64910044 110914 etika kristen agustinus titi pengambilan keputusan etis naskah

Download 64910044 110914 Etika Kristen Agustinus Titi Pengambilan Keputusan Etis Naskah

If you can't read please download the document

Upload: bodi-eko

Post on 08-Feb-2016

259 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETISJUDUL BUKU: PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR DI DALAMNYA PENULIS : MALCOLM BROWNLEE PENERBIT : BPK GUNUNG MULIA JAKARTA (1991)BAB I ARTI KEPUTUSAN ETISI. Tujuan Penulis Buku ini memusatkan perhatian kepada keputusan-keputusan yang kita ambil tentan g perbuatan lahir, tetapi juga menguraikan iman, karakter dan lingkungan karena fa ktor-faktor ini mempunyai peran penting dalam keputusan-keputusan kita. Dalam buku ini kita akan mempelajari terutama bagaimana mengetahui apa yang baik, tetapi juga akan berusa ha untuk memahami faktor-faktor yang menguatkan kemauan kita untuk melakukan perbuatan ya ng kita anggap baik (halaman 25).II. Mengapa Buku Ini Penting? Buku ini bermaksud untuk membantu perkembangan saudara sebagai pembuat keputusa nkeputusan etis supaya pertimbangan etis saudara menjadi lebih peka kepada kehend ak Allah dan perbuatan-perbuatan saudara menjadi lebih baik. Buku ini mengenai metode mem buat keputusan yang baik dan hal-hal yang mempengaruhi metode ini, tetapi tidak mengg anti usaha saudara. Mudah-mudahan buku ini membantu saudara berpikir dan berbicara de ngan lebih terang tentang masalah-masalah etis (halaman 26).III. Definisi Etika 1. Kata Yunani Ethos adalah asal kata Etika yang berarti kebiasaan, baik kebiasa an individu maupun kebiasaan masyarakat. Dalam abad ini etika memusatkan penyelidikannya pad a kebenaran atau kesalahan perbuatan-perbuatan lahir, tetapi dalam dua dasawarsa yang terakhir ini banyak ahli etika menekankan pentingnya kepribadian dan lingkungan (hal. 25). 2. Etika dan Etis hampir sama dengan moralitas dan moral. Akan tetapi dalam pema kaian ilmiah moralitas biasanya menyangkut kebaikan dan keburukan kelakuan lahir yang sebenarnya terjadi. Sedangkan etika menyangkut pemikiran yang sistimatis tentang kelakuan itu serta motivasi dan keadaan batin yang mendasarinya. 3. Etika adalah penyelidikan tentang apa yang baik atau benar atau luhur dan apa yang buruk atau salah atau jahat dalam kelakuan manusia. 4. Etika menaruh perhatian kepada norma-norma yang membimbing perbuatan manusia dan cita-cita yang membentuk tujuan manusia.5. Etika Kristen berusaha untuk menolong manusia untuk berpikir dengan lebih ter ang tentang kehendak Allah supaya mereka dapat mengembangkan hidupnya sendiri dan kehidupan masyarakat yang lebih sesuai dengan kehendak Allah (halaman 16).IV. Ciri-Ciri Keputusan Etis 1. Menyangkut pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang b aik dan apa yang buruk. 2. Menyangkut pilihan yang sukar karena seringkali, keputusan kita bukan antara hitam dan putih, melainkan dua corak yang kelabu. 3. Keputusan-keputusan etis tidak mungkin dielakkan karena sewaktu kita dihadapk an dengan pilihan etis, tidak mungkin kita tidak mengambil keputusan. 4, Kita hanya bisa memahami pengambilan keputusan etis kalau kita memperhitungka n juga hal-hal yang tidak dipertimbangkan pada saat pengambilan keputusan itu.BAB IV IMANI. Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpenting Iman bukan persetujuan intelektual bahwa ajaran-ajaran tertentu benar, juga buka n pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan, tetapi Iman adalah kepercayaan yang pra ktis pada sesuatun yang lebih dihargai dari pada semua yang lain. Iman adalah kesetiaan ke pada hal yang kita anggap paling pokok dalam kehidupan kita. Kita beriman kepada hal yang kita pegang meskipun kita harus mengorbankan hal-hal yang lain. Obyek iman kita mungkin Alla h, mungkin sesuatu yang lain.1. Contoh-contoh pengaruh iman atas kelakuan a. Cerita seorang pemimpin yang kaya yang bertanya kepada Yesus: apa yang harus k uperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Yesus menjawab bahwa pemimpin itu harus menjua l segala miliknya, membagi-bagikan hasilnya kepada orang-orang miskin dan mengikut Yesus. Tetapi orang itu menjadi amat sedih sebab ia sangat kaya (Lukas 18:18-27). Keper cayaannya kepada harta sebagai tuhan menang atas kepercayaan kepada Allah, Tuhan yang sejati .b. Cerita tentang Petrus yang sebelum Yesus ditangkap berkata Biarpun mereka semu a tergoncang imanya karena Engkau, aku sekali-kali tidak (Matius 26:33). Tetapi ke mudian sesudah Yesus ditangkap , Petrus menyangkal Yesus tiga kali (Matius 26:69-75) ka rena kesetiaannya kepada Yesus lebih lemah dari pada kekawatirannya tentang keamanann ya.2. Kepercayaan dan kesetiaan Iman selalu mengandung kepercayaan. Beriman kepada Allah berarti mempercayai-Nya lebih dari pada segala sesuatu yang lain.Iman juga mengandung kesetiaan. Kesetiaan itu sepasang dengan kepercayaan. Keper cayaan merupakan segi iman yang lebih pasif sedangkan kesetiaan merupakan segi iman yang lebih aktif. Kesetiaan kepada Allah berarti kita berpegang teguh kepada-Nya sebagai ke wajiban kita yang utama. Kita bertekad untuk melayani Allah sekalipun pelayanan itu berbahaya dan tidak populer.3. Iman dan nilai-nilai Nilai adalah sesuatu yang dianggap bernilai atau penting. Beberapa nilai yang bi asa ialah keluarga, gereja, kekuasaan, pengetahuan, harta, keadilan, kesalehan, kedamaian dan Tuhan Allah.a. Iman dan negara Kalau Allah dianggap lebih tinggi dari pada negara, perintah-Nya mungkin kadangkadang mewajibkan kita mengkritik dan melakukan sanggahan terhadap negara.b. Iman dan keluarga Kalau Allah dianggap lebih tinggi dari pada keluarga, perintah-Nya mungkin kadan g-kadang mewajibkan kita mengkritik dan melakukan sanggahan terhadap keluarga.c. Iman dan gereja Jika kita menilai gereja lebih penting dari pada Allah, kita akan mempermudah pe rintah Allah hanya untuk menambah anggota-anggota baru atau untuk mengelakkan hambatanhambatan atau kritik terhadap gereja. Dengan demikian gereja dijadikan tuhan pal su.d. Iman dan kerja, keamanan pribadi, kuasa dan penghargaan dari teman-teman. Nilai lain yang sering dianggap lebih tinggi dari Allah adalah kerja, keamanan p ribadi, kuasa dan penghargaan dari teman-teman.II. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah 1. Hubungan dengan Pribadi Ilahi2, Doa dan sikap doa3. Kesalehan dan pelayanan sosial4. Pengaruh persekutuan dengan Allah atas diri manusia5. Pengaruh persekutuan dengan Allah atas sikap terhadap duniaIII. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan Allah 1. Dapatkah manusia mengerti apa yang dikerjakan Allah ? a. Pekerjaan Allah bersifat tersembunyi. Dia tidak mengiklankan perbuatan-Nya. Y esus menolak godaan untuk melakukan mujizat supaya orang-orang mengikuti Dia (Lukas 4:9-12).b. Bukan hanya Allah yang bekerja dalam dunia, manusia dan kuasa-kuasa gelap jug a bekerja. Pekerjaan Allah sukar dilihat karena tercampur dengan perbuatan manusia yang tid ak selalu selaras dengan kehendak Allah.c. Kepentingan diri sendiri merintangi penglihatan kita.Pandangan bahwa Allah bekerja dalam dunia dapat dibedakan dengan dua pandangan y ang lain. Pertama, Pandangan Monisme dan Pantheisme bahwa alam itu sakral , yaitu Tu han dan dewa-dewa terlibat dalam alam. Allah dianggap sebagai bagian irama kosmos. Bandi ngkan dengan Pandangan Kristen, bahwa Allah yang bekerja dalam dunia ialah transenden/Mahakuasa di atas dunia. Dia bukan sebagian alam yang selaras dengan irama kosmos, melainkan Tuhan yang menghakimi, mengubah dan memperbaharui dunia.Pandangan kedua, yang sering nampak dalam gereja, yaitu bahwa Allah selalu memak ai gereja untuk menyatakan kehendak-Nya kepada dunia. Ia bekerja dalam gereja dan bersuara melalui gereja. Pandangan ini selalu memakai urutan Allah - gereja - dunia. Pada hal yan g benar adalah Allah dunia - gereja.2. Tempat-tempat pekerjaan Allah a. Allah bekerja dalam kehidupan perorangan. Manusia sering membicarakan pekerjaan Allah dalam kehidupan perorangan. Kadang-k adang manusia menyebut peristiwa-peristiwa tertentu yang dipakai oleh Allah dalam peke rjaan ini. Orang yang menuntut tanda-tanda biasanya mencari kepastian yang sering tidak mun gkin dalam masalah-masalah yang ruwet.b. Allah bekerja dalam dan melalui kehidupan Gereja. Kebanyakan orang Kristen setuju bahwa Allah hadir dan menyatakan kasih-Nya dan t untunantuntunan-Nya kepada manusia dalam khotbah-khotbah, pelajaran Alkitab, sakramen-s akramen, dalam pelayanan, kesaksian dan persekutuan gereja.IV. Iman sebagai pendirian tentang apa yang benarIman dalam arti yang pokok bukan persetujuan intelektual tentang kumpulan ajaran dan dogma, tetapi Iman adalah hubungan perseorangan yang mengandung kepercayaan, kes etiaan dan kasih. Iman adalah penyerahan kepada kehendak Allah dan partisipasi dalam pe kerjaan Allah. Kepercayaan kita tentang sifat-sifat dan pekerjaan Allah sangat mempengar uhi kelakuan kita.Theologia menguraikan sifat dasar dunia, Etika menguraikan tanggung jawab manusi a berdasarkan atas sifat dasar dunia itu. Karena Allah adalah baik dan menciptakan dunia yang baik, kita harus berbuat baik (Matius 5:48). Karena Tuhan Allah kita kudus maka kita harus kudus (Imamat 19:2). Dalam Etika Kristen perintah Tuhan berdasar atas sifat dan pekerjaanNya. Theologia Kristen berkata bahwa dunia menuju keadilan, kebaikan, kasih dan ketulusan. Etika Kristen berkata: kamu harus adil, baik, penuh kasih dan jujur.Manusia terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama hanya sejauh ajaran-ajaran itu mene rangkan tanggapan mereka kepada Allah yang hidup yang digambarkan dalam ajaran-ajaran it u. 1. Pengaruh ajaran-ajaran Theologia kepada Etika. Contoh ajaran Kristen tentang Kristus. Kita mulai dengan ajaran tentang Inkarnasi Kristus, bahwa Putra Allah menjadi manusia . Di satu pihak Yesus adalah seorang manusia sama dengan semua manusia. Dia lahir sebagai bayi biasa yang tidak dapat berjalan dan berbicara. Dia tumbuh selayaknya anak-anak yang la in dalam hikmat-Nya dan besar-Nya dan dalam hubungan-Nya dengan Allah dan manusia (Lukas 2:52). Sebagai orang dewasa Dia kadang-kadang merasa lelah, lapar, haus dan kecewa. Pad a pihak lain orang-orang yang mengenal Yesus dengan baik menjadi yakin bahwa Ia adalah Putra Allah (Kolose 2:9). Yesus adalah penyataan/wahyu Allah yang lengkap. Kita lebih menger ti Allah karena penyataan-Nya dalam Yesus Kristus dari pada penyataan-Nya dalam guntur da n kilat serta pekerjaan-Nya yang lain dalam alam.a. Dalam inkaransi dinyatakan pentingnya hal-hal materi. Yesus Kristus mempunyai baik tubuhmaupun jiwa manusia. Hal-hal rohani tidak dapat dipisahkan dari pada hal-hal mat eri. Roh tidak dapat dipencilkan dari tubuh. Hal-hal materi tidak lebih kotor atau lebih rendah dari pada halhal rohani. Tubuh tidak lebih rendah dari pada roh. Segala sesuatu termasuk tubu h dan roh, pasar dan gereja, kerja dan ibadah ialah ciptaan Allah. Maka segala hal itu baik dan menunjukkan kekudusan Allah.b. Inkarnasi juga menyatakan arti kesalehan yang wajar. Ada orang Kristen yang m enganggap kesalehan sebagai kebajikan yang terutama. Kesalehan dipandang sebagai kesatuan dengan Allah yang didapat hanya oleh orang-orang yang mengasingkan diri dari kehidupan biasa supayamereka tidak diganggu oleh godaan dan kesusahan duniawi. Dalam inkarnasi Yesus menunjukkan kesalehan yang berbeda. Dia turun dari surga dan masuk ke dunia yang penuh dengan dosa. Putra Allah tidak merasa bahwa Dia tidak boleh melibatkan diri dala m hal-hal duniawi karena Dia begitu saleh. Dia menyatakan kesalehan yang sejati melalui be rgaul dengan orang-orang yang berdosa dalam dunia yang penuh dengan dosa.2. Penyaliban Yesus a. Penyaliban menyatakan kedasyatan dosa. Penyaliban menyatakan bahwa dosa kita bukan hal yang remeh, karena dosa manusia Putra Allah menderita dan mati. Kita tidak menge rti salib kalau kita tidak menyadari bahwa dosa kita sejenis dengan dosa Pontius Pilatus y ang menyalibkan Yesus dan Yudas Iskariot yang menjual Yesus. Kepercayaan akan penyal iban membangkitkan hasrat untuk menyesali dosa kita dan bertobat. Kita melihat kekura ngan dan kejahatan dalam kehidupan kita dan berusaha untuk meninggalkan kejahatan itu. Ka rena kita menyadari dosa dan kelemahan kita, kita rendah hati tentang kehidupan kita dan p endapatpendapat kita. Salib Yesus juga menyatakan kedahsyatan dosa masyarakat di sekita r kita. Kita bertanggung jawab bukan hanya mengoreksi dosa pribadi kita saja, melainkan juga sedapat mungkin mengoreksi dosa masyarakat.b. Berita yang terutama dari salib bukanlah bahwa kita dihakimi, melainkan bahwa kita diampuni. Meskipun dosa kita dahsyat, Yesus telah menghapusnya. Penyaliban menya takan penderitaan yang dialami Allah dan juga menyatakan kasih-Nya kepada kita. Berita penyaliban mengubah motivasi Etika Kristen. Kita melakukan kehendak Allah bukan karena takut akan penghukuman-Nya melainkan karena bersyukur atas pengampunan-Ny a.3. Kebangkitan Yesus Kristus a. Karena Yesus Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, Dia hidup sekarang dan ada di antara kita. Karena Yesus hidup dan menyertai kita, kita bisa menerima dari Dia kuasa yang kita perlukan untuk tugas-tugas kita.b. Kebangkitan Kristus menyatakan bahwa zaman baru telah memasuki dunia dan sedang berkembang di sini. Zaman baru mempunyai hukum yang berbeda dengan hukum sebab-a kibat. Zaman sebab-akibat berciri perhitungan. Hasil yang keluar dapat diperhitungkan d ari bahan mentah yang dimasukkan. Zaman penyaliban-kebangkitan berciri transendensi dan pengambilan risiko. Hasil yang keluar lebih bergantung pada kuasa Allah dan peng abdian manusia kepada-Nya dari pada apa yang dilakukan atau dimasukkan oleh manusia.c. Dunia tempat kebangkitan Kristus adalah dunia yang penuh harapan. Orang yang peka kepada dosa dan penderitaan manusia pasti mengalami banyak hal yang menyedihkan. Kuasakejahatan nampak dalam ketidakadilan, korupsi, kemiskinan dan kekerasan yang ter jadi disekitar kita. Kita menyadari betapa sukarnya mengatasi kejahatan itu. Kuasa ke jahatan juga nampak dalam diri kita, dan kita menyadari betapa sukarnya perjuangan melawan ke jahatan itu. Namun perjuangan kita tidak hanya tergantung pada kekuatan kita melainkan l ebih bergantung pada Kristus yang hidup. Dalam kebangkitan-Nya Dia menyatakan kuasa y ang lebih besar dari maut dan kejahatan. Kita tahu bahwa pada akhir zaman Dia akan menaklu kan segala kejahatan. Itulah sebanya kita tidak menyerah atau putus asa untuk terus berjuan g dalam pengharapan.V. Iman: Empat Unsur dalam Satu Perkara Ada empat unsur tentang Iman yang tak terpisahkan: Iman adalah kepercayaan dan k esetiaan; iman adalah tanggapan kepada panggilan Allah; iman adalah tanggapan kepada peker jaan Allah dalam dunia; iman adalah pendirian kebenaran.Keempat unsur ini merupakan suatu kesatuan yang hidup. Pada suatu waktu perhatia n kita mungkin dipusatkan kepada unsur pertama, pada waktu lain unsur kedua yang lebih penting. Namun demikian dalam membina iman kita dan iman orang lain, keempat unsur ini pe rlu diperhatikan.Kepercayaan dan kesetiaan kita menentukan prioritas dan arah pokok dalam kehidup an kita. Persekutuan dengan Allah menyangkut penyerahan diri dan pelayanan dalam dunia; pengabdian kita diutarakan dalam doa dan perjuangan. Menaggapi pekerjaan Allah b erarti bekerjasama dengan Dia.BAB V TABIAT/KARAKTERI. Tabiat/Karakter sebagai sumber perbuatan-perbuatan lahiriah Perbuatan-perbuatan serta sifat-sifat, tabiat dan kepribadian adalah dua unsur p enting dalam etika Kristen. Kita harus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan juga harus menjadi orang-orang yang baik. Dua unsur ini berhubungan erat satu sama lain, seperti po hon dan huahnya. Tabiat yang baik menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik.Kata Yunani ethos (kata akar dari kata Yunani ethika yang diterjemahkan etika) b erarti sikap dasar seseorang. Semula ethos berarti rumah. Kemudian kata itu dipakai untuk rum ah di batin manusia, yaitu sikap batinnya, tabiatnya dan kepribadiannya. Ethos sebagai sumbe r setiap tindakan manusia.Arti Tabiat Tabiat dapat didefinisikan sebagai susunan batin seseorang yang memberi arah dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan perbuatan orang itu. Susunan itu dibentuk oleh in teraksi antara diri orang dengan lingkungan sosialnya dan Allah. Tabiat mengandung suara hati yaitu pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Tabiat juga mengandung kecenderungan dan motivasi untuk berbuat selaras dengan susunan batin kita. Tabi at juga mengandung kesukaan, kemauan dan keinginan kita. Dalam Etika Kristen sifat yang baik disebut kebajikan.Tabiat tidak sama dengabn watak. Watak biasanya dianggap sebagai bentuk diri kit a yang kita dapat secara alamiah waktu kita lahir. Watak itu bersifat tetap, tetapi tabiat k ita berkembang dan berubah sepanjang hidup kita. Tabiat mempunyai kontinuitas tetapi tidak memp unyai ketetapan. Sifat-sifat tabiat bertahan tetapi tidak pernah dalam keadaan sudah j adi. Tabiat memberi keselarasan kepada perbuatan-perbuatan kita tetapi juga dapat dibina dan diubah.Watak kita dapatkan di luar tanggung jawab kita. Meskipun tabiat kita dipengaruhi oleh hal-hal di luar kekuasaan kita, namun kita bertanggung jawab atas tabiat kita. Kita dapa t memperbaiki ataupun merusak tabiat kita. Watak merupakan bahan mentah tabiat kita. Cara kita mengolah bahan mentah itu adalah tanggung jawab kita.Tabiat juga berbeda dengan kepribadian. Kepribadian sama dengan tabiat mempunyai kontinuitas, berkembang dan berubah. Tetapi kepribadian lebih luas dari pada tab iat. Tabiat hanya mengandung sifat-sifat moral dalam diri kita, tetapi kepribadian mengandun g sifat-sifat emosional, mental dan juga sifat-sifat moral. Misalnya rasa rendah diri dan pend iammerupakan sifat-sifat kepribadian tetapi tidak langsung merupakan sifat-sifat ta biat juga. Kepribadian sering dianggap sebagai sifat-sifat baik, sifat-sifat lahiriah maupu n batiniah - yang memberi kesan tertentu kepada orang lain.Arti Tabiat hampir sama dengan budi pekerti tetapi menurut pengertian umum budi pekerti selalu bersifat baik pada hal tabiat seseorang bisa baik atau buruk.Arti Tabiat sama dengan Karakter, tetapi dalam buku ini istilah tabiat yang dipa kai karena lebih umum dimengerti.II. Pentingnya Tabiat dalam Etika KristenTabiat yang mantap nyata dalam istilah hidup baru sangat penting dalam Alkitab Per janjian Baru karena Kristus tidak hanya memberikan kepada pengikut-pengikut-Nya hukum ba ru yang menuntut perbuatan-perbuatan lahiriah, tetapi juga Dia memberikan hidup baru. Hu bungan dengan Tuhan mengubah hati dan kepribadian kita (2 Korintus 5:17).III. Hubungan Tabiat dengan Hukum dalam ajaran YesusTuhan Yesus lebih menekankan pembaruan hati manusia dari pada penyataan lahiriah dengan hukum-hukum. Ketaatan kepada hukum harus disertai dengan sikap kasih kepada sesa ma dan ketaatan kepada Allah. Allah tidak hanya memandang pelaksanaan hukum Taurat yang lahiriah, melainkan lebih memperhatikan motif yang mendasari perbuatan manusia.IV. Apakah perhatian pada Tabiat diri sendiri patut?Harus diakui tentang kemungkinan adanya perhatian yang berlebihan kepada tabiat. Orang dapat menjadikan tabiatnya sebagai fokus utama dalam pertimbangannya tentang kehidupan etis. Sikap seperti ini berbahaya. Pertama, bahwa orang itu lebih memperhatikan tabiat diri sendiri dari pada Allah (Lukas 18:11). Kedua, bahwa orang itu juga sering kehila ngan kebebasan yang datang oleh pembenarannya oleh Yesus Kristus.Tabiat orang Kristen tidak bisa dibiarkan terlepas dari Kristus. Kebaikan kita a dalah selalu sebagai karunia dari Dia bukan sebagai hasil usaha kita.V. Pengaruh-pengaruh yang membentuk TabiatDalam membahas tabiat perlu dibedakan antara bagian diri kita yang diberikan kep ada kita dan bagian diri kita yang dibentuk oleh usaha kita sendiri. Sebagian dari diri kita ditentukan oleh pembawaan biologis, oleh lingkungan sosial dan oleh faktor-faktor lain yang tida k kita pilih sendiri. Bagian ini tidak boleh diabaikan. Bagian yang diberikan itu merupakan b ahan mentah tabiat kita. Bagian ini menyediakan kemungkinan-kemungkinan dan kemampuan-kemamp uan yang dapat dibentuk dan dikembangkan untuk menyediakan tabiat dan kepribadian ki ta, Unsurunsur bagian ini dapat diberi bentuk tertentu, juga dapat dikendalikan atau diar ahkan ke jurusan tertentu tetapi tidak dapat dihapuskan sama sekali.Namun, unsur-unsur yang diberikan kepada kita ini tidak menentukan tabiat kita. Dalam batasbatas tertentu kita membentuk tabiat kita melalui perbuatan-perbuatan kita, kepu tusankeputusan kita dan hubungan kita dengan Tuhan dan orang lain. Tabiat kita dibent uk sedikit demi sedikit dan tidak pernah selesai dalam kehidupan kita di dunia ini.VI. Perkembangan Tabiat KristenDi dalam perkembangan tabiat harus ada pembongkaran dan pembangunan. Ada diskontinuitas/pemutusan dengan dosa dalam tabiat kita. Ada kontinuitas/kelangsu ngan unsurunsur tabiat kita yang diperkenankan Allah. Alkitab Perjanjian Baru memakai isti lah kematian manusia lama dan kebangkitan manusia baru untuk menerangkan pembongkaran dan pembangunan ini. Bagian hidup kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan harus disesali dan dijauhi. Bagian hidup kita yang berakar dalam Allah dan berpusat pada-Nya ha rus dihidupkan dan dikembangkan.VII. Ciri-ciri Tabiat Kristen1. Integritas Kelakuan moral yang baik perlu berakar dalam identitas yang utuh dan hati yang b ulat. Integritas tidak hanya berarti kejujuran kepada orang lain melainkan juga berarti kesungguhan dan kebulatan di dalam diri sendiri.2. Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan kepada apa yang baik Dalam doanya di Filipi 1:9-10, Rasul Paulus memakai dua kata yang penting bagi e tika Kristen: aisthesis (pengertian atau penglihatan) dan dokimazein (memilih atau mengerti).Kata aisthesis dalam etika Yunani dengan arti pengertian tentang apa yang baik d an apa yang buruk dalam kasus-kasus tertentu. Kata ini juga dipakai dalam Ilmu Kedokteran te ntang kemampuan dokter untuk menentukan banyaknya obat atau makanan yang diperlukan pa sien. Dalam etika kata aisthesis berarti kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepa t dan tidak berat sebelah.Kata dokimazein berarti memuji, menyelidiki, menilai idiki. Kata ini dipakai untuk proses menilai seorang pejabat sesudah tannya. Penilaian itu berdasarkan penyelidikan yang telitih. a bahwa orang Kristen harus dokimazein manakah kehendak Allah: apa pada Allah dan yang sempurna .atau mengerti karena menyel orang itu meninggalkan jaba Di Roma 12:2, Paulus berkat yang baik, yang berkenan keDemikian juga pengertian etis kita tentang apa yang baik dalam kasus tertentu di pengaruhi oleh norma-norma. Penglihatan kita dipengaruhi oleh norma-norma tetapi juga oleh halhal yang lain seperti kasih (Filipi 1:9) dan persembahan diri sendiri kepada Allah (Roma 12:11). Penilaian kita tidak terlepas dari pengetahuan yang benar tetapi juga dipengaruhi oleh per spektif kita sebagai orang-orang yang diselamatkan oleh Kristus.BAB VI LINGKUNGAN SOSIALI. Pengaruh masyarakat atas kehidupan moral 1, Manusia dalam masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai adat yang terdiri dari nilai-nilai, norma-norma, sistim hukum dan aturan-aturan. Adat berfungsi sebagai tata kelakua n yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia d alam masyarakat. Pranata-pranata sosial melaksanakan kontrol pengendalian sosial yang bersifat positif (menghargai perilaku yang dikehendaki) maupun negatif (menghukum yang ti dak dikehendaki). Masyarakat hanya bisa berjalan kalau mempunyai kemampuan untuk menertibkan yang menyimpang.2. Masyarakat dalam manusia. Pengaruh masyarakat yang terpenting bukan kontrol d ari luar diri kita melainkan kontrol yang mengarahkan kehidupan kita dari batin kita. Nor ma-norma dan nilai-nilai masyarakat tidak hanya diselenggarakan oleh kuasa dari luar diri kit a, tetapi tertanam dalam batin kita. Kita biasanya mengikuti pandangan masyarakat atau kelompok buk an karena terpaksa tetapi karena kita telah menyetujuinya dan menganggap pandangan itu seb agai pandangan kita sendiri.3. Pengaruh lingkungan sebagai karunia Allah. Kenyataan bahwa kita dipengaruhi o leh orangorang lain tidak harus dinilai negatif. Sebaliknya kita bisa bersyukur karena da lam masyarakat dan persekutuan kita, kita bisa saling menolong. Kita bisa mengambil bagian dala m kehidupan sesama kita sambil mereka juga mengambil bagian dalam kehidupan kita.4. Unsur dosa dalam pengaruh lingkungan. Pengaruh negatif dari masyarakat dapat mempersempit penglihatan kita dan mengurangi kebebasan kita untuk berpikir jujur dengan hati terbuka kepada bimbingan Tuhan. Ada kecenderungan dalam setiap masyarakat a tau kelompok untuk menuntut kesetiaan yang terlalu besar untuk kelompok dan masyarak at itu. Juga ada kecenderungan untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kreatif dan baru. Tekanan dari lingkungan sosial seringkali menghasilkan moralitas yang berdasarkan pandan gan mayoritas.5. Lingkungan mana bagi kita?a. Siapakah yang mempengaruhi kita?b. Siapakah sesama manusia kita?c. Gereja sebagai lingkungan6. Hubungan antara lingkungan sosial dan tabiata. Kemampuan berpikir untuk diri sendirib. Perlunya tabiat yang kuat untuk terbuka terhadap pandangan yang berbedac. Perlunya tabiat yang kuat dalam masyarakat moderenII. Gereja sebagai lingkungan KristenEtika Kristen adalah etika persekutuan Kristen, bukan etika yang berdasarkan per timbangan orang yang terpisah dari orang Kristen yang lain tentang apa yang baik dan apa y ang buruk. Dalam Perjanjian Baru orang Kristen tidak seorang diri menghadapi masalah-masala h etis yang sukar. Kelakuan dan kehidupan orang Kristen selalu dalam, dengan dan untuk perse kutuan saudara-saudaranya dalam Kristus. Maka dalam pengambilan keputusan etis kita ber tanggung jawab memilih yang menguntungkan orang lain dan membangun jemaat.Tujuh peran gereja dalam etika: 1. Gereja sebagai jemaat bertanggung-jawab etis2, Gereja sebagai jemaat pengampunan3. Gereja sebagai jemaat pendidikan moral4. Gereja sebagai pembentuk tabiat moral5. Gereja sebagai jemaat pendukung moral6. Gereja sebagai jemaat diskusi moral7. Gereja sebagai jemaat perbuatan moralBAB VII NORMA-NORMAI. Perbedaan pendapat tentang peranan norma-norma dalam Etika Kristen Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum-hukum mempunyai peran besar dalam bidang etika. Kata kesusilaan yang artinya sama dengan etika terdiri dari dua kata Sanskerta: sila yang berarti norma kehidupan dan su yang berarti baik. Etika menyang kut kelakuan yang menuruti norma-norma yang baik.Namun demikian peran norma-norma dan hukum-hukum dalam kehidupan orang Kristen t erus menerus dipersoalkan dan digumuli dalam sejarah gereja. Peran hukum dalam etika Kristen disangkal karena alasan-alasan theologis oleh Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer, R ichard Niebuhr dan Paul Lehmann. Mereka menganggap penggunaan hukum-hukum tidak sesuai dengan kedaulatan dan kasih karunia Tuhan Allah. Orang Kristen harus mematuhi dan mempe rcayai Allah saja, bukan hukum-hukum.Peran hukum dalam etika Kristen juga dipersoalkan karena alasan-alasan empiris/p raktis oleh Joseph Fletcher, John Robinson dan mereka yang menganut etika situasi atau moral itas baru. Mereka berpendapat bahwa peraturan-peraturan moral sering kali menghambat keterb ukaan orang terhadap situasi baru dan bertentangan dengan kasih kepada orang lain.Pada pihak lain perlunya peraturan-peraturan moral dalam etika Kristen dibela ol eh TheologTheolog Protestan seperti Paul Ramsey, James Gustafson, John Bennett, Edward Ler oy Long, Gene Outka dan hampir semua Theolog Katolik.Dalam Perjanjian Baru sikap orang Kristen terhadap hukum sering dibicarakan namu n tidak mudah dimengerti. Ada ayat-ayat yang menolak penggunaan hukum, juga ada ayat-aya t yang secara jelas mendukung hukum-hukum dari Perjanjian Lama dan memberi hukum-hukum baru. Rasul Paulus percaya bahwa Kristus telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya (Efesus 2:15). Dia berkata, Kamu tidak dibawah hukum Taurat teta pi dibawah kasih karunia (Roma 6:14; Galatia 5:18).Ada Lima pertanyaan yang timbul dalam pembicaraan Alkitab dan theologia Kristen tentang peran norma-norma dalam kehidupan moral. Pertama, apakah orang yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah harus mematuhi norma-norma dan peraturan-peraturan? Kedua, a pakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan bertentangan dengan kedaulatan Allah? Ketig a, apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan dapat disesuaikan dengan keperluan-k eperluan khas yang timbul dalam situasi yang baru? Keempat, apakah hukum kasih saja cukup , atauapakah diperlukan peraturan-peraturan yang lebih terperinci? Kelima, bagaimana h ubungan antara peraturan-peraturan dengan hukum-hukum yang tertulis dalam hati kita?Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong o rang mengambil keputusan yang benar. Ada dua jenis norma yang terpenting, yaitu prins ip-prinsip dan peraturan-peraturan. Prinsip biasanya lebih umum dari pada peraturan. Prinsi p memberi bimbingan umum tetapi tidak menentukan perbuatan-perbuatan spesifik yang dilaran g, dibolehkan atau diharuskan; contoh: segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya ora ng perbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka (Matius 7:12).Peraturan lebih spesifik menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang, dibolehka n atau duharuskan. Contoh: Jangan membunuh .II. Lima Masalah 1. Norma-norma dan kasih karunia Allah Bagaimana hubungan antara Injil dan hukum-hukum? Di Yohanes 1:17 tertulis: Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristu s . Rasul Paulus berkata, Kamu tidak berada dibawah hukum Taurat tetapi dibawah kasih karun ia (Roma 6:14). DASAR Etika Kristen ialah kasih karunia Allah yaitu kesediaan-Nya u ntuk menerima kita sebagai anak-anak-Nya yang kekasih apapun jasa dan kebajikan kita. Kita tid ak memperoleh kasih Allah karena mematuhi hukum, melainkan dianugerahkan kepada kita oleh Alla h dengan Cuma-Cuma. Ia mengasihi kita sekalipun kita orang-orang yang berdosa. Kristus te lah mati bukan untuk orang-orang benar tetapi untuk orang-orang yang mengakui kesalahanny a. Kasih karunia ini mendasari kelakukan orang Kristen dan memberi daya kepadanya.Karena itu hukum-hukum Allah diberikan bukan sebagai syarat-syarat untuk penyela matan kita melainkan sebagai petunjuk-petunjuk tentang bagaimana kita hidup sebagai orang-o rang yang diselamatkan.2. Norma-norma dan kedaulan Tuhan Menurut Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer dan Emil Brunner proses menyusun dan pen erapan peraturan-peraturan bertentangan dengan kedaulatan Allah. Peraturan-peraturan, t ermasuk hukum-hukum Alkitab, dapat menjadi penghalang antara kita dengan Allah. Kita har us mematuhi Allah, bukan peraturan-peraturan. Dalam proses penggunaan peraturan-per aturan manusia merebut takhta Allah.Barth, Bonhoeffer dan Brunner tidak sama sekali menolak norma-norma etis. Hukumhukum dari Alkitab dapat dipakai sebagai petunjuk yang menerangkan situasi kita. Hukum -hukum ini juga menolong kita untuk melihat batas-batas yang tidak boleh kita lampaui. Teta pi hukumhukum itu tidak dapat dipakai sebagai peraturan-peraturan yang kita terapkan pad a kasuskasus spesifik.Kita perlu memperhatikan peringatan Barth dan kawan-kawan, namun kalau kita meno lak penggunaan norma-norma dalam usaha kita untuk mengetahui kehendak Tuhan, kita menghadapi dua risiko. Pertama, mungkin kita dibimbing oleh intuisi saja, yang t idak selalu memberi bimbingan yang baik dan tidak dapat diterangkan kepada orang lain. Kedua , mungkin kita dibimbing oleh norma-norma tanpa menyadari bimbingan itu dan tanpa perhatia n yang memadai kepada cara kita menggunakan norma-norma (Barth ditimpa kedua bahaya itu ).3. Norma-norma dan situasi Bagaimana hubungan antara norma-norma dan situasi dengan kasus-kasus yang spesif ik? Apakah penggunaan peraturan-peraturan menghambat keterbukaan kita kepada keperlu ankeperluan khas yang timbul dalam situasi yang baru? Pertanyaan-pertanyaan ini di kemukakan dengan cara yang menarik oleh para tokoh etika situasi terutama Joseph Fletcher dan John A.T.Robinson.Etika situasi menolak pandangan bahwa ada peraturan-peraturan yang berlaku dalam setiap situasi. Menurut etika situasi orang Kristen harus bebas untuk menjawab keperlua n-keperluan situasi yang khas. Ia perlu tidak dibelenggu oleh peraturan-peraturan. Setiap si tuasi unik dan tidak ada dua situasi yang sama karena itu tidak mungkin dibuat peraturan-peratu ran yang berlaku dalam situasi-situasi yang khas.Ada persamaan antara etika situasi dengan pandangan Barth, Brunner dan Bonhoeffe r. Mereka semua menolak kewibawaan norma-norma. Namun keberatan etika situasi terhadap nor manorma tidak berdasarkan atas keyakinan theologia tentang kedaulatan Allah (yang dianut Barth, Brunner dan Bonhoeffer) melainkan atas realisme etis. Mereka ingin mempertahankan keterbukaan orang Kristen untuk bertindak secara realistis dalam setiap situasi. Menurut etika situasi tidak ada perbuatan yang selalu baik atau selalu jahat. Baik dan jahat b ergantung kepada situasi. Berbohong dalam satu situasi memang jahat, tetapi dalam situasi yang la in berbohong itu baik dan diperlukan. Fletcher memberi banyak contoh perbuatan-perbuatan sepe rti membunuh, mencuri dan berzinah yang menurut dia dapat dibenarkan karean sesuai d engan keperluan situasi.Fletcher menganggap perbuatan Bonhoeffer ahli Theologia Kristen dari Jerman yang ikut komplotan untuk membunuh Hitler karena dia berpendapat bahwa perang berhenti kal au Hitler mati, dapat dibenarkan karena sesuai dengan keperluan situasi sekalipun m elanggar hukum Jangan membunuh .Fletcher menganggap bahwa perbuatan seorang ibu Jerman, Bergmeier yang meminta s eorang tentara Rusia menghamilinya agar ia bisa keluar dari penjara dan berkumpul kemba li dengan suami dan anak-anaknya dapat dibenarkan karena sesuai dengan keperluan situasi s ekalipun melanggar hukum Jangan berzinah .4. Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci a. Arti kasih Kristen Alkitab memakai kata agape sebagai kata pokok untuk kasih yang menandai bahwa ka sih Kristen mempunyai ciri khas yang berbeda dengan arti kasih yang biasa. Storge (k asih dalam keluarga orang tua-anak), filia (persahabatan) dan eros (kasih yang tertarik kep ada sesuatu yang dianggap baik atau bermanfaat) tidak dianggap salah dalam Alkitab, tetapi d ianggap perlu diwarnai oleh agape.b. Apakah kasih saja cukup? Menurut Yesus, kasih adalah sikap yang harus mewarnai setiap perbuatan kita. Dia menyimpulkan semua hukum Taurat dalam hukum kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, de ngan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, iala h: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah terga ntung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40). Rasul Paulus menul is Barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat (Roma 13:8 ).5. Norma-norma batin Dalam Perjanjian Baru antara Allah dan umat-Nya, yakni perjanjian yang didatangk an olehYesus Kristus, Allah menaruh hukum-Nya dalam akal budi dan menuliskannya dalam h ati mereka (Ibrani 8:8-12; 10:16).Fungsi norma-norma yang terpenting ialah perannya dalam membentuk sikap mental k ita tentang apa yang baik dan apa yang salah. Bimbbingan norma-norma melewati hati n urani dan sikap kita lebih penting dari pada bimbingannya yang langsung waktu kita menerap kan normanorma pada masalah-masalah.Peresapan norma-norma ke dalam hati mengandung bahaya. Bahaya ini disebabkan kar ena kuasa norma yang tertanam dalam sikap batin kita lebih besar dari pada norma-nor ma yang belum meresap ke batin kita. Bimbingan norma dari batin kita sering tidak kita s adari sehingga bimbingan norma itu mungkin kurang diperiksa.III. Kesimpulan1. Bahaya-bahaya dalam penggunaan norma-norma Pertama, penggunaan norma-norma mengandung bahaya bahwa kita mengukur kebaikan k ita berdasarkan kepatuhan kita kepada norma-norma itu.Kedua, peraturan-peraturan dapat menjadi halangan bagi kasih. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan keras tanpa kepekaan kepada keperluan sesama kita. Perhatian k epada peraturan-peraturan dapat menjadikan kita lebih cenderung menghakimi sesama kita dari pada menolongnya.Ketiga, orang dapat mengganti Allah yang hidup dengan buku hukum yang tidak bern yawa. Dengan demikian pengambilan keputusan etis menjadi proses penafsiran dan penerap an hukum-hukum semata, bukan cara mencari kehendak Tuhan. Pentingnya iman dan bimbi ngan Roh Kudus dalam pengambilan keputusan etis diabaikan.Keempat, hukum-hukum dapat membutakan orang terhadap perubahan. Hukum-hukum dapa t diterapkan dengan kaku, sehingga orang tidak terbuka terhadap keperluan-keperlua n dan kemungkinan-kemungkinan yang baru.Kelima, orang dapat memakai hukum lebih untuk melarang perbuatan yang salah dari pada mendorong perbuatan-perbuatan yang baik.Keenam, orang yang menggunakan peraturan-peraturan dapat mementingkan pelanggara n-pelanggaran yang kecil-kecil dan dosa-dosa seksual serta mengabaikan kecongkakan dan dosadosa sosial seperti ketidakadilan dan penindasan.Ketujuh, norma-norma dapat membelenggu kebebasan dan tanggung jawab kita sebagai pelaku.Kedelapan, semua bahaya ini dapat disimpulkan sebagai kecenderungan untuk menggu nakan norma-norma sebagai faktor satu-satunya dalam pengambilan keputusan etis.2. Mengapa norma-norma perlu? Pertama, tidak dapat disangkal bahwa Allah memerintahkan perbuatan-perbuatan ter tentu dan melarang perbuatan-perbuatan yang lain.Kedua, norma-norna diperlukan karena kita adalah orang-orang yang berdosa. Kita dengan mudah mengikuti kehendak diri sendiri, bukan kehendak Allah.Ketiga, norma-norma sebagai bahan untuk mengajar etika kepada anak-anak. Anak-an ak memerlukan petunjuk-petunjuk yang jelas supaya mereka mengetahui bagaimana melak ukan kehendak Allah dan bagaimana hidup dengan baik dalam masyarakat.Keempat, norma-norma menolong kita memperoleh kebijaksanaan dari angkatan-angkat an masyarakat yang mendahului kita.Kelima, norma-norma menolong kita menghemat waktu.Keenam, norma-norma menunjukkan perbuatan-perbuatan yang biasanya merusak masyar akat dan merugikan sesama kita.Ketujuh, norma-norma mengatur masyarakat.Kedelapan, norma-norma memungkinkan pembicaraan tentang apa yang baik dan apa ya ng salah.Kesembilan, norma-norma menolong kita mengerti keunikan kasus kita serta persama annya dengan kasus-kasus lain.3. Kebijaksanaan dibimbing oleh norma-norma Dalam situasi moderen ini ada tiga kemungkinan untuk penggunaan norma-norma.Pertama, orang dapat memakai kebijaksanaan tanpa norma-norma. Kebanyakan norma dibuang karena dianggap tidak bersangkut paut dengan masalah-masalah yang komple ks masa kini. Orang perlu menyesuaikan diri dengan situasi dan memakai kebijaksanaan sen diri. Kalau demikian, barangkali orang tidak bertanya tentang norma lagi tetapi hanya peduli akan pandangan orang lain. Masyarakat menjadi makin kacau karena kehilangan patokan-p atokan yang mengaturnya.Kedua, orang dapat memakai norma-norma tanpa kebijaksanaan. Norma-norma makin dikodifikasi dan diperinci. Perlu ditambah peraturan-peraturan baru untuk menera pkan normanorma yang lama kepada masalah-masalah yang baru. Proses ini dilakukan para ahli hukum Yahudi pada abad pertama.Ketiga, orang dapat memakai kebijaksanaan yang dibimbing oleh norma-norma. Dalam masyarakat kita istilah kebijaksanaan sering dipakai seolah-olah harus memilih a ntara peraturan dan kebijaksanaan. Dalam setiap situasi kita perlu memakai norma-norma dengan kebijaksanaan; dan kita perlu memakai kebijaksanaan yang dibimbing oleh norma-no rma.BAB VIII SITUASII. Mengapa kita perlu mengerti situasi? Meskipun dua orang setuju tentang theologia, norma-norma dan nilai-nilai etis, n amun mereka dapat berbeda pendapat tentang apa yang harus dilakukan. Mengapa? Karena mereka mempunyai pengertian yang berbeda tentang situasi. Kita tidak selalu harus menye suaikan diri dengan situasi, malah kita perlu menentang keadaan yang jahat. Namun, kita selal u harus mengerti situasi. Paling tidal ada tiga sebab.Pertama, kita perlu mengerti situasi supaya bisa menerapkan norma-norma dan nila i-nilai etis kepada situasi itu.Kedua, kita perlu mengerti situasi supaya kita dapat melakukan perbuatan yang te pat dan berguna dalam situasi itu.Ketiga, kita perlu mengerti situasi supaya kita dapat mengetahui masalah-masalah yang memerlukan perhatian.II. Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi 1. Kekuatan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita. Setiap situasi terdiri dari delapan unsur, yaitu: a. Tempat, yaitu gedung, lapangan, kota, desa dan lain-lain di mana peristiwa te rjadi.b. Waktu, yaitu jam, hari, bulan, tahun, abad, jangka waktu yang panjang atau pe ndek.c. Benda, bahan alam termasuk tanaman, binatang dan barang yang diciptakan oleh manusia.d. Orang-orang yang bertindak dalam situasi itu.e. Struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial.f. Gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran.g. Kejadian atau kejadian yang dilakukan atau dialami oleh orang-orang dalam sit uasi itu.h. Tuhan, yang menyertai setiap situasi dan setiap kejadian.2. Pengertian kita tentang situasi dipengaruhi oleh nilai-nilai kita, kepentinga n kita, pengalaman kita, prasangka kita dan faktor-faktor subyektif lain yang lebih bany ak dipengaruhi oleh sikap mental kita dari pada situasi. Pepatah China berbunyi: Separuh dari ap a yang kita lihat terletak dibelakang mata kita . Kita mempunyai kaca mata batin yang menyarin g dan mengatur hal-hal yang kita alami.III. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi?1. Penyelidikan yang memadai Prinsip pertama ialah bahwa kita harus menyelidiki situasi sejauh penyelidikan i tu mungkin diadakan dan sejauh penyelidikan itu perlu untuk mengambil keputusan yang tepat.2. Penggunaan bahan ilmiah dan keterangan ahli 2.1. Apakah ahli itu mempunyai keahlian tentang masalah itu? Atau apakah ia memb eri pandangan tentang sesuatu yang di luar bidangnya? 2.2. Apakah ia mempunyai informasi yang paling baru tentang masalah itu? Kalau k ita menyadari informasi yang tidak dibicarakannya, apakah informasi itu menentang at au mendukung pandangannya? 2.3. Apakah ia melihat segala segi yang penting atau apakah penglihatannya terla lu sempit? 2.4. Apakah ia mempunyai kepentingan dalam masalah itu? Orang yang mempunyai kepentingan tidak tentu salah, tetapi kita harus meninjau pandangannya dengan wa spada. 2.5. Apakah pandangannya dipengaruhi oleh nilai-nilainya? Apakah nilai-nilai itu menjadikan uraiannya kurang obyektif? Apakah nilai-nilainya sesuai dengan nilai-nilai Krist en?3. Memperluas penglihatan tentang situasi Pengertian kita tentang situasi perlu cukup luas supaya mencakup semua faktor y ang bersangkut paut dengan keputusan kita. Kita perlu mempertimbangkan akibat keputu san kitaselama jangka waktu yang panjang.4. Kepekaan kepada pekerjaan dan kehendak Allah Orang Kristen percaya bahwa Allah bekerja dalam setiap situasi. Kita perlu beru saha untuk mengerti bagaimana Allah bekerja dan bagaimana maksud-Nya dalam situasi-situasi yang kita hadapi.5. Kepekaan kepada keperluan orang lain Orang yang mengasihi Allah akan mengasihi sesamanya dan orang yang peka terhada p kehendak Allah akan peka terhadap keperluan dan perasaan sesamanya.IV. Norma-norma serta pengertian tentang situasi Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa baik norma-norma dan nilai-nuilai e tis maupun pengertian tentang situasi perlu dalam pengambilan keputusan etis. Keputusan yan g tepat tidak mungkin diambil berdasarkan norma-norma saja terlepas dari pengetahuan rea listis tentang masalah yang dihadapi. Tetapi keputusam juga tidak mungkin terlepas dari normanorma dan nilai-nilai etis. Maka pengetahuan yang memadai serta nilai-nilai yang baik diperlukan untuk keputusan yang baik.BAB IX CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETISI. Sumber-sumber bantuan 1. Doa, ibadah dan Roh Kudus. Dalam membicarakan pengaruh doa atas keputusan-kep utusan kita, kita perlu melihat lebih jauh dari saat pengambilan keputusan. Doa perlu d ipandang bukan hanya sebagai jalan untuk memohon bimbingan Tuhan untuk keputusan-keputusan kita yang sukar, tapi juga sebagai cara mengakrabkan persekutuan kita dengan Tuhan. Doa me ningkatkan kemampuan kita untuk mengambil keputusan yang tepat.Gaya kehidupan yang dibentuk oleh ibadah jemaat sama pentingnya dengan petunjukpetunjuk khotbah yang langsung menyangkut masalah yang dihadapi oleh anggota-anggota jema at.Allah Roh Kudus dapat membimbing pikiran orang yang betul-betul mencari kehendak Tuhan. Ia juga dapat mengubah kehendak kita supaya lebih sesuai dengan kehendak Tuhan sert a menguatkan tenaga kita untuk melakukan kehendak Tuhan itu.2. Gereja dan orang-orang lain. Orang Kristen tidak mengambil kerputusan-keputus annya sendirian. Ia adalah anggota persekutuan. Ia didukung oleh kasih dan kesetiaan o rang-orang Kristen yang lain. Ia dibimbing oleh kebijaksanaan mereka. Ia dikuatkan oleh doa mereka.3. Alkitab. Pengaruh Alkitab yang terpenting atas keputusan-keputusan etis bukan bimbingan yang diperoleh dari Alkitab waktu kita menghadapi masalah moral, melainkan peran nya dalam membentuk iman dan tabiat kita.Berita Alkitab yang utama bukan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana kita harus h idup, Alkitab terutama adalah buku kesaksian tentang perbuatan Allah demi manusia. Den gan mempelajari bagaimana Allah bekerja dalam zaman-zaman Alkitab, kita dibantu untu k mengerti bagaimana Ia bekerja pada masa kini. Dengan mempelajari bagaimana orang-orangmenanggapi pekerjaan-Nya dalam cerita-cerita Alkitab, kita lebih tahu bagaimana tanggapan yang patut bagi kita. Kita juga dimamp ukan untuk mengerti pandangan Alkitab tenta ng dunia, manusia, masyarakat, alam dan banyak hal yang lain.4. Bahan bacaan. Kemampuan kita untuk mengambil keputusan etis dapat ditingkatka n dengan membaca bahan lain disamping bahan Alkitabiah.II. Dari pertimbangan menuju tindakanKita tidak dapat belajar, berpikir dan berbicara terus menerus tanpa bertindak. Pelajaran kita tidak menjamin bahwa tindakan kita akan selalu benar walaupun kita belajar untuk selamalamanya. Kita wajib berusaha sedapat-dapatnya untuk menyelidiki faktor-faktor ya ng menyangkut keputusan-keputusan kita. Namun demikian seringkali kita harus mengam bil keputusan berdasarkan informasi yang kurang lengkap tentang situasi, pandangan A lkitab atau faktor yang lain. Kita tidak mungkin selalu mengambil keputusan yang sempurna. S etiap keputusan harus diambil dalam kepercayaan bahwa keputusan itu adalah tanggapan k epada Allah sendiri. Dalam setiap keputusan, Tuhan memanggil kita untuk mengambil risi ko bahwa kita mungkin salah bersama dengan kemungkinan bahwa kita benar. Kita mungkin gag al tetapi kita juga mungkin berhasil untuk kemuliaan Allah.Dua unsur dalam iman kita dapat menambah keberanian kita untuk mengambil keputus an dan tindakan. Pertama, kita yakin bahwa Allah mengampuni kesalahan kita walaupun kep utusan kita kurang tepat. Perlu diakui bahwa keyakinan itu tidak sama sekali membebaska n kita dari beban yang harus kita pikul apabila nanti keputusan kita menyebabkan konsekwensi yang tragis. Kita tentu akan merasa sedih apabila orang lain menderita karena suatu k eputusan kita yang salah. Namun di tengah-tengah kesedihan itu pun kita tertolong oleh keperca yaan bahwa Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka (Roma 5: 6).Kedua, kita yakin bahwa Allah memerintah dunia ini. Ia berkuasa atas segala perb uatan manusia. Ia bekerja terus menerus untuk mencapai maksud-Nya di dunia. Karenanya kita tahu bahwa Allah dapat memakai kesalahan kita bersama dengan kebenaran kita untuk mew ujudkan kehendak-Nya di dunia ini.KULIAH ETIKA KRISTEN Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jakarta 14 September 2011 Disampaikan oleh Rev. Agustinus Titi, SH,MRE