6.) hal 49-56 (hasil penelitian) vanny wayongkere
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
1/8
Jurnal Sabua Vol.4, No.3: 49-56, November 2012 ISSN 2085-7020
HASIL PENELITIAN
@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)Jurusan Arsitektur, Fakultas TeknikUniversitas Sam Ratulangi Manado
November 2012
TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI (TROTOAR) TAMAN
KESATUAN BANGSA (TKB) MANADO
Vanny Wayongkere
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Teknologi Sulawesi Utara
Abstrak. Berjalan adalah kegiatan dasar manusia dan merupakan moda transportasi
yang tidak memerlukan biaya yang mahal. Taman Kesatuan Bangsa (TKB) berada
pada pusat kegiatan Manado atau yang lebih dikenal dengan nama pasar 45 dengan
lebar rata-rata trotoar 1,8 m, mempunyai jumlah arus pejalan kaki yang besar
dikarenakan pada daerah ini terdapat pertokoan/ruko yang berada pada seluruhbagian Taman Kesatuan Bangsa. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara survey
lapangan secara langsung guna mendapatkan volume pejalan kaki dan kecepatan
rata-rata pejalan kaki. Berdasarkan Volume, kecepatan dan ruang pedestrian akan
didapatkan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dengan menggunakan HCM 2000.
Dari hasil penelitian didapatkan Volume pejalan kaki berada antara 6-8
org/menit/m, Kecepatan pejalan kaki 1,05 1,30 m/s dan ruang pedestrian didapat
8,12 13,66 m2/org. dari hasil tersebut didapatkan bahwa Tingkat pelayanan dari
jalur pejalan kaki daerah TKB termasuk LOS A yang berarti Pejalan kaki bergerak
dalam jalur yang diinginkan tanpa mengubah gerakan mereka dalam merespon
pejalan kaki lainnya. Kecepatan bebas dipilih, dan konflik-konflik antara pejalan
kaki tidak mungkin terjadi.
Kata kunci : Pedestrian, Tingkat pelayanan, Trotoar.
PENDAHULUAN
Kota Manado adalah Ibukota
Propinsi Sulawesi Utara dengan luas
wilayah 157,26 Km2 dengan jumlah
penduduk sampai akhir tahun 2009
mencapai 439.660 jiwa (BPS Kota Manado,
2010). Dengan kepadatan penduduk 2.796
jiwa/km2 dengan kenaikan 1,06%
dibandingkan pada tahun 2008 yaitu
434.845 jiwa (BPS Kota Manado, 2009),
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
2/8
V. WAYONGKERE50
maka kegiatan pergerakan mobilitas
perkotaan juga meningkat. Berjalan adalah
kegiatan dasar manusia yang sering
diabaikan ketika merencanakan untuk
transportasi dan telah dipandang sebagai
perjalanan bentuk kelas kedua (Lumsden
dan Tolley, 1999). Berjalan merupakan
moda transportasi yang tidak memerlukan
biaya yang mahal selain itu pula dengan
berjalan dapat mencegah dan mengurangi
resiko terkena osteoporosis serta membuat
tubuh lebih energik. Selain itu pula berjalan
merupakan salah satu latihan kardio yang
baik untuk menurunkan berat badan.Berjalan kaki merupakan media
transportasi bebas polusi dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Keberadaan
pejalan kaki pada tingkat tertentu akan
mengakibatkan konflik yang tajam dengan
arus kendaraan yang pada gilirannya
berakibat permasalaahn lalulintas dan
tingginya tingkat kecelakaan. Kurangnya
fasilitas pejalan kaki yang memadai,
terutama fasilitas berjalan dan
penyebrangan, sangat berdampak pada
keselamatan jiwa pejalan kaki.
Taman Kesatuan Bangsa (TKB)
berada pada pusat kegiatan Manado atau
yang lebih dikenal dengan nama pasar 45
dengan lebar rata-rata trotoar 1,8 m,
mempunyai jumlah arus pejalan kaki yang
besar dikarenakan pada daerah ini terdapat
pertokoan/ruko yang berada pada seluruh
bagian Taman Kesatuan Bangsa, sehingga
penelitian ini dilaksanakan guna
mendapatkan tingkat pelayanan trotoar di
daerah TKB.
TINJAUAN PUSTAKA
A. PEJALAN KAKI/PEDESTRIAN
Istilah pejalan kaki atau pedestrian
berasal dari bahasa yunani, dimana berasal
dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga
pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan
kaki atau orang yang berjalan kaki.
Jalur pedestrian ini juga merupakan
elemen penting dalam perancangan kota,
karena tidak lagi berorientasi pada
keindahan semata, akan tetapi juga pada
masalah kenyamanan dengan didukung oleh
kegiatan pedagang eceran yang dapat
memperkuat kehidupan ruang kota yang ada.Sistem jalur pedestrian yang baik akan
mengurangi keterikatan terhadap kendaraan
di kawasan pusat kota, meningkatkan
penggunaan pejalan kaki, mempertinggi
kualitas lingkungan melalui sistem
perancangan yang manusiawi. Jalur
pedestrian selalu memiliki fasilitas-fasilitas
didalamnya. Prinsip umum perencanaan
penyediaan prasarana dan sarana ruang
pejalan kaki harus memenuhi kaidah sebagai
berikut :
1. Prinsip teknis penataan system sirkulasidan jalur penghubung yang mengacu
pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.30/PRT/M/2006 tentang
pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas
pada bangunan gedung dan lingkungan.
2. Ruang yang direncanakan harus dapatdiakses oleh seluruh pengguna, termasuk
oleh pengguna dengan keterbatasan
fisik.
3. Lebar jalur pedestrian harus sesuaidengan strandar prasarana.
4. Harus memberikan kondisi aman,nyaman, ramah lingkungan dan mudah
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
3/8
TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI 51
untuk digunakan, sehingga pejalan kaki
tidak harus merasa terancam dengan lalu
lintas atau ganggguan dari lingkungan
sekitar.
5. Jalur yang direncanakan mempunyaidaya tarik atau nilai tambah lain diluar
fungsi utamanya.
6. Terciptanya ruang sosial sehinggapejalan kaki dapat beraktivitas secara
aman di ruang publik.
7. Terwujudnya keteraduan system, baikdari aspek penataan lingkungan atau
dengan system transportasi atau
aksesibilitas antar kawasan.8. Terwujudnya perencanaan yang efektif
dan efisien sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan perkembangan kawasan.
B. Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki adalah lintasan
yang diperuntukkan untuk berjalan kaki,
dapat berupa trotoar, penyebrangan sebidang
(penyebrangan zebra atau pelican), dan
penyebrangan tak sebidang.
a. Trotoar adalah jalur pejalan kakiyang terletak pada daerah milik jalan
yang diberi lapisan permukaan
dengan elevasi yang lebih tinggi dari
permukaan perkerasan jalan, dan
pada umumnya sejajar dengan jalur
lalu lintas kendaraan. Lebarminimum trotoar menurut
penggunaan lahan sekitar adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 : Lebar Minimum trotoar menurut penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan SekitarnyaLebar Minimum
(m)
Perumahan
Perkantoran
Industri
Sekolah
Terminal / Stop Bus
Pertokoan
Jembatan/Terowongan
1,5
2,0
2,9
2,0
2,0
2,0
1,0
(Sumber : Pedoman Teknis Perencanaan Spesifikasi Trotoar, 1991)
Selain lebar minimum, trotoar
mendapatkan lebar tambahan dikarenakan
adanya fasilitas jalur pejalan kaki seperti
pada tabel berikut ini :
Tabel 2 : Lebar Tambahan Trotoar
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
4/8
V. WAYONGKERE52
b. Penyebrangan zebra adalahfasilitas penyebrangan bagi
pejalan kaki sebidang yang
dilengkapi marka untuk member
ketegasan/batas dalam
melakukan lintasan.
c. Penyebrangan pelican adalahfasilitas untuk pejalan kaki
sebidang yang dilengkapi dengan
marka dan lampu pengatur lalu
lintas.
Jalur pedestrian harus memiliki rasa
aman dan nyaman terhadap pejalan kaki,keamanan disini dapat berupa batasan-
batasan dengan jalan yang berupa
peninggian trotoar, menggunakan pagar
pohon dan menggunakan street furniture.
Selain merasa aman, mereka juga harus
merasa nyaman dimana jalur pedestrian
harus bersifat rekreatif karena hal tersebut
sangat menunjang kenyamanan pejalan kaki
saat menggunakan jalur pedestrian sebagai
jalur mereka. Salah satu penyebab
banyaknya tingkat kecelakaan yang terjadi
pada pejalan kaki di jalur pedestrian adalah
akibat pencampuran fungsi jalur pedestrian
dengan aktifitas yang lain.
Lebar Minimum Trotoar dapat didapat
dengan menggunakan persamaan berikut :
.. (1)
Dimana :
We = Lebar minimum trotoar (m)
V = Volume pejalan kaki (org/menit/m)
N = Lebar tambahan sesuai keadaan
setempat (m)
Tabel 3 : Lebar Tambahan sesuai keadaan
setempat (N)
N (meter) Keadaan
1,5 Jalan di daerah pasar
1,0 Jalan di daerah perbelanjaan
0,5 Jalan daerah lain
C. TINGKAT PELAYANAN
Tingkat pelayanan pedestrian
menurut HCM berdasarkan ped space,
Volume (flow rate) dan kecepatan (speed)pejalan kaki dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4 : HCM Pedestrian LOS (Level of Service)
LOSPed Space
(m2/p)
Flow Rate
(p/min/m)
Speed
(m/s)
V/C
Ratio
A > 5,6 < 16 > 1,30 0,21
B 3,7-5,6 16-23 1,27-1,3 0,21-0,31
C 2,2-3,7 23-33 1,22-1,27 0,31-0,44
D 1,4-2,2 33-49 1,14-1,22 0,44-0,65
E 0,7-1,4 49-75 0,76-1,14 0,65-1.00
F < 0,7 Varies < 0,76 Variabel
Sumber : HCM, 2000
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
5/8
TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI 53
LOS A :
Pejalan kaki bergerak dalam jalur yang
diinginkan tanpa mengubah
gerakan mereka dalam merespon
pejalan kaki lainnya. kecepatan
bebas dipilih, dan konflik-konflik
antara pejalan kaki tidak mungkin
terjadi.
LOS B :
Pejalan kaki memiliki cukup area untuk
memilih kecepatan berjalan secara
bebas, untuk melewati pejalan kaki lain
dan merespon kehadiran mereka ketika
menyeleksi jalur berjalan.LOS C
Pejalan kaki memiliki ruang yang
cukup untuk melakukan kecepatan
berjalan normal dan untuk melewati
pejalan kaki lain. Gerak arah balik atau
menyilang dapat menyebabkan konflik-
konflik kecil dan kecepatan maupun
tingkat arus kadang-kadang rendah.
LOS D
Pejalan kaki bebas memilih kecepatan
individu dan untuk melewati pejalan
kaki lain terbatas. Gerakan silang atau
balik akan mengakibatkan konflik
dengan kemungkinan yang tinggi,
sering memerlukan perubahan
kecepatan dan posisi.
LOS E
Pejalan kaki membatasi kecepatan
berjalan normal, seringkali
menyesuaikan gerak tubuh mereka.
Ruang ini tidak cukup untuk melewati
pejalan kaki dengan kecepatan lebih
rendah. Volume desain mendekati
batasan kapasitas berjalan dengan
berhenti dan rintangan arus.
LOS F
Semua pejalan kaki berjalan dengan
kecepatan sangat terbatas dan gerakan
maju kemungkinan hanyalah menyeret
kaki. Disini sering kali ada kontak yang
tidak bisa dihindari dengan pejalan kaki
lainnya. Arus tidak stabil. Ruangan ini
jadi lebih dari pejalan kaki yang sedang
antri daripada arus pejalan kaki yang
sedang bergerak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode survey secara
langsung dilapangan guna mendapatkan arus
pejalan kaki dan kecepatan pejalan kaki.
Dengan karakteristik tersebut didapatkan
tingkat pelayanan dari jalur pejalan kaki
dengan menggunakan Tabel HCM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Volume Pejalan Kaki
Berdasarkan hasil survey dilapangan
yang dilakukan didapatkan volume pejalan
kaki 2 arah dengan lebar trotoar 1.8 m yaitu
sebagai berikut :
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
6/8
V. WAYONGKERE54
Tabel 5 : Volume Pejalan Kaki
Waktu Volume Pejalan Kaki
15 menit orang/15'/1.8m orang/menit/m Orang/det/m
(1) (2) (3) = (2)/(15 x 1.8) (4) = (3) / 60
13.30-13.45 210 7.78 0.13
13.45-14.00 189 7.00 0.12
14.00-14.15 197 7.30 0.12
14.15-14.30 202 7.48 0.12
14.30-14.45 227 8.41 0.14
14.45-15.00 163 6.04 0.10
15.00-15.15 197 7.30 0.12
15.15-15.30 178 6.59 0.11
15.30-15.45 175 6.48 0.11
15.45-16.00 167 6.19 0.1016.00-16.15 177 6.56 0.11
16.00-16.30 154 5.70 0.10
Sumber : Hasil Survey dan Olahan Data
B. Kecepatan Pejalan Kaki
Kecepatan pejalan kaki didapatkan
dengan menggunakan persamaan berikut ini
. (2)
Dimana :S = Kecepatan rata-rata pejalan kaki (m/det)
d = jarak tempuh (digunakan 30 m)
t = waktu tempuh rata-rata pejalan kaki
(det)
dari hasil survey lapangan
didapatkan waktu tempuh rata-rata pejalan
kaki (digunakan 6 sampel per 15 menit) dan
kecepatan rata-rata pejalan kaki seperti pada
tabel 6 berikut ini :
Tabel 6 : Kecepatan rata-rata pejalan kaki
Waktu t S Waktu t S
15 menit det m/det 15 menit det m/det
13.30-13.45 28.50 1.05 15.00-15.15 23.77 1.26
13.45-14.00 25.12 1.19 15.15-15.30 26.45 1.13
14.00-14.15 24.56 1.22 15.30-15.45 26.75 1.12
14.15-14.30 24.44 1.23 15.45-16.00 23.06 1.30
14.30-14.45 23.42 1.28 16.00-16.15 25.19 1.19
14.45-15.00 25.32 1.19 16.00-16.30 23.11 1.30
Sumber : Hasil Survey dan olahan data
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
7/8
TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI 55
C. Kepadatan Pejalan Kaki dan
Pedestrian Space
Kepadatan pejalan kaki didapatkan
dengan menggunakan persamaan berikut ini
dan (3)
Dimana :
D = Kepadatan (orang/M2)
S = Kecepatan rata-rata pejalan kaki (m/det)
V = Volume pejalan kaki (orang/det/m)
Ped.Sp = Pedestrian Space (M2/org)
Tabel 6 : Kepadatan Pejalan Kaki dan Pedestrian Space
Waktu V S D Ped.Sp
15 menit orang/detik/m m/det org/m2
m2/org
(1) (2) (3) (4) = (2) / (3) (5) = 1 / (4)
13.30-13.45 0.13 1.05 0.12 8.12
13.45-14.00 0.12 1.19 0.10 10.24
14.00-14.15 0.12 1.22 0.10 10.04
14.15-14.30 0.12 1.23 0.10 9.85
14.30-14.45 0.14 1.28 0.11 9.14
14.45-15.00 0.10 1.19 0.08 11.77
15.00-15.15 0.12 1.26 0.10 10.37
15.15-15.30 0.11 1.13 0.10 10.33
15.30-15.45 0.11 1.12 0.10 10.39
15.45-16.00 0.10 1.30 0.08 12.61
16.00-16.15 0.11 1.19 0.09 10.89
16.00-16.30 0.10 1.30 0.07 13.66
Sumber : Hasil Olahan Data
KESIMPULAN
Dari hasil analisa data didapat
Volume pejalan kaki berada antara 6-8
org/menit/m, Kecepatan pejalan kaki 1,05
1,30 m/s dan ruang pedestrian didapat 8,12
13,66 m2/org. dari hasil tersebut didapatkan
bahwa Tingkat pelayanan dari jalur pejalan
kaki daerah TKB termasuk LOS A yangberarti Pejalan kaki bergerak dalam jalur
yang diinginkan tanpa mengubah
gerakan mereka dalam merespon pejalan
kaki lainnya. kecepatan
bebas dipilih, dan konflik-konflik antara
pejalan kaki tidak mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Manado, 2009.
Manado Dalam Angka 2009. Manado
Badan Pusat Statistik Kota Manado, 2010.
Manado Dalam Angka 2010. Manado
Ditjen Bina Marga. 1991, Pedoman Teknis
Perencanaan Spesifikasi Trotoar.
JakartaDitjen Bina Marga. 1992, Standar
Perencanaan Geometrik Jalan Kota.
Jakarta
Lumsden, L., and R. Tolley. 1999.
Techniques for planning local
networks: Developing a walking
-
7/27/2019 6.) HAL 49-56 (Hasil Penelitian) Vanny Wayongkere
8/8
V. WAYONGKERE56
strategy. World Transport Policy &
Practice 5, no. 1: 1723.
Munawar, A. 2006. Manajemen Lalu Lintas
Perkotaan. Beta Offset, Jogyakarta.
Shirvani H. 1985. The Urban Design and
Process. Van Nostrand Reinhold
Company, New York
Transportation Research Board (TRB).
2000. Highway Capacity Manual,
Washington
Untermann, Richard K. 1986.Accomodating
The Pedestrian. Van Nostrand
Reinhold Company, New York
ISSN 2085-7020