5.bab iv

18
68 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan dijelaskan hasil penelitian berupa gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik demografi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, beban kerja, pendokumentasian asuhan keperawatan IGD dan hubungan beban kerja dengan tingkat pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram. Hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 20-27 April 2015 di Ruang IGD RSUD Kota Mataram tentang beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah responden 18 orang. A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian RSUD Kota Mataram memiliki luas tanah 20.437 m 2 dan luas bangunan 7.063 m 2 , terletak di Jalan Bung Karno No.3 Pagutan Raya Mataram. Berdasarkan SK No. 1225/MENKES/SK/VIII/2010 tanggal 27 Agustus 2010 RSUD Kota Mataram merupakan rumah sakit tipe B yang dikelola pemerintah daerah kota Mataram dan telah terakreditasi pada tanggal 24 juli 2012. Adapun batas-batas wilayah RSUD Kota Mataram dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sebelah Utara dengan Jalan Gebang

Upload: gustadino

Post on 13-Apr-2016

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SKRIPSI

TRANSCRIPT

Page 1: 5.BAB IV

68

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan dijelaskan hasil penelitian berupa

gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik demografi

responden berdasarkan umur, jenis kelamin, status

perkawinan, beban kerja, pendokumentasian asuhan keperawatan

IGD dan hubungan beban kerja dengan tingkat pendokumentasian

asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota

Mataram.

Hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal

20-27 April 2015 di Ruang IGD RSUD Kota Mataram tentang

beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

dengan jumlah responden 18 orang.

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Kota Mataram memiliki luas tanah 20.437 m2

dan luas bangunan 7.063 m2, terletak di Jalan Bung Karno

No.3 Pagutan Raya Mataram. Berdasarkan SK No.

1225/MENKES/SK/VIII/2010 tanggal 27 Agustus 2010 RSUD

Kota Mataram merupakan rumah sakit tipe B yang dikelola

pemerintah daerah kota Mataram dan telah terakreditasi

pada tanggal 24 juli 2012.

Adapun batas-batas wilayah RSUD Kota Mataram dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebelah Utara dengan Jalan Gebang

Page 2: 5.BAB IV

69

b. Sebelah Timur dengan Komplek Perumahan Gebang Baru

c. Sebelah Selatan dengan Komplek Pertokoan

d. Sebelah Barat dengan Kampus STTL (Sekolah Tinggi

Teknik Lingkungan).

Gambaran umum Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota

Mataram pada prinsip dasar pelayanan beroperasi 24 jam

dan memiliki Motto “CEKAT” (Cepat-Edukatif-Komunikatif-

Akurat-Terampil). Pelayanan yang diberikan Instalasi

Gawat Darurat RSUD Kota berupa: ambulance 24 jam, Bedah

minor, MRI Scan, Radiologi (Rontgen), Ruang Triage,

Ruang Tindakan, Ruang Observasi, Ruang Laboratorium,

Ruang Loket dan Dokter Spesialis on call 24 jam.

2. Karakteristik Demografi Responden

a. Data Umum

1) Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Umur di IGD RSUD Kota

Mataram.

No Umur Frekuensi Persentase

(%)

1 23 – 29 tahun 14 77,8

2 30 – 36 tahun 4 22,2

3 37 – 43 tahun 0 0

4 > 44 tahun 0 0

Total 18 100

Sumber : Data primer

Tabel 4.1 menunjukkan dari 18 responden

didapatkan sebagian besar berumur 23 – 29 tahun

sebanyak 14 responden (77,8%), berumur 30 – 36

tahun sebanyak 4 responden (22,2%), sedangkan yang

Page 3: 5.BAB IV

70

berumur 37 – 43 tahun dan berumur > 44 tahun

sebanyak 0 responden (0%).

2) Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin di IGD

RSUD Kota Mataram.

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase

(%)

1 Laki – laki 7 38,9

2 Perempuan 11 61,1

Total 18 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.2 menunjukkan dari 18 responden

didapatkan sebagian besar berjenis kelamin

perempuan sebanyak 11 responden (61,1%) dan laki-

laki sebanyak 7 responden (38,9%).

3) Status Perkawinan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Status Perkawinan di

IGD RSUD Kota Mataram.

No Status perkawinan Frekuensi Persentase

(%)

1 Kawin 8 44,4

2 Belum Kawin 10 55,6

Total 18 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.3 menunjukkan dari 18 responden

didapatkan status perkawinan responden belum kawin

sebanyak 10 responden (55,6%) dan kawin sebanyak 8

responden (44,4%).

Page 4: 5.BAB IV

71

4) Pendidikan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

IGD RSUD Kota Mataram.

No Pendidikan Frekuensi Persentase

(%)

1 S1 Keperawatan 12 66,7

2 D4 Keperawatan 1 5,5

3 D3 Keperawatan 5 27,8

Total 18 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.4 menunjukkan dari 18 responden

didapatkan sebagian besar berpendidikan S1

keperawatan sebanyak 12 responden (66,7%),

berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak 5 responden

(27,8%), dan yang berpendidikan D4 sebanyak 1

responden (5,5%).

b. Data Khusus

Pada bagian ini akan disajikan hasil tabulasi

dari variabel yang diukur yaitu data responden

berdasarkan beban kerja dan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.

1) Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja di IGD

RSUD Kota Mataram.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Beban Kerja di IGD RSUD

Kota Mataram.

No Beban Kerja Frekuensi Persentase

(%)

1 Tidak Menjadi Beban Kerja 3 16,7

2 Beban Kerja Ringan 9 50,0

3 Beban Kerja Sedang 6 33,3

4 Beban Kerja berat 0 0

Total 18 100

Sumber : Data Primer

Page 5: 5.BAB IV

72

Tabel 4.5 menunjukkan dari 18 responden

didapatkan responden yang merasakan beban kerja

ringan sebanyak 9 responden (50,0%), beban kerja

sedang sebanyak 6 responden (33,3%), tidak menjadi

beban kerja sebanyak 3 responden (33,3%) dan beban

kerja berat sebanyak 0 responden (0%).

2) Distribusi Responden Berdasarkan Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di IGD RSUD Kota

Mataram.

No Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan

Frekuensi Persentase

(%)

1 Baik 6 33,3

2 Cukup 11 61,1

3 Kurang 1 5,6

Total 18 100

Sumber : Data sekunder

Tabel 4.6 menunjukkan dari 18 responden

didapatkan sebagian besar pendokumentasian asuhan

keperawatan cukup sebanyak 11 responden (61,1%),

baik sebanyak 6 responden (33,3%), dan kurang

sebanyak 1 responden (5,6%).

Page 6: 5.BAB IV

73

3) Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan Beban Kerja

dengan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.

Beban Kerja

Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Total

Baik Cukup Kurang Fk %

Fk % Fk % F

k

%

Tidak

Menjadi

Beban Kerja

2 11,1 1 5,6 0 0 3 16,7

Beban Kerja

Ringan

3 16,7 5 27,8 1 5,6 9 50,0

Beban Kerja

Sedang

1 5,6 5 27,8 0 0 3 33,3

Beban Kerja

Berat

0 0 0 0 0 0 0 0

Total 6 33,3 11 61,1 1 5,6 18 100

Tabel 4.7 menunjukkan dari total 18 responden

didapatkan sebanyak 9 responden (50,0%) memiliki

beban kerja ringan dengan pendokumentasian asuhan

keperawatan yang baik sebanyak 3 responden (16,7%),

cukup sebanyak 5 responden (27,8%) dan kurang

sebanyak 1 responden (5,6%). Kemudian, dari 6

responden (33,3%) yang memiliki beban kerja sedang

terdapat sebanyak 1 responden (5,6%) memiliki

pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik dan

kurang sebanyak 5 responden (27,8%). Sedangkan dari

3 responden (16,7%) yang tidak memiliki beban kerja

terdapat sebanyak 2 responden (11,1%) memiliki

pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik dan

cukup sebanyak 1 responden (5,6%).

Page 7: 5.BAB IV

74

4) Hasil Analisa Uji Spearman Rank Beban Kerja dengan

Pendokumetasian Asuhan Keperawatan di IGD RSUD Kota

Mataram.

Tabel 4.8 Hasil Analisa Uji Spearman Rank Beban

Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di IGD RSUD Kota Mataram.

Correlations

Correlations

Beban_Ker

ja

Pendokumen

tasian_

Asuhan_Ke

Perawatan

S

p

e

a

r

m

a

n'

s

R

h

o

Beban_

Kerja

Correlation

Coefficient 1.000 .586

*

Sig. (2-

tailed) . .011

N 18 18

Pendokumen

tasian_Asu

han_Kepera

watan

Correlation

Coefficient .586

* 1.000

Sig. (2-

tailed) .011 .

N

18 18

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-

tailed).

Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan

diatas, maka perlu dibandingkan dengan tabel.

Berdasarkan hasil Uji korelasi Spearman ( )

variabel Beban Kerja dengan variabel

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi

Gawat Darurat RSUD Kota Mataram dalam penelitian

ini adalah 0,586.

Jika hitung > tabel maka Hₐ diterima dan

H ditolak, tetapi jika hitung < tabel maka Hₒ

Page 8: 5.BAB IV

75

diterima dan Hₐ ditolak. Hasil perhitungan

menggunakan SPPS 22 for windows di atas untuk n =

18 didapatkan hitung > tabel yaitu 0,586 > 0,472

untuk taraf signifikan 5%, maka Hₐ diterima dan Hₒ

ditolak yang artinya terdapat hubungan antara beban

kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.

B. Pembahasan

Berdasarkan tujuan penelitian akan dibahas beban

kerja dan pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram serta hubungan

beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.

1. Identifikasi Beban Kerja di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Kota Mataram.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5

setengah dari total responden yaitu sebanyak (50,0%)

responden di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram

merasakan beban kerja ringan. Sedangkan yang memiliki

beban kerja sedang (33,3%) dan sebagian kecil tidak

memiliki beban kerja (16,7%). Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya harus melaksanakan

observasi pasien secara ketat selama jam kerja,

banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang

harus dikerjakan, kontak langsung perawat-pasien

secara terus menerus selama jam kerja dan banyaknya

Page 9: 5.BAB IV

76

pasien yang kritis dibandingkan dengan jumlah perawat

di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.

Wirnata (2009) menyatakan faktor lain yang

mempengaruhi beban kerja disamping faktor jumlah

tenaga dan jumlah konsumen atau klien adalah faktor

keterampilan manajemen perawat dan faktor tingkat

pendidikan perawat.

Sebagaimana teori Nursalam (2011) mengatakan,

beban kerja yang sering dilakukan oleh perawat yang

bersifat mental yaitu kompleksitas pekerjaan misalnya

keterampilan, mengurus keluarga serta harus menjalin

komunikasi dengan pasien dan juga karena adanya

tuntutan keluarga untuk keselamatan klien dan

pengetahuan serta keterampilan yang kurang mengimbangi

pekerjaan di IGD. Hal ini dapat diasumsikan bahwa

semakin banyak banyak tuntutan pekerjaan akan semakin

menambah beban kerja perawat yang bekerja di IGD.

Wirnata (2009), salah satu cara untuk

mengurangi beban kerja perawat yang terlalu tinggi

adalah dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup,

baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan

tuntutan kerja. Semakin banyak pasien yang ditangani

seorang perawat selama periode waktu tertentu, maka

semakin berat atau besar beban kerja perawat tersebut.

Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah

satunya tergantung pada seimbangnya antara jumlah

Page 10: 5.BAB IV

77

tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu Rumah

Sakit.

2. Identifikasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6

sebagian besar (61,1%) responden di IGD RSUD Kota

Mataram memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan

yang cukup dan hanya sebagian kecil yaitu (5,6%) yang

memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan yang

kurang. Sedangkan terdapat (33,3%) yang memiliki

pendokumentasian asuhan yang Baik.

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari total 4

responden yang berumur 30-36 tahun, sebanyak 2

responden memiliki pendokumentasian asuhan kategori

cukup dan baik sebanyak 2 responden. Hal ini dapat

diasumsikan umur berpengaruh terhadap pendokumentasian

asuhan keperawatan dan sejalan dengan teori Susilo

Sumarliyo bahwa usia lanjut umumnya lebih bertanggung

jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal

ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang

berpengalaman.

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari total 18

responden sebanyak 12 responden bependidikan S1

memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan kategori

cukup sebanyak 7 responden dan baik 5 responden. Total

5 responden berpendidikan D3 memiliki pendokumentasian

Page 11: 5.BAB IV

78

asuhan keperawatan kategori baik sebanyak 1

responden,cukup 3 responden, kurang 1 responden.

Sedangkan dari total 1 responden berpendidikan D4

memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan kategori

cukup. Hal ini dapat diasumsikan pendidikan

berpengaruh terhadap pendokumentasian asuhan

keperawatan karena dari responden yang berpendidikan

S1 tidak didapatkan pendokumentasian asuhan

keperawatan kategori kurang. Sebagaimana, teori Gilmer

dalam frazer (1992) dalam Nursalam (2011) mengatakan

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya

inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan

cara–cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya

dengan baik. Hal lain yang juga dapat mempengaruhi

pendokumentasian adalah masa kerja dan format

dokumentasi yang disediakan.

Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu

catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan

untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun

rencana keperawatan, melakasanakan dan mengevaluasi

tindakan keperawatan, valid dan dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum,

disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga

merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang

Page 12: 5.BAB IV

79

berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim

keseshatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar

komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis

dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009).

Pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat RSUD Mataram sebagian besar

kategori cukup dan perlu untuk ditingkatkan lagi,

karena dokumentasi asuhan keperawatan tidak hanya

sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien secara berkesinambungan, tetapi juga

sebagai bukti akuntabilitas bahwa seorang perawat

telah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

standar yang ditetapkan.

Nursalam (2011), baik tidaknya mutu dokumentasi

proses keperawatan sangat dipengaruhi oleh unsur

masukan, proses pencatatan dan lingkungan dari

institusi yang bersangkutan. Pelaksanaan dokumentasi

proses keperawatan yang meliputi aspek dokumentasi,

yaitu: pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi,

yang harus dilaksanakan secara terus menerus sampai

tujuan berhasil. Sedangkan kendala dalam pelaksanaan

dokumentasi adalah kemampuan perawat dalam

mendokumentasikan proses keperawatan.

Selain itu, masih banyak ragamnya format

dokumentasi, dalam pencatatan perawat merasa rumit dan

banyak memakan waktu sehingga dalam pelaksanaan

Page 13: 5.BAB IV

80

dokumentasi proses keperawatan diperlukan sistem

dokumentasi yang efisien, komprehensif dapat

mendokumentasikan lebih banyak data dalam waktu yang

lebih sedikit dan sesuai standar yang berlaku (Ali,

2010).

3. Analisa hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD

Kota Mataram.

Hasil survey pendahuluan di Instalasi Gawat

Darurat RSUD kota Mataram bahwa adanya peningkatan

jumlah kunjungan pasien dan kurangnya tenaga perawat

menjadi beban kerja yang dirasakan. Sehingga,

terkadang mereka tidak melakukan pendokumentasian

secara optimal sesuai dengan standar dokumentasi

asuhan keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7

dari 18 responden didapatkan sebanyak 9 responden

(50,0%) memiliki beban kerja ringan dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik sebanyak

3 responden (16,7%), cukup sebanyak 5 responden

(27,8%) dan kurang sebanyak 1 responden (5,6%).

Kemudian, dari 6 responden (33,3%) memiliki beban

kerja sedang terdapat sebanyak 1 responden (5,6%)

memiliki pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik

dan kurang sebanyak 5 responden (27,8%). Sedangkan

dari 3 responden (16,7%) yang tidak memiliki beban

Page 14: 5.BAB IV

81

kerja terdapat sebanyak 2 responden (11,1%) memiliki

pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik dan

kurang sebanyak 1 responden (5,6%). Hasil penelitian

menunjukkan beban kerja didaptkan setengah dari total

responden memiliki beban kerja ringan dan tidak

ditemukan responden dengan beban kerja berat serta

pendokumentasian asuhan keperawatan didapatkan

sebagian besar kategori cukup. Hal ini dapat

diasumsikan karena dipengaruhi oleh jumlah responden

yang sebagian besar berpendidikan S1 dan dikarenakan

massa kerja yang berbeda dari masing-masing responden.

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan hasil analisa

uji Spearman Rank menggunakan SPSS 22 for windows

didapatkan hitung > tabel yaitu 0,586 > 0,472 untuk

taraf signifikan 5%, maka Ha diterima dan Ho ditolak

yang artinya terdapat hubungan antara beban kerja

dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat darurat RSUD Kota Mataram.

Penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat

berpedoman pada ketentuan yang tertera sebagai berikut

(Sugiyono, 2011):

Sangat rendah : 0,00 – 0,199

Rendah : 0,20 – 0,399

Sedang : 0,40 – 0,599

Kuat : 0,60 – 0,799

Page 15: 5.BAB IV

82

Sangat kuat : 0,80 – 1,000

Pada penelitian ini terdapat hubungan yang

signifikan antara beban kerja dengan pendokumentasian

asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD

Kota Mataram dengan kekuatan hubungan antara variabel

X dan variabel Y adalah sedang karena didapatkan nilai

penafsiran koefisien korelasi = 0,586.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Maheri (2010) yang menemukan hubungan yang positif

antara beban kerja perawat dengan kelengkapan

pendokumentasian proses asuhan keperawatan (r=0,541,

p<0,05) dan tingkat kekuatan hubungan sedang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Martini tahun 2007 dengan analisa data Rank

Spearman hasil penelitian menunjukkan p value sebesar

0,011 (<0,05) yang berarti menunjukkan adanya hubungan

antara beban kerja responden dengan praktek

pendokumentasian asuhan keperawatan.

Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian

yang dilakukan Budi Widiastuti tahun 2005, menyatakan

ada hubungan yang positip antara beban kerja dengan

kinerja pegawai administrasi di bagian tata usaha

Dinas Kesehatan propinsi Jawa Tengah.

Beban kerja perawat dapat mencakup fungsi

utamanya dan tugas tambahan yang ia kerjakan, serta

jumlah pasien yang harus dirawatnya. Kapasitas

Page 16: 5.BAB IV

83

kerjanya sesuai dengan pendidikan yang dia perolah,

waktu kerja yang dia gunakan untuk mengerjakan

tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung

setiap hari. Banyak tugas tambahan yang harus

dikerjakan oleh seorang perawat dapat mengganggu

efektivitas kerja dari perawat tersebut, beban kerja

yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap

produktivitas kerja dan tentu saja berpengaruh

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan salah

satunya yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan

(Mastini, 2013).

Beban kerja yang berlebih terjadi karena tidak

sebandingnya rasio tenaga perawat dengan pasien,

pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh

perawat misalnya membuat kwitansi pemakaian obat,

konsul rontgen, mengambil obat pasien ke apotik

sehingga akan mempengaruhi penurunan kinerja perawat

dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan.

Pendokumentasian merupakan indikator mutu pelayanan

keperawatan, sehingga jika dokumentasi keperawatan

sudah dilaksanakan dengan baik, mutu pelayanan

keperawatan juga baik yang menimbulkan kepuasan

terhadap pelayanan keperawatan demikian juga

sebaliknya (Nursalam, 2008).

Dokumentasi asuhan keperawatan mencakup

dokumentasi atau pencatatan mulai dari pengkajian

Page 17: 5.BAB IV

84

keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi

keperawatan (Hutahaean, 2010).

Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu

catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan

untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun

rencana keperawatan, melakasanakan dan mengevaluasi

tindakan keperawatan, valid dan dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum,

disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga

merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang

berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim

kesehatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar

komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis

dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009). Dokumen

asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat penting

bagi perawat karena di dalam pelayanan asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien membutuhkan

pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai

tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai

kemungkinan masalah yang dihadapi oleh pasien dalam

memberikan pelayanan.

Seorang perawat diharapkan bersikap penuh

perhatian dan kasih sayang terhadap pasien maupun

keluarga pasien dalam melaksanakan tugasnya, namun

Page 18: 5.BAB IV

85

pada kenyataannya dimasa sekarang ini masih banyak

dijumpai keluhan masyarakat tentang buruknya kualitas

pelayanan keperawatan yang ditulis di berbagai media

masa. Belum tercapainya kualitas pelayanan keperawatan

salah satunya disebabkan oleh beban kerja yang

berlebihan sehingga pendokumentasian asuhan

keperawatan yang merupakan standar bagi perawat

profesional belum terlaksana dengan baik dan optimal.