7 tinjauan pustaka a. kinerja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6667/3/andi estu...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah keberhasilan pusat pertanggungjawaban atau personel
dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan dengan perilaku
yang diharapkan. Pencapaian kinerja dalam suatu lembaga instansi
pemerintah (termasuk pemerintah daerah) sering diukur dari sudut pandang
masing-masing stakeholders, misalnya lembaga legislatif, instansi
pemerintah, pelanggan, pemasok, dan masyarakat umum. Idealnya
pengukuran kinerja yang dipakai oleh instansi pemerintah disusun setelah
memeperolehmasukan dari lembaga konstituen, sehingga diperoleh suatu
konsensus atas apa yang diharapkan oleh stakeholder atas organisasi
tersebut. Dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, organisasi
disusun dalam unit-unit kerja yang lebih kecil, dengan pembagian kerja,
sistem kerja dan mekanisme yang jelas dalam Biatna (2007).
Prawirosentono (1999) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing,
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja
karyawan lebih mengarah pada tingkatan prestasi kerja karyawan.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
8
Kinerja karyawan merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja
dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu
pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (1996) bahwa kinerja karyawan adalah
sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Menurut
Simamora (1997) maksud penetapan tujuan kinerja adalah menyusun
sasaran yang berguna tidak hanya bagi evaluasi kerja pada akhir periode
tetapi juga untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.
Sedangkan As’ad (1995) menyatakan kinerja karyawan merupakan
kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan, kinerja pada
dasarnya hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu.
Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh
masing-masing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai
dan mewujudkan tujuan badan usaha. Pada dasarnya kinerja dari seseorang
merupakan hal yang bersifat individu karena masing-masing karyawan
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Kinerja seseorang tergantung
pada kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh
(Dale, 1992) dalam Natalia (2007).
Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga
(institutional performance) atau kinerja organisasi (corporate performance)
terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan
(individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja organisasi
(corparate performance) juga baik. Kinerja seorang karyawan akan baik
bila ia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena gaji
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
9
atau diberi upah sesuai dengan perjanjian dan mempunyai harapan
(expectation) masa depan lebih baik (Prawirosentono, 1999).
Kinerja merupakan hasil kerja dari kualitas dan kuantitas dari
karyawan maupun kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan dan kemampuan yang dimiliki untuk
memperoleh suatu prestasi.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Berdasarkan pada literatur terdapat tiga pakar yang menyatakan faktor-
faktor tentang kinerja antara lain:
a. Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu:
1) Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai
terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita
(pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
2) Faktor motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai
dalam menghadapi situasi (situasion) kerja.
b. Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja:
1) Faktor individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.
2) Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan
kepuasan kerja.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
10
3) Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan,
kepemimpinan,dan sistem penghargaan (reward system).
c. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1) Kemampuan mereka,
2) Motivasi,
3) Dukungan yang diterima,
4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5) Hubungan mereka dengan organisasi.
d. Menurut Stephen P. Robbins (1996) menyatakan bahwa dimensi yang
mempengaruhi kinerja yaitu:
1) Motivasi
2) Kemampuan
3) Kesempatan
Gambar 1. Bagan Dimensi yang mempengaruhi kinerja
Motivasi Kesempatan
Kemampuan
Kinerja
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
11
Kinerja karyawan adalah sebagai fungsi dari interaksi antara
kemampuan, kesempatan dan motivasi. Jika ada yang tidak memadai,
kinerja itu akan dipengaruhi secara negatif. Tingkat kinerja yang tinggi
sebagian merupakan fungsi dan absennya rintangan-rintangan yang
mengendalai karyawan itu.
3. Pengukuran Kinerja Karyawan
Berhasil tidaknya kinerja karyawan yang telah dicapai organisasi
tersebut dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari karyawan secara individu
maupun kelompok. Menurut John Bernadin (1993) mengatakan ada 6
kriteria yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja karyawan
sacara individu:
a. Kualitas
Tingkat dimana aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna
dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas
ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.
b. Kuantitas
Jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah sejumlah unit,
jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
c. Ketetapan waktu
Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang
diinginkan dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
12
d. Efektivitas
Tingkat pengguna sumber daya organisasi dimaksimalkan dengan
maksud menaikkan keuntungan dan mengurangi dari setiap unit dalam
penggunaan sumber daya.
e. Kemandirian
Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi
kerjanya tanpa minta bantuan, bimbingan dari pengawas maupun
meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil yang
merugikan.
f. Komitmen kerja
Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan
perusahaan dan tanggungjawab karyawan terhadap perusahaan.
4. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi untuk menilai
kinerja pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum
adalah untuk memberikan umpan balik kepada karyawan dalam upaya
memperbaiki kinerjanya dan meningkatkan produktivitas organisasi,
khususnya yang berkaitan dengan kebijaksanaan terhadap karyawan seperti
untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan dalam Biatna
(2007).
Penilaian kerja (performance appraisal, PA) adalah proses evaluasi
seberapa baik karyawan mengerjakan, ketika dibandingkan dengan satu sel
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
13
standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan,
evaluasi karyawan, tinjauan kinerja, evaluasi kinerja dan penilaian hasil
pedoman (Simamora, 2004)
Rahmanto (2002) mengemukakan bahwa sistem penilaian kinerja
mempunyai dua elemen pokok, yakni:
a. Spesifikasi pekerjaan yang harus dikerjakan oleh bawahan dan kriteria
yang memberikan penjelasan bagaimana kinerja yang baik (good
performance)dapat dicapai, sebagai contoh: anggaran operasi, target
produksi tertentu dan sebagainya.
b. Adanya mekanisme untuk pengumpulan informasi dan pelaporan
mengenai cukup tidaknya perilaku yang terjadi dalam kenyataan
dibandingkan dengan kriteria yangg berlaku sebagai contoh laporan
bulanan manager dibandingkan dengan anggaran dan realisasi kinerja
(budgeted and actual performance) atau tingkat produksi dibandingkan
dengan angka penunjuk atau suatu mesin.
Menurut Dessler (1992) ada 5 (lima) faktor dalam penilaian kinerja,
yaitu:
a. Kualitas pekerjaan, meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan
penerimaan keluaran.
b. Kuantitas pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi.
c. Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau
perbaikan.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
14
d. Kehadiran, meliputi: regularitas, dapat dipercaya/ diandalkan dan
ketetapan waktu.
e. Konservasi, meliputi: pencegahan, pemborosan, kerusakan dan
pemeliharaan. Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan
fungsi kerjanya tanpa minta bantuan, bimbingan dari pengawas atau
meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil yang
merugikan.
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi didefinisikan (Robbins, 1996) dalam Budiono (2008) sebagai
kesediaan untuk melakukan upaya yang lebih tinggi ke arah tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi
suatu kebutuhan individu. Motivasi merupakan sebuah kesadaran yang
muncul dari dalam diri individu. Jadi motivasi adalah sesuatu yang ada
dalam diri manusia untuk membangkitkan serta menyalurkan perilakunya
untuk memenuhi kebutuhan individu.
Motivasi menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2001) adalah
pemberian daya gerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar
mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala
upayanya untuk mencapai kepuasan.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai motivasi yang telah
dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
15
merupakan daya pendorong (driving force) yang menyebabkan seseorang
untuk bertingkah laku, memberikan arah dan mengatur tingkah laku, serta
menentukan tingkah laku pada suatu tujuan tertentu. Hal ini dapat dipahami
bahwa suatu perilaku seseorang yang disertai oleh adanya motivasi yang
tinggi, diharapkan akan menghasilkan hasil kerja yang memuaskan;
sebaliknya perilaku yang tidak dibarengi oleh motivasi yang tinggi,
cenderung dilaksanakan sebagai apa adanya, sehingga hasilnya kurang
memuaskan.
2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Herzberg jenis-jenis motivasi ada dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Para pekerja merasa puas dengan pekerjaannya, kepuasan itu
didasarkan pada faktor-faktor yang sifatnya intrinsik:
1) keberhasilan mencapai sesuatu,
2) pengakuan yang diperoleh,
3) sifat pekerjaan yang dilakukan,
4) rasa tanggungjawab,
5) kemajuan dalam karier serta pertumbuhan profesional dan
intelektual yang dialami oleh seseorang.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal
yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dalam diri seseorang.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
16
b. Motivasi Ekstrinsik
Bersumber dari luar diri pekerja yang bersangkutan, seperti
kebijaksanaan perusahaan, pelaksanaan kebijaksanaan yang ditetapkan,
supervisi oleh para manager, hubungan inter personal dan kondisi kerja.
Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :
(1) Upah,
(2) Kondisi kerja,
(3) Keamanan kerja,
(4) Status,
(5) Prosedur perusahaan,
(6) Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan
bawahan.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi
sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat
yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor
ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
Teori dua faktor Herzberg mengasumsikan bahwa hanya beberapa ciri
pekerjaan dan karakteristik dapat menghasilkan motivasi. Beberapa
karakteristik yang menjadi fokus manajer akan bisa menghasilkan
kondisi kerja yang nyaman, tetapi tidak memotivasi karyawan. Motivasi
ini diukur dengan cara mewancarai karyawan untuk menguraikan
kejadian pekerjaan yang kritis.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
17
3. Fungsi Motivasi
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta
merubah kelakuan. Fungsi motivasi tersebut adalah:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
tidak akan timbul sesuatu tindakan atau perbuatan.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengaruh artinya mengarahkan perbuatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
4. Tujuan Motivasi
Manajer atau pimpinan yang berhasil dalam hal motivasi karyawan
sering kali menyediakan suatu lingkungan dimana tujuan-tujuan tepat
tersedia untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan-tujuan motivasi tersebut antara
lain:
a. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.
b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
c. Meningkatkan produktivitas karyawan.
d. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.
e. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.
f. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
g. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
h. Meningkatakan kreativitas dan partisipasi karyawan.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
18
i. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
j. Mempertinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
k. Meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
5. Faktor Motivasi
Motivasi timbul karena dua faktor, yaitu dorongan yang berasal dari
dalam manusia (faktor individual atau internal) dan dorongan yang berasal
dari luar individu (faktor eksternal). Faktor individual yang biasanya
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah:
a. Minat
Seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan kalau
kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan minatnya.
b. Sikap positif
Seseorang yang mempunyai sifat positif terhadap suatu kegiatan dengan
rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan akan berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha
melakukan kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bias memenuhi
kebutuhannya (Simon, 1989).
Menurut F. Herzberg dalam Simon (1989) ada dua faktor di
dalam organisasi (faktor eksternal) yang membuat karyawan merasa
puas terhadap pekerjaan yang dilakukan, dan kepuasan tersebut akan
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
19
mendorong mereka untuk bekerja lebih baik, kedua faktor tersebut
antara lain:
a. Motivator
Motivator adalah prestasi kerja, penghargaan, tanggungjawab yang
diberikan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan pekerjaan itu
sendiri.
b. Faktor kesehatan kerja
Faktor kesehatan kerja merupakan kebijakan dan administrasi
perusahaan yang baik, supervise teknisi yang memadai, gaji yang
memuaskan, kondisi kerja yang baik dan keselamatan kerja.
Dalam teori yang diketemikan Federick Herzberg bahwa ada
dua factor yaitu factor yang membuat orang puas dan tidak puas
(dissatiffiers-satiffiers). Di dalam penelitian motivasi ada serangkaian
ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job contect) yang menyebabkan rasa
tidak puas diantara para karyawan bila kondisi itu tidak ada. Jika
kondisi tersebut ada maka karyawan akan puas. Faktor motivasi
tersebut antara lain:
a. Pekerjaan itu sendiri.
b. Gaji.
c. Kesempatan promosi.
d. Supervisi.
e. Rekan kerja.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
20
6. Perpaduan teori-teori Kontemporer Tentang Motivasi
Suatu model yang mengintegrasikan banyak hal dari apa yang kita
ketahui mengenai motivasi.
Gambar 2. Bagan memadukan teori-teori Kontemporer motivasi
nAch tinggi
O1A : O1BPerbandingan
ekuitas
Kriteriaevaluasi kinerja
Ganjaranorganisasional
Tujuanpribadi
Kebutuhandominan
PenguatanSistem evaluasikinerja objektif
Kinerjaindividual
Upaya individual
Kesempatan Kemampuan
Tujuan mengarahkanperilaku
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
21
Secara eksplisit mengenali bahwa kesempatan-kesempatan dapat
membantu atau merintangi upaya individual. Kotak upaya individual juga
mempunyai anak panah yang menuju ke dalamnya. Anak panah ini mengalir
keluar dari tujua-tujuan orang tersebut. Konsisten dengan teori penentuan-
tujuan, lingkaran upaya ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa
tujuan mengarahkan perilaku.
Teori harapan meramalkan bahwa seorang karyawan akan mengeluarkan
upaya tingkat tinggi jika ia mempesepsikan suatu hubungan yang kuat
antara upaya dan kinerja, kinerja dan ganjaran, serta ganjaran dan pemuasan
tujuan pribadi. Tiap hubungan ini, pada gilirannya di pengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu. Agar upaya menghantar ke kinerja yang baik, individu itu
harus mempunyai kemampuan prasyarat untuk berkinerja, dan sistem
penilaian kinerja yang mengukur kinerja individu harus dipersepsikan
sebagai adil dan objektif. Hubungan kinerja-ganjaran akan kuat jika
individu mempersepsikan bahwa kinerjalah yang diganjar. Jika teori
evaluasi kognitif sahih sepenuhnya di tempat kerja yang sebenarnya, di sini
kita akan meramalkan bahwa mendasarkan ganjaran pada kinerja
seharusnya mengurangi motivasi intrinsik individu itu. Keterkaitan akhir
dalam teori harapan adalah hubungan ganjaran-tujuan pribadi. Motivasi
akan tinggi sampai pada suatu derajat di mana ganjaran yang diterima
seorang individu untuk kinerjanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dominan yang konsisten dengan tujuan pribadi individu tersebut.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
22
Model ini mempertimbangkan kebutuhan berprestasi serta teori
penguatan dan keadilan. Peraih prestasi tinggi tidak dimotivasi oleh
penilaian organisasi terhadap kinerjanya atau oleh ganjaran organisasional,
jadi ada loncatan dari upaya ke tujuan pribadi untuk mereka dengan nAch
yang tinggi. Peraih prestasi tinggi secara internal didorong selama pekerjaan
yang mereka lakukan memberikan kepada mereka tanggung jawab pribadi,
umpan balik, dan risiko sedang. Jadi mereka tidak peduli akan tautan upaya-
kinerja, kinerja-ganjaran, atau ganjaran-tujuan pribadi.
Teori penguatan memasuki model ini dengan diakuinya bahwa ganjaran
organisasi memperkuat kinerja individu. Jika manajemen telah merancang
suatu sistem ganjaran yang dilihat oleh para karyawan sebagai ganti rugi
untuk kinerja yang baik, ganjaran itu akan memperkuat dan mendorong
diteruskannya kinerja yang baik tersebut. Ganjaran juga memaikan bagian
utama dalam teori keadilan. Individu akan membandingkan ganjaran
(keluaran) yang mereka terima dari masukan-masukan yang mereka buat
dengan rasio keluaran-masukan dari orang yang relevan dan ketidakadilan
dapat mempengaruhi upaya yang dikeluarkan.
7. Indikator Pengukur Tingkat Motivasi Intrinsik
Untuk mengukur tingkat motivasi intrinsik pegawai yang mencerminkan
motivasi mereka dalam melakukan pekerjaanmenurut Shanker Ganesan dan
Barton A. Weitz (1996), meliputi:
a. Adanya sikap yang mencerminkan peduli terhadap pekerjaan.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
23
b. Menunjukkan sikap suka terhadap pekerjaan yang menantang.
c. Merasa senang terhadap pekerjaannya.
d. Menunjukkan sikap setia terhadap pekerjaanya walaupun menantang.
e. Menunjukkan sikap ketertarikan terhadap pekerjaan.
f. Adanya kesempatan untuk belajar sesuatu yang berbeda dari
pekerjaannya.
C. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Secara teoritis kepemimpinan (leadership) merupakan hal yang sangat
penting dalam manajerial, karena kepemimpinan maka proses manajemen
akan berjalan dengan baik dan pegawai akan bergairah dalam melakukan
tugasnya (Hasibuan,1996) dalam Biatna (2007). Dengan kepemimpinan
yang baik diharapkan akan meningkatkan kinerja pegawai seperti yang
diharapkan (baik oleh karyawan maupun organisasi yang bersangkutan).
Faktor kepemimpinan memainkan peranan yangsangat penting dalam
keseluruhan upaya untuk meningkatkan kinerja, baik pada tingkat
kelompok maupun pada tingkat organisasi. Dikatakan demikian karena
kinerja tidak hanya menyoroti pada sudut tenaga pelaksana yang pada
umumnya bersifat teknis akan tetapi juga dari kelompok kerja dan
manajerial (Sukidjo Noto Atmojo, 2003).
Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
24
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-
peristiwa para pangikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk
mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok,
perolehan dukungan dan kerja sama dan orang-orang di luar kelompok
atau organisasi.
Jadi pada hakekatnya esensi kepemimpinan, adalah:
a. Kemampuan mempengaruhi tatalaku orang lain, apakah dia pegawai
bawahan, rekan sekerja atau atasan;
b. Adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran,
bujukan, sugesti, perintah, saran atau bentuk lainnya;
c. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Menurut penjelasan PP 10/1979 huruf (h) dikatakan bahwa
“kepemimpinan” adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
meyakinkan orang lain, sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk
melaksanakan tugas pokok.
Pemimpin yang baik harus memiliki empat macam kualitas yaitu
kejujuran, pandangan ke depan, mengilhami pengikutnya, dan kompeten.
Pemimpin yang tidak jujur tidak akan dipercaya dan akhirnya tidak
mendapat dukungan dari pengikutnya. Pemimpin yang memiliki
pandangan ke depan adalah memiliki visi ke depan yang lebih baik.
Pemimpin yang baik juga harus mampu mengilhami pengikutnya dengan
penuh antusiasme dan optimisme. Pemimpin yang baik juga harus
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
25
memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas secara efektif, mengerti
kekuatannya, dan menjadi pembelajar terus-menerus.
Pemimpin yang efektif adalah yang (1) bersikap luwes, (2) sadar
mengenai diri, kelompok, dan situasi, (3) memberi tahu bawahan tentang
setiap persoalan dan bagaimana pemimpin pandai dan bijak menggunakan
wewenangnya, (4) mahir menggunakan pengawasan umum di mana
bawahan tersebut mampu dan mau mengerjakan sendiri pekerjaan harian
mereka sendiri dan mampu menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu
yang ditentukan, (5) selalu ingat masalah mendesak, baik keefektifan
jangka panjang secara individual maupun kelompok sebelum bertindak,
(6) memastikan bahwa keputusan yang dibuat sesuai dan tepat waktu baik
secara individu maupun kelompok, (7) selalu mudah ditemukan bila
bawahan ingin membicarakan masalah dan pemimpin menunjukan minat
dalam setiap gagasannya, (8) menepati janji yang diberikan kepada
bawahan, cepat menangani keluhan, dan memberikan jawaban secara
sungguh-sungguh dan tidak berbelit-belit, (9) memberikan petunjuk dan
jalan keluar tentang metode/mekanisme pekerjaan dengan cukup,
meningkatkan keamanan, dan menghindari kesalahan seminimal mungkin.
“Kepemimpinan menurut Ralph. M. Slagdill dalam Biatna (2007)
didefinisikan sebagai sarana pencapaian tujuan yang dimaksudkan dalam
hubungan ini pemimpin merupakan seseorang yang memiliki suatu
program dan yang berperilaku secara bersama-sama dengan anggota-
anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu,
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
26
sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik
yang mendorong, memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
2. Gaya KepemimpinanPartisipatif
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam
memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan
gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam
bentuk pola tingkah laku atau kepribadian. House dan Mitchel (Sutarto,
1995) disamping mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi
perilaku kepemimpinan, yaitu faktor pribadi bawahan dan faktor
lingkungan kerja.
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-
gerak yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Dan gaya
kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang
pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya (Hani
Handoko, 1997).
Gaya kepemimpinan menurut Davis Keith (1985) adalah pola tindakan
pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh para
pegawainya. Terdapat tiga jenis gaya kepemimpinan yang sangat
berpengaruh terhadap efektivitas seorang pemimpin yaitu gaya autokratis,
demokratis/partisipatif dan bebas kendali (Hani Handoko, 1997)
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
27
Gaya kepemimpinan partisipatif hanya akan terwujud jika pemimpin
mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran
pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah,
yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil
keputusan-keputusan (Sutarto, 1995). Sehubungan dengan itu musyawarah
menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat maupun saling
mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada. Musyawarah sebagai
kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam
berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
Dalam gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu yang
mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerja
sama, dan yang mementingkan hasil yang dapat dicapai. Sehingga gaya
kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat
memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, penumbuhan, dan mudah
menyesuaikan dengan segala situasi.
3. Indikator Gaya KepemimpinanPartisipatif
Indikator dalam gaya kepemimpinan partisipatifmenurut Horst
Bergmann, Kethleen Hurson dan Darlene Russ-Eft (1999) menunjukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pemimpin menghubungkan usaha kerjanya dengan tujuan organisasi
b. Pemimpin membantu karyawan untuk memahami peran mereka dalam
perubahan perusahaan
c. Mau menerima saran dan kritik dari bawahan.
d. Mengutamakan kerjasama.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
28
e. Berusaha mengembangkan kapasitas dari pribadinya sebagai seorang
pemimpin.
f. Berusaha mendorong bawahan untuk berkembang dan sukses.
D. Kompensasi
1. Pengertian Kompensasi
Menurut Singodimedjo dalam Eka Suryaingsih Wadani (2009),
kompensasi adalah semua balas jasa yang diterima seorang karyawan dari
perusahaannya sebagai akibat dari jasa atau tenaga yang telah
diberikannya pada perusahaan tersebut. Kompensasi menurut Tohardi
dalam Eka Suryaningsih Wardani (2009), bahwa kompensasi dihitung
berdasarkan evaluasi pekerjaan, perhitungan kompensasi berdasarkan
evaluasi pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan pemberian
kompensasi yang mendekati kelayakan (worth) dan keadilan (equity).T.
Hani Handoko (2001), kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima
para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Simamora (2004)
kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para karyawan sebagai
ganti kontribusi mereka kepada organisasi. Sedangkan menurut Dessler
(2007) kompensasi merujuk kepada semua bentuk bayaran atau hadiah
bagi karyawan dan berasal dari pekerjaan mereka.
2. Penggolongan Kompensasi
Menurut Panggabean dalam Eka Suryaningsih Wardani (2009),
kompensasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
29
a. Kompensasi Langsung adalah kompensasi yang langsung dirasakan
oleh penerimanya, yakni berupa gaji, tunjangan, insentif merupakan
hak karyawan dan kewajiban perusahaan untuk membayarnya.
1) Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada
karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti.
2) Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada
para karyawannya, karena karyawannya tersebut dianggap telah
ikut berpartisipasi dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan.
3) Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan
tertentu, karena keberhasilan prestasinya di atas standar.
b. Kompensasi Tidak Langsung adalah kompensasi yang tidak dapat
dirasakan secara langsung oleh karyawan, yakni benefit dan services
(tunjangan pelayanan). Benefit dan service adalah kompensasi
tambahan (financial atau non financial) yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan mereka. Seperti tunjangan hari raya, uang
pensiun, pakaian dinas, olahraga, dan darma wisata (family gathering).
Kompensasi juga harus memperhatikan dua teori dari Stephen P.
Robins (1996) yaitu:
a. Teori Keadilan
Teori keadilan menjelaskan tentang individu membandingkan
masukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan masukan/keluaran
orang lain dan kemudian berespons untuk menghapuskan setiap
ketidakadilan. Pemberian kompensasi diberikan kepada para
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
30
karyawan dengan membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan
mereka dengan karyawan yang lainnya, agar kompensasi diberikan
sesuai dengan kinerja mereka terhadap perusahaan sehingga akan
tercipta suatu keadilan. Berdasarkan teori keadilan, bila karyawan
mempersepsikan suatu ketidakadilan mereka dapat meramalkan untuk
mengambil salah satu dari enam pilihan berikut:
1) Mengubah masukan mereka (misalnya tidak mengeluarkan banyak
upaya).
2) Mengubah keluaran mereka (misalnya individu yang dibayar atas
dasar banyaknya potongan yang diselesaikan dapat menaikkan
upah mereka dengan menghasilkan kuantitas yang lebih tinggi dari
unit yang kualitasnya lebih rendah).
3) Mendistrosikan persepsi mengenai diri (misalnya saya biasa
berfikir saya bekerja pada kecepatan sedang, tetapi sekarang saya
menyadari bahwa saya bekerja terlalu keras dari pada orang lain).
4) Mendistrosikan persepsi mengenai orang lain (misalnya pekerjaan
Mike tidaklah begitu diinginkan seperti saya kira sebelumnya).
5) Memilih acuan yang berlainan (misalnya mungkin gaji saya tidak
sebanyak gaji ipar saya, tetapi saya melakukan jauh lebih baik
daripada Ayah ketika ia seusia saya).
6) Meninggalkan medan (misalnya berhenti dari pekerjaan).
b. Teori Harapan
Teori harapan menjelaskan tentang kuatnya kecenderungan untuk
bertindak dalam suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan suatu
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
31
pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran
tertentu dan pada daya tarikdari keluaran tersebut bagi individu itu.
Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan mengatakan
seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang
lebih tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilian
kinerja yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional
seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan
memuaskan tujuan pribadi karyawan itu.
3. Tujuan Kompensasi
Tujuan pemberian kompensasi kepada karyawan antara lain: menjamin
sumber nafkah karyawan beserta keluarganya, meningkatkan prestasi
kerja, meningkatkan harga diri para karyawan, mempererat hubungan
kerja antar karyawan, mencegah karyawan meninggalkan perusahaan,
meningkatkan disiplin kerja, efisiensi tenaga karyawan yang potensial,
perusahaan dapat bersaing dengan tenaga kerja di pasar, mempermudah
perusahaan mencapai tujuan, melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan perusahaan dapat memberikan teknologi baru.
4. Indikator–indikator kompensasi menurut Simamora (2004)
diantaranya:
a. Upah dan gaji
Upah biasanya berhubungan dengan tarif gaji per jam. Upah
merupakan basis bayaran yang kerapkali digunakan bagi pekerja-
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
32
pekerja produksi dan pemeliharaan. Gaji umumnya berlaku untuk tarif
bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan.
b. Insentif
Insentif adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji
atau upah yang diberikan oleh organisasi.
c. Tunjangan
Contoh-contoh tunjangan adalah asuransi kesehatan dan jiwa,
liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun, dan tunjangan
lainnya yang berkaitan dengan hubungan kepegawaian.
d. Keadilan kompensasi secara umum
Pemberian kompensasi diberikan kepada para karyawan
dengan membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan mereka
dengan karyawan yang lainnya, agar kompensasi diberikan sesuai
dengan kinerja mereka terhadap perusahaan sehingga akan tercipta
suatu keadilan.
e. Kepuasan terhadap kompensasi secara umum
Kompensasi yang diberikan telah memenuhi kepuasan
penerima.
E. Kerangka Pemikiran
Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masing-
masing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai dan
mewujudkan tujuan badan usaha. Pada dasarnya kinerja dari seseorang
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
33
karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. kinerja seseorang
tergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang
diperoleh (Dale, 1992) dalam Natalia (2007).
Motivasi karyawan saat ini masih menjadi topik yang hangat untuk
meningkatkan prestasi karyawan, karena pada kenyataannya motivasi masih
menjadi salah satu faktor penting dalam memberikan kontribusi bagi penilaian
prestasi kerja karyawan. Motivasi intrinsik bersumber dari dalam diri
seseorang dan para pekerja merasa puas dengan pekerjaannya (Herzberg).
Gaya kepemimpinan menurut Davis Keith (1985) adalah pola tindakan
pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh para
pegawainya. Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok,
gerak-gerak yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Dan gaya
kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Gaya kepemimpinan
partisipatif hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi
yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan
dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat
dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan (Sutarto, 1995).
Menurut Singodimedjo dalam Eka Suryaingsih Wadani (2009),
kompensasi adalah semua balas jasa yang diterima seorang karyawan dari
perusahaannya sebagai akibat dari jasa atau tenaga yang telah diberikannya
pada perusahaan tersebut.Pemberian kompensasi diberikan kepada para
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
34
karyawan dengan membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan mereka
dengan karyawan yang lainnya, agar kompensasi diberikan sesuai dengan
kinerja mereka terhadap perusahaan sehingga akan tercipta suatu keadilan.
Seorang karyawan juga dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang
lebih tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilian kinerja
yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional Adanya
kompensasi mendorong semangat kerja karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari perumusan masalah
yang diajukan selanjutnya dibentuk sebuah kerangka pemikiran teoritis, yang
akan digunakan sebagai acuan untuk pemecahan masalah. Kerangka
pemikiran toeritis yang dibangun ditampilkan pada gambar 2.1. seperti di
bawah ini:
Gambar 2.1.
Pengaruh Motivasi Intrinsik, Gaya Kepemimpinan partisipatif, dan Kompensasi
Terhadap Kinerja Karyawan Grapari Telkomsel Purwokerto
Motivasi intrinsik (X1)
Gayakepemimpinanpartisipa
tif (X2)
Kompensasi (X3)
Kinerja Karyawan (Y)
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
35
F. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, dan didasari oleh
landasan teori yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Motivasiintrinsikberpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan.
2. Gaya kepemimpinanpartisipatifberpengaruh secara parsial terhadap kinerja
karyawan.
3. Kompensasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan.
4. Motivasi intrinsik, Gaya Kepemimpinan partisipatif, dan Kompensasi
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan.
Pengaruh Motivasi Intrinsik…, Andi Estu Widyanto, Fakultas Ekonomi UMP, 2011