93) “ips adalah telaah tentang manusia...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS di SD 2.1.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu pembelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran IPS berhubungan atau berkaitan langsung dengan organisasi dan perkembangan masyarakat. Dalam pembelajaran IPS siswa diajarkan untuk berinteraksi dengan sesama. Menurut Gunawan (2011: 93) “IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Sedangkan menurut Susanto (2013: 155) “Pembelajaran IPS hendaknya dapat membantu murid untuk mengenal dan memecahkan masalah, menganalisis dan menyampaikan pendapat dan membuat suatu keputusan yang rasional sehingga dapat memecahkan suatu masalah”. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu pendidikan yang berhubungan dengan masyarakat, yang menyangkut hubungan kemanusiaan, dan interaksi dengan sesama. Dengan berpusat pada pembahasan manusia, IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial, mereka akan menyadari bahwa dalam hidup bersama ini adakalanya mereka menghadapi berbagai masalah ialah masalah sosial. Hal-hal itu akan membawa dorongan kepada peserta didik terhadap kepekaan sosial. Pembelajaran IPS di SD mempelajari tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diharapkan dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga yang cinta akan perdamaian. Dalam pembelajaran IPS siswa dapat belajar tentang hubungan dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya berdasarkan fakta- fakta yang terjadi dalam kehidupan manusia. Selain itu IPS juga memiliki tujuan

Upload: ledung

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPS di SD

2.1.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS merupakan salah satu pembelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran IPS

berhubungan atau berkaitan langsung dengan organisasi dan perkembangan

masyarakat. Dalam pembelajaran IPS siswa diajarkan untuk berinteraksi dengan

sesama.

Menurut Gunawan (2011: 93) “IPS adalah telaah tentang manusia dan

dunianya”. Sedangkan menurut Susanto (2013: 155) “Pembelajaran IPS

hendaknya dapat membantu murid untuk mengenal dan memecahkan masalah,

menganalisis dan menyampaikan pendapat dan membuat suatu keputusan yang

rasional sehingga dapat memecahkan suatu masalah”.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu

pendidikan yang berhubungan dengan masyarakat, yang menyangkut hubungan

kemanusiaan, dan interaksi dengan sesama. Dengan berpusat pada pembahasan

manusia, IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup

bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial, mereka akan menyadari bahwa

dalam hidup bersama ini adakalanya mereka menghadapi berbagai masalah ialah

masalah sosial. Hal-hal itu akan membawa dorongan kepada peserta didik

terhadap kepekaan sosial.

Pembelajaran IPS di SD mempelajari tentang seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan

ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diharapkan dapat menjadi warga

negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga yang cinta

akan perdamaian. Dalam pembelajaran IPS siswa dapat belajar tentang hubungan

dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya berdasarkan fakta-

fakta yang terjadi dalam kehidupan manusia. Selain itu IPS juga memiliki tujuan

8

untuk membantu siswa berinteraksi dengan sesama, dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan, serta dapat menjadi masyarakat yang demokratis.

Demikian pula dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah

memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS,

yaitu:

Tujuan Mata Pelajaran IPS

a. Mengenal konsep–konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat danlingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusiaan.d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam

masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup Mata Pelajaran IPS:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan.b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.c. Sistem sosial dan budaya.d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.e. IPS SD sebagai pendidikan global yakni : mendidik siswa akan kebhinekaan

bangsa, budaya, dan peradapan didunia; menanamkan kesadaran semakin terbukakomunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; Mengurangi kemiskinan,kebodohan dan perusakan lingkungan.

2.1.1.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPS

Pengajaran IPS di sekolah dasar ditunjukkan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Pembelajaran IPS di SD sangatlah bermanfaat apabila didasari

melalui prinsip-prinsip pembelajaran yang sistematis. Dalam Kegiatan

pembelajaran IPS, siswa dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan

masyarakat. Menurut Djahiri dalam Susanto (2013: 150) pembelajaran IPS di

sekolah dasar hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut:

1. Tingkat perkembangan usia dan belajar siswa.

2. Pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa.

3. Kondisi kehidupan masyarakat sekitar masa kini dan kelak yang diharapkan

4. Proyeksi harapan pembangunan nasional atau daerah yang tentunya mampu

dijangkau dan diperankan siswa kini dan kelak dikemudian hari.

5. Isi dan pesan nilai moral budaya bangsa, Pancasila dan agama yang dianut

yang diakui bangsa Indonesia.

9

2.1.2 Model Pembelajaran Cooperative Script

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan mengutamakan

kelompok-kelompok kecil dimana siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Hosnan (2014: 234) “pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok”. Menurut

Trianto (2009: 60) “bahwa pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada

siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung

satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur

penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain”. Sedangkan

menurut Ratumanan dalam Trianto (2009: 62) “interaksi yang terjadi dalam

belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya

perkembangan intelektual siswa”.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok untuk

menerapkan pengetahuan, keterampilan, menemukan gagasan-gagasan baru lewat

pendapat masing-masing kelompok sehingga menumbuhkan sikap saling

menghargai.

Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk berinteraksi dengan

teman, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa dalam

pembelajaran. Dalam kelompok anggota tim tidak hanya untuk belajar apa yang

diajarkan, namun saling membantu dengan rekan belajar sampai semua rekan

kelompok berhasil memahami dan menyelesaikan sehingga tercipta suasana

prestasi bersama-sama. Dengan bekerjasama secara kolaboratif, maka

keterampilan untuk berhubungan dengan sesama manusia akan berkembang.

Dalam pembelajaran IPS model kooperatif sangat tepat diterapkan karena

siswa akan mendapat perolehan pemahaman yang lebih baik mengenai materi

yang dipelajarinya dengan cara mencari, menemukan, dan mengembangkan

secara kelompok. Adapun prinsip – prinsip pembelajaran kooperatif menurut

Hosnan (2014: 242-243) yaitu:

10

1. Belajar aktif.

Ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emasional dalam

proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi,

mengemukakan pendapat dan idenya, dan membahasnya dalam kelompok.

2. Pendekatan Kontruktivistik.

Strategi pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk menemukan

dan mempelajari materi yang sedang dibahas dengan cara mendiskusikan

dalam kelompok.

3. Pendekatan Kooperatif.

Pendekatan ini mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

terampil berkomunikasi. Siswa berani menyampaikan pendapatnya,

mendengarkan dan menerima pendapat dari orang lain, serta menanggapi

pendapat orang lain dengan jelas.

Pembelajaran kooperatif sangat bervariasi, salah satu model pembelajaran

Kooperatif yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPS kelas V adalah model

cooperative script. Menurut Shoimin (2014: 50) “pada pembelajaran cooperative

script terjadi kesepakan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi,

yaitu siswa satu dengan siswa yang lainnya bersepakat untuk menjalankan peran

masing-masing”. Sedangkan menurut Lambiotte dalam Huda (2013: 213)

mengemukakan bahwa “model pembelajaran cooperative script “ditunjukkan

untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi

pelajaran”.

Berdasarkan pengertian–pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang terjadi dengan

adanya kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk

berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara

yang kolaboratif. Interaksi yang terjadi yaitu tidak hanya siswa dengan guru

namun siswa dengan siswa lain saling berinteraksi dalam kelompok. Tugas guru

adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar siswa, mengatur tugas-

tugas siswa yang harus dikerjakan dan memberikan dukungan kepada setiap siswa

agar setiap siswa dapat berkembang secara maksimal.

11

Manfaat dari penggunaan model pembelajaran cooperative script adalah

dapat meningkatkan keaktifan siswa, mengembangkan kepedulian dikalangan

siswa dan meningkatkan rasa saling menghargai satu sama lain. Dengan belajar

kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi

akademik yang cemerlang dan memiliki kepedulian terhadap sesama yang tinggi.

Setiap model pembelajaran mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan

adapun menurut Shoimin (2014: 50-51), kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran cooperative script adalah:

a. Kelebihan model pembelajaran cooperative script

Melatih pendengaran, ketelitian, dan kecermatan.

Setiap siswa mendapat peran, peran siswa ada yang menjadi pendengar

dan pembicara.

Siswa dilatih untuk berpendapat, dan mendengarkan pendapat orang lain.

b. Kekurangan model pembelajaran cooperative Script

Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, salah satu mata pelajaran

yang sesuai menggunakan model cooperative script adalah mata

pelajaran IPS.

Beberapa siswa malu untuk mengungkapkan pendapatnya.

Dalam membentuk kelompok belajar guru harus memperhatikan beberapa

hal , tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Keberhasilan kelompok belajar

sangat bergantung pada kerjasama yang dilakukan oleh anggotanya. Pembagian

kelompok harus rata siswa yang pintar tidak dipasangkan dengan siswa yang

pintar. Namun siswa yang pintar harus dipasangkan dengan siswa yang kurang

mampu dalam belajar, dengan pembagian kelompok seperti ini akan

menumbuhkan rasa kepedulian, siswa yang pintar akan membantu siswa yang

kurang mampu dalam belajar.

2.1.2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

Pembelajaran menggunakan model cooperative script memiliki langkah-

langkah tertentu. Berikut ini beberapa langkah model pembelajaran cooperative

12

script. Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script, menurut

Shoimin (2014: 50-51), sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.2. Guru membagikan wacana/materi kepada masing-masing siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan.3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan

siapa yang berperan sebagai pendengar.4. Sesuai kesepakatan, siswa yang menjadi pembicara membacakan ringkasan dan

informasi atau prosedur pemecahan masalah selengkap mungkin denganmemasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan dan pemecahan masalahnya.Sementara pendengar menyimak (a) mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok yangkurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok denganmenghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dansebaliknya serta lakukan seperti diatas.

6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

Pada langkah-langkah pembelajaran cooperative script ini fokusnya adalah

siswa berpasangan, meringkas materi, selanjutnya pembagian peran pembicara

dan pendengar, diskusi siswa, bertukar peran dan bersama-sama membuat

kesimpulan.

Menurut Dansereau dalam Komalasari (2010: 63), langkah-langkah untuk

menerapkan model pembelajaran coopertive script adalah sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan

siapa yang berperan sebagai pendengar.4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan

ide-ide pokok dalam ringkasan.5. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang

kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok denganmenghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dansebaliknya, serta lakukan seperti diatas.

7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.8. Penutup.

Fokus langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang kedua ini

masih sama dengan langkah-langkah pembelajaran cooperative script dari tokoh

yang pertama yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya

pembagian peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa, bertukar peran dan

bersama-sama menarik kesimpulan.

13

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pembelajaran cooperative script

merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok secara

berpasangan, terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam

bekerjasama, yaitu siswa satu dan lainnya bersepakat menjalankan peran mereka

masing-masing. Dalam model cooperative script juga terdapat kesepakatan antara

guru dan siswa. Peran guru yaitu sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran, mengarahkan siswa jika mengalami

kesulitan dan mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung.

2.1.3 Media Pembelajaran IPS

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari

kata medium. Secara harafiah media berarti perantara, yaitu perantara antar

sumber pesan dengan penerima pesan. Media merupakan alat bantu yang sangat

bermanfaat bagi siswa dan guru. Media pembelajaran dapat menarik perhatian

siswa dan memotivasi siswa untuk belajar. Media pembelajaran IPS merupakan

salah satu komponen pembelajaran, yang tidak dapat luput dari pembahasan

sistem pembelajaran secara menyeluruh. Media sangat dibutuhkan oleh guru

dalam mata pelajaran IPS, untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi

saat belajar.

Menurut Indriana (2011: 15) “media pengajaran merupakan semua bahan

dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran

dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap sarana atau tujuan pengajaran”. Menurut

Sadiman dkk (2008: 7) “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi”.

Pengertian media menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media

merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran, didalam media

pengajaran terdapat penyampaian pesan dari guru ke siswa pesan ini berupa

informasi dari pengirim pesan atau dari guru, media juga dapat merangsang siswa

untuk lebih lagi memahami materi ajar.

14

Media sangat penting bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di

sekolah. Dengan adanya media pengajaran peranan guru semakin luas, siswa juga

akan terbantu untuk belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami

subjek yang diajarkan. Guru harus menggunakan media yang kreatif dan sesuai

tujuan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

sedang dipelajari. Menurut Indriana (2011:37) ada beberapa alasan dibutuhkannya

media pengajaran dalam dunia pengajaran dan pembelajaran, yaitu :

1. Demonstrasi

Media merupakan alat untuk mendemonstrasikan suatu konsep, alat, objek,

kegunaan, cara mengoprasikan. Media merupakan alat peraga yang dapat

memudahkan siswa untuk memahami dan menguasai materi yang diajarkan.

2. Familiaritas

Guru seringkali menggunakan media yang biasa digunakan, dengan alas an

sudah mengetahui seluk beluk penggunaan media tersebut. Sehingga bisa

memanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu familiaritas media

pengajaran menjadi sesuatu yang dipilih oleh setiap guru.

3. Kejelasan

Alasan guru memakai media adalah agar bisa lebih memperjelas pesan

pengajaran, dan memberikan penjelasan yang lebih konkret.

4. Pembelajaran aktif

Media pembelajaran akan membuat suasana pembelajaran lebih aktif,

karena penggunaan media pembelajaran akan membuat siswa ikut terlibat

aktif secara fisik, mental, dan emosional. Akhirnya membuat siswa antusias

dalam pembelajaran.

Jadi media pembelajaran sangat penting untuk mendukung terciptanya

pengalaman belajar. Media yang tepat dan sesuai dengan tujuan akan mampu

meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil

belajar.

15

2.1.3.1 Media Audio-Visual

Alat – alat audio-visual adalah alat – alat yang “audible” artinya dapat

didengar dan alat – alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat – alat audio-

visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Penggunaan

media audio-visual secara modern sebenarnya baru mulai setelah penggunaan film

16 mm membuktikan manfaatnya dalam melatih anggota–anggota angkatan

perang Amerika Serikat dalam Perang Dunia Kedua. Diwaktu perang itu terbukti

pula, bahwa selain gambar, peta dan bola dunia, alat – alat audio-visual seperti

slaid, rekaman suara dan berbagai proyektor sanggup meningkatkan efisiensi

pengajaran antara 25% sampai 50%.

Menurut Rohani (1997: 97) “media Audio-visual adalah media instruksional

modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan dapat dilihat dan

didengar”. Media audio-visual merupakan bahan ajar non cetak yang kaya

informasi. Penyerapannya media audio-visual melalui penglihatan dan

pendengaran. Dengan media audio-visual membuat siswa mudah untuk

mengingat suatu materi yang sedang dipelajari.

Menurut Sadiman dkk (2008: 9) “Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi

mulai mempengaruhi penggunaan media audio-visual, sehingga selain sebagai alat

bantu media juga berfungsi sabagai penyalur pesan atau informasi belajar”.

Penggunaan media audio-visual tidak lagi hanya kita pandang sebagai alat bantu

belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi sebagai alat penyalur pesan dari pemberi

pesan ke penerima pesan.

A. Alasan Dibutuhkannya Media Audio-Visual

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam

menyampaikan pesan secara lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa. selain itu

media pembelajaran dapat membangkitkan semangat belajar sehingga siswa

antusias dan tertarik dalam belajar. Media audio-visual sangat efektif digunakan

karena media ini mengandalkan dua indra yaitu indra penglihatan dan

pendengaran.

16

Menurut Sulaiman (1981:16-17) ada beberapa alasan dibutuhkannya media

audio-visual dalam dunia pengajaran yaitu:

Media audio-visual mempermudah orang menyampaikan dan menerima

pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian.

Media audio-visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan

cara yang lebih konkrit atau lebih nyata dari pada penyampaiannya hanya

kata-kata saja. Oleh karena itu media audio-visual membuat suatu informasi

atau pengertian lebih berarti.

Alat-alat audio-visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih

banyak.

Media audio-visual memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan

keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki materi yang sedang dipelajari.

Alat- alat audio-visual mengekalkan pengertian yang didapat.

Media audio-visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam

waktu yang lebih singkat, tetapi apa yang diterima melalui media audio-

visual lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan.

B. Angggapan yang Salah Tentang Penggunaan Media Audio-Visual

Beberapa anggapan yang salah tentang penggunaan media audio-visual

menurut Sulaiman (1981: 19) adalah :

Banyak orang menganggap pengggunaan media audio-visual sebagai

hiburan dan pemborosan waktu semata – mata. Ini disebabkan karena di

dalamnya termasuk penggunaan sound slaid dan film, keduanya dianggap

hiburan. Tidak ada alasan untuk tidak membuat pengajaran menjadi

menyenangkan. Oleh karena itu dapat ditegaskan, bahwa: Penggunaan

media audio-visual bukan terutama hiburan untuk siswa melainkan suatu

metode mengajar yang efektif.

Ada pula orang menganggap media audio-visual sebagai suatu yang terpisah

dan berdiri sendiri. Ini tidak benar, media audio-visual itu hanya perkakas di

tangan guru yang harus digunakan pada saat yang tepat dan tujuan tertentu

dalam suatu program pengajaran. Dengan segala daya media audio- visual

itu harus diusahakan supaya terpadu dalam keseluruhan program

17

pengajaran. Media audio-visual bukan suatu yang terpisah dari suatu metode

mengajar, melainkan mempunyai tempat dan waktu tertentu dalam

keseluruhan program mengajar.

Alat-alat audio-visual pengganti guru. Guru masih merupakan faktor utama

untuk menyampaikan pelajaran. Tidak ada media yang dapat menggantikan

guru.

C. Jenis – Jenis Media Audio-Visual

Adapun jenis-jenis media Menurut Fazriah (2011) sebagai berikut:

1. Media Audio-Visual Diam

Media audio-visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar

diam, seperti:

a. Film bingkai suara (sound slaid)

Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant) berukuran 35 mm.

Satu program film bingkai bersuara (sound slide) lamanya berkisaran antara

10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu program pun berfariasi, ada

yang hanya 10 buah, tapi ada yang sampai 160 buah atau lebih. Lamanya

tiap gambar disorotkan ke layar tergantung pada kebutuhan, mulai dari 1

detik hingga selama waktu yang diperlukan. Bila program tersebut disertai

suara yang direkam, waktu proyeksinya tertentu. Kelebihan film bingkai

suara yaitu dapat menjadi media yang sangat efektif, dan bagian-bagian dari

objek tertentu yang sukar diamati dengan mata biasa dapat mudah

ditampilkan lewat slide di layar.

b. Film rangkai suara

Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan

merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama dengan film bingkai, yaitu 35

mm. Jumlah gambar satu rol film rangkai antara 50-75 gambar dengan

panjang kurang lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.

2. Media Audio-visual Gerak

Media audio-visual gerak media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak:

18

a. Film

Film merupakan serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan

diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Adapun

kelebihan media film adalah memberikan pesan yang dapat diterima secara

lebih merata oleh siswa; sangat baik untuk menerangkan suatu proses;

mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; dapat diulang-ulang dan

dihentikan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kekurangan dari media ini

adalah harga produksinya cukup mahal dan bahkan sangat mahal;

pembuatan membutuhkan proses yang lama sehingga menyita waktu dan

tenaga; memerlukan penggelapan ruangan.

b. Video

Media video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang berupa

kombinasi anatara teks, grafik, animasi, suara dan video dengan pengendali

komputer sebagai penggerak. Kelebihan video yaitu dapat digunakan untuk

memancing siswa pada saat pembelajaran. Biaya produksi dan perawatan

lebih murah, pengoperasiannya pun jauh lebih praktis.

D. Cara Memilih Media Pembelajaran yang Baik

Dasar pertimbangan dalam pemilihan media adalah terpenuhinya kebutuhan

dan tercapainya tujuan pembelajaran. Jika media yang digunakan tidak sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran media tersebut tidak dapat digunakan.

Menurut Mc. M. Connel dalam Indriana (2011: 27) menyatakan dengan tegas

”agar menggunakan media yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan dan

tujuan pembelajaran”. Media apapun dapat digunakan dalam pembelajaran

disekolah namun harus sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan.

Cara memilih media pengajaran yang baik menurut Indriana (2011: 28-31)

yaitu :

1. Menyatakan standar dan tujuan

Pemilihan media harus mempertimbangkan pencapaian dan ekspektasi hasil

didalam lingkungan sekolah dan ruang kelas, artinya guru dalam memilih

media harus memperhatikan tujuan pembelajaran. Media pengajaran dapat

disesuaikan dengan tujuan instruksional umum atau khusus yang ada

19

disetiap mata pelajaran; bisa juga disesuaikan dengan tujuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik; atau bisa menyesuaikan dengan SK, KD dan

Indikator.

2. Kesesuaian dengan materi yang diajarkan

Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dengan materi yang

akan diajarkan. Guru juga harus memperhatikan dan menyesuaikan dengan

tingkat kedalaman yang akan dicapai dalam proses belajar.

3. Kesesuaian dengan fasilitas pendukung, kondisi dan waktu

Fasilitas pendukung, kondisi lingkungan dan waktu merupakan faktor yang

sangat penting dalam efektivitas penggunaan media pembelajaran. Sebagus

apapun media yang digunakan jika fasilitas, kondisi lingkungan dan waktu

yang tidak mendukung maka tujuan pembelajaran menggunakan media

tersebut tidak akan tercapai dengan baik.

4. Kesesuaian dengan karakteristik siswa

Dalam memilih media dalam pembelajaran guru perlu menganalisis sifat-

sifat unik seperti kertertarikan siswa karena ketertarikan siswa sering

berbeda-beda satu sama lain. Sehingga guru harus memilih media yang

dapat memicu antusias siswa untuk melihat dan mendengarkan, guru harus

memikirkan apakah media yang ditanyangkan akan memberi dampak yang

baik dalam pembelajaran seperti keaktifan siswa dapat meningkat.

5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa

Siswa dalam belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar. Gaya belajar siswa

juga sangat mempengaruhi efektivitas penggunaan media pengajaran.

6. Kesesuaian dengan teori yang digunakan

Teori sangat menentukan dalam pemilihan media. Teori menjadi faktor

penting digunakannya sebuah media. Media yang dipilih bukan karena

fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling bagus, sehingga

mengabaikan teori yang sudah tepat digunakan dalam pengajaran.

20

2.1.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script dengan

Media Audio-Visual

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran cooperative script menurut

para ahli, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran cooperative script dengan

media audio-visual pada pembelajaran IPS kelas V yang akan dilakukan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Guru menyajikan materi menggunakan media audio-visual.

2. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

3. Siswa membuat ringkasan dari media audio-visual yang telah dilihat.

4. Siswa dan guru menetapkan siapa yang berperan sebagai pembicara dan

pendengar.

5. Pembicara membacakan hasil ringkasannya kepada pendengar dengan

menambahkan informasi lain yang mereka punya.

6. Pendengar menyimak /mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang

lengkap, dan membantu mengingat ide-ide pokok dengan menghubungkan

materi.

7. Bertukar peran yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya.

8. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan.

2.1.5 Hasil belajar

A. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakan tujuan dalam pembelajaran. Akhir dari proses

belajar adalah hasil belajar. melalui hasil belajar guru dapat mengetahui sejauh

mana siswa sudah memahami materi. Hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari 2 sisi, yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan

saat sebelum belajar yang berawal dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan dari

sisi guru hasil belajar merupakan hasil akhir yang dapat diukur dari pembelajaran.

Menurut Susanto (2013: 5) “hasil belajar merupakan perubahan yang

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

21

psikomotorik sebagai hasil yang didapatkan selama kegiatan belajar”. Hasil

pengukuran belajar inilah yang akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan

dan pengejaran yang sudah dicapai. Sedangkan Menurut A. J. Romiszowski

dalam Abdurahman (2009: 38) “hasil belajar merupakan keluaran dari suatu

sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-

macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja”. Menurut

Suprijono dalam Thobroni (2015: 20) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”.

Menurut Benjamin S. Bloom dalam Abdurrahman (2009: 38) ada tiga ranah

hasil belajar yaitu :

1. Ranah kognitif, mengenai hasil belajar intelektual.

2. Ranah afektif, mengenai sikap.

3. Ranah psikomotorik, mengenai hasil keterampilan dan bertindak.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil

akhir dari seluruh kegiatan pembelajaran, hasil belajar dapat merubah perilaku

belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan kebiasaan, keterampilan, sikap dan

kemampuan yang didapat siswa setelah mengalami pembelajaran dikelas yang

mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Gagne dalam Dahar (2011: 118) mengemukakan penampilan-penampilan

yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan, Gagne

membedakan 5 kemampuan hasil belajar, yang ditinjau dari segi-segi yang

diharapkan dari suatu pengajaran:

1. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang.

2. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitif.

3. informasi verbal, yaitu Informasi yang diperoleh sebagai hasil belajar

disekolah dari kata–kata yang diucapkan orang, membaca dari radio, video,

televisi, dan media lainnya.

22

4. Sikap yaitu, kepribadian yang dapat dipelajari dan dapat berpengaruh

terhadap perilaku seseorang. Sikap yang penting ialah sikap kita terhadap

orang lain.

5. Keterampilan motorik yaitu, yaitu keterampilan melakukan berbagai gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujudnya otomatisme

gerak jasmani.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara umum menurut Wasliman dalam Susanto (2013: 12) faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas 2 kategori, yaitu faktor internal

dan eksternal. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi proses belajar siswa

sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi

faktor fisiologis dan psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor

fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu :

Keadaan tonus jasmani

Keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar, kondisi

fisik yang sehat dan bugar akan memberi pengaruh positif pada kegiatan

pembelajaran siswa, jika kondisi fisik lemah atau sakit akan memberi

dampak terhadap hasil belajar.

Keadaan fungsi jasmani

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh

manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.

Dalam proses belajar panca indra merupakan pintu masuk bagi segala

informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia.

23

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama

mempengaruhi proses belajar adalah:

Kecerdasan

Kecerdasan merupaka faktor psikologis yang paling penting dalam

proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.

semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang individu, semakin besar

peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.

Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. motivasilah yang mendorong siswa ingin

melakukan kegiatan belajar.

Minat

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan

belajar. Sikap siswa dalam belajar oleh perasaan senang atau tidak

senang pada performa guru, pelajaran, atau lingkungan sekitar.\

Bakat

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk

mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Individu yang mempunyai bakat tertentu akan lebih mudah menyerap

segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.

b. Faktor eksternal

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah

Lingkungan sosial seperti guru, teman sekelas dan administrasi dapat

mempengaruhi hasil belajar. Jika hubungan ketiga harmonis maka

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar.

24

Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi siswa belajar. Jika

kondisi lingkungan tempat tinggal kumuh, banyak penganguran dapat

mempengaruhi siswa dalam belajar.

Lingkungan sosial keluarga

Hubungan antar keluarga yang harmonis akan mempengaruhi siswa

dalam belajar.

2. Lingkungan nonsosial

Lingkungan instrumental

Perangkat belajar dapat mempengaruhi belajar siswa seperti keadaan

gedung sekolah, kurikulum sekolah, buku dll.

Faktor materi pelajaran

Faktor materi hendaknya disesaui kan dengan usia perkembangan siswa,

begitu juga model pembelajaran yang akan guru pakai.

Kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa faktor-faktor hasil belajar meliputi

intern atau faktor yang ada dari dalam diri siswa dan ekstern atau faktor dari luar.

2.2 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai

dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang

sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut penelitian ada

beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, antara lain

adalah :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Trias Indiantika (Tahun 2011) yang

berjudul “Penerapan model cooperative script untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN Kebonagung 06

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran IPS materi Koperasi Siswa kelas IV SDN Kebonagung 06

dengan penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa kelas IV dalam belajar

25

IPS materi Koperasi meningkat ketika diterapkan model pembelajaran

cooperative script. Rata-rata aktivitas pada siklus 1 70,80 dan rata-rata pada siklus

II 90,31. Pada siklus I dan II rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan

19,51. Hasil belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi Koperasi meningkat

setelah diterapkan model cooperative script. Rata-rata hasil belajar pada siklus I

74,83 dan pada siklus II 85,33. Pada siklus I dan II rata – rata hasil belajar siswa

mengalami peningkatan 10,50. Ketuntasan siswa kelas IV pada siklus I 19 (63%)

siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 11 (37%) siswa. Pada siklus II

siswa yang tuntas 30 (100%) hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan 37%. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada siklus II

sudah melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, maka dapat disimpulkan

bahwa kelas IV SDN Kebonagung 06 dalam belajar IPS materi “koperasi” tuntas

belajar.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Pujianto dengan judul “Peningkatan

hasil belajar Matematika dengan model pembelajaran cooperative script bagi

siswa kelas IV semester 2 SD Negeri Kambang 01 Kecamatan Blado Kabupaten

Malang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan

model pembelajaran cooperative script pada pembelajaran matematika sifat

bangun ruang dapat meningkatkan keaktifan siswa, dan 2) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, kenaikan skor rata-rata maupan ketuntasan belajar yang

signifikan, kenaikan skor rata-rata yaitu siklus I 66,42 dan siklus II 75,36.

Ketuntasan belajar siswa yaitu siklus I 60,72% (17 siswa) dan siklus II 89,29%

(25 siswa) karena itu 25 siswa telah mendapat skor 62 keatas dan sudah

memenuhi KKM sekolah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan aktifitas

dan hasil belajar matematika siswa.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sri Budi W, dkk (Tahun 2011)

dengan judul “Inovasi pendidikan dengan pemanfaatan media audio-visual dalam

pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri

02 Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah”. Hasil

menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio-visual dalam

26

pembelajaran IPA untuk siswa kelas V SD N 2 Tuntang mengalami peningkatan

hasil belajar. Pembelajaran pada siklus I, tingkat keberhasilan mencapai 57,5%,

sedangkan pada siklus II hasil pembelajaran mencapai 100% tingkat

keberhasilannya. Simpulan penelitian ini adalah pemanfaatan media audio-visual

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti di atas maka

dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script dengan menggunakan

media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis

tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative script dengan menggunakan media audio-visual untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD N

Kumpulrejo 02 Salatiga semester II tahun ajaran 2015/2016.

2.3 Kerangka berpikir

Dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan model pembelajaran

yang inovatif, guru cenderung menggunakan motode ceramah. Pembelajaran

dengan metode ceramah lebih berpusat pada guru, siswa hanya berperan menjadi

pendengar. Metode ceramah membuat siswa menjadi pasif dalam proses

pembelajaran, mengatuk dan bosan, pada akhirnya siswa mencari kesibukan

mengobrol dengan teman sebangkunya dan mengalamun dikelas. Guru juga

jarang memanfaatkan media pembelajaran dalam menjelaskan materi, jika guru

menggunakan media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga

semangat belajar siswa dapat terdorong.

Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti mencoba menerapkan

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script dengan

menggunakan media audio-visual pada mata pelajaran IPS kelas V Kompetensi

Dasar Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia. Model pembelajaran cooperative script merupakan cara

belajar yang dilakukan dengan bekerjasama secara berpasangan. Karena dengan

bekerjasama akan terjadi interaksi antar teman. Hal ini dapat menumbuhkan rasa

tanggung jawab, keberanian, percaya diri, saling menghargai dan saling

27

membantu. Sedangkan penggunaan media audio-visual akan mempermudah siswa

memahami materi dan dapat medorong semangat belajar siswa sehingga siswa

antusias dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran cooperative script dengan

menggunakan media audio-visual merupakan salah satu model pembelajaran yang

berpotensi meningkatkan hasil belajar. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat

digambarkan:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir Model Pembelajaran Cooperative Script dengan

Menggunakan Media Audio-Visual

KONDISI AWAL

Pembelajaran kurang berkualitas, ditandai dengan:a. Guru

1. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif2. Belum menggunakan media secara maksimal saat menyampaikan materi

b. Siswa:1. Siswa kurang aktif dan antusias dalam pembelajaran.2. Hasil belajar siswa rendah yaitu dari 20 siswa nilainya tuntas 30% yaitu

sebanyak 6 siswa dan tidak tuntas adalah 70% yaitu sebanyak 14 siswa,KKM pelajaran IPS adalah 70

PELAKSANAAN TINDAKAN

Dalam Proses pembelajaran guru menerapkan model cooperative script

dengan menggunakan media audio-visual pada mata pelajaran IPS Kelas V

SD N Kumpulrejo 02 Salatiga

KONDISI AKHIR

Kualitas pembelajaran meningkat, ditandai dengan:1. Aktivitas belajar siswa meningkat siswa lebih aktif dalam pembelajaran2. Hasil belajar siswa meningkat

28

2.4 Hipotesis

Dari beberapa teori – teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan

dapat ditarik satu hipotesis sebagai berikut: melalui penggunaan model

pembelajaran Cooperative Script dengan media Audio-Visual diduga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD N

Kumpulrejo 02 Salatiga.