81070824 tugas hadits

42
KEIMANAN Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “ HADITS” Dosen Pengampu : H. Mufidz, S.Ag, MS.I. FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2011 Disusun oleh : 1. Muhammad Sokhib : (106013343) 2. Dewi Yahyawati : (106013339)

Upload: indragunawanshkm

Post on 27-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 81070824 Tugas Hadits

KEIMANAN

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

“ HADITS”

Dosen Pengampu : H. Mufidz, S.Ag, MS.I.

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2011

Disusun oleh :1. Muhammad Sokhib :

(106013343)2. Dewi Yahyawati :

(106013339)3. Luthfiyah :

Page 2: 81070824 Tugas Hadits

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Junjungan Nabi

Muhammad Saw. Insan yang setiap muslim dibelahan bumi manapun berharap akan

syafaatnya kelak di hari kiamat.

Dalam makalah kali ini kami menyampaikan tema “ KEIMANAN”. Yaitu

suatu kata dasar yang wajib dimiliki dan dipahami oleh setiap manusia yang

beragama. Khususnya dalam hal ini adalah kita sebagai umat Islam. Setiap mukmin

wajib memiliki, memahami dan menjaga kualitas keimanannya. Hal inilah yang

dijadikan tolok ukur kualitas keagamaan seseorang.

Dalam makalah ini kami berusaha menyajikan permasalah mengenai Iman,

Islam, Ihsan dan juga sedikit menyinggung mengenai budaya malu yang saat ini

lambat laun mulai hilang dalam perilaku masyarakat kita. Yang ternyata dalam Islam

sendiri malu dimasukkan ke dalam bagian dari keimanan.

Demikianlah semoga apa yang kami sajikan ini mendapat ridho dari Allah dan

dapat menambah wawasan kita semua. Membawa manfaat bagi penulis maupun

rekan-rekan sekalian.

Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

Demak, 4 Desember 2011

Penyusun

ii

Page 3: 81070824 Tugas Hadits

DAFTAR ISI

BAB I.

PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1

BAB II.

PEMBAHASAN……………………………………………………………. 3

1.1. HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN, DAN HARI KIAMAT (LM. 5) 3

a) Iman……………………………………………………………… 5

b) Islam……………………………………………………………… 7

c) Ihsan……………………………………………………………… 11

d) Hari Kiamat………………………………………………………. 16

1.2. BERKURANGNYA IMAN DAN ISLAM KARENA MAKSIAT (LM.36)17

1.3.RASA MALU SEBAGIAN DARI IMAN (LM.22)……………………. 20

BAB III.

KESIMPULAN……………………………………………………………… 23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 24

iii

Page 4: 81070824 Tugas Hadits

BAB I.

PENDAHULUAN

Bagaimana pengertian Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah? Apakah

Iman itu bisa bertambah atau berkurang? Jawab Pengertian Iman menurut Ahlus

Sunnah wal Jamaah adalah ikrar dalam hati diucapkan dengan lisan dan diamalkan

dengan anggota badan. Jadi Iman itu mencakup tiga hal Ikrar dengan hati.

Pengucapan dengan lisan. Pengamalan dengan anggota badan. Jika keadaannya

demikian maka iman itu akan bisa bertambah atau bisa saja berkurang. Lagi pula nilai

ikrar itu tidak selalu sama. Ikrar atau pernyataan karena memperoleh satu berita tidak

sama dengan jika langsung melihat persoalan dengan kepala mata sendiri.

Pernyataan karena memperoleh berita dari satu orang tentu berbeda dari

pernyataan dengan memperoleh berita dari dua orang. Demikian seterusnya. Oleh

karena itu Ibrahim ‘Alaihis Sallam pernah berkata seperti yang dicantumkan oleh

Allah dalam Al-Qur’an. “Ya Rabbku perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau

menghidupkan orang-orang yang mati. Allah berfirman ‘Apakah kamu belum

percaya’. Ibrahim menjawab ‘Saya telah percaya akan tetapi agar bertambah tetap

hati saya”. Iman akan bertambah tergantung pada pengikraran hati ketenangan dan

kemantapannya. Manusia akan mendapatkan hal itu dari dirinya sendiri maka ketika

menghadiri majlis dzikir dan mendengarkan nasehat didalamnya disebutkan pula

perihal surga dan neraka ; maka imannya akan bertambah sehingga seakan-akan ia

menyaksikannya dengan mata kepala. Namun ketika ia lengah dan meninggalkan

majlis itu maka bisa jadi keyakinan dalam hatinya akan berkurang. Iman juga akan

bertambah tergantung pada pengucapan maka orang berdzikir sepuluh kali tentu

berbeda dengan yang berdzikir seratus kali. Yang kedua tentu lbh banyak

tambahannya. Demikian halnya dengan orang yang beribadah secara sempurna

tentunya akan lbh bertambah imannya ketimbang orang yang ibadahnya kurang.

Dalam hal amal perbuatan pun juga demikian orang yang amalan dengan

anggota badannya jauh lbh banyak daripada orang lain maka ia akan lbh bertambah

imannya daripada orang yang tidak melakukan perbuatan seperti dia. Tentang

1

Page 5: 81070824 Tugas Hadits

bertambah atau berkurangnya iman ini telah disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun

As-Sunnah. Allah Ta’ala berfirman yang artinya “Dan tidaklah Kami menjadikan

bilangan mereka itu melainkan utk jadi cobaan bagi orang-orang kafir supaya orang-

orang yang diberi Al-Kitab yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah

imannya”. “Dan apabila diturunkan suatu surat maka diantara mereka ada yang

berkata ‘Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan surat ini ?’ Adapun

orang yang beriman maka surat ini menambah imannya sedang mereka merasa

gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit maka

dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya dan mereka

mati dalam keadaan kafir”. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa kaum wanita itu memiliki

kekurangan dalam soal akal dan agamanya. Dengan demikian maka jelaslah kiranya

bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang.

Namun ada masalah yang penting apa yang menyebabkan iman itu bisa

bertambah ? Ada beberapa sebab di antaranya Mengenal Allah dengan nama-nama

dan sifat-sifat-Nya. Setiap kali marifatullahnya seseorang itu bertambah maka tak

diragukan lagi imannya akan bertambah pula. Oleh karena itu para ahli ilmu yang

mengetahui benar-benar tentang asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya lbh kuat imannya

daripada yang lain. Memperlihatkan ayat-ayat Allah yang berupa ayat-ayat kauniyah

maupun syar’iyah. Seseorang jika mau memperhatikan dan merenungkan ayat-ayat

kauniyah Allah yaitu seluruh ciptaan-Nya maka imannya akan bertambah. Allah

Ta’ala berfirman. Artinya “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang yakin dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan” .

Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa jika manusia mau memperhatikan dan

merenungkan alam ini maka imannya akan semakin bertambah banyak melaksanakan

ketaatan.

2

Page 6: 81070824 Tugas Hadits

BAB II. PEMBAHASAN

KEIMANAN

1.1. HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN, DAN HARI KIAMAT (LM. 5)

�ي ب� أ ع�ن� �م�ي �ي الت �ان� ي ح� �و �ب أ �ا ن �ر� ب خ�

� أ اه�يم� �ر� �ب إ �ن� ب م�اع�يل� �س� إ �ا �ن ح�د�ث ق�ال� د�د# م�س� �ا �ن ح�د�ث : �اس� �لن ل �و�م(ا ي ا �ار�ز( ب �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي �ب الن �ان� ك ق�ال� ة� �ر� ي ه�ر� �ي ب

� أ ع�ن� ع�ة� ر� ز� : �ه� �ب �ت و�ك �ه� �ت �ك و�م�الئ �ه� �الل ب �ؤ�م�ن� ت ن�

� أ �يم�ان� اإل ق�ال� �يم�ان� اإل م�ا ف�ق�ال� �ر�يل� ج�ب �اه� ت� ف�أ

: : � و�ال �ه� الل �د� �ع�ب ت ن�� أ �م� ال �س� اإل ق�ال� �م� ال �س� اإل م�ا ق�ال� ، �ع�ث� �ب �ال ب �ؤ�م�ن� و�ت �ه� ل س� و�ر� �ه� �ق�ائ �ل و�ب

: ق�ال� ، م�ض�ان� ر� �ص�وم� و�ت وض�ة� �م�ف�ر� ال �اة� ك الز� �ؤ�دJي� و�ت �ة� الص�ال �ق�يم� و�ت (ا �ئ ي ش� �ه� ب ر�ك� �ش� ت: : ق�ال� ، اك� �ر� ي �ه� �ن ف�إ اه� �ر� ت �ن� �ك ت �م� ل �ن� ف�إ اه� �ر� ت �ك� ن

� �أ ك �ه� الل �د� �ع�ب ت ن�� أ ق�ال� ، ان� �ح�س� اإل م�ا

: ع�ن� ك� �ر� ب خ�� أ و�س� �ل� ائ الس� م�ن� �م� ع�ل

� �أ ب �ه�ا ع�ن �ول� ئ �م�س� ال م�ا ق�ال� اع�ة�، الس� �ى م�تف�ي: ، �ان� �ي �ن �ب ال ف�ي �ه�م� �ب ال �ل� �ب اإل ع�اة� ر� �ط�او�ل� ت �ذ�ا و�إ �ه�ا ب ر� �م�ة� األ �د�ت� و�ل �ذ�ا إ اط�ه�ا ر� ش�

� أ�م� ع�ل �د�ه� ن ع� �ه� الل �ن� إ �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي �ب الن � �ال ت �م� ث �ه� الل � �ال إ �م�ه�ن� �ع�ل ي � ال Wخ�م�س Jم� �ع�ل ي اء� ج� �ر�يل� ب ج� ه�ذ�ا ف�ق�ال� (ا �ئ ي ش� و�ا �ر� ي �م� ف�ل دوه� ر� ف�ق�ال� �ر� د�ب

� أ �م� ث �ة� اآلي اع�ة� الس� : : ) اإليمان كتاب فى البخارى أخرجه �ه�م� د�ين �اس� . 37الن جبريل سؤال باب

: : .( . . اإليمان عن مسلم واإلسالم اإليمان عن صم ,57النبي : سنة. داوود ابو 16 , : اإليمان. . 4ترميذى : مقدمة. ماجه : 9ابن . حنبل بن ,1,27,51احمد

19,29.

1. Artinya :

“Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn Ibrahim

telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah telah

menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah r.a berkata: Pada suatu hari ketika

Nabi saw. sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan

bertanya, “apakah iman itu?”. Jawab Nabi saw.: “iman adalah percaya Allah swt.,

para malaikat-Nya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya dan percaya

pada hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam itu?

Jawab Nabi saw., “Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-

Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan

dan berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah Ihsan

itu?” Jawab Nabi saw., “Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kepada Allah seakan-

akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa

3

Page 7: 81070824 Tugas Hadits

Allah melihatmu. “Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu? “Nabi

saw. menjawab: “orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya,

tetapi saya memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya

hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika

penggembala onta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-

gedung megah. Termasuk lima perkara yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah,

selanjutnya Nabi saw. membaca ayat: “Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya

sajalah yang mengetahui hari kiamat… (ayat)1. Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi

saw. bersabda kepada para sahabat: “antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat

tidak melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi saw.bersabda: “Itu adalah

Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk mengajarkan agama kepada manusia.” (HR.

Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal)”.

2. Penjelasan Singkat

Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan

satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di

penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan

agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan

oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca: agama

Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar

jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman,

segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah

ukhrawi.

Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam 1 Ayat yang dibaca Nabi saw. tersebut terdapat dalam QS. Luqman (31): 34. Arti selengkapnya  ayat

tersebut: “ Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan

Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada seorangpun

yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorangpun yang

dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

4

Page 8: 81070824 Tugas Hadits

sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman

tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan

Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab

ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah.  Keterkaitan antara

ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari

kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia

tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian

kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

Berikut ini akan dibahas lebih rinci tentang iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat.

a. Iman Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati; 

pembenaran hati”2. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian

pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala

konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati3. Iman sering juga dikenal dengan

istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman

mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi

ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan

pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari

diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta

dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.

Adapun pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis

di atas ialah: keyakinan tentang adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-

kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran

adanya hari kebangkitan dari alam kubur. Dalam hadis lain, yang senada dengan

2 Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya al-Raziy, Mu’jam Maqayis al-Lugah, juz I, (Cet. I; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1999), h. 72.

3 Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadhl al-‘Asqalaniy al-Syafi’i, Fath al-Bariy, juz I, ditahqiq oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqiy dan Muhib al-Din al-Khathib, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1379 H.), h. 48.

5

Page 9: 81070824 Tugas Hadits

hadis di atas yang diriwayatkan oleh Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain

menyebutkan kelima hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria

yaitu: beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk4.

Berdasarkan kedua redaksi hadis tersebut selanjutnya oleh sebagian besar ulama

dirumuskan bahwa jumlah rukun iman adalah enam, yang meliputi:

1) Keyakinan tentang adanya Allah swt.

2) Keyakinan terhadap malaikat-malaikat Allah swt.

3) Keyakinan tentang kebenaran kitab-kitab yang diturunkan-Nya.

4) Keyakinan tentang kebenaran rasul-rasul utusan-Nya.

5) Keyakinan tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.

6) Keyakinan kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk.

Dalam Alqur’an ditemukan sejumlah ayat yang senada dengan  hadis di atas yang mendeskripsikan tentang konsep keimanan, antara lain firman Allah swt. dalam QS. Al-Baqarah (2): 285:

�ون� آ �م�ؤ�م�ن و�ال Jه� ب ر� م�ن �ه� �ي �ل إ نز�ل�� أ �م�ا ب س�ول� الر� �ه� � م�ن� �ت �ك ئ و�م�ال� �ه� �الل ب آم�ن� aل� ك

�ه� ل س� ر مJن Wح�د� أ �ن� �ي ب ق� Jف�ر� ن ال� �ه� ل س� و�ر� �ه� �ب �ت �ا � و�ك �ط�ع�ن و�أ �ا م�ع�ن س� �وا �ك� � و�ق�ال ان غ�ف�ر� � �م�ص�ير ال �ك� �ي �ل و�إ �ا �ن ب ﴾ ٢٨٥ر�

Terjemahnya:

Rasul Telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,

demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami

tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-

Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (mereka berdoa):

“Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Adapun keimanan kepada qadha dan qadar secara tekstual tidak tercatat

dalam ayat di atas, tapi tersebar dalam berbagai ayat dalam surah yang berbeda, dan

bahkan dengan arti yang bermacam-macam. Tetapi adapula yang menafsirkan 

perkataan “wa ilaika al-mashir” dalam ayat di atas menunjukkan pula arti

4 Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab al-Iman, Abu Dawud dalam kitab awwal kitab al-sunnah, dan Imam dalam Musnad Umar bin al-Khattab.

6

Page 10: 81070824 Tugas Hadits

mengembalikan segala perkara kepada Allah, termasuk masalah takdir.

Keenam pokok keimanan itu yakni: iman kepada Allah, malaikat-malaikat-

Nya, Kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat dan qadla-gadar-Nya – dikenal

sebagai arkanul iman (rukun iman) yang menampakan pokok-pokok keimanan.

Karna keenam hal tersebut sebagaimana dijelaskan di atas mempunyai korelasi yang

demikian besar, maka bila menafikan salah satu unsur dari keenam itu akan

menyebabkan kepincangan dalam iman, dan bahkan pula akan menyebabkan

keingkaran kepada Tuhan. Keingkaran kepada hari kiamat umpamanya berarti pula

keingkaran kepada Allah – yang sekaligus ingkar kepada rasul yang menyampaikan

berita tersebut, termasuk kepada malaikat yang menyampaikan wahyu kepada para

rasul, dan percaya kepada kitab-kitab yang merupakan risalah para rasul itu.

b. Islam

Islam berasal dari akar kata kerja aslama secara harfiyah berarti kepatuhan

atau tindakan penyerahan diri seseorang sepenuhnya kepada kehendak orang lain5.

Islam adalah kepatuhan menjalankan perintah Allah dengan segala keikhlasan dan

kesungguhan hati. Hal itu sesuai dengan arti kata Islam, yakni penyerahan. Seorang

muslim harus menyerahkan dirinya kepada Allah secara total karena memang

manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Islam menurut istilah adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah dan

disempurnakan oleh Rasulullah saw. yang memiliki sumber pokok al-Qur’an dan

Sunnah Rasulullah saw. sebagai petunjuk kepada umat manusia sepanjang masa.

(Q.S. 48: 28, dan 5: 3).

Intisari Islam sebagai agama adalah keterikatan dan ketundukan pada Allah

swt. yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi dari manusia        dan

bersifat gaib yang dapat ditangkap oleh indera tetapi bisa dirasakan dan diyakini akan

5 Toshihiko Izitsu, Ethico Religiuous Concepts in the Qur’an, diterjemahkan oleh Agus Fahri Husain dkk., dengan judul Konsep-konsep Etika Religius dalam Qur’an, (Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 226.

7

Page 11: 81070824 Tugas Hadits

adanya. Tauhid (pengesaan Allah) merupakan seruan pertama dan terakhir dari Islam.

Ia adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa (faith in the unity of God).

Atas dasar itulah sehingga Rasulullah saw. dalam hadis di atas menjadikan

tauhid (penyembahan hanya kepada Allah semata) sebagai pilar utama dalam

keislaman seorang, selanjutnya disusul dengan kewajiban-kewajiban yang lain, yaitu

mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan, berpuasa di bulan

Ramadhan. Dalam hadis lain ditambahkan satu kewajiban lagi, yakni menunaikan

ibadah haji bagi yang mampu, sebagaimana dinyatakan dalam hadis berikut:

�ن� ب �ر�م�ة� ع�ك ع�ن� �ان� ف�ي س� �ي ب� أ �ن� ب �ة� �ظ�ل ح�ن �ا ن �ر� ب خ�

� أ ق�ال� م�وس�ى �ن� ب �ه� الل �د� �ي ع�ب �ا �ن ح�د�ث

�ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال� ق�ال� �ه�م�ا ع�ن �ه� الل ض�ي� ر� ع�م�ر� �ن� اب ع�ن� Wد� ال خ�

س�ول� ر� م�ح�م�د(ا �ن� و�أ �ه� الل � �ال إ �ه� �ل إ � ال �ن� أ ه�اد�ة� ش� Wخ�م�س ع�ل�ى �م� ال �س� اإل �ي� �ن ب �م� ل و�س�

م�ض�ان� ر� � و�ص�و�م Jح�ج� و�ال �اة� ك الز� �اء� �يت و�إ �ة� الص�ال � �ق�ام و�إ �ه� الل

.( البخاري .(رواه

Artinya:

‘Abdullah ibn Musa telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Hanzhalah

ibn Abi Sufyan telah memberitakan kepada kami, dari Ikrimah ibn Khalid, dari ibn

Umar r.a berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Islam didirikan atas lima perkara,

yakni bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah swt, dan Muhammad adalah utusan-

Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji (ke Baitullah),

dan berpuasa dibulan Ramadhan”. (H.R. Al-Bukhari)

Berdasarkan hadis di atas, ditemukan rumusan yang selanjutnya dikenal

dengan rukun Islam, yaitu:

1) Syahadat (persaksian keesaan Allah dan kerasulan Muhammad)

2) Mendirikan salat

3) Menunaikan zakat

4) Puasa pada bulan Ramadhan

5) Menunaikan ibadah haji

Sebagai agama, hanya Islam-lah yang mendapat pengakuan dan diterima di sisi Allah

8

Page 12: 81070824 Tugas Hadits

swt. Sehubungan dengan hal ini Allah berfirman dalam QS. Ali Imran (3): 19:

م� ال� �س� اإل� �ه� الل ع�ند� الدJين� �ن� .............إ

Terjemahnya:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”.

Dan Allah berfirman dalam QS. Ali Imran (3): 85:

م�ن� ة� خ�ر� اآل� ف�ي و�ه�و� �ه� م�ن �ل� �ق�ب ي �ن ف�ل (ا د�ين � م ال� �س� اإل� �ر� غ�ي �غ� �ت �ب ي و�م�ن

� �خ�اس�ر�ين ٨٥ال ﴾Terjemahnya:

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan

diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang

rugi”.(Q.S. Ali Imran: 85)

Pernyataan al-Qur’an di atas mengisyaratkan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw.

bukan untuk merombak seluruh ajaran yang dibawa oleh para nabi yang datang

sebelumnya. Kedatangan beliau hanya melanjutkan missi yang dibawa oleh Nabi-

nabi sebelumnya dan menyempurnakannya. Oleh sebab itu, inti ajaran, isi dan tujuan

agama-agama samawi sebelum Nabi Muhammad bersifat tidak berubah-ubah, namun

teknis dan pelaksanaannya dapat berubah dengan memperhatikan situasi dan kondisi

yang berkembang. Sehubungan dengan hal ini Allah berfirman dalam QS. asy-Syura

(42): 13:

�ا �ن و�ص�ي و�م�ا �ك� �ي �ل إ �ا �ن ي و�ح�� أ �ذ�ي و�ال �وح(ا ن �ه� ب kو�ص�ى م�ا الدJين� مJن� �م �ك ل ع� ر� ش�

kى و�ع�يس� kو�م�وس�ى اه�يم� �ر� �ب إ �ه� ف�يه� � ب ق�وا �ف�ر� �ت ت و�ال� الدJين� ق�يم�وا� أ �ن� �ر� � أ �ب ك

�ه� �ي �ل إ �د�ع�وه�م� ت م�ا �ين� ر�ك �م�ش� ال � � ع�ل�ى �يب �ن م�ني �ه� �ي �ل �ه�د�يإ و�ي �ش�اء� م�ني �ه� �ي �ل �يإ �ب �ج�ت ي �ه� الل١٣﴾

Terjemahnya:

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya

kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami

wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah

kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang

9

Page 13: 81070824 Tugas Hadits

kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang

dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali

(kepada-Nya).

Berdasarkan ayat di atas, syariat Islam pada prinsipnya merupakan ajaran

yang dibawa oleh seluruh Rasul Allah, dan Rasulullah saw. diutuslah meletakkan batu

terakhir kesempurnaannya, yang diproklamirkan pada tanggal 9 Zulhijjah, saat Nabi

saw.  melaksanakan haji wada’ tiga bulan sebelum wafat dengan turunnya firman

Allah dalam QS. al-Maidah (5): 3:

�م� �ك ل ض�يت� و�ر� �ي �ع�م�ت ن �م� �ك �ي ع�ل �م�م�ت� ت� و�أ �م� �ك د�ين �م� �ك ل �م�ل�ت� ك

� أ �و�م� �ي ال(ا د�ين م� ال� �س� W � اإل� �م �ث Jإل Wف� ان �ج� م�ت �ر� غ�ي Wم�خ�م�ص�ة ف�ي اض�ط�ر� غ�ف�ور# � ف�م�ن� �ه� الل �ن� ف�إ

﴿ م� حي � ٣ر ﴾Terjemahannya :

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan

kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka

barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

c. Ihsan

Ihsan secara bahasa berasal dari akar kata kerja ahsana-yuhsinu, yang artinya

adalah berbuat baik, sedangkan bentuk mashdarnya adalah ihsan yang artinya

kebaikan. Mengenai hal ini, Allah swt. berfirman dalam QS. an-Nahl (16): 90:

....... �ح�س�ان و�اإل� �ع�د�ل� �ال ب م�ر�� �أ ي �ه� الل �ن� ٩٠﴿ إ ح﴾

Terjemahnya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan ..........”

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba

Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-

Nya.

Adapun pengertian ihsan secara khusus yang disebutkan dalam hadis di atas,

yaitu "menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak

10

Page 14: 81070824 Tugas Hadits

mampu melihatnya, ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat.í"

Pernyataan menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya",

mengandung arti bahwa dalam menyembah kepada-Nya, kita harus bersungguh-

sungguh, serius dan penuh keikhlasan serta melebihi sikap seorang rakyat jelata

ketika menghadap Raja. Dalam hati harus ditumbuhkan keyakinan bahwa Allah

seakan-akan berada di hadapannya, dan Dia melihat dirinya. Sedangkan pernyataan

"jika engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu,"

maksudnya kita harus merasa bahwa Allah selamanya hadir dan menyaksikan segala

perbuatannya.

Menurut Ibnu Hajar, ihsan berarti berusaha menjaga tata krama dan sopan

santun dalam beramal, seakan-akan kamu melihat-Nya seperti Dia melihat kamu. Hal

itu harus dilakukan bukan karena kamu melihat-Nya, tetapi karena Dia selamanya

melihat kamu. Maka beribadahlah dengan baik meskipun kamu tidak dapat melihat-

Nya6.

Ihsan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan diterima atau tidaknya

suatu amal oleh Allah swt. karena orang yang berlaku ihsan dapat dipastikan akan

ikhlas dalam beramal, sedangkan ikhlas merupakan inti diterimanya suatu amal

ibadah.

Ihsan meliputi tiga aspek fundamental, yaitu ibadah, muamalah, dan akhlak.

1) Ibadah

Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis

ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu

menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya.

2) Muamalah

Ihsan sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah beribadah kepada Allah  dengan

sikap seakan-akan melihat-Nya, dan jika tidak dapat melihat-Nya, maka Allah

melihat kita. Sedangkan ihsan dari segi muamalah, yang termasuk di dalamnya

6 Ibid., h 120.

11

Page 15: 81070824 Tugas Hadits

adalah:

Pertama, Ihsan kepada kedua orang tua

Allah swt. menjelaskan hal ini dalam QS. al-Isra (17): 23-24:

(ا ان �ح�س� إ �ن� �د�ي �و�ال �ال و�ب �اه� �ي إ �ال� إ �د�وا �ع�ب ت ال�� أ ك� ب ر� kع�ند�ك� � و�ق�ض�ى �غ�ن� �ل �ب ي �م�ا إ

﴿ م�ا ح�ي ر� م�ا و� ر� ر�ا ه� � ر ه�ل �ر ر�ا ه� و� ر� و ر! ر�ا �ر ف" ه%$ ر�ا ه� � ر ه&ل ر! ر)ا ر( ر�ا ه� ر)ا ح� �و ر%$ ر�ا ه� ه* ر ر%$ ر� ر+ ح, �و �ه�م�ا ﴾٢٣$ ل و�اخ�ف�ض� ﴿ م�$ ح-ي ر. ح0ي ريا 1 ر ر� ر�ا ر� ر�ا ه� و� ر و� $ ب2 � ر ه�ل �ر ح4 ر� و � ر �$ ر5 ح6 ب7 8 ه �$ ر9 ر ا ٢٤ر: ﴾

Terjemahnya:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan

hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah

seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya

Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada

mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua

dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa ihsan kepada ibu-bapak adalah sejajar

dengan ibadah kepada Allah. Dalam sebuah hadist riwayat Turmuzdi, dari Ibnu Amru

bin Ash, Rasulullah saw. bersabda7:

عليه الله صلى Jي� �ب الن ع�ن� �ه�م�ا ع�ن الله� رضي� الع�اص� �ن� ب ع�م�رو �ن� ب الله� �د� ع�ب ع�ن�

: الله� ر�ض�ى ق�ال� �ن�  وسلم �د�ي �لو�ال ا س�خ�ط� ف�ي الله� و�س�خ�ط� �ن� �د�ي �لو�ال ا ر�ض�ى ف�ي

Artinya:

Dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash r.a dari Nabi saw. bersabda: Keridhaan Allah

berada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan orang

tua.” (H.R. at-Turmudzi)

Kedua, Ihsan kepada kerabat karib

Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang baik dengan

7 Muhammad bin Ismailm al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz IV, (Cet. IV; Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, 1379 H.), h. 164.

12

Page 16: 81070824 Tugas Hadits

mereka, bahkan Allah swt. menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan

silatuhrahmi dengan perusak dimuka bumi.

Allah berfirman dalam QS. Muhammad (47): 22:

﴿ و� ه, ر6 را و� ر%$ ه;�$ ب> ر& ه! �ر ح= و� ر%ا و� $ ح(ي $�ه* ح< و? ه! ر%$ن و� Aه وي � ر ر� ر! حB$ن و� Aه وي ر< Cر ول ر� ٢٢ر( ﴾Terjemahnya: Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan.?Silaturahmi adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah. Hal ini dikarenakan

sebab paling utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah

karena terputusnya hubungan silaturahmi.

Ketiga, Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin

Diriwayatkan oleh Bukhari, Turmudzi, dan Ibnu Hibban bahwa Rasulullah saw

bersabda:

قال ه�ل س� عن أبيه عن حازم أبي بن العزيز عبد أخبرنا بينها بن عمرو حدثنا

الله :  رسول� �اف�ل� و�ك �ا ن� أ وسلم عليه الله �ة�  صلى ن �لج� ا ف�ي � �م �ي �ت ار�  الي ش�

� و�أ �ذ�ا ه�ك

�ئ( ي ش� �ه�م�ا �ن �ي ب ج� و�ف�ر� �لو�س�ط�ى و�ا �ة� �اب ب �الس� 8ب

Artinya:

Dari Sahl, Rasulullah saw. bersabda: aku dan orang yang memelihara anak yatim di

surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya

dan merenggangkan keduanya).”

Keempat, Ihsan kepada tetangga dekat,  tetangga jauh, serta teman sejawat.

Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang

berada di dekat rumah, serta  tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang

berada jauh dari rumah.

Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga

muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang

tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai 8 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz V, (Cet. III; Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), h. 2032; Muhammad bin Isa Abu Isa at-Turmudzi, Sunan at-Turmudzi, juz IV, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, t.th.), h. 321; Muhammad bin Hibban bin Ahmad Abu Hatim at-Tamimi al-Busti, Shahih Ibnu Hibban, juz II, (Cet. II; Beirut: Muassasah al-Risalah, 1993), h. 207.

13

Page 17: 81070824 Tugas Hadits

muslim dan sebagai kerabat. Rasulullah saw. menjelaskan hal ini dalam sabdanya9:

�ي� �ب الن ن�� أ �ح ي ر� ش� �ي ب

� أ ع�ن� سعيد عن ذئب أبي بن حدثنا علي بن عاصم حدثنا

وسلم� عليه الله :  صلى �ل� ق�ي �ؤ�م�ن� ي � ال و�الله� �ؤ�م�ن� ي � ال والله� �ؤ�م�ن� ي � ال و�الله� قال

ومسلم ( البخاري رواه �ق�ه� �و�ائ ب ه� ج�ار� م�ن�� �أ ي � ال الذي قال� الله� رسول� �ا ي )و�م�ن�

Artinya:

Dari Abu Syuraih bahwa Nabi saw. bersabda: demi Allah, tidak beriman, demi Allah,

tidak beriman. Para sahabat bertanya, “siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?”

Beliau menjawab, “seseorang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (HR.

Bukhari dan Muslim)

Kelima , Ihsan kepada ibnu sabil dan pelayan

Rasulullah saw. bersabda mengenai hal ini10:

عن حصين أبي عن سفيان حدثنا مهدي بن حدثنا محمد بن الله عبد حدثنا

وسلم عليه الله صلى Jي� �ب الن ع�ن� ة� �ر� ي ه�ر� �ي ب� أ ع�ن� صالح :  أبي �ان� ك م�ن� قال�

اآلخر� � �و�م والي بالله� �ؤ�م�ن� ي �ان� ك و�م�ن� ه� ج�ار� �ؤ�ذ� ي � ف�ال اآلخر� � �و�م �لي و�ا بالله� �ؤ�م�ن� ي

�ص�م�ت �ي ل و�� أ ا �ر( ي خ� �ق�ل� �ي ف�ل اآلخر� � واليوم بالله� �ؤ�م�ن� ي �ان� ك و�م�ن� �ف�ه� ض�ي م� �ر� �ك �ي ف�ل

Artinya:

Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa beriman kepada dan hari

akhiratnya maka janganlah menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada

Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman

kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah berkata benar atau diam.” (HR. Jama’ah,

kecuali Nasa’i)

Selain itu, ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi kebutuhannya,

menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukinya jalan jika ia meminta,

dan memberinya pelayanan.

Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan dilakukan dengan membayar

9 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, op.cit., h. 2240; Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairiy an-Naisaburi, Shahih Muslim, juz I, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-‘Arabiy, t.th.), h. 68.10 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, op.cit., h. 2273.

14

Page 18: 81070824 Tugas Hadits

gajinya sebelum keringatnya kering, tidak membebaninya dengan sesuatu yang ia

tidak sanggup melakukannya, menjaga kehormatannya, dan menghargai pridainya.

Jika ia pembantu rumah tangga, maka hendaklah ia diberi makan dari apa yang kita

makan, dan diberi pakaian dari apa yang kita pakai.

Keenam, Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia.

Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana disebutkan di atas bahwa: ”Barangsiapa

beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”

Bagi manusia secara umum, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai

dalam pergaulan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegahnya dari

kemungkaran, menunjukinya jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh,

mengakui hak-hak mereka, dan tidak mengganggu mereka dengan tidak melakukan

hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka.

Ketujuh, Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang

Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika  ia lapar,

mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya diluar kemampuannya, tidak

menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat

menyembelih, hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak

menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam.

3) Akhlak.

Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan

muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah

melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah

dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu “menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya,

dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat

kita”. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah

puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau

perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan

terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.

d. Hari Kiamat

15

Page 19: 81070824 Tugas Hadits

Percaya akan datangnya hari kiamat termasuk salah satu rukun iman yang

harus diyakini oleh semua orang yang beriman meskipun tidak ada yang tahu kapan

saatnya tiba. Bagi mereka yang beriman, misteri terjadinya hari kiamat tidak akan

mengurangi kadar keimanannya. Mereka justru lebih waspada dan senantiasa

meningkatkan amal kebaikan untuk bekal menghadapi-Nya.

Namun demikian, Rasulullah saw. memberikan dua tanda terjadinya kiamat, yakni

jika hamba sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta dan

ternak lainnya berlomba-lomba membangun gedung-gedung yang megah dan tinggi.

Menurut sebagian ahli hadis, tanda-tanda kiamat itu lebih dari dua

sebagaimana terdapat dalam hadis lain. Dengan kata lain, kedua tanda kiamat tersebut

merupakan tanda jangka panjang. Adapun tanda-tanda seperti terbitnya matahari dari

arah barat merupakan tanda jangka pendek.

Akan tetapi, hanya Allah saja yang tahu mengenai datangnya hari kiamat,

sebagaimana tidak ada yang tahu, kecuali Allah saja tentang turunnya hujan; apa yang

ada dalam rahim seorang ibu; apa yang akan terjadi esok hari; dan di manakah

seseorang akan mati, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Luqman (31): 34:

� ح�ام ر�� األ� ف�ي م�ا �م� �ع�ل و�ي �ث� �غ�ي ال ل� Jز� �ن و�ي اع�ة� الس� �م� ع�ل ع�ند�ه� �ه� الل �ن� �د�ر�ي � إ ت و�م�ا

غ�د(ا �س�ب� �ك ت م�اذ�ا �ف�س# �م�وت� � ن ت Wر�ض� أ Jي

� �أ ب �ف�س# ن �د�ر�ي ت ﴿ � و�م�ا م� ح+ي Dر م� حEي Cر Fر E ر �$ ر ن $B٣٤ح ﴾Terjemahnya:

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat;

dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan

tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya

besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

.

1.2. BERKURANGNYA IMAN DAN ISLAM KARENA MAKSIAT (LM.36)

16

Page 20: 81070824 Tugas Hadits

ق�ال� Wه�اب ش� �ن� اب �سع�ن� �ون ي �ي ن �ر� ب خ�� أ ق�ال� Wو�ه�ب �ن� اب �ا �ن ح�د�ث Wح� ص�ال �ن� ب ح�م�د�

� أ �ا �ن ح�د�ث

ض�ي� ر� ة� �ر� ي ه�ر� �و ب� أ ق�ال� �ن� �ق�وال ي �ب� ي �م�س� ال �ن� و�اب ح�م�ن� الر� �د� ع�ب �ن� ب �م�ة� ل س� �ا �ب أ م�ع�ت� س�

و�ه�و� �ي ن �ز� ي ح�ين� �ي ان الز� �ي ن �ز� ي � ال ق�ال� �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي� �ب الن �ن� إ �ه� ع�ن �ه� الل

ح�ين� ار�ق� الس� ر�ق� �س� ي � و�ال م�ؤ�م�ن# و�ه�و� �ه�ا ب ر� �ش� ي ح�ين� �خ�م�ر� ال ب� ر� �ش� ي � و�ال م�ؤ�م�ن#

: �اس� الن ف�ع� �ر� ي Wف ر� ش� ذ�ات� �ة( �ه�ب ن �ه�ب� �ت �ن ي � و�ال رواية فى وزاد م�ؤ�م�ن# و�ه�و� ر�ق� �س� ي

�ه� �ي �ل إ �اس� الن ف�ع� �ر� ي �ة( �ه�ب ن �ه�ب� �ت �ن ي � و�ال م�ؤ�م�ن# و�ه�و� �ه�ا �ه�ب �ت �ن ي ح�ين� ف�يه�ا ه�م� �ص�ار� ب� أ �ه� �ي �ل إ

م�ؤ�م�ن# و�ه�و� ه�م� �ص�ار� ب� أ فى ( ( ف�يه�ا البخاري األشربة): (74أخرجه باب) 1كتاب ،

: عمل رجسمن واألزالم نصاب إنماالخمروالميسرواأل تعالى الله قول

…..)الشيطان

1. Artinya

Ahmad ibn Shalih telah menceritakan kepada kami, Ibn Wahbi telah menceritakan

kepada kami, ia berkata bahwa Yunus telah menceritakan kepadaku dari Abi Syihab,

ia berkata bahwa aku telah mendengar Abu Salamah ibn ‘Abd al-Rahman dan ibn al-

Musayyab berkata bahwa Abu Hurairah r.a berkata bahwa Nabi saw.telah bersabda,

“tidak akan berzina seseorang jika ia sedang beriman, dan tidak akan meminum

khamar seseorang jika ia sedang beriman, dan tidak akan mencuri sesseorang jika ia

sedang beriman”. Pada riwayat lain ditambahkan, “Dan tidak akan merampas

rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata kepadanya

ketika merampas jika ia sedang beriman”.

2. Penjelasan Singkat

` Orang yang beriman akan merasa bahwa segala tingkah lakunya senantiasa

diawasi oleh Allah swt. Tidak ada suatu perbuatan yang ia lakukan luput dari

pengawasan Allah swt. Di samping itu, ia selalu sadar bahwa segala perbuatan yang

dilakukannya harus dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya, dan ia sendiri yang

akan menerima akibat dari perbuatannya, baik ataupun buruk, sekecil apapun

perbuatan itu.

17

Page 21: 81070824 Tugas Hadits

Hal ini disinyalir Allah dalam QS. az-Zalzalah (99): 7-8:

﴿ Gه ر� ري م�$ وي Dر Hة � ر Jر ر7 ر&ا Kو ح6 ول ر� و; ري ر�5 ﴿ ٧ر( Gه ر� ري $� م Lر Hة � ر Jر ر7 ر&ا Kو ح6 ول ر� و; ري ر56 �ر ﴾٨ ﴾Terjemahnya:

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan

melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar

dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Atas dasar kesadaran tersebut, maka orang yang benar-benar beriman

senantiasa berusaha mengerjakan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan

yang dilarang oleh Allah swt. Seorang yang beriman tidak mungkin dengan sengaja

melakukan maksiat kepada Allah, karena ia merasa malu dan takut menghadapi azab-

Nya serta takut tidak mendapatkan ridha-Nya.

Sebaliknya, orang yang tidak beriman kepada Allah swt. akan merasa bahwa

hidupnya di dunia tidak memiliki beban apa-apa. Ia hidup semaunya, dan yang

penting baginya adalah ia merasa senang dan bahagia. Ia tidak memikirkan kehidupan

setelah mati kelak karena ia tidak mempercayainya. Dengan demikian, perbuatannya

pun tidak terlalu dipusingkan oleh masalah baik ataupun buruk. Kalaupun ia

melakukan suatu perbuatan baik, maka perbuatannya tersebut bukan karena

mengharapkan ridha Allah swt. karena ia tidak percaya kepada-Nya.

Adapun bagi mereka yang menyatakan dirinya beriman, tetapi sering

melakukan perbuatan dosa/maksiat, mereka merasa dan mengetahui bahwa perbuatan

yang dilakukannya adalah perbuatan dosa, tetapi mereka tidak berusaha untuk

mencegah dirinya dari perbuatan tersebut. Hal itu antara lain karena kuatnya godaan

setan dan besarnya dorongan hawa nafsu untuk melakukan perbuatan maksiat. Dalam

keadaan seperti ini, ia tetap beriman, hanya saja keimanannya lemah (berkurang).

Semakin sering melakukan perbuatan dosa, semakin lemah pula imannya.

Keimanan seseorang adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang (

�ق�ص� �ن و�ي د�اد� �ز� ي �م�ان� �ي .(اإل Oleh sebab itu, seyogyanya setiap orang beriman berusaha

untuk senantiasa memperbaharui keimanan dan ke-Islamannya. Hal ini bisa dilakukan

18

Page 22: 81070824 Tugas Hadits

antara lain dengan selalu mengingat Allah dan mengerjakan perbuatan baik yang dan

diridhai-Nya. Dengan demikian, keimanannya relatif akan stabil.

Selain itu, ia pun harus selalu ingat bahwa sekecil apapun perbuatan maksiat itu,

maka ia akan mendapatkan balasan-Nya. Meskipun di dunia dapat selamat dari akibat

kemaksiatan yang dilakukannya, tapi ia tidak dapat mengelak dari balasan di akhirat

kelak. Allah berfirman dalam QS. an-Nisa’ (4): 14:

﴿ م5 ح�ي 6 ه م2 ر$8 Cر Fه �ر �ر ر�ا ح(ي م*$ �ح رDا م�$ ر0ا Fه Eو Dح و* هي Gه Mر �ه* ه * ر ر; Aر ري �ر Fه �ر �Nه ر� �ر Fر E ر �$ Oح و; ري ر56 �١٤ر ﴾Terjemahnya:

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-

ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal

di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

Namun demikian, jika seorang hamba mau bertobat, selain ia kan mendapat ampunan

Allah, juga dipastikan imannya akan kembali utuh. Allah berfirman dalam QS. al-

A’raf (7): 153:

�غ�ف�ور# ل �ع�د�ه�ا ب م�ن �ك� ب ر� �ن� إ �وا و�آم�ن �ع�د�ه�ا ب م�ن �وا �اب ت �م� ث �ات� Jئ ي الس� �وا ع�م�ل �ذ�ين� و�ال

# ١٥٣ر�ح�يم ﴾Artinya:

Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, Kemudian bertaubat sesudah itu dan

beriman; Sesungguhnya Tuhan kamu sesudah Taubat yang disertai dengan iman itu

adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tobat yang akan mendapat ampunan Allah swt. tentu saja tobat yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh, yang dalam istilah al-Qur’an disebut tobat nasuha. (Q.S.

66: 8).

19

Page 23: 81070824 Tugas Hadits

1.3.RASA MALU SEBAGIAN DARI IMAN (LM.22)

� �م ال س� ع�ن� Wه�اب ش� �ن� اب ع�ن� Wس� �ن أ �ن� ب �ك� م�ال �ا ن �ر� ب خ�� أ ق�ال� �وس�ف� ي �ن� ب �ه� الل �د� ع�ب �ا �ن ح�د�ث

م�ن� Wج�ل ر� ع�ل�ى م�ر� �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ن� أ �يه� ب� أ ع�ن� �ه� الل �د� ع�ب �ن� ب

�م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ف�ق�ال� �اء� ي �ح� ال ف�ي خ�اه�� أ �ع�ظ� ي و�ه�و� �ص�ار� ن

� األ

: ) . فى البخاري أخرجه �يم�ان� اإل م�ن� �اء� ي �ح� ال �ن� ف�إ اإليمان- :۲د�ع�ه� باب ۱٦كتاب

( اإليمان من ء .الحيا

1. Artinya

‘Abdullah ibn Yusuf telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Malik ibn

Anas telah mengabarkan kepada kami dari ibn Syihab dari Salim ibn ‘Abdillah dari

ayahnya bahwa Nabi SAW melewati (melihat) seorang lelaki kaum Anshar yang

sedang menasehati saudaranya karena malu, maka Nabi SAW telah bersabda:

“Biarkanlah ia karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman”.

2. Penjelasan Singkat

Tujuan utama dari Risalah Islamiyah adalah untuk membentuk Insan Kamil,

yaitu manusia yang seluruh aspek hidup dan kehidupannya telah dijiwai oleh iman,

Islam dan ihsan. Missi yang diemban Rasulullah berorientasi pada prinsipnya

merujuk kepada tujuan global, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia

dalam pengertian yang sangat luas.

Rasa malu merupakan salah satu sifat yang dianugerahkan Allah kepada manusia dan

sekaligus merupakan salah satu sifat yang membedakan manusia dengan binatang.

Kadar rasa malu pada tiap-tiap orang berbeda-beda, dan motif yang menyebabkan

orang malu juga sangat variatif. Dengan demikian, malu kadang yang dapat

dikategorikan sebagai sifat yang baik, dan adapula kalanya dapat dikategorikan

sebagai sifat tercela. Oleh sebab itu, sifat ini harus ditempatkan secara proporsional.

20

Page 24: 81070824 Tugas Hadits

Malu bukan hanya merupakan sifat dasar manusia, kan tetapi lebih dari itu

termasuk dalam salah satu ciri orang yang beriman dan simbol keberimanan

seseorang. Oleh sebab itulah sehingga Rasulullah dalam hadis di atas menjadikan rasa

malu sebagai bagian dari iman.

Namun demikian, malu yang dimaksud dalam hadis di atas bukan dalam arti bahasa,

tetapi arti malu di sini adalah malu dalam mengerjakan hal-hal yang jelek dan

bertentangan dengan syariat maupun norma-norma etika Islam. Hal itu dipertegas

oleh hadis lain:

ان� ع�م�ر� م�ع�ت� س� ق�ال� Jع�د�و�ي� ال و�ار� الس� �ي ب� أ ع�ن� �اد�ة� ق�ت ع�ن� �ة� ع�ب ش� �ا �ن ح�د�ث آد�م� �ا �ن ح�د�ث

ف�ق�ال� Wر� ي �خ� ب � �ال إ �ي ت� �أ ي � ال �اء� ي �ح� ال �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي �ب الن ق�ال� ق�ال� Wن� ح�ص�ي �ن� ب

�اء� ي �ح� ال م�ن� �ن� و�إ ا و�ق�ار( �اء� ي �ح� ال م�ن� �ن� إ �م�ة� �ح�ك ال ف�ي �وب# �ت م�ك Wع�ب� ك �ن� ب �ر� ي �ش� ب

�م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ع�ن� �ك� �ح�دJث أ ان� ع�م�ر� �ه� ل ف�ق�ال� �ة( ك�ين س�

) . عليه متفق �ك� ص�ح�يف�ت ع�ن� �ي �ن �ح�دJث )و�ت .

Artinya :

Adam telah menceritakan kepada kami, Syu’bah telah menceritakan kepada kami,

dari Qatadah dari Abi al-Sawwar al-‘Adawiy ia berkata bahwa ia telah mendengar

Imran bin Husain r.a berkata bahwa Rasulullah SAW telah telah bersabda: “Malu itu

tidak aka menimbulkan sesuatu kecuali kebaikan semata.” (H.R. Bukhari dan

Muslim)

Sehubungan dengan makna malu sebagaimana yang disebutkan di atas, ulama

merumuskan definisi malu sebagai berikut:

ذ�ى Jح�ق �ر�ف�ى �ق�ص�ي الت م�ن� �ع� �م�ن و�ي �ح� �ي �لق�ب ا ك� �ر� ت �ع�ث ع�ل�ى �ب ي �ق# خ�ل �اء� ي لح� � �ق�ة ا ح�ق�ي

Jلح�ق� .ا

Artinya:

“Hakikat malu adalah sifat atau perasaan yang mendorong untuk meninggalkan

perbuatan jelek dan menghalangi mengurangi hak orang lain”

Menurut Abu al-Qasim (Junaid), perasaan malu akan timbul bila memandang

21

Page 25: 81070824 Tugas Hadits

budi kebaikan dan melihat kekurangan diri. Hampir senada dengan itu, al-Hulaimy

berpendapat bahwa hakikat malu adalah rasa takut untuk melaksanakan kejelekan. Di

antara ulama, ada pula yang berpendapat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu

Hajar dalam kitab Fathu al-Bary bahwa merasa malu dalam mengerjakan perbuatan

haram adalah wajib; dalam mengerjakan pekerjaan makruh adalah sunnah; dan dalam

mengerjakan perbuatan yang mubah adalah kebiasaan/adat. Perasaan malu seperti

itulah yang merupakan salah satu cabang iman11.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan ulama sebagaimana

disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa malu dalam melakukan perbuatan baik

tidak termasuk dalam kategori malu pada hadis ini. Demikian pula, tidak termasuk

dalam kategori ini jika malu untuk melarang orang lain berbuat kejelekan, karena

Allah swt. sendiri tidak malu menerangkan kebenaran. Sehubungan dengan hal ini

Allah swt. berfirman dalam QS. al-Ahzab (33): 53:

(… Jح�ق� ال م�ن� �ي �ح�ي ت �س� ي ال� �ه� ( …و�الل

Terjemahnya:

Dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar…

Al-Faqih Abu Laits al-Samarqandi mengklasifikasin malu dalam syari’at Islam

menjadi dua, yaitu12:

1) Malu kepada Allah swt., maksudnya ialah malu melakukan maksiat kepada

Allah karena menyadari besarnya nikmat Allah swt. yang dianugerahkan

kepadanya.

2) Malu kepada sesama manusia, maksudnya menutup mata dari hal-hal yang

tidak berguna.

Malu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi manusia. Oleh sebab itu,

11 Ibn Hajar al-Asqalany, op.cit., h. 75.

12 Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral Umat) penerjemah Abu Imam Taqiyuddin (Malang: Dar al-Ihya, 1986) h.. 474.

22

Page 26: 81070824 Tugas Hadits

jika manusia telah kehilangan rasa malunya, maka ia tidak ada lagi bedanya

dengan binatang. Kehilangan rasa malu akan menyebabkan orang menjadi

permissif, sehingga membenarkan segala cara demi untuk kepuasan naluri

kemanusiaannya dan bahkan naluri dan kebinatangan yang ada pada dirinya.

BAB III.

KESIMPULAN

Iman ialah percaya kepada Allah swt, para malaikat-Nya, pertemuan dengan

Allah, para Rasul-Nya, percaya kepada hari berbangkit dari kubur, dan percaya

kepada qadha dan qadar. Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak

menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang

difardhukan, berhaji, dan berpuasa di bulan Ramadhan; dan Ihsan ialah menyembah

kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya, kalau tidak mampu melihat-Nya, harus

diyakini bahwa Allah melihat kita.

Ketiga hal di atas, ditambah mempercayai terjadinya hari kiamat, yang tidak

seorangpun mengetahuinya kecuali Allah swt. merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan dalam membentuk jiwa untuk mengabdi kepada Allah sehingga

mendapat keridhaan-Nya

Keimanan seseorang akan terpantul dalam bentuk amal shaleh. Oleh sebab itu,

meningkat atau menurunnya amal shaleh yang diperbuat merupakan indikator

menurun dan berkurangnya iman. Orang yang betul-betul beriman tidak mungkin

secara sengaja mengerjakan maksiat. Dengan demikian, seorang mukmin yang

melakukan perbuatan dosa seperti zina, mencuri, membunuh dan kemaksiatan-

kemaksiatan lainnya, berarti dia sedang tidak beriman atau imannya berada dalam

titik terendah. Oleh karena itu, seyogianya setiap orang yang beriman selalu

memperbaharui keimanannya dengan selalu mengingat Allah dan melakukan

berbagai perintah-Nya.

Malu dalam arti sebenarnya (menurut pandangan Islam) adalah malu dalam

23

Page 27: 81070824 Tugas Hadits

melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah swt. dan yang dipandang jelek oleh

manusia. Adapun orang yang merasa malu untuk melakukan perbuatan baik atau

malu menegur orang yang melakukan kejelekan tidak termasuk malu dalam kategori

ini, tetapi justru termasuk perbuatan tercela.

DAFTAR PUSTAKA

Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya al-Raziy, Mu’jam Maqayis al-Lugah,

juz I, (Cet. I; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1999), h. 72.

Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadhl al-‘Asqalaniy al-Syafi’i, Fath al-Bariy, juz I,

ditahqiq oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqiy dan Muhib al-Din al-Khathib, (Beirut:

Dar al-Ma’rifat, 1379 H.), h. 48.

Toshihiko Izitsu, Ethico Religiuous Concepts in the Qur’an, diterjemahkan oleh Agus

Fahri Husain dkk., dengan judul Konsep-konsep Etika Religius dalam Qur’an, (Cet. I;

Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 226.

Muhammad bin Ismailm al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz IV, (Cet. IV; Beirut: Dar

Ihya al-Turats al-Arabiy, 1379 H.), h. 164.

Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral Umat)

penerjemah Abu Imam Taqiyuddin (Malang: Dar al-Ihya, 1986) h.. 474.

24