78044119 tugas 1 siskal sistem pipa
TRANSCRIPT
Tugas I Sistem Perkapalan
BAB I
PENDAHULUAN SISTEM PIPA
I.1 Pengertian Sistem Pipa
Sistem pipa kapal merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengantarkan
atau mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan
dengan bantuan mesin atau pompa. Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks
yang di desain se-efektif dan se-efisien mungkin di dalam kapal untuk memenuhi
kebutuhan kapal, crew, muatan dan menjaga keamana kapal baik saat kapal berjalan
maupun berhenti. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan minyak dari tangki
ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan dan juga mentransfer air untuk
keperluan pendinginan mesin ataupun untuk kebutuhan sehari-hari diatas kapal, untuk
memasukan dan memngeluarkan muatan, serta masih banyak lagi fungsi lainnya.
Sistem instalasi perpipaan di kapal dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelompok layanan diatas kapal, antara lain :
1. General service system (untuk layanan keamanan) adalah sistem instalasi yang
akan menjamin keselamatan kapal selama pelayaran meliputi : sistem bilga,
sistem ballast untuk stabilitas dan sistem pemadam kebakaran.
2. Main engine and auxilary engine system (untuk layanan Permesinan) yang
meliputi sistem-sistem yang akan melayani kebutuhan dari permesinan dikapal
(main engine dan auxilliary engine) seperti sistem start, sistem bahan bakar,
sistem pelumasan dan sistem pendingin.
3. Domestic system and accomodation (untuk layanan penumpang & crew); adalah
sistem yang akan melayani kebutuhan bagi seluruh penumpang dan crew dari
kapal dalam hal untuk kebutuhan air tawar dan sistem sanitary/drainage.
4. Cargo oil system for tanker (untuk layanan kebutuhan muatan kapal), adalah
sistem instalasi yang akan menyuplai kebutuhan untuk menjamin stabilitas dan
keperluan kapal meliputi sistem ballast dan sistem pipa cargo (untuk kapal
tanker).
Semua bagian tersebut harus harus di desain sehingga tidak terjadi pertentangan antara
satu dengan yang lain, serta mudah dalam pengoperasian.
I.2 Persyaratan Umum Instalasi Perpipaan di Kapal
Suatu system instalasi perpipaan yang terdiri dari peralatan-peralatan yang
digunakan pada suatu system di kapal, klasifikasi umumnya memberikan ketentuan-
ketentuan yang harus dipenuhi sebagai berikut :
1Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
1. Sambungan-sambungan pipa berupa sambungan flens harus digunakan untuk
sambungan pipa yang dapat dilepas. Ikatan ulir hanya dapat dipergunakan untuk
diameter luar sampai dengan 2 inchi.
2. Ekspansi dari system perpipaan yang disebabkan kenaikan suhu atau perubahan
bentuk lambung, harus diimbangi sedapat mungkin dengan lengkungan-
lengkungan pipa, pipa kompensator ekspansi, sambungan-sambungan yang
menggunakan penahan packing dan cara yang sejenis.
3. Pipa yang harus melalui sekat-sekat, atau dinding- dinding, harus dibuat secara
kedap air atau kedap minyak. Lobang-lobang baut untuk sekrup atau baut-baut
pengikat tidak boleh terletak pada dinding-dinding tangki.
4. system pipa di sekitar papan penghubung, harus terletak sedemikian rupa agar
dapat menghindari kemungkinan kerusakan pada instalasi listrik, apabila terjadi
kebocoran pada pipa.
5. Pipa udara, duga, limpah maupun pipa yang berisikan zat cair yang berlainan
tidak boleh melalui tangki-tangki air minum, air pengisi ketel dan minyak
pelumas. Bilamana hal tersebut tidak dapat dihindarkan, pengaturan
penembusan pipa-pipa tersebut pada tangki harus ditenbtukan bersama dengan
pihak klasifikasi. Semua pipa yang melalui ruang muat/bak rantai harus
dilindungi terhadap benturan dan kerusakan dengan diselubungi.
6. system pipa pengeringan dan ventilasi direncanakan sedemikian rupa sehingga
dapat mengkosongkan, mengalirkan dan memberi ventilasi pada system
tersebut. system pipa dimana ada cairannya dapat berkumpul dan mempengaruhi
cara kerja mesin, harus dilengkapi dengan alat pengering khusus, seperti pipa
uap dan pipa udara bertekanan.
7. semua jaringan pipa harus ditunjang pada beberapa tempat untuk mencegah
pergeseran dan lenturan, jarak antara penunjang pipa ditentukan oleh diameter
dan massa jenis media yang mengalir. Jika system jaringan pipa dilalui oleh
fluida yang panas, maka penunjang pipa diusahakan sedemikian rupa sehingga
tidak menghalangi thermal ekspansion.
8. Sea chest pada lambung kapal harus diatur pada kedua sisi kapal dan dipasang
serendah mungkin, dan dilengkapi dengan pipa-pipa uap atau pipa udara dengan
diameter disesuaikan dengan besarnya sea chest dan paling kecil 30 mm, yang
dapat ditutup dengan katup dan dipasang sampai diatas geladak sekat. Juga
dilengkapi dengan saringan air laut untuk mencegah masuknya kotoran yang
akan menyumbat saluran dari bottom valve.
Pipa-pipa uap atau udara bertekanan berfungsi sebagai pelepas uap di sea chest
dan membersihkan saringan kotak air laut (grating). Pipa uap atau pipa udara
bertekanan tersebut harus dilengkapi dengan katup-katup yang melekat
2Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
lasngsung pada sea chest. Umumnya pipa udara pembersih (blow off) sea chest
bertekanan 2 – 3 kg/cm2.
9. Katup-katup lambung kapal harus mudah dicapai, katup- katup pemasukan dan
pengeluaran air laut harus mudah dilayani dari pelat lantai. Kran-kran pada
lambung kapal penmgaturannya harus sedemikian rupa, sehingga pemutarannya
hanya dapat dibuka, ketika kran-kran tersebut dalam keadaan tertutup. Pada
pemasangan hubungan-hubungan pipa dengan lambung dan katup-katup,
dipasang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perembesan/air yang mengalir.
10. Lubang saluran pembuangan dan pembuangan saniter tidak boleh dipasang
diatas garis muat kosong (empety load water line) di daerah tempat perluncuran
sekoci penolong atau harus ada alat pencegah pembuangan air ke dalam sekoci
penolong. Lokasi lubang harus diperhitungkan juga dalam pengaturan letak
tangga kapal dan tangga pandu.
11. Pipa pembuangan yang keluar dari ruangan dibawah geladak lambung timbul
dan dari bangunan atas dan rumah geladak yang tertutup kedap cuaca, harus
dilengkapi dengan katup searah otomatis yang dapat dikunci dari tempat yang
selalu dapat dikunci dari tempat yang selalu dapat dicapai diatas geladak
lambung timbul. Alat penunjuk bahwa katup terbuka atau tertutup harus
disediakan pada tempat penguncian.
Dalam sistem perpipaan, selain pipa juga memerlukan komponen pendukung
untuk menjalankan fungsi system dengan baik antara lain :
a. Sumber (source) yang berasal dari tangki atau seachest untuk mengambil air
laut.
b. Pompa sebagai sumber tenaga untuk memindahkan/mengalirkan fluida dari
sumber
c. Pengaturan aliran (debit dan arah), tekanan, temperatur, viscositas dan lainnya
dapat berupa : katup, fitting, heat exchanger dan lainnya.
d. Discharge (sink) dapat langsung ke overboard, tangki dan lainnya.
3Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
BAB II
GENERAL SERVICE SYSTEM
General sevice sistem menitik beratkan pada hal keselamatan kapal. Sistem ini
antara lain adalah sistem bilga (bilge system), sitem ballast (ballast system), sistem
pemadan kebakaran (fireman system).
II.1 Sistem Bilga (Bilge System)
Didalam kapal sistem ini merupakan salah satu sistem yang digunakan untuk
keselamatan kapal. System ini memiliki fungsi utama yaitu sebagai penguras (drainage)
apabila tejadi kebocoran pada kapalyang disebabkan oleh grounding (kandas) atau
Collision, oleh sebab itu sistem harus mampu memindahkan air dengan cepat dari
bagian dalam keluar kapal. Dengan demikian hal ini akan menyebabkan kapasitas
pompa menjadi semakin besar seiring dengan bertambah besarnya ruangan, sedangkan
fungsi sampingnya yaitu sebagai penampungan air yang jumlahnya relative kecil yang
terkumpul pada sumur bilga (bilge well) sekaligus sebagai pengurasannya. Pada kapal
cargo air tersebut dapat berasal dari :
1. Pengembunan air laut pada pelat ,
2. Perembesan pada sambungan pelat sebagai akibat kurang baiknya
sambungan tersebut (karena retak), kebocoran pada shaft tunnel.
Sistem bilga dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Clean Bilge System, merupakan sistem yang digunakan untuk mengatasi
terjadinya kebocoran kapal khusus pada ruang muat.
2. Oily water Bilge System, merupakan sistem yang digunakan untuk mengatasi
kebocoran dandrainage air pendingin di kamar mesin, kebocoran pada system
pelumas perporosan, kebocoranatau perembesan pelumas dan bahan bakar pada
mesin. Sistem ini terpisah dari sistem yangdigunakan pada ruang muat karena
jenis fluida yang ditangani berbeda, yaitu air yang bercampur minyak.
Komponen-komponen sistem bilga terdiri dari :
1. Well (sumur/penampungan) yang terletak pada plate bilge dibagian pinggir dan
belakang kompartment dan jumlahnya minimal 2, masing-masing pada port side
dan starboard side. Volume well sekitar 0,5 m3 dengan kedalaman < 0,5 tinggi
double bottom (Hd/b)
4Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
2. Pipa utama yang digunakan untuk melayani dan mengatasi kebocoran pada
kamar mesin dan ruang pompa, sehingga menurut klasifikasi diameter minimum
(Dmin) yang diijinkan merupakanfungsi dari ukuran kapal.
3. Pipa cabang yang digunakan untuk melayani dan mengatasi khusus pada
compartment saja, sehingga menurut klasifikasi diameter minimum yang di
jinkan merupakan fungsi ukuran compartment.
Sedangkan konfigurasi instalasi perpipaannya terdiri dari Branch (satu cabang pipa
untuk mengatasi satu bilge well, dengan buka tutup katup secara manual) dan O ring
Type (satu pipa cabang melayani semua bilge well, dengan buka tutup katup dibantu
oleh control pneumatik ataupun hidraulik). Pada perancangan ini instalasi pipa cabang
direncanakan menggunakan type branch, dengan pertimbangan kemudahan operasi dan
pemeliharaan. Pompa yang digunakan type Vertical Gear Pump dengan tekanan(head)
minimum mampu memindahkan fluida minimal sampai overboard (O/B). Pada
perancangan, system bilga direncanakan memiliki komponen dan spesifikasi sebagai
berikut :
1. Bilge well
2. Pipa utama dan pipa cabang
3. Pompa
4. Over board
5. Separator
6. Sludge tank
5Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
Gambar 2.1.1 Sistem Bilga
II.2 Sistem Ballast (Ballast System)
Merupakan system yang digunakan untuk menjaga keseimbangan (stabilitas)
kapal apabila terjadi trim atau list (oleng) terutama pada saat bongkar muat dipelabuhan.
Untuk menjaga keseimbangan perlu dilakukan pengisian dan pembuangan air laut pada
tangki-tangki ballast, sehingga dapat menjaga titik berat kapal serendah mungkin dan
mepertahankan posisi kapal selalu dalam kondisi even keel. Pertimbangan untuk
mendapatkan titik berat serendah mungkin maka tangki ballast diletakkan pada double
bottom. Proses water ballast dibedakan menjadi dua yaitu ballasting (pengisian air
ballast) dan deballasting (pembuangan air ballast). Prinsip kerja dari sistem ini sangat
sederhana, dimana pompa digunakan sebagai pemindah air laut, dari sea chest dan
dipindahkan kedalam tangki-tangki ballast atau mengosongkan air ballast pada tangki
ke overboard (O/B). sistem ini menjadi rumit untuk didesain karena pompa yang
berfungsi sebagai mesin fluida hanya dapat menyalurkan air laut dalam satu arah saja.
Sehingga perancangan lebih lanjut yang terkait dengan pelayanan umum di kapal
(General Service System) dilakukan secara interkoneksi dengan sistem lainnya. Desain
sistem ballast erat kaitannya dengan proses bongkar muat di pelabuhan terutama waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan bongkar-muat, dan secara langsung juga
berpengaruh terhadap perubahan displacement kapal. pada beberapa literatur disebutkan
bahwa berat air ballast secara keseluruhan berkisar antara 10% – 15% dari displacement
kapal. Komponen-komponen penyusun sistem ballast terdiri dari :
1. Sea Chest, merupakan lubang pada lambung kapal berfungsi sebagai pusat
sumber air laut untuk semua kebutuhan kapal termasuk kebutuhan air ballast,
jumlah dan ketinggiannya disesuaikan dengan kebutuhan, yang lebarnya dibatasi
1 (satu) jarak frame.
6Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
Gambar 2.2.1 Sea chest
2. Pipa utama dan pipa cabang, merupakan tempat air ballast dari dan keluar tangki
ballast, untuk desain diameternya dapat ditentukan dari volume tangki ballast
secara keseluruhan dan desain waktu pengisian yang disesuaikan dengan waktu
bongkar muat di pelabuhan.
Gambar 2.2.2 Pipa utama & Pipa cabang
3. Tangki ballast, merupakan tempat untuk air ballast yang terletak pada double
bottom tank dan sebagian pada tangki ceruk. Untuk tangki yang terletak pada
double bottom dipisah menjadi 2 bagian yaitu bagian port dan starboard yang
tiap sisinya terdiri dari empat buah tanki.
Gambar 2.2.3 Tangki ballas saat pembangunan
4. Pompa yang digunakan merupakan jenis centrifugal dengan pertimbangan debit
lebih diutamakan daripada headnya.
7Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
5. Overboard, merupakan tempat yang digunakan untuk semua proses pembuangan
air laut yang bersifat clean, yang terletak 0,75 meter diatas garis air muat.
Gambar 2.2.4 Cetrifuga pump & valves
Pada perancangan ini, sistem ballast direncanakan memiliki komponen dan spesifikasi
sebagai berikut ;
1. Tangki ballast
2. Sea chest
3. Pipa utama dan cabang
4. Katup dan fitting
5. pompa
6. Overboard
8Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
Gambar 2.2.5 Sistem Ballast
II.3 Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Extinguishing System)
Adalah sistem yang digunakan untuk mengatasi, mencegah dan menghentikan
terjadinya kebakaran yang terjadi pada kapal, secara keseluruhan maupun per bagian.
Kebakaran menjadi salah satu bahan pertimbangan yang penting dan tidak bisa
diabaikan begitu saja, karena menyangkut keselamatam awak, muatan dan
kelangsungan kapal itu sendiri. Walaupun kebakaran di atas kapal tidak terjadi secara
periodic, namun semua komponen dan spesifikasinya telah diatur dengan baik di dalam
klasifikasi maupun standart perancangan kapal. Kebakaran merupakan suatu peristiwa
terjadinya nyala api sebagai akibat adanya reaksi antara material, sumber panas dan
oksigen yang cukup. Secara umum senyawa dan unsur tersebut dinyatakan sebagai
bentuk segitiga api, sebagai berikut : material, oksigen, sumber panas. Satu-satunya cara
untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan menghilangkan atau memisahkan
salah satu dari ketiga unsur tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Menurunkan suhu dibawah suhu pembakaran
2. Menurunkan kadar Oksigen
3. Menjauhkan material yang mudah terbakar
9Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
Gambar 2.3.1 Kebakaran kapal
Kebakaran yang mungkin terjadi pada kapal digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian besar
beserta penanggulangannya, yaitu sebagai berikut :
1. Kebakaran material yang terjadi pada ruang muat (cargo tank) dapat dipadamkan
dengan menggunakan air laut dan foam
2. Kebakaran yang terjadi pada kamar mesin terutama yang disebab oleh minyak
dapat dipadamkan dengan menggunakan foam
3. Kebakaran yang disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik biasanya terjadi
pada ruang kemudi (Wheel house) dan di engine control room, dapat
dipadamkan dengan menggunakan portable extinguisher dan CO2
Secara umum sistem pemadam kebakaran dikapal minimal harus tersusun atas beberapa
sistem yang disesuaikan dengan jenis kebakaran yang mungkin terjadi.
3.3.1 Sea Water Fire Fighting System
Merupakan sistem pemadam kebakaran yang memanfaatkan air laut sebagai
media pemadamannya yang diambil langsung melalui sea chest menggunakan ballast
pump dan juga general service pump sebagai fire pump kedua. Air laut tersebut
disemburkan ke beberapa titik api yang kemungkinan terjadi melalui deck hydrant, baik
di ruang muat ataupun di geladak akomodasi. Jalur pipa utama untuk pemadam
kebakaran dipasang secara permanent pada main deck dan deck house. Khusus pada
main deck jalur utamanya dipasang Hydrant yang dirancang dengan 2 (dua) hose outlet
yang dapat digunakan untuk menyemburkan air secara simultan ke segala arah.
Sedangkan pada deck house kecuali wheel house dipasang secara permanent suatu
instalasi pemadam yang berupa water sprinkle dan smoke detector yang
diinterkoneksikan dengan sea water hydrophore sebagai pendistribusi aliran fluida.
Komponen-komponen penyusun pada sistem ini adalah sebagai berikut :
1. Sea chest, merupakan tempat masuk air laut yang berfungsi sebagai pasokan air
laut yang digunakan untuk memadamkan api.
2. Pipa utama dan pipa cabang, yang berfungsi sebagai jalur air laut untuk
memadamkan api yang disebarkan secara merata ke seluruh kapal.
3. Hydrant, merupakan sumber distribusi air laut yang terletak pada main deck di
sekitar geladak ruang muat dengan jarak peletakannya tidak lebih dari 25 meter
antara satu hydrant dengan hydrant lainnya dengan pertimbangan kemudahan
untuk dicapai oleh awak kapal.
10Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
4. Fire hoses untuk ukuran standart 2,5 inchi inside diameter dengan panjang 60
feet dan dilengkapi dengan hoses nozzle yang dapat digunakan untuk mengatur
jenis semprotan air.
5. Sprinkle, merupakan discharge air laut untuk memadamkan kebakaran yang
terletak pada deck house (5 liter/menit/m2), yang peletakannya disesuaikan
dengan pembagian ruangan-ruangan akomodasi pada masing-masing deck.
Peralatan ini sangat peka terhadap perubahan temperatur.
Gambar 2.3.2 Fire hose, Sprinkle, Hydrant
Gambar 2.3.3 Pengoperasian Sistem Pemadam di Geladak
3.3.2 Foam Fire Fighting system
Merupakan system pemadam kebakaran yang memanfaatkan ketebalan lapisan
campuran foamkering dan air laut (busa) untuk menutupi (mengisolasi) permukaan
11Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
material yang terbakar api dari udaradan sekaligus mendinginkannya, secara umum
digunakan di kamar mesin. Foam tersedia sepanjang waktudan kecil kemungkinannya
untuk terbakar. Foam ini terbuat dari campuran antara dry powder foam dan airlaut yang
direaksikan pada compound tank, yang hasilnya di busakan pada proporsioner (ejector).
Gambar 2.3.4 Sistem fire main
12Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
BAB III
MAIN ENGINE AND AUXILARY SYSTEM
Sistem ini meliputi beberapa sistem yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan mesin untama dan mesin bantu dalam pengoperasianya. Sistem ini antara
lain terdiri dari sitem bahan bakar, sistem pelumas dan sistem pendingin.
III.1 Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Sistem bahan bakar ini disusun sedemikian rupa sehingga dua bahan bakar,
Marine Diesel Oil (MDO) dan Heavy Fuel Oil (HFO) dapat digunakan. Pada piping
flow diagram dapat dilihat, bahwa bahan bakar disalurkan melalui Supply Pump, yang
mana tekanan bahan bakar setelah dipompa oleh Supply Pump ini akan tetap
dipertahankan sebesar 4 bar (pump head) sampai memasuki circulating pump.
Untukmenghindari menguapnya bahan bakar menjadi gas, maka diberikan venting box
untuk menampung bahanbakar yang mengalami penguapan, pada range temperatur
tertentu. Venting box ini terhubung denganservice tank melewati automatic deaerating
valve, yang akan melepaskan semua penguapan yang terjadi,akan tetapi akan masuk ke
service tank dalam bentuk cair. Bagian yang baru dibicarakan diatas adalah bagian
bahan bakar dalam tekanan rendah. Dari bagian temperatur rendah, bahan bakar
dialirkan menuju circulating pump, yang akan memompa bahan bakar melewati heater,
full flow filter yang dilewati sebelummasuk ke main engine.
Untuk memastikan pemberian bahan bakar ke main engine dalam jumlah yang
besar, maka debit (kapasitas) bahan bakar yang dipompa oleh circulating pump lebih
besar daripada kebutuhan debit bahanbakar yang diperlukan oleh engine itu sendiri.
Kelebihan pasokan Bahan bakar ke engine tersebut akan disirkulasikan kembali dari
engine menuju ke service tank melewati venting Box. Untuk menjamin tekanan bahan
bakar tetap pada saat akan masuk ke fuel injection pump pada semua beban engine,
maka pada engine diberikan katup overflow (overflow valve) yang mana aliran diberi
beban berupa pegas.
Pada perpipan udara start diatas, terdiri atas katup start utama (ball valve),
sebuah non return valve, pendistribusi udara start, dan katup start. Katup start utama di
gabungkan dengan sistem manuver, yang akan mengontrol start mesin. Pendistribusi
udara start mengatur pembagian udara start ke katup start yang sesuai dengan urutan
penyalaan bagi tiap silinder secara tepat. Tekanan bahan bakar yang terukur pada pada
13Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
engine (indicator fuel injector pump), haruslah sebesar 7 - 8 bar, yang mana ekivalen
dengan tekanan bahan bakar pada circulating pump, yakni 10 bar (delivery pressure).
Ketika engine berhenti operasi, maka circulating pump akan tetap meneruskan sirkulasi
bahan bakar yang telah dipanaskan melewati sistem bahan bahan bakar pada engine.
Dengan demikian, akan menjaga fuel injector pumps tetap panas, dan fuel valves
mengalami deaerasi. Inilah yang direkomendasikan oleh Engine Manufacture, sirkulasi
otomatis bahan bakar yang telah dipanaskan, yang dijadikan alasan rekomendasi ini.
Yakni operasi konstan pada bahan bakar. Sebagai tambahan jika rekomendasi engine
manufacture ini tidak dipenuhi, maka dimungkinkan akan ada resiko laten
(tersembunyi), yakni MDO dan HFO kualitas rendah akan membentuk campuran yang
tidak kompatibel, pada saat pergantian bahan bakar dari MDO ke HFO yang berkualitas
rendah. Oleh karena itu engine manufacture merekomendasikan untuk tidak
menggunakan MDO pada semua beban engine. Pada keadaan yang tertentu, pergantian
bahan bakar dari HFO ke MDO, menjadi perlu untuk dilaksanakan, pada tiap waktu,
pada saat engine tidak berputar. Sebagai contoh pergantian bahan bakar dari HFO ke
MDO menjadi penting pada saat kapal akan berada dalam keadaan tidak aktif untuk
periode waktu yang cukup lama, misalkan pada saat :
� Docking
� Berhenti lebih dari 5 hari
� Perbaikan besar pada sistem bahan bakar
� Permintaan / kebutuhan kaitannya dengan masalah lingkungan
Overflow Valves yang built on pada supply pumps (jika ada), maka overflow
valve tersebut disetel dengan tekanan 5 bar, yang mana jalur bypass-nya suply pump
adalah 4 bar. Pipa antara sevice tank dan supply pumps, haruslah memiliki minimum
50% lintasan yang lebih besar dari pada pipa antara supply pump dan circulating pump.
Remote Controlled Quick Closing Valve, yang ada pada inlet "X", diperlukan
untuk menghentikan operasi secara cepat, khususnya pada saat berada di dermaga dan
pada saat sea trial, dan dapat juga digunakan untuk memberhentikan mesin secara cepat,
ketika penghentian mesin menggunakan sistemsistem lainnya gagal.
Auxilary engine menggunakan Diesel dengan kecepatan tinggi dan bahan bakar
yang digunakan adalah MDO. Oleh karena main engine jarang menggunakan MDO
untuk service hariannya, maka untuk lebih mengoptimalkan dari perkiraan desain letak
dan juga faktor ekonomis dari desain, untuk sistem bahanbakar auxilary engine
terintegrasi dengan sistem bahan bakar main engine.
Komponen-komponen penyusun pada sistem ini adalah sebagai berikut :
14Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
1. Fuel oil pipe
2. Storage tank
3. Heater
4. Tranfer punp
Berikut merupakan contoh gambar desain dari sistem bahan bakar:
Gambar 3.1.1 Sistem bahan bakar
III.2 Sistem Minyak Pelumas (Libricating Oil System)
Sistem ini akam memompa minyak dari double bottom dengan menggunakan
main lubricating pump. Kemudian minyak pelumas akan masuk ke Luibricating Oil
Cooler (pendingiin minyak pelumas). Sebuah thermostatic Valve, yang memiliki sensor
pada output/keluaran minyak pelumas yang akan masuk ke engine, akan mengontrol
suhu aliran keluaran minyak pelumas yang akan menuju ke main engine, tetap pada
range suhu 40 - 50 C. Kemudian dari cooler, minyak pelumas akan melewati Full Flow
Filter, dankemudian menuju engine, untuk kemudian didistribusikan ke piston dan
bantalan/bearings.
Bagian utama yang akan di lumasi pada main engine terdiri atas pendinginan
piston dan pelumasan crosshead (bagian yang bergesekan yang berlawanan). Dari
engine, minyak pelumas dikumpulkan di carter, yang mana dari tempat minyak pelumas
disalurkan/ dilepas ke double bottom tank. Untuk sambungan pipa external, engine
manufacture merekomendasikan kecepatan minyak pelumas sebesar 1.8 m/s
Turbocharger dengan bantalan luncur, bantalan luncur dilumasi dari sistem pada main
engine. AB merupakan outle minyak pelumas dari T/C menuju ke carter pada double
15Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
bottom. Sedang pelepasan kelebihan tekanan dan penguapan disalurkan lewat "E" yang
langsung menuju main deck.
Komponen-komponen penyusun pada sistem ini dapat kita saksikan pada
gambar sebagai berikut :
Gambar 3.2.1 Sistem minyak pelumas
III.3 Sistem Pendingin (Cooling Water System)
Sistem pendingin dapat dibagi menjadi beberapa bagian sub system yaitu
pendinginan untuk jaket silinder, piston main engine, pendinginan untuk turbocharger,
injektor main engine, dan engine generator. Dalam beberapa aplikasi pendinginan
biasanya fresh water disirkulasikan melalui heat exchanger dimana dalam heat
exchanger tersebut disirkulasikan pula air laut untuk mendinginkan air tawar. Dalam hal
ini heat exchanger bertindak sebagai central cooler, dimana air tawar disirkulasikan
secara tertutup sedangkan air laut disirkulasikan dalam sistem terbuka. Sistem sentral
biasanya dibagi lagi menjadi dua sub system yaitu high temperature dan low temperatur.
Keuntungan dari digunakanya sentral pendingin fresh water adalah berkurangnya
kegiatan maintenance karena hanya sentral cooler yang berhubungan dengan sea water
yang bersifat korosif. Selain itu biaya investasi juga semakin murah karena adanya
pengurangan penggunaan bahan yang harus tahan korosi namun dengan sistem yang
agak rumit maka untuk biaya awal cukup mahal.
Jacket water cooling system
16Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
Air tawar pendingin jaket silinder biasanya didinginkan langsung oleh sea water
dalam central cooler. Dalam susunan yang lain air pendingin jaket silinder dapat pula
digunakan untuk mendinginkan untuk minyak pelumas dan pendinginan charge air.
Ekspansion tank memberikan head statik pada sisi hisap sistem dan menyediakan
pompa sirkulasi air pendingin jaket biasanya bertipe pompa sentrifugal dan dalam
sistem yang lebih besar dipasangkan dengan stand by pump. Kedua pompa biasanya
digerakan dengan motor elektrik tetapi pada medium speed diesel biasanya pompa
utama digerakan oleh engine langsung sedangkan pompa stand-by digerakan dengan
motor listrik. Sebagain besar kapal menggunakan sisa panas pada air pendinginan yang
keluar dari mesin untuk memproduksi air tawar. Evaporator diletakkan dekat dengan
pendingin air jaket dan dapat dilengkapi dengan pemanas uap atau air panas yang
digunakan bila panas dari air pendingin jaket kurang. Dalam perencanaan ini sistem
pendinginan sudah tergabung bult in di dalam engine yang meliputi pendinginan untuk
silinder, jaket silinder, crank shaft dan pendingin untuk turbo charger.
Komponen-komponen penyusun pada sistem ini dapat kita saksikan pada
gambar sebagai berikut :
Gambar 3.3.1 Sistem pemdingin mesin
17Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
BAB IV
DOMESTIC SISTEM AND ACCOMODATION
Kebutuhan air dan sanitari untuk para awak dan penumpang yang ada di kapal
perla sangat diperhatikan. Domestic sistem and accomodation ini harus dirancang
dengan effectif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sistem ini meliputi
sistem sanitari dan sewage. Sanitary dan sewage sytem merupakan sistem yang
digunakan untuk pemenuhan air tawar (fresh water) dan air laut (sea water) untuk
pemenuhan kebutuhan para ABK dan ruang akomodasi. Penggunaantersebut antara lain
pada ruang atau tempat sebagai berikut:
1. Tempat cuci/laundry
2. Dapur
3. Kamar mandi dan WC
4. Wastafel-wastafel di mess room, hospital dan di kamar mandi
5. Pencucian geladak
Brikut merupakan contoh gambar desain untuk domestic sistem and accomodation:
18Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
Gambar 4.1 Domestic FW and SW suply System
Gambar 4.2 Sewage Treatment
19Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
BAB V
CARGO OIL SYSTEM FOR TANKER
Terjadinya perubahan kondisi muatatan pada waktu bongkar dan muat
dipelabuhan juga akan berpengaruh terhadap kondisi kesetabilan kapal. Cargo oil
system for tanker adalah sistem instalasi yang akan menyuplai kebutuhan untuk
menjamin stabilitas dan keperluan kapal meliputi sistem ballast dan sistem pipa cargo
(untuk kapal tanker).
Sistem cargo berfungsi untuk melakukan bungkar dan muat, sedangkan sistem
ballast dalam hal ini berfungsi untuk menjaga kondisi kapal agar tetap berada dalam
kondisi dan keadan stabil.
• Pada saat sistem cargol melakukan discharge muatan = maka sistem ballast
memasukan air kedalam tanki agar keadaan kapal tetap dalam keadaanseimbang
(efen kill)
• Pada saat sistem cargo melakukan muat = sistem balast membuang air ballast
yang ada pada tangki ballast.
Gambar 5.2 Pipa cargo pada kapal tanker
Komponen-komponen sitem cargo meliputi:
1. Pipa Muat
2. Pipa bongkar20
Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
3. Pompa cargo
4. Tangki muatan
5. Valves
Gambar 5.2 Pipa cargo pada RU kapal tanker
21Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
BAB VI
PENUTUP
Sistem pipa (piping system) kapal merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk
mengantarkan atau mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan.
Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks yang di desain se-efektif dan se-
efisien mungkin di dalam kapal untuk memenuhi kebutuhan kapal, crew, muatan dan
menjaga keamana kapal baik saat kapal berjalan maupun berhenti.
Sistem pipa (piping system) harus dedesai sesuai dengan aturan yang ada, karena
keberadaan sistem ini akan sangat berpengaruh terhadap kenyamana awak dan
penunpan serta keselamatan kapal.
Demikian makalah dari kelompok kami. Semoga dimasa yang depan makalah
ini dapat memberikan manfaat. Kami menyadari bahwa kami tidak sempurna sehingga
apabila terjadi kesalahan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini kami mohon
maaf. Kritikan dan saran untuk sangat kami harapkan agar makalah ini menjadi lebih
baik.
22Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
DAFTAR ISI
Daftar Isi ....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN SISTEM PIPA .............................................. 1-3
I.1 Pengertian Sistem Pipa ........................................................ 1
I.2 Persyaratan Umum Instalasi Pipa di Kapal ......................... 2
BAB II GENERAL SERVICE SYSTEM ................................................ 4-12
II.1 Sistem Bilga (Bilge System) ................................................ 4
II.2 Sistem Ballast (Ballast System) ......................................... 6
II.3 Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Extinguishing System) 9
BAB III MAIN ENGINE AND AUXILARY SYSTEM ....................... 13-17
III.1 Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System) .............................. 13
III.2 Sistem Minyak Pelumas (Libricating Oil System) ............. 15
BAB III DOMESTIC SISTEM AND ACCOMODATION ................... 18-19
BAB IV CARGO OIL SYSTEM FOR TANKER ................................. 20-21
BAB V PENUTUP ................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23
23Wahyu Kristanto 4106100078
Tugas I Sistem Perkapalan
24Wahyu Kristanto 4106100078
i