6.kusta lydia

74
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penyakit Kusta adalah penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. 1 Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Di antara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta yaitu prevalensi rate di bawah 1 per 10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000 penderita telah di sembuhkan dengan Multi Drug Therapy (MDT). Pada akhir tahun 1999 di jumpai 641.091 kasus masih dalam pengobatan pada tahun 2000. Walaupun suatu negara telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah. Nampaknya kasus kusta akan terus ada, setidaknya hingga beberapa tahun ke depan. 2,3 Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 menyebutkan, penderita kusta atau leprosis di Indonesia terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Pada akhir 2004, jumlah penderita baru penyakit kusta di Indonesia mencapai 16.572 orang dan penderita yang telah disembuhkan mencapai 287.274 orang. Indonesia berhasil menekan jumlah 1

Upload: lydiachandra

Post on 10-Aug-2015

429 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

evaluasi program kusta

TRANSCRIPT

Page 1: 6.Kusta Lydia

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Penyakit Kusta adalah penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh kuman

kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya

kecuali susunan saraf pusat. 1

Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Di

antara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi

kusta yaitu prevalensi rate di bawah 1 per 10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000

penderita telah di sembuhkan dengan Multi Drug Therapy (MDT). Pada akhir tahun 1999

di jumpai 641.091 kasus masih dalam pengobatan pada tahun 2000. Walaupun suatu

negara telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah.

Nampaknya kasus kusta akan terus ada, setidaknya hingga beberapa tahun ke depan.2,3

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 menyebutkan, penderita kusta

atau leprosis di Indonesia terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Pada akhir

2004, jumlah penderita baru penyakit kusta di Indonesia mencapai 16.572 orang dan

penderita yang telah disembuhkan mencapai 287.274 orang. Indonesia berhasil menekan

jumlah penderita kusta dari 60.000 menjadi 19.666 orang dalam kurun 1994-2004. 3

Di Indonesia pada tahun 2008 telah mencapai indikator eliminasi kusta yang

ditetapkan WHO, yaitu kurang dari 1 per 10.000 penduduk. NCDR penyakit kusta di

Indonesia tahun 2008 menurun menjadi 0,76 per 10.000 penduduk. Indikator lain dalam

penanggulangan kusta di Indonesia adalah angka proporsi cacat tingkat 2 dan proporsi

anak atau kurang dari 15 tahun di antara kasus baru sebesar 5% (Depkes, 2007). Proporsi

kecacatan tingkat 2 di Indonesia tahun 2008 sebesar 9,56% dan proporsi penderita anak di

antara kasus baru sebesar 11,3% (Depkes RI, 2009). Tingginya proporsi kecacatan tingkat

2 menunjukkan kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus masih kurang efektif,

sedangkan tingginya proporsi penderita anak di antara kasus baru menunjukkan masih

1

Page 2: 6.Kusta Lydia

adanya penularan kusta pada masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2009, Indonesia

memiliki 16.901 penderita kusta.1-3

Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka kejadian

kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2011 didapatkan sebanyak 2.057 penderita kusta,

dengan proporsi 257 penderita Paucibacillary (PB) dan 1.800 penderita Multibacillary

(MB). Penderita kusta terbanyak berada di Kabupaten Cirebon dengan jumlah penderitanya

sebanyak 237 orang. Kemudian Kabupaten Indramayu dengan jumlah penderitanya

sebanyak 211 orang, Kabupaten Bekasi dengan jumlah penderitanya sebanyak 191 orang,

Bekasi dengan jumlah penderitanya sebanyak 145 orang, dan Kabupaten Subang dengan

jumlah penderitanya sebanyak 126 orang. Case Detection Rate (NCDR) penyakit kusta per

100.000 penduduk Jawa Barat tahun 2011 sebesar 4,69. Angka proporsi kecacatan tingkat

2 di Jawa Barat sebesar 12,98% dan proporsi kasus kusta usia 0-14 tahun sebesar

7,73%.4,5,6

Menurut Kemenkes RI, di Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di

Jawa Barat yang masih tinggi jumlah penderita kusta. Tercatat 6 kasus kusta tipe PB dan

65 kasus kusta tipe MB pada tahun 2010. Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di

Kecamatan Batujaya pada tahun 2011 mencapai 2,25 : 10.000 penduduk (target

<1:10.000).8

Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di

UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember

2011 sampai dengan November 2012.

2

Page 3: 6.Kusta Lydia

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah duiraikan diatas antara lain :

1.2.1. Penyakit Kusta merupakan penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh

Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya

kecuali susunan saraf pusat.

1.2.2. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, penyakit kusta masih

merupakan masalah di beberapa negara di dunia sebanyak 211.903 kasus.

1.2.3. Masih tingginya angka penemuan penderita kusta baru di Indonesia sebesar 8,03

per 100.000 penduduk, angka proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 10,23% dan

proporsi kasus kusta usia 0-14 tahun sebesar 11,97%, menurut Kemenkes pada

tahun 2011.

1.2.4. Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka kejadian

yang masih tinggi dengan penemuan penderita kusta baru sebesar 4,69 per 100.000

penduduk, angka proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 12,98% dan proporsi kasus

kusta usia 0-14 tahun sebesar 7,73% menurut Menkes pada tahun 2011.

1.2.5. Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang masih

tinggi jumlah penderita kusta tercatat 6 kasus kusta tipe PB dan 65 kasus kusta tipe

MB pada tahun 2010.

1.2.6. Pada tahun 2011 masih belum tercapainya target program Pemberantasan penyakit

kusta di wilayah Batujaya dimana jumlah penderita kusta sebesar 2,25 : 10.000

penduduk (target <1:10.000).

1.2.7. Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta

di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode

Desember 2011 sampai dengan November 2012.

3

Page 4: 6.Kusta Lydia

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum :

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan dan

penyelenggaraan Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan masalah-masalah

dalam Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan penyelesaiannya di UPTD

Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember

2011 sampai dengan November 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus :

1.3.2.1. Diketahuinya angka penemuan penderita baru Kusta di UPTD Puskesmas

Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011

sampai dengan November 2012.

1.3.2.2. Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di

UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada

periode Desember 2011 sampai dengan November 2012.

1.3.2.3. Diketahuinya prevalensi penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai

dengan November 2012.

1.3.2.4. Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai

dengan November 2012.

1.3.2.5. Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di UPTD Puskesmas

Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011

sampai dengan November 2012.

1.3.2.6. Diketahuinya proporsi MB di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,

Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan

November 2012.

1.3.2.7. Diketahuinya cakupan penyuluhan di UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai

dengan November 2012.

4

Page 5: 6.Kusta Lydia

1.3.2.8. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di UPTD Puskesmas

Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011

sampai dengan November 2012.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Evaluator :

1.4.1.1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.

1.4.1.2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program

khususnya Program Pemberantasan Penyakit Kusta.

1.4.1.3. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil

langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi :

1.4.2.1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

1.4.2.2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di

bidang kesehatan.

1.4.2.3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai

universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3. Bagi UPTD Puskesmas yang dievaluasi :

1.4.3.1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pemberantasan

Penyakit Kusta di wilayah kerjanya.

1.4.3.2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan

balik agar keberhasilan program dimasa mendatang (periode berikutnya)

dapat tercapai secara optimal.

5

Page 6: 6.Kusta Lydia

1.4.4. Bagi Masyarakat :

1.4.4.1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita

Kusta diwilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya.

1.4.4.2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan

rantai penularan Kusta diwilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya.

1.4.4.3. Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya.

1.5. Sasaran

Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, pada periode Desember 2011 sampai dengan

November 2012.

.

6

Page 7: 6.Kusta Lydia

Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan, triwulan, dan

tahunan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November

2012, yang berisi kegiatan :

2.1.1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta

2.1.2. Penentuan Diagnosis dan Klasifikasi Penderita Kusta

2.1.3. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan

2.1.4. Pemantauan Keberhasilan Pengobatan Penderita Kusta

2.1.5. Pemeriksaaan Kontak

2.1.6. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri

2.1.7. Penyuluhan

2.1.8. Pencatatan dan Pelaporan

2.2. Metode

Untuk mengetahui masalah-masalah dan penyelesaiannya dalam Program

Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten

Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012, dilakukan dengan

membandingkan cakupan terhadap target dengan melakukan pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data dan interpretasi data dalam bentuk tabular dan tekstular

dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah yang ada dan

kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan

penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

7

Page 8: 6.Kusta Lydia

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teori

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling

dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan

organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

3.1.1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan

metoda (methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi

program Pemberantasan penyakit kusta.

3.1.2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system

dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization),

pelaksanaan (activities) dan pengawasan (controling) yang berfungsi untuk

mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan dalam melaksanakan

evaluasi program Pemberantasan penyakit kusta.

8

Page 9: 6.Kusta Lydia

3.1.3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan Pemberantasan penyakit kusta.

3.1.4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar dari sistem yang tidak dikelola

oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap Program Pemberantasan

Penyakit Kusta yang terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

3.1.5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan

keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam Program

Pemberantasan Penyakit Kusta.

3.1.6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam Program

Pemberantasan Penyakit Kusta.

3.2. Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan

dan umpan balik yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam

Program Pemberantasan Penyakit Kusta, dan diambil dari Buku Pedoman Pemberantasan

Kusta Tahun 2007.

Keterangan : Data tabel tolok ukur secara lengkap terlampir dalam Lampiran I.

9

Page 10: 6.Kusta Lydia

Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

4.1.1. Data Primer

Wawancara dengan Kepala Puskesmas, Koordinator pelaksana Program P2

Kusta, UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.

4.1.2. Data Sekunder :

Laporan Bulanan / Triwulan / Tahunan Program Kerja P2 Kusta di UPTD

Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Desember 2011

sampai dengan November 2012.

4.1.2.1. Data demografi Kecamatan Batujaya tahun 2012

4.1.2.2. Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya tahun 2011

4.1.2.3. Laporan profil UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya 2012

4.2. Jenis Data

4.2.1. Data Umum

4.2.1.1. Geografi

Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107002 –

107040 BT dan 5056 – 6034 LS, termasuk daerah dataran yang relatif

rendah, mempunyai variasi kemiringan wilayah antara 0 – 5 meter diatas

permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 – 2 %, 22 – 15 % dan

diatas 40 % dengan suhu rata-rata 27 0C. UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya terletak di sebelah utara Kabupaten Karawang, dimana UPTD

Puskesmas Kecamatan Batujaya termasuk wilayah Kecamatan Batujaya,

salah satu kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten

Karawang.

Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya

8138,139 Ha, dengan kondisi fisik dataran rendah, di dominasi oleh

10

Page 11: 6.Kusta Lydia

sebagian besar persawahan dan sebagian pantai. Adapun batas-batas

wilayah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Tirtajaya

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja Kabupaten Bekasi

Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Pakisjaya

Sebelah Timur : Berbatasan dengan PKM Medangasem

Secara adminstrasi wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan

Batujaya terdiri dari 10 desa yaitu Desa Kuta Ampel, Desa Karya

Makmur, Desa Teluk Bango, Desa Karya Mulya, Desa Teluk Ambulu,

Desa Karya Bakti, Desa Batujaya Desa Batu Raden, Desa Segaran dan

Desa Segar Jaya. Untuk lebih jelasnya peta wilayah kerja UPTD

Puskesmas Kecamatan Batujaya dapat dilihat pada Lampiran II.

4.2.1.2. Demografi

Berdasarakan Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Batujaya pada tahun 2011 berdasarkan sumber data

kependudukan kecamatan Batujaya sebanyak 85.406 jiwa yang terdiri

dari laki-laki 42.425 jiwa dan perempuan 42.981 jiwa, dengan 24.283

KK. Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.

Tingkat Pendidikan penduduk di wiayah kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Batujaya rata-ratanya hanya tamat SD 55,54% serta tamat

SMA 23,28% . Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.

Tingkat Kepercayaan/Agama yang dianut sebagian besar

penduduk Batujaya adalah Islam sebanyak 95.8 % sedangkan agama

lainnya yaitu Budha 1.8%, Kristen Protestan 1,62 % dan Katolik

sebanyak 1,3 %. Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Batujaya Kecamatan Batujaya, sebagian besar adalah petani 67,60 %

11

Page 12: 6.Kusta Lydia

serta transportasi darat 10,18%. Data umum selengkapnya terdapat pada

Lampiran II.

4.2.1.3. Sarana Kesehatan

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja

UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang antara lain:

Puskesmas Rawat inap (1), Pustu (2), Klinik 24 Jam (8), Praktek bidan

swasta (17), Posyandu (52), Posbindu (5). Data umum selengkapnya

terdapat pada Lampiran II

4.2.2. Data Khusus

4.2.2.1. Masukan

4.2.2.1.1. Tenaga

Dokter umum : 2 orang

Petugas P2 kusta : 1 orang

Petugas Laboratorium : 1 orang

Petugas pencatatan dan pelaporan : 1 orang

4.2.2.1.2. Dana

APBD Tingkat II : ada

Global Fund : ada

4.2.2.1.3. Sarana

Medis Object glass : ada Bambu/lidi : ada Silet : ada Persediaan obat kusta : cukup Spuit : ada Mikroskop : ada Lampu spiritus : ada Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen : ada

12

Page 13: 6.Kusta Lydia

Non Medis

Ruang tunggu pasien yang terbuka : ada Ruang pemeriksaan pasien : ada Ruang administrasi : ada Ruang obat : ada Ruang laboratorium : ada Tempat tidur periksa : ada Lemari penyimpanan obat : ada Rak obat : ada

Alat Administrasi

Buku register kunjungan pasien : ada Alat tulis : ada Komputer : ada

Alat Penyuluhan

Papan tulis : ada Spidol : ada Brosur : ada Poster : ada

Formulir Pencatatan

Kartu Penderita : ada Register/Monitor Kohort Penderita : ada Pencatatan Pencegahan Cacat : ada Evaluasi Pengobatan Prednison : tidak ada

Formulir Pelaporan

Gambaran Data Pokok

Pencapaian Program Pemberantasan

Penyakit Kusta : ada

Laporan Program P2 Kusta : ada

13

Page 14: 6.Kusta Lydia

4.2.2.2. Metode

4.2.2.2.1. Penemuan Tersangka Kusta

Penemuan tersangka penderita kusta melalui passive case

finding. Penemuan penderita secara pasif di Unit Pelayanan

Kesehatan (UPK) berdasarkan adanya orang yang datang

mencari pengobatan ke Puskesmas/sarana kesehatan lainnya

atas kemauan sendiri atau saran orang lain.

Tersangka dari penderita kusta yang datang ke UPTD

Puskesmas Kecamatan Batujaya dan menunjukkan gejala -

gejala yang mendukung diagnosis Kusta, yaitu:

Tanda-tanda Tersangka Kusta (Suspek)

Tanda pada Kulit

a. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian

tubuh.

b. Kulit mengkilap.

c. Bercak yang tidak gatal.

d. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat

atau tidak berambut.

e. Lepuh tidak nyeri.

Tanda pada Saraf

a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota

badan atau muka.

b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka.

c. Adanya cacat (deformitas).

d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.

Setiap orang dengan gejala-gejala di atas harus dianggap

seorang tersangka (suspek) Kusta dan perlu dilakukan

pemeriksaan skin smear (apusan kulit) secara mikroskopis

langsung. Serta semua orang yang kontak serumah dengan

penderita Kusta yang menunjukkan gejala yang sama harus

diperiksa apusan kulitnya (skin smear).

14

Page 15: 6.Kusta Lydia

4.2.2.2.2. Diagnosis dan Klasifikasi Kusta

a. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :

Kelainan kulit.lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan

(hypopigmentasi) atau kemerah-merahan (erithematous)

yang mati rasa (anaesthesi).

b. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi

saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari

peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan

fungsi saraf ini biasa berupa :

Gangguan fungsi sensoris : mati rasa

Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese)

atau kelumpuhan (paralise)

Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak

c. Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam apusan

jaringan kulit (BTA positif). Sesorang dinyatakan sebagai

penderita kusta bilamana terdapat satu dari tanda-tanda

utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum dapat

ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana

pemeriksaan apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa

kembali adanya Cardinal Sign. Jika ada Cardinal Sign,

berikan MDT. Jika masih meragukan, suspek perlu

dirujuk.

Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang

(inspeksi), pemeriksaan rasa-raba pada kelainan kulit, dan

pemeriksaan saraf (saraf auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf

radialis, saraf medianus, saraf peroneus, dan saraf tibialis

posterior).

15

Page 16: 6.Kusta Lydia

4.2.2.2.3. Klasifikasi

Sebenarnya dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta

yang cukup menyulitkan, misalnya kalsifikasi Madrid,

klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi India dan klasifikasi

WHO. Sebagian besar penentuan klasifikasi ini didasarkan

pada tingkat kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah

kuman yakni tipe Paucibacillary (PB) dan tipe Multibacillary

(MB).

Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit

kusta menurut WHO adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kalsifikasi Kusta Menurut WHO

Tanda Utama PB MB

Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5

Penebalan saraf tepi yang

disertai dengan gangguan

fungsi (gangguan fungsi biasa

berupa kurang/mati rasa atau

kelemahan otot yang

dipersarafi oleh saraf yang

bersangkutan)

Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf

Sediaan apusan BTA negatif BTA positif

16

Page 17: 6.Kusta Lydia

Tabel 2. Klasifikasi Kusta berdasarkan Kelainan Kulit dan Hasil pemeriksaan

Kelainan Kulit & Hasil Pemeriksaan PB MB

1. Bercak (makula) mati rasa

Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

Distribusi Unilateral atau bilateral asimetris

Bilateral simetris

Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

Batas Tegas Kurang tegas

Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut

Kehilangan kemampuan berkeringat, rambut, rontok pada bercak

Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut

2. Infiltrat

Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadanng tidak ada

Membrane mukosa (hidung tersumbat, perdarahan di hidung)

Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak ada

3. Ciri-ciri Central healing (penyembuhan di tengah)

Punched out lesion (lesi bentuk seperti donat)

Madarosis Ginekomasti Hidung pelana Suara sengau

4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi lambat.

4.2.2.2.4. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan

Regimen Pengobatan MDT

17

Page 18: 6.Kusta Lydia

Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan

oleh WHO :

a. Pauci Baciler (PB)

Dewasa dan Anak (10-14 tahun)

Hari pertama :

1 kapsul Rifampisin 600 mg

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

Hari ke-2 sampai 28 :

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan.

b. Multi Basiler (MB)

Dewasa dan anak (10-14 tahun)

Hari pertama :

1 tablet Rifampisin 600 mg

3 tablet Lampren @100 mg (300 mg)

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

Hari ke 2-28 :

1 tablet Lampren 50 mg

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan

c. Dosis MDT Menurut Umur

Rifampisin : 10-15mg/kgBB

DDS : 1-2 mg/kgBB

Clofazimine : 1mg/kgBB

d. Obat-obatan Penunjang

Sulfas Ferosus

Vitamin A

Neurotropik

4.2.2.2.5. Pemantauan Pengobatan

a. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat.

18

Page 19: 6.Kusta Lydia

b. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama

dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan.

c. RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan

pemeriksaan laboratorium.

d. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif

Tipe PB selama 2 tahun

Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium

e. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis

(blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa

harus pemeriksaan laboratorium.

f. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12

dosis (blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT,

tanpa harus pemeriksaan laboratorium.

g. Defaulter

PB tidak ambil obat >3 bulan

MB tidak ambil obat >6 bulan

Tindakan bagi Defaulter:

Dikeluarkan dari monitoring dan register

Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan

pemeriksaan klinis ulang dengan teliti, bila:

i. Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif.

ii. Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak

perlu diobati lagi.

h. Relaps /Kambuh

Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT

timbul lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps

harus dikonfirmasi ke dokter yang memiliki kemampuan

klinis mendiagnosis relaps.

i. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT,

meninggal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi,

default.

19

Page 20: 6.Kusta Lydia

j. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke

pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa

blister disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai

efek samping dan indikasi untuk kembali ke pelayanan

kesehatan.

4.2.2.2.6. Pemeriksaan Kontak

a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu

penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat

MDT.

b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota

keluarga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia

pada kartu penderita.

c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang

sering kontak dengan penderita.

d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota

keluarga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita

e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka

dibuatkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru,

kemudian diberikan obat MDT dosis pertama.

4.2.2.2.7. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri

Penanganan reaksi merupakan upaya pencegahan cacat primer

untuk mencegah terjadinya kerusakan fungsi saraf. Upaya

pencegahan sekunder untuk mencegah terjadinya kerusakan

lebih parah dari mata, tangan atau kaki yang sudah mengalami

gangguan fungsi saraf.

Upaya Pencegahan Cacat :

1) Penemuan dini penderita sebelum cacat.

20

Page 21: 6.Kusta Lydia

2) Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT.

3) Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi

saraf rutin.

4) Penanganan reaksi.

5) Penyuluhan.

6) Perawatan diri prinsip 3M

7) Menggunaan alat bantu.

8) Rehabilitasi medis (operasi rekonstruksi).

Upaya–upaya pencegahan cacat dapat dilakukan baik di

rumah, UPTD UPTD Puskesmas maupun unit pelayanan

rujukan seperti Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit

Rujukan.

Tingkat Cacat Menurut WHO :

1. Cacat Tingkat 0 : tidak ada cacat

2. Cacat Tingkat 1

Cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang

tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata,

telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris

pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak

ada cacat tingkat 1 pada mata.

Cacat tingkat 1 pada telapak kaki beresiko terjadinya ulkus

plantaris, namun dengan perawatan diri secara rutin hal ini

dapat dicegah. Mati rasa pada bercak bukan merupakan

cacat tingkat 1 karena bukan disebabkan oleh kerusakan

saraf perifer utama tetapi rusaknya saraf lokal kecil pada

kulit. Oleh karena itu, mencacat tingkat cacat merupakan

tindakan penting untuk mencegah kerusakan lanjut.

3. Cacat Tingkat 2

21

Page 22: 6.Kusta Lydia

Cacat atau kerusakan yang terlihat.

Untuk mata : tidak mampu menutup mata dengan rapat

(lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata

(ulserasi kornea atau uveitis), gangguan penglihatan

berat atau kebutaan;

Untuk tangan dan kaki : luka dan ulkus di telapak

tangan dan kaki, deformitas yang disebabkan oleh

kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (atropi)

atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.

Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan

penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada

penderita dan keluarga tentang cara-cara memeriksa,

melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering,

jari tangan yang bengkok, kaki yang semper, kulit kaki tebal

dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar

dapat melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu,

petugas dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di

UPTD UPTD Puskesmas pada penderita dengan masalah

khusus kecacatan seperti memberikan tetes mata yang

mengandung saline jika mata sangat kering, antibiotic dan

bebat mata bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika

perlu.

4.2.2.2.8. Penyuluhan

a. Perorangan : penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau

konsultasi di Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah

semua informasi mengenai Kusta. Penyuluhan diberikan

pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali

untuk mengambil obat ke Puskesmas.

22

Page 23: 6.Kusta Lydia

b. Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah,

seminar, dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi

tentang penyakit kusta.

4.2.2.2.9. Pencatatan dan Pelaporan

Tujuan pencatatan dan pelaporan ialah untuk mendapatkan

informasi hasil pelaksanaan Program P2 Kusta,

mengidentifikasi masalah dan menetapkan prioritas untuk

bimbingan dan intervensi, dan untuk mengetahui keberhasilan

program. Kegiatan pencatatan ini dilaksanakan menggunakan

Formulir Program Pemberantasan Penyakit Kusta.

4.2.2.2.9.1. Pencatatan :

a. Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru

b. Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi

tiap bulan saat pasien datang mengambil obat

c. Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi

saat ada penderita baru. Diulangi setiap bulan

untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini.

Diulangi setiap 2 minggu jika penderita

mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita

dinyatakan RFT.

d. Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat

e. Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap

tahun, merupakan rekapitulasi data triwulan

hasil kegiatan Puskesmas.

f. Formulir Register Stok Obat MDT

Register Stok MDT-1MB Dewasa

Register Stok MDT-2MB Anak

Register Stok MDT-3MB Dewasa

Register Stok MDT-4MB Anak

g. Formulir Permintaan MDT-3, MD

23

Page 24: 6.Kusta Lydia

4.2.2.2.9.2. Pelaporan

Pelaporan dilakukan dengan meng-copy register

monitoring pengobatan PB/MB di Puskesmas

selanjutnya mengirim format register kohort

penderita ke Kabupaten setiap 3 bulan.Wasor

Kabupaten memasukkan kohort masing-masing

Puskesmas ke kohort electronics. Hasil kohort

electronics dikirim ke Propinsi setiap 3 bulan

sekali. Wasor Propinsi merekapitulasi laporan

Kabupaten dan hasilnya dikirm ke pusat setiap 3

bulan sekali.

4.2.2.3. Proses

4.2.2.3.1. Perencanaan: perencanaan dilakukan pada rapat awal tahun

atau awal periode program untuk menyusun tujuan, kebijakan,

strategi, dan kegiatan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya

Kabupaten Karawang dalam menjalankan Program

Pemberantasan Penyakit Kusta di wilayah kerjanya. Strategi

dan kegiatan dijabarkan sebagai berikut:

A. Penemuan Tersangka Penderita Kusta

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 – 14:00 di

UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau

perawat secara passive case finding berdasarkan gejala

bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian

tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya

bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak

berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri

pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota

badan atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak

mau sembuh.

24

Page 25: 6.Kusta Lydia

B. Diagnosis Penderita Kusta

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di

UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala

yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan

fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) :

bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang

disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf,

Multibacillary (MB) : bercak kusta berjumlah >5,

penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada

lebih dari satu saraf.

C. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di

UPTD Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2 Kusta

dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan

klasifikasi/tipe kusta.

D. Pemantauan Pengobatan

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di

UPTD Puskesmas Batujaya oleh petugas P2 Kusta dengan

memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan

pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat

minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps.

E. Pemeriksaan Kontak

Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas

P2 Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan

memeriksa anggota keluarga atau tetangga yangs sering

kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru,

maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT

dosis pertama.

25

Page 26: 6.Kusta Lydia

F. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri

Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin sampai

Sabtu pukul 08:00 - 14:00 dengan penemuan dini

penderita sebelum cacat, pengobatan penderita dengan

MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta

dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan

reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu,

dan rehabilitasi medis.

G. Penyuluhan

Perorangan : dilakukan oleh petugas P2 Kusta setiap

hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 dengan

cara tanya jawab yang berisi semua informasi tentang

kusta.

Kelompok : ada perencanaan yang dilakukan 1 kali

per tahun.

H. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan : setiap hari Senin sampai Sabtu pukul

08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya dengan

menggunakan formulir yang ada di Puskesmas.

Dilakukan oleh petugas P2 Kusta.

Pelaporan : dilaporkan triwulan ke Dinas Kesehatan

Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.

26

Page 27: 6.Kusta Lydia

4.2.2.4. Pengorganisasian

4.2.2.5. Pelaksanaan

4.2.2.5.1. Penemuan Tersangka Penderita Kusta

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di

UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter umum atau perawat

secara passive case finding berdasarkan gejala

bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian

tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya

bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak

berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada

anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan

atau bagian muka, adanya cacat, ulkus yang tidak mau

sembuh.

27

Penanggung Jawab Program

Teti Suhernayati, SKM

P2M

Sakinah

Petugas P2Kusta

Sakinah

Petugas Pencatatan

dan Pelaporan Program

Sakinah

Page 28: 6.Kusta Lydia

4.2.2.5.2. Diagnosis Penderita Kusta

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di

UPTD Puskesmas Batujaya oleh dokter berdasarkan gejala

yang ada pada penderita, dengan melakukan pemeriksaan

fisik dan ditentukan tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak

kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi yang disertai

gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary

(MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang

disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf.

4.2.2.5.3. Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di

UPTD Puskesmas Batujaya yang dilakukan oleh P2 Kusta

dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan

klasifikasi/tipe kusta.

4.2.2.5.4. Pemantauan Pengobatan

Setiap hari Selasa pukul 08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas

Batujaya oleh petugas P2 Kusta dengan memonitor tanggal

pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita

terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan

RFT, default atau relaps.

4.2.2.5.5. Pemeriksaan Kontak

Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas

P2 Kusta dengan mendatangi rumah penderita dan

memeriksa anggota keluarga atau tetangga yang sering

kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru,

maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT

dosis pertama.

4.2.2.5.6. Pemantauan Pencegahan Cacat dan Perawatan Diri

Dilakukan oleh petugas P2 Kusta setiap hari Senin sampai

Sabtu pukul 08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya

28

Page 29: 6.Kusta Lydia

dengan penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan

penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya

reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin,

penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan

alat bantu, dan rehabilitasi medis.

4.2.2.5.7. Penyuluhan

4.2.2.5.7.1. Perorangan : dilakukan oleh petugas P2 Kusta

setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08:00 -

14:00 di UPTD Puskesmas Batujaya dengan

cara tanya jawab yang berisi semua informasi

tentang kusta.

4.2.2.5.7.2. Kelompok : Baru dilakukan 1 kali sejak awal

program dilaksanakan sampai sekarang.

4.2.2.5.8. Pencatatan dan Pelaporan

4.2.2.5.8.1. Pencatatan : setiap hari Senin sampai Sabtu

pukul 08:00 - 14:00 di UPTD Puskesmas

Batujaya dengan menggunakan formulir yang

ada di UPTD Puskesmas. Dilakukan oleh

petugas P2 Kusta.

4.2.2.5.8.2. Pelaporan : dilaporkan per triwulan ke Dinas

Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas

P2 Kusta.

4.2.2.6. Pengawasan

29

Page 30: 6.Kusta Lydia

Pencatatan dan pelaporan yang lengkap harus dilaporkan sesuai

dengan waktu yang ditentukan sebagai bentuk pengawasan. :

Adapun pelaporan kegiatan program adalah sebagai berikut:

Dari Kepala UPTD Puskesmas : Lokakarya Mini Bulanan

Rapat kerja bulanan untuk monitoring dan evaluasi program

yang telah dijalankan

Dari Kabupaten Karawang : Laporan Triwulan

Dari Propinsi Jawa Barat : Laporan Semeter: 2x/tahun

4.2.2.7. Keluaran

1. Angka Penemuan Penderita Baru Kusta (NCDR = Case Detection

Rate)

Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu

tahun per 100.000 penduduk

Rumus:

∑ penderita yang baru ditemukan pada periode 1 tahun x 105

∑ penduduk pada tahun yang sama

= 14 x 100.000

85.406

= 16,40 : 100.000 (target < 5 : 100.000)

2. Angka Kesembuhan (RFT = Release from Treatment)

a. RFT Rate MB

Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama

yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam

12-18 bulan) dinyatakan dalam persentase.

Rumus:

∑ penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18 bulan x 100%

∑ seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode tahun yang sama

= 0 x 100% = 0% (target >90%)belum dapat dinilai

22

b. RFT Rate PB

30

Page 31: 6.Kusta Lydia

Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang

menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9

bulan) dinyatakan dalam persentase.

Rumus:

∑ penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan x 100%

∑ seluruh penderita baru PB yang mulai MDT periode tahun yang sama

= 0 x 100%

3

= 0% (target >90%)belum dapat dinilai

3. Prevalensi

Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat

tertentu.

Prevalensi Penyakit Kusta adalah jumlah penderita kusta terdaftar

PB dan MB pada suatu saat tertentu per 10.000 penduduk

Rumus:

∑ penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu x 10.000

∑ penduduk pada tahun yang sama

= 25 x 10.000

85.406

= 2,927 :10.000 (target <1:10.000)

4. Proporsi Cacat Tingkat 2

31

Page 32: 6.Kusta Lydia

Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat

2 diantara penderita yang baru ditemukan pada periode 1 tahun.

Rumus:

∑ penderita dengan cacat tingkat 2 yang baru ditemukan pada periode 1tahun x 100%

∑ penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama

= 1 x100%

14

= 7,14 % (target <5%)

5. Proporsi Penderita Anak (0-14 Tahun)

Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru

ditemukan pada periode satu tahun

Rumus:

∑ penderita anak (0-14 tahun) yang baru ditemukan pada periode satu tahun x 100%

∑ penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama

= 0 x 100%

14

= 0 % (target <5%)

6. Proporsi MB

Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang

baru ditemukan pada periode satu tahun

Rumus:

∑ penderita MB yang baru ditemukan pada periode 1 tahun x100%

∑ penderita yang baru ditemukan dalam periode satu tahun yang sama

= 13 x 100%

14

= 92,86% (target <65%)

7. Penyuluhan

32

Page 33: 6.Kusta Lydia

Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%)

Penyuluhan kelompok = 0 % (target 100%)

8. Pencatatan dan Pelaporan

100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.

100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.

4.2.2.8. Umpan Balik

4.2.2.8.1. Pencatatan kegiatan program : Setiap hari kerja

4.2.2.8.2. Rapat kerja bulanan untuk memonitor dan mengevaluasi

program yang telah dijalankan : 12 x / tahun.

4.2.2.9. Lingkungan

4.2.2.9.1. Fisik

4.2.2.9.1.1. Perumahan : sebagian besar lingkungan tempat

tinggal warga terlalu padat serta jarak antar

rumah terlalu dekat, tidak memiliki ventilasi,

pencahayaan, dan sanitasi yang baik.

4.2.2.9.1.2. Fasilitas kesehatan lain : terdapat fasilitas

kesehatan lain seperti rumah sakit dan dapat

bekerjasama dengan baik.

4.2.2.9.2. Non Fisik

4.2.2.9.2.1. Pendidikan: Mayoritas berpendidikan tamat

SD sebanyak 55,54 %.

4.2.2.9.2.2. Sosial Ekonomi: Mayoritas bekerja sebagai

petani sebanyak 74,23%.

4.2.2.9.2.3. Peran serta perilaku masyarakat : tidak semua

masyarakat berperan aktif dan saling

mendukung dalam Pemberantasan penyakit

kusta.

4.2.2.10. Dampak

33

Page 34: 6.Kusta Lydia

4.2.2.10.1. Langsung

a. Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas kusta

belum dapat dinilai.

b. Terputusnya rantai penularan penyakit kusta

(sumber penularan / reservoir) belum dapat dinilai.

4.2.2.10.2. Tidak langsung

a. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan

masyarakat : belum dapat dinilai.

b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara

optimal : belum dapat dinilai.

34

Page 35: 6.Kusta Lydia

Bab V

Pembahasan

5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran :

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Angka Penemuan Penderita Baru (New Case Detection Rate)

<5:100.000 16,40:100.000 +

2. Angka Kesembuhan (Release From Treatment) MB

PB

>90%

>90%

0%

0%

(+) b.d.n.

(+) b.d.n.

3. Prevalensi Penyakit Kusta <1:10.000 2,927 : 10.000 (+)

4. Proporsi Cacat Tingkat 2 <5% 7,14% (+)

5. Proporsi Penderita Anak <5% 0% (-)

6. Proporsi Penderita MB <65% 92,86% (+)

7. Penyuluhan Kelompok Dilakukan Hanya 1 x

sepanjang program

(+) 100%

35

Page 36: 6.Kusta Lydia

dilaksanakan

5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan:

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Sarana Medis dan non medis Tidak tersedia formulir

evaluasi pengobatan

prednison

(+)

5.3. Masalah Menurut Variabel Proses:

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Penyuluhan Penyuluhan perorangan

dan kelompok dilakukan

Penyuluhan kelompok

tidak dilakukan

(+)

36

Page 37: 6.Kusta Lydia

5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan:

Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Perumahan

2. Sosial-Ekonomi

3. Pengetahuan

4. Peran serta perilaku

masyarakat

Ventilasi rumah

dan pencahayaan

baik

Sanitasi baik

Baik

Stigma positif

Kusta

Ventilasi rumah

dan pencahayaan

kurang baik

Sanitasi kurang

Rendah

Stigma Negatif

Kusta. Menjadi

hambatan dalam

pelaksanaan

Program P2 kusta

Tidak semua

masyarakat

berperan aktif dan

saling mendukung

dalam

Pemberantasan

penyakit kusta

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

37

Page 38: 6.Kusta Lydia

Bab VI

Perumusan Masalah

Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di UPTD Puskesmaas Kecamatan Batujaya,

Kabupaten Karawang ternyata terdapat beberapa masalah :

6.1. Masalah Menurut Keluaran

6.1.1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 besar masalah

100% (+)

6.1.2. Prevalensi adalah 2,927 : 10.000 besar masalah 100% (+)

6.1.3. Proporsi Kusta tipe MB adalah 92,86% (+)

6.1.4. Proporsi penderita anak adalah 0% (-)

6.1.5. Proporsi Penderita Cacat Tingkat 2 adalah 7,14% besar masalah 100% (+)

6.1.6. Penyuluhan kelompok adalah 0 (0%) dengan besar masalah 100% (+)

6.2. Masalah Menurut Masukan

6.2.1. Masukan

6.2.1.1. Tidak adanya formulir evaluasi pengobatan prednison untuk follow up atau

observasi pasien yang mengalami terjadinya reaksi.

6.3. Masalah Menurut Proses

Pelaksanaan

Penemuan Penderita menggunakan metode Passive Case Finding

Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok di UPTD Puskesmas Batujaya.

6.4. Masalah Menurut Lingkungan

38

Page 39: 6.Kusta Lydia

6.4.1. Fisik : Sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga tidak memiliki ventilasi,

pencahayaan, dan sanitasi yang baik.

6.4.2. Non fisik : Mayoritas penduduk masih memeiliki pengetahuan yang rendah,sosial

ekonomi rendah dan masih tertanamnya stigma negatif kusta ditengah masyarakat

sehingga menghambat Program P2 Kusta.

Bab VII

Prioritas Masalah

7.1. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 besar masalah 100% (+)

7.2. Prevalensi dan Angka Prevalensi adalah 1,64 : 10.000 besar masalah 100% (+)

7.3. Proporsi Kusta tipe MB adalah 92,86% (+)

7.4. Proporsi penderita anak adalah 0% (+)

7.5. Proporsi Penderita Cacat Tingkat 2 adalah 7,14% besar masalah 100% (+)

7.6. Penyuluhan kelompok adalah 0 (0%) dengan besar masalah 100% (+)

No Parameter A B C D E F1.

2.

3.

4.

5.

Besarnya masalah

Akibat yang ditimbulkan

Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah

Teknologi yang tersedia

Keuntungan sosial karena selesainya masalah

5

5

4

3

5

5

5

3

3

5

5

5

3

3

5

1

5

3

3

5

4

5

2

3

5

5

5

4

4

5

Total 22 21 21 17 19 23

Keterangan: dari dilakukannya teknik prioritas masalah ini didapatkan 2 masalah yang ingin diselesaikan yaitu masalah A dan masalah F

Koding : 5 = sangat penting; 4 = penting; 3 = cukup penting; 2 = kurang penting; 1 = tidak

penting.

39

Page 40: 6.Kusta Lydia

Yang Menjadi Prioritas Masalah adalah :

1. Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40:100.000 (masalah

100%).

2. Penyuluhan kelompok 0 (0%) (masalah 100%).

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

8.1. Masalah I

Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000 dengan besar

masalah

Penyebab Masalah:

8.1.1. Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring

sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan

penderita masih dilakukan secara pasif.

8.1.2. Kurangnya keterampilan petugas Puskesmas dalam mendiagnosis kusta.

8.1.3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda penyakit kusta.

8.1.4. Masih tertanamnya stigma negatif kusta ditengah masyarakat.

8.1.5. Lingkungan rumah yang kurang mendukung, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi

yang kurang baik.

Penyelesaian Masalah:

8.1.1. Meningkatkan pencarian penderita secara active case finding dengan melakukan:

1. Pemeriksaan kontak (survey kontak)

a. Tujuan:

1) Mencari penderita baru yang mungkin sudah lama ada dan belum

berobat (index case)

2) Mencari penderita baru yang mungkin ada

b. Sasaran

Pemeriksaan ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah

dengan penderita dan tetangga di sekitarnya.

40

Page 41: 6.Kusta Lydia

c. Pemeriksaan

Dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga harus diperiksa dimulai pada saat

anggota keluarga tersebut dinyatakan sakit kusta pertama kali dan perhatian

khusus ditujukan pada kontak tipe MB. Pemeriksaan ini sebaiknya diulang

setiap tahun.

d. Pelaksanaan

1) Membawa kartu penderita dan penderita yang sudah tercatat dan kartu

penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.

2) Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga

penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu

penderita.

3) Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering

kontak dengan penderita

4) Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan

kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat

MDT dosis pertama, pengobatan selanjutnya dilaksanakan di UPTD

UPTD Puskesmas.

5) Memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota

keluarga.

2. Pemeriksaan anak sekolah SD/Taman Kanak-Kanak atau sederajat disebut

survei sekolah :

a. Tujuan

1) Mendapatkan kasus baru secara dini

2) Memberikan penyuluhan kepada murid dan guru

b. Sasaran

1) Semua anak SD dan sederajat

2) Taman Kanak-kanak

c. Pemeriksaan

Pemeriksaan anak sekolah dilaksanakan terintegrasi dengan pelaksanaan

UKS.

41

Page 42: 6.Kusta Lydia

d. Pelaksanaan Pemeriksaan

Untuk melakukan survei sekolah ini perlu dibina kerjasama dengan UKS

dan guru-guru sekolah. Perlu diberikan penyuluhan kusta terlebih dahulu

kepada murid-murid dan guru-guru. Pemeriksaan murid dilakukan mulai

dan kelas 1 sampai kelas 6. Jika pada pemeriksaan tersebut, ada yang

dicunigai kusta maka perlu dirujuk ke UPTD UPTD Puskesmas untuk

pemeriksaan lebih lanjut. Jumlah anak yang diperiksa dan penderita baru

yang di temukan kemudian dicatat.

3. Rapid Village Survey (RVS) dan Chase Survey

Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan daerah.

a. Tujuan:

1) Mencari penderita baru dalam lingkup kecil

2) Membina partisipasi masyarakat

b. Sasaran

Desa/kelurahan atau unit yang lebih kecil yaitu dusun yang merupakan

daerah kantong.

c. Pelaksanaan

1) Persiapan

Pimpinan UPTD UPTD Puskesmas membicarakan rencana akan

mengadakan kegiatan penemuan penderita secara aktif dengan Kepala

Desa untuk menentukan tanggal pelaksanaannya, sebaiknya diadakan

bersama dengan pertemuan bulanan desa atau kegiatan lain.

Penggandaan formulir pencatatan tersangka penderita Kepala Desa

mengundang Camat untuk hadir dan memberikan pengarahan pada

tanggal yang telah ditetapkan.

Kepala Desa membuat pengumuman kepada masyarakat dan

meminta kepada pemuka pernuka masyarakat untuk hadir pada

tanggal yang telah ditetapkan.

42

Page 43: 6.Kusta Lydia

2) Pelaksanaan

Pertemuan diadakan sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan dan

dipimpin oleh Kepala Desa dengan susunan acara sebagai berikut :

Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan

Sambutan dan pengarahan Camat

Penjelasan tanda-tanda dini dan kusta dan program

pemberantasan penyakit kusta oleh Dokter Puskesmas.

Tanya jawab

Sesuai dengan waktu yang ditetapkan maka diadakan pemeriksaan

terhadap suspek. Bila ditemukan penderita baru dibuatkan kartu

dan diberikan pengobatan serta penyuluhan kusta yang lebih dalam

tentang penyakitnya. Kartu penderita diisi dengan lengkap.

Bilamana suspek yang tercatat belum dapat diperiksa, maka nama

suspek tersebut dicatat oleh petugas kesehatan dan direncanakan

akan diperiksa di Puskesmas.

Bilamana dari suspek yang tercatat belum dapat diperiksa oleh

semua petugas kesehatan pada hari yang ditetapkan, diusahakan

dapat diperiksa dalam kurun waktu 3 bulan setelah pertemuan.

Catatan:

Survey yang minip dengan RVS adalah Chase Survey.

Perbedaannya adalah dalam pelaksanaan chase survey setelah

penyuluhan dilakukan pembagian formulir pencatatan tersangka

kepada peserta pertemuan dan disertai dengari brosur dan

kuesioner mengenai tanda-tanda dini penyakit kusta.

Pemeriksaan tersangka dilakukan di Puskesmas.

2. Survei Khusus

a. Survei Fokus

43

Page 44: 6.Kusta Lydia

Dilakukan pada suatu lingkup kecil dimana dalam satu RT proporsi

penderita baru MB minimal 60% dan dijumpai penderita usia muda cukup

tinggi.

Caranya:

Terlebih dahulu didaftarkan nama penduduk RT menurut keluarga mulai

dan kepala keluarga dan kemudian diperiksa rumah demi rumah, yang alpa

dicari untuk diperiksa. Survei fokus ini dilakukan satu kali saja kalau perlu

diulang di tahun-tahun kemudian.

b. Mass Survei dan random sample survei (survei prevalensi)

Kedua survei ini dilakukan dengan perhitungan statistik dan sekarang tidak

dilakukan lagi.

3. Leprosy Elimination Campaign (LEC)

a. Tujuan:

1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan penyakit

kusta.

2) Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di Puskesmas dan bidan

desa dalam pemberantasan penyakit kusta.

3) Menemukan dan mengobati kasus kusta

b. Sasaran

Desa/Kelurahan atau unit yang lebih kecil, dusun.

c. Pelaksanaan

1) Pertemuan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten menjelaskan

mengenai kegiatan LEC, membuat pereneanaan pertemuan lintas sektor

dimana Bupati diharapkan sebagai pelaksana pertemuan.

2) Pertemuan Lintas Sektoral Kabupaten

Meningkatkan kesadaran lintas sektor mengenai pemberantasan penyakit

kusta dan mengharapkan bantuannya dalam pelaksanaan LEC.

3) Pelatihan sehari Tim Leader dan Kepala Puskesmas

44

Page 45: 6.Kusta Lydia

Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosa, klasifikasi

Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan mengharapkan

bantuan Kades, Tokoh Masyarakat dalam pelaksanaan LEC dan

pengobatan penyakit kusta. Membuat jadwal pelatihan tenaga Puskesmas

dan pertemuan kecamatan.

4) Pelatihan sehari Staf Puskesmas dan Bidan Desa

Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam mendiagnosa,

klasifikasi dan mengobati penderita kusta.

5) Pertemuan dengan Kepala Desa/Kader Kesehatan dikantor Camat

6) Kunjungan ke Desa

Hari pertama tim yang terdiri dan Tim Leader, Petugas

Puskesmas, Kades/Kader mengadakan penyuluhan di Balai Desa.

Sebelum penyuluhan dimulai, poster, leaflet harus dipasang.

Setelah masyarakat berkumpul, Tim Leader/DokterPuskesmas

mengadakan penyuluhan dan mengharapkan masyarakat yang

mempunyai kelainan di kulit agar diperiksakan.

Hari kedua pemeriksaan semua masyarakat yang mempunyai

kelainan kulit. Bila ada tersangka penderita dicatat dan bila

ditentukan penderita baru dibuatkan kartu penderita dan diberi

dosis pertama MDT. Untuk selanjutnya meneruskan pengobatan di

Puskesmas.

4. Special Action Program for Elimination Leprosy (SAPEL)

SAPEL merupakan proyek khusus untuk mencapai tujuan eliminasi kusta dan

dilaksanakan pada daerah yang mempunyai geografis yang sulit. Pada kegiatan

ini MDT diberikan sekaligus 1 (satu) paket dibawah pengawasan kader atau

keluarga.

8.1.2. Mengubah stigma negatif masyarakat tentang kusta. Kusta merupakan penyakit

menular namun bukan kutukkan, dapat menyebabkan cacat tetapi bisa diobati dan

45

Page 46: 6.Kusta Lydia

ada obatnya. Maka semakin dini kusta ditemukan dan diobati akan semakin baik

hasilnya.

8.1.3. Menjaga agar lingkungan rumah bersih dan sehat.

8.2. Masalah II

Tidak adanya penyuluhan kelompok (0%) dari target 100%

Penyebab Masalah

8.2.1. Tidak diadakannya penyuluhan kelompok tentang kusta yang sudah dijadwalkan

8.2.2. Kurangnya peran serta masyarakat untuk mengikuti kegiatan Pemberantasan

penyakit kusta salah satunya dengan menghadiri penyuluhan yang difasilitasi oleh

Puskesmas.

8.2.3. Tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar rendah.

Penyelesaian Masalah

8.2.1. Melaksanakan penyuluhan kelompok tentang kusta baik di dalam gedung

Puskesmas maupun saat kegiatan diluar.

8.2.2. Menjalin kerja sama dengan semua pihak, seperti pemuka desa, tokoh agama,

organisasi sosial, organisasi kesehatan lainnya sehingga dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta.

8.2.3. Melaksanakan penyuluhan dengan bahasa dan cara yang mudah dimengerti.

46

Page 47: 6.Kusta Lydia

Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD

Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011

sampai dengan November 2012 belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran

yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.

9.1.1. Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD

Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember

2011 sampai dengan November 2012 dapat disimpulkan bahwa angka penemuan

penderita baru Kusta adalah 16,40 :100.000, sudah melebihi tolok ukur yang

ditetapkan yaitu <5:100.000 dan menjadi masalah karena Karawang sendiri

merupakan daerah endemis kusta, oleh karena itu penemuan penderita harus

dilakukan lebih agresif supaya tidak menjadi sumber penularan ditengah

masyarakat.

9.1.2. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di UPTD Puskesmas

Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai

dengan November 2012 adalah 0%, hal ini dikarenakan belum dapat dinilai karena

dibutuhkan 12-18 bulan (tipe MB) dan 6-9 bulan (tipe PB) untuk menyelesaikan

pengobatan.

47

Page 48: 6.Kusta Lydia

9.1.3. Prevalensi Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten

Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012 adalah

2,927 : 10.000, hal ini masih diatas target yaitu <1:10.000.

9.1.4. Proporsi cacat tingkat 2 di UPTD Puskesmas Batujaya Kecamatan Batujaya,

Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012

adalah 7,14% sementara target program adalah < 5%.

9.1.5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun) di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,

Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012

adalah 0% sehingga sudah memenuhi target yaitu <5%.

9.1.6. Proporsi MB UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang pada

periode Desember 2011 sampai dengan November 2012 adalah 92,86%, masih

diatas target < 65%

9.1.7. Cakupan penyuluhan kelompok di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,

Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012

hanya dilakukan satu kali sejak awal dilaksanakannya program hingga sekarang.

Hal ini menjadi masalah karena kurangnya penyuluhan menyyebabkan rendahnya

tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta sehingga stigma sosial

negatif tentang penyakit kusta terus tertanam dalam masyarakat. Hal tersebut

mengakibatkan penderita kusta malu untuk berobat dan terus menjadi sumber

penularan bagi orang-orang disekitarnya.

9.1.8. Angka cakupan pencatatan dan pelaporan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya,

Kabupaten Karawang pada periode Desember 2011 sampai dengan November 2012

dilakukan 100%.

Dipilih dua prioritas masalah, yaitu :

1. Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 16,40 : 100.000

2. Tidak dilakukannya penyuluhan kelompok 0( 0%)

9.2. Saran

9.2.1. Untuk Puskesmas :

48

Page 49: 6.Kusta Lydia

9.2.1.1. Ditingkatkannya angka penemuan penderita baru dengan lebih agresif

seperti setiap pasien yang datang dengan keluhan penyakit kulit wajib

diperiksa seluruh bagian tubuhnya untuk dicari apakah termasuk cardinal

sign kusta. Menerapkan Kegiatan Active Case Finding : Survei Kontak,

Child Survey atau Skrining di Taman Kanak-kanak atau Sekolah-sekolah,

Rapid Village Survey, Survei Khusus (Focus Survey), Leprosy

Elimination Campaign seperti yang telah dideskripsikan dalam

penyelesaian masalah.

9.2.1.2. Peningkatan pengawasan minum obat penderita kusta dengan melatih

kader kusta di masyarakat dan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran

penderita akan pentingnya menjalani pengobatan kusta hingga tuntas.

9.2.1.3. Diadakannya penyuluhan kelompok oleh petugas promosi kesehatan

Puskesmas untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit

kusta dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, serta

dilakukannya pencatatan yang jelas pada setiap kegiatan penyuluhan

yang dilakukan.

9.2.1.4. Penyuluhan dilakukan dengan rutin bekerja sama dengan pihak-pihak

luar, seperti pemuka desa, tokoh agama, organisasi sosial, organisasi

kesehatan lain sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat

tentang penyakit kusta.

9.2.2. Untuk Masyarakat :

9.2.2.1. Mengikuti penyuluhan yang akan diberikan oleh Puskesmas.

9.2.2.2. Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-

hari.

49

Page 50: 6.Kusta Lydia

Daftar Pustaka

1. Prevalensi kusta. Diunduh dari: www.depkes.go.id, 28 Desember 2012 pk. 13:00.

2. Penyakit Hansen. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Hansen, 28 Desember

2012 pk. 13:05.

3. Kandun IN. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Departemen

Kesehatan RI. Direktorak Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 1

September 2007.h.4-13.

4. Wulandari L, Suswardany DL, Firnawati AF. Efektitas pelatihan perawatan diri terhadap

dukungan emosional dan instrumental keluarga penderita kusta. Diunduh dari:

http://unsoed.ac.id, 28 Desember 2012 pk. 13:15.

5. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Diunduh dari www.depkes.go.id, 28 Desember

u2012 pk. 13:20.

6. Kusta, diunduh dari http://www.diskes.jabarprov.go.id, 28 Desember 2012 pk. 13:30.

7. Database kesehatan per kabupaten. Diunduh dari: http://www.bankdata.depkes.go.id, 28

Desember 2012 pk. 13:45.

8. Buku Laporan Pembangunan UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya.Tahun 2011.

50