64022380-46057011-proposal-kuda-kuda-2010
DESCRIPTION
jembatanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, suatu konstruksi sangat dituntut untuk memenuhi tiga aspek
yang sangat penting dalam bidang teknik sipil, yaitu mutu, biaya dan waktu. Baik
itu konstruksi gedung, jembatan, jalan, bendungan, maupun bangunan. Karena hal
tersebut sangat berkorelasi terhadap tingkat kepuasan para pengguna jasa.
Konstruksi bangunan memiliki beberapa struktur yang sangat diperlukan
terhadap kekuatan bangunan itu sendiri, struktur- struktur tersebut memiliki andil
yang besar untuk mengalirkan beban yang diterima bangunan sehingga bangunan
tetap kokoh, aman dan nyaman. Beberapa bagian dari bangunan tersebut
diantaranya pondasi, dinding, atap, kuda-kuda dsb. Salah satu konstruksi yang
berperan dalam hal menunjang stabilitas bangunan tersebut adalah rangka kuda-
kuda.
Rangka kuda- kuda ialah konstruksi rangka batang rata yang merupakan
pemikul utama konstruksi atap. Selain itu, kuda- kuda juga dapat diartikan sebagai
suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap
termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada
atapnya. Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini
termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss). Umumnya kuda-kuda
terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang.
Melihat dari definisi yang disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan
konstruksi kuda- kuda memiliki peranan penting dalam suatu bangunan. Untuk
negara republik Indonesia sendiri, yang notabene-nya merupakan suatu wilayah
yang masuk dalam kategori rawan gempa. Hampir setiap wilayah di Indonesia
seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Maluku, Papua, Bengkulu, Beberapa provinsi
di pulau jawa serta berbagai wilayah lainnya memiliki potensi untuk terjadi
gempa. Gempa yang terjadi di D. I yogyakarta pada tahun 2006 dengan kekuatan
5,9 richter mampu meluluhlantakkan kurang lebih empat ratus ribu rumah
(sumber : Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika). Di samping bangunan,
saat terjadi gempa akan menimpa orang yang berada didalamnya sehingga dapat
menimbulkan luka-luka bahkan kematian. Korban jiwa tersebut dapat
diminimalkan dengan membuat suatu konstruksi kuda -kuda yang tahan gempa.
Ketika suatu konstruksi kuda- kuda menerima beban dari gempa tersebut
setidaknya tidak mengalami kerusakan pada saat terjadi gempa ringan, mengalami
kerusakan non struktural yang dapat diperbaiki pada saat terjadi gempa sedang,
dan tidak runtuh tetapi hanya mengalami kerusakan struktural dan non struktural
pada saat terjadi gempa kuat. Dengan tidak adanya keruntuhan ini maka
diharapkan korban dapat lebih diminimalkan akibat gempa yang terjadi.
Berangkat dari hal – hal inilah, maka penulis disini bermaksud untuk
mencoba menyumbangkan pemikiran dalam bidang teknik sipil, khususnya
konstruksi kuda- kuda. Diharapkan nantinya struktur konstruksi yang penulis
buat dapat memberikan rasa aman, nyaman dan memenuhi unsur estetika sehingga
membuat penghuni bangunan yang menggunakannya dapat merasa terpuaskan.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Meneliti pembuatan kuda-kuda dengan menggunakan kayu bangkirai
Menghasilkan contoh kuda-kuda kayu dalam bentuk prototype dengan
bentuk yang estetis dan kuat
1.3. Ruang Lingkup
Rancangan kuda-kuda ini menggunakan kayu bangkirai dengan kelas kuat
kayu I-II. Ukuran kayu bangkirai yang digunakan yaitu 2 cm X 1 cm berbentuk
balok. Struktur kuda-kuda yang dibuat menggunakan kayu tersebut serta memakai
profil 2 cm X 1 cm secara seragam. Untuk kemudian diuji dengan beberapa
tingkatan beban dimulai dari 0,5 N sampai 50 N. struktur kuda- kuda ini
dirancang untuk memenuhi tuntutan dalam hal pembuatan suatu konstruksi di
bidang teknik sipil.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dimulai dari bab 1 pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang rancangan struktur kuda-kuda ini, kemudian diteruskan
dengan tujuan perancangan serta ruang lingkup pembahasan. Bab II dilanjutkan
dengan tinjauan pustaka. Kemudian pada Bab III dijelaskan mengenai metode
penelitian. Dilanjutkan dengan Bab IV mengenai hasil dan pembahasan dan
ditutup dengan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kayu
Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dari
alam. Karena itu tidak hanya merupakan salah satu bahan konstruksi pertama di
dalam sejarah umat manusia , tetapi mungkin juga menjadi yang terakhir. Sebagai
salah satu bahan konstruksi pertama, jauh sebelum ilmu pengetahuan, khusus
matematika, memperlengkap kita dengan suatu teori untuk perencanaan
konstruksi, maka teknik penggunaa kayu sebagai bahan konstruksi pada zaman
yang lampau didasarkan hanya atas pengalaman dan intuisi. Sekarang kita
maklum bahwa ilmu teknik konstruksi kayu, yang dimulai perkembangannya
terutama di jerman pada permulaan abad ke-20, telah dan masih terus
mengalammi transisi dari suatu bidang pengetahuan konstruksi kayu tradisional
ke suatu ilmu pengetahuan yang matematis. Dalam perkembangan teknik
penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi yang lebih rasional, perlu disebut
khusus :
- Pengetahuan sifat- sifat jenis- jenis kayu serta faktor- faktor pengaruh
- Sambungan dan alat – alat penyambung
- Pengawetan
Kayu memiliki beberapa sifat yaitu, fisik, higroskopik dan mekanik. Sifat
fisik cenderung untuk mengetahui bahan atau materi- materi pembuat kayu itu
sendiri, sedangkan sifat higroskopik adalah sifat penyerapan air.kadar lengas/
kelembaban udara meningkat atau menurun sangat tergantung dari keadaan cuaca.
Untuk udara di Indonesia yang cenderung lembab, mengakibatkan kadar lengas
dari kayu itu sendiri menjadi naik atau turun mengikuti kadar lengas udara. Disaat
udara lembab, maka kayu akan mengembang. Dalam konteks kayu yang
mengembang (pengembangan kayu) secara praktis hanya ditinjau dari dua arah,
yaitu tegak lurus dan sejajar serat. Saat kayu mengalami kembang susut, arah
tegak lurus memiliki kekuatan yang lebih besar daripada arah sejajar serat.
Untung rugi pada umumnya dari kayu sebagai bahan konstruksi dapat
dipersingkat sebagai berikut :
- Kayu mempunyai kekuatan yang tinggi dan berat yang rendah,
mempunyai daya penahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik,
dapat mudah dikerjakan, adalah relatif murah, dapat mudah diganti,
dan bisa didapat dalam waktu singkat.
- Kerugian dari kayu antara lain adalah sifat kurang homogen dengan
cacat- cacat alam seperti arah serat yang berbentuk menampang, spiral
dan diagonal, mata kayu, dan sebagainya. Beberapa kayu bersifat
kurang awet dalam keadaan – keadaa tertentu.
- Kayu dapat memuai dan menyusut dengan perubahan –perubahan
kelembaban dan meskipun tetap elastis, pada pembebanan berjangka
lama sesuatu balok, akan terdapat lendutan yang relatif besar.
2.2. Konstruksi kuda-kuda
Konstruksi kuda-kuda dapat terbuat dari bambu, baja, beton bertulang atau
kayu. Khusus untuk kuda- kuda yang berbahan dari kayu, dapat dicoba dengan
menggunakan kayu bangkirai. Kayu jenis ini mempunyai nama botani yaitu
shorea laevifolia endert, merupakan family dari diptero-carpacea. Kayu bangkirai
paling banyak tumbuh di daerah kalimantan timur. Kayu jenis ini mempunyai
ketahanan/resistansi yang cukup tinggi terhadap jamur dan rayap, sehingga di
Indonesia seringkali digunakan sebagai bantalan kereta api. Kayu bangkirai
merupakan kayu kelas I-II dan memilikiberat jenis kering udara rata-rata sebesar
0, 91 gr/cm2.
Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang
maksimal sekitar 12 m. Kuda-kuda bambu pada umunya mampu mendukung
beban atap sampai dengan 10 meter, Sedangkan kuda-kuda baja sebagai
pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat mendukung
beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat,
stadion olah raga, bangunan pabrik, dll. Kudakuda dari beton bertulang dapat
digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 meter. Pada kuda-kuda
dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur kuda-
kuda pada arah horisontal.
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangakaian batang yang
selalu membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan
dan bentuk penutupnya, maka konstruksi kudakuda satu sama lain akan berbeda,
tetapi setiap susunan rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang
kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami
perubahan.
Kuda-kuda diletakkan diatas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu
diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun
momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda
diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap
tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap,
reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada
saat memasang/memperbaiki atap).
2.3. Sambungan
Pembuatan konstruksi kuda- kuda memiliki beberapa tipe sambungan yang
dapat dipergunakan yaitu, sambungan dari baut, paku, pasak, perekat. Pada
pembahasan kali ini akan coba dikhususkan pada sambungan dari pasak.
Pada prinsipnya, pasak adalah suatu benda yang dimasukkan sebagian,
pada bidang sambungan, dalam tiap bagian – bagian kayu yang disambung, untuk
memindahkan beban dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Menurt
pemasangannya pasak – pasak dapat dibagi dalam 3 macam sebagai berikut :
Yang pada bidang sambungan dimasukkan ke dalam takikan –
takikan di dalam bagian- bagian kayu yang disambung
Yang pada bidang sambungan dimasukkan di dalam bagian –
bagian kayu dengan cara dipres
Kombinasi a dan b
Jenis – jenis kayu yang dapat dipakai untuk pasak diantaranya walikukun,
penjalinan, bedaru, sonokeling, bangkirai dsb. Pasak kayu keras yang mempunyai
tampang persegi empat panjang, memasangnya harus sedemikian sehingga serat-
seratnya terletak sejajar dengan serat –serat batang- batang kayu yang disambung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Langkah awal yang dilakukan saat perencanaan yaitu tahap desain. Pada
tahap desain dimulai dengan pengumpulan data-data perancanaan seperti jenis
kayu, profil kayu yang dipakai, kemudian mencari data kayu tersebut, yaitu :
1. Kelas kuat kayu
2. modulus elastisitas
3. berat jenis
4. massa jenis kayu
5. poisson’s ratio
6. koefisien thermal.
Data- data tersebut diambil dari peraturan SNI tahun 2002.setelah
memperoleh data –data tersebut, langkah selanjutnya yang diambil yaitu
menentukan pembebanan yang terjadi pada struktur kuda-kuda tersebut.untuk
pembebanan, diambil sebuah patokan beban yang telah direncanakan yang
mampu ditahan oleh konstruksi kuda –kuda ini. Tahap berikutnya merancang
model struktur yang dikehendaki, beberapa pertimbangan saat mengambil model
konstruksi yang dipakai yaitu desain yang memiliki gaya yang terjadi pada batang
paling rendah, selain itu memenuhi persyaratan saat uji kekuatan, kenyamanan
serta sedikit unsur estetika. Bentuk kenyamanan yang harus dirasakan pada
bangunan itu diwujudkan dalam bentuk deformasi yang masih berada dalam
batas-batas yang ditetapkan dalam peraturan.
Untuk mengetahui aman atau tidaknya pada saat perencanaan kami
menghitung gaya batang izin yang mampu dipikul oleh batang tersebut.
Tegangan izin : Intensitas gaya per satuan luas penampang
σ it=PA
Kemudian struktur tadi di analisa dan di cek strukturnya aman atau tidak.
Jika tidak aman maka harus dilakukan design ulang. Struktur baru selesai jika
pada saat perhitungan strukturnya aman
Flowchart kerja
mulai
Persiapan
Design
Perhitungan
Cek Struktur
Tidak aman Aman
Selesai
Analisa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DESIGN
Selain syarat kekuatan, suatu struktur haruslah memenuhi syarat
kenyamanan. Bentuk kenyamanan yang harus dirasakan pada bangunan itu
diwujudkan dalam bentuk deformasi yang masih berada dalam batas-batas yang
ditetapkan dalam peraturan atau pedoman yang jamak dipergunakan di Indonesia.
Struktur rangka kuda-kuda ini direncanakan untuk mampu menahan gaya
gempa. gaya horizontal akan dipikul oleh batang horizontal secara langsung,
sedangkan batang diagonal berfungsi untuk menyeimbangkan konstruksi kuda-
kuda saat gempa berlangsung.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan struktur :
1. Menentukan jenis kayu yang akan dipakai dalam perencanaan, beserta
berat jenis kayu tersebut. Catatan: Berat jenis suatu kayu dapat diperoleh
dengan cara melakukan uji laboratorium terhadap benda uji kayu. Apabila
uji laboratorium tidak dapat dilakukan, maka dapat digunakan data berat
jenis kayu yang terdapat pada PKKI 1961 NI-5 (lampiran 1).
2. Menentukan dimensi komponen struktur, yaitu:
1) Lebar batang, b
2) Tinggi batang, h dan menghitung: luas penampang netto, A netto
3. Menentukan model
4. Menghitung gaya batang dengan persamaan
σ it=PA
Tiap batang harus memenuhi tegangan izin yang diperbolehkan barulah
struktur dinyatakan aman.
4.2. PERHITUNGAN
Bentuk dasar yang kami pilih dalam desain rangka kuda-kuda ini adalah
bentuk truss double cantilever. Seseuai ketentuan. Bentang rangka kuda-kuda
yang diambil adalah sepanjang 1 meter dan dengan tinggi yang didesign setinggi
0,3 meter. komponen struktur merupakan kayu masif dengan mutu kayu A, Jenis
kayu yang digunakan dalam design ini adalah kayu bengkirai & dengan
menggunakan ketentuan-ketentuan perencanaan yang sesuai dengan panduan
Standar Nasional Indonesia tahun 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur
Kayu Untuk Bangunan Gedung.
Perencanaan komponen struktur dilakukan dengan bantuan program
SAP2000 v.7.0.0.
Untuk contoh perhitungan konstruksi kuda-kuda atap, dilakukan
perhitungan terhadap member yang menerima gaya terbesar, Berdasarkan hasil
analisa program SAP2000 v.7.0.0.
Berat Jenis = 0,7 g/cm3
Modulus elastisitas lenturnya dihitung dengan :
Modulus elastisitas lentur (Ew) bangkirai = 16000 x G0,7
= 16000 x 0,70,7
= 12464,9 MPa
= 12464,9 N/mm3
Diambil modulus elastisitas kayu = 12000 N/mm3
Adapun spesifikasi kayu yang dipilih adalah kayu dengan kode mutu E13 dengan
spesifikasi :
Kuat Lentur (Fb) = 27 N/mm3
Kuat Tarik Sejajar Serat (Ft) = 25 N/mm3
Kuat Tekan Sejajar Serat (Fc) = 28 N/mm3
Kuat Geser (Fv) = 4,8 N/mm3
Kuat Tekan Tegak Lurus Serat (Fc _ ) = 11 N/mm3
Variabel yang akan digunakan dalam perencanaan ( menggunakan Sap2000 )
Weight per volume unit = 0,7 g/cm3
= 7 x 10-4 kg/ cm3
Mass per unit volume = Weight per volume unit : percepatan
gravitasi
=
0,0007
9,8 x103
= 7 x10-7
Modulus elasticity = 16000 x G0,7
= 16000 x 0,70,7
= 12464,9 MPa
= 12000 N/mm3
Poisson’s ratio = 0,3
Estimasi kekuatan batang :
UNTUK BATANG TARIK :
Data kayu:
Jenis kayu E13
Modulus Elastisiyas (Ew) = 12000 N/mm3
Kuat Tarik Sejajar Serat (Ft) = 25 N/mm3
Koreksi tahanan :
Batang tarik = 0,8 ( tabel 3.4-1 SNI KAYU 2002)
Ft = 0,8 X 25 N/mm3
= 20 Mpa
Ft = tegangan ijin = 20 Mpa
Material :
B = 10 mm
H = 20 mm
Abrutto = 10 x20 = 200 mm3
Material dianggap rigid & tidak ada perlemahan , maka :
Abrutto = Anetto
Perhitungan :
tegangan=PmaxAnetto
Pmax = tegangan ijin x Anetto , dengan menganggap tegangan = tegangan ijin,
maka :
Pmax = 20 N/mm3 x 200 mm3
= 4000 N
= 400 kg
UNTUK BATANG TEKAN :
Data kayu:
Jenis kayu E13
Modulus Elastisiyas (Ew) = 12000 N/mm3
Kuat Tekan Sejajar Serat (Fc) = 28 N/mm3
Ke = untuk jepit-sendi ( Gambar 7.1-2
SNI KAYU 2002 )
Koreksi tahanan :
Batang tekan = 0,9 ( tabel 3.4-1 SNI KAYU 2002)
Ft = 0,9 X 28 N/mm3
= 25,2 Mpa
Ft = tegangan ijin = 25,2 Mpa
Material :
B = 10 mm
H = 20 mm
Abrutto = 10 x20 = 200 mm3
Material dianggap rigid & tidak ada perlemahan , maka :
Abrutto = Anetto
Cek kelangsingan :
Diambil nilai L pada batang 6 (batang dengan pnajang & gaya tekan terbesar )
Ke x l = 0,8 x 349,86 mm
= 279,89 mm
iy = 0,289 h = 0,289 (20)
= 5,78 mm
ix = 0,289 b = 0,289 (10)
= 2,89 mm
Diambil nilai iy
λ=Ke x liy
=279 ,892 , 89
=96 , 85
Dari tabel factor tekuk kayu diperoleh ω=2 , 83
Perhitungan :
tegangan=Pmax .ωAnetto
P max=tegangan . Anettoϖ
dengan menganggap tegangan = tegangan ijin, maka :
P max=25,2 x 2002 ,83 = 1781 N
= 178,1 kg
Berdasarkan estimasi diatas, diambil pembebanan untuk desian sebesar 1800 N
atau 180
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Setelah melalui berbagai proses uji saat perhitungan dan analisa struktur
yang menggunakan standar – standar yang baku telah ditetapkan di
Indonesia, ,maka konstruksi kuda- kuda yang dirancang ini masuk dalam kategori
aman, nyaman untuk diaplikasikan. Dalam uji syarat kekuatan, konstruksi kuda –
kuda mampu menahan beban yang direncanakan. Selain itu, penurunan/deformasi
pada konstruksi ini masih dalam batas ambang kewajaran sehingga layak untuk
dipergunakan pada pembuatan konstruksi kuda – kuda pada umumnya.
5.2. Saran
Dengan maksud untuk meningkatkan mutu dan pengenbangan pada
penelitian selanjutnya maka disarankan hal-hal sebagai berikut :
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan detail pada perhitungan analisis beban
dan deformasi sehingga kuda-kuda yang dihasilkan sesuai dengan
kapasitas yang direncanakan.
Diperlukan peralatan yang lebih canggih supaya menghasilkan prototype
kuda-kuda dengan bentuk dan ukuran yang akurat.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Yap, Felix. 1996. Konstruksi Kayu. Jakarta : Binacipta
2. Sugiri, Saptahari. Struktur dan Bahan Kayu. Bandung : ITB
3. Stalnaker, Judith. 1997. Structural Design in Wood. New York : Chapman
& Hall
4. PKKI 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.