8. kuantitasi mikrobia_eki
TRANSCRIPT
KUANTITASI MIKROBIA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
OLEH :
NAMA : EKI SOPHYA NOORHAYATI
NIM : H1E107005
KELOMPOK : 5
ASSISTEN : M. BASUKI YUS’A
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
OKTOBER, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi ada suatu hal mendasar yang juga
perlu diperhatikan yaitu analisia kualitatif terhadap suatu bahan. Suatu analisis
ini Sangat penting untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada pada
suatu sampel tertentu mengandung banyak mikroorganisme atau sebaliknya
(Ferdiaz, 1992).
Analisis kualitatif atau biasa disebut dengan enumerasi mikroorganisme
dalam hal ini dapat dilakukan baik dengan perhitungan langsung terhadap suatu
sampel yaitu salah satunya dengan alat bantu mikroskop, maupun dengan cara
tidak langsung yaitu dengan beberapa metode perhitungan (Gobel, 2008).
Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk
berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Ada berbagai macam cara untuk
menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara
yaitu secara langsung dan secara tidak langsung (Anonim, 2009).
Cara perhitungan langsung, antara lain dengan cara pembuatan preparat dari
suatu bahan (preparat sederhana/tidak diwarnai), dan penggunaan ruang hitung
(counting chamber). Sedangkan cara perhitungan tidak langsung bertujuan
mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup (viabel
count). Terdapat 4 cara tidak langsung, yaitu : perhitungan pada cawan petri (total
plate count/TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah
terkecil/terdekat (most probable number/MPN method), dan kalorimeter (cara
kekeruhan atau turbidimetri) (Hadioetomo, 1993).
Perhitungan secara tidak langsung bertujuan mengetahui jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja, dalam pelaksanaanya
ada beberapa cara yaitu metode hitungan cawan, perhitungan melalui
pengenceran, perhitungan jumlah terkecil/terdekat dan kalorimeter (Frobisher,
1968).
Pada percobaan yang akan dilakukan, dapat di amati bahwa dalam suatu
bahan/ media itu apabila diberi perlakuan tertentu ternyata menunjukkan tanda-
tanda adanya mikroorganisme yang berkembang biak di sana. Seperti percobaan
yang akan dilakukan menggunakan sampel air daging segar dan air daging kornet
dengan pemberian perlakuan dengan metode tertentu (MPN dan TPC) yang akan
memunculkan banyak mikroba dan kemudian akan dilakukan kuantitasi atau
perhitungan jumlah mikrobia yang ada dengan menggunakan alat colony counter
maupun hitung manual yang hasilnya akan diketahui setelah didapatkan hasil dari
percobaan yang dilakukan ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenalkan mahasiswa terhadap
metode-metode perhitungan populasi mikrobia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme
yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel
dan bukanlah dilihat. Dari pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut.
Suatu proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang
melebihi dari yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1985).
Sebelum kita dapat mengevaluasi atau menafsirkan respon pertumbuhan
bakteri dalam berbagai media atau pada kondisi yang berbeda- beda kita harus
menyatakan pertumbuhan secara kualitatif. Di dalam bidang ilmu mikrobiologi,
istilah pertumbuhan ini ditafsirkan dalam berbagai cara. Sebagai contoh mungkin
dalm suatu perangkat tertentu dari kondisi pembiakan di nilai sama sebaiknya
karena bakteri melakukan pertumbuhan yang relatif cepat pada stadium awal,
tetapi panen sel total akhirnya belum tentu sebanyak yang di dspat pada perangkat
yang lainnya (Pelczar, 1986).
Suatu bakteri dapat dihitung secara elektronik yaitu dengan cara
memasukkan biakan melalui lubang yang sangat kecil pada alat penghitung
partikel counter. Alat penghitung yang semacam ini dapat dipakai secara rutin
memecah sel darah, namun dapat pula disesuaikan untuk memecah bakteri (Volk,
1985).
Penetapan jumlah bakteri di dalam suatu populasi bakteri mungkin saja
akan mengalami hambatan. Hal ini karena tidak semua sel yang ada di dalam
suatu biakan itu mampu untuk hidup secara trus- menerus. Jadi dalam perhitungan
ini maka yang dianggap sebagai sel hidup adalah sel yang membentuk koloni di
dalam medium biakan atau dapat juga digunakan bakteri yang mampu membentuk
suspensi di dalam medium biakan. Sel- sel yang mampu hidup terus adalah yang
dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah selnya. Pada jumlah
total sel, maka ikut dihitung semua sel yang tampak atau yang dapat dihitung
dengan cara yang lainnya, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat akan
ikut terhitung (Pradhika, 2008).
Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test),
uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji
tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah;
masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel.
Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif,
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform
dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali
meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan
pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram
negatif, tidak-berspora (Fardiaz,1989).
Untuk menentukan jumlah bakteri yang ada di dalam suatu medium maka
dapat digunakan beberapa cara, yaitu:
Metode MPN
Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test),
uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji
tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah;
masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel.
Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif,
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform
dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali
meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan
pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram
negatif, tidak-berspora (Fardiaz,1989).
Untuk metode MPN (Most probable number) digunakan medium cair
dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah
tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya
baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar
tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri
pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan
tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya
maka digunakan rumus (Gobel, 2008).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan
jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming
unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai
perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL
atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air,
artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10
coliform pada setiap gramnya. (FDA, 1989).
Sampel ditumbuhkan pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah tabung
untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3 tabung maka disebut seri 3, dan jika
dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada tabung adalah Lactose Broth
yang diberi indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham. Pemberian
sampel pada tiap seri tabung berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml
ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Stegth) yang memiliki
komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr) dan Bromthymol Blue
(0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS
(Lactose Broth Single Stegth) yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa
setengah dari LBDS yaitu 5 gr (Pradhika, 2008).
Berdasar sifat coliform, maka bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa
menjadi asam dan gas yang dideteksi oleh berubahnya warna dan gas dalam
tabung durham. Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif
(asam dan gas) tiap serinya setelah diinkubasi (Pradhika, 2008).
Gambar metode MPN
Metode TPC (Hitungan Cawan)
Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Koloni yang tumbuh
tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme
tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut
digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh
berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari
sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya (Pradhika, 2008).
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut
(Pradhika,2008)
Satu koloni dihitung 1 koloni.
Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak
dihitung.
Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan
pengenceran. Di dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol
pengenceran seperti lazimnya pada SPC, namun dapat pula menggunakan tabung
reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu
dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat
membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar.
Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar
dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Firebiology07,2009).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat
yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri.
Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di
tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48
jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang
berjumlah 30- 300 koloni
Adapun prinsip dari metode hitung cawan ini adalah jika sel jasad renik
yang masih hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik
tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat di lihat
langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti
mikroskop dan sebagainya. Metode hittung cawan ini merupakan cara yang paling
sensitif untuk menentukan jumlah jassad renik karena beberapa hal yaitu (Ferdiaz,
1992):
Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus
Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik karena
koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jassad renik yang
mempunyai penampakan yang spesifik.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 12 Oktober 2009
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Unlam Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu erlenmeyer, tabung
reaksi steril, cawan petri steril, pipet ependorf, pipet volumetrik, lampu spritus,
kertas label, kapas, inkubator, colony counter, tabung durham, vortex mixer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, daging sapi
segar, daging kaleng, medium lactose broth, alkohol 70%.
3.3 Cara Kerja
Hitungan Cawan (Standart Plate Count)
1. Dilakukan pengenceran terlebih dahulu daging sapi dengan aquadest
2. Dinyalakan lampu spritus dan disterilkan tangan dengan alkohol 70%
3. Diambil pipet ependorf dan dimasukkan 1 ml sampel air daging
dimasukkan kedalam tabung reaksi
4. Dihomogenkan tabung reksi 10-2 dengan vortex mixer
5. Dilakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-4
6. Dimasukkan 1 ml sampel pengenceran 10-2 yang homogen, masukkan
dalam cawan petri. Lakukan 2 kali.
7. Dilakukan hal yang sama pada pengenceran 10-3 dan 10-4, tunggu beberapa
saat.
8. Disterilkan tangan dengan alkohol 70%
9. Dimasukkan media NA ke dalam cawan petri yang steril (berisi sampel 1
ml pengenceran 10-2), kemudian dihomogenkan membentuk angka
delapan.
10. Diulangi masing-masing dua kali sampai pengenceran 10-4 di tunggu
sampai 1 x 24 jam
11. Diamati hasilnya dan dihitung dengan colony counter per ml sampel, mulai
menghitung jumlah koloni yang tumbuh dari jumlah 25–250 atau 30–300,
mengalikan jumlahnya dengan pengenceran.
Jumlah Perkiraan Terdekat (Metode MPN)
Uji Penduga
1. Diinokulasikan 5 ml sampel ke dalam 5 tabung medium LB seri ganda
2. Diinokulasikan 5 ml sampel ke dalam 5 tabung medium LB seri
tunggal
3. Diinokulasikan 0,1 ml sampel ke dalam 5 tabung medium LB seri
tunggal
4. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 35oc selama 24 jam. Bila ada
asam dan gas dinyatakan positif.
5. Dicatat hasilnya dan dihitung dengan tabel MPN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. TPC (1 x 24 jam)
No Jenis Sampel Jumlah Koloni
(TPC)
Gambar
1. Daging Segar
a. Pengenceran 10-2 a 41 x 102
b. Pengenceran 10-2 b 30 x 102
c. Pengenceran 10-3 a 1132 x 103 (TBUD)
d. Pengenceran 10-3 b 563 x 103 (TBUD)
e. Pengenceran 10-4 a 272 x 104 (TBUD)
f. Pengenceran 10-4 b 167 x 104 (TBUD)
2. Daging Kaleng
a. Pengenceran 10-2 a 684 x 102 (TBUD)
b. Pengenceran 10-2 b 570 x 102 (TBUD)
c. Pengenceran 10-3 a 65 x 103 (TBUD)
d. Pengenceran 10-3 b 72 x 103 (TBUD)
e. Pengenceran 10-4 a 4 x 104 (TBUD)
f. Pengenceran 10-4 b 17 x 104 (TBUD)
Tabel 2. MPN (1 x 24 jam)
NO.Jenis
Sampel
Medium Lactose Broth
Jumlah Tabung Positif
MPN Coliform
Gambar
1. Daging Segar
Double Strength (DS) 5 ml
5
> 2400Single Strength (SS) 1,0 ml 5
Single Strength (SS) 0,1 ml 5
2. Daging Kaleng
Double Strength (DS) 5 ml
5
920
Single Strength (SS) 1,0 ml 5
Single Strength (SS) 0,1 ml 3
4.2 Pembahasan
Praktikum yang telah dilakukan bertujuan untuk memperkenalkan dua
teknik perhitungan mikroba yaitu teknik perhitungan MPN dan cawan (Standart
Plate Count), dimana keduanya merupakan teknik perhitungan secara tidak
langsung yang hanya dapat menghitung mikroba hidup saja. Kedua metode ini
digunakan atas dasar kemudahan untuk melihatnya pertumbuhan mikroorganisme.
MPN (Most Probable Number) merupakan metode yang dilakukan dengan
cara melakukan 3 seri (tahap) pengujian yaitu uji penduga, uji penguat dan uji
pelengkap. Namun pada praktikum yang telah dilakukan hanya melakukan
percobaan pada tahap pertama yaitu uji penduga saja. Metode MPN digunakan
untuk menghitung jumlah mikroba jenis tertentu yang terdapat di antara mikroba-
mikroba lainnya. Kepada medium ini kemudian diinokulasikan sejumlah ml air
yang mengandung bakteri yang menghasilkan gas. Sebagai contoh penggunaan
Lactose Broth dan tabung Durham dapat digunakan untuk menghitung jumlah
bakteri yang dapat memfermentasi laktosa membentuk gas, misalnya bakteri
coliform. Jika timbul gas sebelum 48 jam berakhir test ini disebut positif.
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dan telah terbentuk gas sehingga bisa
dikatakan tabung tersebut positif.
Hasil untuk uji penduga didapatkan jumlah tabung yang positif (ada
gelembung) pada air rendaman daging segar adalah 5 5 5, dengan nilai MPN
coliform > 2400, untuk air rendaman daging kornet didapatkan jumlah tabung
yang positif 5 5 3 dengan nilai MPN coliform 920, dan dapat disimpulkan air
rendaman daging segar mempunyai nilai MPN paling tinggi, yang berarti pada air
rendaman daging segar terdapat aktifitas mikroba paling banyak dikarenakan
unsur proteinnya masih tinggi sehingga menjadi medium pertumbuhan yang baik
bagi mikrobia. Selain itu, dikarenakan daging kaleng bertujuan untuk disimpan
dalam jangka waktu yang lama sehingga sebelumnya sudah dilakukan pengawetan
terlebih dahulu (adanya proses sterilisasi) dimana proses ini telah meminimalisir
jumlah mikroba yang ada didaging kaleng tersebut.
Pada perhitungan dengan metode kedua yaitu TPC (Total Plate Count),
terlebih dahulu dilakukan serangkaian proses pengenceran yaitu pengenceran 10-1
sampai 10-4 akan tetapi inokulasi yang dilakukan hanya menggunakan
pengenceran 10-2 , 10-3, 10-4 perhitungan dengan menggunakan colony counter yang
dilakukan menunjukkan bahwa jumlah koloni mikrobia terbanyak ditemukan pada
cawan petri dengan pengenceran 10-3 pada pengambilan pertama untuk sampel
daging segar dan paling sedikit ditemukan pada pengenceran 10-2 pada
pengambilan kedua untuk sampel daging segar. Untuk sampel daging kaleng
ditemukan mikrobia paling banyak pada pengenceran 10-2 pengambilan pertama
dan paling sedikit pada pengenceran 10-4 pengambilan pertama. Dapat
disimpulkan air rendaman daging segar mempunyai nilai TPC (Total Plate Count)
paling tinggi, yang berarti pada air rendaman daging segar terdapat aktifitas
mikroba paling banyak dikarenakan kandungan proteinnya masih tinggi sehingga
menjadi medium pertumbuhan yang baik bagi mikrobia. Selain itu, karena dalam
pengemasan daging kaleng bertujuan untuk disimpan dalam jangka waktu lama
sehingga sebelumnya sudah dilakukan pengawetan terlebih dahulu (dimana disini
terjadi proses sterilisasi) dimana proses ini telah meminimalisir jumlah mikroba
yang ada di daging kaleng tersebut.
Dari kedua metode yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
perhitungan mikrobia mendapatkan hasil perhitungan yang hampir sama.
Perhitungan yang paling mudah adalah dengan metode MPN namun dalam
prakteknya paling mudah dilakukan pada metode TPC.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.Teknik perhitungan MPN dan cawan (Standart Plate Count), dimana keduanya
merupakan teknik perhitungan secara tidak langsung yang hanya dapat
menghitung mikroba hidup saja.
2.Air rendaman daging segar lebih banyak mengandung mikrobia dibanding air
rendaman daging kaleng.
3.Jumlah koloni mikrobia terbanyak ditemukan pada cawan petri dengan
pengenceran 10-3 pada pengambilan pertama untuk sampel daging segar yaitu
>1132 (TBUD)
4.Perhitungan MPN lebih mudah dilakukan dibanding metode TPC.
5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan MPN, sebaiknya dilakukan uji penguat dan
uji pelengkap juga sehingga praktikan lebih mengerti lagi secara keseluruhan tidak
setengah-setengah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan. F TEKNIK UNLAM, Banjarbaru.
Fardiaz, S.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB
Ferdias, S.1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Firebiology07.2009. Enumerasi Secara Langsung dan Tidak Langsung.http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/enumerasi-secara-langsung-dan-tidak-langsung/Diakses tanggal 15 Oktober 2009
Food and Drug Administration.1998. Bacteriological Analytical Manual. 8th Edition, FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem., 91,55-368. Cit. PORTER, J. R.
Frobisher. 1968. Fundamental of Microbiology. Toppan Company, Tokyo.
Gobel, Risco, B, dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pelczar, Michael, J.1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Pradhika, E.I. 2008.MIKRO-BA NGET: Bab. 5 Morfologi Mikroba.http//ekmon-saurus/bab-5-Morfologi-mikroba/.htmldiakses tanggal 15 Oktober 2009
Pradhika, E.I. 2008.MIKRO-BA NGET: Bab.6. Menentukan Jumlah dan Ukuran Mikroba.http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-6-menentukan-jumlah-ukuran-mikroba.htmldiakses tanggal 15 Oktober 2009.
Volk, dan Wheeler.1985. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Erlangga, Jakarta.