media tersebut tidak dapat digunakan.
Menurut Mc. M. Connel dalam Indriana (2011: 27) menyatakan dengan tegas
”agar menggunakan media yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan dan
tujuan pembelajaran”. Media apapun dapat digunakan dalam pembelajaran
disekolah namun harus sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan.
Cara memilih media pengajaran yang baik menurut Indriana (2011: 28-31)
yaitu :
1. Menyatakan standar dan tujuan
Pemilihan media harus mempertimbangkan pencapaian dan ekspektasi hasil
didalam lingkungan sekolah dan ruang kelas, artinya guru dalam memilih
media harus memperhatikan tujuan pembelajaran. Media pengajaran dapat
disesuaikan dengan tujuan instruksional umum atau khusus yang ada
19
disetiap mata pelajaran; bisa juga disesuaikan dengan tujuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik; atau bisa menyesuaikan dengan SK, KD dan
Indikator.
2. Kesesuaian dengan materi yang diajarkan
Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dengan materi yang
akan diajarkan. Guru juga harus memperhatikan dan menyesuaikan dengan
tingkat kedalaman yang akan dicapai dalam proses belajar.
3. Kesesuaian dengan fasilitas pendukung, kondisi dan waktu
Fasilitas pendukung, kondisi lingkungan dan waktu merupakan faktor yang
sangat penting dalam efektivitas penggunaan media pembelajaran. Sebagus
apapun media yang digunakan jika fasilitas, kondisi lingkungan dan waktu
yang tidak mendukung maka tujuan pembelajaran menggunakan media
tersebut tidak akan tercapai dengan baik.
4. Kesesuaian dengan karakteristik siswa
Dalam memilih media dalam pembelajaran guru perlu menganalisis sifat-
sifat unik seperti kertertarikan siswa karena ketertarikan siswa sering
berbeda-beda satu sama lain. Sehingga guru harus memilih media yang
dapat memicu antusias siswa untuk melihat dan mendengarkan, guru harus
memikirkan apakah media yang ditanyangkan akan memberi dampak yang
baik dalam pembelajaran seperti keaktifan siswa dapat meningkat.
5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
Siswa dalam belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar. Gaya belajar siswa
juga sangat mempengaruhi efektivitas penggunaan media pengajaran.
6. Kesesuaian dengan teori yang digunakan
Teori sangat menentukan dalam pemilihan media. Teori menjadi faktor
penting digunakannya sebuah media. Media yang dipilih bukan karena
fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling bagus, sehingga
mengabaikan teori yang sudah tepat digunakan dalam pengajaran.
20
2.1.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script dengan
Media Audio-Visual
Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran cooperative script menurut
para ahli, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran cooperative script dengan
media audio-visual pada pembelajaran IPS kelas V yang akan dilakukan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Guru menyajikan materi menggunakan media audio-visual.
2. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
3. Siswa membuat ringkasan dari media audio-visual yang telah dilihat.
4. Siswa dan guru menetapkan siapa yang berperan sebagai pembicara dan
pendengar.
5. Pembicara membacakan hasil ringkasannya kepada pendengar dengan
menambahkan informasi lain yang mereka punya.
6. Pendengar menyimak /mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap, dan membantu mengingat ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi.
7. Bertukar peran yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya.
8. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan.
2.1.5 Hasil belajar
A. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan tujuan dalam pembelajaran. Akhir dari proses
belajar adalah hasil belajar. melalui hasil belajar guru dapat mengetahui sejauh
mana siswa sudah memahami materi. Hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari 2 sisi, yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan
saat sebelum belajar yang berawal dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan dari
sisi guru hasil belajar merupakan hasil akhir yang dapat diukur dari pembelajaran.
Menurut Susanto (2013: 5) “hasil belajar merupakan perubahan yang
terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
21
psikomotorik sebagai hasil yang didapatkan selama kegiatan belajar”. Hasil
pengukuran belajar inilah yang akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan
dan pengejaran yang sudah dicapai. Sedangkan Menurut A. J. Romiszowski
dalam Abdurahman (2009: 38) “hasil belajar merupakan keluaran dari suatu
sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-
macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja”. Menurut
Suprijono dalam Thobroni (2015: 20) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”.
Menurut Benjamin S. Bloom dalam Abdurrahman (2009: 38) ada tiga ranah
hasil belajar yaitu :
1. Ranah kognitif, mengenai hasil belajar intelektual.
2. Ranah afektif, mengenai sikap.
3. Ranah psikomotorik, mengenai hasil keterampilan dan bertindak.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
akhir dari seluruh kegiatan pembelajaran, hasil belajar dapat merubah perilaku
belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan kebiasaan, keterampilan, sikap dan
kemampuan yang didapat siswa setelah mengalami pembelajaran dikelas yang
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Gagne dalam Dahar (2011: 118) mengemukakan penampilan-penampilan
yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan, Gagne
membedakan 5 kemampuan hasil belajar, yang ditinjau dari segi-segi yang
diharapkan dari suatu pengajaran:
1. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.
2. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitif.
3. informasi verbal, yaitu Informasi yang diperoleh sebagai hasil belajar
disekolah dari kata–kata yang diucapkan orang, membaca dari radio, video,
televisi, dan media lainnya.
22
4. Sikap yaitu, kepribadian yang dapat dipelajari dan dapat berpengaruh
terhadap perilaku seseorang. Sikap yang penting ialah sikap kita terhadap
orang lain.
5. Keterampilan motorik yaitu, yaitu keterampilan melakukan berbagai gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujudnya otomatisme
gerak jasmani.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Secara umum menurut Wasliman dalam Susanto (2013: 12) faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas 2 kategori, yaitu faktor internal
dan eksternal. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi proses belajar siswa
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor
fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu :
Keadaan tonus jasmani
Keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar, kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberi pengaruh positif pada kegiatan
pembelajaran siswa, jika kondisi fisik lemah atau sakit akan memberi
dampak terhadap hasil belajar.
Keadaan fungsi jasmani
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh
manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.
Dalam proses belajar panca indra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia.
23
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah:
Kecerdasan
Kecerdasan merupaka faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.
semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar.
Minat
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar. Sikap siswa dalam belajar oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performa guru, pelajaran, atau lingkungan sekitar.\
Bakat
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Individu yang mempunyai bakat tertentu akan lebih mudah menyerap
segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
b. Faktor eksternal
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah
Lingkungan sosial seperti guru, teman sekelas dan administrasi dapat
mempengaruhi hasil belajar. Jika hubungan ketiga harmonis maka
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar.
24
Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi siswa belajar. Jika
kondisi lingkungan tempat tinggal kumuh, banyak penganguran dapat
mempengaruhi siswa dalam belajar.
Lingkungan sosial keluarga
Hubungan antar keluarga yang harmonis akan mempengaruhi siswa
dalam belajar.
2. Lingkungan nonsosial
Lingkungan instrumental
Perangkat belajar dapat mempengaruhi belajar siswa seperti keadaan
gedung sekolah, kurikulum sekolah, buku dll.
Faktor materi pelajaran
Faktor materi hendaknya disesaui kan dengan usia perkembangan siswa,
begitu juga model pembelajaran yang akan guru pakai.
Kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa faktor-faktor hasil belajar meliputi
intern atau faktor yang ada dari dalam diri siswa dan ekstern atau faktor dari luar.
2.2 Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai
dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang
sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut penelitian ada
beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, antara lain
adalah :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Trias Indiantika (Tahun 2011) yang
berjudul “Penerapan model cooperative script untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN Kebonagung 06
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran IPS materi Koperasi Siswa kelas IV SDN Kebonagung 06
dengan penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa kelas IV dalam belajar
25
IPS materi Koperasi meningkat ketika diterapkan model pembelajaran
cooperative script. Rata-rata aktivitas pada siklus 1 70,80 dan rata-rata pada siklus
II 90,31. Pada siklus I dan II rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan
19,51. Hasil belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi Koperasi meningkat
setelah diterapkan model cooperative script. Rata-rata hasil belajar pada siklus I
74,83 dan pada siklus II 85,33. Pada siklus I dan II rata – rata hasil belajar siswa
mengalami peningkatan 10,50. Ketuntasan siswa kelas IV pada siklus I 19 (63%)
siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 11 (37%) siswa. Pada siklus II
siswa yang tuntas 30 (100%) hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan 37%. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada siklus II
sudah melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, maka dapat disimpulkan
bahwa kelas IV SDN Kebonagung 06 dalam belajar IPS materi “koperasi” tuntas
belajar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Pujianto dengan judul “Peningkatan
hasil belajar Matematika dengan model pembelajaran cooperative script bagi
siswa kelas IV semester 2 SD Negeri Kambang 01 Kecamatan Blado Kabupaten
Malang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan
model pembelajaran cooperative script pada pembelajaran matematika sifat
bangun ruang dapat meningkatkan keaktifan siswa, dan 2) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, kenaikan skor rata-rata maupan ketuntasan belajar yang
signifikan, kenaikan skor rata-rata yaitu siklus I 66,42 dan siklus II 75,36.
Ketuntasan belajar siswa yaitu siklus I 60,72% (17 siswa) dan siklus II 89,29%
(25 siswa) karena itu 25 siswa telah mendapat skor 62 keatas dan sudah
memenuhi KKM sekolah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan aktifitas
dan hasil belajar matematika siswa.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sri Budi W, dkk (Tahun 2011)
dengan judul “Inovasi pendidikan dengan pemanfaatan media audio-visual dalam
pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri
02 Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah”. Hasil
menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio-visual dalam
26
pembelajaran IPA untuk siswa kelas V SD N 2 Tuntang mengalami peningkatan
hasil belajar. Pembelajaran pada siklus I, tingkat keberhasilan mencapai 57,5%,
sedangkan pada siklus II hasil pembelajaran mencapai 100% tingkat
keberhasilannya. Simpulan penelitian ini adalah pemanfaatan media audio-visual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti di atas maka
dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script dengan menggunakan
media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis
tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative script dengan menggunakan media audio-visual untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD N
Kumpulrejo 02 Salatiga semester II tahun ajaran 2015/2016.
2.3 Kerangka berpikir
Dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan model pembelajaran
yang inovatif, guru cenderung menggunakan motode ceramah. Pembelajaran
dengan metode ceramah lebih berpusat pada guru, siswa hanya berperan menjadi
pendengar. Metode ceramah membuat siswa menjadi pasif dalam proses
pembelajaran, mengatuk dan bosan, pada akhirnya siswa mencari kesibukan
mengobrol dengan teman sebangkunya dan mengalamun dikelas. Guru juga
jarang memanfaatkan media pembelajaran dalam menjelaskan materi, jika guru
menggunakan media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga
semangat belajar siswa dapat terdorong.
Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti mencoba menerapkan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script dengan
menggunakan media audio-visual pada mata pelajaran IPS kelas V Kompetensi
Dasar Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Model pembelajaran cooperative script merupakan cara
belajar yang dilakukan dengan bekerjasama secara berpasangan. Karena dengan
bekerjasama akan terjadi interaksi antar teman. Hal ini dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab, keberanian, percaya diri, saling menghargai dan saling
27
membantu. Sedangkan penggunaan media audio-visual akan mempermudah siswa
memahami materi dan dapat medorong semangat belajar siswa sehingga siswa
antusias dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran cooperative script dengan
menggunakan media audio-visual merupakan salah satu model pembelajaran yang
berpotensi meningkatkan hasil belajar. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat
digambarkan:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir Model Pembelajaran Cooperative Script dengan
Menggunakan Media Audio-Visual
KONDISI AWAL
Pembelajaran kurang berkualitas, ditandai dengan:a. Guru
1. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif2. Belum menggunakan media secara maksimal saat menyampaikan materi
b. Siswa:1. Siswa kurang aktif dan antusias dalam pembelajaran.2. Hasil belajar siswa rendah yaitu dari 20 siswa nilainya tuntas 30% yaitu
sebanyak 6 siswa dan tidak tuntas adalah 70% yaitu sebanyak 14 siswa,KKM pelajaran IPS adalah 70
PELAKSANAAN TINDAKAN
Dalam Proses pembelajaran guru menerapkan model cooperative script
dengan menggunakan media audio-visual pada mata pelajaran IPS Kelas V
SD N Kumpulrejo 02 Salatiga
KONDISI AKHIR
Kualitas pembelajaran meningkat, ditandai dengan:1. Aktivitas belajar siswa meningkat siswa lebih aktif dalam pembelajaran2. Hasil belajar siswa meningkat
28
2.4 Hipotesis
Dari beberapa teori – teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan
dapat ditarik satu hipotesis sebagai berikut: melalui penggunaan model
pembelajaran Cooperative Script dengan media Audio-Visual diduga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD N
Kumpulrejo 02 Salatiga.