90000618-urosepsis

19
LAPORAN PENDAHULUAN Definisi Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septik. Insiden urosepsis 20-30 % dari seluruh kejadian septikemia dan lebih sering berasal dari komplikasi infeksi di traktus urinarius. Tabel 1. Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang berhubungan dengan sepsis Obstruksi Kongenital: striktur uretra, fimosis, ureterokel, policystic kidney disease Didapat: calkulus, hipertrofi prostat, tumor traktus urinarius, trauma, kehamilan, radioterapi Instrumentasi Kateter ureter, stent ureter, nephrostomy tube, prosedur urologik. Impaired voiding Neurogenic bladder, sistokel, refluk vesikoureteral Abnormalitas metabolik Nefrokalsinosis, diabetes, azotemia Imunodefisiensi Pasien dengan obat-obatan imunosupresif, neutropenia. Mortalitasnya mencapai 20-49 % bila disertai dengan syok. Oleh karena itu pertolongan harus cepat dan adekuat untuk mencegah kegagalan organ dan komplikasi lebih lanjut. Etiologi Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman penyebabnya sama dengan kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman coliform gram negatif seperti Eschericia coli (50%),

Upload: kriesty-widyartanty

Post on 06-Aug-2015

1.214 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: 90000618-Urosepsis

LAPORAN PENDAHULUAN

Definisi

Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus urinarius sehingga

menyebabkan bakteremia dan syok septik. Insiden urosepsis 20-30 % dari seluruh kejadian

septikemia dan lebih sering berasal dari komplikasi infeksi di traktus urinarius.

Tabel 1. Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang berhubungan dengan sepsis

Obstruksi Kongenital: striktur uretra, fimosis, ureterokel,

policystic kidney disease

Didapat: calkulus, hipertrofi prostat, tumor traktus

urinarius, trauma, kehamilan, radioterapi

Instrumentasi Kateter ureter, stent ureter, nephrostomy tube,

prosedur urologik.

Impaired voiding Neurogenic bladder, sistokel, refluk vesikoureteral

Abnormalitas metabolik Nefrokalsinosis, diabetes, azotemia

Imunodefisiensi Pasien dengan obat-obatan imunosupresif,

neutropenia.

Mortalitasnya mencapai 20-49 % bila disertai dengan syok. Oleh karena itu pertolongan

harus cepat dan adekuat untuk mencegah kegagalan organ dan komplikasi lebih lanjut.

Etiologi

Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman penyebabnya sama dengan kuman

penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman coliform gram negatif seperti

Eschericia coli (50%), Proteus spp (15%), Klebsiella dan Enterobacter (15%), dan Pseudomonas

aeruginosa (5%). Bakteri gram positif juga terlibat tetapi frekuensinya lebih kecil yaitu sekitar 15%.

Penelitian The European Study Group on Nosocomial Infections (ESGNI-004 study) dengan

membandingkan antara pasien yang menggunakan kateter dan non-kateter ditemukan bahwa E.coli

sebanyak 30,6% pada pasien dengan kateter dan 40,5% pada non-kateter, Candida spp 12,9% pada

pasien dengan kateter dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa 8,2% pada pasien dengan kateter

dan 4,1% pada non-kateter.

Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah pasien berusia lanjut, diabetes dan

immunosupresif seperti penerima transplantasi, pasien dengan AIDS, pasien yang menerima obat-

obatan antikanker dan imunosupresan.

Page 2: 90000618-Urosepsis

Faktor resiko

Sejumlah faktor meningkatkan risiko mengembangkan urosepsis. Tidak semua orang dengan faktor

risiko akan mendapatkan urosepsis. Faktor risiko untuk urosepsis meliputi:

Tingkat lanjut usia sistem kekebalan tubuh berkompromi karena kondisi seperti HIV dan

AIDS, minum kortikosteroid, transplantasi organ, atau kanker dan pengobatan kanker

Diabetes

tinja inkontinensia (ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar)Jenis kelamin

perempuan

Imobilitas

pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau retensi urin

Penyakit ginjal polikistik

Kehamilan

Operasi atau prosedur yang melibatkan saluran kemih

Obstruksi saluran kemih oleh batu, pembesaran prostat, penyebab uretra jaringan parut,

atau lainnya

Penggunaan kateter untuk mengalirkan urin

Patogenesis

Patogenesa dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya endotoksin, suatu

komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri yang masuk ke dalam sirkulasi darah.

Lipopolisakarida ini terdiri dari komponen lipid yang akan menyebabkan:4

1. Aktivasi sel-sel makrofag atau monosit sehingga menghasilkan beberapa sitokin, antara lain tumor

necrosis factor alfa (TNF α) dan interlaukin I (IL I). Sitokin inilah yang memacu reaksi berantai

yang akhirnya dapat menimbulkan sepsis dan jika tidak segera dikendalikan akan mengarah pada

sepsis berat, syok sepsis, dan akhirnya mengakibatkan disfungsi multiorgan atau multi organs

dysfunction syndrome (MODS).

2. Rangsangan terhadap sistem komplemen C3a dan C5a menyebabkan terjadinya agregasi

trombosit dan produksi radikal bebas, serta mengaktifkan faktor-faktor koagulasi.

3. Perubahan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen. Karena terdapatnya

resistensi sel terhadap insulin maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam jaringan

sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel akan glukosa terjadi proses glukoneogenesis yang

bahannya berasal dari asam lemak dan asam amino yang dihasilkan dari katabolisme lemak

berupa lipolisis dan katabolisme protein.

Page 3: 90000618-Urosepsis

Manifestasi

Diagnosis dari urosepsis dibuat berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium

dan rontgenologik. Dari anamnesa, data yang positif adalah adanya demam, panas badan dan

menggigil dengan didahului atau disertai gejala dan tanda obstruksi aliran urin seperti nyeri

pinggang, kolik dan atau benjolan diperut atau pinggang. Hanya 1/3 pasien yang mengeluh demam

dan menggigil dengan hipotensi. Keluhan febris yang terjadi setelah gejala infeksi saluran kencing

bagian bawah yaitu polakisuria dan disuria juga sangat mencurigakan terjadinya urosepsis. Demikian

pula febris yang menyertai suatu manipulasi urologik.

Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan dapat sangat bervariasi berupa takipneu, takikardi,

dan demam kemerahan dengan gangguan status mental. Pada keadaan yang dini, keadaan umum

penderita masih baik, tekanan darah masih normal, nadi biasanya meningkat dan temperatur

biasanya meningkat antara 38-40 C.

Urosepsis banyak gejala yang sama seperti jenis lain sepsis, termasuk detak jantung yang

cepat, napas cepat, denyut nadi lemah, berkeringat banyak, kecemasan yang tidak biasa, perubahan

status mental atau tingkat kesadaran, dan penurunan atau output urin absen saham. Sebelum

perkembangan gejala ini, Anda mungkin mengalami gejala infeksi saluran kemih.

Gejala umum dari infeksi saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih bervariasi dari individu

ke individu.Gejala infeksi saluran kemih yang umum termasuk:

• Nyeri perut, panggul atau punggung atau kram

• Urin berdarah atau merah muda (hematuria)

• Sulit atau buang air kecil sakit, atau rasa panas saat kencing (disuria)

• Demam dan menggigil

• Urin yang berbau busuk

• Sering buang air kecil

• Nyeri selama hubungan seksual

• Mendesak kebutuhan untuk buang air kecil

Gejala infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, termasuk rasa panas saat buang air kecil,

kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi sering atau mendesak, urin keruh, dan ketidaknyamanan

perut panggul atau lebih rendah. Demam mungkin ada. Jika pielonefritis (infeksi ginjal) hadir,

punggung atau nyeri perut, mual dan muntah, demam tinggi, menggigil, berkeringat di malam hari,

dan kelelahan juga dapat terjadi. Gejala-gejala tersebut bisa mendahului pengembangan urosepsis.

Sepsis yang telah lanjut memberikan gejala atau tanda-tanda berupa gangguan beberapa fungsi

organ tubuh, antara lain gangguan pada fungsi kardiovaskuler, ginjal, pencernaan, pernapasan dan

susunan saraf pusat.

Page 4: 90000618-Urosepsis

Tabel 2. Definisi Sepsis

Keadaan Kriteria

SIRS (Systemic

Inflammatory

Respond Syndrome)

Terdapat paling sedikit dua dari beberapa kriteria dibawah ini :

1. suhu tubuh > 38 ° C atau <>

2. Denyut nadi > 90 x/’

3. Frekuensi nafas > 20 x/’ atau PaCO2 <>

4. Leukosit > 12000/mm3 atau <4000/mm3 atau lekosit muda > 10%

MODS (Multiple

Organ Dysfunction

Sydrome)

SIRS dengan disfungsi organ dan hemostasis tidak dapat dipertahankan

tanpa adanya intervensi

Sepsis SIRS dengan tanda-tanda infeksi

Sepsis Berat Sepsis disertai dengan hipotensi (sistole <>

Syok Septik Sepsis disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi

Dikutip dari : concencus Conference Criteria Defining Sepsis dalam Lazaron V dan Barke RS.Uro Clin of

N Am 1999, 26, hal 688

Kriteria urosepsis

Kriteria I : terbukti bakteremia atau dicurigai sepsis dari keadaan klinik.

Kriteria II : Synstemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

Suhu tubuh ≥38o C atau ≤ 36o C

Takikardia ≥90 detak per menit

Tacypnea ≥20 nafas per menit

Alkalosis respiratorik PaCO2 ≤ 32 mm Hg

Leukosit ≥ 12.000 /mm3 atau ≤ 4000 /mm3

Kriteria III : Multiple Organ dysfunction syndrome (MODS)

Jantung, sirkulasi

tekanan darah sistolik arteri ≤ 99 mm Hg atau mean arterial preasure ≤ 70 mm Hg,

selama ≥1 jam walaupun carian adekuat atau resusitasi agen vasopressure diberikan.

Ginjal

Produksi urin < 0,5 Ml/kgBB/ jam wlalupun resusitasi cairan adekuat.

Paru-paru

Tekanan parsial O2 arterial (PaO2) ≤75 mm Hg (udara ruangan) atau

Konsentrasi inspirasi O2 (FiO2) ≤250 (pernapasan bantuan)

Platelet

Thrombosit < 80.000/ mm3 atau berkurang ≥ 50 % dalam 3 hari

Page 5: 90000618-Urosepsis

Asidosis metabolic

Ph darah ≤7,30 atau plasma laktat ≥ 1,5 kali normal.

Encephalopathy

Somnolen, kebingungan, bergejolak, coma.

Dari kriteria di atas sepsis syndrome dibedakan jadi 3, yaitu :

1. Sepsis

Kriteria I + ≥ 2 kriteria II

2. Sepsis berat

Kriteria I + ≥ 2 kriteria II + ≥ 1 kriteria III

3. Syok septic

Kriteria I + ≥ 2 kriteria II + hipotensi refraktori arterial ≤ 90 mm Hg.

Pemeriksaan status lokalis daerah abdomen sepanjang traktus urinarius penting untuk

menentukan pre eksisting anomalinya dan yang diketemukan sangat bervariasi tergantung kelainan

primernya. Dilakukan palpasi pada daerah costophrenikus, abdomen bawah, regio pubis, kelenjar

limfe inguinal, genital, serta pemeriksaan transvaginal dan transrektal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosa urosepsis adalah adanya lekositosis

dengan hitung deferensial ke kiri, lekosituria dan bakteriuria.

Untuk menegakkan diagnosis urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri yang berada dalam

darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran kemih (kultur urin).

Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika sangat penting untuk menentukan jenis

antibiotika yang diberikan.

Pemeriksaan rontgen yang sederhana yang dapat dikerjakan adalah foto polos abdomen.

Pemeriksaan ini membantu menunjukkan adanya kalsifikasi, perubahan posisi dan ukuran dari

batu saluran kemih yang mungkin merupakan fokus infeksi. Yang diperhatikan pada hasil foto

adalah adanya bayangan radio opak sepanjang traktus urinarius, kontur ginjal dan

bayangan/garis batas muskulus psoas.

Pemeriksaan pyelografi intravena (IVP) dapat memberikan data yang penting dari kaliks, ureter,

dan pelvis yang penting untuk menentukan diagnosis adanya refluk nefropati dan nekrosis

papilar. Bila pemeriksaan IVP tidak dapat dikerjakan karena kreatinin serum terlalu meningkat,

maka pemeriksaan ultrasonografi akan sangat membantu menentukan adanya obstruksi dan

juga dapat untuk membedakan antara hidro dan pyelonefrosis.

Page 6: 90000618-Urosepsis

Selain pemeriksaan tersebut juga dapat dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI.

Penatalaksanaan

Penanganan penderita urosepsis harus cepat dan adekuat. Pada prinsipnya penanganan

terdiri dari:

1. Penanganan gawat (syok) ; resusitasi ABC

2. Pemberian antibiotika

3. Resusitasi cairan dan elektrolit

4. Tindakan definitif (penyebab urologik)

Pemberian antibiotik sebagai penanganan infeksi ditujukan unuk eradikasi kuman penyebab

infeksi serta menghilangkan sumber infeksi. Pemberian antibiotik harus cepat dan efektif sehingga

antibiotika yang diberikan adalah yang berspektrum luas dan mencakup semua kuman yang sering

menyebabkan urosepsis yaitu golongan aminoglikosida (gentamisin, tobramisin atau amikasin)

golongan ampicilin yang dikombinasi dengan asam klavulanat atau sulbaktam, golongan sefalosforin

generasi ke III atau golongan florokuinolon. Sefalosforin generasi ke-3 dianjurkan diberikan 2 gr

dengan interval 6-8 jam dan untuk golongan cefoperazone dan ceftriaxone dengan interval 12 jam.

Penelitian oleh Naber et al membuktikan bahwa pemberian antibiotik injeksi golongan florokuinolon

dan piperacillin/tazobaktam direkomendasikan untuk terapi urosepsis. Penelitian selanjutnya oleh

Concia dan Azzini terhadap levofloksasin membuktikan bahwa levofloksasin sebagai terapi tambahan

memiliki efek pada ekskresi renal dan tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan oral.

Resusitasi cairan, elektrolit dan asam basa adalah mengembalikan keadaan tersebut menjadi

normal. Urosepsis adalah penyakit yang cukup berat sehingga biasanya “oral intake” menurun.

Keadaan demam/febris juga memerlukan cairan ekstra. Kebutuhan cairan dan terapinya dapat

dipantau dari tekanan darah, tekanan vena sentral dan produksi urine. Bila penderita dengan

hipotensi atau syok (tensi <>2O dan diberikan larutan kristaloid dengan kecepatan 15-20 ml/menit.

Bila terdapat gangguan elektrolit juga harus dikoreksi. Bila K serum 7 meq/L atau lebih perlu

dilakukan hemodialisa. Hemodialisa juga diperlukan bila terdapat Kreatinin serum > 10 mg%, BUN >

100 mg% atau terdapat edema paru. Drainase yang segera perlu dikerjakan bila terdapat timbunan

nanah misalnya pyonefrosis atau hidronefrosis berat (derajat IV). Pyonefrosis dan hidronefrosis yang

berat menyebabkan terjadinya iskemia sehingga mengurangi penetrasi antibiotika. Drainase dapat

dikerjakan secara perkutan atau dengan operasi biasa (lumbotomi). Penderita yang telah melewati

masa kritis dari septikemia maka harus secepatnya dilakukan tindakan definitif untuk kelainan

urologi primernya.

Page 7: 90000618-Urosepsis

Komplikasi

Usia dan kesehatan umum dapat berperan dalam resiko komplikasi potensial. Pada beberapa orang,

terutama orang dewasa yang lebih tua, orang dengan penyakit kronis, dan mereka dengan sistem

kekebalan tubuh lemah, komplikasi urosepsis tidak diobati bisa serius, bahkan mengancam nyawa

dalam beberapa kasus. Komplikasi urosepsis meliputi:

o Koagulasi intravaskular diseminata (DIC; gangguan pembekuan menyebabkan pembentukan

bekuan darah ganda dalam aliran darah)

o Kerusakan ginjal

o Ginjal atau kegagalan organ lain

o perirenal abses (pengumpulan nanah di dekat ginjal)

o prostat abses (pengumpulan nanah di prostat)

o Ginjal abses (pengumpulan nanah pada ginjal)

o Jaringan parut pada saluran kemih

o Syok

Reference

Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al. the Surviving Sepsis Campaign Management Guidelines

Commi' ee. Crit Care Med 2004; 32:858-873.

Johnson. CC, MD. Definitions, Classification and Clinical Presentation of Urinary Tract Infections.

Med. Clin of North Am 1991; 75:2. 241-52.

Lavy MM, et al, 2001 SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS Internatonal Sepsis Definitions Conference, Crit

CareMed 2003 Vol. 31, No. 4 ; 1250-1256

McBryde C, Redington J. Diagnosis and management urinary tract infections: asymptomatic

bacteriuria, cystitis and pyelonephritis. Primary Care Case Review 2001 (4); 3 – 14.

Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B (ed). European Association of

Urology: Guidelines on Urinary and Male Genital Tract Infections. 2001.

Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. 2008. Sagung Seto. Jakarta

Rivers et al. Early Goal Directed Therapy in the Treatment of Severe SepsiS dan Septic Shock. N Engl

JMed, Vol. 345, No. 19, 2001

Tseng CC, et al. Role of Host and Bacterial Virulence Factors in the Development of Upper Urinary

Tract Infection Caused by E. Coli. Am J of Kidney Dis 2002; 39:4. 744-752.

Page 8: 90000618-Urosepsis

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. Identitas

Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa.

2. Keluhan utama

Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan menggigil, demam, nyeri pinggang, kolik dan atau

benjolan diperut atau pinggang, polisuria, disuria dan penurunan kesadaran

3. Riwayat penyakit

Faktor predisposisi timbulnya terdiri dari infeksi bakteri non spesifik (misalnya E coli,

Pseudomonas, Proteus, Klebsiella), PMS (Penyakit Menular Seksual), virus (misalnya Mumps), TB

(Tuberculosis), penyakit infeksi lain (seperti Brucellosis, Coccidioidomycosis, Blastomycosis,

Cytomegalovirus, Candidiasis, CMV pada HIV), obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital),

vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein purpura pada anak-anak), penggunaan Amiodarone dosis

tinggi, prostatitis, tindakan pembedahan seperti prostatektomi, kateterisasi dan instrumentasi,

dan blood borne infection.

4. Data fokus :

Data subjektif :- Klien mengeluh demam dan menggigil

- Klien mengatakan setiap berkemih dirasakan seperti ada rasa terbakar dan perih

- Klien mengatakan frekuensi berkemihnya meningkat

- Klien mengeluh nyeri ketika berkemih

- Klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan terdapat benjolan di perut atay pinggang

- Klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan seksual

- Klien mengungkapkan perubahan dalam respon seksual

- Klien mengungkapkan rendahnya batas kemampuan karena penyakit

- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya

Data objektif :- Klien tampak meringis kesakitan

- Klien tampak gelisah

- Skala nyeri klien 1-10

- Suhu tubuh klien > 38 oC

- Denyut nadi klien > 100 x/menit

- Klien tampak menggigil

- Kulit klien teraba hangat

Page 9: 90000618-Urosepsis

- Frekuensi nafas > 20x/menit

- Terjadi penurunan status mental

5. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosa urosepsis adalah adanya lekositosis

dengan hitung deferensial ke kiri, lekosituria dan bakteriuria.

Untuk menegakkan diagnosis urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri yang berada dalam

darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran kemih (kultur urin).

Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika sangat penting untuk menentukan

jenis antibiotika yang diberikan.

Pemeriksaan rontgen yang sederhana yang dapat dikerjakan adalah foto polos abdomen.

Pemeriksaan ini membantu menunjukkan adanya kalsifikasi, perubahan posisi dan ukuran

dari batu saluran kemih yang mungkin merupakan fokus infeksi. Yang diperhatikan pada

hasil foto adalah adanya bayangan radio opak sepanjang traktus urinarius, kontur ginjal dan

bayangan/garis batas muskulus psoas.

Pemeriksaan pyelografi intravena (IVP) dapat memberikan data yang penting dari kaliks,

ureter, dan pelvis yang penting untuk menentukan diagnosis adanya refluk nefropati dan

nekrosis papilar. Bila pemeriksaan IVP tidak dapat dikerjakan karena kreatinin serum terlalu

meningkat, maka pemeriksaan ultrasonografi akan sangat membantu menentukan adanya

obstruksi dan juga dapat untuk membedakan antara hidro dan pyelonefrosis.

Pemeriksaan CT scan dan MRI.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat epididimitis ditandai

dengan suhu tubuh klien > 37,5 oC, klien tampak menggigil, kulit klien teraba hangat, tampak

ada pembengkakan pada skrotum klien, kulit sekitar skrotum klien tampak kemerahan, nadi

klien > 100 x/menit.

2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan klien tampak

meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, denyut nadi klien > 100 x/menit.

3) PK Infeksi

4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit akibat

epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan seksual, klien

mengungkapkan perubahan dalam respon seksual, klien mengungkapkan rendahnya batas

kemampuan karena penyakit.

Page 10: 90000618-Urosepsis

5) Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengetahui mengenai

penyakitnya, klien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakitnya.

Intervensi

1) Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat epididimitis ditandai

dengan suhu tubuh klien > 37,5 oC, klien tampak menggigil, kulit klien teraba hangat, tampak

ada pembengkakan pada skrotum klien, kulit sekitar skrotum klien tampak kemerahan, nadi >

100 x/menit.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan suhu tubuh klien kembali

normal dengan kriteria hasil :

Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5 oC-37,5 oC)

Klie tidak tampak menggigil

Klien melaporkan panas badannya turun

Tidak tampak pembengkakan pada skrotum klien

Tidak terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotum klien

Nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit)

Mandiri :

1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan respirasi secara berkala (minimal tiap 2 jam)

Rasional :

Suhu diatas 37,5oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering

mendahului puncak suhu.

2. Pantau suhu lingkungan, batasi penggunaan selimut.

Rasional :

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati

normal.

3. Berikan kompres hangat

Rasional :

Membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu mengurangi demam

4. Anjurkan klien untuk mempertahankan asupan cairan adekuat

Rasional :

Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yang tinggi

Page 11: 90000618-Urosepsis

Kolaborasi :

1. Berikan antipiretik dan antibiotic sesuai indikasi

Rasional :

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan klien tampak

meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, nadi klien > 100 x/menit.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol

dengan kriteria hasil :

Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol

Klien tidak tampak meringis

Klien tidak tampak gelisah

Klien melaporkan skala nyeri berkurang (skala nyeri 1-3), hilang (skala nyeri 0), atau dapat

dikontrol

Nadi klien dalam rentang normal (60-100 x/menit)

Mandiri :

1. Kaji karakteristik nyeri meliputi lokasi, waktu, frekuensi, kualitas, faktor pencetus, dan

intensitas nyeri

Rasional :

Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya.

2. Kaji faktor-faktor yang dapat memperburuk nyeri klien

Rasional :

Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat memperburuk nyeri klien, dapat mencegah

terjadinya faktor pencetus dan menentukan intervensi apabila nyeri terjadi.

3. Eliminasi faktor-faktor pencetus nyeri

Rasional :

Dengan mengeliminasi faktor-faktor pencetus nyeri, dapat mengurangi risiko munculnya

nyeri (mengurangi awitan terjadinya nyeri)

4. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya teknik relaksasi, guided imagery, terapi music,

dan distraksi) yang dapat digunakan saat nyeri datang.

Rasional :

Dengan teknik manajemen nyeri, klien bisa mengalihkan nyeri sehingga rasa nyeri yang

dirasakan berkurang

Page 12: 90000618-Urosepsis

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional :

Pemberian analgetik dapat memblok reseptor nyeri

3) PK Infeksi

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan tidak ada tanda-tanda

infeksi dengan kriteria hasil : Tidak terjadi komplikasi infeksi

Mandiri :

1. Pantau tanda dan gejala infeksi lanjut

Rasional :

Agar dapat memberikan intervensi yang tepat untuk klien

2. Pantau tanda-tanda vital klien secara berkala

Rasional :

Takikardia, takipnea, demam, nadi cepat dan lemah menunjukkan terjadi sindroma

peradangan sistemik.

3. Pantau tanda-tanda sepsis

Rasional :

Sepsis menandakan radang sistemik dengan gejala demam, menggigil, nadi lemah dan

cepat, hipotensi, lemah serta gangguan mental.

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian antibiotic

Rasional :

Agen antibiotik membantu mengeliminasi bakteri sebagai penyebab penyakit klien

4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit akibat

epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan seksual, klien

mengungkapkan rendahnya batas kemampuan karena penyakit.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan fungsi seksual klien efektif

dengan kriteria hasil :

Fungsi seksual

Klien mengungkapkan penerimaan diri terhadap penyakit

Page 13: 90000618-Urosepsis

Klien mengungkapkan percaya diri dengan fungsi seksualnya

Adaptasi terhadap ketidakmampuan fisik

Klien mampu beradaptasi terhadap keterbatasannya

Mengungkapkan penurunan stress akibat ketidakmampuan fungsi seksual

Intervensi :

Konseling seksual

1. Bangun hubungan terapeutik dengan klien

Rasional :

Hubungan terapeutik yang baik dapat membangun kepercayaan klien terhadap perawat

untuk mengungkapkan masalah seksual klien

2. Berikan privasi dan pastikan kerahasiaan terhadap masalah klien

Rasional :

Menjaga privasi klien sangat penting karena masalah seksual merupakan masalah yang

sensitive

3. Mulailah dari topic yang kurang sensitive ke paling sensitive

Rasional :

Pembicaraan dari topic yang kurang sensitive membantu agar klien merasa nyaman

mengungkapkan masalahnya

4. Diskusikan efek penyakit terhadap respon seksual

Rasional :

Pemberian penkes mengenai proses penyakit membantu klien memahami penyebab

disfungsi seksualnya

5. Diskusikan pengobatan yang diperlukan klien

Rasional :

Pengobatan pada penyakit klien atau pemilihan pengobatan masalah seksual perlu

didiskusikan agar klien merasa terlibat dan aktif dalam pengobatannya.

Manajemen perilaku : seksual

1. Berikan sex education tentang hubungan fungsi seksual terhadap fungsi penyakit

Rasional :

Pemberian penkes mengenai proses penyakit membantu klien memahami penyebab

disfungsi seksualnya

2. Diskusikan pada pasien secara privasi mengenai penerimaan kondisi seksual

Rasional :

Page 14: 90000618-Urosepsis

Memfasilitasi klien untuk penerimaan kondisi seksual klien untuk tidak terlalu stress dan

meningkatkan percaya diri klien mengenai masalh seksualnya

5) Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi mengenai penyakit epididimitis ditandai dengan klien mengatakan kurang

mengetahui mengenai penyakitnya, klien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakitnya.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan klien memiliki

pengetahuan adekuat tentang epididimitis dengan kriteria hasil :

Klien dapat memahami dan menjelaskan kembali penyakit epididimitis, tanda dan gejala

epididimitis

Klien dapat menyebutkan penatalaksanaan termasuk pengobatan epididimitis

Mandiri :

1. Mulai memberikan penjelasan ketika klien menunjukkan kesiapan untuk belajar

Rasional :

Kesiapan klien untuk belajar mempermudah klien dalam proses pembelajaran

2. Memberikan klien informasi dasar tentang epididimitis

Rasional :

Informasi yang diberikan dapat memberikan klien gambaran tentang anatomi fisiologi serta

komplikasi yang potensial terjadi

3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan diskusi

Rasional :

Bertujuan untuk mengetahui informasi yang kurang dimengerti oleh klien

4. Jawab pertanyaan klien dengan singkat dan jelas

Rasional :

Untuk mempermudah klien mengerti akan jawaban yang kita berikan