6 cara-mendisiplinkan-anak

15

Click here to load reader

Upload: 5ury4

Post on 20-Feb-2017

2.699 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 2: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Sekarang kita akan membahas satu topik yang sangat seru sekali yaitu tentang

kedisiplinan. Anda mungkin sering mendengar bahwa banyak orang tua atau

mungkin Anda sendiri yang mengatakan saya akan mendisiplinkan anak saya. Apa

yang Anda maksud dengan mendisiplinkan anak Anda? Atau mungkin, Anda bertemu

dengan gurunya dan gurunya mengatakan anak ibu ini harus sering di disiplinkan dan

kemudian Anda menimpali perkataan gurunya yah saya setuju bu guru, Anda juga

harus mendisiplinkan anak saya di sekolah. Nah apa sih yang sebenarnya disebut

dengan mendisiplinkan anak?

Selama ini saya berbicara dan saya bertanya

dengan orangtua “apa sih yang dimaksud

dengan mendisiplinkan anak?” Jika kita

mengatakan “saya mau mendisiplinkan anak

saya” sebetulnya asosiasi atau persamaannya

apa sih? Biasanya kebanyakan orang tua

mengasosiasikan mendisiplinkan dengan

MENGHUKUM. Betul? Kebanyakan itulah yang

sering terjadi, mendisiplinkan berarti sama

dengan menghukum seorang anak, sama

dengan membuat seorang anak itu jera

melakukan sesuatu.

Marilah sekarang coba kita lihat sebetulnya apa sih disiplin itu. Disiplin berasal dari

satu kata latin Discipulus yang artinya adalah pemuridan atau cara kita memberikan

contoh, cara kita mengangkat seorang murid. Nah kalau kita berbicara tentang

pemuridan maka sebenarnya disiplin adalah bagaimana cara kita itu melatih pikiran

dan karakter itu dari seorang anak secara bertahap, dengan kemudian dia bisa

menjadi seseorang yang memiliki kontrol diri dan akhirnya dia bisa bersosialisasi dan

Page 3: 6 cara-mendisiplinkan-anak

diterima oleh masyarakat. Itulah sebetulnya maksud dan tujuan dari disiplin. Saya

ulangi, melatih pikiran dan karakter seorang anak secara bertahap sehingga

kemudian ia menjadi seseorang yang bisa memiliki kontrol diri dan diterima oleh

lingkungannya atau bisa bersosialisasi.

Nah melatih mereka tidak harus melalui sebuah hukuman, hukuman hanyalah salah

satu dari sekian cara dan biasanya itu adalah cara yang paling akhir untuk membuat

seorang anak bisa memiliki satu kontrol diri yang baik. Namun yang sering terjadi di

masyarakat adalah hukuman ini dipakai di nomor satu, artinya jika kita mengatakan

saya mau mendisiplinkan seorang anak maka itu berarti tidak lama lagi anak itu pasti

dihukum dan anak itu pasti mengalami sesuatu yang menyakitkan. Selama ini kita

mendengar kata mendisiplinkan itu konotasinya agak negatif padahal sebetulnya

tidak.

Sekarang mari kita lihat lebih jauh tentang disiplin. Kalau kita bagi, disiplin itu ada

dua jenis, yaitu sebuah disiplin yang bisa membangun harga diri dan sebuah disiplin

yang digunakan dengan cara merusak harga diri atau menggunakan rasa bersalah

untuk membuat seseorang menjadi lebih baik lagi. Nah, misalkan saya contohkan

menggunakan rasa bersalah pada seorang anak adalah “tuh kan salah, kamu gak

boleh seperti itu, coba lihat tuh akibatnya, kan orang lain bisa terluka, bisa begini

begitu, kamu itu harusnya lebih sopan, harus lebih begini lebih begitu dsb” nah

seorang anak akan menjawab “ya.. saya salah”, apakah itu bagus? Dalam tingkatan

tertentu kadar sedikit itu bagus, tetapi jika terlalu banyak maka sangat buruk sekali.

Karena harga diri seseorang akan rusak dan dia akan merasa bahwa saya ini memang

orang tidak berguna, buktinya saya selalu salah, selalu disalahkan, mendingan saya

tidak usah melakukan apapun dan dia akan tumbuh menjadi seseorang yang tidak

punya inisiatif dalam hidupnya. Kita tentu tidak mau anak kita seperti itu bukan,

karena itu hindari disiplin dengan menggunakan perasaan bersalah.

Page 4: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Kebanyakan dari apa yang saya amati dan diceritakan oleh klien-klien saya, mereka

mengatakan bahwa sebenar-nya mereka itu kesal dengan dirinya sendiri, mereka

capek harus mengurus ekonomi keluarga, harus mengurus bekerja, harus mengurus

bisnis harus ini itu dsb. Termasuk juga harus mengurus pasangan, mengurus

papanya, mengurus mamanya dan kemudian sekarang tiba-tiba dihadapkan seorang

anak yang “mama..” dan dia merengek ini dan itu. Anda begitu capek dengan diri

sendiri dan terpicu, kemudian Anda punya ekspektasi seharusnya kamu nggak boleh

begitu, kamu sudah besar. Kita meledak dan kita marah, pada akhirnya kita

menghukum mereka. Yah itulah salah satu penyebab disiplin negatif, sebetulnya kita

capek, kita kesal dengan diri kita sendiri. Anda pernah merasakannya, saya juga

pernah merasakannya.

Page 5: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Berikutnya adalah melihat contoh, bahwa kita dulu dibesarkan dengan cara seperti

itu dan sekarang akhirnya kita sukses. Karena itu kita berpikir bahwa itulah cara

mendidik anak yang sebenarnya dan kemudian kita mencontoh cara-cara itu dan kita

melakukannya tanpa berpikir panjang lagi. Jadi kita melihat contoh-contoh bahwa

seperti itulah seharusnya disiplin dilakukan dan mungkin jika Anda bertanya “kalau

saya dengan begitu saja bisa sukses seharusnya anak saya juga bisa dong”.

Disamping bertanya seperti itu, menurut saya ada baiknya dia juga bisa berdoa

semoga suatu hari dia memperoleh pencerahan sehingga apa-apa yang dilakukan di

masa kecil anaknya itu tidak akan dimaknai dengan salah oleh sang anak. Sebab yang

lainnya adalah, karena kita belajar sepotong-sepotong dan kita tidak tahu cara yang

lain. Satu-satunya cara yang kita tahu adalah itu dan akhirnya kita pakai terus cara itu

sampai kapanpun.

Coba Anda renungkan satu hal lagi, mari bersama-sama kita pikir seandainya kita

dibesarkan dengan cara yang lebih positif, pasti akan lebih baik lagi. Apakah

kemungkinan sukses kita saat ini jauh lebih besar dari yang sekarang kita capai? Atau

mungkin jauh lebih cepat dari yang sekarang ini kita capai, apakah ada kemungkinan

itu? Ya tentu ada, karena itu marilah kita menggunakan sebuah disiplin yang bisa

membangun harga diri seseorang sehingga akhirnya anak kita nantinya tidak harus

menghabiskan waktunya untuk mencari puzzle-puzzle di dalam dirinya yang tercerai

berai karena proses pendidikan dan proses pola asuh yang kurang tepat yang ia alami

waktu kecil.

Page 6: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Sangat banyak sekali, saya mendaftar beberapa

disiplin negatif yang cukup merusak anak kita di

masa depan, yang pertama adalah perasaan

bersalah. Jika seseorang punya perasaan

bersalah maka dia tidak akan bisa berpotensi

secara maksimal dan perasaan salah yang

berlebihan itu akan menyebabkan seseorang

akan memiliki gangguan di pencernaannya,

penyakit maag adalah salah satunya. Kemudian

dampak yang berikutnya adalah kita akan cenderung menghukum diri kita dengan

yang disebut self sabotase, dimana pada saat kita ingin melakukan sesuatu dan

kemudian hampir berhasil “ah udah deh gak usah, gak usah, ribet-ribet, gak usah,

batal-batal” dsb. Akhirnya batal lagi dan mengulangi suatu yang lain lagi, ingin

sukses lagi saat-saat hampir mencapai sukses “udah deh bubar-bubar terusin sendiri”

dsb. Itu adalah satu simtom dari menghukum diri sendiri.

Kemudian seseorang anak akan makin merasa tidak dicintai karena adanya disiplin-

disiplin negatif, karena anak akan memaknai bahwa “wah papa jahat, mama jahat,

katanya sayang tapi kalo sayang kenapa saya harus dibeginiin?” Anak akan menjadi

tidak merasa dicintai oleh orangtuanya, kemudian hal itu akan membuat seseorang

membutuhkan pengakuan atau perhatian yang berlebihan dan biasanya dia akan

menjadi seorang yang pemarah, jika ada sesuatu yang tidak dikehendaki dia akan

gampang marah, nah itu adalah salah satu cara untuk mendapatkan pengakuan dari

Page 7: 6 cara-mendisiplinkan-anak

orang lain. Itu adalah dampak dari disiplin-disiplin negatif, dimana seseorang akan

memerlukan pengakuan yang berlebihan dari orang lain.

Dampak yang berikutnya adalah kemampuan sosialisasi yang jelek sekali. Anak

minder, menutup diri dan menarik diri dari pergaulan sosial. Itulah simtom dari

sebuah perasaan harga diri rendah sebenarnya. Yang berikutnya adalah perasaan diri

tidak berharga, inilah yang sangat-sangat merusak sekali. Begitu seseorang merasa

dirinya tidak berharga maka ia akan susah sekali mencapai apa yang ia inginkan

dalam hidupnya, mengapa? Karena bisa jadi ia akan memiliki khayalan-khayalan saja

tetapi tidak akan berani untuk mewujudkannya. Karena ia merasa tidak layak untuk

mendapatkan itu semua. Itulah sebuah dampak dari disiplin negatif yang kita lakukan

pada seorang anak.

Page 8: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Tanda-tanda yang pertama adalah ketika seseorang anak mulai susah diatur dan

susah diajak kerja sama. Biasanya dia akan membangkang, dia akan semaunya sendiri

dan kemudian dia mulai mengatur “saya tidak mau ini dan itu, pokoknya harus

begini”. Itulah satu tanda dimana kita harus mulai membuat disiplin itu menjadi lebih

manusiawi lagi, itu adalah tanda-tanda seorang anak memiliki harga diri yang negatif.

Dia ingin mendapatkan pengakuan yang berlebihan, dia ingin mendapatkan

perhatian. Kemudian dia akan menjadi kurang terbuka pada orang tuanya. Anda

mungkin sering menjumpai seorang anak yang ditanya “eh bagaimana tadi

sekolahnya?”, “ah biasa aja” “lo kok biasa aja, tadi diajarin apa?” “ yah begitu itu”,

“terus gimana perasaan kamu?” “malas ah!” Anda sering menjumpai perkataan-

perkataan seperti itu bukan? Yah, anak-anak akan menjawab pertanyaan kita dengan

Page 9: 6 cara-mendisiplinkan-anak

biasa, malas, ya begitu itu, udahlah gak usah tanya-tanya, bicara yang lain. Mereka

kurang begitu terbuka, namun anehnya mereka begitu banyak cerita kepada

temannya. Anda tentu heran bukan, mengapa pada temannya bisa begitu banyak

cerita sementara pada kita orangtuanya hanya dijawab malas ah, ya begitu itu, tidak

usah tanya lah, ah biasa. Aneh bukan ya? Itulah yang sering terjadi pada anak-anak

kita. Kekurang terbukaan pada orangtua dan kemudian anak-anak mulai menanggapi

negatif tentang segala sesuatu. “Yah biarin saja, emang jelek kok, hasil kerjaan ku”

nah itu adalah tanda seorang anak memiliki harga diri yang mulai terluka disana.

Anda harus waspada, Anda harus mengganti pendekatan Anda secepatnya.

Sekarang kita akan mempelajari apa saja yang perlu kita lakukan untuk menerapkan

sebuah disiplin yang bisa membangun harga diri. Ingat seperti yang saya katakan

tadi, disiplin itu ada tahapannya. Disiplin adalah satu proses yang secara bertahap

melatih seorang anak memiliki kontrol diri. Nah kalau begitu apa saja tahapan-

tahapan yang kita perlu lakukan sehingga kita tidak sampai melukai harga diri

seorang anak?

Ya, kita meminta dia misalkan untuk menggosok giginya. “Papa boleh minta?

Papa minta setiap malam kamu gosok gigi, Papa akan temenin kamu, kalau

kamu merasa nggak bisa nanti papa akan bantu kamu”. Kita meminta dia,

lakukan permintaan ini sampai beberapa kali sehingga akhirnya dia mulai

terbiasa dan dia mulai memiliki satu kebiasaan sendiri disitu. Ya kita minta dan

minta, minta, minta terus, terus dan terus seperti itu sampai itu menjadi

sebuah kebiasaan bagi dia. Meminta saja cukup, itu yang kita lakukan. Ok kita

tetap bisa minta ke dia untuk melakukan sesuatu, maka mintalah jika tidak

perlu melakukan yang lain lagi.

Page 10: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Yah tentunya dengan memperhatikan cara-cara komunikasi yang baik. Berikan

penjelasan yang benar dan tepat, bukan ancaman atau hal yang dirasa

membingukan anak (misal: jika bermain didepan pintu nanti kalau tidur

malam di mimpiin tuyul, padahal hal jika bermain didepan pintu menghalangi

lalu lintas dirumah). Dalam bagian ini termasuk memberikan penjelasan

aturan mana yang boleh dan tidak, serta berikan penjelasannya.

Komunikasikan peraturannya.

Biasanya ini untuk hal-hal yang sifatnya sudah mengarah ke hal-hal yang

membahayakan diri anak. Maka kita akan memberikan instruksi langsung dan

memerintah dia. Tentunya setiap kali kita melakukan proses kedisiplinan ini

tetap patuhi aturan komunikasi yang baik, komunikasi yang bisa membangun

harga diri seorang anak. Saya ulangi saja, komunikasi itu harus melibatkan

unsur mengakui perasaan, memahami perasaan dan kemudian mulai

mengarahkannya.

Seseorang belajar dengan pengalaman, ada seorang anak yang ketika

diberitahu bahwa kalau ulangannya jelek itu sangat tidak enak. Mungkin

beberapa anak bisa diberi tahu, bisa diminta mau belajar untuk ulangannya.

Tapi mungkin beberapa anak harus diberikan beberapa pengalaman, begitu

ulangannya jelek dia merasa sedih. Dan mungkin beberapa anak lebih parah

lagi dia harus mengalami suatu proses dimana dia tidak naik kelas dan

kemudian setelah itu dia terpacu untuk belajar. Itulah cara seseorang belajar,

belajar melalui pengalaman. Jika memang itu harus terjadi ya terjadilah, tetapi

Page 11: 6 cara-mendisiplinkan-anak

maknai itu dengan positif. Usahakan bahwa Anda bisa melakukan dengan

yang nomor satu yaitu meminta, dengan penjelasan atau memberikan

perintah kepada anak dengan komunikasi yang baik.

Ya, tahapan yang berikutnya adalah dengan memberikan satu hadiah kepada

mereka, tentunya Anda harus menyesuaikannya. Yang Anda harus beri hadiah

adalah usahanya, bukan prestasinya dia. Jadi bukan nilai sepuluh yang dia

dapat di ulangan yang diberi hadiah, tetapi usahanya dia dalam belajar untuk

mengalahkan keinginannya untuk menonton televisi. Nah itulah yang kita

berikan sesuatu hadiah, artinya perilakunya yang kita perkuat di situ. Yah, rasa

bangga dirinya bahwa dia bisa menaklukkan dirinya dari keinginan menonton

televisi untuk belajar. Inilah yang kita perlu beri penghargaan, bukan nilai-

nilainya.

Pastikan hukuman itu mendidik dia, pastikan hukuman itu bisa membuat dia

merenung, pastikan hukuman itu bisa membuat dia mengintrospeksi dirinya,

jadi bukan sekedar memuaskan emosi diri kita sendiri. Hukuman itu harus

konstruktif (membangun) bagi anak kita, misalkan dia diminta menulis satu

kalimat yang positif misalkan saya akan semakin rajin, bukan saya berjanji

tidak malas, bukan saya berjanji tidak akan bohong, sebaiknya saya berjanji

akan mengatakan yang sebenarnya. Ingat prinsip komunikasi, katakan apa

yang Anda inginkan untuk terjadi. itulah salah satu contoh hukuman-hukuman

yang konstruktif.

Page 12: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Berikut ini, kita akan belajar bagaimana menyampaikan pesan tentang disiplin

kepada anak kita atau anak didik kita disekolah. Hal apa yang perlu mereka tangkap

dan bagaimana kita menyampaikannya. Saya berikan ilustrasinya dan Anda boleh

mengubahnya sesuai kebutuhan situasi ataupun berdasarkan pengalaman Anda.

Gunakan bahasa yang mudah bagi anak seusianya, sehingga tujuan dari perubahan

karakter ini tercapai.

Alkisah ada seekor katak dengan sebuah ember

air. Dalam kisah ini menggambarkan tentang

hukum kemerosotan.

Kalau kamu mengambil seekor katak yang

cerdas dan bahagia, lalu menjatuhkannya ke

dalam seember air mendidih, apa yang akan ia

lakukan? Melompat ke luar! Seketika itu juga

sang katak memutuskan: “Tempat ini tidak

menyenangkan, aku harus keluar dari sini!”

Akan tetapi, ambillah katak yang sama, atau

saudaranya dan jatuhkan dia ke dalam seember

air dingin, letakkan embernya di atas kompor, kemudian panaskan embernya secara

bertahap. Lalu bagaimana? Sang katak akan tetap rileks dan beberapa menit

kemudian ia mengatakan kepada diri sendiri: “Tampaknya di sini agak hangat.” dan

setelah itu segeralah kamu mendapatkan katak rebus.

Pesan moral ceritanya? Ketika perubahan terjadi secara bertahap, sang katak tidak

memperhatikan apa yang terjadi hingga semuanya terlambat sudah. Seperti sang

katak, kita juga bisa terkecoh dan tiba-tiba semua terlambat sudah!

Page 13: 6 cara-mendisiplinkan-anak

PERTANYAAN - Seandainya besok pagi kamu bangun dengan 20 kilo lebih berat,

akankah kamu khawatir? Tentu saja! Kamu akan menghubungi rumah sakit: “Unit

Gawat Darurat! Saya gendut!” Akan tetapi, ketika segalanya terjadi secara bertahap,

satu kilo pada bulan ini, satu kilo pada bulan berikutnya, kita cenderung

membiarkannya saja, tiba-tiba kamu sudah 20 kilo lebih berat.

Ketika kamu melampaui anggaran belanjamu atau jajanmu sebesar seribu rupiah

dalam sehari, hal itu bukan masalah besar. Akan tetapi, kalau kamu mengulanginya

besok, hari berikutnya dan berikutnya lagi, pada akhirnya kamu tidak mempunyai

uang. Bagi orang yang tidak mempunyai uang, mengalami kenaikan berat badan,

gagal dalam ujian, biasanya bukan karena satu bencana besar-melainkan sedikit demi

sedikit, lalu suatu hari “Duarrr!” dan mereka mengatakan: “Apa yang terjadi?”

Hal-hal kecil menumpuk menjadi hal-hal besar-seperti tetesan air yang melubangi

batu karang. Prinsip katak mengajarkan kita untuk memperhatikan setiap

kecenderungan. Setiap harinya, kita bertanya kepada diri sendiri: “Ke mana aku

menuju? Apakah aku lebih bugar, lebih sehat, lebih bahagia, lebih makmur daripada

tahun lalu?” Kalau tidak, kita perlu mengubah apa yang kita lakukan.

Jadi tetaplah disiplin melakukan hal-hal kecil yang tidak kamu sukai, maka kamu bisa

melewatkan kehidupanmu melakukan hal-hal besar yang kamu sukai. Disiplin

bukanlah kata yang disukai semua orang. Dalam hal popularitasnya di Inggris, kata ini

mungkin terletak kira-kira di antara kata dokter gigi dengan kata diare (Dentist,

Discipline and Diary: hal yang tidak diinginkan manusia pada umumnya). Padahal

disiplin diri menghasilkan segala perbedaan.

Page 14: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Disiplin diri dalam hal-hal kecil adalah belajar, bukan menonton TV dan hal ini

menuntun pada suatu hal besar dan hasil yang lebih baik. Disiplin diri dalam hal-hal

kecil adalah tiga kali dalam seminggu berolahraga di pusat kebugaran dan akan

menuntun pada suatu hal besar kehidupan yang lebih sehat.

Kunci disiplin diri adalah mengetahui MENGAPA kamu menginginkan sesuatu. Kalau

kamu mempunyai sasaran dan sesuatu untuk menabung, menabung akan lebih

mudah. Kalau kamu mengetahui jelas mengapa kamu ingin memperbaiki nilai

ujianmu, belajar akan lebih mudah.

Satu hal lagi tentang disiplin: ketika kamu

mendisiplinkan diri, kamu tidak perlu

didisiplinkan orang lain. Akibatnya, kamu bisa

mengelola kehidupanmu sendiri tanpa perlu

disuruh.

Ketika kamu tidak disiplin, kamu akan

didisiplinkan orang lain. Orang yang tidak

sanggup mendisiplinkan diri sendiri sering

ditempatkan dalam pekerjaan di mana mereka

diperintah. Orang yang mutlak tidak berdisiplin

diri akan dipenjara!

Page 15: 6 cara-mendisiplinkan-anak

Baiklah para pembaca yang budiman, sekarang kita sudah sampai pada penghujung

dari e-book ini. Semoga kehadiran kami dapat membantu dan menginspirasi banyak

masyarakat terutama guru dan orangtua untuk mengambil tanggung jawab dalam

membentuk karakter anak dan karakter bangsa dimasa depannya, serta demi

majunya pendidikan Indonesia dan kehidupan yang jauh lebih berkualitas di negara

kita yang tercinta ini.