5.bab iv
DESCRIPTION
SKRIPSITRANSCRIPT
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan dijelaskan hasil penelitian berupa
gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik demografi
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, status
perkawinan, beban kerja, pendokumentasian asuhan keperawatan
IGD dan hubungan beban kerja dengan tingkat pendokumentasian
asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota
Mataram.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal
20-27 April 2015 di Ruang IGD RSUD Kota Mataram tentang
beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan jumlah responden 18 orang.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD Kota Mataram memiliki luas tanah 20.437 m2
dan luas bangunan 7.063 m2, terletak di Jalan Bung Karno
No.3 Pagutan Raya Mataram. Berdasarkan SK No.
1225/MENKES/SK/VIII/2010 tanggal 27 Agustus 2010 RSUD
Kota Mataram merupakan rumah sakit tipe B yang dikelola
pemerintah daerah kota Mataram dan telah terakreditasi
pada tanggal 24 juli 2012.
Adapun batas-batas wilayah RSUD Kota Mataram dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara dengan Jalan Gebang
69
b. Sebelah Timur dengan Komplek Perumahan Gebang Baru
c. Sebelah Selatan dengan Komplek Pertokoan
d. Sebelah Barat dengan Kampus STTL (Sekolah Tinggi
Teknik Lingkungan).
Gambaran umum Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota
Mataram pada prinsip dasar pelayanan beroperasi 24 jam
dan memiliki Motto “CEKAT” (Cepat-Edukatif-Komunikatif-
Akurat-Terampil). Pelayanan yang diberikan Instalasi
Gawat Darurat RSUD Kota berupa: ambulance 24 jam, Bedah
minor, MRI Scan, Radiologi (Rontgen), Ruang Triage,
Ruang Tindakan, Ruang Observasi, Ruang Laboratorium,
Ruang Loket dan Dokter Spesialis on call 24 jam.
2. Karakteristik Demografi Responden
a. Data Umum
1) Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur di IGD RSUD Kota
Mataram.
No Umur Frekuensi Persentase
(%)
1 23 – 29 tahun 14 77,8
2 30 – 36 tahun 4 22,2
3 37 – 43 tahun 0 0
4 > 44 tahun 0 0
Total 18 100
Sumber : Data primer
Tabel 4.1 menunjukkan dari 18 responden
didapatkan sebagian besar berumur 23 – 29 tahun
sebanyak 14 responden (77,8%), berumur 30 – 36
tahun sebanyak 4 responden (22,2%), sedangkan yang
70
berumur 37 – 43 tahun dan berumur > 44 tahun
sebanyak 0 responden (0%).
2) Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di IGD
RSUD Kota Mataram.
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase
(%)
1 Laki – laki 7 38,9
2 Perempuan 11 61,1
Total 18 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.2 menunjukkan dari 18 responden
didapatkan sebagian besar berjenis kelamin
perempuan sebanyak 11 responden (61,1%) dan laki-
laki sebanyak 7 responden (38,9%).
3) Status Perkawinan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Status Perkawinan di
IGD RSUD Kota Mataram.
No Status perkawinan Frekuensi Persentase
(%)
1 Kawin 8 44,4
2 Belum Kawin 10 55,6
Total 18 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.3 menunjukkan dari 18 responden
didapatkan status perkawinan responden belum kawin
sebanyak 10 responden (55,6%) dan kawin sebanyak 8
responden (44,4%).
71
4) Pendidikan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
IGD RSUD Kota Mataram.
No Pendidikan Frekuensi Persentase
(%)
1 S1 Keperawatan 12 66,7
2 D4 Keperawatan 1 5,5
3 D3 Keperawatan 5 27,8
Total 18 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.4 menunjukkan dari 18 responden
didapatkan sebagian besar berpendidikan S1
keperawatan sebanyak 12 responden (66,7%),
berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak 5 responden
(27,8%), dan yang berpendidikan D4 sebanyak 1
responden (5,5%).
b. Data Khusus
Pada bagian ini akan disajikan hasil tabulasi
dari variabel yang diukur yaitu data responden
berdasarkan beban kerja dan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.
1) Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja di IGD
RSUD Kota Mataram.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Beban Kerja di IGD RSUD
Kota Mataram.
No Beban Kerja Frekuensi Persentase
(%)
1 Tidak Menjadi Beban Kerja 3 16,7
2 Beban Kerja Ringan 9 50,0
3 Beban Kerja Sedang 6 33,3
4 Beban Kerja berat 0 0
Total 18 100
Sumber : Data Primer
72
Tabel 4.5 menunjukkan dari 18 responden
didapatkan responden yang merasakan beban kerja
ringan sebanyak 9 responden (50,0%), beban kerja
sedang sebanyak 6 responden (33,3%), tidak menjadi
beban kerja sebanyak 3 responden (33,3%) dan beban
kerja berat sebanyak 0 responden (0%).
2) Distribusi Responden Berdasarkan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di IGD RSUD Kota
Mataram.
No Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan
Frekuensi Persentase
(%)
1 Baik 6 33,3
2 Cukup 11 61,1
3 Kurang 1 5,6
Total 18 100
Sumber : Data sekunder
Tabel 4.6 menunjukkan dari 18 responden
didapatkan sebagian besar pendokumentasian asuhan
keperawatan cukup sebanyak 11 responden (61,1%),
baik sebanyak 6 responden (33,3%), dan kurang
sebanyak 1 responden (5,6%).
73
3) Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan Beban Kerja
dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.
Beban Kerja
Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Total
Baik Cukup Kurang Fk %
Fk % Fk % F
k
%
Tidak
Menjadi
Beban Kerja
2 11,1 1 5,6 0 0 3 16,7
Beban Kerja
Ringan
3 16,7 5 27,8 1 5,6 9 50,0
Beban Kerja
Sedang
1 5,6 5 27,8 0 0 3 33,3
Beban Kerja
Berat
0 0 0 0 0 0 0 0
Total 6 33,3 11 61,1 1 5,6 18 100
Tabel 4.7 menunjukkan dari total 18 responden
didapatkan sebanyak 9 responden (50,0%) memiliki
beban kerja ringan dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang baik sebanyak 3 responden (16,7%),
cukup sebanyak 5 responden (27,8%) dan kurang
sebanyak 1 responden (5,6%). Kemudian, dari 6
responden (33,3%) yang memiliki beban kerja sedang
terdapat sebanyak 1 responden (5,6%) memiliki
pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik dan
kurang sebanyak 5 responden (27,8%). Sedangkan dari
3 responden (16,7%) yang tidak memiliki beban kerja
terdapat sebanyak 2 responden (11,1%) memiliki
pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik dan
cukup sebanyak 1 responden (5,6%).
74
4) Hasil Analisa Uji Spearman Rank Beban Kerja dengan
Pendokumetasian Asuhan Keperawatan di IGD RSUD Kota
Mataram.
Tabel 4.8 Hasil Analisa Uji Spearman Rank Beban
Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.
Correlations
Correlations
Beban_Ker
ja
Pendokumen
tasian_
Asuhan_Ke
Perawatan
S
p
e
a
r
m
a
n'
s
R
h
o
Beban_
Kerja
Correlation
Coefficient 1.000 .586
*
Sig. (2-
tailed) . .011
N 18 18
Pendokumen
tasian_Asu
han_Kepera
watan
Correlation
Coefficient .586
* 1.000
Sig. (2-
tailed) .011 .
N
18 18
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan
diatas, maka perlu dibandingkan dengan tabel.
Berdasarkan hasil Uji korelasi Spearman ( )
variabel Beban Kerja dengan variabel
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Kota Mataram dalam penelitian
ini adalah 0,586.
Jika hitung > tabel maka Hₐ diterima dan
H ditolak, tetapi jika hitung < tabel maka Hₒ
75
diterima dan Hₐ ditolak. Hasil perhitungan
menggunakan SPPS 22 for windows di atas untuk n =
18 didapatkan hitung > tabel yaitu 0,586 > 0,472
untuk taraf signifikan 5%, maka Hₐ diterima dan Hₒ
ditolak yang artinya terdapat hubungan antara beban
kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penelitian akan dibahas beban
kerja dan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram serta hubungan
beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.
1. Identifikasi Beban Kerja di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Kota Mataram.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5
setengah dari total responden yaitu sebanyak (50,0%)
responden di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram
merasakan beban kerja ringan. Sedangkan yang memiliki
beban kerja sedang (33,3%) dan sebagian kecil tidak
memiliki beban kerja (16,7%). Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya harus melaksanakan
observasi pasien secara ketat selama jam kerja,
banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang
harus dikerjakan, kontak langsung perawat-pasien
secara terus menerus selama jam kerja dan banyaknya
76
pasien yang kritis dibandingkan dengan jumlah perawat
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.
Wirnata (2009) menyatakan faktor lain yang
mempengaruhi beban kerja disamping faktor jumlah
tenaga dan jumlah konsumen atau klien adalah faktor
keterampilan manajemen perawat dan faktor tingkat
pendidikan perawat.
Sebagaimana teori Nursalam (2011) mengatakan,
beban kerja yang sering dilakukan oleh perawat yang
bersifat mental yaitu kompleksitas pekerjaan misalnya
keterampilan, mengurus keluarga serta harus menjalin
komunikasi dengan pasien dan juga karena adanya
tuntutan keluarga untuk keselamatan klien dan
pengetahuan serta keterampilan yang kurang mengimbangi
pekerjaan di IGD. Hal ini dapat diasumsikan bahwa
semakin banyak banyak tuntutan pekerjaan akan semakin
menambah beban kerja perawat yang bekerja di IGD.
Wirnata (2009), salah satu cara untuk
mengurangi beban kerja perawat yang terlalu tinggi
adalah dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup,
baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan
tuntutan kerja. Semakin banyak pasien yang ditangani
seorang perawat selama periode waktu tertentu, maka
semakin berat atau besar beban kerja perawat tersebut.
Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah
satunya tergantung pada seimbangnya antara jumlah
77
tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu Rumah
Sakit.
2. Identifikasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6
sebagian besar (61,1%) responden di IGD RSUD Kota
Mataram memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan
yang cukup dan hanya sebagian kecil yaitu (5,6%) yang
memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan yang
kurang. Sedangkan terdapat (33,3%) yang memiliki
pendokumentasian asuhan yang Baik.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari total 4
responden yang berumur 30-36 tahun, sebanyak 2
responden memiliki pendokumentasian asuhan kategori
cukup dan baik sebanyak 2 responden. Hal ini dapat
diasumsikan umur berpengaruh terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan dan sejalan dengan teori Susilo
Sumarliyo bahwa usia lanjut umumnya lebih bertanggung
jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal
ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang
berpengalaman.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari total 18
responden sebanyak 12 responden bependidikan S1
memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan kategori
cukup sebanyak 7 responden dan baik 5 responden. Total
5 responden berpendidikan D3 memiliki pendokumentasian
78
asuhan keperawatan kategori baik sebanyak 1
responden,cukup 3 responden, kurang 1 responden.
Sedangkan dari total 1 responden berpendidikan D4
memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan kategori
cukup. Hal ini dapat diasumsikan pendidikan
berpengaruh terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan karena dari responden yang berpendidikan
S1 tidak didapatkan pendokumentasian asuhan
keperawatan kategori kurang. Sebagaimana, teori Gilmer
dalam frazer (1992) dalam Nursalam (2011) mengatakan
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya
inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan
cara–cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik. Hal lain yang juga dapat mempengaruhi
pendokumentasian adalah masa kerja dan format
dokumentasi yang disediakan.
Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu
catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melakasanakan dan mengevaluasi
tindakan keperawatan, valid dan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum,
disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang
79
berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim
keseshatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009).
Pendokumentasian asuhan keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Mataram sebagian besar
kategori cukup dan perlu untuk ditingkatkan lagi,
karena dokumentasi asuhan keperawatan tidak hanya
sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien secara berkesinambungan, tetapi juga
sebagai bukti akuntabilitas bahwa seorang perawat
telah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Nursalam (2011), baik tidaknya mutu dokumentasi
proses keperawatan sangat dipengaruhi oleh unsur
masukan, proses pencatatan dan lingkungan dari
institusi yang bersangkutan. Pelaksanaan dokumentasi
proses keperawatan yang meliputi aspek dokumentasi,
yaitu: pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi,
yang harus dilaksanakan secara terus menerus sampai
tujuan berhasil. Sedangkan kendala dalam pelaksanaan
dokumentasi adalah kemampuan perawat dalam
mendokumentasikan proses keperawatan.
Selain itu, masih banyak ragamnya format
dokumentasi, dalam pencatatan perawat merasa rumit dan
banyak memakan waktu sehingga dalam pelaksanaan
80
dokumentasi proses keperawatan diperlukan sistem
dokumentasi yang efisien, komprehensif dapat
mendokumentasikan lebih banyak data dalam waktu yang
lebih sedikit dan sesuai standar yang berlaku (Ali,
2010).
3. Analisa hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Kota Mataram.
Hasil survey pendahuluan di Instalasi Gawat
Darurat RSUD kota Mataram bahwa adanya peningkatan
jumlah kunjungan pasien dan kurangnya tenaga perawat
menjadi beban kerja yang dirasakan. Sehingga,
terkadang mereka tidak melakukan pendokumentasian
secara optimal sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7
dari 18 responden didapatkan sebanyak 9 responden
(50,0%) memiliki beban kerja ringan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik sebanyak
3 responden (16,7%), cukup sebanyak 5 responden
(27,8%) dan kurang sebanyak 1 responden (5,6%).
Kemudian, dari 6 responden (33,3%) memiliki beban
kerja sedang terdapat sebanyak 1 responden (5,6%)
memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik
dan kurang sebanyak 5 responden (27,8%). Sedangkan
dari 3 responden (16,7%) yang tidak memiliki beban
81
kerja terdapat sebanyak 2 responden (11,1%) memiliki
pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik dan
kurang sebanyak 1 responden (5,6%). Hasil penelitian
menunjukkan beban kerja didaptkan setengah dari total
responden memiliki beban kerja ringan dan tidak
ditemukan responden dengan beban kerja berat serta
pendokumentasian asuhan keperawatan didapatkan
sebagian besar kategori cukup. Hal ini dapat
diasumsikan karena dipengaruhi oleh jumlah responden
yang sebagian besar berpendidikan S1 dan dikarenakan
massa kerja yang berbeda dari masing-masing responden.
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan hasil analisa
uji Spearman Rank menggunakan SPSS 22 for windows
didapatkan hitung > tabel yaitu 0,586 > 0,472 untuk
taraf signifikan 5%, maka Ha diterima dan Ho ditolak
yang artinya terdapat hubungan antara beban kerja
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Instalasi Gawat darurat RSUD Kota Mataram.
Penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
berpedoman pada ketentuan yang tertera sebagai berikut
(Sugiyono, 2011):
Sangat rendah : 0,00 – 0,199
Rendah : 0,20 – 0,399
Sedang : 0,40 – 0,599
Kuat : 0,60 – 0,799
82
Sangat kuat : 0,80 – 1,000
Pada penelitian ini terdapat hubungan yang
signifikan antara beban kerja dengan pendokumentasian
asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Kota Mataram dengan kekuatan hubungan antara variabel
X dan variabel Y adalah sedang karena didapatkan nilai
penafsiran koefisien korelasi = 0,586.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Maheri (2010) yang menemukan hubungan yang positif
antara beban kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian proses asuhan keperawatan (r=0,541,
p<0,05) dan tingkat kekuatan hubungan sedang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Martini tahun 2007 dengan analisa data Rank
Spearman hasil penelitian menunjukkan p value sebesar
0,011 (<0,05) yang berarti menunjukkan adanya hubungan
antara beban kerja responden dengan praktek
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian
yang dilakukan Budi Widiastuti tahun 2005, menyatakan
ada hubungan yang positip antara beban kerja dengan
kinerja pegawai administrasi di bagian tata usaha
Dinas Kesehatan propinsi Jawa Tengah.
Beban kerja perawat dapat mencakup fungsi
utamanya dan tugas tambahan yang ia kerjakan, serta
jumlah pasien yang harus dirawatnya. Kapasitas
83
kerjanya sesuai dengan pendidikan yang dia perolah,
waktu kerja yang dia gunakan untuk mengerjakan
tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung
setiap hari. Banyak tugas tambahan yang harus
dikerjakan oleh seorang perawat dapat mengganggu
efektivitas kerja dari perawat tersebut, beban kerja
yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja dan tentu saja berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan salah
satunya yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan
(Mastini, 2013).
Beban kerja yang berlebih terjadi karena tidak
sebandingnya rasio tenaga perawat dengan pasien,
pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh
perawat misalnya membuat kwitansi pemakaian obat,
konsul rontgen, mengambil obat pasien ke apotik
sehingga akan mempengaruhi penurunan kinerja perawat
dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Pendokumentasian merupakan indikator mutu pelayanan
keperawatan, sehingga jika dokumentasi keperawatan
sudah dilaksanakan dengan baik, mutu pelayanan
keperawatan juga baik yang menimbulkan kepuasan
terhadap pelayanan keperawatan demikian juga
sebaliknya (Nursalam, 2008).
Dokumentasi asuhan keperawatan mencakup
dokumentasi atau pencatatan mulai dari pengkajian
84
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan (Hutahaean, 2010).
Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu
catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melakasanakan dan mengevaluasi
tindakan keperawatan, valid dan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum,
disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang
berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009). Dokumen
asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat penting
bagi perawat karena di dalam pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien membutuhkan
pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai
tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai
kemungkinan masalah yang dihadapi oleh pasien dalam
memberikan pelayanan.
Seorang perawat diharapkan bersikap penuh
perhatian dan kasih sayang terhadap pasien maupun
keluarga pasien dalam melaksanakan tugasnya, namun
85
pada kenyataannya dimasa sekarang ini masih banyak
dijumpai keluhan masyarakat tentang buruknya kualitas
pelayanan keperawatan yang ditulis di berbagai media
masa. Belum tercapainya kualitas pelayanan keperawatan
salah satunya disebabkan oleh beban kerja yang
berlebihan sehingga pendokumentasian asuhan
keperawatan yang merupakan standar bagi perawat
profesional belum terlaksana dengan baik dan optimal.