7 bab ii a. landasan teori strike) berarti pukulan pada ...repository.ump.ac.id/6626/3/kssmiatun bab...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Stroke
a. Pengertian
Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak.
Biasanya terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak.
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak,
mungkin karena aliran yang terlalu perlahan, atau karena aliran yang
terlalu kencang sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel otak yang
diurus oleh pembuluh darah tersebut mati (Yatim, 2005).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak
mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan
atau pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang terhenti
membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti,
sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
(Utami, 2009).
Batasan yang dikemukakan oleh WHO Task Force in Stroke and
Other Cerebrovascular Disease tahun 1989, stroke secara klinis
adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik)
7
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
8
atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda
yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (Bustan, 2000).
Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau
hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik dengan atau tanpa
gangguan fungsi luhur. Di dalam praktek, stroke (bahasa Inggris)
umum digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease
(CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI)
mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran
darah otak (GPDO) (Bustan, 2000).
b. Klasifikasi
Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi :
1) Stroke Iskemik / Non Hemoragik
Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak berhenti karena
arterosklerosis atau bekuan darah yabng telah menyumbat suatu
pembuluh darah.
2) Stroke Hemoragik
Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan merusaknya.
c. Gejala
1) Pusing
2) Kejang
3) Gangguan penglihatan
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
9
4) Gangguan bicara yang bersifat sementara
5) Lumpuh/paresis pada satu sisi tubuh
6) Parestesis (gangguan rasa pada kulit berupa kesemutan)
d. Patofisiologi
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di
batang otak terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak /
kurang mendapat jatah darah lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke
daerah tersebut. Lesia yang terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri
tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu
“Stroke” dapat dibagi dalam:
1) Stroke iskemik / Non Hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah,
sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus
menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
10
2) Stroke hemoragik
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya
perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi
tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi
otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme
pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga
terjadi nekrosis jaringan otak (Wulandari, 2007).
e. Faktor-faktor penyebab
Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi
pada awalnya adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga
sebagai arteriosklerosis. Karena arteriosklerosis merupakan gaya hidup
modern yang penuh stress, pola makan tinggi lemak, dan kurang
berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko yang
dapat dikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang tidak
dapat dikendalikan, yaitu antara lain :
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
11
1) Faktor Risiko Tidak Terkendali
a) Usia
Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya.
Setelah berusia 55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun
waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroke
terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu
tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia
karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur.
Stroke ditemukan pada semua golongan usia namun
sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun.
Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara
eksponensial dengan bertambahnya usia, di mana akan terjadi
peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90
tahun. Insiden usia 80-90- adalah 300/10.000 dibandingkan
dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun (Bustan,
2000).
b) Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita.
Risiko. Insidens stroke menunjukkan lebih banyak pria
dibandingkan wanita sebelum menopause (1,3 : 1) namun
setelah menopause keduanya memiliki risiko sebanding. Bila
dibandingkan menurut subtipe stroke yang terjadi adalah, pria
lebih banyak terkena infark serebri dibanding wanita, demikian
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
12
juga pada perdarahan intra serebral sedangkan pada perdarahan
subaraktinoidal wanita lebih banyak (Sacco, 1995).
c) Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga
Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor
genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk
pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga
dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh
darah (cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling
berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke yang lain.
2) Faktor Risiko Terkendali
a) Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor
risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan
arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat
hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa
hipertensi dan sekitar 40 hingga 90% pasien stroke ternyata
menderita hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis,
tekanan darah di atas 140-90 mmhg tergolong dalam penyakit
hipertensi.
Oleh karena dampak hipertensi pada keseluruhan risiko
stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang
lanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
13
besar terhadap risiko stroke. Pada orang yang tidak menderita
hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90,
menyamai risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi.
Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi
dapat mengurangi risiko stroke sebesar 38% dan pengurangan
angka kematian karena stroke sebesar 40%.
Infark dan perdarahan otak merupakan stadium akhir
akibat memburuknya gangguan vaskuler pada otak. Stroke
yang terjadi akibat hipertensi disebabkan adanya perubahan
patologik yang terjadi pada pembuluh darah serebral di dalam
jaringan otak yang mempunyai dinding relatif tipis. Perubahan
ini menunjukkan faktor predisposisi stroke secara langsung
dan peningkatan proses aterogenesis merupakan faktor
predisposisi perdarahan dan infark otak. Selain itu hipertensi
menyebabkan gangguan kemampuan autoregulasi pembuluh
darah otak sehingga pada tekanan darah yang sama aliran
darah ke otak pada penderita hipertensi sudah berkurang
dibandingkan penderita normotensi (Ebrahim, 1996).
b) Penyakit Jantung
Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah
penyakit jantung, terutama penyakit yang disebut atrial
fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang
tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
14
mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-
bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi
tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan
gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian
dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke.
Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun, atrial
fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di
antara empat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada
pelaksanaan operasi jantung yang berupaya memperbaiki cacat
bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak
dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu
hanyut mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang
kemudian menyebabkan stroke.
c) Diabetes
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena
stroke dan mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun.
Setelah itu, risiko tersebut akan menurun. Namun, ada faktor
penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena
sekitar 40% penderita diabetes pada umumnya juga mengidap
hipertensi.
Sebagai faktor risiko, diabetes mellitus berperan
melalui proses ateroklerosis pembuluh darah otak. Mekanisme
peningkatan aterosklerosis belum diketahui dengan jelas,
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
15
diduga adanya perubahan perbandingan high density dan low
density lippoprotein dalam plasma. Peneliti lain
mengemukakan bahwa diabetes mellitus proses aterosklerosis
melalui kelainan lipid multipel. Risiko terjadinya stroke pada
penderita diabetes mellitus 1,7 kali dibanding populasi normal
(Djunaidi, 1999).
d) Kadar kolesterol darah
Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak
jenuh dan kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu
dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan
berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan
pembuluh. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap
aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan
menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung
dan stroke. Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu
makan yang sehat dan olahraga yang teratur dapat menurunkan
risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter
dapat memberikan obat untuk menurunkan kolesterol.
Hiperkolesterolemia merupakan kondisi dislipid
dimana terdapat kenaikan kadar kelesterol dalam darah.
Adapun kriteria yang ditetapkan oleh Konsensus Nasional
Pengelolaan Dislipidemia Indonesia tahun 1997, katagori
dislipidemia apabila seseorang memiliki kadar total kolesterol
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
16
dalam darah > 200 mg/dl dan kadar trigliserid > 200 mg/dl.
Hiperkolesteroemia dan kenaikan low density lipoprotein
(LDL) merupakan faktor risiko stroke iskemik di negara barat,
tetapi untuk populasi Asia belum terbukti. Peran
hiperkolesterolemia sebagai faktor risiko sebenarnya masih
belum jelas benar. Meningginya kadar kolesterol dalam darah
terutarna LDL merupakan faktor risiko penting untuk
terjadinya aterosklerosis. Peningkatan kadar LDL dan
penurunan HDL merupakan faktor risiko penyakit jantung
koroner dan penyakit jantung koroner sering merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya stroke (Hadinoto, 1992).
Hiperlipidemia atau kadar lemak darah tinggi pada
penelitian Framingham yaitu berupa triglyserida-kaya pre B
dan cholesterol-kaya B lipoprotein sangat erat kaitannya
dengan kejadian infark otak aterotrombotik, namun secara
statistik hanya signifikan untuk laki-laki (Djunaidi, 1999).
e) Merokok
Merokok melipatgandakan risiko stroke iskemik,
terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga
meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga 3,5%.
Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih
banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah
baya atau lebih tua. Merokok memicu produksi fibrinogen
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
17
(faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang
timbulnya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan yang
diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding bagian
dalam (endothelial) pada sistem pembuluh darah otak
(serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini
menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak
sebagai akibat bila terjadi stroke tahap kedua.
Pada penelitian Framingham ternyata hubungan antara
merokok dengan timbulnya infark otak aterotrombotik (IOA)
sedang-sedang saja dan hanya terbatas pada laki-laki.
Penelitian terhadap mahasiswa laki-laki dan veteran Amerika
Serikat, menunjukkan bertambahnya angka kematian akibat
IOA pada kelompok perokok, namun tidak jelas hubungannya
dengan banyaknya rokok yang dihisap (Kodiyat, 1996).
Insidens stroke dalam kaitannya dengan merokok tidak
dapat dihilangkan dari peran rokok terhadap kejadian
hipertensi. Insidens stroke pada penderita hipertensi lebih
tinggi pada penderita yang tidak merokok. Risiko menderita
perdarahan otak pada wanita perokok 1,6 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita tidak perokok, tetapi tidak
dijumpai pada infark. Peneliti lain mengemukakan adanya
hubungan merokok dengan insiden stroke secara umum,
terutama pada infark otak aterotrombotik dan terbatas pada
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
18
pria berumur < 65 tahun atau pada umur 50 – 59 tahun
(Elianor, 1999).
f) Alkohol berlebih
Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol
meningkatkan tekanan darah sehingga memperbesar risiko
stroke, baik yang iskemik maupun hemoragik. Tetapi,
konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi
daya penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnya
aspirin.
Dengan demikian, konsumsi alkohol yang cukup justru
dianggap dapat melindungi tubuh dari bahaya stroke iskemik.
Pada edisi 18 November, 2000 dari The New England Journal
of Medicine, dilaporkan bahwa Physicians Health Study
memantau 22.000 pria yang selama rata-rata 12 tahun
mengkonsumsi alkohol satu kali sehari. Ternyata, hasilnya
menunjukkan adanya penurunan risiko stroke secara
menyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigham and Women’s
Hospital di Boston beserta rekan-rekan juga menemukan
bahwa manfaat ini masih terlihat pada konsumsi seminggu satu
minuman. Walaupun demikian, disiplin menggunakan manfaat
alkohol dalam konsumsi cukup sulit dikendalikan dan efek
samping alkohol justru lebih berbahaya Lagipula, penelitian
lain menyimpulkan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
19
dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga mempengaruhi
kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus ke
pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke iskemik.
g) Obesitas
Kegemukan akan meningkatkan risiko seseorang untuk
menderita stroke hingga hampir dua kali lipatnya. Dan
peningkatan risiko ini telah memperhitungkan akan adanya
risiko stroke lainnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan
kolesterol tinggi. Indeks massa tubuh antara 30-93, akan
cenderung mengalami stroke lebih dari sekali dibanding
dengan orang yang mempunyai berat badan ideal (indeks
massa tubuh antara 20-23) (Hadinoto, 1992).
h) Obat-obatan terlarang
Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan
senyawa olahannya dapat menyebabkan stroke, di samping
memicu faktor risiko yang lain seperti hipertensi, penyakit
jantung, dan penyakit pembuluh darah. Kokain juga
meyebabkan gangguan denyut jantung (arrythmia) atau denyut
jantung jadi lebih cepat. Masing-masing menyebabkan
pembentukan gumpalan darah. Marijuana mengurangi tekanan
darah dan bila berinteraksi dengan faktor risiko lain, seperti
hipertensi dan merokok, akan menyebabkan tekanan darah
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
20
naik turun dengan cepat. Keadaan ini pun punya potensi
merusak pembuluh darah.
2. Usia Produktif
Usia produktif yaitu usia ketika seseorang masih mampu bekerja
dan menghasilkan sesuatu (Poerwadarminta, 2006). Batas bawah usia
produktif seseorang berumur ≤ 15 tahun dan batas atas usia produktif
seseorang berumur > 50 tahun. Batasan usia produktif dapat mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang usia pensiun PNS.
Berikut ini adalah batas usia pensiun bagi berbagai jenis pekerjaan beserta
dasar hukum/UU yang mengaturnya.
Tabel 2.1 Batas Usia Pensiun
No Nama Jabatan/Golongan
Batas UsiaPensiun(BUP)
Dasar Hukum
1 PNS Umum 56 Pasal 3 ayat 2 PP No. 32Th 1979 tentangPemberhentian PegawaiNegeri Sipil, yangdiubah menjadi PP No.65 tahun 2008
2 Ahli Penelitidan Peneliti
65 Pasal 1 PP No. 65 tahun2008
3 Guru Besar/Professor
65 Pasal 67 ayat 5 UUNo.4 tahun 2005tentang Guru dan Dosen
4 Dosen 65
5 Guru 60 Pasal 40 ayat 4 UUNo.4 tahun 2005tentang Guru dan Dosen
6 POLRI 58 Pasal 30 ayat 2 UU No.
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
21
No Nama Jabatan/Golongan
Batas UsiaPensiun(BUP)
Dasar Hukum
7 POLRI dengankeahlian khusus
60 2 tahun 2002 tentangKepolisian NegaraRepublik Indonesia
8 Perwira TNI 58 Pasal 75 UU No. 34tahun 2004 tentangTentara NasionalIndonesia
9 Bintara danTantama
53
10 Jaksa 62 Pasal 12 UU No. 16tahun 2004 tentangKejaksaan RepublikIndonesia
11 Eselon I dalamjabatanSruktural
60 Pasal 1 PP Nomor 65Tahun 2008 tentangperubahan kedua atasPP No.32 tahun 1979tentang PemberhentianPegawai Negeri Sipil
12 Eselon II dalamjabatanStruktural
60
13 Eselon I dlmjabatan strategis
62
14 PengawasSekolah
60 Pasal 1 PP Nomor 65Tahun 2008 tentangperubahan kedua atasPP No.32 tahun 1979tentang PemberhentianPegawai Negeri Sipil
15 HakimMahkamahPelayaran
58
16 Jabatan lainyang ditentukanPresiden
58
17 Pekerja/ Buruh BerdasarkanPK, PP,
PKB
Pasal 154 UU No. 13tentang Tenaga Kerja
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
22
B. Kerangka Teori
a) M
Gambar 2.1 Kerangka TeoriSumber: Wulandari (2007, Bustan (2000), Sacco (1995), Ebrahim (1996),
Djunaidi (1999), Kodiyat (1996), Elianor (1999) dan Saraswati(2008), Peraturan Perundang-Undangan Indonesia.
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Stroke Usia Produktif:1. Stroke iskemik / Non
hemorogik2. Stroke hemoragik
Faktor risiko tidak terkendali:1. Usia2. Jenis kelamin3. Keturunan-sejarah stroke
dalam keluarga4. Ras dan etnik
Faktor risiko terkendali:1. Hipertensi2. Penyakit jantung3. Diabetes4. Hiperkolesterol5. Merokok6. Alkohol berlebih7. Obesitas8. Obat-obatan terlarang
Riwayat Penyakit DM,Obesitas, Hipertensi,
Hiperkolesterol,Penyakit Jantung DanKebiasaan Merokok
Kejadian Stroke UsiaProduktif
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
23
D. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji yaitu:
H1 : Ada pengaruh riwayat penyakit DM terhadap kejadian stroke usia
produktif di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
H2 : Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
H3 : Ada pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke usia produktif di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
H4 : Ada pengaruh hiperkolesterol terhadap kejadian stroke usia produktif di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
H5 :Ada pengaruh penyakit jantung terhadap kejadian stroke usia produktif di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
H6 : Ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke usia produktif
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
H7 : Hypertensi berpengaruh donminan terhadap kejadian stroke usia produktif
di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
Faktor-Faktor yang..., Kasmiatun, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013