6. rehana_fagositosis makrofag ok.pdf

Upload: feri-tri-anugrah

Post on 02-Jun-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 6. Rehana_Fagositosis makrofag ok.pdf

    1/4

    Acta Pharmaciae Indonesia

    1(1) 32-35

    32

    Aktivasi Fagositosis Makrofag Menggunakan Ekstrak N-heksan Daun Lidah

    Buaya (Aloe vera)

    Activation Macrophage Phagocytosis UsingN-Heksan Extract Aloe vera

    ABSTRAK

    Rehana, Eka

    Prasasti Nur

    Rachmani,

    Iskandar Sobri

    Jurusan Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan IlmuIlmu Kesehatan UNSOED

    e-mail:

    [email protected]

    Kata kunci:

    Lidah buaya

    Fagositosis

    in vitro

    Jus lidah buaya (Aloe vera) terbukti secara klinis meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang

    ditandai degan meningkatnya jumlah sel T CD4+yang berfungsi mengaktivasi fagositosis makrofag

    terhadap HIV yang sudah berikatan dengan antiretrovirus. Penggunaan daun lidah buaya dalam

    bentuk segar mudah ditumbuhi mikroorganisme .. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal

    tersebut adalah menyari zat-zat yang berpotensi sebagai imunomodulator menggunakan pelarut

    organik. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis

    sel makrofag yang diinduksi ekstrak n-heksan daun lidah buaya.

    Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium. Penyarian dilakukan dengan metode maserasimenggunakan metanol 99% dilanjutkan ekstraksi menggunakan n-heksan sehingga diperoleh 1,244

    gram ekstrak n-heksan. Uji aktivasi fagositosis makrofag dilakukan secara in vitro dengan

    pembanding ekstrakphyllantus niruri. Kemampuan aktivasi fagositosis makrofag dinyatakan dalam

    nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis.

    Hasil penelitian menunjukan ekstrak n-heksn 125 dan 250 ppm dapat meningkatkan aktivitas dan

    kapasitas fagositosis makrofag meskipum belum menunjukan perbedaan yang bermakna secara

    statistik.

    Keywords:

    Aloe vera

    Phagocytosis

    in vitro

    Aloe vera fresh juice is clinically proven to enhance the immune system marked by increase in the

    number of CD4+T cells that function activates macrophage phagocytosis against HIV that has been

    bonded to antiretroviral. The use of aloe vera leaves in fresh form easily overgrown

    microorganisms, so that form can not be developed on an industrial scale. That problem can besolved by quote immunomodulatory potential substance use organic solvents. The objective of this

    study was to determine the increase in phagocytosis activity and capacity of macrophages induced

    n-hexan extract of aloe vera.

    This is a laboratory experimental study. Extraction was done by maceration method using 99%

    methanol followed by extraction with n-hexane to obtain 1.244 grams of n-hexan extract. Activation

    of macrophage phagocytosis ability assay using in vitro method by comparison phyllantus niruri

    extract. Activation of macrophages phagocytosis ability was expressed as phagocytosis activity and

    capacity.

    The results showed 125 dan 250 ppm of n-hexan extracts can enhance macrophage phagocytosis

    activity and capacity whereas statistically not significant.

    Pendahuluan

    Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman yang

    mudah tumbuh di negara tropis seperti Indonesia

    (Jatnika, 2009). Uji klinik yang dilakukan pada 29

    orang yang positif terinfeksi HIV menunjukan

    konsumsi jus yang mengandung 500 gram daun lidah

    buaya segar dengan frekuensi pemberian sekali dalam

    sehari sebagai tambahan dalam terapi HIV selama 180

    hari meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan

    naiknya jumlah sel limfosit T CD4+ dan berkurangnya

    replikasi HIV yang ditandai dengan turunnya jumlah

    antigen P24 (Pulse andUhlig, 1990). Imunomodulator

    merangsang tubuh memproduksi sel T CD4+ yang

    berfungsi mengaktivasi fagositosis makrofag terhadap

    HIV yang sudah berikatan dengan antiretrovirus

    (Bratawidjaja, 2002).

    Penggunaan daun lidah buaya dalam bentuk segar

    mudah ditumbuhi mikroorganisme. Upaya yang dapat

    dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah

    menggunakan pelarut organik untuk menyari zat-zat

    yang berpotensi sebagai imunomodulator.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 8/11/2019 6. Rehana_Fagositosis makrofag ok.pdf

    2/4

    33 Rehana, E. P. N. Rachmani, I. Sobri

    Daun lidah buaya mengandung berbagai senyawa

    organik polar dan semipolar yang dapat tersari pada

    maserasi menggunakan metanol yang perlu diteliti

    aktivitas imunomodulatornya. Penelitian ini menguji

    kemapuan ekstrak metanol daun lidah buaya dalammengaktivasi kemampuan fagositosis sel makrofag,

    melalui pengujian aktivitas dan kapasitas fagositosis

    makrofag.

    Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya

    peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel

    makrofag yang diinduksi ekstrak n-heksan daun lidah

    buaya.

    Bahan dan Metode

    Pengambilan sampel

    Sampel daun lidah buaya diambil dari kelurahan

    Pabuaran kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten

    Banyumas, Jawa Tengah.

    Determinasi sampel

    Determinasi tanaman lidah buaya dilakukan di

    Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi

    Universitas Jenderal Soedirman. Determinasi dilakukan

    untuk memastikan bahwa sampel yang diambil

    merupakan daun lidah buaya.

    Ekstraksi sampel

    Daun lidah buaya dicuci bersih dan dibebaskan dari

    pengotor pengotor yang ada. Daun lidah buaya yang

    sudah dicuci bersih dipotong tipis-tipis. Kemudian

    dikeringkan menggunakan oven pada suhu 70oC.

    Simplisia tersebut kemudian diblender hingga menjadi

    serbuk kering.

    Sebanyak 48,49 gram serbuk kering direndam

    menggunakan 250 mL metanol 99% selama 24 jam.

    Setelah 24 jam perendaman, filtrat disaring

    menggunakan corong Buchner lalu ditampung

    sedangkan ampasnya direndam kembali selama 24 jamdalam metanol dengan volume yang sama. Proses

    perendaman dan penyaringan diulang hingga 3 kali.

    Semua filtrat yang diperoleh dicampur dan dipekatkan

    menggunakan rotary evaporator pada suhu 65oC

    dengan kecepatan 30 rpm sehingga diperoleh 80mL

    ekstrak cair pekat.

    Sebanyak 80 mL ekstrak metanol ditambah 80 mL n-

    heksan pa kemudian dikocok dan dibiarkan terpisah

    sempurna membentuk dua lapis cairan yaitu fase

    metanol pada lapisan bawah dan fase n-heksan pada

    lapisan atas. Fase metanol dicuci lagi menggunakan n-

    heksan dengan cara yang sama sebanyak 2 kali lagi.

    Fase metanol dikumpulkan menjadi satu kemudian

    diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu

    65oC dengan kecepatan 30 rpm sehingga diperoleh

    1,244 gram ekstrak n-heksan.Pembuatan ekstrak n-heksan 125, 250, dan 500 ppm

    Sebanyak 10,3 mg ekstrak n-heksan dilarutkan dalam

    50 L DMSO kemudian ditambah 53 L RPMI 1640

    FBS sehingga diperoleh ekstrak n-heksan dengan

    konsentrasi 100.000 ppm. 22 L fraksi 100.000 ppm

    ditambah 4378 L RPMI 1640 FBS sehingga

    diperoleh ekstrak n-heksan 500 ppm. Fraksi 500 ppm

    diencerkan 2 kali sehingga diperoleh ekstrak n-heksan

    250 ppm. 2,2 mL fraksi 250 ppm ditambah 2,2mL

    RPMI 1640FBS sehingga diperoleh ekstrak n-heksan

    125 ppm.

    Pembuatan suspensi Phyllantus niruri 125 ppm

    5,5 L suspensi Phyllantus niruri 5mg/mL ditambah

    2145 RPMI 1640 FBS sehingga diperoleh suspensi

    125 ppm.

    Pembuatan suspensi sel makrofag

    Mencit dimatikan menggunakan eter atau dislokasi

    leher. Mencit diletakan pada posisi terlentang, kulit

    bagian perut dibuka dan selubung peritoneumnya

    dibersihkan dengan alkohol 70%. Sebanyak 10 mlmedium RPMI 1640 diinjeksikan secara intra peritoneal

    menggunakan spuit 27G. Kemudian dibiarkan selama 3

    menit sambil ditekan tekan perlahan supaya medium

    menyebar ke seluruh bagian peritoneal dan sel

    makrofag terbentuk. Cairan peritoneum diaspirasi

    dengan cara menekan organ dalam dengan 2 jari

    kemudian cairan diambil menggunakan jarum spuit

    25G secara intra peritoneal pada bagian yang tidak

    berlemak dan jauh dari usus.

    Aspirat yang diperoleh disentrifugasi dengan kecepatan

    750 rpm pada suhu 4C selama 10 menit. Endapandisuspensikan dalam medium RPMI 1640-FBS.

    Sebanyak 10 L suspensi sel diteteskan ke dalam

    haemositometer kemudian dihitung jumlah sel pada 5

    bilik. Kepadatan sel dihitung dengan rumus:

    Jumlah sel/mL = ( sel bilik A + sel bilik B + sel

    bilik C + sel bilik D)/4 x 5 x 104. Diperoleh

    kepadatan 7,75 x 106sel/ml.

    Sebanyak 1,620 mL suspensi sel diencerkan

    menggunakan medium RPMI 1640-FBS sehingga

  • 8/11/2019 6. Rehana_Fagositosis makrofag ok.pdf

    3/4

    Acta Pharmaciae Indonesia

    1(1) 32-35

    34

    diperoleh 5 mL suspensi sel dengan kepadatan

    2.500.000 sel/mL

    Uji fagositosis makrofag

    Suspensi sel dikultur pada sumuran microplate 24 yang

    sudah dilapisi cover slips bulat, setiap sumuran berisi

    200L (500.000 sel). Sel diinkubasi dalam incubator

    CO2 5% pada suhu 37C selama 30 menit. Kemudian

    ditambah 0,8 mL medium RPMI 1640-FBS dan

    inkubasi dilanjutkan selama 21 jam. Inokulum dicuci

    menggunakan medium RPMI 1640 sebanyak 2 kali

    kemudian ditambah : 1) 1 mL ekstrak n-heksan dengan

    konsentrasi 500 ppm; 2) 1 mL ekstrak n-heksan dengan

    konsentrasi 250 ppm; 3) 1 mL ekstrak n-heksan dengan

    konsentrasi 125 ppm; 4) 1 mL ekstrak Phyllantus

    niruri dalam RPMI 1640-FBS dengan konsentrasi 125

    ppm pada kelompok kontrol positif; 5) 1 mL RPMI

    1640-FBS pada kontrol negatif.

    Semua kelompok diinkubasi pada kondisi yang sama

    selama 4 jam. Inokulum dicuci 2 kali menggunakan

    medium RPMI 1640. Setiap sumuran ditambah 200 L

    suspensi lateks dalam RPMI 1640 - FBS dengan

    kepadatan 2,5x107/mL atau 5x10

    6 sumuran, kemudian

    diinkubasi lagi selama 30 menit. Inokulum dicuci

    dengan PBS sebanyak 2 kali kemudian dibiarkan kering

    pada suhu ruang. Masing masing sumuran difiksasi

    dengan metanol absolute selama 30 detik. Metanol

    dibuang dan inokulum dibiarkan kering. Masing

    masing sumuran diwarnai dengan larutan Giemsa 10 %

    selama 20 menit. Hasil pewarnaan dicuci 2 kali dengan

    aquadest. Cover slips diangkat dan dikeringkan pada

    suhu ruang. Sel makrofag yang telah terwarnai oleh

    giemsa akan berwarna merah berbentuk menyerupai

    monosit jika sel dalam keadaan dorman, berbentuk

    amoeboid jika sel dalam keadaan aktif dan adanya

    badan inklusi jika sel telah memfagositosit lateks.

    Jumlah sel dihitung menggunakan mikroskop dengan

    perbesaran 400 kali. Pengujian dilakukan dalam 3 kali

    pengulangan. Selanjutnya dihitung aktivitas dan

    kapasitas fagositosit dari tiaptiap perlakuan.

    Hasil dan Pembahasan

    Daun lidah buaya dideterminasi untuk memastikan

    kebenaran taksonominya, selanjutnya dikeringkan pada

    suhu 70C. Pengeringan dilakukan pada suhu tersebut

    bermaksud untuk menghindari tumbuhnya mikroba jika

    dikeringkan pada suhu ruang dan mengghindari

    rusaknya metabolit jika dikeringkan pada suhu diatas

    70C. Simplisia kering diserbukan supaya luas

    permukaan kontak simplisia dengan pelarut maserasi

    menjadi semakin besar dan proses maserasi menjadi

    lebih efektif.

    Metabolit yang terkandung dalam simplisia disari

    menggunakan metanol 99%. Metanol dipilih sebagai

    penyari dikarenakan polaritasnya berada ditengah tengah sehingga dapat menyari metabolit yang relatif

    polar maupun non polar. Filtrat yang diperoleh

    dipekatkan terlebih dahulu sebelum dilakukan ekstraksi

    menggunakan n-heksan. Pemekatan dimaksudkan

    untuk meningkatkan efektifitas pemisahan mengingat

    metanol dapat melarutkan senyawa polar dan non polar,

    pada konsentrasi rendah senyawa non polar dapat larut

    dalam n-heksan dan metanol tetapi pada konsentrasi

    yang lebih tinggi akan larut dalam n-heksan. N-heksan

    dipilih sebagai pencuci karena tidak dapat campur

    dengan metanol.

    Ekstrak n-heksan dikeringkan menggunakan rotary

    evaporator pada 65C dengan kecepatan 30 rpm

    sehingga diperoleh 1,244 gram ekstrak n-heksan berupa

    ekstrak kental berwarna hijau kehitaman.

    Ekstrak kental yang diperoleh diuji aktivitas dan

    kapasitas fagositosisnya menggunakan metode in vitro.

    Dalam metode ini sel makrofag diinkubasi terlebih

    dahulu selama 30 menit dan 21 jam dalam incubator

    CO2 5% pada suhu 37oC dengan tujuan untuk

    mengadaptasikan sel dari kondisi in vivo di dalam

    peritoneal mencit menjadi kondisi pengujian in vitro.

    Sel makrofag diaktivasi dengan ekstrak metanol dengan

    konsentrasi 125, 250 dan 500 ppm dengan pembanding

    Phyllantus niruri sebagai imunomodulator alami yang

    terbukti secara klinis berpotensi imunomodulator

    mengandung zat aktif tanaman tersebut. Makrofag aktif

    ditantang dengan lateks beads untuk melihat kapasitas

    fagositosisnya. Lateks beads dipilih sebagai makanan

    makrofag dikarenakan bentuknya homogen dan sangat

    jelas terlihat pada hasil pewarnaan menggunakan

    giemsa.

    Sel yang telah diwarnai akan berwarna merah keunguan

    terdiri atas vakuola dan inti sel. Inti sel lebih menyerap

    warna sehingga warnanya lebih pekat daripada vakuola.

    Sel berbentuk bulat jika dalam keadaan dorman dan

    berbentuk tidak beraturan jika dalam keadaan aktif.

    Lateks beads akan berwarna lebih pekat dan mengkilap

    (Ellis, 2007).

    Ekstrak n-heksan 125 dan 250 ppm dapat

    meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis

    makrofag meskipun belum menunjukan perbedaan

    yang bermakna secara statistik pada taraf kepercayaan

  • 8/11/2019 6. Rehana_Fagositosis makrofag ok.pdf

    4/4

    35 Rehana, E. P. N. Rachmani, I. Sobri

    95%. Ekstrak n-heksan 500 ppm menurunkan aktivitas

    fagositosis karena banyaknya sel yang lisis (Mayer,

    2008), sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

    untuk mengetahui dosis optimum yang dapat

    meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis

    makrofag. Optimasi dosis pemberian ekstrak n-heksan

    dapat dilakukan pada kisaran dosis 250 hingga 500

    ppm.

    Gambar 1 Makrofag dorman Gambar 2 Makrofag aktif

    Tabel 1Aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

    Kelompok Aktivitas Fagositosis Makrofag (%) Kapasitas Fagositosis Makrofag

    Kontrol Positif 31,34436 75,66445

    Kontrol Negatif 21,42995 75,10504

    N-heksan 125 ppm 23,02774 98,53325

    N-heksan 250 ppm 25,32903 128,57620N-heksan 500 ppm 17,48340 130,07945

    Simpulan

    Ekstrak n-heksan 125 dan 250 ppm dapat

    meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis

    makrofag .

    Daftar Pustaka

    Baratawidjaja, K.G., 2002, Imunomodulasi dalam :

    Imunologi dasar, Edisi 5, Jakarta, Balai

    Penerbit FKUI:372-390.

    Ellis, R., 2007, Giemsas Staining Protocol for

    Tissue Sections, IMVS Division of Pathology

    Queen Elizabeth Hospital.

    Jatnika, A., Saptoningsih, 2009, Meraup Laba dariLidah Buaya, Jakarta, Agro Media Pustaka:1-

    26.

    Mayer, G., 2008. Innate (Non-Spesifik) Immunity.

    Microbiologi and Biology online. The Boardof Trustees of the University of South

    Carolina.

    Pulse, T.L., Uhlig, E.A., 1990, Significant

    Improvement in a Clinical Pilot Study

    Utilizing Nutritional Supplements, EssentialFatty Acids and Stabilized Aloe Vera Juice in

    29 HIV Seropositive ARC and Aids Patients,

    Journal of Advancement in Medicine 3(4):1-

    16.

    Palungkun, R., 1999, Sukses Beternak Cacing Tanah

    Lumbricus rubellus, Penebar Swadaya,

    Jakarta.

    vakuola

    Inti sel

    Inti sel

    vakuola

    lateks