7 ach syaikhu pergulatan organisasi islam dalam membendung gerakan ideologi islam transnasional

20
PERGULATAN ORGANISASI ISLAM DALAM MEMBENDUNG GERAKAN IDEOLOGI ISLAM TRANSNASIONAL Oleh: Ach. Syaikhu 1 ABSTRAK Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh organisasi keagamaan yang berhaluan moderat seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah ialah gerakan atau menguatnya ideologi transnasional dalam kehidupan sosial-agama ideology transnasional terekpresikan dalam bentuk religious exstrimism (Global Islamism, Hindu Evangelism). Peran ormas Islam di Indonesia sudah membawa banyak perubahan dan juga banyak bermunculan gerakan-gerakan yang radikal dalam organisasi oleh karena itu yang diungkap ialah untuk mengungkap kedua respon ormas dalam memebendung gerakan Islam transnasional sehingga gerakan yang dilakukan adalah gerakan kebudayaan tradisi struktural dan kebudayaan dalam membendung gerakan ideologi Islam transnasional. Key Word: Ideologi, Gerakan Islam, Radikalisme, Transnasional Pendahuluan Pada abad 21 ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh organisasi keagamaan yang berhaluan moderat seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah ialah gerakan atau menguatnya ideologi trans- nasional dalam kehidupan sosial-agama ideologi transnasional terekpresikan dalam bentuk religious exstrimism (Global Islamism, Hindu Evangelism). 2 Peran ormas Islam di Indonesia sudah membawa banyak perubahan dan juga banyak bermunculan gerakan-gerakan yang radikal dalam organisasi. Selama beberapa dekade yang lalu banyak kalangan yang meng-claim bahwa Ikwanul Muslimin dan HTI, Wahhabi telah mempengaruhi umat Islam setempat dengan pahamnnya yang ekstrim. Walaupun memiliki perspektif yang berbeda, termasuk dalam beberapa 1 Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al- Falah As-Sunniyyah Kencong Jember. 2 Menurut Karen Amstrong, gerakan radikalisme ataupin fundamentalisme tidak hanya terdapat pada agama munities saja, ada juga fundamentalisme Budha, Hindu dan bahkan Kong Hu Cu, yang sama-sama menolak butir-bitir nilai budaya liberal, saling berperang atas nama agama (Tuhan) dan berusaha membawa hal-hal yang sakral ke dalam urusan politik dan Negara. Lihat Karen Amstrong, Berperang Demi Tuhan, terj. Sutrisno Wahono dkk, (Jakarta Bandung: Kerjasama Serambi dengan Mizan, 2001), x

Upload: muhammadmuflih

Post on 19-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

7 Ach Syaikhu Pergulatan Organisasi Islam Dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam Transnasional

TRANSCRIPT

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    115

    PERGULATAN ORGANISASI ISLAM DALAM MEMBENDUNG

    GERAKAN IDEOLOGI ISLAM TRANSNASIONAL

    Oleh: Ach. Syaikhu1

    ABSTRAK

    Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh organisasi

    keagamaan yang berhaluan moderat seperti Nahdatul Ulama (NU)

    dan Muhammadiyah ialah gerakan atau menguatnya ideologi

    transnasional dalam kehidupan sosial-agama ideology transnasional

    terekpresikan dalam bentuk religious exstrimism (Global Islamism,

    Hindu Evangelism). Peran ormas Islam di Indonesia sudah membawa

    banyak perubahan dan juga banyak bermunculan gerakan-gerakan

    yang radikal dalam organisasi oleh karena itu yang diungkap ialah

    untuk mengungkap kedua respon ormas dalam memebendung

    gerakan Islam transnasional sehingga gerakan yang dilakukan adalah

    gerakan kebudayaan tradisi struktural dan kebudayaan dalam

    membendung gerakan ideologi Islam transnasional.

    Key Word: Ideologi, Gerakan Islam, Radikalisme, Transnasional

    Pendahuluan

    Pada abad 21 ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh

    organisasi keagamaan yang berhaluan moderat seperti Nahdatul Ulama

    (NU) dan Muhammadiyah ialah gerakan atau menguatnya ideologi trans-

    nasional dalam kehidupan sosial-agama ideologi transnasional

    terekpresikan dalam bentuk religious exstrimism (Global Islamism, Hindu

    Evangelism).2 Peran ormas Islam di Indonesia sudah membawa banyak

    perubahan dan juga banyak bermunculan gerakan-gerakan yang radikal

    dalam organisasi. Selama beberapa dekade yang lalu banyak kalangan

    yang meng-claim bahwa Ikwanul Muslimin dan HTI, Wahhabi telah

    mempengaruhi umat Islam setempat dengan pahamnnya yang ekstrim.

    Walaupun memiliki perspektif yang berbeda, termasuk dalam beberapa

    1 Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al- Falah As-Sunniyyah Kencong Jember. 2 Menurut Karen Amstrong, gerakan radikalisme ataupin fundamentalisme tidak hanya

    terdapat pada agama munities saja, ada juga fundamentalisme Budha, Hindu dan

    bahkan Kong Hu Cu, yang sama-sama menolak butir-bitir nilai budaya liberal, saling

    berperang atas nama agama (Tuhan) dan berusaha membawa hal-hal yang sakral ke

    dalam urusan politik dan Negara. Lihat Karen Amstrong, Berperang Demi Tuhan, terj.

    Sutrisno Wahono dkk, (Jakarta Bandung: Kerjasama Serambi dengan Mizan, 2001), x

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    116

    detail pemahaman keagamaan namun tujuan gerakan yang dibangun yakni

    tidak jauh berbeda yaitu formalisasi Islam. Untuk mencapai tujuan ini

    kelompok-kelompok garis keras menggunakan segala cara, bahkan yang

    bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Prinsip yang lazim menjadi

    pegangan para ulama ahlussunnah waljamaah menegaskan bahwa tujuan

    tidak bisa membenarkan cara (al-ghayah la tubaari al-washilah atau man kana

    amruhu marufan fal-yakun bi marufin) artinya cara tidak akan menjadu baik

    karena tujuan baik, atau siapapun yang mempunyai tujuan baik hendaknya

    dilakukan dengan cara-cara yang baik pula. Tujuan baik, jika diusahakan

    dengan cara-cara buruk, tentu akan menodai kebaikan itu sendiri dan

    bertentangan.3

    Dalam gerakan ideologisasi yang dilakukan oleh kelompok garis

    keras sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh gerakan wahhabi itu sendiri

    seperti gerakan Padri berawal dari perkenalan haji miskin, Haji

    Abdurrahman dan haji Muhammad Arif dengan Wahhabi saat menunaikan

    ibadah haji pada awal abad ke -16, ketika itu Mekkah dan Madinah

    dikuasai Wahhabi terpesona oleh gerakan Wahhabi sekembalinya ke

    nusantara (Indonesia) Haji Miskin Berusaha melakukan gerakan pemurnian

    sebagaimana dilakukan wahhabi, yang juga didukung dua haji yang lain.4

    Pemikiran dan gerakan mereka setali tiga uang dengan Wahhabi, mereka

    memvonis tarekat Syttariyah, dan tasawuf secara umumnya, yang telah

    hadir di Minangkabau beberapa abad sebelumnya sebagai kesesatan yang

    tidak bisa ditoleransi, di dalamnya yang tuduh banyak takhayul, bidah,

    dan khurafat yang harus diluruskan kalau perlu diperangi.5 Tuanku Nan

    Renceh, misalnya memusuhi tuanku Nan Tuo gurunya sendiri karena yang

    disebut terakhir lebih memilih bersikap moderat dalam mengajarkan ajaran

    Islam. Tuanku Nan Renceh yang juga mengkafirkan Fakih Saghir, sahabat

    dan teman seperguruannya, dan menyebutnya sebagai Raja Kafir dan

    Rahib Tua hanya karena tidak berbagi pandangan keagamaan dengannya.

    3 Man kana amruhu marufan fal-yakun bi marufin (siapapun yang mempunyai tujuan

    baik hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang baik pula) penjelasan Prof. Dr. KH.

    Said Agil Siraj dalam Lautan Wahyu, Islam Sebagai Rahmatan lil alamin, Episode 5:

    Dakwah Supervaisor Program: KH. A. Mustofa Bisri, @LibForAll Foundation 2009) 4 Abdul Ala Geneologi Radikalisme Muslim Nusantara: Akar Dan Karakter Pemikiran Dan

    Gerakan Padri dalam Perspektif Hubungan Agama dan Politik Kekuasaan Pidato

    pengukuhan Guru Besar, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Mei 2008 (tidak dipublikasikan),

    4 5 Oman Fathurrahman, Tarekat Shattariyah di Dunia Melayu Indonesia: Kajian Atas

    Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-Naskah di Samudra Barat, Desertasi Pada

    Program studi Ilmu Susastera Program Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta, 2003

    (tidak dipublikasikan), 164

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    117

    Gerakan seperti disebutkan diatas dalam Islam sangatlah mustahil

    bagi kelompok moderat yang saling menuduk kafir diantara para

    kelompok, gerakan yang dilakukan sesungguhnya adalah ideologisasi yang

    kita kenal dengan gerakan Islam transnasional. Masuknya berbagai ideologi

    transnasional ini ke Indonesia sudah barang tentu menimbulkan benturan

    dengan organisasi-organisasi Islam Indonesia yang dipresentasikan oleh

    sikap keras, NU dan Muhammadiyah, dua organisasi Islam di Indonesia,

    terhadap ideologi Transnasional yang tertuang dalam Surat Keputusan

    Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 149/Kep/I.0/B/2006 Tentang

    Kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mengenai Konsolidasi

    Organisasi dan Amal Usaha Muhammadiyah. Sementara Sikap NU dapat

    dilihat dalam Dokumen Penolakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

    (PBNU) terhadap Ideologi dan Gerakan Ekstremis Transnasional6. Dalam

    tulisan ini yang ingin dibahas yaitu peran organisasi Islam dalam

    membendung gerakan ideologi Islam Transnasional yang dilakukan

    Nahdatul Ulama (NU) di Kabupaten Jember dan peran organisasi Islam

    dalam membendung gerakan ideologi Islam Transnasional yang dilakukan

    Muhammadiyah di Kabupaten Jember

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, signifikansi penelitian ini

    yakni: (a) Mengetahui dan menjelaskan peran ormas dalam membendung

    gerakan ideologi Islam transnasional di Kabupaten Jember Jawa Timur. (b)

    Mengetahui dan menjelaskan peran NU dalam membendung gerakan

    ideologi Islam transnasional di Kabupaten Jember. (b) Untuk merumuskan

    secara umum pandangan Muhammadiyah dalam membendung gerakan

    ideologi Islam transnasional di Kabupaten Jember di Kabupaten Jember

    Jawa Timur. (c). Mengidentifikasi implikasi pandangan kedua ormas besar

    NU dan Muhammdiyah dalam membendung gerakan ideologi Islam

    transnasional di Kabupaten Jember Kabupaten Jember.

    Metode penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

    yang bermaksud menggali secara mendalam tentang peran organisasi Islam

    dalam membendung gerakan ideologi Islam Transnasional yang dilakukan

    Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di Kabupaten Jember berkaitan

    dengan masalah organisasi. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya,

    penelitian ini juga melibatkan kajian kepustakaan sebagai pendukung.

    Sedangkan berdasarkan sifatnya, penelitian ini termasuk ke dalam

    penelitian deskriptif-analitik yang berusaha menjelaskan secara gamblang

    tentang peran organisasi Islam dalam membendung gerakan ideologi Islam

    transnasional. Dalam penggalian data mengginakan, wawancara, interview

    dan observasi.

    6 Lihat, Abdurrahman Wahid (Ed.), Ilusi Negara Islam, 240-286

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    118

    Ideologi Islam Transnasional

    Wacana Ideologi Islam Transnasional atau ideologi Islam antar-

    negara dimunculkan pertama kali oleh K.H. Hasyim Muzadi pada tahun

    2007. Wacana ini semakin kontraversial ketika NU dan Muhammadiyah

    menerbitkan "Ilusi Negara Islam", sebuah buku yang menyerang kelompok-

    kelompok fundamentalis dalam Islam. Sejauh ini, belum ada definisi yang

    cukup memuaskan mengenai istilah "Islam Transnasional". Namun

    berdasarkan penggunaan istilah ini dalam wacana keislaman di Indonesia,

    Islam Transnasional cenderung digunakan untuk mengkerangkai

    kelompok-kelompok Islam berhaluan keras (fundamentalisme dan

    turunannya) di satu sisi dan kelompok Islam berhaluan kebarat-baratan

    (liberal) di sisi lain. Menurut Bassam Tibi, istilah Fundamentalisme Islam

    (Ushuliyyah al-Islamiyyah) acapkali digunakan sebagai sebutan bagi "Islam

    politik" (Political Islam). Di dunia Arab lebih dikenal dengan nama "al-Islam

    al-Siyasi". Kelompok ini memehami Islam bukan sebagai keimanan atau

    sistem etika, namun lebih sebagai ideologi politik7.

    Pada awalnya, kelompok Fundamentalisme memiliki semangat

    untuk mendirikan negara Islam yang berlandaskan syari'ah melalui

    organisasi-organisasi dan atau partai-partai politik Islam. Namun akibat

    framework kelompok-kelompok Fundamentalisme Islam mengalami

    kegagalan dalam menyediakan blueprint negara Islam yang efektif, maka

    gerakan fundamentalisme Islam kemudian berevolusi menjadi neo-

    fundamentalisme Islam, yang lebih dekat, skriptualis, berpandangan

    konservatif, menolak negara dan lebih cenderung pada konsepsi komunitas

    Muslim universal (ummah), berlandaskan syari'ah (Islamic Law)8. Akibat

    lain dari kegagalan Islam politik ini juga mengakibatkan kelompok-

    kelompok neo-fundamentalis teralienasi dari kawasan politik Timur

    Tengah hingga mencari formulasi wacana dan gerakan yang melampau

    batas-batas teritorial dan negara9.

    Sementara Syafi'i Ma'arif mengemukakan tiga teori berkenaan

    dengan munculnya kelompok fundamentalis dalam Islam; pertama,

    kegagalan umat Islam dalam menghadapi arus modernitas yang dinilai

    menyudutkan Islam kemudian berbalik mengadakan perlawanan terhadap

    modernitas dengan berbagai cara. Kedua, munculnya solidaritas Islam

    7 Bassam Tibi, Islamism, "Democracy, and The Clash of Civilization", dalam Chaider S.

    Bamualim (ed.), Islam & The West, Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta, 2003,

    hlm.17 8 Oliever Roy, Globalized Islam: The Search for a New Ummah, New York: Columbia

    University Press, 2004, hlm. 1. Tentang kegagalan Islam Politik llihat Oliever Roy, The

    Failure of Polical Islam, Cambridge, MA: Harvard University Press, 1995 9 Tentang teralienasinya gerakan neo-fundamentalis Islam di Timur Tengah dan

    munculnya gagasan ummah, llihat Roy, Globalized Islam, 273

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    119

    terhadap nasib yang menimpa saudara-saudara mereka di Palestina,

    Kashmir, Afganistan dan Irak. Ketiga, khusus untuk Indonesia, maraknya

    fundamentalisme di Nusantara lebih disebabkan oleh kegagalan negara

    mewujudkan cita-cita kemerdekaan berupa tegaknya keadilan sosial dan

    terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat10.

    Berdasarkan hasil penelitian yang di-release dan diedarkan oleh

    Badan Intelejen Nasional (BIN), ideologi Islam berhaluan neo-

    fundamentalis kini populer disebut dengan ideologi Islam transnasional

    tersebut dapat dicirikan sebagai berikut:

    1. Bersifat antar-negara (Transnasional)

    2. Konsep gerakan tidak lagi bertumpu pada nation-state, melainkan

    konsep ummah.

    3. Didominasi oleh corak pemikiran skriptualis, fundamentalisme atau

    radikal

    4. Secara parsial mengadaptasi gagasan dan instrumen modern.

    Beberapa ideologi dan organisasi Islam yang masuk dalam

    kelompok ini adalah Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jihadi, Salafi Dakwah

    dan Salafi Sururi, Jama'ah Tabligh serta Syi'ah11.

    Sementara ideologi Islam liberal merupakan trend baru yang

    muncul di dunia Islam. Menurut Muhammad Ali, kemunculan Islam

    Liberal bukan semata-mata bentuk resistensi terhadap ideologi Islam

    fundamentalis, karena benih ideologi ini telah muncul sejak dua abad yang

    lalu di dunia Islam. Dimulai dari tradisi pembaruan Islam pada abad XVII

    yang bertumpu pada perdebatan teologis mengenai ortodoksi dan heresi,

    atau legalisme dan mistisisme12. Ideologi liberal ini berpandangan bahwa

    solusi kelompok liberal dan modernis terhadap problem agama dan

    masyarakat sangat penting dan mendapatkan dukungan publik luas. Hasil

    interpretasi kelompok liberal dan modernis Islam yang paling utama

    berkaitan dengan demokrasi, feminisme, sekularisme, penguatan dan hak-

    hak wanita dan sejumlah konsep serupa. Bahkan, mereka membela

    liberalisme, modernisme, dan humanisme. Lebih jauh, mereka mendorong

    Muslim dan non-Muslim dapat mendapat keuntungan dari pembaharuan

    pemikiran yang mereka lakukan demi masyarakat yang lebih terbuka.

    Mereka juga berpandangan bahwa Islam liberal atau modern Islam adalah

    otentik, bukan semata-mata ciptaan Barat, akan tetapi murni merupakan

    10Ahmad Syafi'i Ma'arif, "Masa Depan Islam di Indonesia" dalam Abdurrahman Wahid

    (Ed.), Ilusi Negara Islam,. 8-9. 11 BIN, Gerakan Islam Transnasional dan Pengaruhnya di Indonesia, tth:BIN, 7-9 12 Muhammad Ali, The Rise of The Liberal Islam Network (JIL) in Contemporary Indonesia

    dalam The American Journal of Islamic Social Sciences 22:1, 5

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    120

    refleksi tradisi Islam yang benar13. Berdasarkan hasil kajian Badan Intelejen

    Indonesia, Ideologi Liberal ini disponsori oleh berbagai organisasi yang

    berada di bawah Pemerintah Amerika (seperti Nathan Associates Inc.,

    BEDE) dan Perusahaan Multi-Nasional (Seperti UNDP, IMF, World Bank

    dan CGI).

    Ragam Agama dan Aliran di Jember

    Tidak saja agama formal ataupun samawi yang tumbuh dan

    berkembang di Jember. Ragam aliran keagamaan organisasi keagamaan,

    dan kelompok kegamaan, mewarnai dinamika dan pluralitas masyarakat

    Jember. Posisi agam Islam sendiri cukup istimewa di tengah kehidupan

    masyarat Jember. Sebagaimana di wilayah nusantara lainnya. Islam berhasil

    menjadi agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Jember dapat

    dikatakan 90 persen penduduk Jember beragama Islam dari data BPS

    diketahui bahwa penduduk Jember yang menganut agama Islam

    berjumlah 2.099.349. orang, katolik 13.222 orang, Protestan 26.780 orang,

    Hindu 3.708 orang, Budha 3.466 orang, lain-lain 46 orang.14

    Citra Islam sebagai agama mayoritas diperkuat pula oleh

    banyaknya sarana peribadatan seperti masjid (1.974 masjid)

    mushalla/langgar (9.539 mushalla), pesantren dan kiyai. Bupati Jember

    M.Z.A Djalal dalam memberikan sambutan diacara harlah PC NU Jember

    beberapa tahun yang lalu mengatakan bahwa Jember saat ini telah memiliki

    1001 ulama/kiyai, 1001 pesantren, dan 1001 Mesjid dan mushalla.

    NU dan Muhammdiyah, Sebuah Portet Islam di Jember

    Siapa sebenarnya yang dimasudkan kedalam kelompok ideologi

    Islam transnasional itu? Betulkah di Jember terdapat kelompok ideologi

    Islam transnasional? Jangan-jangan hanya semua itu hanya sekedar

    pemaknaan yang bersifat fiksi belaka? Oleh karena itu potret dan

    perkembangan Ideologi Islam Transnasional di Jember Drs. H. Sukarno

    salah satu wakil Pimpinan Muhammadiyah di Jember mengatakan bahwa

    pengertiannya tentang gerakan Islam yang radikal yang berawal dari kata

    radik yang berarti akar kekerasan yaitu relatif misalkan ortum (organisasi

    anakan) dalam Muhamadiyah sering kali berprilaku preman indikasinya

    sudah tidak mengindahkan peraturan yang ada, kewenangan yang ada dan

    otoritas yang ada akan tetapi mereka melakukan sesuatu diluar aturan

    sehingga mereka merasa benar terhadap apa yang mereka lakukan.

    13 Mumtaz Ali, Liberal Islam: An Analysis, dalam The American Journal of Islamic Social

    Science 24:2, 44 14 Kabupaten Jember dalam angka 2007,.132

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    121

    Walaupun pada dasarnya, Islam itu mengajarkan rahmatan lil alamin

    sesuai dengan ajaran Muhamadiyah, bahkan yang dimaksud dengan

    beragama yang baik adalah beragama yang bermakna dalam artian setiap

    prilaku muslim harus bermanfaat terhadap ummat secara umum yang

    beracuan pada sabda nabi khoirunnas anfauhum li annas (sebaik-baik

    manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya) yang didasari pada

    toleransi dan husnu dzan (prasangka baik) terhadap kelompok lain. Jadi ciri-

    ciri radikal, yang menjurus pada prilaku menteror khususnya di Jember

    masih belum ada. Walaupun terkadang bisa saja prilaku yang keras muncul

    dari organisasi yang moderat.15

    Lebih lanjut disampaikan oleh KH. Muhyiddin Abdussomad

    sebagai tokoh NU Nahdlatul Ulama Cabang Jember mengatakan bahwa

    kelompok radikal yang identik dengan gerakan transnasional di Jember

    memang diyakini keberadaannya, ketika ada suatu kelompok yang

    mengadakan gerakan riil yang membuat suasana keruh, panas. Suatu

    contoh radio prosalina yang yang memunculkan salah satu dosen STAIN

    Jember Dr. Ali Bisri pada waktu terdahulu yang menyalahkan seluruh

    prilaku masyarakat di Jember dianggap menyimpang Islam yang berakibat

    mengundang kemarahan massal yang bisa menyebabkan konflik yang

    berakibat berjatuhan korban kalau dibiarkan dan bahkan dia merasa benar

    sendiri.

    Karena itu dia tidak akan merasa bersalah dengan apa yang dia

    lakukan misalkan dengan meledakkan bom kelompok ini akan merasa

    benar karena mereka menganggapnya sebagai jihad. Suatu hal yang

    nampak adalah sosok seperti Alibisri ini tidak mau diajak untuk berdialog

    dan itu adalah ciri khas Ideologi Islam Transnasional, jadi dia mau benar

    sendiri. Karena dia sudah merasa benar maka mereka tidak mau berdialog.

    Bahkan untuk menjaga eksistensi Islam radikal mereka melakukan berbagai

    cara diantaranya dengan konvensional misalnya mendirikan lembaga

    pendidikan formal, menyebarkan brosur dan menyiarkan melalui radio

    oleh karena itu mereka lebih ekstrim dari yang tradisional (moderat).

    Hanya saja NU tidak pernah merasa dirugikan dengan keberadaan gerakan

    Ideologi Islam transnasional, akan tetapi apakah pemerintah akan

    membiarkan masyarakat tercabik-cabik itu adalah tugas pemerintah.16

    Dalam konteks Jember KH. Drs. Misrawi pengasuh pondok

    pesantren Nurut Tholibin mengatakan bahwa Islam Ideologi Islam

    Transnasional di Jember takut untuk muncul karena benteng dari NU

    sangat kuat walaupun dengan tradisi-tradisi tahlilan, shalawat, pangajian

    yang rutin dilakukan oleh warga Nahdiyin di desa-desa sehingga menjadi

    15 Wawancara dengan bapak Sukarno, M.Si salah satu Tokoh Muhammdiyah di Jember 16 Wawancara dengan Kiyai Muhyiddin Abdusomad salah satu Tokoh NU di Jember

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    122

    sulit untuk dipengaruhi. Sebenarnya NU itu lebih radikal karena NU kalau

    masuk ke kelompok lain langsung kedalam contohnya ketika ada kelompok

    yang bermain judi maka kiai atau tokoh NU langsung ikut bermain dan

    mengalahkan para pemain yang lain dengan memberikan nasehat-nasehat

    sehingga cepat terpengaruh untuk tidak mengulanginya lagi. Kalau di

    Jember Ideologi Islam Transnasional yang muncul secara tindakan ada

    seperti Front Pembela Islam (FPI) akan tetapi itu hanya muncul terhadap

    gerakangerakan atas isu-isu yang fenomenal seperti menutup hiburan dan

    dan tempat-tempat maksiat yang pada intinya seringkali muncul prilaku

    radikal dari kelompok tersebut. Gerakan yang dilakukan oleh aliran Islam

    radikal di Jember lebih pada anak-anak muda yang biasanya dilakukan di

    kampus-kampus karena merekalah yang ingin dipengaruhi.17

    Bapak Nur Hasan sebagai ketua IKA-PMII Jember mengatakan

    bahwa kalau radikalismse juga sering disebut fundamentalis kalau

    radikalisme lebih keras pada tindakan dan lebih bersifat politik dan kalau

    fundamentalisme lebih bernuansa pemikiran. Di Jember lebih politik

    disamping kearah pemahaman keagamaan. Ideologi Islam Transnasional

    adalah suatu pemahaman ke-Islaman yang sangat radikal dan mendalam

    dan memunculkan sikap-sikap intoleran dalam berinteraksi bisa dikatakan

    HTI belum masuk gerakan Ideologi Islam Transnasional karena gerakan

    Islam yang strukturalis yang ingin memasukkan berbagai hukum dalam

    Syariat Islam di negeri ini ke dalam hukum formal.

    Ideologi Islam Transnasional dalam arti ghiroh di Jember sudah

    lama dan mulai berdirinya bangsa sudak berjalan akan tetapi munculnya

    dan mencuat kepermukaan wacana adan gerakan radikaliasme tersebut

    setelah reformasi karena kran politik dibuka sehingga banyak muncul

    aliran-aliran Islam yang ingin menegakkan syariat Islam secara tekstual.18

    Lebih lanjut Drs. H. Alfan Jamil, M.Si sebagai salah satu wakil

    Ketua Tanfidiyah PCNU Jember mengatakan bahwa dilihat dari sejarahnya

    masuknya Islam ke Indonesia yang ada dua yaitu ada Islam politik dan

    Islam kultural dan Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam kultural.

    Akan tetapi para ulama membawa Islam moderat dan Rahmatal Lilalamin

    sehingga islam mencapai 99 % dari penduduk Indonesia, kalau di Spanyol

    melihat masuknya Islam melalui kekerasan maka tidak akan tahan lama.

    Islam yang rahmatan lil alamin sepertti NU. Di Jember ada Ideologi Islam

    Transnasional politik, ada setelah pemilu 1955 ada aliran Islam pada

    awalnya berkembangnnya PTP di Jember sehingga kiai datang ke Jember

    17 Wawancara dengan Kiyai Misrawi salah satu Tokoh Agama di Jember 18 Wawancara dengan bapak Nur Hasan Ketua IKA PMII Jember

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    123

    memerlukan tenaga dan disitulah kiai-kiai mendirikan pesantren yang

    mempunyai aliran PSI, AKUI, akan tetapi kulturnya NU.

    Antisipasi sebagai yang Muhamadiyah itu mencerdaskan

    mencerahkan wacana-wacana berbagai aliran terutam untuk kader mubalig

    dan kita perkenalkan banyaknya aliran dan warga Muhammdiyah tidak

    akan tertarik terhadap tawaran-tawaran kebaikan-kebaikan dari kelompok

    lain. Dan Muhammadiyah tidak mengajarkan dan mendakwakan Ideologi

    Islam Transnasional dan kalau terbukti ada oknum-oknum yang ternyata

    mengaku Muhammadiyah itu salah. Maka hal tersebut merupakan kasus

    yang tidak ada hubungannya dengan organisasi. Kegiatan bersama dalam

    melakukan kegiatan bersma biasanya kita lebih inten dalam Majlis Ulama

    Indonesia (MUI) dan komunikasi informal juga inten dilakukan di

    pimpinan antara NU dan Muhammadiyah.19

    Ideologi Islam Transnasional di Jember yang disampaikan oleh

    Ahmad Taufiq mengatakan secara aliran mau muncul secara teologis dan

    ada beberapa kelompok dan membenarkan suatu bentuk prilaku

    keagamaan yang kurang toleran terhadap kelompok lain. Seperti kafir

    umpamanya mereka memahami berbeda dengan kelompok atau dengan

    aliran yang lain, ini berbeda dengan ormas yang moderat seperti NU. Di

    daerah datang seorang tokoh yang memang selala ini dianggap sebagai

    tokoh Islam radikal seperti Abu Bakar Basyir, maka sikap kita sebagai

    masyarakat sipil harus hati-hati.

    Dalam perspektif kultural idealnya sebuah masyarakat dari

    interaksi yang terbuka dan masyarakat multikultural sehingga keterbukaan

    hubungan antara umat beragama itu kurang terbuka dan prilaku

    keagamaan akan diawasi. Dapat disebut radikal baik secara radikal seperti

    HTI, MMI, FPI kalau secara teologis ini mengarah pada proses ideoligasi

    nah secara ideologisasi yang bisa diamati secara prilaku dan prilaku

    keagamaan bisa dijustifikasi sebagai Islam radikal. Sepajang pengamatan

    saya mulai 1992 sejak jaman di gerakan Islam radikal pada zaman itu sejak

    menjelang reformasi dan hanya pada wacana yang ekslusif penolakan

    terhadap demokrasi dan pro terhadap negara khilafah dan pada pasca

    reformasi ini mulai muncul agak jelas dan mencuat, varian-varian

    kelompok Islam yang intorelan semakin banyak, dan kelompok kelompok

    Islam seperti NGO.

    Latar belakang munculnya Islam radikal kalau secara ekonomi

    belum muncul makanya harus diamati lagi, yang nyata-nyata bisa diamati

    secara teologis dan politik dan belum ada latar belakang ekonomi yang

    19 Wawancara dengan Dr. Aminullah El Hady salah satu Tokoh Muhammdiyah di

    Jember

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    124

    misalnya membantuk komunitas. Akan tetapi kalau secara keseluruhan

    penolakan-penolakan terhadap produk-pruduk asing yang merugikan

    produk lokal. Upaya ada yang dilakukan tapi belum memberikan

    perubahan yang signifikan seperti NU, Muhammdiyah OKP, PMII, dan

    biasanya pengajian-pengajian yang dilakukan untuk menghambat

    berkembangnnya ajaran Islam radikal dan itu belum signifikan.

    Muhammadiyah dan NU belum melakukan dialog yang cukup dan

    membangun pemaahaman bersama dalam beragama, akan tetapi ada tapi

    pada tataran resolusi konflik yang melibatkan NU, MD, LDII.

    Kalau secara rasional mungkin bisa muncul gerakan-gerakan

    radikal dari kelompok-kelompok yang berhaluan moderat seperti NU dan

    Muhammadiyah dan secara faktual belum ada karena NU dikenal sebagai

    yang bermadhab al-Maturidi dalam teologi dan moderat, karena moderat

    maka diikuti oleh kaum muslimin dan mayoritas moderat dalam aliran al-

    Maturidi ada gerakan radikal dan kalau dalam NU juga ada gerakan yang

    radikal. Munculnya Ideologi Islam Transnasional ini fenomena nasional

    muncul dalam wacana nasional dan belakangan ini semakin tinggi gerakan

    Islam radikal karena mereka disokong oleh sangat banyak dana bahkan

    sampai miliaran rupiah seperti aliran salafi misalnya. Dan membuat buletin

    disebarkan ke masjid-masjid juga sekitar enam bulan yang lalu ada

    informasi atau buletin yang diterbitkan mahasiswa UNMUH yang sangat

    radikal sekali yang mengatakan mulid nabi itu syirik, kufur kristen dll.

    Walaupun Ideologi Islam Transnasional ini dalam bentuk pemikiran akan

    tetapi kalau mereka punya kekuatan akan melakukan gerakan radikal.

    Yang melatar belakangi munculnya Ideologi Islam Transnasional ini

    banyak dipengaruhi oleh pendidikan karena mereka didik oleh sekolah-

    sekolah yang radikal seperti contoh di Jember pondok salafi di Jember dan

    pendidikannya dari Arab Saudi dan latar bekang lain saling tumpang

    tindih. Ada ideologi juga ada persoalan ekonomi. Kalau Ideologi Islam

    Transnasional di Jember kedepan ini tergantung masyarakat kalau para kiai

    ulama di Jember siap membentengi agar tidak terpengaruh oleh kelompok

    radikal mungkin kelompok radikal akan mulai melemah. Dan kalau tidak

    ada tindakan dari NU maka kelompok radikal akan semakin menguat

    karena bagaimana pun masyarakat kita secara pendidikan yang minus

    pokoknya ada yang menu mengajar apakah itu baik atau buruk tidak

    terpikirkan.

    Dalam sejarahnya yang disampaikan KH. Baharuddin Rosyid

    sebagai pimpinan Muhammdiyah Jember yang lalu mengatakan bahwa

    sepanjang beliau di lahir Jember tahun 1939 kalau radikal dalam persepsi

    sekarang seperti bertindak sekarang kasar inklusif, itu kalau radikal dari

    tindakan itu ada tetapi tidak hanya dari aliran Islam saja juga ada dari

    lembaga swadaya masyarakat (LSM) karena di Jember ini kota santri

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    125

    Ideologi Islam Transnasional ada dan tidak berkembang, kalau di Jember

    banyak melahirkan tokoh NU seperti KH Muhit Muzadi akan tetapi tokoh

    radikal yang dari Jember belum ada. Dan belum ada tindakan Ideologi

    Islam Transnasional, dan tindakan agak radikal ada datang ke dewan

    gebrak dan itu juga radikal dalam dari tindakan. HTI walaupun FPI belum

    sampai pada radikal karena secara tindakan belum ada, akan tetapi kalau

    sudah Ideologi Islam Transnasional itus sudah mengandung paham. Ada

    tiga faktor yang memicu adanya Ideologi Islam Transnasional pertama dari

    dalam ajaran yang diikuti aliran keras. Kedua dari luar yakni dipicu oleh

    yang merangsang untuk dihadapi dengan keras, ketiga dari orangnya.

    Kalau latar belakang ada dua cara dalam menyikapi jihad: ada jihad

    dalam mencari ilmu dan ada yang memaknai jihad itu perang, dan Ideologi

    Islam Transnasional akan bisa tumbuh dan merangsang, dan kalau di

    Jember dalam arti paham belum ada. Kalau ada isu nasional biasanya

    terangsang untuk menimbulkan gerakan di Jember misalnya faktor pemilu.

    Kecuali dulu ada faktor santet pada waktu beliau ke Jakarta di Jember

    dikenal dengan daerah santet.

    Pada zaman Gus Dur mau diturunkan ada banyak kelompok yang

    membuat gerakan, dan kalau di Jember dan kalau ulama sering komunikasi

    dan kalau ada masalah cepet terkomunikasikan dan kalau ada masalah

    ditanggapi dengan ekstrim dan radikal. Kalau kasus Irak kita sempat

    demontrasi tapi tidak sampai anarkis dan radikal.20

    KH. Abdullah Saymsul Arifin, M.HI ketua PCNU Jember

    mengatakan bahwa kalu dibilang ada perlu dipersepsikan lagi apa yang

    dimasud Ideologi Islam Transnasional bahwa kita harus menyadari dengan

    adanya sekat-sekat itu muncul dari kita atau tidak ada yang ingin

    mengkotak-mengkotak yang ingin menghancurkan orang Islam itu sendiri

    dan kalau mau membumikan pluralisme perlu dimaknai ulang apa hanya

    dimaknai bahwa kebenaran itu mini dan kebenaran itu beragam. Apakah

    Ideologi Islam Transnasional hanya identik dengan Ideologi Islam

    Transnasional yang melakukan dakwah itu keras atau secara tindakan itu

    ada kesepahaman tentang Ideologi Islam Transnasional.21

    Kalau kita melihat di Jember ada kelompok yang dalam melihat

    adanya kemungkaran dan menonjolkan pada tindakan Ideologi Islam

    Transnasional atau kekerasan akan tetapi kita punya prinsip dakwah di NU

    ayyakuna al amru bil makrufan bi makrufin walnahyi bil mungkar bigairi mungkar

    yang dilakukan NU adalah amar makruf dengan cara yang makruf dan

    20 Wawancara dengan Pimpinan Muhammdiyah Jember 21 Keterangan dari KH. Abdullah Syamsul Arifin, M.HI yakni untuk mempersepsikan

    kembali wacara Gerakan Ideologi Islam Transnasional yang marak di lingkungan NU di

    perbincangkan.

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    126

    yang mungkar dan menimbulkan yang mungkin pula seperti imam al-

    Ghazali mengatakan seperi orang minuman keras maka jangan botolnya

    dihancurkan akan tetapi minumannya dituangkan dan botolnya diambil

    karena bisa dimanfatkan pada hal yang lain.

    Kalau selama ini yang dimaksud seperti contohnya kalau ada tikus

    dalam rumah, rumahnya yang dibakar maka itu tidak sepaham denga

    ajaran dakwah yang dilakukan oleh NU. Munculnya hal seperti itu karena

    minimnya pengetahuan atau nerrow maindet kalau faktornya dalam

    pemahaman keagamaan itu harus dibenahi. Dan perlu banyak belajar

    sejarah bagaimana Nabi Muhammad melakukan dakwah dan juga tentang

    masuknya Islam di Indonesia semua sepakat tidak menggunakan jalur

    kekerasan bahkan dari yang sebelumnya penduduknya beragama Kristen

    bisa berubah menjadi 99% beragaama Islam tanpa harus memulai

    peperangan. Kadang munculnya kekerasan dipicu dari faktor politik dan

    dibungkus dengan kepentingan agama. Dan mengembalikan pemurnian

    tujuan.

    Islam radikal tidak selamanya identik dengan HTI, FPI dan

    walaupun kadang radikal dalam tindakan akan tetapi perlu ada

    pemahaman bersama bahwa radik itu kan pemahaman yang mendalam

    yang sampai pada akarnya dan betul-betul mendalam. Kalau

    pemahamannya yang mendalam seperti fundamentalisme sebetulnya tidak

    ada yang boleh disalahkan kalau tampilannya bagus. Kalau tampilan yang

    cenderung menang sendiri tidak toleransi itu harus diteliti lebih mendalam

    tampilan-tampilan FPI itu memang keras.

    Latar belakang radikal munculnya Islam radikal tidak selamanya

    teologis akan tetapi politik juga HTI hampir sama dengan ikhwanul

    muslimin dan politik itu diperlukan dan mereka mengunakan kondisi

    politik yang harus dikuasai sehingga lebih mudah dalam memasukkan

    hukum Islam seperti pendirian negara khilafah. Kalau NU dan

    Muhammadiyah menggunakan tampilan-tampilan yang moderat yang bisa

    disosialisasikan terhadap umat dengan misi besar yakni rahmatanlilalamin

    kita sekarang menghadapi ekstrim kanan yang kita sebut Ideologi Islam

    Transnasional. Kalau Ideologi Islam Transnasional kita upayakan untuk

    selalu bergerak bersama dengan NU dan Muhammadiyah untuk terus

    mendakwahkan Islam rahmatan lilalamin.

    Prof Dr. Ayu Sutarto, MA, mengatakan bahwa beliau tidak yakin

    kalau di Jember akan tumbuh Ideologi Islam Transnasional karena di sini

    umat Islam dan mayoritas NU, NU itu lebih hampir semua tindakannya

    tidak bententangan dengan tradisi lokal dengan budaya lokal dan juga

    dengan negara, NU yang dicap sebagai Islam kultural. Yang disebut radikal

    fundamentalis itu hanya sebuah pemaknaan dan tidak akan menyebut

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    127

    kelompok dan seperti HTI itu kan organisasi baru dan ada pemaknaan

    negatif terhadap kelompok tersebut.

    Dalam kehidupan ini yang terpenting adalah bagaimana kehidupan

    beragama dan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupan

    global, dalam kajian budaya kita berada dalam pemaknaan karena

    pertarungan itu muncul dalam pemaknaan, saya tidak pernah mencap

    terhadap kelompok-kelompok sebagai Islam radikal. Kita serahkan pada

    negara kalau ada tindakan-tindakan yang radikal maka setiap negara

    punya undang-undang yang bisa menindak kelompok yang dimaknai

    mempunyai gerakan radikal. Kelompok radikal mempunyai cita-cita

    membentuk negara yang khilafah itu sudah bertentangan dengan pendiri

    bangsa kita ini.

    Respon Organisasi Keagamaan

    Terhadap Ideologi Islam Transnasional Islam

    Respon organisasai keagamaan yang berhaluan moderat di Jember

    terhadap radilalisme Islam Bapak H. Sukarno salah satu wakil Pimpinan

    Muhammadiyah di Jember mengatakan, HTI dan FPI yang diasumsikan

    sebagai kelompok Islam garis keras tidak pernah berprilaku seperti preman.

    Indikasinya adalah ketika kedua kelompok Islam tersebut melakukan aksi

    tidak pernah melakukan pengrusakan-pengrusakan bahkan mereka

    bersikap tertib. Sebenarnya untuk menjustifikasi suatu kelompok tertentu

    tergantung dari sudut pandangnya, atau mungkin dari segi ideologi

    memang berbeda dengan kelompok Islam yang lainnya. Karena ideologi

    mereka terkonstruk oleh ideologi Timur Tengah seperti ideologi yang ada

    di Lebanon dan terus dikembangkan disini. Oleh karena itu semangat

    mereka HTI dibangun atas dasar politik, walaupun perwujudannya perlu

    kita analisa kembali.22

    Lebih lanjut dijelaskan oleh pengasuh pondok Nurul Islam I Jember

    KH. Muhyiddin Abdussomad bahwa keberadaan Islam radikal akan

    merugikan masyarakat Islam secara umum oleh karena itu Islam tidak

    moderat lagi, tidak menghargai perbedaan. Islam radikal akan muncul dari

    kelompok Islam moderat apabila Islam moderat tersebut bergabung dengan

    Islam radikal. Respon dari Nahdatul Ulama (NU) adalah menggunakan

    penguatan kedalam atau internalisasi agar warga NU/Nahdiyin tidak

    terpengaruh dengan langkah-langkah yang mereka lakukan dengan

    mmperkuat akidah, dasar-dasar amaliah dan menjelaskan konsensus ulama

    pendiri NU dengan pancasila, menjunjung tinggi perbedaan, toleransi

    pluralisme, kesetaraan antara seasama anak bangsa.

    22 Wawancara dengan bapak H. Sukarno, M.Si .Respon Ormas Terhadap Gerakan Ideology

    Islam Transnasional

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    128

    KH. Drs. Misrawi mengatakan bahwa gerakan yang dilakukan oleh

    NU adalah gerakan yang mendalam atau lebih dikenal gerakan kewalian

    seperti kiai-kiai sepuh yang mempunayai kharisma kuat dalam

    memberikan tausiyah atau dakwah kepada warganya. Juga respon dari

    para intelektual NU yang seperti melawn wacara Ideologi Islam

    Transnasional dengan diskusi forum ilmiah atau biasanya dijawab

    menggunakan buku. Kalau menurut beliau kehawatiran-kehawatiran ada

    akan tetapi karena akan ada terus regenerasi ulama dan kiai maka ke depan

    akan semakin terkurangi yang dikatakan gerakan radiakalisme Islam di

    Jember. Justru pada saat ini di Jember yang berkembang adalah akhlak atau

    moral dari anak-anak muda yang menjadi incaran dari kelompok-kelompok

    lain yang ingin menghancurkan Islam.23

    Kelompok salafy yang mempunyai jalan politik sendiri dan

    menpunyai citat-cita untuk membentuk negara Islam yang tidak mau

    menerima Islam sebagai kenyataan dan itu merupakan perkembangan baru

    dan muncul setelah berdinrinya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang

    didirikan oleh Imam Taqayudin al Afgani dari Libanon untuk

    mengembalikan perscerai beraian umat Islam.

    Menurut Drs. H. Alfan Jamil mengatakan kalau kehawatiran secara

    empiris bisa dilihat dari para elit-elit NU mereka hawatir terhadap anak

    anak muda atau generasi-generasi NU agar tidak terekrut kedalam aliran-

    aliran Islam radikal. Gerakan yang dibangun oleh NU untuk membandung

    Ideologi Islam Transnasional dengan menggunakan pelatihan-pelatihan

    ASWAJA terhadap kader-kader muda Nahdatul Ulama (NU).

    Keberadaan Islam radikal di Jember justru tidak berfungsi

    kontruktif dan lebih banyak destruktif atau moderat dan mereka

    mengingnkan negarah yang khilafah dan HTI tidak mau terhadap

    demokrasi dan itu merupakan ancaman terhadap kelangsungan bangsa.

    Respon dari Nahdatul Ulama dalam membendung gerakan radikalisme

    yankni melakukan dialog agama, Bahtsul Masail, penerbitan buku dan

    sekarang sudah mempunyai Balai latihan dan pendidikan dan kita tidak

    hanya ofensif akan tetapi defensif dan Aswaja oleh kaum muda tidak hanya

    dikenal tentang sejarah akan secara praktek harus terus dilakukan baik

    dalam bidang sosial, budaya dan politik. Dan tidak ada ajaran praktis yang

    belum bisa dilakukan oleh kader muda dan bisa membumikan ajaran-

    ajaran aswaja terhadap anak-anak muda untuk menghadapi ajaran-ajaran

    Islam radikal. Kalau kehawatiran pasti ada akan tetapi tidak hanya

    khawatir tapi harus ada yang dilakukan kedepan oleh pengurus NU

    sendiri. Juga dalam melakukan pembendungan terhadap menyebarnya

    23 Wawancara dengan bapak Drs. Misrawi.Respon Ormas Terhadap Gerakan Ideology

    Islam Transnasional

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    129

    aliran Islam radikal NU dan Muhammadiyah dan sekarang banyak guru-

    guru Muhammadiyah masuk PKS dan dipecat dari Muhammadiyah.

    Ust. Idrus Ramli sebagai pengurus PCNU Jember mengatakan

    bahwa munculnya Islam radikal di Jember lebih banyak madlarat atau

    destruktif meskipun memang banyak yang mengatakan ada konstruktifnya

    juga, dalam kelompok radikal membawa ajaran yang menyimpang dari

    ajaran Islam yang diajarkan nabi dan sahabat. Kalau respon pertama kali

    kita menanggapi secara ilmiah dan kelompok radikal ini diajak dialog

    secara terbuka, kalau memang ada dalil yang mereka miliki sayangnya

    mereka sering tidak mau. Seperti maulid nabi mereka justru tidak mau.

    Dan kiat memberikan peringatan pada masyarakat agar tidak terpengaruh

    dari aliran-aliran Islam radikal.24

    Strategi NU dan Muhammadiyah

    Dalam Membendung Ideologi Islam Transnasional Islam

    Langkah yang dilakukan Muhamadiyah adalah sesuai dengan

    ideologinya yaitu dakwah, amar makruf dan nahi mungkar. Jadi, Siapa saja

    yang berprilaku mungkar jelas tidak segaris dengan Muhamadiyah.

    Muhammadiyah sebagai organisasi moderat mengajak untuk berdialog

    mengenai masalah-masalah yang dipermasalahkan. Selebihnya KH.

    Baharudin Rosyid sebagai pimpinan Muhamadiyah Jember sering diminta

    sebagai mediator pada hal-hal kontra masyarakat untuk ditangani dengan

    menanamkan semangat tasammuh (toleransi) terhadap beda keyakinan,

    beda ideologi beda prilaku dan beracuan pada garis-garis aturan yang

    sudah berlaku. Dalam membendung Ideologi Islam Transnasional tersebut

    Muhammadiyah tidak pernah melakukan pembendungan secara riil akan

    tetapi lebih mengetatkan di intern warga Muhammadiyah. Sehingga dari

    sini anggota atau simpatisan Muhammadiyah ketika diajak pada prilaku

    radikal bisa mencegah untuk tidak terlibat didalamnya.

    Pada dasarnya siapapun tidak mempunyai hal untuk melarang

    organisasi untuk hidup dan berkembang dinegara ini apapun bentuknya

    organisasi itu. Karena mewadahi diri dalam sebuah organisasi merupakan

    hak asasi manusia, kecuali organisasi tersebut bertentangan dengan UUD

    45 jelas itu tidak ditolerir. Ketika organisasi tersebut meresahkan

    masyarakat maka harus diselesaikan secara hukum tidak boleh masyarakat

    main hakim sendiri agar terjadi kedamaian walaupun hukum yang berlaku

    tidak memuaskan.

    Kita akui dalam beberapa hal akidah kita sama dengan mereka dan

    juga dalam beberapa hal menjadikan kita jauh dengan mereka (Islam

    24 Wawancara dengan bapak Ust Idrur Romli tentang gerakan Islam radikal yang selalu

    ofensif maka respon Ormas Terhadap Gerakan Ideology Islam Transnasional.

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    130

    radikal). Kalau NU melakukan staregi seperti intruksi dari PWNU untuk

    menghatamkan buku-buku NU, dan para pendahulu kita yang

    membumikan nilai-nilai Islam. Dan masyarakat kita suda bukan

    masyarakat pendengar sekarang manyarakat kita menjadi masyarakat

    pembaca. Dalam memberikan pemahaman NU terhadap internal UN sendri

    sangatlah sulit karena bisa dikatakan pendidikan di kalangan NU sangat

    dimarjinalkan dan sangat rendah pemahaman mereka. Dan membangun

    kesatuan ranting-ranting juga masjid-masjid dipertahankan, dan orang-

    orang yang radikal cenderung merebut mesjid untuk dijadikan tempat

    dalam memberikan ajarannya, justru anak-anak muda seperti PMII asik

    dengan wacana Islam liberal. PMII mabuk di wilayah yang lain. Upaya

    merebut Jamaah Tablig maka harus anak mudanya yang turun untuk

    merebut mesjid. Di Jember mesjid jami juga menjadi incaran untuk

    merebut tempat tersebut. Dan pada saat ini kita harus berani mengucapkan

    wama ana minannadiyin.

    Dr. Aminullah Elhady sebagai salah satu Pimpinan Muhammdiyah

    di Jember mengatakan bahwa kebudayaan Islam yang dikembangkan oleh

    kedua organisasai berakar dari kebudayaan lokal yang santun dan

    menghargai orang lain. ini dan tidak mengarah kepada radikalisme kalau

    muncul dalam bentuk karnaval dan itu bukan pengarauh dari ajaran kedua

    organisasai MD karena budaya tersebut masyarakat mengemas melaui

    kreatifitas untuk menjadi tontonan masyarakat.

    Penutup

    Di tingkat lokal maupun nasional, NU dan Muhammadiyah telah

    memainkan peran menentukan dalam proses pembangunan peradaban

    keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan. Kehadiran dua organisasi yang

    mewakili sayap umat Islam Indonesia dengan corak keberagamaannya

    yang ramah dan toleran atau dengan istilah lain moderat lahir sebagai

    respon terhadap problem keumatan, kebangsaan, kemanusiaan.

    Gerakan kedua organisasi Islam terbesar tersebut di ranah lokal

    yakni di Jember. Kehadiran NU dan Muhamdiyah cabang Jember bukan

    sebatas sebagai respon terhadap isu-isu keagamaan atau keumatan lokal

    melainkan pula terhadap isu-isu nasional maupun global. Dalam konsteks

    keagamaan di tingkat lokal NU dan Muhammdiyah Cabang Jember

    memiliki misi yang sama dengan misi kedua organisasi tingkat nasional

    yakni membina dan mengembangkan kualitas keberagaman umat. Maka

    dari itu gerakan yang dilakukan dalam membendung gerakan Islam

    transnasional adalah penguatan internal warganya, dan strategi

    kebudayaan melalui kultur dilakukan oleh kedua ormas tersebut.

    Dalam hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa setiap

    usaha untuk membendung gerakan ideologi Islam transnasional melalui

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    131

    penguatan paham dari kedua ormas tersebut. Pendekatan kultur harus juga

    dikedepankan kalangan ormas Islam moderat seperti NU dan

    Muhammadiyah harus mempengaruhi aktif terhadap kebijakan negara.

    Bagi negara sendiri usaha untuk membangun tatanan kehidupan bangsa

    yang plural dan multikultural, diharapkan pula dilakukan melalui

    kebijakan politik yang lebih berorientasi penguatan ideologi ormas tertentu.

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    132

    DAFTAR PUSTAKA

    Amstrong, Karen, Berperang demi Tuhan, terj. Satrio wahono dkk, Jakarta-

    Bandung, Kerjasama Serambi dengan Mizan, 2001

    Abdul Ala, Geneologi Ideologi Islam Transnasional Muslim Nusantara: Akar

    Dan Karakter Pemikiran Dan Gerakan Padri dalam Perspektif Hubungan

    Agama dan Politik Kekuasaan Pidato pengukuhan Guru Besar, IAIN

    Sunan Ampel Surabaya, Mei 2008.

    Ahmad Syafi'i Ma'arif, "Masa Depan Islam di Indonesia" dalam Abdurrahman

    Wahid (Ed.), Ilusi Negara Islam

    Abdurrahman Wahid (Ed.), Ilusi Negara Islam, The Wahid Institute, Jakarta,

    2009 .

    Bassam Tibi, Islamism, "Democracy, and The Clash of Civilization", dalam

    Chaider S. Bamualim (ed.), Islam & The West, Jakarta: Pusat Bahasa

    dan Budaya UIN Jakarta, 2003.

    Oliever Roy, Globalized Islam: The Search for a New Ummah, New York:

    Columbia University Press, 2004, hlm. 1. Tentang kegagalan Islam

    Politik llihat Oliever Roy, The Failure of Polical Islam, Cambridge, MA:

    Harvard University Press, 1995

    BIN, Gerakan Islam Transnasional dan Pengaruhnya di Indonesia, tth:BIN.

    Muhammad Ali, The Rise of The Liberal Islam Network (JIL) in Contemporary

    Indonesia dalam The American Journal of Islamic Social Sciences 22:1.

    Mumtaz Ali, Liberal Islam: An Analysis, dalam The American Journal of

    Islamic Social Science 24:2.

    Nur Kholik Ridwan, Doktrin wahhabi dan Benih-Benih Ideologi Islam

    Transnasional Islam, Yogyakarta, Tanah Air, 2009.

    Kabupaten Jember Dalam Angka tahun 2007, badan perencanaan

    pembangunan Kabupaten Jember dan pusat statistik kabupaten

    Jember

  • Ach. Syaikhu, Pergulatan Organisasi Islam dalam Membendung Gerakan Ideologi Islam

    Transnasional

    133

    Oman Fathurrahman, Tarekat Shattariyah di Dunia Melayu Indonesia: Kajian

    Atas Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-Naskah di Samudra

    Barat, Desertasi Pada Program studi Ilmu Susastera Program

    Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta, 2003.

    Said Agil Siraj dalam Lautan Wahyu, Islam Sebagai Rahmatan lil alamin,

    Episode 5: Dakwah Supervaisor Program: KH. A. Mustofa Bisri,

    @LibForAll Foundation 2009.

    Tentang teralienasinya gerakan neo-fundamentalis Islam di Timur Tengah

    dan munculnya gagasan ummah, llihat Roy, Globalized Islam.

  • JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012

    134