6.bbkpsoetta.com/images/karantina/perundangan/kepbarantan/...berfungsi dalam sistem reproduksi...

49
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR :156/Kpts/KR.120/L/2/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP BENIH HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa karantina hewan memiliki tugas mencegah masuk, tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina melalui tindakan Karantina Hewan; b. bahwa Benihmerupakan salah satu media pembawa yang berpotensi membawa dan menyebarkan Hama Penyakit Hewan Karantina; c. bahwa Benih berisiko membawa Hama Penyakit Hewan Karantina yang sifatnya dapat diturunkan dan relatif mudah rusak apabila penanganannya tidak sesuai dengan standar, oleh karena itu diperlukan petunjuk teknis tindakan karantina terhadap Benih; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan terhadap Benih Hewan, dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002); 4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis- Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa; 5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR :156/Kpts/KR.120/L/2/2015

TENTANG PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN

TERHADAP BENIH HEWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa karantina hewan memiliki tugas mencegah masuk, tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina melalui tindakan Karantina Hewan;

b. bahwa Benihmerupakan salah satu media pembawa yang berpotensi membawa dan menyebarkan Hama Penyakit Hewan Karantina;

c. bahwa Benih berisiko membawa Hama Penyakit Hewan Karantina yang sifatnya dapat diturunkan dan relatif mudah rusak apabila penanganannya tidak sesuai dengan standar, oleh karena itu diperlukan petunjuk teknis tindakan karantina terhadap Benih;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan terhadap Benih Hewan, dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian;

Mengingat : 1. Undang-Undang 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002);

4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa;

5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

Page 2: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

2

6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina;

7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 104/Permentan/OT.140/8/2014 Tentang Tindakan Karantina Terhadap Benih Hewan;

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

TENTANG PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP BENIH HEWAN.

KESATU : Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap

Benih Hewansebagaimana tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanianini.

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada diktum

KESATU sebagai acuan bagi petugas karantina hewan dalam melakukan tindakan karantina hewan terhadap Benih Hewan.

KETIGA : KeputusanKepala Badan Karantina Pertanianini mulai

berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal10 februari 2015

KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

Ir. Banun Harpini, MSc NIP. 19601019 198503 2 001

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:

1. Menteri Pertanian RI;

2. Para Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian;

3. Para Pejabat Eselon II Lingkup Badan Karantina Pertanian;dan

4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian di Seluruh Indonesia.

Page 3: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

3

LAMPIRANKEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

NOMOR :156/Kpts/KR.120/L/2/2015 TANGGAL : 10 FEBRUARI 2015

PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP BENIH HEWAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) sesuai dengan tugas pokok karantina yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan serta dilaksanakan dengan berpegang pada PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan dengan memperhatikan berbagai faktor strategis yang dapat mempengaruhinya.

Benih merupakan salah satu media pembawa hama penyakit hewan karantina. Sesuai PP No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, Benih adalah bahan yang diperoleh dari hewan bibit untuk diproses lebih lanjut menjadi hewan, terdiri atas semen, embrio dan ova.

Hama Penyakit Hewan Karantina yang mungkin terdapat pada Benih adalah penyakit-penyakit reproduksi dan zoonosis baik HPHK golongan I maupun golongan II. Distribusi Benih ini sangat luas dan merupakan cikal bakal hewan sehingga penjaminan kesehatan terhadap Benih merupakan hal yang mutlak.

Berdasarkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE), pemeriksaan pada lalulintas Benih lebih difokuskan pada pemeriksaan hewan donor. Hal ini dengan pertimbangan bahwa Benih yang diperoleh dari hewan donor, akan dikemas menjadi beberapa kemasan dan didistribusikan secara luas. Jika hewan donor tidak bebas HPHK, maka Benih yang didistribusikan tersebut akan menjadi sumber penyebaran HPHK.

Pemeriksaan terhadap hewan donor ini dapat dilakukan dalam bentuk penilaian status dan situasi di negara asal (untuk pemasukan impor) atauin-line inspection (untuk pengeluaran antar area).Sesuai Pasal 59 PP No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, Tindakan karantina terhadap hewan bibit, Benih dan hewan hasil penangkaran dapat diberikan kemudahan di tempat pemasukan dan atau pengeluaran, melalui penilaian status kesehatan dan situasi hama penyakit hewan karantina tempat asal, menurut tata cara karantina.

Page 4: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

4

Pengaturan tentang Tindakan Karantina terhadap Benihtelah diatur dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 104/Permentan/OT.140/8/2014 tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Dan Pengeluaran Benih Hewan.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 104/Permentan/OT.140/8/2014, perlu diatur Petunjuk Teknis (Juknis) Tindakan Karantina Terhadap Benih. Hal-hal teknis terkait dengan tindakan karantina hewan terhadap Benihperlu dirinci dalam juknis ini, mengingat media pembawa berupa Benih berisiko membawa HPHK yang sifatnya dapat diturunkan dan relatif mudah rusak apabila penanganannya tidak sesuai dengan standar. Risiko ini harus diminimalisir di tempat pemasukan karena nilai ekonomi Benihyang cukup tinggi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Petunjuk Teknis ini disusun dengan maksud sebagai acuan bagi petugas karantina dalam melaksanakan tindakan karantina terhadap Benih dalam upaya mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia.

Adapun tujuan Juknis ini adalah: Petugas dapat melaksanakan tindakan karantina secara lebih cermat, cepat dan sistematis, dengan dasar ilmiah sesuai peraturan perundang-undangan.

1.3. Ruang Lingkup

Juknis ini mengatur tentang: - Deskripsi Benih donor dan hewan donor;

- tindakan karantina untuk pemasukan dari Luar Negeri;

- tindakan karantina untuk pemasukan antar area;

- tindakan karantina untuk pengeluaran antar area;

- tindakan karantina untuk pengeluaran ke luar negeri; dan

- prosedur teknis pemusnahan.

Jenis Benih yang diatur dalam juknis ini adalah semen, ova dan embrio.

Page 5: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

5

BAB II

DESKRIPSI BENIH DAN HEWAN DONOR

1. Deskripsi Hewan Donor

Hewan donor adalah hewan yang telah diseleksi berdasarkan garis keturunannya, status kesehatannya, kemampuan produksi dan reproduksi untuk digunakan sebagai sumber semen dan oosit. Hewan donor untuk koleksi semen adalah pejantan, sedangkan untuk koleksi ova dan embrio adalah betina. Beberapa istilah untuk hewan donor pejantan sebagai berikut: - Bull : pejantan sapi/kerbau; - Boar : pejantan babi; - Rams : pejantan kambing/domba; dan - Bucks : pejantan rusa.

Beberapa istilah untuk hewan donor betina sebagai berikut: - Cow : sapi betina; - Sow : babi betina; dan - Ewe : domba betina.

2. Deskripsi Semen

Semen tersusun atas spermatozoa yang berasal dari tubulus seminiferus testis dan plasma seminalis yang berasal dari glandula asesoria pejantan. Plasma seminalis digunakan untuk mensuplai kebutuhan komponen seluler (spermatozoa). Gambar spermatozoa normal dan abnormal ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Semen dikoleksi dari pejantan yang sudah diseleksi berdasarkan standar bibit yang berlaku yaitu garis keturunannya (pedigree/silsilah), kemampuan produksi dan reproduksi keturunannya (progeny).

Semen yang dilalulintaskan dapat dalam bentuk semen cair dan semen beku. Semen cair biasanya diencerkan pada suhu 37oC dan proses pengenceran dilakukan dalam waktu 2-5 menit setelah koleksi semen. Semen cair dapat disimpan sampai lebih dari 7 hari pada suhu 15-18oC (untuk semen babi) atau 2-4 hari pada suhu 5oC (untuk semen sapi). Meskipun demikian, fertilitas terbaik didapatkan jika semen digunakan kurang dari 3 hari dalam masa penyimpanan. Botol semen sebaiknya digoyangkan 1-2 kali per hari selama penyimpanan untuk mencegah kepala sperma saling menempel.

Semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan unggul, sehat, bebas dari penyakit hewan menular yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan didalam

rendaman nitrogen cair pada suhu -196C dalam kontainer kriogenik atau pada suhu -79oC pada penyimpanan dengan media dry ice.

Page 6: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

6

Gambar 1. Struktur spermatozoa normal pada sapi

Gambar 2. Gambar spermatozoa abnormal.

3. Deskripsi oosit

Oositmerupakan sel telur yang berasal dari folikel dalam ovarium.Pematangan oosit dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang dihubungkan dengan inisiasi pembongkaran vesikel germinal dan selesainya pembelahan meiosis yang pertama, dapat diartikan pula sebagai maturasi nukleus.

Proses maturasi oosit meliputi perubahan dalam sitoplasma yang memungkinkan oosit dapat terfertilisasi dan mampu menginisiasi perkembangan embrional pre-implantasi. Oosit yang matang memiliki ciri perluasan dari sel kumulus (dispersi cumulus oophorus) (Gambar 3). Sel ini memproduksi asam hyaluronik yang jika disekresikan akan menyebabkan polimerisasi matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan kenaikan celah interseluler.

Page 7: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

7

Gambar 3. Gambar skematis oosit sapi dan sel-sel folikuler

Oosit dapt diambil dari ovarium sapi betina yang disembelih di rumah

pemotongan hewan dan langsung diambil dari ovarium hewan hidup dengan metode Ovum Pick Up (OPU).

Ovarium diklasifikasikan menjadi ovarium aktif yaitu ovarium normal yang ada siklus folikular dan mengalami sikulus perkembangan secara normal dan inaktif yaitu ovarium dengan berbagai sebab menjadi tidak berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium ditimbang dan diukur. Folikel yang terlihat dihitung. Folikel dengan diameter 2-6 mm diaspirasi, kemudian material yang telah diaspirasi diletakkan dalam cawan petri dan medis koleksi oosit untuk selanjutnya dilakukan searching dan grading cumulus-oocyte-complexes (COCs).

Grading COCs diklasifikasikan menjadi grade A, B, C dan D (Gambar 4). Grade A : oosit dikelilingi oleh sel – sel kumulus secara lengkap. Grade B : oosit secara parsial dikelilingi oleh sel – sel kumulus. Grade C : oosit tidak dikelilingi oleh sel kumulus dan Grade D : terjadi degenerasi oosit dan sel kumulus dengan variasi kondisi sitoplasma sesuai grade-nya.

Page 8: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

8

Gambar 4. Foto representatif menunjukkan : A) Normal COCs (Grade A dan B); B) Abnormal COCs (Grade C dan D)

4. Deskripsi embrio (disertai gambar)

Embrio adalah hasil fertilisasi sel telur (ova) oleh spermatozoa melalui proses in vivo atau in vitro yang telah berkembang mencapai tahap morula sampai blastosis expand dalam bentuk segar maupun beku. Beberapa istilah penting terkait embrio adalah sebagai berikut:

a. embrio in vivo adalah embrio yang terbentuk di dalam tubuh induk;

b. embrio in vitro adalah embrio yang terbentuk di luar tubuh induk;

c. embrio beku adalah embrio yang mengalamami proses pembekuan;

d. blastomer adalah sel hasil pembelahan yang menyusun embrio;

e. zona pellucida adalah cangkang/membran ekstraseluler yang melindungi embrio dibagian luar;

f. morula adalah tahap perkembangan embrio yang mulai terjadi kompaksi antar blastomer dan umumnya terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-6 setelah terjadi fertilisasi;

g. blastosis adalah tahap perkembangan embrio yang mulai terbentuk rongga berisi cairan diantara blastomer, dan umumnya terjadi pada hari ke-7 atau hari ke-8 setelah terjadi fertilisasi; dan

h. blastocyst expand adalah blastosis yang mencapai tahap perkembangan maksimal dan umumnya terjadi pada hari ke-8 atau hari ke-9 setelah terjadi fertilisasi.

Page 9: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

9

Morfologi oosit normal pada sapi di berbagai tahap perkembangan ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Morfologi normal embrio sapi pada berbagai tahap

perkembangan Morfologi Embrio:

Bagian embrio terdiri dari zona pelusida yang mengelilingi bagian embrio, inner cell mass (ICM) serta blastomer yang merupakan tahapan perkembangan dari embrio (Gambar 6). Ukuran embrio normal memiliki diameter kira-kita 0.16 mm.

Gambar 6. Bagian embrio yang terdiri dari zona pelusida, inner cell mas

(ICM) sertarongga blastocyst (Mc Geady, dkk, 2006). Dasar dalam klasifikasi embrio adalah International Embryo Transfer Society’s Guidelines for Grading Embryo yang mengevaluasi 2 kriteria, yaitu stage dan grade. Tahap perkembangan embrio ditentukan dari jumlah sel yang mengandung inner cell mass. Kode stadium yang ditetapkan pada tiap embrio : Stadium 4 – Morula, Stadium 5 – Blastocyst awal, Stadium 6 – Blastocyst, Stadium 7 – Expanded Blastocyst dan Stadium 8 – Hatching Blastocyst. Kebanyakan donor embrio dikoleksi pada hari ke 7 setelah perkawinan karena embrio berada pada stadium 4, 5, 6 dan 7 yang merupakan stadium ideal untuk dibekukan dan ditransferkan.

Page 10: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

10

Kriteria kedua dalam pengklasifikasian embrio adalah kualitas embrio. Kualitas didasarkan pada warna, tekstur, tingkat kohesif dari sel, keberadaan sel yang tertekan, dan keberadaan cairan pada zona pellucida. Grade 1 : embrio hampir dapat dikatakan sempurna dengan sedikit atau tanpa kecacatan, Grade 2 : embrio memiliki sedikit kecacatan, namun inner cell mass masih baik, Grade 3 : embrio memiliki beberapa kecacatan dan cell mass biasanya lebih kecil daripada Grade 1 atau 2.

Gambar 7. Embrio Stadium 4, Grade 2.

Gambar 8. Embrio Stadium 5, Grade 1.

Gambar 9. Dua Stadium 7 Blastocyst, Grade 1 (satu kolaps).

Gambar 10. Stadium 8, Grade 1 (hatching blastocyst).

Cara koleksi embrio in vivo (flushing embrio)

Untuk mengkoleksi embrio tanpa melalui pembedahan, kateter karet kecil dimasukkan melalui servix hewan donor, dan medium khusus dimasukan kedalam dan dikeluarkan dari uterus untuk memanen embrio, 7-8 hari setelah estrus.

Prosedur koleksi ini biasanya membutuhkan waktu sampai 30 menit. Stilet yang telah disterilkan dimasukkan ke dalam lubang kateter dan dimasukkan hingga melewati servix menuju corpus Uteri. Ketika ujung kateter dalam corpus uteri, manset perlahan-lahan diisi dengan 2 ml saline normal. Kateter kemudian ditarik lembut sehingga manset beradamengarah ke serviks. Cairan saline tambahan kemudian ditambahkan ke manset untuk benar-benar menutup serviks. Konektor A-Ydengan tabung inflow dan outflow terpasang pada kateter.

Page 11: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

11

Gambar 11. Diagram flushing embrio dan prosedur recovery

Sepasang forecep yang ditempelkan pada setiap tabung untuk mengatur aliran cairan pembilasan. Cairan ini secara berurutan ditambahkan dan dikeluarkan oleh gravitasi. Uterus akhirnya diisi dengan media sampai sebesar kebuntingan usia 40 hari. Setiap cornu uterus diisi dan dikosongkan lima sampai sepuluh kali dengan 30-200 ml cairan setiap kali, sesuai dengan ukuran uterus. Embrio yang terlarut dengan cairan ditampung ke dalam gelas ukur besar. Setelah 30 menit, embrio menetap dan dapat ditempatkan di bawah mikroskop untuk dilakukan pemeriksaan kualitas embrio.

5. Deskripsi Kemasan

Kemasan terdiri dari straw, goblet dan canister

a. Straw Semen

Semen dapat dibekukan dalam bentuk ampul, straw, atau pellet. Strawadalah salah satu kemasan semen, strawini terbuat dari bahan polyvynil chlorida (PVC) berbentuk pipa dengan salah satu ujungnya disumbat dengan kapas tak terserap (non absorbent cotton).

Printing straw dilaksanakan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw yang akan dicetak. Straw yang akan diprinting atau dicetak diberi keterangan tentang jenis penjantan, nama penjantan, kode penjantan, batch number dan produsen semen beku tersebut. Jumlahnya tergantung dari banyaknya spermatozoa dalam ejakulat.

Setelah straw diberi identitas dan diisi semen yang telah diencerkan, ujung straw yang terbuka ditekan ke atas serbuk perekat polyvinylalcohol. Setelah disumbat, straw dimasukkan dalam air yang bersuhu 21oC, disimpan dalam suhu 5oC untuk ekuilibrasi selama 12 jam dan kemudian dibekukan dalam N2 cair. Kemasan yang sekarang populer dan digunakan secara universal adalah kemasan straw 0,25 dan 0,5 ml Cassou (IMV, Prancis) dan minitub 0,25; 0,3 dan 0,5 ml (Minitub, Jerman).

Di Indonesia, semen dikemas dalam dua bentuk straw, yaitu:

1) Mini straw volume 0,25 ml dengan jumlah spermatozoa minimal 25 juta; dan

2) Medium straw volume 0,50 ml dengan jumlah sel spermatozoa minimal 30 juta.

Page 12: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

12

Pengecekan bangsa pejantan dengan warna straw : - Holstein : Abu-abu - Limosin : Pink - Simental : Putih tansparan - Brahman : Biru tua - Ongole : Biru muda - Angus : Orange - Brangus : hijau tua - Bali : merah - Madura : hijau muda

Contoh Identifikasi Straw

Keterangan : A 002 : nomor pembuatan (batch number) 2302 : nomor kode pejantan ARJUNA :nama pejantan ONGOLE : jenis/bangsa pejantan BIB Lembang : pabrik yang membuat

Gambar 12. Straw sesuai rumpun hewan donor.

b. Straw Ova

Efek pendinginan dan thawing oosit sapi dapat memberikan efek buruk pada meiotic spindle dan kromosom. Aman dan Parks (1994) dalam Gordon (2003) menunjukkan bahwa eksposure oosit pada suhu 4oC selama 10-20 menit dapat menyebabkan hilangnya spindle dengan dispersi kromosom setelah interval yang cukup panjang.

Kerusakan akibat pendinginan dan kerusakan tekanan osmotik oosit dapat ditekan dengan menyediakan very high cooling dan warming rates (> 20.000oC/menit) dan mengurangi periode kontak dengan krioprotektif aditif; 184 oosit yang divitrifikasi, 25% berkembang menjadi stadium blastosit setelah fertilisasi dan kultur dalam 7 hari.

Page 13: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

13

Beberapa penelitian menggambarkan bahwa oosit MII memiliki resistensi yang lebih baik untuk kriopreservasi daripada yang imatur (Gordon, 2003).

Gambar 13. Vitrifikasi straw konvensional. Ministraw 0.25 ml diisi

dengan medium vitrifikasi 1 cm, 0.5 cm udara, 2 cm medium vitrifikasi mengandung oosit, 0.5 cm udara dan 3.5 cm media vitrifikasi menggunakan spuit

Salah satu contoh dari beberapa metode yang sekarang ada dan digunakan adalah metode vitrifikasi dan thawingyang dibuat oleh Duttasebagai berikut : dua cairan vitrifikasi disiapkan pada media yang mengandung TCM-199 dengan 10% FBS. Cairan vitrifikasi I (VS I) tersusun atas etilen glikol (EG) 7.5% + dimetil sulfoksid (DMSO) 7.5% dan cairan vitrifikasi II mengandung 15% EG + 15% DMSO + 0.6 M sukrosa.

Oosit imatur dengan sel kumulus diekspos dengan VS I untuk ekuilibrasi selama lebih dari 3 menit diikuti dengan VS II selama 25-30 detik pada suhu ruang (22-25oC). Oosit pada VS II segera ditempatkan pada straw 0.25 ml. Setelah penempatan oosit pada straw, straw dimasukkan dalam nitrogen cair selama 7 hari untuk kemudian dithawing pada suhu 37oC selama 30 detik. Setelah pencelupan dalam water bath, oosit secara bertahap direhidrasi dalam cairan sukrosa. Oosit disimpan dalam media yang mengandung 0.6 M sukrosa selama 1 menit. Kemudian oosit ditransfer dalam holding medium. Penilaian oosit post thawing dilakukan menggunakan mikroskop fase kontras. Oosit yang memiliki zona pellucida dan sel yang terfragmentasi dan tidak mengandung sitoplasma ditolak. Oosit post thawing yang normal akan diambil untuk IVM.

Straw untuk ova pada prinsipnya sama dengan straw untuk semen. Label pada straw memuat identitas ova, sekurang-kurangnya memuat:

1) Tempat produksi dan kode bangsa; 2) Tanggal pembekuan; dan 3) Jumlah ova.

Page 14: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

14

c. Straw Embrio

Straw untuk embrio pada prinsipnya sama dengan straw untuk semen. Viabilitas embrio sapi untuk pembekuan biasanya pada tahap blastosis. Embrio dapat disimpan untuk jangka pendek ataupun jangka panjang. Penyimpanan embrio jangka pendek (1-2 hari) dilakukan pada suhu 0-10oC.

Protokol proses freezing embryo menggunakan gliserol sebagai krioprotektan diawali dengan proses ekuilibrasi embrio pada media 10% gliserol selama 10-20 menit, kemudian memasukkan embrio kedalam straw 0.25 ml, disegel dan diberikan identitas (embrio dapat dimasukkan pada proses ekuilibrasi) (Gambar 14). Proses berikutnya adalah meletakkan straw pada freezer dengan suhu yang dijaga -6oC. Straw ditempatkan dalam freezer yang bersuhu -6oC dan dijaga selama 15 menit. Temperaur kemudian diturunkan 0.5oC per menit sampai suhu -32oC. Kemudian straw dicelupkan ke dalam nitrogen cair. Studi menunjukkan bahwa resiko penyakit akibat embrio beku relatif lebih tinggi daripada embrio segar. Hal ini karena zona pellucida yang utuh mampu melawan agen patogen, terkadang membran ini menjadi rusak akibat proses pembekuan embrio.

Metode lain pada proses pembekuan embrio menggunakan metiode vitrifikasi embrio (ultra rapid freezing) Metode vitrifikasi, pembekuan embrio dilakukan secara cepat pada temperatur -196 derajat Celcius dengan menggunakan krioprotektan intraseluler konsentrasi tinggi sehingga dapat menghindari terbentuknya kristal es yang dapat merusak membran sel saat pembekuan. Pembekuan embrio dengan metode ini dapat dilakukan dengan lebih murah dan lebih cepat (less time dan less price), prosedur yang mudah, dan cepat namun memerlukan kemampuan ketrampilan yang cukup.

Label pada straw memuat identitas embrio, sekurang-kurangnya memuat:

1) Tempat produksi dan kode bangsa; 2) Tanggal pembekuan; 3) Jumlah embrio; dan 4) Identifikasi donor dan pejantan (service sire).

Gambar 14. Tahapan dalam vitrifikasi embrio sapi. Mini straw 0,25 ml diisi dengan mempergunakan sedotan → cairan sukrosa → udara →cairan vitrifikasi + embrio → udara

Page 15: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

15

→ penutup panas. Straw kemudian ditempatkan dalam nitrogen cair untuk vitrifikasi

d. Goblet

Goblet adalah suatu silinder plastik yang mempunyai dasar yang tidak tembus cairan, berukuran setengah tinggi canister biasa dan tepat mengisi canister. Sebuah goblet dapat menampung lebih dari 100 straw biasa atau 200 mini straw. Satu goblet dapat dimasukkan 15 mini goblet, yang masing-masing dapat menampung 14 straw. Bentuk goblet ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Goblet dan mini goblet.

e. Canister

Canister merupakan silinder logam tempat semen dengan alas tertutup. Canister memiliki ganggang pengait panjang berlapis plastik yang berfungsi sebagai tempat pegangan dan memungkinkan untuk identifikasi semen dan pengeluarannya melalui mulut container. Canister umumnya merupakan tempat penyimpanan ampul (0.5 ml, 1 ml dan 1.2 ml). Canister yang lebih pendek biasanya digunakan untuk penyimpanan straw.

Penyimpanan straw dan pellet dapat memakai canister biasa namun terlebih dahulu straw dimasukkan dalam goblet. Caniter ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 16. Canister dalam container.

f. Kontainer

Page 16: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

16

Kontainer straw adalah wadah atau tempat yang diisi nitrogen cair bersuhu -196oC digunakan untuk membawa dan menyimpan straw.

Straw yang telah berisi semen beku dimasukkan ke dalam goblet dan kemudian dimasukkan kedalam canister untuk penyimpanan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam kontainer yang telah diisi dengan nitrogen cair sampai leher kontainer.

Nitrogen cair dengan temperatur -196oC dalam kontainer merupakan cara penyimpanan semen beku yang disarankan. Kontainer dengan dinding dobel alumunium atau stainles stell dengan vacum diantara 2 dinding membuat proses penyimpanan memberikan hasil yang memuaskan.

Satu kontainer dapat memiliki kapasitas 20 liternitrogen cair dan mampu bertahan sampai 90 hari. Kontainer ini dapat menyimpan sampai 1200 straw yang berkapasitas 0.5 ml dan dapat pula digunakan untuk menyimpan 600 ampul yang berkapasitas 0.8 ml.

Kebanyakan unit ini diganti tiap 60 hari untuk menjaga batas keamanan penyimpanan (disesuaikan dengan tingkat penguapan).

Kontainer baru yang akan digunakan untuk menyimpan semen beku harus dilakukan uji coba dengan cara mengisi kontainer tersebut dengan nitrogen cair secara perlahan agar tidak rusak atau retak pada bagian dalam kontainer dan didiamakan selama 1x24 jam. Kontainer layak digunakan apabila pada kontainer tersebut tidak ditemukan gumpalan es pada tutup kontainer, nitrogen cair yang ada di dalam kontainer tidak banyak berkurang dan pada bagian luar kontainer tidak basah. Sedangkan untuk kontainer lama dan dalam keadaan kering, volume nitrogen cair yang diisikan kedalam kontainer adalah 1.5 x volume kontainer. Hal ini karena setengah volumeyang ditambahkan berfungsi untuk penyesuaian suhu dan penguapan.

Pengisian nitrogen cair ke dalam kontainer dilakukan dengan menggunakan alat VGL (Vertical Gas Liquid). Ketika pengisian kontainer dengan VGL, batas maksimal tekanan yang digunakan adalah 15 bar. Apabila tekanan melebihi batas maksimal tersebut maka akan timbul suara yang sangat keras pada VGL yang bertujuan untuk menurunkan tekanan. Proses pengisian Nitrogen cair ini dilakukan sebanyak dua kali dalam satu minggu.

Page 17: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

17

Gambar 17. Bagian mulut container (Gambar atas); struktur kontainer tampak luar dan tampak dalam (Gambar bawah).

Page 18: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

18

BAB III

TINDAKAN KARANTINA

3.1. Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Dari Luar Negeri

3.1.1. Tindakan Karantina di negara asal (pre-shipment inspection/PSI)

3.1.1.1. Ketentuan tindakan karantina di negara asal/PSI Benih. Tindakan karantina di negara asal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) terhadap negara dan tempat produksi setiap jenis Benih yang melakukan pemasukan untuk pertama kali;dan

(2) Benihsewaktu-waktu apabila terjadi perubahan status atau situasi HPHK negara asal.

3.1.1.2. Tindakan karantina yang dilakukan di negara asal

Tindakan karantina di negara asal adalah tindakan karantina pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut:

(1) Penilaian dokumen status dan situasi HPHK negara asal, dilakukan dengan melakukan penilaian perkembangan status dan situasi HPHK negara asal melalui jurnal ilmiah, dan/atau dokumen yang diterbitkan oleh otoritas veteriner negara asal; dan

(2) Penilaian kesehatan hewan donor, dilakukan sebagai berikut: a. Pemeriksaan kesesuaian data fisik dan dokumen

tentang: (i) Identitas: Bangsa;

Nomor identitas;

Nomor ear-tag atau tato atau merek atau microchip;

Nama;

Tanggal hewan masuk ke pusat koleksi;

Tanggal koleksi semen; dan

Tanggal dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian yang dipersyaratkan dan hasil pengujian..

(ii) Catatan riwayat kesehatan;

(iii) Pengujian yang dilakukan sebelum masuk tempat koleksi semen; dan

(iv) Pengujian yang dilakukan sebagai program yang dilakukan secara berkala.

(3) Penilaian terhadap tempat dan proses koleksi, dilakukan sebagai berikut: a. bahan dan peralatan yang digunakan dan tempat

penyimpanan yaitu aspek kebersihan dan sanitasi;

Page 19: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

19

b. verifikasi kesesuaian proses koleksi; dan

c. verifikasi kesesuaian proses produksi.

(4) Penilaian terhadap pengemasan, dilakukan sebagai berikut: a. Straw: terbuat dari bahan PVC atau bahan lain yang dapat

menjamin tidak terjadi kerusakan pada Benih;

harus disegel; dan

mempunyai tanda permanen dan mudah dilihat yang memuat identifikasi donor antara lain: nama donor, nomor batch, hari dan tanggal pembekuan dan tempat koleksi.

b. Kontainer: berisi nitrogen cair dengan suhu 196C (semen beku)

atau dry ice dengan suhu sekurang-kurangnya 15C

(semen cair);

dilengkapi label/keterangan yang memuat informasi:

negara tujuan Indonesia;

tempat dan nama produsen;

tanggal pengiriman; dan

jenis dan jumlah Benih.

dilengkapi segel yang kuat (terbuat dari timah atau logam)

(5) Penilaian Terhadap Penyimpanan:

Pemeriksaan terhadap kondisi penyimpanan dapat menjamin Benih terhindar dari risiko HPHK maupun terjadinya kerusakan, meliputi:

kontainer disegel rapat untuk menjamin tidak terjadi kebocoran nitrogen cair yang dapat berakibat berkurangnya jumlah nitrogen cair dalam kemasan;

Benih beku harus disimpan dan terendam penuh dalam

nitrogen cair suhu -196C pada kontainer kriogenik. Penyimpanan dalam kontainer tersebut menggunakan canister dan goblet sesuai jenis/tipe kontainer;

kontainer menggunakan nitrogen cair yang baru;

kontainer yang akan digunakan dalam keadaan kosong; dan

data tentang tanggal dilakukannya disinfeksi dan disinfektan atau bahan aktif yang digunakan.

(6) Penilaian terhadap kondisi kontainer yang siap dikirim: kontainer dikemas menggunakan pallet, kotak kayu, atau matras;

menggunakan tanda peringatan dalam bentuk sticker dengan kata: “jangan diletakkan terbalik”, “jangan dibanting”, dan “fragile”; dan

dalam keadaan berdiri dan tidak boleh miring.

(7) Penilaian dan pelaporan dilakukan sebagaimana Format 2 - 9.

Page 20: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

20

3.1.2. Tindakan Karantina di tempat pemasukan

3.1.2.1. Pemeriksaan Penempatan Kontainer Dalam Alat Transportasi

Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi penempatan dan pengemasan kontainer yaitu:

a. kontainer dalam keadaan berdiri dan tidak boleh miring;

b. pemeriksaan kondisi pallet, kotak kayu atau matras; dan

c. tanda peringatan dalam bentuk sticker dengan kata: “jangan diletakkan terbalik”, “jangan dibanting”, dan “fragile”.

3.1.2.2. Pemeriksaan Dokumen

Dokumen yang diperiksa oleh petugas karantina hewan meliputi: a. Sertifikat Sanitasi Benihdari negara asal; dan

b. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih

Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan.

Dokumen dianggap lengkap apabila semua dokumen persyaratan disertakan pada saat pemasukan.

b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara mencermati tanda-tanda khusus yang menandakan keaslian dokumen.

c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dokumen karantina dianggap sah apabila:

1) diterbitkan oleh pejabat berwenang; 2) menggunakan kop surat resmi;

3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan;

4) dibubuhi cap atau stempel;

5) diberi nomor; dan

6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen.

d. mengecek informasi pada sertifikat sanitasi sesuai yang dipersyaratkan, yaitu sekurang-kurangnya memuat:

1) bebas dari HPHK yang dapat ditularkan melalui Benih;

2) keterangan yang menyatakan Benih tidak mengandung atau berpotensi membawa HPHK;

3) identitas pemilik (nama dan alamat pengirim, nama dan alamat penerima);

4) pelabuhan/bandar udaraasal dan tanggal muat;

5) jenis dan jumlah Benih; dan

6) pelabuhan/bandar udaratujuan.

3.1.2.3. Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen

Page 21: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

21

Pemeriksaan kesesuaian fisik dan dokumen dilakukan melalui identifikasi keterangan yang tercantum pada dokumen yang dipersyaratkan, dandicocokkan/cross check dengan yang tertulis pada kontainer dan/atau kemasan/label.

3.1.2.4. Pemeriksaan Fisik Kontainer

a. pemeriksaan fisik kontainer dilakukan terhadap antara lain: keutuhan segel kontainer (ada/tidaknya rusak/robek/tidak terbaca);

ada tidaknya kebocoran, kerusakan dan perubahan kontainer secara fisik lainnya.

b. pemeriksaan label pada kontainer dilakukan terhadap

informasi yang memuat antara lain:

1) Negara tujuan Indonesia;

2) Tempat dan nama produsen;

3) Tanggal pengiriman; dan

4) Jenis, jumlah, dan spesifikasi Benih.

3.1.2.5. Penahanan

a. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Benih tidak dilengkapi dengan sertifikat sanitasi pada saat pemasukan dilakukan penolakan pada kesempatan pertama. Petugas karantina dapat melakukan penahanan apabila: setelah dilakukan pemeriksaan kemasan dan segel,

ternyata utuh dan tidak rusak; dan

pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi sertifikat sanitasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.

b. pemilik atau kuasanya mengisi surat pernyataan bermaterai sesuai format 1. sebagai jaminan pemenuhan kelengkapan sertifikat sanitasi.

c. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan Benih tidak dilengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih, dilakukan tindakan penolakan. Petugas dapat melakukan penahanan apabila:

pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.

d. penahanan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penahanan.

3.1.2.6. Penolakan

Tindakan penolakan dilakukan apabila: a. hasil pemeriksaan sertifikat, ditemukan bahwa sertifikat

sanitasi dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih tidak benar dan/atau tidak sah;

Page 22: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

22

b. hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam butir 3.1.2.4.kemasan kontainer dan segel tidak utuh, dilakukan tindakan penolakan;

c. Penolakan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penolakan;

d. Penolakan dilakukan terhadap semua bahan biologi reproduksi dalam dokumen yang sama; dan

e. Benih yang sudah dilakukan penolakan harus dikembalikan ke negara asal dalam waktu sekurang-kurangnya 14 hari kalender setelah diterbitkannya surat penolakan.

3.1.2.7. Pemusnahan

a. tindakan pemusnahan dilakukan apabila Benihyang telah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia oleh pemilik atau kuasanya.

b. tindakan pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar di dalam incenerator atau dengan cara lain sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran hewan

c. pemusnahan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan;

d. tata cara pemusnahan sebagaimana Bab IV.

3.1.2.8. Pembebasan

a. tindakan pembebasan dilakukan apabila : 1) dokumen persyaratan dinyatakan lengkap, benar dan

sah; dan

2) pada pemeriksaan fisik kontainer dan segel tidak ada kerusakan dan atau kebocoran serta sesuai yang dipersyaratkan.

b. tindakan pembebasan dilakukan dengan menerbitkan Sertifikat Pelepasan.

3.2. Tindakan Karantina untuk Antar Area

3.2.1. Tindakan Karantina di Tempat Produksi Daerah Asal

Ketentuan dan tindakan karantina di tempat produksi daerah asal, pada prinsipnya sama dengan tindakan karantina di negara asal pada butir 3.1.1

3.2.2. Tindakan Karantina di Tempat Pengeluaran

3.2.2.1. Pemeriksaan Dokumen

Dokumen yang diperiksa oleh petugas karantina hewan adalah: a. Sertifikat Sanitasi dari otoritas veteriner atau dokter

hewan berwenang di daerah asal; dan b. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih.

Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa kelengkapan dokumen yang

dipersyaratkan. Dokumen dianggap lengkap apabila

Page 23: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

23

semua dokumen persyaratan disertakan pada saat pengeluaran.

b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara mencermati keaslian dokumen.

c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dokumen dianggap sah apabila:

1) diterbitkan oleh pejabat berwenang;

2) menggunakan kop surat resmi;

3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan;

4) dibubuhi stempel;

5) diberi nomor; dan

6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen.

d. mengecek informasi pada sertifikat sanitasi sesuai yang dipersyaratkan, yaitu sekurang-kurangnya memuat: 1) bebas dari HPHK yang dapat ditularkan melalui

Benih;

2) keterangan yang menyatakan Benih tidak mengandung atau berpotensi membawa HPHK;

3) identitas pemilik (nama dan alamat pengirim, nama dan alamat penerima);

4) pelabuhan/bandar udaraasal dan tanggal muat;

5) jenis dan jumlah Benih; dan

6) pelabuhan/bandar udaratujuan

3.2.2.2. Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen

Pemeriksaan kesesuaian fisik dan dokumen dilakukan melalui identifikasi keterangan yang tercantum pada dokumen yang dipersyaratkan, dandicocokkan/cross check dengan yang tertulis pada kontainer dan/atau kemasan/label.

3.2.2.3. Pemeriksaan Fisik Kontainer

a. pemeriksaan fisik kontainer dilakukan terhadap antara lain: keutuhan segel kontainer (ada/tidaknya

rusak/robek/tidak terbaca);

ada tidaknya kebocoran, kerusakan dan perubahan secara fisik lainnya.

b. pemeriksaan label pada kontainer dilakukan terhadap informasi yang memuat antara lain: 1) daerah tujuan;

2) tempat dan nama produsen;

3) tanggal pengiriman; dan

4) jenis, jumlah, dan spesifikasi Benih.

Page 24: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

24

3.2.2.4. Penahanan

a. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Benih tidak dilengkapi dengan sertifikat sanitasi pada saat pengeluaran dilakukan penolakan pada kesempatan pertama. Petugas karantina dapat melakukan penahanan apabila: setelah dilakukan pemeriksaan kemasan dan segel,

ternyata utuh dan tidak rusak; dan

pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi sertifikat sanitasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.

b. pemilik atau kuasanya mengisi surat pernyataan bermaterai sesuai format 1sebagai jaminan pemenuhan kelengkapan sertifikat sanitasi.

c. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan Benih tidak dilengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih, dilakukan tindakan penolakan. Petugas dapat melakukan penahanan apabila: pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi

surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.

d. penahanan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penahanan

3.2.2.5. Penolakan

a. tindakan penolakan dilakukan apabila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa: 1) hasil pemeriksaan ditemukan sertifikat sanitasi dan

sertifikatBenih/sertifikat layak Benih tidak benar dan/atau tidak sah;

2) setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi; dan

3) hasil pemeriksaan fisik kontainer dan segel ditemukankemasan kontainer dan segel tidak utuh dan terjadi perubahan fisik.

b. penolakan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penolakan

c. penolakan dilakukan terhadap semua Benih dalam dokumen yang sama.

d. penolakan dilakukan dengan penolakan muat dan dikembalikan kepada pemilik atau kuasanya.

3.2.2.6. Pemusnahan

Page 25: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

25

a. tindakan pemusnahan dilakukan apabila Benihyang telah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari tempat pengeluaran oleh pemilik atau kuasanya.

b. tindakan pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar di dalam incenerator atau dengan cara lain sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran hewan

c. pemusnahan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan; dan

d. tata cara pemusnahan sebagaimana BAB IV.

3.2.2.7. Pembebasan

a. tindakan pembebasan dilakukan apabila : 1) dokumen persyaratan lengkap, benar dan sah; dan

2) pada pemeriksaan fisik kontainer dan segel tidak ada kerusakan dan sesuai yang dipersyaratkan;

b. tindakan pembebasan dilakukan dengan menerbitkan Sertifikat Sanitasi.

3.2.3. Tindakan Karantina di Tempat Pemasukan

3.2.3.1. Pemeriksaan Dokumen

Dokumen yang diperiksa oleh petugas karantina hewan adalah: a. Serifikat Sanitasi dari tempat pengeluaran; dan b. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih.

Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa kelengkapan dokumen yang

dipersyaratkan. Dokumen dianggap lengkap apabila semua dokumen persyaratan disertakan pada saat pemasukan;

b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara mencermati keaslian dokumen; dan

c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dokumen dianggap sah apabila:

1) diterbitkan oleh pejabat berwenang;

2) menggunakan kop surat resmi;

3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan;

4) dibubuhi stempel;

5) diberi nomor; dan

6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen

3.2.3.2. Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen

Pemeriksaan kesesuaian fisik dan dokumen dilakukan melalui identifikasi keterangan yang tercantum pada dokumen yang dipersyaratkan, dandicocokkan/cross

Page 26: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

26

check dengan yang tertulis pada kontainer dan/atau kemasan/label.

3.2.3.3. Pemeriksaan Fisik Kontainer

a. pemeriksaan fisik kontainer dilakukan terhadap antara lain: keutuhan segel kontainer (ada/tidaknya

rusak/robek/tidak terbaca);

ada tidaknya kebocoran, kerusakan dan perubahan secara fisik lainnya.

b. pemeriksaan label pada kontainer dilakukan terhadap informasi yang memuat antara lain: negara tujuan Indonesia;

tempat dan nama produsen;

tanggal pengiriman; dan

jenis, jumlah, dan spesifikasi Benih.

3.2.3.4. Penahanan

a. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Benih tidak dilengkapi dengan sertifikat sanitasi pada saat pemasukan dilakukan penolakan pada kesempatan pertama. Petugas karantina dapat melakukan penahanan apabila: setelah dilakukan pemeriksaan kemasan dan segel,

ternyata utuh dan tidak rusak; dan

pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi sertifikat sanitasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.

b. pemilik atau kuasanya mengisi surat pernyataan bermaterai sesuai format 1.sebagai jaminan pemenuhan kelengkapan sertifikat sanitasi.

c. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan Benih tidak dilengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih, dilakukan tindakan penolakan. Petugas dapat melakukan penahanan apabila:

pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.

d. Penahanan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penahanan

3.2.3.5. Penolakan

Tindakan penolakan dilakukan apabila: a. hasil pemeriksaan sertifikat, ditemukan bahwa

sertifikat sanitasi dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih tidak benar dan/atau tidak sah

Page 27: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

27

b. hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam butir 3.1.2.4.kemasan kontainer dan segel tidak utuh, dilakukan tindakan penolakan

c. penolakan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penolakan

d. penolakan dilakukan terhadap semua bahan biologi reproduksi dalam dokumen yang sama; dan

e. Benih yang sudah dilakukan penolakan harus dikembalikan ke daerah asal dalam waktu sekurang-kurangnya 14 hari kalender setelah diterbitkannya surat penolakan.

3.2.3.6. Pemusnahan

a. tindakan pemusnahan dilakukan apabila Benihyang telah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari tempat pemasukan oleh pemilik atau kuasanya.

b. tindakan pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar di dalam incenerator atau dengan cara lain sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran hewan

c. pemusnahan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan;

d. tata cara pemusnahan sebagaimana Bab IV.

3.2.3.7. Pembebasan

c. tindakan pembebasan dilakukan apabila : 1) dokumen persyaratan dinyatakan lengkap, benar

dan sah; dan

2) pada pemeriksaan fisik kontainer dan segel tidak ada kerusakan dan atau kebocoran serta sesuai yang dipersyaratkan.

b. tindakan pembebasan dilakukan dengan menerbitkan Sertifikat Pelepasan.

3.3. Tindakan Karantina Untuk Pengeluaran Ke Luar Negeri

Tindakan karantina untuk pengeluaran Ke Luar Negeri pada prinsipnya sama dengan tindakan karantina untuk pengeluaran antar area, serta mengikuti persyaratan negara tujuan.

Page 28: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

28

BAB IV

TATA CARA PEMUSNAHAN

4.1. Pemusnahan media pembawa berdasarkan Undang-undang No. 16

Tahun1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.

4.2. Benih akan dilakukan pemusnahan apabila dalam waktu yang telah ditetapkan: a. dokumen tidak dapat dilengkapi; dan/atau

b. Benih yang telah dilakukan penolakan tidak dibawa keluar wilayah negara RI atau tempat pemasukan/pengeluaran;

maka terhadap Benih tersebut harus segera dilakukan pemusnahan.

4.3. Dalam pelaksanaan pemusnahan agar sebelumnya selalu dibuatkan berita acara penolakan untuk memberi waktu pada pemilik melengkapi kekurangan dokumen dan atau dikembalikan ke negara/daerah asal.

4.4. Pemusnahandilakukan dengan persiapan sebagai berikut : 4.4.1. tentukan tempat/lokasi pemusnahan. Apabila lokasi

pemusnahan berada di luar tempat pemasukan dan/atau pengeluaran maka harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat (izin tempat tertulis);

4.4.2. tentukan hari dan tanggal pemusnahan;

4.4.3. melibatkan instansi terkait (Polisi, Bea cukai, Keamanan Pelabuhan atau Bandara, Pelindo, Dinas yang menangani Kesehatan Hewan setempat, Jaksa) untuk menjadi saksi dalam berita acara pemusnahan.

4.4.4. pemusnahan menggunakan incenerator dengan teknik sebagai berikut:

4.4.4.1. Benih yang akan dimusnahkan dimasukkan kedalam incenerator;

4.4.4.2. dibakar pada suhu sekurang-kurangnya 850C; dan

4.4.4.3. abu sisa pembakaran dikubur.

Page 29: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

29

BAB VI

PENUTUP Petunjuk teknis ini ditetapkan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung

jawab. Untuk selanjutnya petunjuk teknis ini akan ditinjau secara berkala

sehingga dapat mengantisipasi dinamika pengetahuan dan teknologi

khususnya pencegahan masuk, tersebar, dan keluarnya HPHK dan tantangan

peningkatan kesadaran masyarakat.

Kepala Badan Karantina Pertanian,

Ir. Banun Harpini, M.Sc NIP. 19601019 198503 2 001

Page 30: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Lampiran 9 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Format Pernyataan Kesanggupan Melengkapi Sertifikat Sanitasi

FORMAT-1

KOP PERUSAHAAN (Apabila pemilik atau kuasanya berupa badan hukum)

TANPA KOP (Apabila pemilik atau kuasanya berupa perorangan)

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN MELENGKAPI SERTIFIKAT SANITASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap : ......................................................................

Tempat, Tanggal Lahir : ......................................................................

Jenis Kelamin : ......................................................................

Alamat : .....................................................................

Nomor Identitas :....................................... KTP/SIM/PASPOR *)

Status Kepemilikan : Pemilik/Kuasanya **)

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Benih yang saya bawa benar-benar telah dilakukan pemeriksaan karantina oleh Petugas Karantina di tempat pengeluaran dan diterbitkan Sertifikat Sanitasi;

2. Dengan ini saya menjamin bahwa Sertifikat Sanitasi dimaksud akan saya sampaikan ke Petugas Karantina di tempat pemasukan paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan;

3. Apabila dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan, Sertifikat Sanitasi dimaksud tidak dapat saya sampaikan ke Petugas Karantina di tempat pemasukan, maka terhadap benih yang ditahan dilakukan penolakan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

........................................ Yang membuat pernyataan,

Materai Rp. 6.000,-

........................................

Nama Lengkap

*) Coret yang tidak perlu, dan dilampirkan foto copy kartu identitas. **) Coret yang tidak perlu.

Page 31: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Lampiran 3 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Ceklist Informasi Umum

A. Informasi Hewan Donor No Bangsa (Breed) Tanggal Lahir Nama Ear Tag/Ear Mark

1. 2. 3.

B. Informasi terkait semen 1. Tanggal hewan donor masuk pusat koleksi 2. Tanggal koleksi untuk ekspor 3. Jumlah dosis dan volume per kemasan 4. Kode identifikasi 5. Tempat koleksi:

a. Nama dan alamat pusat koleksi semen b. Nomor registrasi c. Nama dan alamat pemilik hewan donor

Page 32: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Lampiran 4 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Cheklist Penilaian Terhadap Hewan Donor

Ceklist Penilaian Hewan Donor dan Teaser untuk Produksi Semen Sapi, Ruminansia Kecil dan Babi

No. Parameter Penilaian Ya/Tidak Metode Pengujian Ket/Dokumen sumber informasi

1. Penilaian terhadap kesesuaian data fisik dan dokumen

yang memuat tentang:

a) Identitas

b) Catatan riwayat kesehatan

c) Pengujian yang dilakukan sebelum masuk tempat

koleksi semen terhadap penyakit.

Waktu pengujian

Penyakit yang ditemukan ketika dilakukan

pengujian

Sistem pencatatan (recording)

d) Pengujian yang dilakukan sebagai program yang

dilakukan secara berkala terhadap penyakit.

Waktu pengujian

Penyakit yang dilakukan pengujian

Sistem pencatatan (recording)

2. Penilaian hewan donor sebelum masuk tempat isolasi

I. SAPI/ KERBAU

Bovine Tuberculosis:

a. Bull sudah dilakukan uji tuberkulin untuk bovine

tuberkulosis dengan hasil negatif selama 30 hari

sebelum pengiriman dan berasal dari kelompok yang

bebas dari bovine tuberkulosis sapi; atau

b. Bull telah diisolasi selama sekurang-kurangnya 90 hari

Page 33: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

sebelum masuk ke tempat koleksi, termasuk tidak

kontak dengan satwa liar reservoir bovine tuberkulosis

dan sudah dilakukan pengujian sekurang-kurangnya

dua kali tes tuberkulin dilakukan pada interval enam-

bulan dengan hasil negatif dengan tes tuberkulin kedua

dilakukan selama 30 hari sebelum masuk ke tempat

koleksi.

Bovine Brucellosis:

a. dipelihara di suatu negara atau zona bebas brucellosis

sapi, atau berasal dari kelompok hewan bebas bovine

brucellosis dan telah dilakukan uji serologis untuk

bovine brucellosis dengan hasil negatif selama 30 hari

sebelum pengiriman; atau

b. dipelihara dalam kelompok hewan bebas bovine

brucellosis dan telah dilakukan subjected to buffered

Brucella antigen dan complement fixation test (CFT)

dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum

pengiriman;

jika ternak berasal dari kawanan selain yang disebutkan

di atas

II. KAMBING/DOMBA

Ovine Brucellosis:

a. dipelihara di suatu negara atau zona bebas brucellosis

sapi, atau berasal dari kelompok hewan bebas ovine

brucellosis dan telah dilakukan uji serologis untuk ovine

brucellosis dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum

pengiriman; atau

b. dipelihara dalam kelompok hewan bebas bovine

brucellosis dan telah dilakukan subjected to buffered

Brucella antigen dan complement fixation test (CFT)

dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum

pengiriman;

jika ternak berasal dari kawanan selain yang disebutkan

Page 34: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

di atas

c. Pengujian terhadap:

(1) Caprine dan ovine brucellosis

(2) Ovine epididymitis:

(3) Contagious agalactia:

(4) Peste des petits ruminants:

(5) Contagious caprine pleuropneumonia.

(6) Paratuberculosis

(7) Bebas dari gejala klinis selama 2 tahun terakhir.

(8) Scrapie

(9) Maedi-visna

(10) Caprine arthritis/encephalitis .

(11) Bluetongue

(12) Tuberculosis – In the case of goats, a single or

comparative tuberculin test, with negative

results.

III. BABI

Pengujian terhadap:

a. Porcine brucellosis

b. Foot and mouth disease

c. Aujeszky’s disease

d. Transmissible gastroenteritis

e. Swine vesicular disease

f. African swine fever

g. Classical swine fever

h. Porcine reproductive and respiratory syndrome

3. Penilaian Hewan Donor sebelum masuk tempat koleksi

I. SAPI/ KERBAU

a. Bull dan hewan teaser dipelihara di fasilitas isolasi pre-

entry sekurang-kurangnya 28 hari

b. Pengujian setelah masuk fasilitas pre-entry, sekurang-

kurangnya 21 hari terhadap:

(1) Bovine brucellosis

Page 35: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

(2) BVD

(3) IBR/IPV

(4) Bluetongue

Atau 7 hari setelah masuk fasilitas pre-entry, terhadap:

(1) Campylobacterfetus subsp. venerealis

(2) Tritrichomonas foetus

Dengan menunjukkan hasil negatif

II. KAMBING/DOMBA

a. Pejantan dan hewan teaser dipelihara di fasilitas isolasi

pre-entry sekurang-kurangnya 28 hari

b. Pengujian setelah masuk fasilitas pre-entry, sekurang-

kurangnya 21 hari terhadap:

(1) Caprine and ovine brucellosis

(2) Ovine epididymitis

(3) Maedi-visna and caprine arthritis/encephalitis

(4) Bluetongue

Dengan menunjukkan hasil negatif

III. BABI

a. Boar dan hewan teaser dipelihara di fasilitas isolasi pre-

entry sekurang-kurangnya 28 hari

b. Pengujian setelah masuk fasilitas pre-entry, sekurang-

kurangnya 21 hari terhadap:

(1) Porcine brucellosis

(2) Foot and mouth disease

(3) Aujeszky’s disease

(4) Transmissible gastroenteritis

(5) Swine vesicular disease

(6) African swine fever

(7) Classical swine fever

(8) Porcine reproductive and respiratory syndrome Dengan menunjukkan hasil negatif

Page 36: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

4. Program pengujian terhadap Bull dan teaser di fasilitas

koleksi semen

I. SAPI/ KERBAU

a. Pengujian terhadap:

(1) Bovine brucellosis

(2) Bovine tuberculosis

(3) BVD

(4) Campylobacterfetus subsp. Venerealis

Bulls yang baru digunakan kembali untuk koleksi

setelah berhenti dari lebih dari enam bulan harus

diuji tidak lebih dari 30 hari sebelum melanjutkan

produksi

(5) Bluetongue

(6) Tritrichomonas foetus

Bulls yang baru digunakan kembali untuk koleksi

setelah berhenti dari lebih dari enam bulan harus

diuji tidak lebih dari 30 hari sebelum melanjutkan

produksi

(7) IBR/IPV

Dengan menunjukkan hasil negatif

II. KAMBING DOMBA

Pengujian terhadap:

(1) caprine and ovine brucellosis;

(2) ovine epididymitis;

(3) Maedi-visna and caprine arthritis/encephalitis;

(4) tuberculosis (hanya untuk kambing);

(5) bluetongue.

Dengan menunjukkan hasil negatif

III. BABI

Pengujian terhadap:

(1) Porcine brucellosis

(2) Foot and mouth disease

Page 37: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

(3) Aujeszky’s disease

(4) Transmissible gastroenteritis

(5) Swine vesicular disease

(6) African swine fever

(7) Classical swine fever

(8) Porcine reproductive and respiratory syndrome

Dengan menunjukkan hasil negatif

Page 38: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Lampiran 5 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Cheklist Penilaian Proses Koleksi Semen

Ceklist Penilaian Proses Koleksi Semen

No. Parameter Penilaian Ya/Tidak Metode Pengujian Ket/Dokumen sumber informasi

1. Penilaian terhadap sarana/prasarana tempat koleksi

a. Status dan situasi HPHK tempat koleksi

b. Laboratorium penguji:

Sarana/prasarana

SDM

2. Penilaian terhadap proses koleksi

a. terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat

koleksi

lantai tempat mounting harus bersih dan aman

untuk proses mounting

lantai yang berdebu sebaiknya dihindari

b. terhadap kebersihan dan kesehatan teaser/ dummy

bagian belakang teaser harus dibersihkan dan

didesinfeksi sebelum dilakukan koleksi

teaser harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah

dilakukan koleksi

langkah kebersihan dan kesehatan terhadap teaser

atau dummy dilakukan setelah selesai koleksi setiap

ejakulat

c. terhadap kebersihan operator

kolektor menggunakan baju yang bersih,

terdesinfeksi dan aman untuk koleksi

kolektor semen tidak kontak dengan organ

reproduksi hewan lain sebelum melakukan koleksi

Page 39: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

kolektor semen harus menggunakan sarung tangan

sarung tangan harus diganti setiap melakukan

koleksi semen terhadap hewan yang berbeda

d. terhadap kebersihan vagina buatan

vagiana buatan harus bersih dan terdesinfektasi

dengan benar setiap kali akan digunakan untuk

koleksi semen

vagina buatan harus dilepas, dicuci, dibilas serta

dikeringkan setiap bagiannya

vagina buatan harus terhindar dari segala jenis

kotoran

vagina buatan harus didesinfeksi dengan alkohol,

ethylene oxide atau dipanaskan sebelum dirakit

kembali

setelah dirakit kembali vagina buatan harus

disimpan di dalam lemari yang bersih serta

didesinfeksi secara rutin

e. terhadap kebersihan gel pelumas

gel pelumas yang digunakan harus aman dari infeksi

gel pelumas harus terhindar dari kotoran jika

digunakan secara berurutan

f. terhadap penggunaan vagina buatan

jika dalam proses koleksi , ejakulasi bull dilakukan

secara berurutan, maka vagina buatan harus

diganti setiap satu ejakulat sebelum digunakan

untuk proses koleksi berikutnya.

Jika dalam proses koleksi tidak terjadi ejakulasi ,

vagina buatan harus dilakukan desinfeksi sebelum

digunakan lagi atau disimpan.

g. terhadap collecting tube/ tabung koleksi

tabung koleksi harus streril dapat berupa tabung

Page 40: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

disposable atau tabung yang disterilisasi dengan

oven pada suhu 180°C selama 30 menit.

Tabung harus tetap tertutup untuk menghindari

paparan dengan lingkungan yang buruk sebelum

digunakan.

Page 41: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Lampiran 6 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Cheklist Penilaian Proses Produksi Semen Beku

Ceklist Penilaian Proses Produksi Semen

No. Parameter Penilaian Ya/Tidak Metode Pengujian Ket/Dokumen sumber informasi

1 Pengujian terhadap motilitas semen

2 Penilaian terhadap penanganan semen dan media

pengencer semen

Semua alat yang digunakan harus steril

buffer sollusion dan basis media yang digunakan

dalam pengencer harus disterilisasi sebelum

ditambah dengan media lain. dengan filtrasi

(0.22 µm) atau autoclave dengan suhu 121°C selam

30 menit atau dipersiapkan dengan menggunakan

air yang steril sebelum ditambah dengan kuning

telur atau bahan tambahan lain dan antibiotik

jika komponen yang digunakan berasal dari pabrik

atau komersial dan dalam bentuk selain bentuk cair ,

maka cairan pencair berupa air destilata atu air

demineralisasi yang telah disterilisasi dengan

autoclave pada suhu 121°C selam 30 menit. Media

tersebut harus disimpan dengan baik dan dalam

keadaan dingin.

jika menggunakan susu, telur atau protein hewan

lain yang digunakan dalam pengencer semen,

produk tersebut harus terbebas dari patogen atau

telah disterilisasi. Susu harus dipanaskan pada suhu

92°C selama 3-5 menit, telur harus berasal dari ayam

SPF jika tersedia. Jika menggunakan kuning telur,

Page 42: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

maka harus dipisahkan dengan putih telur

menggunakan cara yang aseptis.

Pengencer tertentu yang telah dibuat dapat

disimpan dalam suhu 5°C selama maksimal 72 jam

atau lebih lama lagi jika disimpan pada suhu -20°C .

Untuk pengencer yang tidak dapat disimpan maka

harus dibuat baru setiap akan digunakan

Penambahan antibiotik harus disesuaikan dengan

aktivitas mikroba atau setara dengan gentamicin

(250 µg), tylosin (50 µg), lincomycin–spectinomycin

(150/300 µg); penicillin (500 IU), streptomycin

(500 µg), lincomycin-spectinomycin (150/300 µg);

atau amikacin (75 µg), divekacin (25 µg) setiap ml

semen

3 Penilaian terhadap proses pengenceran semen dan

pengisisan semen ke straw

tabung penampung semen harus steril dan segera

ditutup setelah proses koleksi. Tabung dibuka jika

akan dilakukan pengenceran.

setelah diencerkan dan selama didinginkan tabung

harus selalu dalam keadaan tertutup

Selama filling/ pengisian semen ke dalam straw alat

yang digunakan harus segera digunakan setelah

dibuka. alat yang digunakan berulang harus

didesinfeksi dengan alkohol, etylen oxide,

penguapan atau teknik desinfeksi lain yang telah

disetujui.

jika menggunakan sealling powder maka harus

dijaga agar tidak terjadi kontaminasi.

4 Penilaian terhadap proses penyimpanan

Straw terbuat dari bahan PVC atau bahan lain yang

dapat menjamin tidak terjadi kerusakan pada benih

straw yang akan diekspor harus terpisah dan tidak

Page 43: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

kontak dengan material genetik lain

straw harus disimpan dalam wadah yang baru dan

berisi nitrogen cair yang baru

5 Penilaian terhadap proses pelabelan

Straw diberi segel

Straw diberi tanda permanen dan mudah dilihat

yang memuat identifikasi donor antara lain: nama

donor, nomor batch, hari dan tanggal pembekuan

dan tempat koleksi

Page 44: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Lampiran 7 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Cheklist Penilaian Proses Pengemasan Kontainer Untuk Pengiriman

No. Item Ya Tidak Keterangan 1.

a. Straw yang akan ditransportasikan ditempatkan pada kontainer baru berisi nitrogen cair yang baru dengan suhu -

196C (untuk semen beku); atau b. semen disimpan pada temperatur

sekurang-kurangnya 15C selama tidak kurang dari 45 menit (untuk semen cair)

2. Jika bukan menggunakan kontainer baru,dicantumkan data berupa tanggal dilakukan desinfeksi dan bahan aktif yang digunakan

3. Selama proses pengisian straw ke dalam kontainer dan pengisian nitrogen cair dalam pengawasan dokter hewan

4. Kontainer disegel menggunakan segel yang kuat (terbuat dari timah atau logam)

5. Kontainer dilengkapi label/keterangan yang memuat informasi: negara tujuan Indonesia; tempat dan nama produsen; tanggal pengiriman; jenis dan konsentrasi sperma

6. Kondisi kontainer siap kirim: kontainer dikemas menggunakan pallet, kotak kayu, atau matras; menggunakan tanda peringatan dalam bentuk sticker dengan kata: “jangan diletakkan terbalik”, “jangan dibanting”, dan “fragile”; dan dalam keadaan berdiri dan tidak boleh miring

Page 45: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Lampiran 8 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Ceklist Persyaratan Kesehatan

No Item Ya/sesuai Tidak/Tidak sesuai

No. Dokumen

A. Dokumen Persyaratan 1. Sertifikat Kesehatan 2. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih B. Persyaratan untuk semen cair babi 1. Semen dikoleksi, diproses, dikemas dan disimpan pada pusat koleksi

semen (semen collection centre) yang disetujui oleh otoritas veteriner yang berkompeten di negara asal Lampirkan dokumen!

2. Negara asal bebas dari penyakit mulut dan kuku, swine vesicular disease, african swine fever dan classical swine fever (hog cholera) paling kurang 3 tahun sebelum tanggal koleksi semen untuk ekspor sampai pengirimannya Lampirkan dokumen!

3. Pusat koleksi semen (semen collection centre) bebas dari vesicular stomatitis, aujeszky’s disease, heartwater disease, progressive atrophic rhinitis, swine erysipelas, porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) dan teschovirus encephalomyelitis (enterovirus encephalomyelitis, Teschen disease) selama sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum tanggal koleksi semen untuk ekspor sampai pengirimannya Lampirkan dokumen!

Page 46: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

4. Hewan donor (boar) semen yang akan diekspor: a. Lahir dan dipelihara di negara asal dan tidak pernah dipelihara di

negara lain b. Telah dipelihara di pusat koleksi semen selama sekurang-

kurangnya 6 bulan sebelum tanggal koleksi pertama untuk ekspor

5. Tidak ada abnormalitas genetik signifikan yang dicatat di progeny hewan donor

6. Pada...........(tanggal), 30 hari sebelum tanggal.......koleksi pertama semen untuk ekspor, telah dilakukan pengambilan sampel darah donor dan diuji ke laboratorium yang terakreditasi/diapprove oleh otoritas kompeten dengan menunjukkan hasil negatif terhadap: a. Porcine brucellosis (B. Suis), menggunakan buffered brucella

antigen test (BBAT) atau competitive enzyme-linked immunosorbent assay (cELISA);

b. Transmissible gastroenteritis (TGE), menggunakan differential ELISA;

c. Porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS).

Lampirkan dokumen hasil uji!

7. Hewan donor telah diberi perlakuan terhadap leptospirosis dalam 30 hari sebelum hari pertama koleksi semen untuk ekspor, yaitu injeksi.......(tipe treatment) pada dosis efektif untuk leptospirosis. (tanggal treatment............) Lampirkan dokumen!

8. Hewan donor tidak kawin (mating) sejak hasil negatif terakhir uji poin 6 atau perlakuan pada poin 7

9. Selama koleksi semen, hewan donor dalam kondisi sehat dan bebas dari gejala klinis penyakit infeksius atau kontagius

10. Semen yang akan diekspor telah diberi antibiotik, khususnya untuk leptospira dan mycoplasma, untuk memproduksi efek dilusi akhir setidaknya setara dengan:

Page 47: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

Tidak kurang dari: a. 500 µg streptomycin per ml; b. 500 IU penicillin per ml; c. 150 µg lincomycin per ml; d. 300 µg spectinomycin per ml Segera setelah penambahan antibiotik, semen disimpan pada

temperatur sekurang-kurangnya 15C selama tidak kurang dari 45 menit.

11. Semen yang akan diekspor telah disegel dibawah pengawasan dokter hewan sebelum dikirim dan dikemas sesuai standar IATA

12. No segel:....................

Page 48: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

1

Lampiran 10 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Format Pernyataan Hasil Pemeriksaan di Negara Asal

PERNYATAAN HASIL PEMERIKSAAN DI NEGARA ASAL

Negara Asal :……………………………………………………….

Nama dan Alamat pengirim :………………………………………………………

Pelabuhan Pengeluaran :………………………………………………………

Tanggal pemuatan :………………………………………………………..

Daerah Tujuan :………………………………………………………..

Pelabuhan Pemasukan :……………………………………………………….

Jumlah benih : ………(semen), ……….(embrio),.......(ova)

Setelah dilakukan tindakan karantina pemeriksaan selama………….hari disampaikan

bahwa benih tersebut telah dilakukan pemeriksaan terhadap (hewan donor/proses

koleksi/proses produksi/proses pengemasan untuk pemuatan ke alat

angkut/pengiriman*).

Oleh karena itu dinyatakan benih telah/tidak memenuhi persyaratan teknis*) aman/tidak

aman*) dan layak/tidak layak*) untuk diberangkatkan ke Indonesia.

Negara, tanggal, bulan, tahun

Dokter hewan pelaksana pengawasan tindakan karantina

(Drh…………………..)

*) coret yang tidak perlu

Page 49: 6.bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/...berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium

1

Lampiran 11 : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : Tanggal : Tentang : Format Laporan Pelaksanaan tindakan karantina Negara asal/ Pre- Shipment Inspection (PSI)

Format Laporan pelaksanaan tindakan karantina Negara asal (PSI)

Uraian item Keterangan

Spesifikasi Huruf

- Judul laporan Arial, huruf besar semua, tebal, 16

- BAB Arial, huruf besar semua, tebal, 12

- Sub Bab Arial, huruf kapital pada awal kata, tebal, 12

- Isi batang tubuh Arial, huruf besar awal kalimat, 12

Spesifikasi Kertas

- Ukuran A4

- Jenis HVS, 80 gram

- Sampul depan Plastic putih, ukuran A4

- Sampul belakang Kertas buffalo, ukuran A4

Sistematika laporan Halaman Judul

Daftar isi

Pendahuluan

- Status dan situasi penyakit Negara asal

- Status dan situasi penyakit di tempat pengeluaran

Pelaksanaan pengawasan tindakan karantina

- Tempat dan waktu

- Sumber daya manusia pelaksanan tindakan karantina

hewan di Negara asal

- Pemeriksaan

Sarana dan Prasarana Tindakan Karantina Hewan di Negara

Asal

Persiapan pengangkutan

Rekomendasi Hasil

Penutup

Nama dan Tandatangan pelaksana tugas pengawasan

Lampiran-Lampiran

- Surat Penugasan

- Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium