72053525-makalah-osnpti
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
1
pMAKALAH OPEN ENDED
SELEKSI FINAL TINGKAT PROPINSI
OSN-PTI 2010
METANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
oleh:
Lisa Fitriani/Kimia 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2010
2
PENDAHULUAN
Latar belakang
Bahan Bakar merupakan salah satu aspek yang mendukung perkembangan
dunia Industri maupun transportasi. Saat ini dunia, khususnya Indonesia
mengalami krisis produksi bahan bakar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi
dalam negeri. Pada tahun 1990-an Indonesia dapat memproduksi minyak sekitar
1.200.000 barel perhari dengan konsumsi tidak sampai 800.000 barel perhari,
sedangkan saat ini Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 900.000 barel
per-hari dengan kebutuhan mencapai 1.200.000 barel perhari (BP Migas,2010). Di
sisi lain saat ini dunia sedang mengalami pemanasan global dan salah satu
penyebab terbesarnya adalah penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi
utama.
Indonesia merupakan Negara agraris yang berpotensi besar dalam
pemenuhan sumber energi alternatif seperti energi biomassa, energi termal, energi
surya dan energi angin. Potensi Biomassa Indonesia mencapai 49.81 GW
sedangkan yang dimanfatkan sebagai sumber energi hanya 302.4 MW
(Nugroho,2008). Bila potensi yang ada dimaksimalkan dengan menambah jumlah
kapasitas yang terpakai, maka akan meminimalisir pemakaian bahan bakar fosil
yang selama ini menjadi tumpuan dari penggunaan energi. Penggunaan Biomassa
juga mengurangi biaya konversi bahan bakar fosil yang terbilang cukup besar.
Metanol merupakan salah satu bagian dari Biomassa yang dapat dihasilkan dari
selulosa, seperti kayu, alang-alang, jerami dan lain-lain. Bahan baku metanol
relatif murah dan bisa didapat dengan mudah. Selain itu, bahan baku metanol
juga dapat diperbaharui sehingga dapat diproduksi terus menerus. Oleh karena itu
pengembangan metanol sebagai bahan bakar alternatif menjadi suatu gagasan
penting bagi pengembangan sumber bahan bakar alternatif di Indonesia.
3
Tujuan
Tujuan penulis menusun makalah ini untuk meninjau persoalan apakah
metanol menjanjikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil
dengan segala permasalahan yang ditimbulkan karena perbedaan sifat fisisnya
dengan bahan bakar yang selama ini digunakan.
4
TELAAH PUSTAKA
Bensin
Bensin adalah campuran dari yang tersusun dari hidrokarbon dan
merupakan produksi sampingan dari kerosin. Kemampuaanya untuk menguap
pada tempratur rendah menjadikan bensin berguna sebagai bahan bakar
(gibbs,1994). Bahan baku bensin pada dasarnya adalah isooktana dan heptana,
kadarnya bermacam-macam sesuai keperluan yang dibutuhkan oleh suatu Negara.
Bilangan Oktan
Kinerja yang dikehendaki dari bensin adalah anti knocking. Knocking
adalah peledakan campuran (uap bensin dengan udara) di dalam silinder mesin
sebelum busi menyala. Di dalam mesin, campuran udara dan bensin (dalam
bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan
kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya
tekanan ini, campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum
percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang
tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau
ketukan di dalam mesin. Peristiwa knocking ini sangat mengurangi daya mesin.
Hidrokarbon rantai lurus cenderung membangkitkan knocking. Sementara,
hidrokarbon bercabang, siklik maupun aromatik cenderung bersifat anti knocking.
Tolok ukur kualitas anti knocking sering disebut sebagai bilangan oktan (octane
number). Skalanya didasarkan kepada n-heptana memiliki bilangan oktan nol dan
isooktana memiliki bilangan oktan 100. Semakin tinggi bilangan oktan maka
semakin berkurang kecenderungan untuk mengalami knocking. (janu,2010)
Biomassa
5
Biomassa adalah bahan organik yang merupakan produk fotosintesis yaitu
butir-butir hijau yang dapat menyerap energi matahari sehingga dapat
mengkonversi karbon dioksida dan air menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon
dengan bantuan klorofil.
Metanol
Metanol murni, pertama kali berhasil diisolasi tahun 1661 oleh Robert
Boyle, yang menamakannya spirit of box, karena dihasilkan melalui distilasi kotak
kayu. Nama itu kemudian lebih dikenal sebagai pyroxylic spirit (spiritus). Pada
tahun 1834, ahli kimia Perancis Jean-Baptiste Dumas dan Eugene Peligot
menentukan komposisi kimianya. Metanol merupakan suatu senyawa organik
dengan rumus kimia C H 3OH. Metanol mempunyai gugus –OH pada atom
karbonnya yang menandakan senyawa ini merupakan suatu alcohol. Metanol
merupakan bentuk paling sederhana dari alcohol. Metanol memiliki massa molar
32.04 g mol−1dengan massa jenis 0.7918 g/cm3 , dalam suhu ruangan metanol
berwujud cair dan mudah menguap dengan titik didih 64,7°C.
Gambar 1: Struktur metanol
(sumber : Wikipedia.org)
6
ISI
Sumber energi yang saat ini sedang dibutuhkan oleh dunia, atau Indonesia
pada khususnya adalah sumber energi yang bersifat renewable, ramah lingkungan
dan bersifat ekonomis. Hal ini ditinjau dari keterbatasan sumber bahan bakar fosil
yang ada, pemanasan global yang meningkat dan efesiensi produksi bahan bakar.
Biomassa menempati urutan teratas dari ketiga hal tersebut, disampiing sifatnya
yang renewable karena terbuat dari materi organic yang tidak akan habis, selain
itu emisi yang dihasilkan tidak sebesar penggunaan bahan bakar fosil.
Metanol yang memiliki kemiripan sifat dengan bensin ternyata dapat
diproduksi dari Biomassa atau lebih tepatnya selulosa yang biasa terkandung pada
serat, jerami, kayu dan sekam. Dari satu ton biomassa bisa menghasilkan sekitar
186 gallon metanol. Proses produksi metanol dari Biomassa ini bisa dilakukan
pirolisis.
Pirolisis Biomassa
Pirolisis adalah dekomposisi termal yang terjdi tanpa adanya oksigen.
Bagian terpenting dalam proses pirolisis adalah transfer panas, oleh karena itu
diperlukan wadah yang luas agar memenuhi kebutuhn proses panas. Proses
pirolisis akan menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan
berupa campuran minyak, CO2, CH4, H2 dan lainnya. Agar hasil pirolisis lebih
menghasilkan gas metana maka pemanasan dilakukan pada suhu 5000C. Jika
kurang dari 450oC maka akan menghasilkan. Kemudian hasil pirolisis
dikondensasikan. Untuk mendapatkan metanol murni maka campuran yang
berwujud cair didestilisasikan terlebih dahulu.
7
Efisiensi dan sifat dari proses pirolisis tergantung pada ukuran partikel
bahan baku. Sebagian besar teknologi pirolisis hanya dapat memproses partikel
kecil untuk maksimum 2 mm tetap melihat kebutuhan untuk mentransfer panas
secara cepat melalui partikel. Permintaan untuk ukuran partikel kecil berarti
bahwa bahan baku harus ukuran-reduced sebelum digunakan untuk pirolisis.
Kandungan Energi Metanol
Kandungan energi suatu bahan bakar tergantung pada pemecahan ikatan
yang terjadi didalamnya, semakin panjang rantai karbon dalam bahan bakar maka
akan semakin besar energi yang dapat dihasilkan. Namun tentu saja bahan aditif,
proses pembakaran dan beberapa faktor yang menyangkut system pembakaran
juga dapat mempengaruhi energi yang dihasilkan oleh bahan bakar tersebut.
Metanol sebagai bahan bakar memiliki kandungan energi yang tentu saja
berbeda dengan bahan bakar pada umumnya, jika dilihat dari entalpi pembakaran
sempurna satu mol metanol murni maka energi yang dihasilkan adalah sekitar
714,88 kJ. Gasoline umumnya terdiri dari campuran oktana dan heptana, jika
dianggap sebagai oktana murni, maka entalpi pembakaran satu mol murni nya
adalah sebesar 5460 kJ. Tetapi jika dihitung dari efesiensi kerja yang dihasilkan
oleh bensin, maka kandungan efesiensi metanol murni sekitar 45% dari bensin .
8
Sedangkan jika dibandingkan dengan solar dan biodiesel perbandinganya
menjadi lebih besar karena solar dan biodiesel memiliki rantai hidrokarbon yang
lebih panjang ( 10-20 atom karbon).
Jika dilihat dari segi bilangan oktan, maka metanol yang memiliki bilangan
oktan yang sangat tinggi yaitu 124, dapat meningkatkan efesiensi dari bahan bakar
dan mengurangi proses knocking yang terjadi pada tangki bahan bakar. Oleh
karena itu para pakar peneliti tengah berupaya untuk menggunakan metanol
sebagai aditif dari gasoline. Tentu saja hal ini menimbulkan beberapa
permasalahan karena strukturnya yang berbeda dengan bensin itu sendiri.
Metanol sebagai campuran bahan bakar
Menurut penelitian yang telah dilakukan, metanol yang dapat dicampur
dengan bensin hanya sekitar 15% pada suhu yang rendah. Hal ini tentu saja
diakibatkan oleh perbedaan kepolaran antara keduanya. Saat metanol yang
dicampurkan masih berada dibawah 15% maka larutan masih bersifat homogen,
namun bila lebih dari 15% maka kecenderungan untuk terjadi pemisahan akan
semakin besar, yang polar berkumpul dengan polar, begitu pula sebaliknya. Pada
suhu rendah, perbedaan kepolaran antar bensin dan metanol semakin tinggi,
sehingga campuran akan memisah.
Untuk mendapatkan campuran yang baik antara bensin dan metanol maka
perlu ditambahkan beberapa zat aditif. Metanol merupakan pelumas yang buruk,
kurangnya pelumasan menyebabkan masalah dalam memompa bahan bakar dari
tangki bahan bakar ke ruang pembakaran. Dalam silinder penembakan itu sendiri,
bensin bertindak sebagai pelumas untuk membantu dalam gerakan piston,
sedangkan metanol tidak. Hidrokarbon paraffinic yang umum digunakan sebagai
pelumas mesin tidak dapat digunakan karena kurangnya kelarutan dalam bahan
bakar metanol. Amerika Serikt telah mematenkan beberapa aditif yang dapat
ditambahkan pada metanol yang antara lain alkohol lemak, alkohol etoksilat, asam
lemak, asam lemak etoksilat, dialkylbenzene, monoester dan diester.
Selain itu jika ingin menggunakan metanol sebagai bahan bakar maka
diperlukan adanya suatu zat yang dapat membuat metanol dan bensin bercampur
9
dengan homogen maka dari itu diperlukan suatu surfaktan sebagai zat aditif untuk
menjembataninya.
Keuntungan dan kerugian penggunaan metanol
Penggunaan metanol sebagai bahan bakar alternatif tentu saja mempunyai
sisi positif dan negatif. Keuntungan menggunakan metanol antara lain adalah :
1. Bahan Baku metanol yang mudah didapatkan dan renewable.
2. Penggunaan metanol sangat bersifat ekonomis karena dapat dibuat dari
selulosa yang berasal dari jerami atau alang-alang yang tidak memiliki
nilai ekonomis yang tinggi
3. Emisi yang dikeluarkan metanol bersifat ramah lingkungan bila
dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar bensin atau solar. Bahkan
untuk methanol murni 98% maka hasil pembakarannya relatif tidak
menghasilkan emisi.
4. Penggunaan metanol sebagai bahan bakar dapat membuka lapangan kerja
baru, sehingga mengurangi angka pengangguran.
Sedangkan beberapa kerugian dari penggunaan metanol yaitu :
1. Produk dari pembakaran parsial metanol adalah formaldehida dan asam format
yang korosif ke bagian logam. Jadi jika dinding silinder tidak dilindungi oleh
aditif, produk pembakaran parsial menyebabkan keausan korosi dan peningkatan
piston, dinding silinder atau ring piston
2. Metanol bersifat toksik dapat menyebabkan iritasi ringan pada mata, kulit
dan selaput lendir dalam tubuh manusia
3. Metanol tidak bersifat sebagai pelumas, sehingga menghambat proses
memompa bahan bakar ke dalam tangki pembakaran.
4. Campuran Metanol dan bensin tidak dapat bekerja di suhu yang rendah atau
sekitar 50 F karena terjadi proses pemisahan.
Beberapa kerugian diatas dapat diatasi dengan penambahan aditif yang
sebelumnya telah dijelaskan, sehingga keuntungan pemakaian methanol sebagai
bahan bakar lebih besar dibandingkan dengan kerugian atau efek sampingnya.
10
PENUTUP
Kesimpulan
1. Metanol dapat disintesis dengan proses pirolisis dari biomassa.
2. Metanol dapat meningkatkan efisiensi bensin dengan menaikkan nilai
oktannya sehingga mengurangi knocking.
3. Metanol merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan bila
dibandingkan dengan bahan bakar lain.
4. Pemisahan campuran metanol dan bensin dapat diatasi dengan
penambahan aditif pelumas dan surfaktan.
Saran
Sebaiknya produksi metanol sebagai aditif bahan bakar lebih dioptimalkan
dengan menggunakan aditif yang baik, sehingga penggunaannya dapat diperluas
untuk masyarakat, dan ketergantungan akan bahan bakar fosil dapat diminimalisir,
dangan begitu pemerintah dapat mengalokasikan anggaran subsidi bahan bakar
minyak ke sektor lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Gibbs, L.M. The Changing Nature of Gasoline. Automotive Engineering,
January 1994, pp. 99-102.
Kuo, Kenneth K . 1986. Principle of Combustion. John Wiley & Son. New York.
Washecheck. United State Patents,Methanol Fuel and Methanol Fuel Additive
Ponca city, Juni 1983.
Prasetyo, Totok. Makalah Pengantar Falasafah Sains. Institut Pertanian Bogor,
November 2003
Zafar, Salman.2008. Biomass Pyrolisys. http://www.articlesbase.com. (diakses 5
Oktober 2010)
Nugroho, Agung. 2008. Energi Alternatif itu Bernama Biomassa.
http://netsains.com/ (diakses 6 oktober 2010)