6 bab ii tinjauan pustaka 2.1 pajak 2.1.1 definisi pajak

39
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Beberapa ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai pajak itu sendiri. Perbedaan tersebut didasari oleh perbedaan sudut pandang dari masing- masing individu. Menurut Rochmat Soemitro (dalam Sari, 2013:34), menjelaskan bahwa: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.Kemudian definisi pajak menurut P.J.A Adriani (dalam Sari,2013:34), menjelaskan bahwa: “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

Upload: doanmien

Post on 18-Jan-2017

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Definisi Pajak

Beberapa ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai pajak itu

sendiri. Perbedaan tersebut didasari oleh perbedaan sudut pandang dari masing-

masing individu. Menurut Rochmat Soemitro (dalam Sari, 2013:34), menjelaskan

bahwa:

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara

untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

investment.”

Kemudian definisi pajak menurut P.J.A Adriani (dalam Sari,2013:34),

menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi

kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

Page 2: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

7

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Pasal 1 adalah:

“Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pajak

merupakan iuran yang dipaksakan oleh penguasa (pemerintah) kepada Wajib Pajak

(yang telah ditentukan undang-undang), yang digunakan untuk membiayai keperluan

perbelanjaan pemerintah.

2.1.2 Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:5) pajak dapat digolongkan menjadi tiga macam,

yaitu menurut golongannya, sifatnya dan lembaga pemungutnya.

a. Menurut Golongannya

1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:

Pajak Penghasilan.

Page 3: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

8

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang lain.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

b. Menurut Sifatnya

1. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh:

Pajak Penghasilan.

2. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

c. Menurut Lembaga Pemungutnya

1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, dan Bea Materai.

2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri

atas:

a) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor.

b) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

Page 4: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

9

2.1.3 Fungsi Pajak

Dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar Perpajakan, Diana Sari

memberikan penjelasan bahwa fungsi pajak mempunyai dua fungsi utama yaitu

fungsi penerimaan (budgeter) dan fungsi mengatur (reguler).

a. Fungsi penerimaan (budgeter) memberikan pengertian bahwa pajak sebagai

alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya dalam kas negara

dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara yaitu pengeluaran rutin

dan pembangunan.

b. Fungsi mengatur (reguler) yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di

bidang keuangan misalnya mengadakan perubahan tarif, memberikan

pengecualian-pengecualian, keringanan-keringanan yang khusus ditujukan

kepada masalah tertentu.

Selain dua fungsi utama tersebut, terdapat fungsi lainnya, yaitu:

a. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan.

b. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan.

Page 5: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

10

c. Fungsi demokrasi

Pajak yang sudah dipungut oleh negara merupakan wujud sistem gotong

royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada

masyarakat pembayar pajak.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo, 2011:

7), yaitu sebagai berikut:

a. Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak.

b. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

c. Withholding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak.

Page 6: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

11

2.1.5 Cara Pemungutan Pajak

Waluyo (2011:16) menjelaskan bahwa cara pemugutan pajak didasari oleh

tiga stelsel, yaitu:

a. Stelsel Nyata (Riil Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga

pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, setelah

penghasilan yang sesungguhnya dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini lebih

realistis. Kelemahannya pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode

(setelah penghasilan riil diketahui).

b. Stelsel Anggapan (Fictif Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-

undang, sebagai contoh: penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun

sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya

pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah

pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun.

Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak didasarkan pada keadaan yang

sebenarnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang

Page 7: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

12

sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada

pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus melunasi kekurangannya.

Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat

diminta kembali.

2.1.6 Penggolongan Jenis Pajak

Menurut Siti Kurnia (2010:50) terdapat perbedaan atau penggolongan serta

jenis-jenis pajak. Pembedaan atau pengolongan tersebut didasarkan pada suatu

kriteria yaitu :

a. Siapa yang membayar pajak

b. Siapa yang pada akhirnya memikul beban pajak

c. Apakah beban pajak dapat dilimpahkan/dialihkan kepada pihak lain

d. Siapa yang memungut pajak

e. Sifat-sifat yang melekat pada pajak yang bersangkutan

f. Pajak dikenakan atas apa

2.1.7 Definisi Wajib Pajak

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang

perubahan keempat atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

Page 8: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

13

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.”

2.2 Pemeriksaan Pajak

2.2.1. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan menurut Pasal 1 ayat (25) Undang-undang Nomor 28

Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut :

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Pemeriksaan menurut KMK-545/KMK.04/2000, SE-03/PJ.7/2010, SE-06/PJ.7/2005,

KEP-142/PJ./2005 adalah sebagai berikut :

“ Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan

atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Page 9: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

14

2.2.2 Sasaran Pemeriksaan

Yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun penyidikan adalah untuk

mencari adanya:

1. Interpretasi undang-undang yang tidak benar.

2. Kesalahan hitung.

3. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.

4. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya, yang dilakukan Wajib

Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2.2.3. Tujuan Pemeriksaan

Menurut Aristanti (2011:294) tujuan dilakukannya pemeriksaan wajib pajak

dapat dikarenakan berbagai macam, yaitu :

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan :

a. Surat Pemberitahuan Tahunan lebih bayar.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan rugi.

c. Surat Pemberitahuan Tahunan tidak atau terlambat disampaikan.

d. Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria yang ditentukkan oleh

Dirjen Pajak untuk diperiksa.

e. Ada indikasi tidak dipenuhi kewajiban perpajakan selain kewajiban

pada huruf b.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Page 10: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

15

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;

b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;

c. Pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Perhitungan Penghasilan

Neto;

f. Pencocokkan data dan/atau alat keterangan;

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak;

i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk

tujuan lain selain huruf a sampai dengan huruf h.

2.2.4 Jenis Pemeriksaan Pajak

Menurut Nur Hidayat (2013:34) apabila dikelompokan sesuai jenisnya maka

pemeriksaan pajak dapat dilaksanakan berdasarkan jenis pemeriksaan seperti berikut :

1. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin yang dilakukan

terhadap wajib pajak yang berhubungan dengan pemenuhan hak dan

kewajiban perpajakannya.

Page 11: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

16

2. Pemeriksaan Kriteria Seleksi

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak badan atau wajib pajak

orang pribadi yang terpilih berdasarkan skor risiko tingkat kepatuhan

secara komputerisasi.

3. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan yang secara khusus dilakukan terhadap wajib pajak

sehubungan dengan adanya data, informasi, laporan, atau pengaduan yang

berkaitan dengan wajib pajak tersebut, atau untuk memperoleh data atau

informasi untuk tujuan tertentu lainnya.

4. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang, perwakilan, pabrik dan atau

tempat usaha pada umumnya berbeda lokasinya dengan wajib pajak

domisili.

5. Pemeriksaan Tahun Berjalan

Pemeriksaan yang dilakukan dalam tahun berjalan terhadap wajib pajak

untuk jenis-jenis tertentu atau untuk seluruh jenis pajak dapat dilakukan

terhadap wajib pajak domisili atau wajib pajak lokasi.

6. Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang

adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

7. Pemeriksaan Terintegrasi

Pemeriksaan yang dilakukan secara terkoordinasi dari dua atau lebih unit

Page 12: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

17

atau lebih unit pelaksana pemeriksaan pajak terhadap beberapa wajib pajak

yang memiliki hubungan kepemilikan, penguasaan, pengelolaan usaha, dan

atau hubungan secara financial.

8. Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak

Pemeriksaan untuk tujuan penagihan (delinquenct audit) adalah

pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data mengenai harta wajib

pajak atau penanggung pajak yang dapat merupakan objeksitas,

sehubungan dengan adanya tunggakan pajak yang penagihannya akan

dilakukan sesuai dengan undang-undang penagihan dengan surat paksa

(Undang-undang No. 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang No. 19 Tahun 2000).

9. Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang Pindah Tempat Usahanya

a. Menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi semua kewajiban

perpajakannya selama terdaftar di kantor pelayanan pajak yang lama.

b. Wajib pajak pindah tempat terdaftarnya karena berubah status atau

pindah alamat.

c. Wajib pajak badan atau wajib pajak orang pribadi yang menjalakan

usaha atau melakukan pekerjaan bebas, dalam tahun atau tahun-

tahun pajak yang belum pernah diperiksa.

d. Wajib pajak BUT atau wajib pajak luar negeri yang terdapat indikasi

akan bubar atau meninggalkan Indonesia.

Page 13: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

18

10. Pemeriksaan Ulang

a. Terdapat indikasi bahwa wajib pajak sedang/telah melakukan tindak

pidana perpajakan.

b.Terdapat data baru semula belum terungkap yang dapat

mengakibatkan penambahan jumlah pajak terutang.

c. Sebab-sebab lain berdasarkan instruksi Direktur Jenderal Pajak.

11. Pemeriksaan Pajak dan Pengambilan Pendahuluan Kelebihan

Pembayaran Pajak

Pemeriksaan pajak dapat dilakukan terhadap wajib pajak yang termasuk

dalam kelompok wajib pajak dengan kriteria tertentu yang diberikan

pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

2.2.5 Wewenang Pemeriksaan Pajak

Menurut ketentuan KMK NOMOR 545/KMK.04/2000) dalam buku

Aristanti (2011:296) pemeriksaan pajak tidak boleh sembarangan dalam

melakukan pemeriksaan, berikut terdapat beberapa wewenang dalam hal

pemeriksaan pajak :

1. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan

a. Memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan

dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran atau media

komputer perangkat elektronik pengolahan data lainnya.

Page 14: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

19

b. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang

diperiksa.

c. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat

penyimpanan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk

tentang keadaan usaha wajib pajak dan/atau tempat-tempat lain yang

dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di tempat-tempat

tersebut.

d. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada huruf c,

apabila wajib pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan

kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak

ada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan.

e. Meminta keterangan dan atau data yang diperlakukan dari pihak

ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.

2. Dalam hal Pemeriksaan Kantor

a. Memeriksa dan atau meminjam buku-buku dan catatan-catatan wajib

pajak.

b. Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak yang

diperiksa.

c. Meminta keterangan dan atau bukti-bukti yang diperlukan dari pihak

ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.

Page 15: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

20

2.2.6 Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaan

Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan menurut Waluyo (2013:69)

ditetapkan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)

bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang

dihitung sejak tanggal wajib pajak datang memenuhi surat panggilan dalam

rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil

Pemeriksaan

2. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4

(empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan)

bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai

dengan tanggal Laporan Hasil Pmeriksaan.

3. Apabila dalam Pemeriksaan Lapangan ditemukan indikasi transaksi yang

terkait dengan transfer princing dan/atau transaksi khusus lain.

4. Dalam hal pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria pemeriksaan pajak.

Dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak jangka waktu pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada

butir 1, 2, dan 3 di atas, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Page 16: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

21

2.2.7 Norma Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada Norma Pemeriksaan yang

berkaitan dengan Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib Pajak.

1. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak.

a. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam

Rangka Pemeriksaan lapangan adalah sebagai berikut:

1) Pemeriksa Pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan

dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan

pemeriksaan;

2) Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan

dilakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

3) Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa

dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib pajak;

4) Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan

kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa;

5) Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak;

6) Pemeriksa pajak wajib memberitahu secara tertulis kepada Wajib

Pajak tentang hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara

Surat pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi

Wajib Pajak;

7) Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak

mengenai penyelenggaraan pembukuan atau pencantatan dan petunjuk

Page 17: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

22

lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan

dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar

penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan

kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

8) Pemeriksa Pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan,

dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari WP paling

lambat 14 hari sejak selesainya pemeriksaan;

9) Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang

tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan

kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.

b. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam

rangka Pemeriksaan kantor:

1) Pemeriksa Pajak, dengan menggunakan surat panggilan yang

ditandatangani oleh Kepala Kantor yang bersangkutan, memanggil

Wajib Pajak untuk datang ke Dirjen Pajak yang ditunjuk dalam rangka

pemeriksaan;

2) Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan

kepada Wajib pajak yang akan diperiksa;

3) Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan pemeriksaan Pajak;

Page 18: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

23

4) Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib

Pajak tentang hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara

Surat Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan;

5) Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak

mengenai penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk

lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan

dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar

penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan

kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

6) Pemeriksa Pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan,

dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari WP paling

lambat 7 hari sejak selesainya pemeriksaan;

7) Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang

tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan

kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.

2. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan adalah

sebagai berikut:

a. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih Pemeriksa Pajak;

b. Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Direktorat jenderal Pajak, di kantor

Wajib Pajak atau di kantor lainnya atau di pabrik atau di tempat usaha atau

Page 19: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

24

di tempat pekerjaan bebas atau di tempat tinggal atau di tempat lain yang

ditentukan oleh Dirjen Pajak;

c. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila dipandang perlu

dapat dilanjutkan di luar jam kerja;

d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan;

e. Laporan Pemeriksaan pajak disusun berdasarkan Kertas Kerja

pemeriksaan;

f. Hasil Pemeriksaan Lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak atau

kuasanya, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan tersebut dan

ditandatangani oleh Wajib Pajak yang bersangkutan atau kuasanya;

g. Terhadap temuan sebagai hasil Pemeriksaan lengkap yang tidak atau tidak

seluruhnya disetujui oleh Wajib Pajak, dilakukan Pembahasan Akhir Hasil

Pemeriksaan dan dibuatkan Berita Acara hasil Pemeriksaan;

h. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, diterbitkan Surat Ketetapan

Pajak dan Surat Tagihan Pajak, kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan

tindakan penyidikan.

3. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Wajib pajak adalah sebagai

berikut:

a. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak meminta kepada

Pemeriksa untuk memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan tanda

Pengenal pemeriksa;

Page 20: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

25

b. Wajib pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan;

c. Dalam hal Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib memenuhi panggilan

untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang

ditentukan;

d. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku,

catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelancaran

pemeriksaan dan memberikan keterangan dalam jangka waktu paling lama

7 hari sejak tanggal surat permintaan, dan apabila permintaan tersebut

tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak, maka pajak yang terutang dapat dihitung

secara jabatan;

e. WP berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak rincian yang berkenaan

dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan SPT;

f. Wajib Pajak atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan

persetujuan apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujui;

g. Dalam hal Pemeriksaan Lengkap, Wajib Pajak atau kuasanya wajib

menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan apabila hasil

pemeriksaan tersebut tidak atau tidak seluruhnya disetujui;

h. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, Wajib Pajak wajib melaksanakan

ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 6

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Page 21: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

26

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.16 Tahun

2000.

2.2.8 Pedoman Pemeriksaan Pajak

Pedoman pemeriksaan pajak menurut Diana Sari (2013:235) meliputi:

1. Pedoman Umum adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang

1) Telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki

keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak;

2) Bekerja dengan jujur, bertanggungjawab, penuh pengabdian,

bersifat terbuka, sopan, dan objektif, serta menghindarkan diri dari

perbuatan tercela;

3) Menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama serta

memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya tentang Wajib Pajak.

b. Temuan hasil pemeriksaan dituangkan dalam kertas Kerja

Pemeriksaan sebagai bahan untuk menyusun Laporan Pemeriksaan

Pajak.

Page 22: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

27

2. Pedoman pelaksanaan Pemeriksaan adalah sebagai berikut

a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,

sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan dengan pengawasan yang

seksama;

b. Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh,

yang harus dikembangkan dengan bukti yang kuat dan berkaitan

melalui pencocokan data, pengamatan, Tanya jawab, dan tindakan lain

berkenaan dengan pemeriksaan.

Lalu menyusun program pemeriksaan yaitu memuat prosedur dan

tehnik pemeriksaan yang akan dilakukan. Prosedur dan tehnik

pemeriksaan di sini terbatas pada hal-hal yang ada kaitannya dengan

identifikasi masalah yang telah ditentukan, sehingga isi program

pemeriksaan diharapkan tidak terlalu panjang. Program pemeriksaan

tidak perlu dilakukan seperti di Kantor Akuntan Publik yang biasanya

dibuat lengkap. Program pemeriksaan pajak cukup memuat prosedur

dan tehnik pemeriksaan untuk tiap-tiap masalah yang akan diperiksa

saja. Walaupun prosedur dan tehnik pemeriksaan yang dicantumkan

dalam program pemeriksaan sangat terbatas, seorang pemeriksa pajak

harus menguasai prosedur dan tehnik pemeriksaan yang lengkap, baik

dengan metode langsung maupun metode tidak langsung.

Page 23: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

28

c. Pendapat dan kesimpulan Pemeriksa Pajak harus didasarkan pada

bukti yang kuat dan berkaitan, dan berlandaskan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut:

a. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun secara rinci, ringkas, jelas,

memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat

kesimpulan Pemeriksaan Pajak yang didukung temuan yang kuat

tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan

perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan

informasi lain yang terkait.

b. Laporan Pemeriksaan Pajak yang berkaitan dengan pengungkapan

penyimpangan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan Kertas

Kerja Pemeriksaan antara lain mengenai:

1) Berbagai faktor perbandingan;

2) Nilai absolut dari penyimpangan;

3) Sifat dari penyimpangan;

4) Petunjuk atau temuan adanya penyimpangan;

5) Pengaruh penyimpangan;

6) Hubungan dengan permasalahan lainnya.

c. Laporan Pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap

dan rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

Page 24: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

29

2.2.9 Langkah-langkah Pemeriksaan Pajak

Menurut Erly Suandy (2011) langkah-langkah pemeriksaan adalah

sebagai berikut :

1. Program dan Norma

Pemeriksaan Pajak

2. Teknik Pemeriksaan: 1. Menelusuri data

2. Mencari data

3. Mengumpulkan data

4. Mengolah data

3. Prosedur Pemeriksaan: 1. Mengevaluasi

2. Menganalisis angka-angka

3. Menguji keterkaitan

4. Memanfaatkan berbagai data dan

informasi dari pihak ketiga (pihak-

pihak terkait)

5. Menguji kebenaran fisik

6. Menjumlahkan kembali angka-angka ke

bawah dan ke samping

7. Mengadakan inspeksi

8. Melakukan verifikasi

9. Menguji kebenaran serta keabsahan dan

keaslian dokumen

10. Mengadakan konfirmasi dengan pihak-

pihak terkait

11. Melakukan wawancara dengan Wajib

Pajak

Page 25: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

30

4. Metode Pemeriksaan: - Langsung:

Menguji kebenaran angka-angka SPT

melalui penelusuran laporan keuangan,

neraca, buku besar/pembantu, buku harian,

dokumen pendukung.

- Tidak Langsung:

Menganalisis:

1. Laporan keuangan tahun berjalan dan

tahun sebelumnya

2. Transaksi tunai

3. Transaksi bank

4. Sumber-sumber serta penggunaan dana

5. Kekayaan bersih

6. Satuan volume penjualan dalam laporan

penjualan

7. Arus produksi pada tahun yang

diperiksa

8. Laba kotor tahun yang diperiksa

9. Penyusutan asset

10. Biaya hidup Wajib Pajak

11. Dan lain-lain yang dianggap perlu oleh

pemeriksa

5. Hasil Pemeriksaan: Laporan hasil pemeriksaan:

1. Tingkat kepatuhan administratif

2. Tingkat kepatuhan materil maupun

yuridis formal

3. Selisih koreksi

(Erly Suandi;2011)

Page 26: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

31

2.2.10 Hak-hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Hak-hak Wajib Pajak dalam pemeriksaan antara lain:

1. Meminta Surat Perintah Pemeriksaan

2. Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa

3. Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan

4. Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT

5. Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang

ditentukan

Kewajiban Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan adalah:

1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan

waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor;

2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara

elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan

usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus

untuk Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib memberikan kesempatan

untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

3. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang

perlu dan member bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan;

4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil

Pemeriksaan;

Page 27: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

32

5. Meminjamkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik

khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor;

6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.

2.3 Kepatuhan Wajib Pajak

2.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Pengertian kepatuhan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138),

menyatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya. Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam

Siti Kurnia Rahayu (2010 : 138) menjelaskan bahwa sebagai suatu iklim kepatuhan

dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:

a. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan

b. mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

c. menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

d. membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Page 28: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

33

2.3.2 Jenis-jenis Kepatuhan

Menurut Mardiasmo (2011:5) terdapat dua macam kepatuhan, yaitu:

a. kepatuhan formal

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

Undang Perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan (SPT).

b. kepatuhan material

Kepatuhan material adalah keadaan dimana Wajib Pajak secara substantive

memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa

Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan material dapat melalui kepatuhan

formal.

Menurut Tania Lestari yang dikutip dari buku Siti Kurnia Rahayu (2010),

kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari:

1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan (SPT)

3. Kepatuhan dalam menghitung dan pembayaran pajak terutang

4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Page 29: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

34

2.3.3 Kriteria Wajib Pajak Patuh

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang diubah

dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 jo Keputusan

Dirjen Pajak Nomor 550 tahun 2000, Wajib Pajak dimasukkan dalam kategori wajib

pajak patuh apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua

tahun terakhir

b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; tidak

pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir;

c. dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal

terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada

pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang

paling banyak 5%; wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun

terakhir di audit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak

mempengaruhi laba rugi fiskal”.

Page 30: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

35

2.3.4 Wajib Pajak Patuh

Penetapan Wajib Pajak Patuh dilakukan oleh Kepala Kantor Direktorat

Jenderal Pajak setelah menerima daftar nominative Wajib Pajak Patuh dari Kantor

Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 Januari dan mengirimkan penetapan Wajib

Pajak patuh kepada :

a. Kepala KPP tempat Wajib Pajak domisili terdaftar;

b. Kepala KPP tempat Wajib Pajak lokasi terdaftar;

c. Kepala Kantor Wilayah atasan KPP tempat Wajib Pajak lokasi terdaftar.

Penetapan Wajib Pajak patuh tersebut berlaku untuk jangka waktu 2 (dua)

tahun kalender.

2.3.5 Pencabutan Wajib Pajak Patuh

Surat Penetapan Wajib Pajak patuh dicabut oleh Kepala Wilayah setelah

mempertimbangkan usulan Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam hal memenuhi

kriteria pembetulan, yaitu :

a. Terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindak penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan;

b. Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT Masa lebih dari 3 (tiga) Masa

Pajak untuk semua jenis pajak;

c. Dalam hal Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT Masa tidak lebih dari 3

(tiga) Masa Pajak, terdapat penyampaian SPT Masa yang lewat dari batas

Page 31: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

36

waktu penyampaian SPT Masa masa berlaku berikutnya;

d. Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT Masa untuk 2 (dua) Masa Pajak

atau lebih berturut-turut untuk semua jenis pajak; atau

e. Dalam suatu Masa Pajak, ternyata tidak memenuhi kriteria tidak pernah

dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dalam

jangka watu 10 (sepuluh) tahun terakhir sejak Masa Pajak yang bersangkutan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah

tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari hasil pemeriksaan akan

diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak, bagi wajib pajak yang tingkat

kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya

pemeriksaan dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-masa

selanjutnya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pemeriksaan pajak juga

sekaligus sebagai sarana pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak.

Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh

dunia, baik bagi negara maju maupun di negara berkembang karena jika wajib

pajak tidak patuh akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan

penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak, yang pada

akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan

berkurang. Administrasi perpajakan di Indonesia masih perlu diperbaiki,

Page 32: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

37

dengan perbaikan diharapkan wajib pajak lebih termotivasi dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya, dengan alat untuk mencapai suatu sistem telah

diperbaiki maka faktor-faktor lain akan terpengaruh (Siti Kurnia Rahayu,

2010:140).

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 139) pada prinsipnya

kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu

Negara. Predikat Wajib Pajak patuh dalam arti disiplin dan taat tidak sama

dengan Wajib Pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar,

tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak

yang dibayarkan kepada kas Negara. Karena pembayar pajak terbesar

sekalipun belum tentu menuhi kriteria sebagai Wajib Pajak patuh, meskipun

memberikan kontribusi besar pada Negara, jika masih memiliki tunggakan

maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat

Wajib Pajak patuh.

Dengan adanya pemeriksaan pajak, fiskus dapat menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak serta tujuan lain dalam

rangka melakukan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan

diharapkan pemeriksaan pajak dapat memberikan dampak terhadap kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak, dengan tetap mengacu

Page 33: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

38

pada profesionalisme kerja pemeriksa pajak, sesuai dengan tata cara

pemeriksaan di bidang perpajakan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dituangkan dalam suatu

skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak

Badan

Kewajiban

Pemeriksaan Pajak

Page 34: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

39

2.5 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi bahan

perbandingan untuk penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti/Tahun Judul Hasil

1 Tania Lestari/

2011

Pengaruh

Pemeriksaan Pajak

Terhadap

Kepatuhan Wajib

Pajak Badan Dalam

Memenuhi

Kewajiban

Perpajakan” (studi

kasus pada Kantor

Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama

Sumedang.)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib

Pajak Badan, maka diperoleh thitung sebesar

5,163 ttabel sebesar 2,048 dan memiliki tingkat

signifikansi 0,000 < 0,05 maka pada tingkat

kekeliruan 5% H0 ditolak dan Ha diterima.

Pemeriksaan pajak memiliki pengaruh

terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan

sebesar 48,8% dan sisanya 51,2% dipengaruhi

oleh variabel lain diluar variabel pemeriksaan

pajak.

2 Anisha

Dodih/2011 Pengaruh

Pelaksaan

Pemeriksaan Pajak

Pengaruh pelaksanaan pemeriksaan pajak

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

memiliki hubungan yang tergolong “sedang”

Page 35: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

40

Terhadap Tingkat

Kepatuhan Wajib

Pajak Orang

Pribadi (Studi

Kasus pada Kantor

Pelayanan Pajak

Pratama Bandung

Cibeunying)

dan diterima. Tingkat kepatuhan wajib pajak

tidak semua dipengaruhi dari pelaksanaan

pemeriksaan pajak, namun dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian ini seperti sistem administrasi

perpajakan, pelayanan, penegakan hukum

perpajakan, dan tarif pajak.

3 Dwi Rahayu

(2011) Analisis Pengaruh

Pemeriksaan Pajak

Terhadap

Kepatuhan Wajib

Pajak (Studi Kasus

pada Kantor

Pelayanan Pajak

Pratama Semarang

Selatan)

Tindakan pemeriksaan yang dilakukan

berpengaruh terhadap perilaku Wajib Pajak

dalam hal memenuhi kewajibannya melakukan

pengisian SPT secara benar.

Page 36: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

41

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dikemukakan hipotesis yang

akan diuji dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

Ha : Pelaksanaan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Badan.

Page 37: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

42

Page 38: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

43

Page 39: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak

44