6 cara mendisiplinkan anak

Upload: rendy-rasyid

Post on 15-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Guidance to be a good parent

TRANSCRIPT

  • 1

    Sekarang kita akan membahas satu topik yang sangat seru sekali yaitu tentang kedisiplinan.

    Anda mungkin sering mendengar bahwa banyak orangtua atau mungkin Anda sendiri yang

    mengatakan saya akan mendisiplinkan anak saya. Apa yang Anda maksud dengan

    mendisiplinkan anak Anda? Atau mungkin, Anda bertemu dengan gurunya dan gurunya

    mengatakan anak ibu ini harus sering di disiplinkan dan kemudian Anda menimpali perkataan

    gurunya yah saya setuju bu guru, Anda juga harus mendisiplinkan anak saya di sekolah. Nah

    apa sih yang sebenarnya disebut dengan mendisiplinkan anak?

    Selama ini saya berbicara dan bertanya kepada para orangtua, apa sih yang dimaksud

    dengan mendisiplinkan anak? Jika kita mengatakan saya mau mendisiplinkan anak saya

    sebetulnya asosiasi atau persamaannya apa sih? Biasanya kebanyakan orangtua akan

    mengasosiasikan mendisiplinkan dengan MENGHUKUM. Betul? Kebanyakan itulah yang

    sering terjadi, mendisiplinkan berarti sama dengan menghukum seorang anak, sama dengan

    membuat seorang anak itu jera melakukan sesuatu.

    Marilah sekarang coba kita lihat sebetulnya apa sih

    disiplin itu. Disiplin berasal dari satu kata latin

    Discipulus yang artinya adalah pemuridan atau cara

    kita memberikan contoh, cara kita mengangkat

    seorang murid. Nah kalau kita berbicara tentang

    pemuridan maka sebenarnya disiplin adalah bagaimana

    cara kita melatih pikiran dan karakter itu dari seorang

    anak secara bertahap, sehingga dia bisa menjadi

    seseorang yang memiliki kontrol diri dan akhirnya bisa

    bersosialisasi dan diterima oleh masyarakat. Itulah

    sebetulnya maksud dan tujuan dari disiplin. Saya

    ulangi, melatih pikiran dan karakter seorang anak

    secara bertahap sehingga kemudian ia menjadi

    seseorang yang bisa memiliki kontrol diri dan diterima

    oleh lingkungannya atau bisa bersosialisasi.

    Kebanyakan orangtua mengasosiasikan mendisiplinkan dengan menghukum

  • 2

    Nah melatih mereka tidak harus melalui sebuah hukuman, hukuman hanyalah salah satu dari

    sekian cara dan biasanya itu adalah cara yang paling akhir untuk membuat seorang anak bisa

    memiliki satu kontrol diri yang baik. Namun yang sering terjadi di masyarakat adalah

    hukuman ini dipakai di nomor satu, artinya jika kita mengatakan saya mau mendisiplinkan

    seorang anak maka itu berarti tidak lama lagi anak itu pasti dihukum dan mengalami sesuatu

    yang menyakitkan. Selama ini kita mendengar kata mendisiplinkan itu konotasinya agak

    negatif padahal sebetulnya tidak.

    Sekarang mari kita lihat lebih jauh tentang disiplin. Kalau kita bagi, disiplin itu ada dua jenis,

    yaitu sebuah disiplin yang bisa membangun harga diri anak dan sebuah disiplin yang

    digunakan dengan cara merusak harga diri anak, atau menggunakan rasa bersalah untuk

    membuat seorang anak menjadi lebih baik lagi. Nah, misal saya contohkan disiplin yang

    menggunakan rasa bersalah pada seorang anak adalah tuh kan salah, kamu nggak boleh

    seperti itu, coba lihat tuh akibatnya, kan orang lain bisa terluka, bisa begini begitu, kamu itu

    harusnya lebih sopan, harus lebih begini lebih begitu dsb nah seorang anak akan menjawab

    ya.. saya salah, apakah itu bagus? Dalam tingkatan tertentu kadar sedikit itu bagus, tetapi

    jika terlalu banyak maka sangat buruk sekali. Karena harga diri seseorang akan rusak dan dia

    akan merasa bahwa saya ini memang orang tidak berguna, buktinya saya selalu salah, selalu

    disalahkan, lebih baik saya tidak usah melakukan apapun dan dia akan tumbuh menjadi

    seseorang yang tidak punya inisiatif dalam hidupnya. Kita tentu tidak mau anak kita seperti

    itu bukan? karena itu hindari disiplin dengan menggunakan perasaan bersalah.

    Disiplin itu ada dua jenis, yaitu sebuah disiplin yang bisa membangun harga diri anak dan sebuah disiplin yang digunakan

    dengan cara merusak harga diri anak

  • 3

    Mengapa orangtua seringkali terperangkap menerapkan disiplin negatif yang merusak

    harga diri seorang anak?

    Kebanyakan dari apa yang saya amati dan diceritakan oleh klien-klien saya, mereka

    mengatakan bahwa sebenarnya mereka itu kesal dengan dirinya sendiri, mereka capek harus

    mengurus ekonomi keluarga, harus mengurus bekerja, harus mengurus bisnis, harus ini itu

    dan sebagainya. Termasuk juga harus mengurus pasangan, mengurus papanya, mengurus

    mamanya dan kemudian sekarang tiba-tiba dihadapkan seorang anak yang mama.. dan

    kemudian merengek ini dan itu. Anda begitu capek dengan diri sendiri dan terpicu, kemudian

    Anda punya ekspektasi seharusnya kamu tidak boleh begitu, kamu sudah besar. Kita

    meledak dan kita marah, pada akhirnya kita menghukum mereka. Yah itulah salah satu

    penyebab disiplin negatif, sebetulnya kita capek, kita kesal dengan diri kita sendiri. Anda

    pernah merasakannya, saya juga pernah merasakannya.

    Orangtua seringkali terperangkap menerapkan disiplin negatif yang merusak harga diri seorang anak

  • 4

    Berikutnya adalah melihat contoh, bahwa kita dulu dibesarkan dengan cara seperti itu dan

    sekarang akhirnya kita sukses. Karena itu kita berpikir bahwa itulah cara mendidik anak yang

    benar dan kemudian kita mencontoh cara-cara itu dan kita melakukannya tanpa berpikir

    panjang lagi. Jadi kita melihat contoh-contoh bahwa seperti itulah seharusnya disiplin

    dilakukan dan mungkin jika Anda bertanya kalau saya dengan begitu saja bisa sukses

    seharusnya anak saya juga bisa dong. Disamping bertanya seperti itu, menurut saya ada

    baiknya juga dia bisa berdoa semoga suatu hari dia memperoleh pencerahan sehingga apa-

    apa yang dilakukan di masa kecil anaknya itu tidak akan dimaknai dengan salah oleh sang

    anak.

    Sebab yang lainnya adalah, karena kita belajar sepotong-sepotong dan kita tidak tahu cara

    yang lain. Satu-satunya cara yang kita tahu adalah itu dan akhirnya kita pakai terus cara itu

    sampai kapanpun. Coba Anda renungkan satu hal lagi, mari bersama-sama kita pikir

    seandainya kita dibesarkan dengan cara yang lebih positif, pasti hasilnya akan lebih baik lagi.

    Apakah kemungkinan sukses kita saat ini jauh lebih besar dari yang sekarang kita capai?

    Atau mungkin jauh lebih cepat dari yang sekarang ini kita capai, apakah ada kemungkinan

    itu? Ya saja tentu ada, karena itu marilah kita menggunakan sebuah disiplin yang bisa

    membangun harga diri seseorang anak sehingga akhirnya anak kita nantinya tidak harus

    menghabiskan waktunya untuk mencari puzzle-puzzle di dalam dirinya yang tercerai berai

    karena proses pendidikan dan proses pola asuh yang kurang tepat yang ia alami waktu kecil.

    Seandainya kita dibesarkan dengan cara yang lebih positif, pasti hasilnya akan lebih baik lagi

  • 5

    Apa dampak dari sebuah disiplin yang negatif kepada anak?

    Saya mendaftar beberapa disiplin negatif yang cukup merusak anak kita di masa depan, yang

    pertama adalah perasaan bersalah. Jika seseorang punya perasaan bersalah maka dia tidak

    akan bisa berpotensi secara maksimal dan perasaan salah yang berlebihan itu akan

    menyebabkan seseorang akan memiliki gangguan di pencernaannya, penyakit maag adalah

    salah satunya. Kemudian dampak yang berikutnya adalah kita akan cenderung menghukum

    diri kita dengan yang disebut self sabotase, dimana pada saat kita ingin melakukan sesuatu

    dan kemudian hampir berhasil ah.. sudah deh nggak usah ribet-ribet, nggak usah, batal-

    batal dan sebagainya. Akhirnya batal lagi dan mengulangi suatu yang lain lagi, ingin sukses

    lagi saat-saat hampir mencapai sukses udah deh bubar-bubar terusin sendiri dan

    sebagainya. Itu adalah satu symptom dari menghukum diri sendiri.

    Seorang anak akan makin merasa tidak dicintai karena adanya disiplin-disiplin negatif

  • 6

    Kemudian seseorang anak akan makin merasa tidak dicintai karena adanya disiplin-disiplin

    negatif, karena anak akan memaknai bahwa wah.. papa jahat, mama jahat, katanya sayang

    tapi kalau sayang kenapa saya harus dibeginikan? Anak akan menjadi tidak merasa dicintai

    oleh orangtuanya, kemudian hal itu akan membuat seseorang membutuhkan pengakuan

    atau perhatian yang berlebihan dan biasanya dia akan menjadi seorang yang pemarah, jika

    ada sesuatu yang tidak dikehendaki dia akan mudah marah, nah itu adalah salah satu cara

    untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Itu adalah dampak dari disiplin-disiplin

    negatif, dimana seseorang akan memerlukan pengakuan yang berlebihan dari orang lain.

    Dampak yang berikutnya adalah kemampuan sosialisasi yang jelek sekali. Anak minder,

    menutup diri dan menarik diri dari pergaulan sosial. Itulah symptom dari sebuah perasaan

    harga diri rendah sebenarnya. Yang berikutnya adalah perasaan diri tidak berharga, inilah

    yang sangat-sangat merusak sekali. Begitu seseorang merasa dirinya tidak berharga maka ia

    akan susah sekali mencapai apa yang ia inginkan dalam hidupnya, mengapa? Karena bisa jadi

    ia akan memiliki khayalan-khayalan saja tetapi tidak akan berani untuk mewujudkannya.

    Karena ia merasa tidak layak untuk mendapatkan itu semua. Itulah sebuah dampak dari

    disiplin negatif yang kita lakukan pada seorang anak.

    Begitu seseorang merasa dirinya tidak berharga maka ia akan susah sekali mencapai apa yang ia inginkan dalam hidupnya

  • 7

    Apa tanda-tanda yang harus diperhatikan pada anak sebelum segala sesuatunya

    terlambat?

    Tanda-tanda yang pertama adalah ketika seseorang anak mulai susah diatur dan susah diajak

    kerja sama. Biasanya dia akan membangkang, dia akan semaunya sendiri dan kemudian dia

    mulai mengatur saya tidak mau ini dan itu, pokoknya harus begini, itulah satu tanda

    dimana kita harus mulai membuat disiplin itu menjadi lebih manusiawi lagi. Itu adalah

    tanda-tanda seorang anak memiliki harga diri yang negatif. Dia ingin mendapatkan

    pengakuan yang berlebihan, dia ingin mendapatkan perhatian dan kemudian dia akan

    menjadi kurang terbuka pada orangtuanya.

    Anda mungkin sering menjumpai seorang anak yang ditanya eh bagaimana tadi

    sekolahnya?, ah biasa aja lho kok biasa aja, tadi diajarin apa? yah begitu itu, terus

    gimana perasaan kamu? malas ah! Anda sering menjumpai perkataan-perkataan seperti

    itu bukan? Yah, anak-anak akan menjawab pertanyaan kita dengan biasa, malas, ya begitu

    itu, udahlah nggak usah tanya-tanya, bicara yang lain. Mereka kurang begitu terbuka, namun

    anehnya mereka begitu banyak cerita kepada temannya. Anda tentu heran bukan, mengapa

    pada temannya bisa begitu banyak cerita sementara pada kita orangtuanya hanya dijawab

    malas ah, ya begitu itu, tidak usah tanya lah, ah biasa. Aneh bukan ya? Itulah yang sering

    terjadi pada anak-anak kita. Kekurangterbukaan pada orangtua dan kemudian anak-anak

    mulai menanggapi negatif tentang segala sesuatu. Yah biarin saja, emang jelek kok, hasil

    kerjaan ku nah itu adalah tanda seorang anak memiliki harga diri yang mulai terluka disana.

    Anda harus waspada, Anda harus mengganti pendekatan Anda secepatnya.

    Disiplin adalah satu proses yang secara bertahap melatih seorang anak memiliki kontrol diri

  • 8

    Sekarang kita akan mempelajari apa saja yang perlu kita lakukan untuk menerapkan sebuah

    disiplin yang bisa membangun harga diri. Ingat seperti yang saya katakan tadi, disiplin itu

    ada tahapannya. Disiplin adalah satu proses yang secara bertahap melatih seorang anak

    memiliki kontrol diri. Nah kalau begitu apa saja tahapan-tahapan yang kita perlu lakukan

    sehingga kita tidak sampai melukai harga diri seorang anak?

    1. Meminta Kepada Anak

    Ya, kita meminta dia misalkan untuk menggosok giginya. Papa boleh minta? Papa minta

    setiap malam kamu gosok gigi, Papa akan temenin kamu, kalau kamu merasa tidak bisa

    nanti papa akan bantu kamu. Kita meminta dia, lakukan permintaan ini sampai beberapa

    kali sehingga akhirnya dia mulai terbiasa dan dia mulai memiliki satu kebiasaan sendiri disitu.

    Ya kita minta dan minta, minta, minta terus, terus dan terus seperti itu sampai itu menjadi

    sebuah kebiasaan bagi dia. Meminta saja cukup, itu yang kita lakukan. Ketika kita ingin

    meminta anak untuk melakukan sesuatu, maka mintalah jika tidak perlu melakukan yang

    lain lagi.

    2. Melakukan Penjelasan

    Berikan penjelasan yang benar dan tepat, tentunya dengan memperhatikan cara-cara

    komunikasi yang baik, bukan ancaman atau hal yang dirasa membingungkan anak (misal, jika

    bermain didepan pintu nanti kalau tidur malam bisa mimpi diganggu tuyul, padahal jika

    bermain didepan pintu menghalangi lalu lintas di dalam rumah). Dalam bagian ini termasuk

    memberikan penjelasan aturan mana yang boleh dan tidak, serta berikan penjelasannya.

    Komunikasikan peraturannya.

  • 9

    3. Memberikan Instruksi Langsung

    Biasanya ini untuk hal-hal yang sifatnya sudah mengarah ke hal-hal yang membahayakan

    diri anak. Maka kita akan memberikan instruksi langsung dan memerintah dia. Tentunya

    setiap kali kita melakukan proses kedisiplinan ini tetap mematuhi aturan komunikasi yang

    baik, komunikasi yang bisa membangun harga diri seorang anak. Saya ulangi saja,

    komunikasi itu harus melibatkan unsur mengakui perasaan, memahami perasaan dan

    kemudian mulai mengarahkannya.

    4. Memberikan Pengalaman Kita Kepada Anak

    Seseorang belajar dengan pengalaman, ada seorang anak yang ketika diberitahu bahwa kalau

    ulangannya jelek itu sangat tidak enak. Mungkin beberapa anak bisa diberi tahu, bisa diminta

    mau belajar untuk ulangannya. Tapi mungkin beberapa anak harus diberikan beberapa

    pengalaman, begitu ulangannya jelek dia merasa sedih. Mungkin beberapa anak lebih parah

    lagi, dia harus mengalami suatu proses dimana dia tidak naik kelas dan kemudian setelah itu

    dia terpacu untuk belajar. Itulah cara seseorang belajar, belajar melalui pengalaman. Jika

    memang itu harus terjadi ya terjadilah, tetapi maknai itu dengan positif. Usahakan bahwa

    Anda bisa melakukan dengan yang nomor satu, yaitu meminta dengan penjelasan atau

    memberikan perintah kepada anak dengan komunikasi yang baik.

    5. Memberikan Sebuah Hadiah

    Ya, tahapan yang berikutnya adalah dengan memberikan satu hadiah kepada mereka,

    tentunya Anda harus menyesuaikannya. Yang Anda harus beri hadiah adalah usahanya,

    bukan prestasinya. Jadi bukan nilai sepuluh yang dia dapat di ulangan yang diberi hadiah,

    tetapi usahanya dia dalam belajar untuk mengalahkan keinginannya untuk menonton

    televisi. Nah itulah yang kita berikan sesuatu hadiah, artinya perilakunya yang kita perkuat di

    situ. Yah, rasa bangga dirinya bahwa dia bisa menaklukkan dirinya sendiri dari keinginan

  • 10

    menonton televisi untuk belajar. Inilah yang kita perlu beri penghargaan, bukan nilai-

    nilainya.

    6. Hukuman

    Pastikan hukuman itu mendidik anak, pastikan hukuman itu bisa membuat dia merenung,

    pastikan hukuman itu bisa membuat dia mengintrospeksi dirinya, jadi bukan sekedar

    memuaskan emosi diri kita sendiri. Hukuman itu harus konstruktif (membangun) bagi anak

    kita, misalkan dia diminta menulis satu kalimat yang positif saya akan semakin rajin, bukan

    menulis saya berjanji tidak akan malas. Ingat prinsip komunikasi, katakan apa yang Anda

    inginkan untuk terjadi, itulah salah satu contoh hukuman-hukuman yang konstruktif.

    Berikut ini, kita akan belajar bagaimana menyampaikan pesan tentang disiplin kepada anak

    kita atau anak didik kita disekolah. Hal apa yang perlu mereka tangkap dan bagaimana kita

    menyampaikannya. Saya berikan ilustrasinya dan Anda boleh mengubahnya sesuai

    kebutuhan, situasi ataupun berdasarkan pengalaman Anda. Gunakan bahasa yang mudah

    dipahami bagi anak seusianya, sehingga tujuan dari perubahan karakter ini tercapai.

    Alkisah ada seekor katak dengan sebuah panci air (dalam kisah ini menggambarkan tentang

    hukum kemerosotan). Kalau kamu mengambil seekor katak yang cerdas dan bahagia, lalu

    menjatuhkannya ke dalam panci berisi air mendidih, apa yang akan ia lakukan? Katak itu

    melompat keluar! Seketika itu juga sang katak memutuskan: Tempat ini tidak

    menyenangkan, aku harus keluar dari sini! Akan tetapi, ambillah katak yang sama, atau

    saudaranya dan jatuhkan dia ke dalam panci berisi air dingin, letakkan pancinya di atas

    kompor, kemudian panaskan pancinya secara bertahap. Lalu bagaimana? Sang katak akan

    tetap rileks dan beberapa menit kemudian ia mengatakan kepada diri sendiri Tampaknya di

    sini agak hangat dan setelah itu segeralah kamu mendapatkan katak rebus.

  • 11

    Pesan moral ceritanya? Ketika perubahan terjadi secara bertahap, sang katak tidak

    memperhatikan apa yang terjadi hingga semuanya terlambat sudah. Seperti sang katak, kita

    juga bisa terkecoh dan tiba-tiba semua terlambat sudah!

    PERTANYAAN - Seandainya besok pagi kamu

    bangun dengan 20 kilo lebih berat, akankah

    kamu khawatir? Tentu saja! Kamu akan

    menghubungi rumah sakit dan mengatakan

    Unit Gawat Darurat! Saya gendut! Akan tetapi,

    ketika segalanya terjadi secara bertahap, satu

    kilo pada bulan ini, satu kilo pada bulan

    berikutnya, kita cenderung membiarkannya saja,

    tiba-tiba kamu sudah 20 kilo lebih berat. Ketika

    kamu melampaui anggaran belanjamu atau

    jajanmu sebesar seribu rupiah dalam sehari, hal

    itu bukan masalah besar. Akan tetapi, kalau

    kamu mengulanginya besok, hari berikutnya dan

    berikutnya lagi, pada akhirnya kamu tidak

    mempunyai uang lagi. Bagi orang yang tidak

    mempunyai uang, mengalami kenaikan berat badan, gagal dalam ujian, biasanya bukan

    karena satu bencana besar, melainkan sedikit demi sedikit. Lalu suatu hari Duarrr! dan

    mereka mengatakan Apa yang terjadi? hal-hal kecil menumpuk menjadi hal-hal besar-

    seperti tetesan air yang melubangi batu karang.

    Prinsip katak mengajarkan kita untuk memperhatikan setiap kecenderungan. Setiap harinya,

    kita bertanya kepada diri sendiri Ke mana aku menuju? Apakah aku lebih bugar, lebih sehat,

    lebih bahagia, lebih makmur daripada tahun lalu? Kalau tidak, kita perlu mengubah apa yang

    kita lakukan. Jadi tetaplah disiplin melakukan hal-hal kecil yang tidak kamu sukai, maka

    kamu bisa melewatkan kehidupanmu melakukan hal-hal besar yang kamu sukai. Disiplin

  • 12

    bukanlah kata yang disukai semua orang. Dalam hal popularitasnya di Inggris, kata ini

    mungkin terletak kira-kira diantara kata dokter gigi dengan kata diare (Dentist, Discipline

    and Diarrhea, hal yang tidak diinginkan manusia pada umumnya). Padahal disiplin pada diri

    sendiri dapat menghasilkan segala perbedaan.

    Disiplin diri dalam hal-hal kecil adalah belajar,

    bukan menonton TV dan hal ini menuntun pada

    suatu hal besar dan hasil yang lebih baik. Disiplin

    diri dalam hal-hal kecil adalah tiga kali dalam

    seminggu berolahraga di pusat kebugaran dan

    akan menuntun pada suatu hal besar kehidupan

    yang lebih sehat. Kunci disiplin diri adalah

    mengetahui MENGAPA kamu menginginkan

    sesuatu. Kalau kamu mempunyai sasaran dan

    sesuatu untuk menabung, menabung akan lebih

    mudah. Kalau kamu mengetahui jelas mengapa

    kamu ingin memperbaiki nilai ujianmu, belajar

    akan lebih mudah.

    Satu hal lagi tentang disiplin, ketika kamu

    mendisiplinkan diri sendiri, maka kamu tidak

    perlu didisiplinkan oleh orang lain. Akibatnya, kamu bisa mengelola kehidupanmu sendiri

    tanpa perlu disuruh. Ketika kamu tidak disiplin, kamu akan didisiplinkan orang lain. Orang

    yang tidak sanggup mendisiplinkan diri sendiri sering ditempatkan dalam pekerjaan di mana

    mereka diperintah. Orang yang mutlak tidak dapat mendisiplinkan diri akan berakhir di

    penjara!

  • 13

    Baiklah para pembaca yang budiman, sekarang kita sudah sampai pada penghujung dari

    ebook ini. Semoga kehadiran kami dapat membantu dan menginspirasi banyak masyarakat,

    terutama guru dan orangtua untuk mengambil tanggung jawab dalam membentuk karakter

    anak dan karakter bangsa di masa depannya, serta demi majunya pendidikan Indonesia dan

    kehidupan yang jauh lebih berkualitas di negara kita yang tercinta ini.

    Salam

    pendidikankarakter.com

    Hard Cover, Full Colour, Limited Edition Dapatkan di toko buku Gramedia terdekat