hipertensi proposal 2010

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang disertai dengan peningkatan tekanan darah. Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama, faktor-faktor yang menyebabkan kekambuhan hipertensi antara lain stress, merokok dan pola makan (Marliani L, 2007). Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis yang didasarkan dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau 1

Upload: ninyomanenggarayu

Post on 24-Jun-2015

3.584 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi Proposal 2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan

pembuluh darah yang disertai dengan peningkatan tekanan darah. Di negara

industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama, faktor-

faktor yang menyebabkan kekambuhan hipertensi antara lain stress,

merokok dan pola makan (Marliani L, 2007).

Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis

yang didasarkan dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena untuk

mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang

berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan.

Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan

prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup

tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga.

Faktor penyebab terjadinya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu

hipertensi esensial/primer: hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan

ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik dan hipertensi

sekunder: hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain

seperti: kelainan pembuluh darah dan gangguan kelenjar tiroid. Timbulnya

penyakit hipertensi akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga

dari seluruh faktor yang telah disebutkan di atas, faktor mana yang lebih

1

Page 2: Hipertensi Proposal 2010

berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti,

oleh karena itulah maka pencegahan penyakit hipertensi yang antara lain

dapat dilakukan dengan menjalankan cara hidup sehat menjadi sangat

penting. Hipertensi bisa kambuh karena pada sebagian kecil orang setelah

dicapai tekanan darah dalam batas normal kurang memperhatikan minum

obat anti hipertensi dan kurang memperhatikan pola hidup sehat. Bila tidak

di atasi kekambuhan hipertensi akan berakibat fatal karena dalam kondisi ini

seringkali tidak menimbulkan gejala pada penderitanya, sehingga tidak

disadari sampai terjadi kerusakan fatal pada organ tubuh, yang

mengakibatkan gangguan otak, jantung dan ginjal (M. Adib, 2009).

Stres: apabila stres terjadi yang terlepas adalah hormon epinefrin

atau adrenalin, aktivitas hormon ini mengakibatkan tekanan darah secara

berkala. Merokok: merupakan kebiasaan buruk yang harus dihilangkan,

karena dengan merokok dapat merangsang peningkatan tekanan darah, zat

yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa plak,

ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat

meningkatkan tekanan darah (Marliani L, 2007 )

Jumlah penderita yang hipertensi di Kabupaten Banyuwangi tahun

2008 sebanyak 1171 jiwa, Berdasarkan data laporan tahunan dari puskesmas

Mojopanggung angka penderita hipertensi pada bulan Januari-Desember

tahun 2008 berjumlah 717 penderita. Dari study pendahuluan yang dilakukan

peneliti dari 10 orang yang mengalami kekambuhan hipertensi dengan

tekanan darah meningkat ≥ 10 mmHg 2 diantaranya mengkonsumsi makanan

2

Page 3: Hipertensi Proposal 2010

tinggi garam, 4 orang lainnya mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol, stres

2 orang dan 2 orang lagi karena merokok.

Pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota besar berubah

dimana fast food dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang

dikonsumsi sehari-hari, hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan, apabila

disertai stres. Pengaturan makanan untuk penderita penyakit hipertensi

didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu tingkat derajat hipertensinya,

ada tidaknya penyakit komplikasi, aktifitas sehari-hari dan berat badan.

Prinsip pengaturan makanannya ialah memberikan menu yang sesuai dengan

kecukupannya kalori yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan kondisi

penderita, tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan darah dan

mempertahankannya pada nilai yang normal (Utama Hendra, 2006).

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi

untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak

mengalami stroke atau infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau

dibatasi adalah : makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium,

makanan yang diawetkan, makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol dengan

kekambuhan hipertens pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Mojopanggung Banyuwangi Tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

3

Page 4: Hipertensi Proposal 2010

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol

dengan kekambuhan hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah

Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi makanan tinggi kolesterol pada pasien

Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung

Banyuwangi Tahun 2010.

2. Mengidentifikasi kekambuhan hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi tahun 2010.

3. Menganalisis hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol

dengan kekambuhan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Mojopanggung banyuwangi tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi responden

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

informasi kepada responden tentang pola makan yang menyebabkan

kekambuhan pada penderita hipertensi.

1.4.2 Bagi puskesmas

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan

informasi kepada Puskesmas Mojopanggung tentang pola makan

yang menyebabkan kekambuhan pada penderita hipertensi, sehingga

4

Page 5: Hipertensi Proposal 2010

dapat dipakai sebagai bahan dalam memberikan informasi yang

akurat.

1.4.3 Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam

mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan

tentang pola makan yang menyebabkan kekambuhan pada penderita

hipertensi.

5

Page 6: Hipertensi Proposal 2010

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Faktor-faktor yang Menyebabkan Kekambuhan

Hipertensi

2.1.1 Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah merupakan penyakit kelainan pembuluh

darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, dimana

tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan

morbiditas dan angka montalitas (kematian). Tekanan yang abnormal

tinggi pada pembuluh darah menyebabkan resiko terhadap stroke,

cacat jantung atau serangan jantung dan kerusakan ginjal

Millestone, 2000).

Berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah

pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang

berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/

95 mmHg atau lebih (Tjokronegoro Arjatmo, 2001).

2.1.2 Jenis hipertensi

1. Hipertensi primer atau esensial ini tidak diketahui penyebabnya,

terdapat 90% kasus, biasanya banyak faktor yang meningkatkan

resiko seperti obesitas, alkohol, merokok.

2. Hipertensi sekunder: hipertensi sekunder ini terdapat 10% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,

6

6

Page 7: Hipertensi Proposal 2010

penyakit ginjal hipertensi aldosteronisme, primer, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan (Arif Mansjoer, 2000).

2.1.3 Klasifikasi hipertensi

NoKlasifikasi tekanan darah pada dewasa

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

1 Normal 120 mmHg – 130 mmHg 85 mmHg – 95 mmHg

Untuk para lansia tekanan diastolik 140 mmHg masih dianggap normal

2 Hipertensi ringan 140 mmHg – 159 mmHg 90 mmHg – 99 mmHg

3 Hipertensi sedang 160 mmHg – 179 mmHg 100 mmHg – 109 mmHg

4 Hipertensi berat 180 mmHg – 209 mmHg 110 mmHg – 119 mmHg

2.1.4 Gejala hipertensi

Pada sebagian besar hipertensi tidak menimbulkan gejala,

masa laten ini menyelubungi perkembangan hipertensi sampai terjadi

kerusakan organ yang spesifik. Kalaupun menunjukkan gejala, gejala

tersebut biasanya ringan dan tidak spesifik, misalnya : pusing-

pusing. Akan tetapi jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak

diobati bisa timbul gejala antara lain : sakit kepala, kelelahan, telinga

berdengung, nyeri didaerah kepala bagian belakang (Millestone,

2009 : 49).

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang

diakibatkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu

lama. Organ-organ yang pal;ing sering rusak antara lain :

7

Page 8: Hipertensi Proposal 2010

1. Otak

Pada otak : hipertensi akan menimbulkan komplikasi

cukup mematikan. Berdasarkan penelitian sebagian besar kasus

stroke disebabkan hipertensi. Apabila hipertensi tersebut dapat

dikendalikan resikonyapun menjadi menurun, selain stroke

komplikasi pada organ otak akibat hipertensi ini adalah dimensia

atau pikun.

2. Mata

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pembuluh

darah halus pada retina (bagian belakang mata) robek, darah

merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan

kebutaan.

3. Gagal jantung

Gagal jantung, yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak

kuat untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga banyak

organ lain rusak karena kekurangan darah dan tidak kuatnya otot

jantung dalam memompa darah kembali ke jantung.

4. Arteriosklerosis

Arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh darah arteri,

pengerasan pada dinding arteri ini terjadi karena terlalu besarnya

tekanan, karena hipertensi, lama kelamaan dinding arteri menjadi

kebal dan kaku, pengerasan pada arteri ini mengakibatkan tidak

lancarnya aliran darah sehingga dibutuhkan tekanan yang lebih

kuat lagi sebagai kompensasinya.

8

Page 9: Hipertensi Proposal 2010

5. Aterosklerosis

Arterosklerosis atau penumpukan lemak pada lapisan

dinding pembuluh darah arteri, penumpukan lemak dalam jumlah

besar disebut plak. Pembentukan plak dalam pembuluh darah

sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah sehingga organ tubuh akan kekurangan pasokan

darah. Aterosklerosis paling sering terjadi pada arteri yang

melewati jantung, otak dan ginjal, juga pada pembuluh darah

besar yang disebut aorta abdominalis di dalam perut dan tungkai.

6. Areurisma

Areurisma yaitu terbentuknya gambaran seperti balon

pada dinding pembuluh darah akibat melemah atau tidak

elastisnya pembuluh darah akibat kerusakan yang timbul.

Areurisme paling sering terjadi pada pembuluh daraharteri yang

melalui otak dan pembuluh darah aorta yang melalui perut.

Areurisma sangat berbahaya karena bisa pecah mengakibatkan

pendarahan yang sangat fatal.

7. Penyakit pada arteri koronaria

Arteri koronaria adalah pembuluh darah utama yang

memberi pasokan darah pada otot jantung. Apabila arteri ini

mengalami gangguan misalnya karena plak aliran darah ke

jantung akan terganggu sehingga kekurangan darah.

8. Hipertensi bilik kiri jantung.

Bilik kiri jantung atau serambi kiri jantung adalah ruang

pompa utama jantung akibat otot yang bekerja terlalu berat ketika

9

Page 10: Hipertensi Proposal 2010

memompakan darah ke aorta karena hipertensi, akhirnya terjadi

hipertensi atau penebalan otot serambi kiri tersebut sehingga

mengakibatkan semakin besarnya ruang serambi kiri jantung.

Semakin besarnya serambi menyebabkan semakin bertambahnya

pasokan darah. Dilain pihak penyempitan pembuluh darah karena

hipertensi menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan darah

tersebut sehingga jantung akan rusak dan akan bekerja lebih kuat

lagi dalam memompakan darah.

9. Gagal ginjal

Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah

dalam ginjal mengalami aterosklerosis karena tekanan darah

terlalu tinggi sehingga darah keginjal akan menurun dan ginjal

tidak dapat melaksanakan fungsinya. Apabila tidak berfungsi,

bahan sisa makanan akan menumpuk dalam darah dan ginjal

akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani L, 2007 : 28 –

29).

2.1.6 Gejala-gejala yang menandakan mengalami komplikasi

Kerusakan pada otak yang menyebabkan stroke ditandai

dengan gejala berikut : sakit kepala hebat, muntah hebat berulang,

kejang, gangguan kesadaran sampai lama, pada mata gejala yang

timbul adalah gangguan penglihatan mulai dari penglihatan buram

akhirnya kebutaan.

Pada organ jantung dari pembuluh darah kerusakan yang

ditimbulkan akan menyebabkan gejala tersebut : sesak nafas, sakit

10

Page 11: Hipertensi Proposal 2010

dada yang menjalar ke lengan kiri, bunyi jantung yang tidak teratur,

pembengkakan pada kaki, sakit perut berkepanjangan.

Kerusakan pada organ ginjal ditandai dengan : sakit yang

hebat daerah pinggang, berkurangnya atau tidak lancarnya air seni

(Marliani L, 2007).

2.1.7 Faktor resiko terjadinya hipertensi

Kasus hipertensi yang kebanyakan adalah hipertensi primer,

umumnya karena faktor genetik, jika seorang dari keluarga

mempunyai hipertensi 25% kemungkinan anda akan mendapatkannya.

Apabila kedua orang tua memiliki hipertensi 60% kemungkinan anda

akan mengidapnya.

Hipertensi yang lebih banyak dijumpai pada kembar identik

dari pada kembar non identik, semakin menguatkan bahwa faktor

genetik merupakan penyebab hipertensi. Faktor resiko lain yang

dominan adalah stress (Marliani L, 2007).

2.1.7.1 Faktor Hipertensi Yang Dapat Diubah

1. Obesitas

a. Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan

darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur.

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998),

prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk

pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan

prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi

11

Page 12: Hipertensi Proposal 2010

yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut

standar internasional).

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat

menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan

dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin

dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem

renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.

Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin

plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan

terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan

darah secara terus menerus.

b. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita

hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah

penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari

penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas

tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan

aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin

plasma yang rendah.

2. Alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun

tepi. Apabila saraf simpatis terganggu, maka pengaturan

tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada seorang

yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi,

12

Page 13: Hipertensi Proposal 2010

tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat

tinggi.

Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah

menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung

memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke

jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Ini berarti terjadi

peningkatan tekanan darah.

3. Merokok

a. Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan

insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis

arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.

Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s

Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang

awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak

merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek

merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang

merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus

diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan

dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak

pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih

dari 15 batang perhari.

13

Page 14: Hipertensi Proposal 2010

b. Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya

bagi tubuh,  seperti tar, nikotin dan gas karbon

monoksida.

Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan

kekentalan darah, sehingga memaksa jantung untuk

memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu

pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormon

adrenalin.

Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk

berdetak 10 sampai 20 X per menit, dan meningkatkan

tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat

volume darah meningkat dan jantung menjadi cepat lelah.

Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan

keasaman sel darah, sehingga darah menjadi lebih kental

dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan

pembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih

kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat.

Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang

yang tidak merokok tetapi menghisap asap rokok juga

memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok

pasif. Resiko perokok pasif bahayanya 2X dari perokok

aktif.

14

Page 15: Hipertensi Proposal 2010

4. Stress

Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang

pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini dapat

menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan

menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini

berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.

Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres

atau mengalami tekanan mental bekerja keras.  Bisa

dimaklumi,  mengapa orang yang stres atau mengalami

tekanan mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami

peningkatan tekanan darah.  Hipertensi akan mudah muncul

pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan

pikiran yang berlarut-larut. (http://www.scribd.com/doc/

33775298/HASIL-PENELITIAN-Hipertensi).

2.1.7.2 Faktor Hipertensi Yang Tidak Dapat Diubah

1. Genetik

a. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi

terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi

lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur)

daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang

penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa

intervensi terapi, bersama lingkungannya akan

menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam

15

Page 16: Hipertensi Proposal 2010

waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala

hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.

b. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita

hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua

dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14 Selain

itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga.

2. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama

dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit

kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap

sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia

premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan

16

Page 17: Hipertensi Proposal 2010

sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

3. Ras

EtnisHipertensi lebih banyak terjadi pada orang

berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini,

belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada

orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah

dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.

(http://www.forsal3.com/forum/viewtopic.php?f=52&t=

5003)

2.1.8 Cara mengatasi hipertensi

Hipertensi bisa di atasi dengan modifikasi gaya hidup,

pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika modifikasi gaya

hidup tidak berhasil. Dengan demikian hipertensi mungkin dapat

dikendalikan dengan terapi tanpa obat (non farmakoterapi) atau

terapi dengan obat (farmakoterapi). Semua pasien tanpa

memperhatikan apakah terapi dengan obat dibutuhkan, sebaiknya

dipertimbangkan juga untuk terapi tanpa obat dengan cara antara

lain: mengendalikan berat badan, menjaga kondisi tubuh agar tetap

releks, meninggalkan kebiasaan merokok dan minum alkohol.

Tujuaan pengobatan tersebut adalah untuk mengurangi morbiditas

kardiovaskuler akibat tekanan darah tinggi seminimal mungkin agar

tidak mengganggu kualitas hidup pasien. Artinya, tekanan darah

harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi

17

Page 18: Hipertensi Proposal 2010

ginjal,otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilakukan

pengendalian faktor resiko kardiovaskuler ( M. Adib, 2009)

2.1.9 Manifestasi klinis

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang

merupakan satu-satunya gejala, bila demikian gejala baru muncul

setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.

Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, telinga

berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-

kunang dan pusing (Arif Mansjoer, 2000).

2.1.10 Gejala klinis

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-

satunya tanda pada hipertensi, bergantung pada tingginya tekanan

darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda dan kadang-kadang

tanda baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target

seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang

disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan neorologi,

gagal jantung, dan gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai

gagal jantung. Dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada

hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai

oleh fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal.

Gangguan serebral yang disebabkan oleh hipertensi dapat

berupa kejang atau gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak

yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma.

18

Page 19: Hipertensi Proposal 2010

Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah

perlu segera diturunkan (Tjokronegoro : 2001)

2.1.11 Tata laksana penanganan hipertensi

1. Umum

Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan

diklasifikasikan menurut golongan atau derajatnya, maka dapat

dilakukan 2 strategi penatalaksanaan dasar :

1) Non farmakologik

Non farmakologik yaitu tindakan-tindakan upaya

untuk mengurangi faktor resiko yang telah diketahui akan

menyebabkan atau menimbulkan komplikasi seperti misalnya

menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok,

alkohol, mengurangi asupan garam (natrium), kalsium dan

magnesium, sayuran, serta olah raga dinamik seperti lari,

berenang, dan bersepeda. Salah satu anjuran yang umumnya

sulit dilakukan anjuran hidup tanpa stres (relaks) terutama

dalam kondisi kehidupan pada penderita hipertensi ringan

dan dicoba selam enam bulan dengan tetap diamati bila pada

akhir periode pengamatan tekanan darah ternyata tetap atau

malah lebih tinggi maka dapat ditambahkan, namun bila

tekanan darah menurun terapi ini dapat diteruskan.

19

Page 20: Hipertensi Proposal 2010

2) Farmakologik

Farmakologik yaitu pemberian obat atau obat-obat

anti hipertensi yang telah terbukti kegunaannya dan

keamanannya bagi penderita. Banyak golongan obat yang

tersedia dan mampu memanipulasi tekanan darah , baik yang

bekerja secara sistemik maupun perifer dan baik dalam

bentuk cairan suntik untuk keadaan darurat seperti hipertensi

klinis maupun dalam bentuk tablet oral dimana akhir-akhir

ini terdapat kecenderungan kearah penggunaan dosis tunggal

atau dosis 2 x perhari demi meningkatkan compiensi terapi.

Pemilihan obat yang akan dipakai pada seorang

penderita dewasa ini tidak lagi berdasarkan metode step core

yang kaku, tetapi justru disesuaikan dengan keadaan

penderita sakit (farloret) untuk mengurangi efek samping dan

komplikasi obat atau penyakit yang mungkin sudah ada atau

yang akan timbul pada penderita misalnya hipertensi dengan

diabetes, asma bronchial, insufiensi ginjal, penyakit jantung

koroner.

2. Khusus

Upaya terapi khusus terutama dilakukan untuk penderita

hipertensi sekunder yang jumlahnya kurang lebih 10% dari

penderita hipertensi total. Pada penderita hipertensi sekunder,

secara teoritis kelainan dapat dikoreksi dengan obat yang edial

berdasarkan pada sifat farmakologik dan farmakolodinamik serta

20

Page 21: Hipertensi Proposal 2010

pengalaman masa lalu sehingga hipertensinya dapat sembuh.

Namun umumnya pada penderita ini diperlukan pemeriksaan

khusus dengan sarana yang canggih dan rujukan ke sentra

kedokteran tertentu. Pada keadaan ini, tanda-tanda etiologi yang

menyertai hipertensi seperti gejala gagal ginjal, peokromositoma

Stenosis arteri renalis, tumor otak perlu dikenali sehingga

penderia dapat dirujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat

dilakukan dengan cepat (Lilian Yuwono, 1996).

2.1.12 Faktor yang menyebabkan kekambuhan pada penderita

hipertensi

1. Pola makan.

Syarat-syarat pengaturan makan untuk penderita hipertensi

adalah : pertama membatasi asupan natrium, baik yang berasal

dari garam dapur maupun dari bahan makanan yang mengandung

natrium yang tinggi, kedua mengurangi konsumsi bahan

makanan yang mengandung kolesterol, dan ketiga

memperbanyak konsumsi bahan makanan yang mengandung

serat makanan. Pengaturan makanan ini secara popular disebut

diet rendah garam, rendah kolesterol, tinggi serat.

1) Tinggi garam

Bukan membatasi asupan garam tetapi untuk

membantu menghilangkan retensi (penahanan) garam dan air

dalam jaringan tubuh, sehingga dapat menurunkan tekanan

darah dan mencegah terjadinya komplikasi. Menu rendah

21

Page 22: Hipertensi Proposal 2010

garam harus mengandung zat-zat gizi yang cukup, baik

jumlah kalori, protein, mineral maupun vitamin, sedangkan

lemak dibatasi. Garam mempunyai sifat menahan air,

mengkonsumsi garam berlebihan, makanan-makanan yang

diasinkan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah.

Hindari pemakaian garam yang berlebihan/makanan yang

diasinkan, sebaiknya jumlah jumlah garam yang dikonsumsi

dibatasi. Dalam melakukan diet rendah garam harus

diperhatikan pula makanan yang mengandung natrium tinggi

yaitu makanan olahan yang menggunakan soda kue (sodim

bikorbonat), bumbu penyedap makanan (mono sodium

glukomat, MSG). pengawet makanan (natrium benzoate),

mentega. Contoh makanan olahan yang mengandung natrium

yang tinggi yang harus dibatasi adalah : Roti, Biskuit,cake,

kue, asinan, vetsin, ikan asin, telur asin, dan untuk

mempertinggi cita rasa masakan dapat menggunakan bumbu-

bumbu lain yang tidak mengandung natrium misalnya : Gula,

cuka, cabe, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos.

2) Tinggi kolesterol

Kolesterol adalah derajat lemak yang dibentuk dalam

tubuh hanya 30% yang diperoleh dari makanan, kolesterol

merupakan bahan pembentuk beberapa jenis hormon antara

lain hormone steroid, hormone sek, bahan pembentuk garam

empedu dan merupakan provitamin D. jadi kolesterol sangat

22

Page 23: Hipertensi Proposal 2010

bermanfaat bagi kesehatan tubuh, kadar kolesterol darah yang

normal adalah < 200 mg/dl.

Namun apabila kadar kolesterol darah terlalu tinggi

maka akan mengganggu kesehatan, kolesterol dapat melekat

pada dinding lapisan dalam dari pembuluh darah sehingga

dindingnya menebal dan akibatnya ruangan yang

mengalirkan darah menyempit sehingga aliran darah

terganggu, keadaan ini disebut aterosklerosis. Apabila

aterosklerosis itu terjadi diarteri koronaria yang mensuplai

darah ke otot jantung maka akan mengakibatkan penyakit

jantung koroner. Demikian juga bila aterosklerosis terjadi

dipembuluh darah otak maka akan mengakibatkan stroke, dan

bila terjadi dipembuluh darah ginjal akan mengakibatkan

gagal ginjal. Diet rendah kolesterol bertujuan menurunkan

kadar kolesterol darah hingga mencapai < 200/mg/dl dan

mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi.

Bahan makanan yang mengandung kolesterol tinggi

biasanya berasal dari hewan misalnya otak, lidah, jantung,

jeroan termasuk usus, babat, limpa, hati, kepiting, udang,

cumi, kerang dan kuning telur. Oleh karena itu bahan

makanan ini harus dihindari, penggunaan telur dalam menu

dibatasi 3 telur dalam seminggu. Dewasa ini ada produk telur

rendah kolesterol sehingga para penderita hipertensi dapat

mengkonsumsi telur lebih bebas, lemak jenuh cenderung

menaikkan kadar kolesterol darah, oleh karena itu

23

Page 24: Hipertensi Proposal 2010

pemakainnya harus dibatasi, lemak jenuh yang berasal dari

hewan adalah : lemak (gajih) hewan ternak, daging hewan

ternak: sapi, kerbau, kambing, susu, keju, mentega,

penggunaan susu penuh (full cream) dapat diganti dengan

susu rendah lemak ( susu slaim). Lemak jenuh yang berasal

dari tanaman adalah kelapa dan hasil olahannya yaitu santan

dan minyak kelapa, lemak tidak jenuh mengandung asam

lemak tidak jenuh tunggal atau ganda disebut juga asam

lemak esensial yang cenderung menurunkan kadar kolesterol

darah. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak tidak

jenuh adalah : minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak

jagung, minyak biji bunga matahari, minyak wijen dan

minyak zaitun. Ikan dan minyak ikan juga dianjurkan karena

mengandung banyak mengandung asam lemak tidak jenuh.

2.1.13 Faktor selain pola makan antara lain:

1. Stres

Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa

dihindari, stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi

sistem kardiovaskuler, khususnya hipertensi, dan stres dipercaya

sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan

darah. Klien hipertensi dianjurkan sedapat mungkin menghindari

sikap tegang dan berlatih agar dapat bersikap sabar, iklas dan

mensyukuri segala hal yang yang mampu dicapai, dan hal ini

dapat dilakukan dengan teknik releksasi seperti berekreasi,

24

Page 25: Hipertensi Proposal 2010

menghindari pekerjaan yang terlalu berat. Di dalam dinding

jantung dan beberapa pembuluh darah terdapat suatu reseptor

yang selalu memantau perubahan tekanan darah dalam arteri

maupun vena. Jika mendeteksi perubahan reseptor ini akan

mengirim sinyal keotak agar tekanan darah kembali normal, otak

menanggapi sinyal tersebut dengan dilepaskannya hormon dan

enzim yang mempengaruhi kerja jantung, pembuluh darah dan

ginjal (Marliani L, 2007).

Tahapan stres : gejala-gejala stres pada diri seseorang

seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres

timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan

gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-

hari, baik di rumah, di tempat kerja ataupun dipergaulan

lingkungan sosialnya (Dadang Hawari, 2001 ).

2. Merokok

Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan

peningkatan tekanan darah (Hipertensi) dan mempercepat denyut

jantung. Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah

menebal secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk

memompa darah. Kandungan nikotinnya bisa meningkatkan

hormon epinefrin yang bisa menyempitkan pembuluh darah

arteri, karbon monoksida dapat menyebabkan jantung bekerja

lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan

tubuh.

25

Page 26: Hipertensi Proposal 2010

Kerja jantung yang lebih berat tentu dapat

meningkatkan tekanan darah, berbagai penelitian membuktikan

rokok beresiko terhadap jantung dan pembuluh darah (Marliani.

L, 2007 ).

1) Jenis- Jenis Rokok.

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis.

Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok,

bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan

penggunaan filter pada rokok.

(1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus ;

- Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun jagung.

- Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya

berupa daun aren.

- Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

kertas

- Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau.

(2) Rokok berdasarkan bahan baku atau isi :

- Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya

hanya daun tembakau yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi

26

Page 27: Hipertensi Proposal 2010

saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

- Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau

isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan menyan

yang diberi saus untuk mendapatkan efek dan aroma

tertentu.

(3) Rokok berdasarkan proses pembuatannya :

- Sigaret Kretek Tangan (SKT) : yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting

dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu

sederhana.

- Sigaret Kretek Mesin (SKM) : :rokok yang proses

pembuatannya mengunakan mesin.

(4) Rokok berdasarkan pengunaan filter:

- Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian

pengkalnya terdapat gabus.

- Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus.

2) Tipe Perokok

Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah

bila mengkunsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan

selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok

berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang

waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok

27

Page 28: Hipertensi Proposal 2010

sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang

waktu 31-60 menit. Setelah bangun pagi. Perokok ringan

menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu

60 menit dari bangun pagi.

Ada 4 tipe perilaku merokok adalah :

(1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif .

Dengan merokok seseorang merasakan penambahan

rasa yang positif, menambahkan ada 3 sub tipe ini :

a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat,

misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya

untuk menyenangkan perasaan.

c. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang

rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok

pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa

dengan tembakau sedangkan untuk menhisapnya

hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau

perokok lebih senang berlama-lama untuk

memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama

sebelum ia nyalakan api.

(2) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan

negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk

mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah,

cemas, gelisah, rikok dianggap sebagai penyelamat.

28

Page 29: Hipertensi Proposal 2010

Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak

terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih

tidak enak.

(3) Perilaku merekok yang pecandu, mereka yang sudah

pecandu akan menambah dosis rokok yang digunakan

setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya

berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah

membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun,

karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat

ia menginginkannya.

(4) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena

untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena

benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat

dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah

merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis,

seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia

menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu

telah benar-benar habis (http://www.lenterabiru.com/2009)

29

Page 30: Hipertensi Proposal 2010

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis desain yang digunakan adalah desain penelitian non

eksperimental dengan menggunakan study korelasi. Studi korelasi adalah

mengungkapkan hubungan korelatif antar variable, dengan pendekatan yang

digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional yaitu rancangan

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data

variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali, pada satu saat

(Nursalam, 2003 : 85).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu penelitian

Penyusunan proposal dimulai Oktober 2009 sampai

Desember 2009.

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Mojopanggung Banyuwangi.

.

30

30

Page 31: Hipertensi Proposal 2010

3.3 Kerangka kerja

Gambar 3.1 Kerangka kerja : hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol dengan kekambuhan hipertensi di Puskesmas mojopanggung tahun 2009.

31

PopulasiSeluruh klien yang menderita hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Mojopanggung 36 orang

Sampling : Purposive sampling

SampelSebagian klien yang mengalami kekambuhan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung yang memenuhi

kriteria inklusi 33 Responden

Informed consent

Pengisian lembar koesioner

Pemeriksaan tekanan darah : lembar observasi

Pengumpulan data

Coding, scoring, tabulating

Uji Rank Spearman

Kesimpulan

Page 32: Hipertensi Proposal 2010

3.4 Populasi, Sampling dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian adalah setiap subjek (misalnya : manusia,

pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,

2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang

menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung

berjumlah 36 orang.

3.4.2 Tehnik sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik-teknik sampling

adalah tenik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari

populasi (Setiadi, 2007).

Dalam penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah

menggunakan purposive sampling adalah suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian)

(Nursalam, 2003).

3.4.3 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2005). Sampel dari penelitian ini adalah sebagian klien yang

mengalami kekambuhan hipertensi di wilayah kerja puskesmas

Mojopanggung yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel berjumlah

33 responden.

32

Page 33: Hipertensi Proposal 2010

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam, 2003). Kriteria inklusi penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Yang bersedia menjadi responden dan kooperatif.

b. Klien penderita hipertensi yang berobat ke Puskesmas

Mojopanggung.

c. Usia 40 – 75 tahun.

2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari study karena

berbagai sebab (Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi yang terkomplikasi.

3.4.4 Besar sampel

n =

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan (p)

(Nursalam, 2003 : 96)

33

Page 34: Hipertensi Proposal 2010

n =

=

=

=

= 33

3.5 Identifikasi variabel

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005).

1. Variabel bebas (variabel independen)

Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk

menciptakan suatu dampak pada dependen variabel (Setiadi, 2007).

Dalam penelitian ini variabel independennya adalah konsumsi makanan

tinggi kolesterol.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel repon atau output, sebagai variabel

respon berarti variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

suatu variabel independen (Setiadi, 2007). Variabel terikat pda penelitian

ini adalah kekambuhan hipertensi.

34

Page 35: Hipertensi Proposal 2010

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang berdasarkan

karakteristik yang diamati dari sesuatu yang diidentifikasikan tersebut

(Nursalam, 2003).

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skor

Variabel

konsumsi

makanan tinggi

kolesterol.

Semua makanan yang

dimakan oleh manusia

yang mengandung

kolesterol

Misalnya :

Kepiting, udang, cumi,

usus, babat santan,

minyak kelapa, kerang,

kambing, keju

Kuesioner Ordinal Baik : 21-30Sedang :11-20Kurang :0-10

Variabel

dependen:

kekambuhan

hipertensi

Suatu keadaan dimana

pasien dalam pemerik-

saan didapatkan hasil

sama atau lebih dari

peme-riksaan semula

- Kenaikan ringan 5

mmHg

- Kenaikan sedang 10

mmHg

- Kenaikan berat > 10

mmHg

Tensimeter

dan lembar

observasi

Ordinal Ringan 3

Sedang 2

Berat 1

35

Page 36: Hipertensi Proposal 2010

3.7 Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.7.1 Instrumen penelitian

Dalam penelitian menggunakan lembar kuesioner. Kuesioner

adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan

memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005 : 116). Bentuk

dan jenis pertanyaan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup

dengan jumlah pertanyaan di lembar kuesioner sebanyak 10

pertanyaan dan dengan jawaban ”ya”, ”kadang-kadang” dan ”tidak”.

3.7.2 Pengumpulan penelitian

Pengumpulan data adalah pendekatan pada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2003 : 115).

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terlebih dahulu

peneliti melakukan permintaan surat ijin penelitian STIKES

Banyuwangi yang selanjutnya dikirim ke Kecamatan dan Puskesmas

Mojopanggung, setelah Puskesmas Mojopanggung memberikan

balasan surat ijin penelitian, penelitian baru di mulai.

Dalam pengumpulan data penelitian menggunakan lembar

observasi dan kuesioner. Saat proses pengisian kuesioner oleh

responden, pengisian didampingi oleh peneliti.

36

Page 37: Hipertensi Proposal 2010

3.7.3 Analisis data

Langkah-langkah yang ditentukan dalam analisis data:

3.7.2.1 Coding

Peneliti menggunakan kode pada setiap jawaban yang

dianggap perlu

Kode yang dipakai pada penelitian ini :

Ya : 3

Kadang-kadang : 2

Tidak : 1

3.7.2.2 Scoring

Skor nilai kuesioner dengan jumlah pertanyaan 10

pertanyaan :

Baik : 21 - 30

Sedang : 11 - 20

Kurang : 0 - 10

3.7.2.3 Tabulating

Adalah upaya untuk mengelompokkan variabel dalam

kelompok yang sejenis.

3.7.4 Analisis Statistik

Data yang sudah dikelompokkan dianalisa untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel yang diteliti dengan menggunakan uji

statistik koefisien korelasi rank spearman dengan rumus (Sugiono,

2003 : 229)

37

Page 38: Hipertensi Proposal 2010

ρ =

Keterangan

ρ = koefisien korelasi spearman rank

bi = perbedaan antara pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

Sebelum dilakukan pengujian perlu dibuat tabel kontingensi sebagai

berikut:

Tabel Work sheet uji korelasi rank spearman

No Resp

Sub Variabel Indevendent

Variable Dependent

Rankbi bi²

I II1

2

3

4

5

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan, dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden

(Alimul, 2008 : 83).

38

Page 39: Hipertensi Proposal 2010

3.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Dalam pengisian kuesioner subjek tidak perlu mencamtumkam

namanya, namun cukup menuliskan nomor kode saja untuk

menjamin kerahasiaan identitasnya.

3.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

39

Page 40: Hipertensi Proposal 2010

KUESIONER

Kode Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (x) pada jawaban yang

sesuai!

1. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan yang bersantan ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

2. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti kepiting ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

3. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti udang ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

4. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti cumi ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

5. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti usus ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

6. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti babat ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

7. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti kerang ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

8. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti kambing?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

9. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti keju ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

10. Apakah anda mengurangi konsumsi minyak kelapa ?

a. ya b. Kadang-kadang c. tidak

40

Page 41: Hipertensi Proposal 2010

41

Page 42: Hipertensi Proposal 2010

TABULATING

NoKode Resp.

Usia (th)

Jenis Kelamin

Pola Makan Stres MerokokBaik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang

42

Page 43: Hipertensi Proposal 2010

LEMBAR OBSERVASI

Kode responden UmurJenis

KelaminTekanan

darahKenaikan

Ringan Sedang Berat

43