86990244 pelaporan dan akuntansi keuangan kombinasi bisnis laporan konsolidasi special purpose...

53
Penggabunga n Usaha Definisi Penggabungan Usaha adalah salah satu strategy dari aktivitas perluasan usaha yang  banyak dilakukan. Berdasar kan PSAK No. 22, penggabunga n usaha ( business combin ation) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusaha an meny atu dengan peru sahaan lain atau mem peroleh kend ali atas aset dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dibagi menjadi dua, yaitu Merger dan Akuisisi. Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih p erusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi. Bentuk Penggabungan Usaha Berdasarkan PSAK No. 22, terdapat dua jenis penggabungan usaha yaitu: 1. Ak ui si si ( acquisition) ad al ah suat u pe ng ga bu ngan us ah a di ma na sa la h sa tu  perusahaan, yaitu pengakuisisi ( acquirer ) memperoleh kendalai atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi ( acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. 2. Pe nya tua n Ke pemili kan ( un iti ng of intere st/ po oling of inter es t ) adalah suat u  penggabunga n usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung  bersama-sa ma menyat ukan kendali atas se luruh, atau seca ra efektif seluruh akt iva neto dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul  bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquire r).

Upload: devidoy

Post on 16-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

accounting

TRANSCRIPT

  • Penggabungan Usaha

    Definisi

    Penggabungan Usaha adalah salah satu strategy dari aktivitas perluasan usaha yang

    banyak dilakukan. Berdasarkan PSAK No. 22, penggabungan usaha (business combination)

    adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena

    satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aset dan

    operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dibagi menjadi dua, yaitu Merger dan Akuisisi.

    Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan

    usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan

    satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.

    Bentuk Penggabungan Usaha

    Berdasarkan PSAK No. 22, terdapat dua jenis penggabungan usaha yaitu:

    1. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu

    perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendalai atas aktiva netto dan

    operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu,

    mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

    2. Penyatuan Kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu

    penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung

    bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto

    dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul

    bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga

    tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer).

  • Penyebab Melakukan Penggabungan Usaha

    Tentu banyak kemungkinan penyebab mengapa melakukan penggabungan usaha,

    diantara banyaknya kemungkinan yang ada, berikut adalah kemungkinan penyebab

    yang paling umum:

    1. Investment Profitability. Melakukan investasi pada perusahaan yang sehat dan

    memiliki tingkat profitability yang tinggi adalah salah satu alasan mengapa

    penggabungan usaha adalah pilihan perluasan usaha. Dengan berinvestasi pada

    perusahaan yang profitable, maka perusahaan akan berkesempatan untuk ikut

    menikmati keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan investee.

    2. Business Diversification. Diversifikasi usaha (business diversification) adalah strategy

    lainnnya yang banyak ditempuh. Dengan menguasai berbagai bidang usaha yang

    berbeda-beda akan membuka kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih banyak

    lagi dalam business.

    3. Business Scale. Peningkatan skala perusahaan (business scale) adalah alasan lain

    mengapa dilakukan penggabungan usaha. Setelah penggabungan terjadi, tentu asset

    perusahaan akan bertambah, kapasitas bertambah, jangkauan pasar akan lebih luas dan

    yang tentunya akan diikuti oleh peningkatan omset, integrasi dari peningkatan itulah

    yang akan menyebabkan skala perusahaan menjadi bertambah besar.

    4. Risk Reduction. Tidak mungkin menghilangkan resiko dari sebuah bisnis, yang

    mungkin adalah berusaha me-manage resiko yang ada, tentunya dengan berbagai

    strategi yang diterapkan. Menjalankan satu usaha saja, disamping kesempatan untuk

    memperoleh gain yang lebih besar menjadi lebih terbatas (dibandingkan jika

    melakukan diversifikasi), juga sama artinya dengan menaruh bisnis pada potensi

    resiko tanpa jalan keluar. Dengan ekspansi usaha diharapkan resiko akan lebih

    tersebar sehingga akan menjadi lebih ringan, atau resiko kerugian pada perusahaan

    yang satu, mungkin akan bisa ditutup oleh perusahaan lain yang dimiliki.

    5. Controlling Power Gain. Ini adalah satu alasan khas mengapa suatu perusahaan

    melakukan penggabungan usaha. Bisa dikatakan alasan inilah yang paling

  • mendominasi. Ada berbagai kemungkinan alasan mengapa suatu perusahaan ingin

    mendapatkan kendali atas perusahaan lain, diantaranya:

    a. Market Penetration. Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

    besar yang mengalami kesulitan untuk memasuki suatu area pasar tertentu.

    b. Supplies Sustainability. Ini biasanya dilakukan oleh perusahaan besar yang

    mengalami kesulitan supply akibat raw material dikuasai oleh perusahaan lain.

    Untuk memastikan sustainability supplies, perusahaan tidak memiliki pilihan

    lain selain membeli perusahaan tersebut.

    c. Technology Advancement. Banyak perusahaan yang invest karena perusahaan

    investee memiliki technology yang dianggap unggul dan mampu menopang

    kelangsungan businessnya.

    d. Reducing Competition. Menguasai perusahaan kompetitor adalah salah satu

    strategi untuk memenangkan persaingan.

    Merger

    Merger merupakan suatu strategi bisnis yang diterapkan denganmenggabungkan antara

    dua atau lebih perusahaan yang setuju menyatukankegiatan operasionalnya dengan basis yang

    relatif seimbang, karena merekamemiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-

    sama dapatmenciptakan keunggulan kompetitif yang lebih kuat (Hitt, et.al., 2001). Sedangkan

    menurut Brian Coyle (2000) merger dapat diartikan secara luas maupun sempit. Dalam

    pengertian yang luas, merger juga menunjukpada setiap bentuk pengambilalihan suatu

    perusahaan oleh perusahaanlainnya, pada saat kegiatan usaha dari kedua perusahaan

    tersebutdisatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada dua perusahaandengan ekuitas

    hampir sama, menggabungkan sumber-sumber daya yangada pada kedua perusahaan menjadi

    satu bentuk usaha. Pemegang sahamatau pemilik dari kedua perusahaan sebelum merger

    menjadi pemilik darisaham perusahaan hasil merger, dan top manajemen dari kedua

    perusahaantetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah merger.

    Merger berdasarkan aktivitas ekonomik dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu:

  • 1. Merger Horisontal. Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih

    perusahaanyang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi

    mergerperusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalampasar/industri yang

    sama. Salah satu tujuan utama merger danakuisisi horisontal adalah untuk mengurangi

    persaingan atau untukmeningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas

    produksi,pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitasadministrasi.

    Efek dari merger horisontal ini adalah semakinterkonsentrasinya struktur pasar pada

    industri tersebut. Apabilahanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa

    mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah padamonopoli.

    2. Merger Vertikal. Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-

    perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksiatau operasi. Merger

    dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaanyang berada pada industri hulu

    memasuki industri hilir atausebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh

    perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanyaterhadap

    pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangkastabilisasi pasokan dan pengguna.

    Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkapmulai dari penyediaan

    input sampai pemasaran. Untuk menjaminbahwa pasokan input berjalan dengan lancar

    maka perusahaantersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Mergerdan

    akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi kebelakang atau ke bawah

    dan integrasi ke depan atau ke atas

    3. Merger Konglemerat. Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan

    yangmasing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Mergerdan akuisisi

    konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaanberusaha mendiversifikasi bidang

    bisnisnya dengan memasukibidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis

    semula.Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terusmenerus

    oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuahkonglomerasi. Sebuah konglomerasi

    memiliki bidang bisnis yangsangat beragam dalam industri yang berbeda.

    4. Merger Ekstensi Pasar. Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua

    ataulebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas areapasar. Tujuan

    merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk

    masing-masing perusahaan.Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh

    perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasipasar. Strategi

  • ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus

    membangun fasilitas produksi dari awaldi negara yang akan dimasuki. Merger dan

    akuisisi ekstensi pasardilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena

    kurangmemberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumenluar negeri.

    5. Merger Ekstensi Produk. Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh

    duaatau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.

    Setelah merger perusahaan akan menawarkanlebih banyak jenis dan lini produk

    sehingga akan menjangkaukonsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini

    dilakukan denganmemanfaatkan kekuatan departemen riset dan

    pengembanganmasing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas

    risetsehingga lebih produktif dalam inovasi.

    Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah perusahaandan dalam hal ini

    pola merger adalah sistem bisnis yang akan diadopsi atauyang akan dijadikan acuan oleh

    perusahaan hasil merger. Klasifikasiberdasarkan pola merger terbagi dalam dua kategori yaitu :

    1. Mothership Merger. Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau

    sistemuntuk dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger.Biasanya

    perusahaan yang dipertahankan hidup adalah perusahaanyang dominan dan sistem

    pola bisnis perusahaan yang dominaninilah yang diadopsi.

    2. Platform Merger. Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi,

    maka dalam platform merger hardware dan software yang menjadi kekuatan masing-

    masing perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua

    system atau pola bisnis,sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil

    merger.

    Akuisisi

    Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau

    pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa

    inibaik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagaibadan hukum yang

    terpisah. (Abdul Moin, 2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998

    tentangPenggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatasmendefinisikan

  • akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan olehbadan hukum atau orang perseorangan

    untuk mengambil alih baik seluruhatau sebagian besar saham perseroan yang dapat

    mengakibatkanberalihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

    Berdasarkan hubungan usaha serta ada atau tidaknya kesamaan sifatdari dua entitas

    usaha yang melakukan akuisisi. Menurut Reksohadiprojodalam Wiharti(1999) akuisisi dapat

    dibedakan dalam tiga kelompok besar,yaitu:

    1. Akuisisi Horizontal. Akuisisi yang dilakukan oleh badan usaha yang lain, tetapi masih

    dalam bisnis yang sama.

    2. Akuisisi Vertikal. Akuisisi pemasok atau pelanggan bada usaha yang dibeli.

    3. Akuisisi Konglomerat. Akuisisi bada usaha yang tidak ada hubungannya sama sekali

    dengan bada usaha pembeli.

    Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi sahamdan akuisisi asset,

    yaitu :

    1. Akuisisi Saham. Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual

    beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkanberalihnya kepemilikan

    perusahaan dari penjual kepada pembeli.Karena perusahaan didirikan atas saham-

    saham, maka akuisisiterjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka

    kepadapembeli/pengakuisisi.Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi

    yang palingumum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisitersebut

    dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atausebagian saham-saham yang telah

    dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas

    sebagianmaupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkanperseroan yang

    mengakibatkan penguasaan mayoritas atas sahamperseroan oleh perusahaan yang

    melakukan akuisisi tersebut, yangakan membawa ke arah penguasaan manajemen dan

    jalannyaperseroan.

    2. Akuisisi Aset. Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lainmaka

    ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau asetperusahaan lain tersebut. Jika

    pembelian tersebut hanya sebagiandari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan

    akusisi parsial.Akuisisi asset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:

  • a. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset(sebagai pihak

    pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual),

    jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini

    segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus

    diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus

    dilakukan dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.

    b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengansuatu

    kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi

    tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jikakebendaan yang

    dipertukarkan dengan aset merupakan saham-saham, maka akuisisi

    tersebut dikenal dengan nama assets for share exchange dengan akibat

    hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang

    saham dan perseroanyang diakuisisi.

    Untuk melakukan akuisisi, Morris (2000) mengemukakan adanya beberapa hal yang

    perlu diketahui terlebih dahulu:

    1. Characteristics and size of industry and company

    2. Size of market and expected market growth

    3. Share of market held by thr candidate (to be acquired)

    4. Barriers to entry by the new competition

    5. State of the acquisition candidates technology and easy with wich it could be

    duplicated by the acquirer of by a competitor

    6. Competitive advantage of the acquisition candidates product or service

    7. Amount of the investment required by the acquirer and the projected return rates

    8. Existence of in place management, technical personnel and other key personnel

    9. Ability of the acquirer to acquire and retain the acquisition candidates business, Size

    and price rage

    Sedangkan pada PSAK No. 22 (2010) penerapan metode akuisisi mensyaratkan:

  • a) Pengidentikasian pihak pengakuisisi;

    b) Penentuan tanggal akuisisi;

    c) Pengakuan dan pengukuran aset teridentikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil-

    alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi; dan

    d) Pengakuan dan pengukuran goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskon.

    Akuisisi dapat terjadi dalam keseluruhan ataupun secara sebagian. Akuisisi keseluruhan

    terjadi jika yang diambil alih seluruh saham dariperusahaan yang diambil alih tersebut,

    sedangkan akuisisi disebut akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan dengan mengambil alih

    lebih dari 50% kepemilikan saham tetapi kurang dari 100%, Coyle (2000). Selain itu, akuisisi

    dapat dilakukan dengan cara :

    1. Pembayaran tunai

    2. Pembayaran dengan penerbitan surat-surat berharga dalam bentuk saham,

    obligasi, dan surat-surat berharga lainnya.

    3. Campuran dalam bentuk pembayaran tunai dan surat berharga.

    4. Opsi baik pihak yang sahamnya diambil alih, untuk menerima pembayaran

    dalam bentuk tunai atau surat berharga.

    Akuisisi, Coyle (2000) dalam prakteknya juga dapat mengambil bentuk :

    1. Aggressive

    2. Defensive

    3. Negotiated

    Akuisisi dikatakan bersifat aggressive, jika akuisisi dilakukan denganpaksa, yang pada

    umumnya memperoleh tentangan yang sangat darimanajemen perusahaan yang akan diambil

    alih, sehingga seringkali disebut juga dengan hostile take over. Bentuk akuisisi yang

    berlawanan dari aggressive acquisition ini adalah negotiated take over. Sedangkan suatuakuisisi

    disebut dengan defensif, jika terjadi keadaan tawar menawar antara manajemen perusahaan

    yang diambil alih mengenai pihak mana yang disetujui untuk melakukan pengambil alihan.

    Defensive acquisition ini padaumumnya terjadi sebagai reaksi dari aggressive take over.

  • Pengungkapan

    Pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan

    keuangan dapat mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi:

    a) Selama periode pelaporan berjalan; atau

    b) Setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggal penyelesaian laporan

    keuangan.

    Pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan

    keuangan dapat mengevaluasi dampak keuangan dari penyesuaian yang diakui pada periode

    pelaporan berjalan yang berhubungan dengan kombinasi bisnis yang terjadi pada periode

    tersebut atau periode pelaporan sebelumnya.

    Metode Pencatatan Merger dan Akuisisi

    Ada dua metode pencatatan, yaitu:

    1. Purchased Methode (Metode Pembelian). Metode ini mengakui adanya goodwill

    sebesar selisih dari harga beli dan harga wajar aktiva dan kewajiban yang diakuisisi.

    Goodwill dianggap sebagai factor yang menyebabkan perusahaan dapat memperoleh

    laba di atas rata-rata. Seperti aktiva lainnya goodwill dinilai berdasarkan biaya

    perolehan awalnya dari pembeli jika dapat secara objective ditentukan, untuk

    selanjutnya di amortisasi.

    2. Pooling of Interest Method (Metode Penggabungan Kepemilikan). Metode ini tidak

    mengakui adanya goodwill karena tidak ada harga beli, hanya nilai buku yang terbawa

    (diakui). FASB No 141 Busines Combination tahun 2001 menyatakan penghapusan

    Pool of Interest Method. Jadi sejak statement#141 dikeluarkan, diharapkan semua

    merger dan akuisisi menggunakan metode pembelian. ED PSAK 22 (revisi 2010)

    tidak menggunakan konsep pooling of interest untuk semua jenis kombinasi bisnis,

  • dimana ED PSAK 22 (revisi 2010) tidak berlaku untuk kombinasi bisnis yang

    melibatkan entitas sepengendali. Namun pada prakteknya masih banyak merger dan

    akuisisi menggunakan Pooling of Interest Method, hal ini dikarenakan :

    a. Terhindar dari peningkatan biaya depresiasi atas aktiva yang direvaluasi.

    b. Terhindar dari beban amortisasi goodwill.

    c. Peningkatan fleksibilitas manajemen terkait dengan dividen.

    d. Manajemen memiliki kesempatan menciptakan laba yang sebelumnya

    belum dilaporkan.

    e. Menyembunyikan nilai kepentingan yang diberikan dalam merger dan

    akuisisi.

    f. Melindungi manajemen dari kritik pemegang saham (harga beli aktiva

    yang lebih tinggi dari nilai wajar aktiva)

    Mendeterminasi Nilai Beli dalam Purchased Methode Merger dan Akuisisi

    Dalam mendeterminasi Nilai Beli dalam Purchased Methode pembeli memperhitungkan

    seluruh biaya perolehan sehubungan dengan akuisisi aktiva bersih atau saham perusahaan lain

    sebagai bagian dari harga beli.

    Ada beberapa expenditure yang mungkin timbul dari merger dan akuisisi:

    1. Direct Expenditure: imbal jasa bagi penemu (finders fee), Accountan fee, Lawyer Fee

    dan Appraisal fee

    2. Expenditure pengeluaran efek: biaya pendaftaran efek, audit, dan hukum sehubungan

    pendaftaran saham dan komisi pialang.

  • 3. Indirect & General Expenditure: biaya gaji accountant yang merupakan pegawai

    perusahaan pengakuisisi dalam merger dan akuisisi.

    Contoh Kasus:

    Pada tanggal 1 Januari 2008, Royal Bali Inc. (RBC) membeli semua aktiva dan kewajiban PT.

    Baik Baik Saja (BBS) dalam satu merger dengan mengeluarkan 10,000 lembar saham PT. Baik

    Baik Saja dengan nilai nominal $ 10. Saham yang dikeluaran tersebut mempunyai nilai pasar $

    600,000.

    Royal Bali Inc mengeluarkan Legal expense dan Appraisal expense sebesar $40,000

    sehubungan dengan M&As dan biaya pengeluaran saham sebesar $25,000.

    Total harga beli saham, sama dengan nilai saham yang dikeluarkan Royal Bali Inc ditambah

    biaya tambahan yang terjadi sehubungan dengan akuisisi aktiva.

    Total Harga Beli dapat dihitung:

    Nilai Wajar Saham yang dikeluarkan = $ 600,000

    Other Acquisition Cost = $40,000

    --------------------------------------------------------

    Total Harga Beli = $640,000

    Saham yang dikeluarkan oleh Royal Bali Inc untuk melakukan M&As dinilai pada nilai wajar

    dikurangi dengan biaya pengeluaran saham.

    Nilai tercatat sahamnya dihitung dengan:

    Nilai Wajar Saham yang dikeluarkan = $600,000

    Biaya Pengeluaran Saham = ($25,000)

    --------------------------------------------------------

    Nilai tercatat saham = $575,000

    Perbandingan Nilai Buku dengan Nilai Wajar M&As melalui pembelian aktiva bersih PT.

    Baik Baik Saja menjadi sebagai berikut:

  • Maka, pencatatan jurnal merger dan akuisisi sebagain berikut:

    [Debit]. Kas dan Piutang = $ 45,000

    [Debit]. Persediaan = $ 75,000

    [Debit]. Tanah = $ 70,000

    [Debit]. Bangunan & Peralatan = $ 350,000

    [Debit]. Paten = $ 80,000

    [Debit]. Goodwill = $ 130,000

    [Credit]. Kewajiban lancar = $ 110,000

    [Credit]. Saham biasa = $ 100,000

    [Credit]. Tambahan modal disetor = $ 475,000

    [Credit]. Biaya merger tangguhan = $ 40.000

    [Credit]. Biaya pengeluaran Saham tangguhan = $ 25.000

    Goodwill sebesar $ 130,000 berasal dari total harga beli aktiva bersih dikurangi dengan

    nilai wajar dari aktiva bersih; $640,000 $510,000 = $130,000

    Nilai Saham Biasa = $10 x $ 10,000 = $ 100,000

    Tambahan Modal disetor = Nilai tercatat sahamSaham biasa= 575,000-100,000 =

    $475,000

    Merger dan Akuisisi Melalui Pembelian Saham (Share Acquisition)

  • Merger dan Akuisisi yang dilakukan melalui pembelian saham dari perusahaan lain bukan

    melalui akuisisi aktiva bersih disebut dengan Share Acquisition.

    Contoh Kasus:

    Royal Bali Inc menukarkan 10,000 lembar sahamnya dengan total nilai pasar $ 600,000 untuk

    semua saham PT. Baik Baik Saja dalam transaksi pembelian, timbul biaya merger sebesar

    $40,000 dan biaya pengeluaran saham $ 25,000 yang sebelumnya dicatat dalam Account

    tangguhan.

    Untuk mencatat pembelian saham PT Baik Baik Saja, maka di jurnal:

    [Debit]. Investasi pada saham PT. Baik Baik Saja = $640,000

    [Credit]. Saham biasa = $100,000

    [Credit]. Tambahan Modal disetor = $475,000

    [Credit]. Biaya merger tangguhan = $40,000

    [Credit]. Biaya pengeluaran saham tangguhan = $25,000

    Untuk investasi pada saham biasa, pelaporan kepemilikan antar-perusahaan dapat

    menggunakan 3 (tiga) method, yaitu:

    1. Laporan Keuangan Konsolidasi

    2. Expense Method

    3. Equity Method

    Penerapan metode tergantung pada Control Level Factor yang dimiliki investor pada investee.

    Berikut indikator level kontrol:

    1. Expense Method: untuk tingkat kepemilikan 0% - 20 % memiliki Control Level yang

    tidak signifikan.

    Dicatat oleh investor berdasarkan biaya historisnya.

    Pendapatan diakui oleh investor jika deviden diumumkan oleh invstee

    Expense Method digunakan ketika investor tidak memiliki kemampuan untuk

    mengendalikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan atas investee,

    yang disebabkaan besarnya investasi investor ke investee (kurang dari 20%)

  • Contoh Kasus:

    PT. Royal Bali Cemerlang (RBC) membeli 20% Saham biasa PT. Baik Baik Saja

    (BBS) senilai $100,000 pada awal tahun tetapi tidak memiliki pengaruh sigifikan

    kepada BBS. Selama tahun berjalan BBS memiliki laba bersih $50,000 dan membayar

    dividen $20,000.

    PT. Royal Bali Cemerlang mencatatnya dengan jurnal:

    Untuk mencatat pembelian pada saham biaya PT. Baik Baik Saja:

    [Debit]. Investasi pada saham biasa BBS = $100,000

    [Credit]. Kas = $100,000

    Untuk mencatat pendapatan dividen dari PT. Baik Baik Saja=$20.000 x 20%:

    [Debit]. Kas = $4,000

    [Credit]. Pendapatan Dividen = $ 4,000

    2. Equity Method: untuk tingkat kepemilikan > 20% - 50 % memiliki Control Level yang

    signifikan.

    Ditujukan untuk mencerminkan perubahan Equity atau kepemilikan investor

    dalam investee.

    Investasi dicatat sebesar biaya atau harga perolehan awal dan disesuaikan tiap

    periode untuk bagian investor atas laba atau rugi investee dan dividen yang

    diumumkan oleh investee

    Equity Method diharuskan penggunaannya untuk pelaporan investasi dalam saham

    perusahaan jenis berikut ini:

    Corporate Joint Venture: Perusahaan dimiliki dan dioperasikan oleh kelompok

    usaha kecil, dimana tidak satu pun yang memiliki kepemilikan mayoritas

    dalam saham biasa joint venture tsb.

    Perusahaan dengan kepemilikan investor atas saham, memberikan investor

    kemampuan untuk mempunyai pengaruh signifikan atas kebijakan operasi dan

    keuangan perusahaan.

  • Laba bersih yang dicantumkan oleh perusahaan investee akan dicatat sebagai

    pendapatan dari investasi serta penginkatan akun investasi. Jika Rugi Bersih

    diumumkan oleh perusahaan investee maka akan dicatat berlawanan dari Laba Bersih.

    Pembagian deviden yang diumumkan oleh perusahaan investee akan dicatat sebagai

    Kas/Piutang serta mencatat penurunan akun investasi.

    Contoh Kasus:

    PT. Royal Bali Cemerlang (RBC) mengakuisisi pengaruh signifikan atas BBS dengan

    membeli 20% Saham biasa PT. Baik Baik Saja pada awal tahun. BBS melaporkan

    laba sebesar $60,000 untuk tahun berjalan.

    RBC mencatat bagiannya atas laba BBS sebesar $ 12,000 dengan jurnal:

    Pendapatan dari investasi pada PT. Baik Baik Saja $60,000 x 20% = $12,000

    [Debit]. Investasi pada saham BBS = $12,000

    [Credit]. Pendapatan dari Investee = $12,000

    Jurnal ini disebut sebagai Accrual Equity yang biasanya dibuat sebagai

    Adjustment jurnal pada akhir periode. Apabila investee melaporkan kerugian

    untuk periode tersebut, investor mengakui bagiannya atas rugi tersebut dan

    mengurangi nilai tercatat investasi sebesar jumlah porsi kerugian.

    3. Laporan Keuangan Konsolidasi: Tingkat kepemilikan > 50 % memiliki Control Level

    yang dominant.

    Laporan Keuangan Konsolidasi

    1. Definisi

    Berdasarkan PSAK No.4(Revisi 2009), laporan keuangan konsolidasi adalah laporan

    keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. Dengan

    kata lain menyatakan bahwa semua perusahaan induk (kecuali ada pengaturan khusus) harus

    mengkonsolidasikan semua anak perusahaannya baik yang ada di dalam negeri maupun di luar

    negeri:

  • 1. Pemilikan baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan > 50%

    saham berhak suara pada perusahaan lain.

    2. Pemilikan 50% atau kurang saham berhak suara pada perusahaan lain yang dapat

    dibuktikan bahwa pengendalian tetap ada.

    Berdasarkan PSAK No. 4, alasan perusahaan anak tidak dilakukan konsolidasi adalah:

    1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli

    dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka pendek.

    2. Perusahaan anak di batas oleh suatu retriksi jangka panjang, sehinggamempengaruhi

    secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer danakepada perusahaan induk.

    Perusahaan anak yang tidak dikonsolidasikantersebut harus dipertanggungjawabkan

    oleh perusahaan induk sebagaimana perusahaan anak lainnya.

    Berikut beberapa pernyataan mengenai konsolidasian menurut Accounting Principle

    Board (APB) opinion No.16:

    1. Kepemilikan saham minoritas (kecil), persentase kepemilikan saham dibawah 20%,

    pencatatan metode akuntansi dengan Cost Method.

    2. Kepemilikan saham dengan jumlah cukup besar (dapat mempengaruhi secaraberarti),

    persentase kepemilikan saham antara 20% sampai dengan 50%, pencatatan metode

    akuntansi dengan Equity Method.

    3. Kepemilikan saham mayoritas (dapat mengendalikan perusahaan anak), persentase

    kepemilikan saham diatas 50%, pencatatan metode akuntansi dengan Cost Method dan

    Equity Method, namun dianjurkan Equity Method. Perusahaan induk diharuskan

    menyusun Laporan Konsolidasi.

  • XXX XXXXXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX XXX XXX XXX

    Perbedaan Equity Method dan Cost Method

    Kas

    Kas Pdpt. Dividen

    Kas

    No Entry

    No Entry

    3

    4

    5

    Inv Shm pd SCRugi SC

    Inv shm pd SCKas

    KasDividen dibayar tunai Piutang dividen pd SC Piutang dividen pd SC

    SC membagikan dividen secara tunai

    Transaksi saat pembelian investasi SC

    oleh PC

    Investasi Shm pd SC Investasi Shm pd SC Invs. Shm pd SC

    Kas

    SC melaporkan pembagian dividen

    Investasi Shm pd SC Laba SC

    Piutang dividen pd SC Piutang dividen pd SC

    Pendapatan Dividen

    NO

    Subsidiary Comp. melaporkan laba

    SC melaporkan rugi

    1

    2

    JURNAL YANG DIBUAT PARENT COMPANY (PC)EQUITY METHOD COST METHOD

    URAIAN

    Jika seluruh saham 100% dibeli, maka laporan konsolidasi sangat mudah untuk dibuat

    hanya dengan menggabungkan kedua atau lebih laporan hasil operasi perusahaan untuk

    menghasilkan satu laporan keuangan saja. Namun, permasalahan akan timbul ketika acquirer

    membeli perusahaan investee kurang dari 100% yang berarti masih menyisakan hak bagi

    perusahaan investee walaupun mungkin sangat kecil. Permasalahan seperti ini membuat

    munculnya berbagai teori dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Beberikut teori-

    teori tersebut:

    1. Proprietary Theory (Teori Perusahaan Induk). Teori ini adalah yang paling pertama

    digunakan dalam sejarah teori penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Teeori ini

    didasari oleh satu asumsi, bahwa: Laporan keuangan Konsolidasi adalah perluasan

    dari laporan keuangan perusahaan induk, oleh karenanya harus dibuat dari sudut

    pandang pemegang saham perusahaan induk. Artinya: laporan keuangan konsolidasi

    dibuat semata-mata hanya untuk kepentingan stockholder perusahaan induk, dan laba

    bersih pada laporan keuangan konsolidasi merupakan ukuran laba bagi perusahaan

    induk saja.

    Theory ini menjadi tidak applicable ketika kepemilikan perusahaan induk pada

    perusahaan investee tidak mencapai 100%. Timbul ketidak-konsisten-an atas

    perlakuan akuntansinya. Misalnya:

    Kepemilikan minoritas merupakan kewajiban dari sudut pandang stockholder

    perusahaan induk (kemepilikan minoritas dimasukkan ke dalam kelompok

  • kewajiban), kenyataannya kewajiban yang dimaksudkan disini bukan

    kewajiban yang berdasarkan pada konsep kewajiban yang pada umumnya.

    Laba kepemilikan minoritas dianggap sebagai beban dari sudut pandang

    stockholder perusahaan induk, beban yang dimaksudkan tidak memenuhi

    criteria beban yang umumnya.

    2. Entity Theory (Teori Entitas). Teori ini mencoba memberikan solusi atas persoalan-

    persoalan yang timbul pada proprietary theory:

    Entity theory merefleksikan sudut pandang keseluruhan entitas usaha.

    Laba kepemilikan minoritas merupakan distribusi total laba konsilidasi.

    Kepemilikan minoritas merupakan bagian dari equitas pemegang saham

    konsolidasi.

    Laba dan ekuitas subsididiary (perusahaan anak) ditentukan terhadap seluruh pemegang saham, sehingga total laba dapat di distribusikan secara consisten kepada seluruh stockholder mayoritas dan minoritas.

    Seluruh aktiva bersih preusan anak dikonsolidasikan pada nilai wajarnya,

    berdasarkan harga yang dibayarkan oleh preusan induk untuk kepemilikannya. Hal

    ini untuk menjamin konsistensi penilaian atas aktiva bersih kepemilikan both

    mayoritas dan minoritas.

    3. Contemporary Theory (Teori Kontemporer). Contemporary berada diantara kedua

    teori yang sudah ada sebelumnya (entity dan proprietary), hal itu tercermin dari

    pendekatan yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi:

    Pada dasarnya bagi teori ini, laporan keuangan konsolidasi menyajikan posisi

    keuangan sebagai hasil operasi usaha perusahaan tunggal, tetapi dibuat

    terutama untuk kepentingan stockholder dan creditor perusahaan induk.

    Laba bersih konsolidasi adalah laba bersih untuk pemegang saham perusahaan

    induk.

  • Laba kepemilikan minoritas adalah pengurang dalam menentukan laba bersih

    konsolidasi (tetapi bukan beban seperti pada proprietary theory). Ini dianggap

    sebagai alokasi atas realisasi laba entitas keseluruhan kepada seluruh

    mayoritas dan minoritas.

    Ekuitas kepemilikan minoritas dianggap bagian dari ekuitas konsolidasi,

    dilaporkan dalam jumlah tunggal karena kepemilikan minoritas tidak akan

    mengambil manfaat dari disclosure (pengungkapan/pelaporan) konsolidasi.

    Aktiva bersih perusahaan anak dikonsolidasikan pada nilai buku ditambah

    kelebihan biaya investasi perusahaan induk atas nilai bukunya.

    2. Prosedur Akuntansi Konsolidasi

    Melakukan eliminasi atas transaksi dan saldo resiprokal (Reciprocal Account) antara

    induk perusahaan dan anak perusahaan, serta mengeliminasi keuntungan dan kerugian

    yang belum direalisasi yang timbul antara anak perusahaan dan Induk perusahaan.

    Tanggal pelaporan keuangan antara anak perusahaan dan induk perusahaan pada

    dasarnya harus sama.

    Hak minoritas disajikan tersendiri dalam Neraca Konsolidasi antara perkiraan

    Kewajiban dan Modal.

    Hak minoritas dalam Laba disajikan tersendiri dalam Laporan laba Rugi Konsolidasi.

    Prosedur konsolidasi menurut PSAK No. 4:

    1) Mengeliminasi transaksi dan saldo resiprokal (Reciprocal Account) antara

    Induk Perusahaan dan Anak perusahaan.

    2) Mengeliminasi keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi (Unrealized

    Profit & Loss) yang timbul dari transaksi antara Induk perusahaan dan

    AnakPerusahaan.

  • 3) Tanggal pelaporan keuangan Anak Perusahaan sama dengan tanggalpelaporan

    Perusahaan Induk, jika tanggal pelaporan keuangan Anakperusahaan berbeda,

    dapat digunakan:

    Perbedaan tanggal pelaporan tidak lebih dari 3 bulan.

    Peristiwa/transaksi material yang terjadi diantara tanggal pelaporan

    tersebut diungkapkan (Didisclosure) dalam catatan atas lapora

    keuangan konsolidasi.

    4) Menggunakan kebijakan akuntansi yang sama transaksi, peristiwa dan keadaan

    yang sama. Jika tidak maka harus diungkapkan:

    Penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda.

    Proporsi unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut

    terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi.

    5) Menyajikan sendiri hak minoritas:

    Pada neraca konsolidasi antara kewajiban dan Modal.

    Pada laporan laba Rugi Konsolidasi: Hak minoritas dalam laba.

    6) Investasi pada Anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan. Sesuai PSAK

    No.13 (Akuntansi Untuk Investasi) terhitung sejak investasi tersebut tidak

    memenuhi persyaratan sebagai Anak perusahaan danbukan perusahaan

    asosiasi berdasarkan PSAK No.15 (Akuntansi untukInvestasi pada Perusahaan

    Asosiasi).

    Induk Perusahaan yang memenuhi kriteria konsolidasi tidak boleh menyajikan

    tersendiri laporan keuangan (tanpa konsolidasi) sebagai laporan keuangan

    untuk tujuan laporan keuangan (General PurposeFinancial Statement), hanya

    dapat disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan keuangan

    konsolidasi.

  • 3. Laporan Keuangan Konsolidasi Saat Akuisisi

    Contoh: Pengambilan alih aktiva bersih

    (P) mengambil alih net asset (aktiva bersih) (S) dengan cash $500,000. Asumsi: Nilai Buku

    sama dengan nilai wajarnya/Harga pasarnya (Fair/Market Value). Neraca kedua perusahan

    sebelum proses akuisi nampak seperti dibawah ini:

    Atas akuisi ini, pada buku PT. P (Parent Company) di masukkan jurnal:

    [Debit]. Account Receivable = $200.000

    [Debit]. Inventory = $100.000

    [Debit]. Equipment = $300.000

    [Credit]. Current Liabilities = $100.000

    [Credit]. Cash = $500.000

    Karena fair value (nilai wajar) sama dengan nilai bukunya, maka tidak diperlukan re-valuation,

    dan tidak ada goodwill yang perlu diakui.

    Sehingga, Neraca setelah konsolidasi PT.(P) dan Subsidiary akan seperti di bawah ini:

  • 4. Konsolidasi atas Akuisisi Saham (Consolidating Stock Acquisition)

    Dalam akuisi saham, perusahaan pengakuisisi hanya akan berurusan dengan pemegang

    saham (shareholder) dan sama sekali tidak akan berurusan dengan perusahaan investee.

    Contoh: Akuisisi Saham

    Sama dengan contoh yang diatas, namun yang dibeli hanya sahamnya saja dan $500.000

    dibayarkan kepada pemegang sahamnya.

    Atas Akuisisi saham tersebut, PT. P akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut:

    [Debit]. Investment In Subsidiary S = $ 500,000

    [Credit]. Cash = $ 500,000

    Jika kita perhatikan, di sini sama sekali tidak mencatat adanya penambahan asset (aktiva)

    maupun liabilities, melainkan dicatat sebagai investasi saja. Hal ini dikarenakan yang diakuisisi

    hanya sahamnya saja, dimana nilai saham sebesar $500.000 adalah cerminan dari nilai net

    assetnya juga. Dalam hal ini hak kendali diperoleh dengan membeli saham PT. S.

    Untuk membuat Neraca Konsolidasinya, maka kita perlu buatkan kertas kerja seperti dibawah

    ini:

  • Dengan memperhatikan kertas kerja konsolidasi tersebut, maka muncul pertanyaan mengapa

    ada eliminasi?

    Telah diketahui bahwa, PT.S telah menjadi subsidiary PT.P Dan neraca konsolidasi ini dibuat

    oleh PT.P (Bukunya PT.P) adalah untuk menyatukan laporan keuangan dua entitas yang

    tadinya terpisah-pisah, mungkinkah PT.P berinvestasi pada perusahaannya sendiri? Tentu

    tidak, oleh karena itu perlu dilakukan jurnal eliminasi.

    Begitu juga dengan ekuitas pemegang saham perusahaan subsidiary, perlu di eliminasi karena

    aktiva maupun liabilities nya adalah milik perusahaan PT.P itu sendiri selaku parent company

    (bukan ekuitas pihak luar, seperti pada pengambil alihan aktiva bersih).

    Maka jurnal eliminasinya akan seperti ini:

    [Debit]. Common stock Company S = $ 200,000

    [Debit]. Retained Earning Company S = $ 300,000

    [Credit]. Investment in Company S = $ 500,000

    Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, tentunya perusahaan investee akan memberikan

    laporan keuangan dengan nilai asset yang sesuai dengan nilai buku-nya, tanpa

    memperhitungkan apakah nilai bukunya sesuai dengan harga pasar atau belum. Akan tetapi

    pihak investor pastinya tidak akan percaya begitu. Disinilah perlunya menggunakan jasa

    appraisal independent untuk melakukan penilaian (revaluation), guna memperoleh nilai yang

    wajar (Fair Value). Nilai wajar yang dimaksudkan disini adalah sesuai dengan harga pasarnya.

    Itulah sebabnya mengapa nilai wajar kadang juga disebut dengan Nilai Pasar (Market Value).

  • Walaupun revaluation telah dilakukan oleh appraisal independent, tetap saja nilai wajar yang

    dihasilkan masih berupa estimasi.

    Jadi, apakah hasil revaluation sudah mencerminkan nilai wajar atau belum, akhirnya

    yang menjadi penentu jadi atau tidaknya transaksi kembali kepada calon investor yang akan

    melakukan pengambilan keputusan. Namun, dari begitu banyaknya kasus akuisi yang telah

    terjadi, tidak sedikit acquirer (investor) yang bersedia membayar lebih dari fair value.

    Dalam kasus akuisisi aktiva bersih, jika nilai wajar aktiva bersih perusahaan investee

    (terakuisisi) tidak sama dengan nilai bukunya, maka aktiva dan kewajiban perusahaan investee

    yang dapat diidentifikasi di catat sebesar fair value-nya. Selisih antara fair value aktiva bersih

    dengan harga beli (yang dibayarkan) di akui sebagai Goodwill.

    Eliminasi Jurnal

    a. Investasi

    Akun investasi dieliminasi dengan ekuitas entitas anak

    Jika kepemilikan pada entitas anak tidak 100% akan muncul kepentingan non

    pengendali.

    Perbedaan nilai wajar dan nilai buku harus diperhitungkan dalam konsolidasi

    (nilai wajar yang dikonsolidasi)

    Goodwiil muncul jika nilai perolehan tidak sama dengan nilai wajar

    b. Akun. Utang Piutang yang muncul antara anak dan induk harus dihapuskan.

    c. Transaksi. Transaksi yang boleh diakui adalah transaksi kepada pihak ketiga, transaksi

    anak dan induk harus dieliminasi.

    a) Persediaan.

    Penjualan dan harga pokok penjualan.

    Jika barang terjual maka laba yang belum direalisasi harus dikurangkan dari

    nilai inventori dan mempengaruhi laba yang telah diakui.

    b) Aset Tetap

    Pada tahun terjadi transaksi tidak boleh diakui keuntungan/kerugian dari

    transaksi tersebut

  • Laba yang ada dalam aset tersebut harus dieliminasi

    Nilai penyusutan akan disesuaikan

    c) Obligasi

    Obligasi hanya boleh diakui sebesar obligasi pada pihak eksternal.

    Pendapatan / beban bunga harus dieliminasi

    XXX XXXXXX XXXXXX XXXXXX XXX XXX XXXXXX XXX

    XXX XXX XXX XXX

    XXX XXX

    XXX XXX XXX XXX

    1

    2

    3

    4

    5

    Jurnal elominasi Equity Method dan Cost Method

    Mengeliminasi goodwil untuk periode ybs

    Armotisasi Goodwill

    GoodwillArmotisasi Goodwill

    Goodwill

    Dividen

    mengeliminasi goodwill yang

    sudah diarmotisasi s.d. periode sebelumnya

    No Entry

    R/E Goodwill

    Mengeliminasi laba/rugi SC yang menjadi hak PC untuk periode ybs

    Laba/Rugi SC Invs. Shm pd SC

    No Entry

    Mengeliminasi dividen SC yang menjadi hak PC untuk periode

    ybs

    Invs. Shm pd SC Dividen

    Pdpt. Dividen

    R/E SCGoodwill Invs. Shm pd SC

    Jurnal di PC awal periode: Jurnal di PC saat pembelian:Modal Shm SCAgio Modal ShmR/E SCGoodwill Invs. Shm pd SC

    JURNAL ELIMINASI YANG DIBUAT OLEH PARENT COMPANYEQUITY METHOD COST METHOD

    NO URAIAN

    Mengeliminasi modal SC yang menjadi hak PC

    Modal Shm SCAgio Modal Shm

  • Contoh:

    Masih memakai kasus yang saya pakai di Konsolidasi 1, untuk itu saya hadirkan kembali

    Balance Sheet kedua perusahaan sebelum proses akuisisi terjadi, seperti dibawah ini:

    Hanya saja, akan tambahkan :

    Nilai Wajar Inventory adalah $120,000

    Nilai Wajar Equipment (net) adalah $400,000

    Jika saya masukkan ke dalam spreadsheet, perkiraan nilai wajarnya seperti dibawah ini:

  • Dari spreadsheet di atas bisa kita lihat bahwa nilai wajar aktiva bersih PT. S adalah $620,000

    (diperoleh dengan cara: Total Asset Fair ValueLibilities Fair Value = $720,000100,000 =

    $620,000). Maka langkah selanjutnya adalah melakukan jurnal eliminasi dan jurnal

    penyesuaiaan seperti dibawah ini:

    [Debit]. Common Stock PT.S = $200.000

    [Debit]. Retained Earnings PT. S = $300.000

    [Credit]. Invesment in PT. S = $500.000

    [Debit]. Inventory = $20.000

    [Debit]. Equipment = $100.000

    [Debit]. Goodwill = $80.000

    [Credit]. Investment in PT. S = $200.000

    Jurnal di atas terdiri dari:

    Jurnal Eliminasi: Investasi pada PT. S dieliminasi dengan cara meng-offset-kannya

    equity perusahaan subsidiary (PT.S), nilainya tetap seperti sebelumnya, yaitu

    $500,000

    Jurnal Penyesuaian: yang disesuaikan adalah : Selisih nilai wajar dengan book value

    dan Goodwill ($20,000+$100,000+$80,000) di-offset-kan dengan Investasi Pada PT.S

    ($200,000).

    Jika jurnal eliminasi dan jurnal penyesuaian di atas dimasukkan ke dalam kertas kerja

    konsolidasi, maka hasilnya akan seperti ini:

  • 5. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi

    Pengungkapan berikut dibuat dalam laporan keuangan konsolidasian:

    a) Sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitas anak jika entitas induk tidak

    memiliki (secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak) lebih dari

    setengah kekuasaan suara;

    b) Alasan mengapa kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas

    anak) lebih dari setengah kekuasaan suara atau kekuasaan suara potensial atas investee

    tidak diikuti dengan pengendalian;

    c) Akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas anak jika laporan keuangan

    tersebut digunakan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian dan tanggal atau

    periode berbeda dari tanggal laporan keuangan entitas induk, dan alasan menggunakan

    tanggal atau periode yang berbeda;

    d) Sifat dan luas setiap restriksi signifikan (misalnya akibat dari perjanjian pinjaman

    yang diterima atau persyaratan regulator) dalam kemampuan entitas anak untuk

    mentransfer dana ke entitas induk dalam bentuk deviden tunai, atau pembayaran

    kembali pinjaman atau uang muka;

    e) Suatu rincian yang menunjukan dampak setiap perubahan bagian kepemilikan entitas

    induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian atas

    ekuitas yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk; dan

    f) Jika pengendalian atas entitas anak hilang, maka entitas induk mengungkapkan

    keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai dengan paragraf 31, dan:

    porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat didistribusikan pada

    pengakuan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar pada

    tanggal hilangnya pengendalian, dan

    pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laha rugi

    komprehensif jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laha rugi

    komprehensif.

    Ketika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri, maka laporan keuangan tersendiri

    tersebut mengungkapkan:

    a) laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan tersendiri yang merupakan

    informasi tamhahan dalam laporan keuangan konsolidasian;

  • b) daftar investasi yang signiftkan dalam entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan

    entitas asosiasi, termasuk nama, negara atau tempat kedudukan, proporsi kepemilikan,

    dan proporsi hak suara yang dimiliki jika berbeda; dan

    c) penjelasan tentang metode yang digunakan untuk mencatat investasi yang terdaftar di

    (b)

    Special Purpose Entity

    Pengertian

    Berdasarkan ISAK 7 Suatu entitas dapat didirikan untuk mencapai suatu tujuan khusus

    yang terbatas (misalnya untuk melakukan sewa, kegiatan riset dan pengembangan atau

    sekuritisasi aset keuangan). Suatu entitas bertujuan khusus (EBK) atau special purpose entities

    (SPE) dapat berbentuk perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang tidak berbentuk badan

    hukum. EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur secara ketat

    atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat, atau manajemen untuk

    membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. Ketentuan ini sering kali menjelaskan

    bahwa kebijakan dalam mengoperasikan EBK tidak dapat dimodifi kasi atau diubah (beroperasi

    dengan autopilot), kecuali mungkin oleh pendiri atau sponsornya.

    Hak (beneficial interest) dalam suatu EBK, misalnya, dapat berupa instrumen utang,

    instrumen ekuitas, hak partisipasi, hak residual, atau sewa. Beberapa hak, mungkin

    memberikan tingkat pengembalian yang tetap atau pasti kepada pemegangnya, sementara yang

    lain memberikan akses terhadap keuntungan ekonomi di masa depan dari kegiatan EBK. Dalam

    banyak hal, pendiri atau sponsor (atau entitas yang menjadi alasan pembentukan EBK atau

    yang diwakili) memperoleh manfaat utama dari kegiatan EBK, walaupun ia hanya memiliki

    sebagian kecil ekuitas EBK atau bahkan tidak memiliki sama sekali.

    Permasalahan

  • PSAK 4 mensyaratkan konsolidasi atas entitas yang dikendalikan oleh entitas pelapor.

    Akan tetapi, PSAK 4 tidak memberikan aturan yang eksplisit mengenai konsolidasi EBK.

    Permasalahannya adalah dalam kondisi bagaimana suatu entitas mengonsolidasi suatu EBK.

    Ruang Lingkup

    Pengalihan aset dari suatu entitas ke suatu EBK mungkin dapat dikategorikan sebagai

    penjualan oleh entitas tersebut. Meskipun pengalihan tersebut memang benar merupakan

    penjualan, ketentuan dalam PSAK 4 dan Interpretasi ini mensyaratkan entitas untuk

    mengonsolidasikan EBK tersebut. Interpretasi ini tidak membahas hal-hal yang terkait dengan

    pengakuan penjualan atau eliminasi atas konsekuensi penjualan tersebut dalam konsolidasi.

    Interpretasi

    Suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi hubunganantara suatu entitas dan EBK

    mengindikasikan adanya pengendalian EBK oleh entitas tersebut. Dalam konteks EBK, kendali

    dapat timbul melalui perumusan terlebih dulu atas kegiatan EBK tersebut (beroperasi dengan

    autopilot) atau dengan cara lainnya. PSAK 4 paragraf 10 menjelaskan beberapa situasi di mana

    kendali dapat diperoleh, bahkan pada kasus di mana entitas memiliki hak suara 50% atau

    kurang pada entitas lain. Sejalan dengan

    itu, suatu entitas mungkin memperoleh kendali atas suatu EBK meskipun entitas tersebut hanya

    memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki modal EBK. Penerapan konsep

    pengendalian membutuhkan adanya pertimbangan atas semua faktor yang relevan untuk tiap-

    tiap kasus.

    Sebagai tambahan untuk kondisi yang dijelaskan dalam PSAK 4 paragraf 10, kondisi-

    kondisi berikut ini, misalnya, mungkin mengindikasikan hubungan di mana entitas

    mengendalikan EBK dan konsekuensinya mengonsolidasi EBK tersebut (panduan rinci ada

    dalam Lampiran atas Intepretasi ini):

    a) secara substansi, kegiatan dari EBK dijalankan untuk mewakili suatu entitas sesuai

    dengan kebutuhan khususnya, sehingga entitas tersebut memperoleh manfaat dari

    operasi EBK;

    (b) secara substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan untuk

    memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK, atau dengan cara membuat

  • mekanisme autopilot, entitas telah mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan

    keputusan ini;

    (c) secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh sebagian besar manfaat

    dari EBK dan oleh karena itu, juga menanggung risiko dari aktivitas EBK; atau

    (d) secara substansi, entitas memperoleh mayoritas hak residual dan menanggung risiko

    kepemilikan yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk memperoleh manfaat dari

    aktivitas EBK yang bersangkutan.

    Indikasi adanya Pengendalian Terhadap EBK

    Kegiatan EBK, secara subtansi, dilakukan atas nama entitas pelapor, yang secara

    langsung dan tidak langsung membentuk EBK sesuai dengan kebutuhan khusus bisnisnya.

    Misalnya:

    EBK pada dasarnya terkait dengan penyediaan sumber modal jangka panjang kepada

    entitas atau pendanaan untuk mendukung jalannya operasi utama entitas atau operasi

    sentral entitas; atau

    EBK memberikan pasokan barang atau jasa yang konsisten dengan operasi utama

    entitas atau operasi sentral entitas yang, jika tanpa adanya EBK, harus dipenuhi sendiri

    oleh entitas. Ketergantungan ekonomi dari suatu entitas pada entitas pelapor (seperti

    hubungan pemasok dengan pelanggan utama) tidak dengan sendirinya, mengarah pada

    pengendalian.

    Ketergantungan ekonomi dari suatu entitas pada entitas pelapor (seperti hubungan

    pemasok dengan pelanggan utama) tidak dengan sendirinya, mengarah pada

    pengendalian.

    Pengambilan keputusan

    Entitas pelapor, secara substansi, memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan

    untuk mengendalikan atau untuk memperoleh pengendalian atas EBK atau asetnya, termasuk

  • kemampuan dalam pengambilan keputusan setelah pembentukan EBK. Kemampuan dalam

    pengambilan keputusan tersebut mungkin telah didelegasikan dengan pembentukan mekanisme

    autopilot.

    Misalnya:

    kekuasaan untuk membubarkan EBK secara sepihak;

    - kekuasaan untuk mengubah ketentuan/aturan dalam EBK; atau

    - kemampuan untuk memveto usulan perubahan ketentuan atau aturan dalam EBK.

    Manfaat

    Entitas pelapor, secara substansi, mempunyai hak untuk memperoleh manfaat yang

    besar dari kegiatan EBK melalui undangundang, kontrak, perjanjian, aturan tertentu, atau

    skema lain, dalam bentuk perencanaan atau perangkat aturan. Hak untuk memperoleh manfaat

    dalam EBK menunjukan adanya pengendalian ketika hal ini dikhususkan untuk entitas yang

    melakukan transaksi dengan EBK dan entitas tersebut memperoleh manfaat tersebut dari

    kinerja keuangan EBK.

    Misalnya:

    o hak atas sebagian besar manfaat ekonomis yang didistribusikan oleh entitas dalam bentuk arus kas neto di masa depan, laba, aset neto dan manfaat ekonomi lain;atau

    o hak atas sebagian besar kepentingan residual dalam distribusi residual terjadual atau dalam likuidasi EBK.

    Risiko

    Indikasi adanya pengendalian dapat diperoleh dengan mengevaluasi risiko dari masing-masing

    pihak yang bertransaksi dengan EBK. Sering kali, entitas pelapor menjamin tingkat

    pengembalian atauperlindungan kredit baik secara langsung atau tidak langsung melalui EBK

    ke investor luar yang memberikan modal secara substansial ke EBK. Sebagai hasil dari

    penjaminan, entitas menanggung risiko residual atau risiko kepemilikan dan investor

    substansinya hanya sebagai peminjam karena kerentanan mereka atas keuntungan dan kerugian

    terbatas.

    Misalnya:

  • penyedia modal tidak memiliki kepentingan yang signifi kan atas aset EBK;

    penyedia modal tidak memiliki hak atas manfaat ekonomi EBK di masa depan;

    penyedia modal tidak secara substantif rentan pada risiko yang melekat atas aset neto

    atau operasional EBK; atau

    substansinya, penyedia modal menerima pembayaran yang setara dengan tingkat

    pengembalian para kreditur atau bunga atas modal.

    INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI

    Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 12 (revisi 2009):7 Investasi pada Entitas Asosiasi

    terdiri dari paragraph 1-37. Seluruh paragraf dalam PSAK ini memiliki kekuatan mengatur

    yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip

    utama. PSAK 15 (revisi 2009) harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka

    Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan

    untuk unsur-unsur yang tidak material. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,

    Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan memberikan dasar untuk memilih dan

    menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. Pernyataan ini

    tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.

    PENDAHULUAN

    Ruang Lingkup

    01. Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi investasi dalam entitas asosiasi.

    Namun, Pernyataan ini tidak diterapkan untuk investasi dalam entitas asosiasi yang dimiliki

    oleh:

    (a) organisasi modal ventura; atau

  • (b) reksa dana, unit perwalian, dan entitas sejenis termasuk dana asuransi terhubung-

    investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan pada nilai wajar melaluilaporan

    laba rugi atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan dan dicatat

    sesuai dengan PSAK

    55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Investasi tersebut

    itu diukur pada nilai wajar sesuai dengan PSAK 55, perubahan nilai wajar diakui pada

    laporan laba rugi dalam periode terjadinya perubahan. Entitas yang memiliki investasi

    tersebut membuat pengungkapan yang disyaratkan oleh paragraf 32(f).

    Definisi

    02. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

    Entitas anak adalah suatu entitas, termasuk entitas non korporasi seperti persekutuan, yang

    dikendalikan oleh entitas lain (yang dikenal sebagai entitas induk).

    Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas nonkorporasi seperti persekutuan,

    dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun

    bagian partisipasi dalam ventura bersama.

    Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu kelompok usaha yang

    disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal.

    Laporan keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yang disajikan oleh entitas induk, yang

    mencatat investasi pada entitas anak, entitas asosiasi, dan pengendalian bersama entitas

  • berdasarkan kepemilikan ekuitas langsung bukan berdasarkan pelaporan hasil dan aset neto

    investee.

    Metode ekuitas adalah metode akuntansi dimana investasi pada awalnya diakui sebesar biaya

    perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan pasca perolehan dalam bagian

    investor atas aset neto investee. Laba atau rugi investor meliputi bagian investor atas laba

    atau rugi investee.

    Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan

    keuangan dan operasional investee, tetapi tidak mengendalikan atau mengendalikan bersama

    atas kebijakan tersebut.

    Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu

    entitas untuk memperoleh man/aat dari aktivitas entitas tersebut.

    Pengendalian bersama adalah persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendalian atas suatu

    aktivitas ekonomi, dan ada hanya ketika keputusan keuangan dan operasional strategis terkait

    dengan aktivitas tersebut mensyaratkan konsensus dari seluruh pihak-pihak yang berbagi

    pengendalian (venturer).

    Pengaruh Signifikan

    03. Jika investor memiliki, secara langsung maupun tidak langsung (misalnya melalui

    entitas anak), 20% atau lebih hak suara investee, maka investor dianggap memiliki pengaruh

    signifikan, kecuali dapat dibuktikan denganjelas bahwa entitas tidak memiliki pengaruh

    signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, secara langsung maupun tidak langsung

    (misalnya melalui entitas anak), kurang dari 20% hak suara investee, maka investor dianggap

    tidak memiliki pengaruh signifikan, kecuali pengaruh signifikan tersebut dapat dibuktikan

  • dengan jelas. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak menghalangi

    investor untuk memiliki pengaruh signifikan.

    04. Keberadaan pengaruh signifikan oleh investor umumnya dibuktikan dengan satu

    atau lebih cara berikut ini:

    (a) keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisarisatau organ setara di investee;

    (b) partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam pengambilan

    keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya;

    (c) adanya transaksi material an tara investor dengan investee;

    (d) pertukaran personel manajerial; atau

    (e) penyediaan informasi teknis pokok.

    05. Entitas mungkin memiliki waran, opsi beli saham, instrument utang atau instrument

    ekuitas yang dapat dikorvesi menjadi saham biasa, atau instrument sejenis lain yang

    mempunyai potensi (jika dieksekusi atau dikorvesi) untuk menambah hak suara entitas atau

    mengurangi hak suara pihak lain atas kebijakan keuangan dan operasional entitas lainnya (yaitu

    hak suara). Keberadaan dan dampak dari hak suara potensial yang saat ini dapat dieksekusi atau

    dikonversi, termasuk hak suara potensial yang dimiliki oleh entitas lain, dipertimbangkan

    ketika menilai apakah suatu entitas memiliki pengarug signifikan. Hak suara potensial saat ini

    tidak dapat dieksekusi atau dikonversi ketika, misalnya, hak suara tersebut tidak dapat

    dieksekusi atau dikonversi sampai dengan suatu tanggal di masa depan atau sampai terjadinya

    suatu peristiwa di masa depan.

    06. Dalam menilai apakah hak suara potensial berkontribusi terhadap pengaruh

    signifikan, maka entitas menguji semua fakta dan keadaan (termasuk syrarat eksekusi hak suara

    potensial dan perjanjian kontraktual lain apakah dipertimbangkan secara individual atau dalam

    kombinasi) yang mempengaruhi hak potensial, kecuali maksud manajemen dan kemampuan

    keuangan untuk mengeksekusi atau mengkonversi.

  • 07. Entitas kehilangan pengaruh signifikan atas investee ketika entitas kehilangan

    kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan dan operasional investee.

    Hilangnya pengaruh signifikan dapat terjadi dengan atau tanpa perubahan dalam tingkat

    kepemilikan secara absolute relative. Hal ini dapat terjadi, misalnya, ketika entitas asosiasi

    menjadi subyek pengendalian pemerintah, pengadilan, administrator, atau regulator. Hal ini

    dapat juga terjadi sebagai hasil dari suatu perjanjian kontraktual.

    Metode Ekuitas

    08. Dalam metode ekuitas, investasi pada entitas asosiasi pada awalnya diakui sebesar

    biaya perolehan dan Jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurang untuk mengakui bagian

    investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan bagian investor atas laba atau

    rugi investee diakui dalam laporan laba rugi investor. Penerimaan distribusi dan investee

    mengurangi nilai tercatat investasi. Penyesuaian terhadap jumlah tercatat tersebut juga

    diperlukan jika terdapat perubahan dalam proporsi bagian investor atas investee yang timbul

    dari pendapatan komprehensif lain investee. Perubahan tersebut termasuk perubahan yang

    timbul dari revalusi aset tetap dan selisih mata uang asing. Bagian investor atas perubahan

    tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain investor (lihat PSAK 1 (revisi 2009):

    Penyajian Laporan Keuangan).

    09. Ketika terdapat hak suara potensial, maka bagian investor atas laba atau rugi

    investee dan perubahan dalam ekuitas investee ditentukan berdasarkan bagian kepemilikan saat

    ini dan tidak mencerminkan kemungkinan eksekusi atau konversi hak suara potensial.

    PENERAPAN METODE EKUITAS

    10. Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, kecuali

    ketika investasi diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi

    2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.

  • 11. Investasi yang dijelaskan di paragraf 10 dicatat sesuai dengan PSAK 58 (revisi

    2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.

    12. Ketika investasi pada entitas asosiasi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai

    dimiliki untuk dijual tidak lagi memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk

    dijual, maka investasi tersebut dicatat dengan menggunakan metode ekuitas sejak tanggal

    klasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual. Laporan Keuangan untuk periode sejak klasifikasi

    sebagai dimiliki untuk dijual disesuaikan.

    13. Pengakuan penghasilan yang didasarkan pada distribusi yang diterima tidak dapat

    menjadi ukuran yang cukup atas penghasilan yang diperoleh oleh investor atas investasi dalam

    entitas asosiasi, karena distribusi yang diterima mempunyai hubungan yang sedikit dengan

    kinerja entitas asosiasi. Karena investor memiliki pengaruh signifikan atas entitas asosiasi,

    maka investor mempunyai andil dalam kinerja entitas asosiasi dan, sebagai hasilnya,

    memperoleh imbal hasil atas investasinya. Investor mencatat bagiannya dengan memperluas

    lingkup laporan keuangannya dengan mencakup bagiannya atas laba atau rugi entitas asosiasi.

    Sebagai hasilnya, penerapan metode ekuitas memberikan pelaporan yang lebih informatif atas

    aset neto dan laba atau rugi investor.

    14. Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tang gal investor tidak

    lagi memiliki pengaruh signifikan atas entitas asosiasi dan mencatat investasinya sesuai

    dengan PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, yang mana

    hilangnya pengaruh signifikan tersebut tidak mengakibatkan entitas asosiasi menjadi entitas

    anak atau ventura bersama sebagaimana didejinisikan dalam PSAK 12 (revisi 2009): Bagian

    Partisipasi dalam Ventura Bersama. Ketika kehilangan pengaruh signijikan, maka investor

    mengukur setiap investasi yang tersisa pada entitas asosiasi pada nilai wajar. Investor

    mengakui dalam laporan laba rugi setiap selisih antara:

    (a) nilai wajar investasi yang tersisa dan hasil pelepasan sebagian kepemilikan pada

    entitas asosiasi, dengan

    (b) jumlah tercatat investasi dalam tanggal ketika hilangnya pengaruh signifikan.

  • 15. Ketika investasi dihentikan sebagai investasi pada entitas asosiasi dan dicatat

    sesuai dengan PSAK 55 (revisi2006): Instromen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, maka

    nilai wajar investasi ketika dihentikan sebagai investasi pada entitas asosiasi dianggap

    sebagai nilai wajar pada saat pengakuan awal sebagai aset keuangan sesuai dengan PSAK

    55 (revisi 2006).

    16. Jika investor kehilangan pengaruh signifikan atas entitas asosiasi, maka investor

    mencatat seluruh jumlah yang diakui dalam pendapatan komprehensiflain yang terkait dengan

    entitas asosiasi tersebut menggunakan dasar yang sama dengan yang diperlukan jika entitas

    asosiasi telah melepaskan secara langsung aset dan liabilitas yang terkait. Oleh karena itu, jika

    keuntungan atau kerugian yang sebelumnya telah diakui dalam pendapatan komprehensif lain

    oleh entitas asosiasi akan direklasifikasi ke laporan laba rugi atas pelepasan aset atau liabilitas

    yang terkait, maka investor mereklasifikasi keuntungan atau kerugian dari ekuitas ke laporan

    laba rugi (sebagai penyesuaian reklasifikasi) sejak investor kehilangan pengaruh signifikan atas

    entitas asosiasi. Misalnya,jika entitas asosiasi memiliki aset keuangan tersedia untuk dijual dan

    investor kehilangan pengaruh signifikan atas entitas asosiasi terse but, maka investor

    mereklasifikasi keuntungan atau kerugian yang telah diakui sebelumnya dalam pendapatan

    komprehensif lain yang terkait dengan aset tersebut ke laporan laba rugi. Jika bagian

    kepemilikan investor pada entitas asosiasi berkurang, namun investasi terse but tetap sebagai

    investasi pada entitas asosiasi, maka investor mereklasifikasi ke laporan laba rugi hanya suatu

    jumlah proporsional dari keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui dalam pendapatan

    komprehensif lain.

    17. Banyak prosedur yang sesuai untuk penerapan metode ekuitas yang serupa dengan

    prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan

    Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri. Selanjutnya, konsep yang mendasari

    prosedur yang digunakan dalam akuntansi untuk perolehan entitas anak digunakan dalam

    akuntansi untuk perolehan investasi pada entitas asosiasi.

  • 18. Bagian kelompok usaha pada entitas asosiasi merupakan agregasi kepemilikan

    entitas induk dan entitas anaknya pada entitas asosiasi tersebut. Kepemilikan entitas asosiasi

    lain atau ventura bersama dalam kelompok usaha diabaikan untuk tujuan ini. Jika entitas

    asosiasi mempunyai entitas anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama, maka laba atau rugi

    dan aset neto yang dicatat dengan menerapkan metode ekuitas merupakanjumlah yang diakui

    dalam laporan keuangan entitas asosiasi (termasuk bagian entitas asosiasi atas laba atau rugi

    dan aset neto dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dimilikinya), setelah penyesuaian

    yang diperlukan terhadap dampak penyeragaman kebijakan akuntansi (lihat paragraf 23 dan

    24).

    19. Laba atau rugi yang dihasilkan dari transaksi "hilir" dan "hulu" antara investor

    (termasuk entitas anak yang dikonsolidasikan) dan entitas asosiasi diakui dalam laporan

    keuangan investor tersebut hanya sebesar bagian investor lain dalam entitas asosiasi. Transaksi

    "hilir" misalnya, penjualan aset entitas asosiasi kepada investor. Transaksi "hulu", misalnya,

    penjualan aset dari investor kepada entitas asosiasi. Bagian investor atas laba atau rugi entitas

    asosiasi yang dihasilkan dari transaksi-transaksi ini dieliminasi.

    20. Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas sejak

    tanggal investasi tersebut memenuhi definisi entitas asosiasi. Pada saat perolehan investasi,

    setiap selisih antara biaya perolehan investasi dengan bagian investor atas nilai wajar neto aset

    dan liabilitas teridentifikasi dari entitas asosiasi dicatat dengan cara sebagai berikut:

    (a) goodwill yang terkait dengan entitas asosiasi termasuk dalam jumlah tercatat investasi.

    Amortisasi goodwill tersebut tidak diperkenankan.

    (b) setiap selisih lebih bagian investor atas nilai wajar neto aset dan liabilitas teridentifikasi

    dari entitas asosiasi terhadap biaya perolehan investasi dimasukkan sebagai penghasilan

    dalam menentukan bagian investor atas laba atau rugi entitas asosiasi pada periode

    investasi diperoleh.

    Penyesuaian terhadap bagian investor atas laba atau rugi entitas asosiasi setelah perolehan juga

    dilakukan untuk mencatat, misalnya, penyusutan aset yang tersusutkan berdasarkan nilai

  • wajarnya pada tanggal perolehan. Serupa dengan hal tersebut, penyesuaian terhadap bagian

    investor atas laba atau rugi entitas asosiasi setelah perolehan dilakukan untuk rugi penurunan

    nilai yang diakui oleh entitas asosiasi, misalnya goodwill atau aset tetap.

    21. Laporan keuangan terkini entitas asosiasi yang tersedia digunakan oleh investor

    dalam menerapkan metode ekuitas. Jika akhir periode pelaporan investor berbeda dengan

    entitas asosiasi, maka entitas asosiasi menyajikan (untuk digunakan oleh investor) laporan

    keuangan dengan tanggal yang sama dengan laporan keuangan investor, kecuali hal tersebut

    tidak praktis.

    22. Jika (sesuai dengan paragraj 21) laporan keuangan entitas asosiasiyang digunakan

    dalam menerapkan metode ekuitas disusun berbeda tanggal dengan investor, maka

    penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang

    terjadi di antara tanggal laporan keuangan entitas asosiasi dengan tanggal laporan keuangan

    investor. Dalam setiap kasus, perbedaan antara akhir periode pelaporan entitas asosiasi

    dengan akhir periode pelaporan investor tidak boleh lebih dari tiga bulan. Panjangnya

    periode pelaporan dan setiap perbedaan antar akhir periode pelaporan adalah sama dari

    periode ke periode.

    23. Laporan keuangan investor disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi

    yang sama untuk transaksi dan peristiwa dalam keadaan serupa.

    24. Jika entitas asosiasi menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dengan

    investor untuk transaksi dan peristiwa dalam keadaan serupa, maka penyesuaian dilakukan

    untuk menyamakan kebijakan akuntansi entitas asosiasi dengan kebijakan akuntansi investor

    ketika laporan keuangan entitas asosiasi tersebut digunakan oleh investor dalam menerapkan

    metode ekuitas.

  • 25. Jika entitas asosiasi menerbitkan saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh pihak

    selain investor dan diklasifikasikan sebagai ekuitas, maka investor menghitung bagiannya atas

    laba atau rugi setelah penyesuaian dividen atas saham terse but, terlepas apakah dividen

    tersebut telah atau belum diumumkan.

    26. Jika bagian investor atas rugi entitas asosiasi sama dengan atau melebihi

    kepentingannya pada entitas asosiasi, maka investor menghentikan pengakuan bagiannya atas

    rugi lebih lanjut. Kepentingan pada entitas asosiasi adalah jumlah tercatat investasi pada entitas

    asosiasi dengan metode ekuitas ditambah dengan setiap kepentingan jangka panjang yang

    secara substansi membentuk bagian investasi neto investor pada entitas asosiasi. Misalnya,

    suatu pos yang diselesaikan, baik tidak direncanakan ataupun mungkin terjadi di masa datang

    yang dapat diperkirakan (joreseable future), secara substansi merupakan suatu perpanjangan

    investasi pada entitas asosiasi. Pos-pos tersebut dapat termasuk saham preferen dan piutang

    atau pinjaman jangka panjang yang diberikan tetapi tidak termasuk piutang dagang, utang

    dagang, atau setiap piutang jangka panjang dengan agunan yang memadai, seperti pinjaman

    yang diberikan dengan penjaminan. Kerugian yang diakui, dalam metode ekuitas, atas selisih

    lebih investasi investor pada saham biasa diterapkan untuk komponen lain dari bagian investor

    pada entitas asosiasi dalam urutan yang terbalik dengan senioritasnya (misalnya prioritas dalam

    likuidasi).

    27. Setelah kepentingan investor dikurangkan menjadi nol, tambahan kerugian

    dicadangkan, dan liabilitas diakui, hanya sepanjang investor memiliki kewajiban konstruktif

    atau hukum atau melakukan pembayaran atas nama entitas asosiasi. Jika entitas asosiasi

    kemudian melaporkan laba, maka investor mulai mengakui bagiannya atas laba tersebut hanya

    setelah bagiannya atas laba tersebut sarna dengan bagian atas rugi yang belum diakui.

    28. Setelah menerapkan metode ekuitas, termasuk pengakuan kerugian entitas asosiasi

    sesuai dengan paragraf26, maka investor menerapkan persyaratan dalam PSAK 55 (revisi

    2006):

  • Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran untuk menentukan apakah diperlukan untuk

    mengakui tambahan rugi penurunan nilai dengan memperhatikan investasi neto investor

    pad a entitas asosiasi.

    29. Investor juga menerapkan persyaratan dalam PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen

    Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran untuk menentukan apakah setiap tambahan rugi

    penurunan nilai diakui dengan memperhatikan bagian investor pada entitas asosiasi yang bukan

    merupakan bagian dari investasi neto dan jumlah rugi penurunan nilai.

    30. Karena goodwill yang membentuk nilai tercatat investasi dalam entitas asosiasi

    tidak diakui secara terpisah, maka tidak dilakukan pengujian penurunan nilai secara terpisah

    dengan menerapkan persyaratan pengujian penurunan nilai goodwill dalam PSAK 48 (revisi

    2009): Penurunan NilaiAset. Sebagai gantinya, seluruh nilai tercatat investasi diuji penurunan

    nilai berdasarkan PSAK 48 (revisi 2009) sebagai suatu aset tunggal, dengan membandingkan

    antara jumlah terpulihkan (mana yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi

    biaya untuk menjual) dengan jumlah tercatatnya, kapan pun penerapan persyaratan dalam

    PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengukuran dan Pengukuran mengindikasikan

    bahwa investasi mungkin telah mengalami penurunan niiai. Rugi penurunan nilai yang diakui

    pada keadaan tersebut tidak dialokasikan pada setiap aset, termasuk goodwill, yang membentuk

    bagian dari nilai tercatat investasi pada entitas asosiasi. Dengan demikian, pembalikan dari

    penurunan nilai diakui sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) sepanjang jumlah terpulihkan dari

    investasi tersebut kemudian meningkat. Dalam menentukan nilai pakai investasi, entitas

    mengestimasi:

    (a) bagiannya atas nilai kini arus kas masa depan yang diharapkan akan dihasilkan oleh

    entitas asosiasi, termasuk arus kas dari operasional entitas asosiasi dan hasil pelepasan

    investasi; atau

    (b) nilai kini estimasi arus kas masa depan yang diharapkan timbul dari dividen yang akan

    diperoleh dari investasi dan pelepasan investasi.

    Dengan asumsi-asumsi yang tepat, kedua metode tersebut akan memberikan hasil yang sama.

  • 31. Jumlah terpulihkan dari investasi pada entitas asosiasi dinilai untuk setiap entitas

    asosiasi, kecuali entitas asosiasi tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk dari pemakaian

    berkelanjutan yang sebagian besar independen dari aset lain.

    PENGUNGKAPAN

    32. Pengungkapan berikut ini dibuat:

    (a) nilai wajar investasipada entitas asosiasiyang tersedia kuotasi harga publikasian;

    (b) ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi, termasuk jumlah agregataset,

    liabilitas,pendapatan, dan laba atau rugi;

    (c) alasan mengapa anggapaninvestoryang tidak memiliki pengaruh signijikanjika investor

    memiliki kurang dari 20% hak suara atau hak suara potensial investee secara

    langsung atau tidak langsung melalui entitas anak, namun disimpulkan bahwa investor

    tersebutmemiliki pengaruh signifikan;

    (d) alasan mengapa anggapan investor yang memiliki pengaruh signijikan jika investor

    memiliki lebih dari 20% hak suara atau hak suara potensial investee secara langsung

    atau tidak langsung melalui entitas anak, namun disimpulkan bahwa investor tersebut

    tidak memiliki pengaruh signifikan;

    (e) akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitasasosiasi, ketika laporan

    keuangan tersebut digunakan dalam menerapkan metode ekuitas dan tanggal atau

    periode yang berbeda dengan investor, dan alasan menggunakan tanggal atau periode

    yang berbeda;

    (f) sifat dan tingkatan setiap pembatasan signifikan (misalnya hasil dari perjanjian

    pinjaman yang diterima atau persyaratan regulator) atas kemampuan entitas asosiasi

    untuk mentransfer dana kepada investor dalam bentuk dividen tunai, atau pembayaran

    kembali pinjaman yang diberikan atau uang muka;

    (g) bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui, baik untuk periode terjadinya kerugian

    tersebut maupun secara kumulatif, jika investor menghentikan pengakuan bagiannya

    atas rugi entitas asosiasi; dan

  • (h) ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi, secara individual atau dalam kelompok,

    yang tidak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, termasuk jumlah total aset,

    total liabilitas, pendapatan, dan laba atau rugi.

    33. Investasi pada entitas asosiasiyang dicatatdengan menggunakan metode ekuitas

    diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Bagian investor atas laba atau rugi entitas asosiasi,

    dan jumlah tercatat investasi, diungkapkan secara terpisah. Bagian investor dari setiap

    operasi yang dihentikan dari entitas asosiasi juga diungkapkan secara terpisah.

    34. Bagian investor atas perubahan yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain

    entitas asosiasi diakui oleh investor dalam pendapatan komprehensif lain.

    35. Sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset

    Kontinjensi investor mengungkapkan:

    (a) bagiannya atas liabilitas kontinjensi entitas asosiasi yang terjadi bersama-sama

    dengan investor lain, dan

    (b) liabilitas kontinjensi yang timbul karena investor berkewajiban bersama-sama untuk

    semua atau sebagian liabilitas entitas asosiasi.

  • Soal Kasus

    Kasus 1.

    Parent Company membeli Subsidiary Company.

    PT. A membeli saham PT. B, kondisi modal PT. B pada saat itu adalah:

    Modal Saham, @Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000.000Agio Saham Rp 100.000.000Retained Earning Rp 150.000.000

    Jumlah Modal Rp. 1.250.000.000

    PT. B akan mengadakan emisi saham baru sebanyak 500 lembar dengan harga nominal Rp. 1

    juta. PT. A member 500 lembar saham yang beredar milik PT. B melalui pasar modal dengan

    harga per lembar Rp. 1.2 juta. Selain itu PT. A akan membeli pula 325 lembar saham baru

    langsung dari PT. B dengan harga per lembar Rp. 1.1 juta.

    Jurnal yang dibuat PT. A:

    Jurnal untuk mencatat pembelian 500 lembar saham di Pasar Modal:

    Investasi Saham PT. BRp. 600.000.000

  • Kas Rp. 600.000.000

    (1.200.000 x 500)

    Jurnal untuk mencatat pembelian 325 lembar saham baru:

    Investasi Saham PT. BRp. 357.500.000

    Kas Rp. 357.500.000

    (1.100.000 x 325)

    Jurnal yang dibuat PT. B:

    Kas Rp. 357.500.000

    Modal Saham Rp. 325.000.000

    Agio Saham Rp. 32.500.000

    (@1.000.000 x 325 = 325.000.000)

    URAIAN SEBELUM PEMBELIAN SETELAH PEMBELIANModal Saham @Rp. 1juta 1,000,000,000 1,500,000,000 Agio Saham 100,000,000 132,500,000 Retained Earning 150,000,000 150,000,000 Total Modal 1,250,000,000 1,782,500,000

    Komposisi modal PT. B sebelum dan sesudah dibeli PT. A

    Jurnal Pembelian Saham PT. B oleh PT. A:

    Pembelian dari Pasar Modal = 500 lembar

    Pembelian langsung dari PT. B = 325 lembar

    Jumlah = 825 lembar

  • Makan, persentase kepemilikan saham PT. B oleh PT. A adalah:

    [(500+325) / (1000+500)] x 100% = 55%

    PT. A selaku Parent Company memiliki 55% saham PT. B (Subsidary Company).

    Besarnya hak PC terhadap SC adalah: (Controlling Interest)

    55% x Rp. 1.782.500.000 = Rp. 980.375.000

    Besarnya perkiraan investasi saham pada PT. B:

    Rp. 600.000.000 + Rp. 357.500.000 = Rp. 957.500.000 (Nilai Investasi at Cost)

    Controlling Interest (Book Value) = Rp. 980.375.000

    Excess of Book Value over Cost = Rp 22.875.000

    Jika dibuat Worksheet Neraca Konsolidasi PC dan SC setelah pembelian, diasumsikan account

    lain milik kedua perusahaan tersebut diabaikan:

    D C D CInv. Shm PT. B 957,500,000 Eliminasi 55% MS 825,000,000 Eliminasi 55% AS 72,875,000 Eliminasi 55% RE 82,500,000 EBVC 22,875,000 Modal Shm PT. B 1,500,000,000 Eliminasi 55% 825,000,000 Hak Minoritas 675,000,000 Agio Saham PT. B 132,500,000 Eliminasi 55% 72,500,000 Hak Minoritas 60,000,000 R/E PT. B 150,000,000 Eliminasi 55% 82,500,000 Hak Minoritas 67,500,000

    Eliminasi Neraca KonsolidasiAccount PT. A PT. B

  • Jurnal Eliminasi yang dibuat PT. A:

    Modal Saham PT. B Rp. 825.000.000Agio Saham PT. B Rp. 72.500.000Retained Earning Rp. 82.500.000

    EBVC Rp. 22.500.000Investasi Saham PT. BRp. 957.500.000

    Kasus 2.

    Laporan Laba Rugi PT. DEF tahun 2007 yang membeli 100% modal saham PT. GHI.

    URAIAN PT. DEF PT. GHI TOTALPenjualan 500,000,000 300,000,000 800,000,000 HPP:Persediaan Awal 150,000,000 100,000,000 250,000,000 Pembelian 450,000,000 250,000,000 700,000,000 Barang Tersedia Dijual 600,000,000 350,000,000 950,000,000 Persediaan Akhir 200,000,000 130,000,000 330,000,000 Harga Pokok Penjualan: 400,000,000 220,000,000 620,000,000 Laba Kotor 100,000,000 80,000,000 180,000,000 Biaya Usaha 60,000,000 50,000,000 110,000,000 Laba Bersih Usaha 40,000,000 30,000,000 70,000,000

    Informasi tambahan:

    Pada periode tersebut terdapat jual beli barang dagangan antara perusahaan afiliasi

    sebesar Rp 100 juta dengan harga pokok Rp 80 juta.

    Pada akhir periode, 40% dari barang dangan tersebut belum terjual.

    Diminta:

    a) Buat jurnal eliminasi yang dibuat oleh PT. DEF

    b) Buat kertas kerja Laporan Laba Rugi Konsolidasi periode tahun 2007 yang dibuat oleh

    PT. DEF

  • c) Buat Laporan Laba Rugi Konsolidasi periode tahun 2007 yang dibuat oleh PT. DEF

    Jawaban:

    a) Jurnal Eliminasi:

    Penjualan Rp 100.000.000

    Pembelian Rp 100.000.000

    (Eliminasi penjualan dan pembelian sebesar 100 juta)

    Persediaa (Laba Rugi) Rp 8.000.000

    Persediaan (Neraca) Rp 8.000.000

    (40%x(100.000.000-80.000.000))

    (Eliminasi persediaan akhir yang terlalu besar)

    b)

    D CPenjualan 500,000,000 300,000,000 100,000,000 700,000,000 HPP:Persediaan Awal 150,000,000 100,000,000 250,000,000 Pembelian 450,000,000 250,000,000 100,000,000 600,000,000 Barang Tersedia Dijual 600,000,000 350,000,000 850,000,000 Persediaan Akhir 200,000,000 130,000,000 8,000,000 322,000,000 Harga Pokok Penjualan: 400,000,000 220,000,000 528,000,000 Laba Kotor 100,000,000 80,000,000 172,000,000 Biaya Usaha 60,000,000 50,000,000 110,000,000 Laba Bersih Usaha 40,000,000 30,000,000 62,000,000

    PT. DEF & PT. GHIWORKSHEET LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI PERIODE TAHUN 2007

    URAIAN PT. DEF PT. GHIELIMINASI

    TOTAL

  • c)

    Penjualan 700,000,000 Harga Pokok Penjualan (HPP):Persediaan Awal 250,000,000 Pembelian 600,000,000 Barang Tersedia Dijual 850,000,000 Persediaan Akhir 322,000,000 Harga Pokok Penjualan 528,000,000 Laba Kotor 172,000,000 Biaya Usaha 110,000,000 Laba Bersih Usaha 62,000,000

    PT. ABC & PT. XYZLAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI PERIODE TAHUN 2007

    Kasus 3.

    Dari kasus no. 1 diatas:

    Informasi lain:

    Pada periode tersebut terdapat jual beli barang dagangan antara perusahaan afiliasi

    sebesar Rp. 100 juta dengan harga pokok Rp. 80 juta.

    Pada awal periode tersebut, perusahaan masih mempunyai barang dagangan yang

    berasal dari perusahaan afiliasi, labar koto yang melekat pada persediaan awal Rp. 10

    juta.

    Pada akhir periode perusahaan masih mempunyai barang dagangan yang berasal dari