7. materi ilmu tajwid

3
Experientia 40 (1984), Birkh/iuser Verlag, CH-4010 Basel/Switzerland 949 resistant to treatment with trypsin (2 mg/ml, 60 min, 25~ Egg mass extract did not lyse freeze-dried Micrococcus luteus cells. The absence of lytic properties was also shown by the fact that the addition of antibacterial factors to a bacterial cul- ture did not cause a reduction of turbidity. Aplysia antimi- crobial factors are quite different from the lysozymes found in many species of marine invertebrates 4' s in the following char- acteristics; their heat-lability, high molecular weight, and lack of lytic properties. These properties of the agents are similar to those of the antibacterial factor against Gram-negative bacte- ria found in the coelomic fluid of the marine annelid Glycera dibranchiata 6'7. The extract of Aplysia egg mass also possesses antitumor activity against various murine tumor cell lines both in vivo and in vitro. Details will be presented elsewhere. Table 2 summarizes the distribution of antibacterial factors against B.subtilis and agglutinins in the various tissues of A. kurodai. Albumen gland showed potent antimicrobial activ- ity but no hemagglutinating activity. 2 out of 4 mucous gland Table 2. Distribution of antibacterial factors and agglutinins in Aplysia kurodai Antibacterial Hemagglutinating activity* activity** Egg mass ++ Albumen gland ++ ++ ++ ++ Mucous gland + + Gill Mantle Foot Ovo-testis Digestive gland Hypobranchial gland Hemolymph 2 8 211 2 4 2 0 * ++, decrease in optical density > 70%; +, 70 50%; ** Agglutinating titer against rabbit erythrocytes. samples showed weak antibacterial activity, probably due to contamination with albumen gland. Ovo-testis showed high hemagglutinating activity but no antibacterial activity. Hypo- branchial gland also gave weak agglutinating activity. On the other hand, hemolymph caused stimulation of bacterial growth compared to the control. Neither antibacterial nor hemag- glutinating activity was observed in extracts of gill, mantle, foot, or digestive gland. These data suggest that antibacterial factors are produced in the albumen gland of A.kurodai and that each egg is coated with antibacterially active albumen be- fore passing down the oviduct to the gonapore. It is of interest from the comparative physiological point of view that the al- bumen glands of certain snails contain agglutinins s and pro- tease inhibitors 9, whereas that of Aplysia does not possess ag- glutinins but does produce antimicrobial proteins. Agglutinins in the egg mass are unlikely to play a significant role in the defense of the egg mass after laying, since antibac- terial factors freed from agglutinins showed an increased spe- cific activity in comparison with the crude extract. It might be possible, however, that agglutinins participate in the defense system of the egg mass by creating an unfavorable environ- ment for bacteria. 1 Scheuer, P.J., Naturwissenschaften 69 (1982) 528. 2 Thompson, J.E., Walker, R.P., Wratten, S.J., and Faulkner, D.J., Tetrahedron 38 (1982) 1865. 3 Kamiya, H., and Shimizu, Y., Bull. Jap. Soc. scient. Fish. 47 (1981) 255. 4 McDate, J. E., and Tripp, M.R., J. Invert. Path. 9 (1967) 581. 5 McHenery, J.G., and Birkbeck, T.H., Mar. biol. Lett. 1 (1979) 1 t 1. 6 Anderson, R.S., and Chain, B.M., J. Invert. Path. 40 (1982) 320. 7 Chain, B.M., and Anderson, R.S., Biol. Bull. 164 (1983) 41. 8 Prokop, O., Uhlenbruck, G., and Krhler, W., Vox Sang. 14 (1968) 321. 9 Uhlenbruck, G., Sprenger, I., and Ishiyama, I., Z. klin. Chem. klin. Biochem. 9 (1971) 361. 0014-4754/84/090947-0351.50 + 0.20/0 Verlag Basel, 1984 On the binding of steroid sulfates to albumin 1 S.Z. Cekan, S. Xing and M. Ritzrn Reproductive Endocrinology Research Unit, and Pediatric Endocrinology Unit, Karolinska Hospital, ~10401 Stockholm (Sweden), 28 November 1983 Summary. 3H-Labeled steroid sulfates, sulfate of estrone (E~S) or dehydroepiandrosterone (DHAS), were dialyzed against delipi- dated human serum albumin or human plasma in the presence of increasing amounts of competing non-labeled sulfates (DHAS or E~S). The apparent equilibrium constants (K) of the tracers did not measurably change at concentrations of the non-radio- active sulfates below 10_5 mol/1. At higher concentrations, K decreased gradually. The apparent equilibrium constant of 3H-E~S was diminished by plasma in a similar fashion. It may be concluded that albumin possesses one strong, non-specific binding site. This site, however, does not seem to be utilized for the binding of E~S in vivo, because of its preferential occupation by other ligands. This may be true for other steroid sulfates as well, depending on their relative abundance in plasma. Key words. Serum albumin, human; steroid sulfates; steroid binding site. Steroid sulfates are present in human blood primarily as com- plexes with albumin 2. No straightforward information is avail- able on the avidity of albumin binding in vivo. Equilibrium constants estimated from in vitro experiments vary in depen- dence on the concentration of the sulfate (Scatchard plots are not linear, but concavely curvilinear2~). It may be deduced from the structure of albumin 5 that the strength of binding can change gradually in the process of oc- cupation of various binding regions, and that the binding po- tency may even change because of the alterations of the ter- tiary albumin structure due to binding 6. In spite of this flexibility of the albumin molecule it may be speculated that in analogy with other compounds (thyroxin 7, coumarin 8, palmitic acid 9) - there exists a single strong binding site for steroid sulfates. The aim of the present study was to elucidate whether or not this is the case and if so, whether or not this strong binding site is employed for the binding of ste- roid sulfates in vivo.

Upload: addri-muhtarom

Post on 12-Jul-2016

55 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ilmu tajwid

TRANSCRIPT

Page 1: 7. Materi Ilmu Tajwid

1

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P3AI)

ILMU TAJWID A. Definisi Ilmu Tajwid

Lafadz tajwid menurut bahasa (lughowi) artinya membaguskan,

sedangkan menurut istilah : mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya

dengan memberikan hak (berupa sifat huruf) dan mustahaknya (berupa

hukum-hukum). Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang

selalu bersamanya seperti sifat Al-Jahr, Isti‘la‘, istifal dan lain sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah sifat yang nampak

sewaktu-waktu seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa‘ dan lain sebaginya.

B. Hukum Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah,

sedangkan membaca Al Qur‘an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid hukumnya

fardhu ‘ain.

Dalil kewajiban membaca Al Qur‘an dengan tajwid adalah:

1. Firman Allah SWT dalam Al Qur‘an :

‖Dan bacalah Al Qur‘an dengan tartil‖. (Al Muzammil : 4)

Al-Imam Ali bin Abi Tolib menjelaskan arti tartil dalam ayat ini, yaitu

mentajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqof.

2. Sabda Rasulullah saw sebagai berikut:

‖Bacalah Al Qur-än sesuai dengan cara dan suara orang-orang

Arab. Dan jauhilah olehmu cara baca orang-orang fasik dan berdosa

besar, maka sesungguhnya akan datang beberapa kaum setelah aku

melagukan AL Qur‘an seperti nyanyian dan Rohbaniah (membaca

tanpa tadabbur dan pengamalan) suara mereka tidak dapat melewati

tenggorokan mereka (tidak dapat meresap dalam hati), hati mereka

dan orang-orang yang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar

dari jalan yang lurus)‖. (Al Burhan fi Tajwidiil Qur‘an)

Page 2: 7. Materi Ilmu Tajwid

2

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P3AI)

3. Adapun hukum fardhu ‘ain, Imam Ibnul Jazari mengatakan :

‖Membaca Al Qur-än dengan tajwid hukumnya wajib, barangsiapa

tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa. Karena dengan tajwid

Allah menurunkan Al Qur-an, dan demikianlah Al Qur-an sampai

kepada kita dari-Nya‖.

C. Fadhilah (Keutamaan) Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid adalah ilmu yang sangat mulia, karena berhubungan

langsung dengan Al Qur‘an. Diantara keistimewaannya adalah sebagai

berikut:

1. Mempelajari dan mengajarkan Al Qur-an adalah tolok ukur kualitas

seorang muslim.

Sabda Rasulullah SAW:

‖Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur‘an dan

mengajarkannya.‖ (HR.Bukhari)

2. Mempelajari Al Qur-an adalah sebaik-baik kesibukan. Allah swt

berfirman dalam hadist qudsi :

‖Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur‘an dalam rangka berdzikir

kepadaku, dan memohon kepadaku, niscaya Aku akan berikan sesuatu

yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-

orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada

seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.‖

(HR. At-Turmudzi)

3. Dengan mempelajari Al Qur‘an, maka akan turun sakinah

(ketentraman), rahmat, malaikat, dan Allah menyebaut-nyebut orang

yang mempelajari kepada makhluk yang ada disisi-Nya.

Page 3: 7. Materi Ilmu Tajwid

4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P3AI)

Tempat Keluarnya Huruf dan Sifatnya

Secara global makhroj huruf ada lima tempat:

1. Rongga mulut

2. Tenggorokan

3. Lidah

4. Dua bibir

5. Rongga hidung

Keterangan

1. Yang keluar dari rongga mulut berupa huruf-huruf mad, yaitu

( و - ي - ا ) contoh:

.pengucapannya dengan memonyongkan kedua bibir ن - و 1.1

.pengucapannya dengan menurunkan bibir bagian bawah ح - ی 1.2

.pengucapannya dengan membuka mulut ه - ا 1.3

2. Yang keluar dari tenggorokan yaitu huruf-huruf : ء - ه - ع - ح - غ - خ

Perinciannya adalah sebagai berikut:

keluar dari tenggorokan bawah ء - ه .2.1

keluar dari tenggorokan tengah ع - ح .2.2

keluar dari tenggorokan atas غ - خ .2.3

3. Yang keluar dari lidah yaitu huruf-huruf sebagai berikut:

ق - ك - ج - ش - ي - ض - ل - ن - ر - ط - د - ت - ظ - ث - ذ - ص - ز - س

keluar dari pangkal lidah dekat tenggorokan, mengangkat ( ق ) 3.1

ke langit-langit

seperti makhroj qof namun pangkal lidah diturunkan ( ك ) 3.2

-keluar dari tengah lidah bertemu dengan langit ( ج - ش - ي) 3.3

langit

Page 4: 7. Materi Ilmu Tajwid

4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P3AI)

keluar dari dua sisi lidah atau salah satunya bertemu ( ض) 3.4

dengan geraham

keluarnya dengan menggerakkan semua lidah dan ( ل) 3.5

bertemu dengan ujung langit-langit

keluar dari ujung lidah sedikit di bawah makhroj ( ن) 3.6

keluar dari ujung lidah hampir sama seperti dengan ( ر) 3.7

memasukkan punggung lidah

keluar dari ujung lidah yang bertemu dengan gusi ( ط - د - ت) 3.8

bagian atas

keluar dari ujung lidah, hampir bertemu gigi depan ( ص - ز - س ) 3.9

bagian bawah

ujung lidah keluar sedikit bertemu dengan ujung gigi ( ظ - ث - ذ)3.10

depan atas

4. Yang keluar melalui dua bibir yaitu ف - و - ب - م

keluar dari bibir bawah bagian dalam bertemu dengan ujung ( ف ) 4.1

gigi atas

keluar dari dua bibir ( و - ب - م ) 4.2

5. Yang keluar dari rongga hidung hanya satu yaitu ghunnah (dengung) HUKUM NUN MATI DAN TANWIN

Ada empat hukum yang berkaitan dengan hukum nun mati dan tanwin 1. Idzar artinya jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan

salah satu huruf idzar ( ء - ه - ح - خ - ع - غ ) maka membacanya harus

jelas.

Contoh :

Nun mati وهني ن

Tanwin ينان

Page 5: 7. Materi Ilmu Tajwid

4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P3AI)

2. Idghom artinya memasukkan. Kaidah tajwid ini ada dua macam, yaitu

a. Idghom Ma‘alghunnah (idghom bighunnah)

Artimya memasukkan dengan disertai dengung, yaitu apabila ada nun

mati atau tanwin bertemu dengan huruf ي ن م و maka dibaca

dengan disertai dengung.

Contoh :

tanwin bertemu dengan ي ( ن bertemu dengan م )

b. Idghom Bilaghunnah, artinya membaca tanpa dengung, apabila ada

nun mati (ن ) atau tanwin bertemu dengan huruf ل dan ر maka

dibaca tanpa disertai dengungan.

Contoh :

Tanwin bertemu ل (lam)

Nun mati (ن ) bertemu ( ل ) (lam)

3. Ikhfa artinya menutupi. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu

dengan huruf-huruf ikhfa‘ maka dibaca dengan samar-samar (antara

idzar dan idham).

Huru-huruf ikhfa‘ ada 15 yaitu semua huruf selain huruf idhzar, idgham dan iqlab. Huruf-huruf itu adalah: ت - ث - ج – د - ذ – ز - س - ش - ص - ض - ط - ظ - ف - ق - ك

Contoh: nun mati ن طن tanwin بر يل

4. Iqlab, artinya mengubah. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu

dengan huruf amak berubah menjadi mim dan disertai dengan

dengung.

HUKUM MIM MATI

Apabila terdapat mim mati dalam bacaan Al- Qur‘an, maka hukum

bacaannya adalah sebagai berikut (ada 3 macam hukum bacaan mim

sakinah):

Page 6: 7. Materi Ilmu Tajwid

4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P3AI)

1. Ikhfa‘ Syafawi

Yaitu apabila ada mim mati (م ) bertemu dengan ba‘ (ب ), maka dibaca

samar disertai ghunnah.

Contoh: تر هم بح ارة

2. Idghom Mistlain

Yaitu apabila ada mim mati (م ) bertemu dengan mim ( م ), maka

dibaca dengan ghunnah (dengungan).

Contoh: ن ا م ي دة

3. Idzhar Syafawi

Yaitu apabila terdapat mim mati (م ) bertemu dengan selain dua huruf

diatas (م dan ب ), maka mim harus dibaca dengan jelas tanpa ghunnah,

terutama ketika bertemu dengan fa‘ dan waw (ف dan و ).

Contoh: م ن رح (mim mati bertemu ن ) HUKUM MAD

Arti mad menurut bahasa adalah ‘tambahan‘, sedangkan secara

istilah berarti memanjangkan suara dengan lama ketika mengucapkan huruf

mad. Hukum mad ada tiga, yaitu :

1. waw sukun (و ) yang sebelumnya berharakat dlommah

2. ya‘ sukun (ي) yang huruf sebelumnya berharakat kasrah dan

3. alif yang sebelumnya berharakat fathah.

Jenis-jenis mad terdiri dari:

1. Mad Thabi‘i atau mad asli, panjangnya 2 harakat.

Contoh: ك ا نיح ر

Mad Far‘i, panjangnya 2 sampai 6 harakat. Pemanjangan mad ini ada

yang disebabkan betemu dengan hamzah (۶) dan ada yang disebabakan

Page 7: 7. Materi Ilmu Tajwid

4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P3AI)

waqaf (berhenti), ada yang karena bertemu huruf sukun dan ada yang

karena aslinya harus dibaca panjang. Mad ini dibagi lagi menjadi:

1.1. Mad yang dibaca panjang karena bertemu dengan hamzah.

1.1.1. Mad Wajib Muttasil: mad yang bertemu dengan hamzah dalam

satu kalimat, dengan panjang 5 harakat ketika washol dan 6

harakat ketika waqaf.

Contoh : و ذا ا

1.1.2. Mad Jaiz Muntasil: mad yang bertemu dengan hamzah pada

kalimat yang terpisah. Panjang 2 – 5 harakat, dibaca seragam,

kalau memulai dengan 2 harakat, maka seterusnya harus dibaca

2 harakat.

Contoh : اح ن ت ويم

1.1.3. Mad Badal: jika hamzah bertemu dengan huruf Mad. Panjangnya

2 harakat.

Contoh : ي ا نا ― و ت 1.1.4. Mad ‘aid Lis sukun: jika mad thabi‘i jatuh sebelum huruf yang

diwaqafkan. Panjangnya 2 sampai 6 harakat.

Contoh : ا ح د ربا ا ين

1.1.5. Mad Layyin: jika berhenti pada satu huruf yang sebelumnya

waw (و) sukun atau ya‘ (ي) sukun yang didahului oleh huruf

berharakat fathah ( ), panjangnya 2 sampai 6 harakat.

Contoh : ا بيت -