8.bab i

36
B A B I PENDAHUL UAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Geologi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang berasal dari bahasa yunani yaitunya geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bumi, meliputi proses- proses yang berlangsung di dalamnya dan pengaruhnya terhadap bumi itu sendiri. Geologi juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang material penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama ataupun setelah pembentukannya, serta makhluk

Upload: fikri-noor-azy

Post on 13-Apr-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdcfv

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Geologi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang

berasal dari bahasa yunani yaitunya geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi

geologi dapat diartikan sebagai ilmu yangmempelajari

tentang bumi, meliputi proses-proses yang berlangsung di dalamnya

dan pengaruhnya terhadap bumi itu sendiri. Geologi juga dapat diartikan

sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang material penyusun

kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama ataupun setelah

pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada di dalamnya.

Untuk mempelajari geologi ini tidak hanya mempelajari aspek teorinya

saja, tetapi juga mempelajari secara praktek. Dalam prakteknya ini dikenal

dengan pemetaan geologi.

Pemetaan geologi ini dilaksanakan di daerah Sukamanah dan

sekitarnya, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang. Keunikan kondisi

geologi dari daerah ini mengharuskan penelitiaan geologi dilakukan

dalam cakupan lokal untuk melengkapi data regional yang sudah ada.

Kondisi tatanan geologi suatu daerah selama ini telah dipetakan dalam

skala yang lebih kecil (regional). Sehingga tidak memberikan gambaran

yang cukup detail terhadap aspek-aspek geologi yang

dibutuhkan.

1

2

Kondisi geologi menurut Djuri (1995) dalam peta geologi

regional Arjawinangun, daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi

Cinambo bagian atas dan bawah serta Formasi Halang bagian atas dan

bawah. Selain itu, daerah penelitian juga dipengaruhi oleh aktifitas tektonik

periode Miosen – Pliosen. Hal inilah yang menjadikan peneliti ingin

melakukan pemetaan yang lebih detail di daerah ini.

Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi

daerah tersebut, yang mencakup aspek litologi dan sebarannya, aspek struktur

geologi, aspek stratigrafi dan sejarah geologi berdasarkan data dan informasi

geologi yang rinci dan lengkap, serta ditunjang dengan teori yang diperoleh

selama perkuliahan.

Hasil akhir dari penelitian ini dituangkan dalam bentuk peta geologi

dengan skala yang lebih besar (1:12.5000) sehingga akan memberikan

gambaran yang detail terhadap daerah yang dipetakan.

1.2 Identifikasi Masalah

Keadaan geologi pada daerah penelitian yang belum dijelaskan

secara rinci merupakan suatu masalah yang harus dikaji, diteliti dan

dijelaskan sehingga memberikan penjelasan yang lebih rinci terhadap

daerah penelitian. Identifikasi masalah yang akan dikaji pada pemetaan

geologi kali ini adalah :

1. Morfologi daerah penelitian dan proses-proses yang mempengaruhinya.

3

2. Jenis-jenis litologi pada daerah penelitian yang meliputi karakter

fisik, lingkungan pengendapan, umur, dan penyebarannya serta

urutan dan posisi stratigrafi untuk menentukan satuan batuannya.

3. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian.

4. Sejarah geologi daerah penelitian.

5. Keberadaan bahan galian dan kebencanaan geologi pada daerah penelitian.

Rumusan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana morfologi daerah penelitian dan apa saja proses-

proses yang mempengaruhinya?

2. Apa saja jenis batuan yang menyusun daerah penelitian

dilihat dari karakteristik fisik, lingkungan pengendapan, umur dan

penyebarannya serta posisi stratigrafinya untuk penentuan satuan

batuan di daerah penelitian?

3. Bagaimana struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian?

4. Bagaimana sejarah geologi daerah penelitian?

5. Bagaimana keberadaan bahan galian dan kebencanaan geologi di

daerah penelitian?

1.3 Maksud, Tujuan, dan Manfaat

Pemetaan geologi kali ini dilaksanakan dengan maksud untuk

meningkatkan pemahaman terhadap prinsip-prinsip pemetaan geologi

sehingga bisa mendapatkan

4

informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi geologi daerah penelitian.

Sehingga bisa menjelaskan dan merekonstruksi hubungan antar batuan baik

itu geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi yang berkembang di

daerah tersebut. Tujuan dilaksanakannya pemetaan geologi ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui unsur-unsur geomorfologi dan proses-proses

geomorfologi yang sedang berlangsung, bentuk-bentuk morfologi,

dan pola pengaliran sungai.

2. Mengetahui jenis-jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian,

lingkungan pengendapannya, umur, dan penyebaran dari batuan

tersebut untuk menyusun stratigrafi satuan – satuan batuan.

3. Mengetahui, mengukur, dan menganalisis indikasi struktur geologi,

mencoba menentukan jenis-jenis struktur geologi, menelusuri

keberadaannya dan menguraikan sejarah tektoniknya.

4. Mencoba mengungkapkan sejarah geologi daerah penelitian.

5. Mengetahui keterdapatan bahan galian dan kebencaan geologi

daerah penelitian.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pemetaan

geologi ini adalah mahasiswa dapat mengaplikasikan seluruh ilmu dan

pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat berguna untuk menentukan potensi dan lokasi sumber

daya geologi maupun kebencanaan. Serta sebagai dasar dalam perencanaan

dan pengembangan wilayah.

5

1.4 Metode Pemetaan Geologi

Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai objek penelitian, alat-alat yang

digunakan, langkah-langkah penelitian, dan analisis data.

1.4.1 Objek Penelitian

Dalam pemetaan geologi ini objek-objek yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Unsur-unsur geomorfologi yang digunakan untuk menentukan proses

geomorfologi meliputi morfografi, skala erosi, pola pengaliran sungai yang

berkembang serta memperkirakan indikasi adanya struktur geologi yang aktif

dan penyebaran batuan di daerah penelitian.

2. Litologi, objek pengamatannya adalah batuan yang tersingkap di permukaan.

Pengamatan yang dilakukan adalah deskripsi batuan meliputi warna segar,

warna lapuk, tekstur, kemas, kandungan mineral dan karbonatnya,

permeabilitas, porositas, pemilahan, dan lain sebagainya. Kemudian batuan

terdeskripsi itu dikelompokkan menjadi satuan batuan bernama berdasarkan

tatanama tidak resmi.

3. Unsur-unsur struktur sedimen. Struktur sedimen ini digunakan untuk

membantu mengetahui mekanisme pengendapan dan lingkungan

pengendapan, serta mengetahui top and bottom batuan dalam menentukan

kedudukan batuan. Kemudian mengetahui paleocurrent.

4. Stratigrafi, meliputi pola perlapisan batuan sedimen dari batuan tertua sampai

termuda menggunakan hukum superposisi lalu menyertakan fosil sebagai

salah satu aspek penunjang dalam menentukan umur dan lingkungan

pengendapan satuan batuan sedimen.

5. Struktur geologi dan manifestasinya, yang dapat digunakan untuk menentukan

arah gaya tegasan yang berkembang di wilayah penelitian, tipe struktur

geologi, pola struktur geologi, seperti sesar, kekar, dan perlipatan serta

identifikasi struktur geologi berupa gawir sesar, zona hancuran, pergeseran

lapisan, dan struktur geologi lain yang berkembang pada zona penelitian.

6. Sejarah geologi wilayah penelitian adalah rekonstruksi evolusi tatanan geologi

berdasarkan analisis fosil yang terdapat dalam batuan dan hasil analisis

aktifitas tektonik yang berkembang di wilayah penelitian.

7. Sumber daya geologi yang terdapat di wilayah pemetaan yang bernilai

ekonomis baik yang telah dimanfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan

serta potensi kebencanaan geologi yang mungkin akan dan telah timbul di

wilayah pemetaan.

1.4.2 Alat-Alat yang Digunakan

a. Peralatan Lapangan

Peralatan yang digunakan ketika melakukan pemetaan dan penelitian di

lapangan adalah sebagai berikut :

1. Peta topografi dengan skala 1 : 12.500 yang merupakan salinan dan

perbesaran dari Peta Rupabumi Digital dengan skala 1 : 25.000 terbitan

BAKOSURTANAL sebagian Lembar Jampang Tengah No. 1208 – 443.

2. GPS, digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan posisi singkapan dan

daerah penelitian serta sebagai peralatan metode perlintasan GPS.

3. Kompas geologi, digunakan untuk menentukan lokasi singkapan dalam peta,

mengukur arah jurus dan kemiringan perlapisan (strike/dip) batuan, serta

untuk mengukur slope (kemiringan lereng).

4. Palu geologi yaitu palu batuan sedimen dan palu batuan beku, digunakan

untuk mengambil sampel batuan.

5. Lup dengan perbesaran 10x dan 20x, digunakan untuk mengamati tekstur

batuan dan komponen mineral batuan.

6. Komparator besar butir dan mineral batuan sedimen dan beku, sebagai acuan

pembanding ukuran butir, bentuk butir dan diagram perkiraan presentase

volume fragmen dari batuan.

7. HCL (asam klorida) 0,1 N, untuk mengetahui ada tidaknya kandungan

karbonat dalam batuan, dapat terlihat dari reaksi yang terjadi antara HCL dan

kandungan karbonat pada batuan.

8. Pita ukur untuk mengukur jarak lintasan dan ketebalan lapisan, dan sebagai

alat yang membantu untuk metode pemetaan lintasan pita ukur dan kompas.

9. Kamera untuk mengambil data singkapan secara menyeluruh, lithologi, serta

geomorfologi daerah pemetaan.

10. Kantong sampel sebagai alat penyimpanan sampel batuan (handspeciment)

dan sampel lainnya supaya tidak terkontaminasi.

11. Label, untuk memberi nama kantong sampel.

12. Buku catatan lapangan, gunanya untuk menggambar sketsa singkapan,

geomorfologi, dan lain sebagainya.

13. Pulpen, pensil, dan spidol permanen, adalah untuk mencatat hal-hal penting

yang terjadi di lapangan dan untuk sketsa serta mencatat nobmor sampel di

kantong sampel.

14. Pakaian, tas, dan perlengkapan mendukung lainnya

b. Peralatan laboratorium atau studio

Peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian di laboratorium

Paleontologi adalah alat tulis, mikroskop binokuler perbesaran 10x, 20x, dan 40x

lembar deskripsi fosil, ayakan 100 mesh, kuas, H2O2 15 %, oven, lumping besi dan

mortar, tatakan sampel, dan plate fosil.

1.4.3 Langakah-langkah Penelitian

Langkah – langkah penelitian meliputi tahap persiapan, tahap kegiatan lapangan, tahap pekerjaan laboratorium dan analisis data serta tahap pembuatan peta dan penulisan laporan.

1.4.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini dilakukan sebelum berangkat ke lapangan. Tahap

persiapan meliputi :

1. Pembuatan peta dasar skala 1 : 12.500 dengan mendigitasi peta Bakosurtanal

skala 1 : 25.000.

2. Melakukan studi pustaka dengan mempelajari keadaan daerah penelitian dari

penelitian-penelitian yang terdahulu.

3. Tahapan perizinan, mulai dari perizinan dalam kampus sampai pada

pemerintah dan daerah setempat.

4. Inventarisasi data sekunder dan pemilihan metoda yang akan digunakan.

5. Penyediaan alat yang akan digunakan.

6. Penyusunan rencana kerja.

7. Pembekalan oleh dosen dan diskusi internal.

1.4.3.2 Tahap Kegiatan Lapangan

Dalam melaksanakan pemetaan geologi ini digunakan metode lintasan

kompas dan pita ukur serta metoda GPS untuk menghasilkan data yang optimal.

Metode lintasan kompas dan pita ukur merupakan metode yang melakukan ploting

atau penentuan lokasi stasiun pengamatan sesuai dengan lintasan yang diinginkan.

Arah lintasan dapat direncanakan. Lintasan terbaik adalah yang tegak lurus terhadap

arah strike. Metode ini merupakan metode pemetaan yang paling teliti, efektif dan

efisien karena memiliki keuntungan, seperti arah lintasan yang bebas, data yang

didapat terpercaya, mudah dicek, dan tidak tergantung kepada peta dasar atau

topografi.

Metode GPS dilakukan dengan cara ploting melalui alat bantu berupa GPS,

koordinat yang didapat dari GPS ini dapat diplot langsung pada peta saat kita masih

berada di lapangan. Hasil ploting pada GPS dapat dipindahkan ke dalam komputer,

sehingga mempermudah kita dalam pengolahan peta secara digital.

Pengamatan yang dilakukan di lapangan antara lain:

1. Pengamatan terhadap singkapan batuan dengan melakukan pengukuran arah

jurus dan kemiringan perlapisan batuan, ketebalan dan struktur yang ada.

2. Pengamatan dan pencatatan terhadap indikasi yang dapat menunjukan adanya

perubahan litologi, misalnya perselingan batuan, sifat fisik batuan, batas antar

satuan batuan, dan lain-lain.

3. Pengambilan sampel contoh batuan yang dianggap dapat mewakili satuan-

satuan batuan dan sampel batuan untuk analisis fosil.

4. Pemotretan atau pembuatan sketsa pada objek-objek batuan dan bentang alam

yang dianggap penting.

5. Setiap singkapan dan titik pengamatan kemudian diplot di peta dasar dan

diberi nomor urut.

6. Pengamatan terhadap indikasi struktur geologi yang ada di lapangan seperti

kekar, sesar, dan lipatan.

1.4.3.3 Tahap Analisis Data

Analisis data lapangan untuk pemetaan geologi, antara lain analisis geomorfologi,

analisis paleontologi, analisis litologi, analisis geologi struktur, analisis stratigrafi,

dan analisis geologi sejarah.

1.4.3.3.a Tahap Analisis Geomorfologi

Analisis geomorfologi dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan yang

dikembangkan oleh Van Zuidam (1985), tentang pembuatan atau klasifikasi peta

geomorfologi terapan, yang dalam hal ini bertujuan untuk membantu kegiatan

pemetaan geologi. Analisis Geomorfologi mencakup beberapa analisis yaitu analisis

morfografi, analisis morfometri, dan analisis morfogenetik.

Morfografi

Morfografi merupakan gambaran bentuk permukaan bumi. Secara umum

morfografi dapat dibedakan menjadi bentuk lahan, dan pola pengaliran. Beberapa

pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola

punggungan dan bentuk lembah sungai.

Aspek morfografi dilakukan dengan cara menganalisis kondisi topografi di

lapangan berupa pengenalan bentuk lahan dan identifikasi pola yang tampak dari

tampilan kerapatan kontur pada peta, sehingga dapat menentukan bentuk lahan daerah

penelitian. Sedangkan perubahan pola punggungan dan pola pengaliran sungai bisa

mengidentifikasikan kegiatan tektonik yang ada di daerah penelitian. Aspek-aspek

morfografi menurut Van Zuidam (1985), diantaranya :

1. Bentuk lahan

a. Dataran, memiliki kemiringan 0% - 2% ( 0º - 2º ).

b. Perbukitan, memiliki kemiringan 7% - 20% ( 4º - 10º ).

c. Pegunungan, memiliki kemiringan 20% - 55% ( 10º - 25º ).

d. Vulkanik (gunungapi), memiliki kemiringan 56% - 140% ( 25º - 55º ).

2. Bentuk lembah sungai, terdiri atas lembah bentuk U, V dan U-V.

3. Pola punggungan

4. Pola pengaliran

Pola pengaliran di daerah penelitian dibuat berdasarkan analisis peta rupa

bumi, sehingga dapat dilihat pola pengaliran sungai-sungainya. Pola pengaliran dapat

mencerminkan jenis batuan, struktur geologi, dan tingkat erosi. Setelah didapat pola

pengaliran daerah penelitian, kemudian dibandingkan dengan pola pengaliran

menurut Zenith (1932).(Gambar 1.1)

Gambar 1.1 Pola Pengaliran Menurut Zenith (1932)

Tabel 1.1 Kontrol Struktur Terhadap Bentuk Sungai (Morisawa, 1985)

Morfometri

Analisis morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari bentuk lahan

sebagai aspek pendukung dari morfografi dan morfogenetik sehinga klasifikasi

kualitatif akan semakin tegas dengan angka-angka yang jelas. Teknik perhitungan

kemiringan lereng dapat dilakukan dengan menggunakan teknik grid cell berukuran

2x2 cm pada peta topografi skala 1 : 25.000. Kemudian setiap sisi ditarik tegak lurus

kontur dan dihitung kemiringan lerengnya dengan menggunakan persamaan berikut.

Tabel 1.3 Hubungan Kelas Lereng dengan Sifat - sifat Proses dan Kondisi Lahan

Disertai Simbol Warna yang Disarankan (Van Zuidam, 1985).

Kelas Lereng Proses, Karakteristik dan Kondisi

lahan

Simbol warna yang

disarankan.

00 - 20

(0 - 2 %)

Datar atau hampir datar, tidak ada

erosi yang besar, dapat diolah

dengan mudah dalam kondisi kering.

Hijau tua

20 - 40

(2 - 7 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng

landai, bila terjadi longsor bergerak

dengan kecepatan rendah,

pengikisan dan erosi akan

meninggalkan bekas yang sangat

dalam.

Hijau Muda

40 - 80

(7 - 15 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng

landai sampai curam, bila terjadi

longsor bergerak dengan kecepatan

rendah, sangat rawan terhadap erosi.

Kuning Muda

80 - 160

(15 - 30 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng

yang curam, rawan terhadap bahaya

longsor, erosi permukaan dan erosi

alur.

Kuning Tua

160 - 350

(30 - 70 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng

yang curam sampai terjal, sering

Merah Muda

terjadi erosi dan gerakan tanah

dengan kecepatan yang perlahan -

lahan. Daerah rawan erosi dan

longsor

350 - 550

(70 - 140 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng

yang terjal, sering ditemukan

singkapan batuan, rawan terhadap

erosi.

Merah Tua

> 550

( > 140% )

Lahan memiliki kemiringan lereng

yang terjal, singkapan batuan

muncul di permukaan, rawan

terhadap longsor batuan.

Ungu Tua

Morfogenetik

Morfogenetik adalah suatu proses terbentuknya permukaan bumi sehingga

membentuk dataran, perbukitan, pegunungan, gunungapi, plato, lembah, lereng dan

pola pengaliran. Kenampakan bentuk lahan pada muka bumi disebabkan dua proses

yakni proses endogenik merupakan proses yang dipengaruhi oleh kekuatan dari

dalam kerak bumi, dan proses eksogenik yang merupakan proses yang dipengaruhi

dari luar seperti iklim, vegetasi, erosi, buatan manusia. Dilihat dari genesis kontrol

utama pembentukannya, bentuk lahan dapat dibedakan menjadi bentuk asal

struktural, vulkanik, fluvial, marine, karst, dan denudasi.

1.4.3.3.b Analisis Paleontologi

Penelitian di laboratorium paleontologi berupa analisis kandungan fosil yang

dilakukan pada beberapa sampel batuan untuk mengetahui kisaran umur relatif dan

lingkungan pengendapan batuan. Prosedur standar dalam analisis fosil adalah sebagai

berikut :

1. Ambil sekitar 100 - 300 gram sampel batuan.

2. Sampel batuan ditumbuk secara perlahan-lahan hingga menjadi halus.

3. Sampel batuan tersebut dimasukkan ke dalam mangkuk dan dicampur dengan

larutan H2O2 30 % secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam sampel

batuan tersebut dari matriks yang melingkupinya.

4. Biarkan sampai tidak ada lagi reaksi yang terjadi.

5. Setelah tidak terjadi reaksi, seluruh sampel batuan dicuci dengan air dalam

saringan yang berukuran 60 mesh dan 120 mesh.

6. Masukkan sampel batuan yang telah disaring kedalam oven untuk

dikeringkan.

7. Setelah kering, sampel batuan siap untuk dianalisis di bawah mikroskop.

8. Analisis dilakukan dengan memisahkan fosil dari sampel batuan dan

menaruhnya pada plate.

9. Fosil pada plate dideskripsi untuk kemudian dicocokkan dengan literatur.

1.4.3.3.c Analisis Litologi

Dalam menganalisis karakteristik litologi, peneliti menggunakan skala ukuran

butir menurut Wentworth (1968) untuk menentukan ukuran butir batuan, sehingga

dapat ditentukan jenis litologinya. Kemudian untuk menentukan nama satuan batuan

yang dibentuk oleh litologi tersebut dihubungkan konsep litostratigrafi pada Sandi

Stratigrafi Indonesia.

1.4.3.3.d Analisis Struktur Geologi

Interpretasi topografi perlu dilakukan untuk melihat indikasi struktur geologi

yang meliputi interpretasi kerapatan garis kontur, kelurusan sungai, kelurusan

punggungan, pola pengaliran sungai dan sebagainya.

Semua indikasi yang telah ditemukan direkonstruksikan bersamaan dengan

rekonstruksi pola jurus batuan yang akan menghasilkan jenis, arah dan pola struktur

geologi yang berkembang di daerah tersebut yang kemudian dituangkan dalam Peta

Pola Jurus.

Lipatan

Perlipatan merupakan hasil dari deformasi atau perubahan bentuk dan atau

volume dari suatu batuan yang ditunjukan sebagai suatu lengkungan atau himpunan

lengkungan pada unsur garis atau bidang-bidang dalam batuan. Unsur garis atau

bidang yang dimaksud adalah bidang perlapisan.

Berdasarkan bentuknya, maka lipatan dibagi atas 2 yaitu :

1. Antiklin adalah lipatan dimana bagian cembungnya mengarah ke atas.

2. Sinklin adalah lipatan dimana bagian cekungannya mengarah keatas.

Kekar

Kekar didefinisikan sebagai suatu rekahan pada kerak bumi yang belum atau

sedikit sekali mengalami pergeseran sepanjang bidangnya, akibat tekanan yang lebih

lanjut. Kekar memecahkan batuan dengan rekahan yang relatif halus dengan panjang

yang bervariasi mulai dari beberapa sentimeter sampai ratusan meter.

Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit untuk diamati, sebab kekar

dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum terjadinya

suatu lipatan. Kesulitan lainnya adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari

kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum atau

sesudahnya. Walaupun demikian, di dalam analisis, kekar dapat dipakai untuk

membantu menentukan pola tegasan.

Patahan

Untuk mengamati keberadaan arah dan jenis patahan di lapangan dapat dilihat

dari indikasi yang ada seperti dragfold (lipatan seret), offset litologi, kekar-kekar,

cermin patahan, slicken side, breksiasi, zona-zona hancuran, dan air terjun.

Klasifikasi patahan telah banyak dikemukakan oleh para ahli terdahulu.

Mengingat struktur patahan adalah rekahan kekar di dalam bumi yang ditimbulkan

karena pergeseran sehingga untuk membuat analisis strukturnya diusahakan untuk

dapat mengetahui arah dan besarnya pergeseran tersebut.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Moody dan Hill (1959) yang

meneliti hubungan tegasan utama terhadap unsur-unsur struktur yang terbentuk, maka

muncul teori pemodelan sistem patahan mendatar Moody dan Hill sebagai berikut:

(Gambar 1.2)

Gambar 1.2 Pemodelan Patahan berdasarkan Moody & Hill (1959)

1. Jika suatu materi isotrofik yang homogen dikenai suatu gaya kompresi yang

menggerus akan membentuk lipatan, kemudian seiring bertambahnya

kompresi akan membentuk patahan naik. Selanjutnya pada sudut 30° terhadap

arah tegasan maksimum yang mengenainya, bidang shear maksimum sejajar

terhadap sumbu tegasan menengah dan berada 45° terhadap tegasan kompresi

maksimum. Rentang sudut 15° antara 45° bidang shear maksimum dan 30°

bidang shear yang terbentuk dipercaya akibat adanya sudut geser dalam

(internal friction). Suatu kompresi stress yang mengenai materi isotrofik yang

seragam, pada umumnya dapat dipecahkan kedalam tiga arah tegasan

(maksimum, menengah, dan minimum). Kenampakan bumi dari udara adalah

suatu permukaan yang tegasan gerusnya nol, dan sering kali berada tegak

lurus atau normal terhadap salah satu arah tegasan. Akibatnya salah satu dari

arah tegasan akan berarah vertikal.

2. Orde kedua dalam sistem tegasan ini muncul dari tegasan yang berarah 300-

450 dari tegasan orde pertama atau tegak lurus terhadap bidang gerus

maksimum orde pertama. Bidang gerus orde kedua ini akan berpola sama

dengan pola bidang gerus yang terbentuk pada orde pertama.

3. Orde ketiga dalam sistem ini arahnya akan mulai menyerupai arah orde

pertama, sehingga tidak mungkin untuk membedakan orde keempat dan

seterusnya dari orde pertama, kedua dan orde ketiga. Akibatnya tidak akan

muncul jumlah tak terhingga dari arah tegasan. Sistem ini dipecahkan

kedalam delapan arah shear utama empat antiklinal utama, dan arah patahan

naik untuk segala province tektonik. Dalam kenyataan di lapangan

kenampakan orde pertama dan orde kedua dapat kita bedakan dengan mudah,

namun kenampakan orde ketiga dan orde-orde selanjutnya pada umumnya

sulit sekali untuk ditemukan.

1.4.3.3.e Analisis Stratigrafi

Analisis stratigrafi dilakukan secara megaskopis. Pembagian satuan batuan

didasarkan pada satuan litostratigrafi tidak resmi, yaitu penamaan satuan batuan

didasarkan pada ciri fisik batuan yang dapat diamati di lapangan, meliputi jenis

batuan, keseragaman gejala litologi dan posisi stratigrafinya Penentuan batas

penyebaran satuannya harus memenuhi persyaratan Sandi Stratigrafi Indonesia 1996,

pasal 15, yaitu :

1. Batas satuan litostratigrafi adalah sentuhan antara dua satuan yang berlainan

ciri litologinya yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan tersebut.

2. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya atau

dalam hal perubahan tersebut tidak nyata, batasnya merupakan bidang yang

diperkirakan kedudukannya.

3. Satuan-satuan yang berangsur berubah atau menjemari peralihannya dapat

dipisahkan sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan sandi.

4. Penyebaran suatu satuan litostratigrafi semata-mata ditentukan oleh kelanjutan

ciri-ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.

5. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batasan

cekungan pengendapan atau aspek geologi lain.

6. Batas-batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai alasan

berakhirnya penyebaran lateral suatu satuan.

Penamaan satuan litostratigrafi didasarkan atas jenis litologi yang paling

dominan dalam satuan tersebut. Pengamatan terhadap litologi di lapangan dilakukan

secara megaskopis meliputi warna batuan baik warna segar maupun warna lapuknya,

ukuran butir, bentuk butir, kemas, pemilahan, kekerasan, mineral tambahan, struktur

sedimen, kandungan fosil dan lain-lain.

1.4.3.3.f Analisis Sejarah Geologi

Analisis geologi sejarah merupakan penerapan dan penafsiran dari aspek-

aspek geologi berupa geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi. Hasil dari

pembahasan aspek tersebut disusun berdasarkan urutan kejadian ruang dan waktu,

sehingga dapat diperkirakan proses sedimentasi, tektonik, dan erosi dalam kurun

waktu tersebut.

1.4.3.4 Tahap Penyusunan Laporan

Tahap akhir dari penelitian adalah penyusunan laporan yang meliputi

penafsiran dan rekontruksi data lapangan, dan hasil analisis laboratorium yang

hasilnya disajikan dalam bentuk laporan pemetaan geologi yang menerangkan

keadaan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, dan potensi

bahan galian dan kebencanaan daerah penelitian. Laporan ini dilengkapi dengan

lampiran berupa jurnal harian, lampiran analisis fosil foraminifera planktonik kecil

dan foraminifera bentonik kecil, kolom stratigrafi, peta kerangka geologi, peta pola

jurus perlapisan batuan, peta geomorfologi, dan peta geologi yang kemudian

dipresentasikan pada saat kolokium.

1.5 Geografi Umum

Secara geografis, daerah pemetaan geologi pendahuluan ini terletak pada

koordinat.........................., dan..................................... secara administratif terletak

pada Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Daerah

pemetaan geologi pendahuluan ini termasuk ke dalam sebagian lembar peta topografi

Bakosurtanal Lembar Jampang Tengah No. 1208 – 443 dengan skala peta 1 : 25.000

dan luas daerah penelitian kurang lebih 25 km2.

Budaya yang berkembang di daerah tersebut adalah Budaya Sunda, hal ini

dapat dengan mudah diketahui dari bahasa yang digunakan penduduk setempat.

Agama yang dianut oleh penduduk adalah agama Islam yang diketahui dari adanya

bangunan masjid dan mushola di setiap dusun dan desa. Sarana pendidikan yang

ditemukan berupa bangunan Sekolah Dasar. Mata pencaharian penduduk umumnya

adalah bertani, dan berternak. Walaupun demikian ada juga yang bermata

pencaharian sebagai pegawai negeri dan pedagang.

Vegetasi penutup di daerah penelitian umumnya adalah tanaman pertanian

yang berumur pendek, seperti sayuran, palawija dan tembakau. Selain itu terdapat

pula tanaman perkebunan seperti pinus. Untuk konsumsi rumah tangga masyarakat

menggunakan air dari sumur, sungai maupun mata air. Sedangkan untuk konsumsi

pertanian, masyarakat menggunakan air dari sungai.

1.6 Waktu Pengerjaan dan Kelancaran Kerja

Waktu pengerjaan dimulai dengan mengurus perizinan dan tahapan

persiapan awal. Penelitian mencakup dua tahap, yaitu penelitian di lapangan dan

analisis studio dan laboratorium. Penelitian di lapangan dilaksanakan antara

tanggal 17–23 September 2012, tanggal 12–14 Oktober 2012 dan 14-16

Desember 2012. Analisis studio dan laboratorium dilaksanakan antara tanggal 5

Oktober 2012 hingga 4 Januari2013. Kegiatan tidak mengalami banyak hambatan,

kecuali minimnya transportasi di lapangan, dan cuaca yang tidak mendukung ketika

di lapangan.