6 bab ii kajian pustaka -...

18
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Auditory, Intelectually and Repetition (AIR) Model pembelajaran AIR adalah model yang menekankan pada tiga aspek, yaitu Auditory, Intelectually and Repetition. Auditory yaitu belajar dengan mendengar, Intelectually yaitu belajar dengan berpikir dan memecahkan masalah, Repetition yaitu pengulangan agar melajar lebih efektif Menurut Suherman (2004:20), AIR adalah singkatan dari Auditory, Intelectually and Repetition. Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intectual berpikir yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis a. Auditory Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Sarbana (Yulia, 2008:24) mengartikan auditory sebagai salah satu modalitas belajar, yaitu bagaimana kita menyerap informasi saat berkomunikasi ataupun belajar dengan cara mendengarkan, indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Dalam KBM, sebagian besar proses interaksi siswa dengan siswa dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Menurut Tiel (Nirawati, 2009:16) masuknya informasi melalui auditory bentuknya haruslah 6

Upload: hoangquynh

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Auditory, Intelectually and Repetition (AIR)

Model pembelajaran AIR adalah model yang menekankan pada tiga

aspek, yaitu Auditory, Intelectually and Repetition. Auditory yaitu belajar dengan

mendengar, Intelectually yaitu belajar dengan berpikir dan memecahkan masalah,

Repetition yaitu pengulangan agar melajar lebih efektif

Menurut Suherman (2004:20), AIR adalah singkatan dari Auditory,

Intelectually and Repetition. Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan

efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa

indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak,

berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi.

Intectual berpikir yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui

latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan

menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih

mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian

tugas atau kuis

a. Auditory

Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara

menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan

menanggapi. Sarbana (Yulia, 2008:24) mengartikan auditory sebagai salah satu

modalitas belajar, yaitu bagaimana kita menyerap informasi saat berkomunikasi

ataupun belajar dengan cara mendengarkan, indera telinga digunakan dalam

belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi.

Dalam KBM, sebagian besar proses interaksi siswa dengan siswa

dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Menurut Tiel

(Nirawati, 2009:16) masuknya informasi melalui auditory bentuknya haruslah

6

Page 2: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

7

berurutan, teratur dan membutuhkan konsentrasi yang baik agar informasi yang

masuk ditangkap dengan baik yang kemudian akan diproses dalam otak.

Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena tidak mungkin

informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik

oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Guru

diharapkan bisa memberikan bimbingan pada siswa agar pemanfaatan indera

telinga dalam KBM dapat berkembang secara optimal sehinga interkoneksi antara

telinga dan otak bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Menurut Meier (2002:96) ada beberapa gagasan untuk meningkatkan

pengguna sarana auditory dalam belajar :

1. Mintalah pembelajar berpasang-pasangan membincangkan secara

terperinci apa saja yang baru mereka pelajari dan bagaimana mereka

akan menerapkannya.

2. Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu keterampilan atau

memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara sangat

terperinci apa yang sedang mereka kerjakan

3. Mintalah pembelajar berkelompok dan berbicara nonstop saaat sedang

menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang

b. Intelectually

Intellectually berarti belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan

masalah. Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta

memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Meier (2002:99)

mengemukakan : Aspek dalam intelektual dalam belajar akan terlatih jika siswa

dilibatkan dalam aktivitas memecahkan masalah, menganalisa pengalaman,

mengerjakan perencanaan strategis, melukiskan gagasan kreatif dan menyaring

informasi, menemukan pertanyaan, menciptakan modal mental, menerapkan

gagasan baru, menciptakan makna pribadi dan meramalkan implikasi suatu

gagasan baru sehingga guru mampu merangsang, mengarahkan dan

meningkatkan intensitas proses berpikir siswa demi tercapainya kemampuan

pemahaman yang maksimal dari siswa.

Page 3: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

8

c. Repetition

Morisin (Yulia, 2006:28) berpendapat bahwa hasil belajar yang

merupakan perubahan sungguh-sungguh dalam perilaku dan pribadi seseorang

bersifat permanen. Dalam proses belajar, ada sejumlah informasi atau materi

pelajaran yang diharapkan tersimpan didalam memori otak. Pada kenyatannya,

hal-hal yang telah dipelajari sulit sekali dimunculkan bahkan tidak dapat

direproduksikan lagi dari daya ingat kita. Peristiwa inilah yang disebut lupa.

Pengulangan tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan atau

informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang dimodifikasi. Dalam

memberi pengulangan, agar pemahaman siswa lebih mendalam dan lebih luas

guru dapat memberikan soal, tugas atau kuis. Dengan diberikan soal dan tugas,

siswa akan terbiasa menyelesaikan persoalan-persoalan matematika. Sedangkan

dengan pemberian kuis siswa akan senantiasa siap dalam menghadapi tes ujian.

Proses mempertahankan informasi ini dapat dilakukan dengan adanya

kegiatan pengulangan informasi yang masuk dalam otak. Dengan adanya latihan

dan pengulangan akan membantu dalam proses mengingat, karena semakin lama

informasi tersebut tinggal dalam memori jangka pendek, maka akan semakin

besar kesempatan memori tersebut ditransfer ke memori jangka panjang. Hal ini

sejalan dengan teori Ausubel mengenai pentingnya pengulangan, Suherman dan

Winataputra (Apriani, 2008:22) menjelaskan, “Pengulangan yang akan

memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan

disajikan dengan cara yang menarik”. Menarik disini bisa dalam bentuk informasi

yang bervariatif. Dengan pemberian soal, tugas, atau kuis. Siswa akan mengingat

informasi- informasi yang diterimanya dan terbiasa untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan matematika.

Langkah-langkah pembelajaran AIR menurut Meirawati (2009:15) yaitu:

Tahap Auditory

Kegiatan guru:

- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil.

- Guru memberi LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok.

Page 4: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

9

- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

soal LKS yang kurang dipahami.

Kegiatan Siswa

- Siswa menuju kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk oleh

guru.

- Siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan

secara kelompok.

- Siswa bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada

guru.

Tahap Intelectually

Kegiatan Guru :

- Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan

rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS.

- Guru memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya.

- Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya

dan mengemukakan pendapatnya.

Kegiatan siswa :

- Siswa mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan

mencermati contoh-contoh soal yang telah diberikan

- Siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang

telah selesai mereka kerjakan.

- Siswa dari kelompok lain bertanya dan mengungkapkan

pendapatnya, sedangkan kelompok lain yang mempresentasikan

menjawab dan mempertahankan hasil kerjanya.

Tahap Repetition

Kegiatan guru :

- Memberikan latihan soal individu kepada siswa

Page 5: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

10

- Dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan

tentang materi yang telah dibahas.

Kegiatan siswa :

- Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru secara

individu

- Siswa menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.

Dalam pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR), siswa dapat

saling bekerja sama dalam kelompok kecil, saling berdiskusi dan bertukar pikiran

untuk mengkontruksi pengetahuannya. Kelompok tersebut terdiri dari 4 sampai 5

orang. Menurut E. Mulyasa diskusi kelompok kecil memiliki karakteristik sebagai

berikut :

a. Melibatkan sekitar 3 samapi 5 orang peserta dalam setiap kelompok.

b. Berlangsung secara informal, sehingga setiap anggota dapat saling

berkomunikasi langsung dengan anggota lain.

c. Memiliki tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok

d. Berlangsung secara sistematis.

Lebih lanjut E. Mulyasa menjelaskan melalui kelompok kecil dalam

pembelajaran memungkinkan peserta didik:

a. Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah.

b. Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting

dalampembelajaran

c. Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan penganbilan keputusan

d. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi

e. Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan

bertanggung jawab.

Dalam penelitian ini, siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4

sampai 5 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen. Didalam setiap

kelompok terdiri dari satu orang siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga

orang siswa yang berkemampuan sedang, dan siswa yang lain yang

berkemampuan rendah.

Page 6: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

11

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

AIR dapat meningkatkan kemampuan aktivitas siswa untuk bersosialisasi serta

siswa mempunyai kesempatan untuk saling menghargai perbedaan pendapat

dalam kelompok.

2.1.2 Pengertian belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Slameto ( 1988),

berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkunganya. Menurut Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai

perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat proses aktif dalam memperoleh

pengetahuan atau pengalaman baru dalam berinteraksi dengan lingkunganya.

a. Proses. Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan

merasakan seeorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaanya aktif.

b. Perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar adalah

perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkunganya)

dimana proses mental dan emosional terjadi.

c. Pengalaman. Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam

interaksi antara individu dengan lingkunganya baik fisik

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkunganya yang merangsang dan

menantang peserta didik untuk belajar. Selama ini pembelajaran matematika

hanya dilakukan di dalam kelas, sehingga peserta didik mengalami kesulitan

dalam mengaplikasikan konsep kedalam dunia nyata. Jadi seorang guru

matematika harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang merangsang dan

menantang peserta didik, sebagai contoh dengan menggunakan alat peraga

ataupun belajar di luar ruangan.

Teori-teori belajar yang relevan dalam penelitian ini antara lain:

Page 7: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

12

a. Teori Jean Piaget

Menurut Piaget ( wahyudi, 2013 :3-4 ) setiap anak mengembangkan

kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Adapun tahapan-

tahapan tersebut adalah:

1) Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun).

Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami

lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap,

mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan

kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif

yang penting muncul pada saat ini.

2) Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun).

Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu

untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas.

Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu

mengingat banyak hal tentang lingkungannya.

3) Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun).

Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Anak-

anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah

menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang

ditangkap oleh panca indra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja

berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak

sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang

mengetahui bila membuat kesalahan.

4) Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun).

Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir

mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat

memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat

mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan

ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang

besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah

mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.

Page 8: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

13

Di samping itu, dalam kegiatan belajar mengajar piaget lebih

mementingkan interaksi antara peserta didik dengan kelompoknya.

Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara peserta didik

dengan kelompok sebayanya daripada dengan orang-orang dewasa. Implikasi

teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:

1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh

karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai

dengan cara berfikir anak.

2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak

asing.

4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling

berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Dengan demikian keterkaitan penelitian ini dengan teori Jean Piaget

adalah peserta didik akan memahami pelajaran bila peserta didik aktif sendiri

membentuk atau menghasilkan pengertian dengan panca inderanya serta

peserta didik dalam belajar harus di beri peluang untuk saling berbicara dan

berdiskusi dengan teman-temannya seperti yang ada dalam model

pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition ( AIR ).

b. Teori Bruner

Menurut Jerome Bruner ( Wahyudi, 2013 : 19-22 ) belajar merupakan

proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di

luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari

melalui tahap-tahap tertentu agar pengetahuan tersebut dapat di internalisasi

dalam pikiranya (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya. Proses

internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika pengetahuan tersebut

dipelajari dalam tahap-tahap sebagai berikut.

Page 9: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

14

1) Tahap Inaktif. Seseorang melakukan keaktifan-keaktifan dalam upayanya

untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia

sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.

2) Tahap iconic. Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui

gambar-gambar dan visualisasi verbal. Dalam tahap ini pengetahuan

dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau

diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi nyata yang

terdapat pada tahap enaktif.

3) Tahap simbolik. Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari

dalam bentuk simbol abstrak baik simbol verbal (huruf, kata), lambang

matematika, maupun lambang abstrak lainya.

Keterkaitan model pembelajaran AIR dengan teori brunner adalah peserta

didik dalam memahami pelajaran dipengaruhi oleh keaktifan-keaktifan dan simbol-

simbol yang mereka pahami.

Hasil Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar yang diteliti

yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Benyamin Bloom hasil belajar

diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni:

1) Pengetahuan hafalan. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah,

ide gejala, rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan

untuk menggunakannya.

2) Pemahaman. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna

atau arti dari suatu konsep.

3) Aplikasi. Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksi

suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.

Page 10: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

15

4) Analisis. Analisis adalah kesanggupan memecahkan masalah, mengurai

suatu integritas (suatu yang utuh) menjadi unsur-unsur yang mempunyai

arti, atau mempunyai tingkatan.

5) Sintesis. Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian

menjadi satu integritas.

6) Evaluasi. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu

yang mungkin dilihat dari segi, tujuan gagasan, cara kerja, pemecahan,

metode, materi, dan lain-lain.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan perasaan, minat, dan perhatian, keinginan

dan penghargaan yang terdiri dari lima aspek yakni:

1) Penerimaan. Penerimaan yaitu kepekaan dalam menerima stimulus dari

luar yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi,

gejala , dan lain-lain.

2) Tanggapan. Tanggapan adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap

stimulus yang datang dari luar, yang mencakup ketepatan reaksi,

perasaan, dan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar.

3) Penilaian. Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus. Dalam penilaian ini termasuk di dalamnya kesediaan

menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai,

dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi. Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam satu

sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Internalisasi. Internalisasi atau karakteristik nilai yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang,yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Ada

enam aspek yakni: Gerakan refleks, Keterampilan gerakan dasar,

Page 11: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

16

Kemampuan perceptual, Keharmonisan atau ketepatan, Gerakan

keterampilan kompleks dan Gerakan ekspresif dan interpretative

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi

dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.( Slameto, 1988: 56-74)

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal diri siswa, antara lain:

1) Jasmaniah. Yaitu kesehatan dan cacat tubuh.

2) Psikologis yaitu intelegensi, minat, perhatian, bakat motif dan

kematangan.

3) Kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang brasal dari luar individu, antara lain:

1) Faktor keluarga

Faktor keluarga adalah bagaimana cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang

tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah meliputi metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan

tugas rumah).

3) Faktor masyarakat

Faktormasyarakat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,

teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal yang meliputi faktor jasmaniah,

psikologis dan kelelahan. Dan faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga,

sekolah dan masyarakat.

Guru harus memahami faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa, agar dapat membantu siswa belajar dan berprestasi lebih baik.

Page 12: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

17

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran AIR

dapat meningkatkan kemampuan aktivitas siswa untuk bersosialisasi serta siswa

mempunyai kesempatan untuk saling menghargai perbedaan pendapat dalam

kelompok

Atas dasar uraian di atas peneliti berupaya dalam memecahkan masalah

pembelajaran yang dihadapi pada mata pelajaran matematika difokuskan pada

penggunaan model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition pada pokok

bahasan Melakukan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat pada peserta didik

kelas V semester I SD Negeri Sidomulyo 03 Tahun Ajaran 2013/2014.

2.1.3 Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematike yang berarti

“relating to learning” perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike juga serupa dengan kata mathein yang

artinya bernalar atau berfikir. Jadi matematika adalah ilmu yang diperoleh dengan

bernalar.

Adapun Pembelajaran adalah suatu interaksi antara peserta didik dengan

pendidik, peserta didik dengan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan belajar

dengan memanfaatkan beberapa komponen seperti sarana dan prasarana,

strategi atau metode.

Jadi pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara peserta

didik dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik untuk mencapai suatu

tujuan belajar dengan memanfaatkan beberapa komponen seperti sarana dan

prasarana, strategi atau metode pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran

matematika.

Adapun kendala-kendala yang sering dialami peserta didik dalam

mempelajari matematika di sekolah antara lain: Peserta didik tidak dapat

menangkap konsep dengan benar, Peserta didik tidak menangkap arti dari

lambang-lambang, Peserta didik tidak memahami asal usulnya suatu prinsip dan

Peserta didik tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur

Page 13: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

18

Dari kendala-kendala di atas seorang guru matematika harus bisa

membuat peserta didik senang terhadap pelajaran matematika serta membuat

suasana kelas yang menyenangkan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan

guru dalam mengajarkan pelajaran matematika antara lain:

a. Mengaitkan pengalaman konsep sehari-hari ke dalam konsep matematika

atau sebaliknya mencari pengalaman sehari-hari menjadi bahasa

matematika, merubah bahasa sehari-hari menjadi bahasa matematika.

b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemuka pola,

membuat dugaan, menjeneralisasikan, membuktikan, mengambil kesimpulan,

dan membuat keputusan.

c. Membuat formulasi soal terapan dan tidak rutin, serta mencoba soal teka teki

dan permainan, memberikan gambaran tentang keberadaan soal-soal

matematika sebagai salah satu upaya mengembangkan daya ingat dan

pengalaman mereka, sebab matematika tidak terbatas pada ingatan saja,

tetapi perlu pengalaman dan mencoba sendiri soal-soal untuk memahaminya.

d. Mengembangkan metode yang bervariasi.

e. Meluruskan tujuan pembelajaran secara riil, membangun suasana belajar

yang menyenangkan, dan memberikan penghargaan yang memadai bagi

setiap pekerjaan anak.

2.1.4 Teori Belajar Matematika

Teori belajar matematika yang relevan dengan penelitian ini adalah Teori

Konstruktivisme. Pendekatan paham konstruktivisme, pembelajaran matematika

adalah proses pemecahan masalah. Paul (Uno,2007) mengemukakan bahwa

aliran konstruktivisme memandang bahwa untuk belajar matematika yang

terpenting adalah bagaimana membentuk pengertian pada siswa. Dalam aliran

ini siswa mempelajari matematika senantiasa membentuk pengertian sendiri. Hal

ini menekankan bahwa pada saat belajar matematika yang terpenting adalah

proses belajar siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan

siswa, meluruskan, dan melengkapi sehingga konstruksi pengetahuan yang

Page 14: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

19

dimilikinya menjadi benar. Oleh karena itu siswa diberi kesempatan menghayati

proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan.

Dalam membentuk kefahaman peserta didik, pembelajaran kooperatif tipe

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat digunakan untuk pelajar dalam

memahami tentang suatu konsep dan ide yang lebih jelas apabila mereka terlibat

secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Peserta didik akan

mengingat lebih lama konsep tersebut karena mereka terlibat secara aktif dalam

mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk

membina pengetahuan yang baru. Hal ini dikaitkan dengan adanya repetition

dimana adanya pengulangan agar belajar lebih efektif. Stimulus dan respons

akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat jika proses pengulangan

sering terjadi. Semakin banyak kegiatan pengulangan maka hubungan yang

akan terjadi akan semakin bersifat otomatis.

Teori Ausubel juga relevan dengan penelitian ini. Pembelajaran bermakna

(meaningfull) merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-

konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif

adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah

dipelajari dan diingat peserta didik. Teori Ausubel sejalan dengan prinsip

konstruktivisme, belajar adalah kegiatan aktif peserta didik dalam membangun

pengetahuan barunya. Peserta didik mencari sendiri arti dari yang mereka

pelajari dan bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya.

Pembelajaran kooperatif tipe Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)

adalah model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dengan

aktivitas-aktivitas belajar kelompok yang di dalamnya akan membangun

pengetahuan barunya serta peserta didik mencari sendiri arti dari yang mereka

pelajari dan bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya dengan cara

mempresentasikan.

2.1.5 Penerapan Metode Kooperatif Model Auditory Intelectually Repetition (AIR )

terhadap Hasil Belajar Matematika

Page 15: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

20

Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Auditory Intelectually

Repetition (AIR ) dapat mengaktifkan peserta didik dengan aktivitas-aktivitas

belajar kelompok yang di dalamnya akan membangun pengetahuan barunya serta

peserta didik mencari sendiri arti dari yang mereka pelajari dan bertanggungjawab

terhadap hasil belajarnya dengan cara mempresentasikan. Dengan pengalaman

yang baru dari pengalaman belajar siswa tersebut bertujuan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa untuk mampu bersaing antar kelompoknya masing-masing

untuk dapat menjadi kelompok yang terbaik. Motivasi inilah yang memegang

peranan penting bagi siswa untuk mampu meningkatkan hasil belajarnya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevannya diantara lain penelitian yang

dilakukan oleh Eka Istri Safitri yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika dan keaktivan siswa melalui model pembelajaran AIR dalam

pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas VII SMP 3

Kalibawang Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil Penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Auditory Intelectually

Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa.

Peningkatan prosentase keaktifan belajar dari 53% pada siklus 1 menjadi

84,79% pada siklus 2. Peningkatan prosentase belajar siswa diikuti dengan

meningkatnya prestasi belajar matematika siswa denggan peningkatan hasil

belajar yaitu 32,14 % pada siklus 1 menjadi 78,57 pada siklus 2.

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Laili Nailul Farich yang

berjudul Upaya peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa melalui

Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually, Repetition ( AIR )

pada pembelajaran Biologi Materi Pokok Plantae kelas X MA Wahid Hasyim

Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa model

pembelajaran Auditory Intellectually, Repetition ( AIR ) dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan keaktifan yang meliputi aspek

keaktifan emosional activities meningkat sebesar 13,33 %, listening activities

meningkat sebesar 1,34 %, oral activities mningkat 16,00 %, moto activities

Page 16: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

21

mningkat sebesar 16,00 % dan writing activities meningkat 14,67 %.

Peningkatan hasil belajar kognitif siswaditunjukkan dengan adanya peningkatan

nilai post-test dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,92 dengan nilai efect size 0,7.

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Qurotuh Ainia dkk dengan

judul Eksprerimen Model pembelajaran Auditory Intellectually, Repetition (

AIR ) terhadap prestasi belajar Matematika ditinjau dari karakter Belajar

Siswa klas VII SMP Negeri Se-Kecamatan kaligesing Tahun 2011/2012. Hasil

penelitian menunjukkan +0.05 menunjukkan F obs = 17.08 > F tabel = 4.0 yang

berarti terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran AIR dan model Konvensional.

Dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena

peneliti menggunakan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) yang menekankan

pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada kegiatan pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri Sidomulyo 03

Kec. Limpung Kab. Batang, guru masih sering menggunakan metode pembelajaran

yang monoton serta kegiatan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru sebagai

pusat pembelajaran dan sebagai satu satunya sumber belajar (Teacher Centered),

sehingga hasil belajar Matematika masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar

Matematika pada siswa kelas kelas V SDN Sidomulyo 03 Kec. Limpung Kab.Batang.

Dari 20 siswa hanya 5 siswa (25 %) yang sudah mencapai ketuntasan minimal dan 15

siswa (75 %) belum mencapai KKM ( 65).

Penelitian akan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan teman

sejawat. Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Auditory

Intelectually Repetition (AIR ) yang diharapkan dapat mengarahkan siswa agar belajar

lebih aktif, ada kerjasama antarsiswa dan dapat berpikir secara logis yang akan

berdampak pada peningkatkan hasil belajar Matematika.

Penerapan pembelajaran berdasarkan kerangka berpikir tergambar dalam

skema berikut ini:

Page 17: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

22

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis

tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Metode

pembelajaran kooperatif model Auditory Intelectually Repetition (AIR ) dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Melakukan Operasi Hitung

Campuran Bilangan Bulat siswa kelas V Semester I SDN Sidomulyo 03

Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kondisi Awal

Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional

Metode yang digunakan belum bervariasi

Tindakan

Siswa Nilai dibawah

KKM ( 65 )

Menggunakan model

pembelajaran Auditory,

Intellectually, dan Repetition

( AIR ).

Siklus II Meningkat Tuntas

Siklus I Meningkat Belum tuntas

Hasil belajar tuntas. Nilai siswa lebih besar KKM ( 65 ).

85 % siswa tuntas.

Kondisi Akhir

Page 18: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7889/2/T1_262012050_BAB II.pdf · Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan

23