555-1353-1-sp

29
1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM : Umi Athiah/I34100136 Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pembahas 1/NIM : Putri Nurgandini/I34100039 Dosen Pembimbing/NIP : Ir Hadiyanto, MSi/19621203 198703 1 001 Judul Rencana Penelitian : Hubungan Persepsi Penyuluh Pertanian dengan Pemanfaatan Cyber extension Tanggal dan Waktu : Jum’at, 14 Maret 2014, 15.00 – 16.00 WIB PENDAHULUAN Latar Belakang Kontribusi terbesar dalam kegiatan perekonomian Indonesia terdapat pada sektor pertanian. Apriyanto (2012) dalam Pratiwi (2013) menyebutkan bahwa kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah penyerap tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara, kontribusi dalam peyediaan pangan, pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital, dan pertanian sebagai sumber devisa. Hal ini harus didukung oleh keberdayaan petani dalam meningkatkan produktivitasnya. Inovasi teknologi pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas, namun kemampuan aksesibilitas petani terhadap teknologi informasi masih sangat lemah dan terbatas. Menurut Sumardjo et al. (2010) rendahnya tingkat kekosmopolitan atau kemampuan petani untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi petani dalam membuat keputusan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa peran penyuluhan dianggap sangat penting sebagai tonggak bagi Kementrian Pertanian untuk melakukan pengembangan sistem informasi yang tepat guna. Dengan demikian, sistem penyuluhan yang diterapkan ke petani saat ini perlu dibenahi. Penggunaan strategi penyuluhan yang tepat sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan petani terutama informasi pasar dan inovasi teknologi pertanian. Penyuluh dituntut untuk kompeten dalam menyusun strategi penyuluhan. Menurut database Cyber extension (2013) rekapitulasi jumlah Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 28.494 orang, Penyuluh Swadaya di Indonesia yaitu 8.380 orang, Penyuluh THL-TB 21.249 orang dan tersebar di 33 provinsi. Dapat dikatakan bahwa jumlah keseluruhan penyuluh kurang lebih sebanyak 58.000 orang, sementara materi penyuluhan yang disampaikan melalui media cetak seperti koran maupun leaflet akan banyak kendala karena biaya untuk percetakan dan pendistribusian yang cukup besar. Demikian juga kalau disampaikan melalui media elektronik seperti televisi dan radio yang mayoritas berisi acara hiburan sehingga penayangan penyuluhan melalui media elektronik kadangkala tidak tepat waktu dan tempat. Selain itu pendistribusian materi penyuluhan melalui

Upload: nelva-meyriani-ginting

Post on 16-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Beberapa jenis alsintan yang sudah digunakan di Sumatera Utara adalah sebagaiberikut:1. Alat pengolah tanah, seperti; Traktor roda dua (Hand traktor), Traktor roda empat,terdiri dari ukuran mini ( 50 PK)2. Alat tanam , seperti; Jabber, Seeder dan Transplanter3. Alat untuk pemeliharaan/ perawatan tanaman, seperti; alat pemupukan (aplikator), alatpemberantasan hama/ pengganggu tanaman, seperti; Hand Sprayer, Knapsack PowerSprayer, Skid Power Sprayer, Swing Fog, Emposan, dan pompa air4. Alat panen, seperti; Sabit bergerigi, Reaper dan Combine Harvester5. Alat pengolah padi, seperti; Thresher, Cleaner, Dryer, Penggiling padi tipe besar dankecil, Rice Milling Unit, Rubber Roll, Engelberg, Husker, Polisher (Daulay,1999)Beberapa jenis alsintan yang sudah digunakan di Sumatera Utara adalah sebagaiberikut:1. Alat pengolah tanah, seperti; Traktor roda dua (Hand traktor), Traktor roda empat,terdiri dari ukuran mini ( 50 PK)2. Alat tanam , seperti; Jabber, Seeder dan Transplanter3. Alat untuk pemeliharaan/ perawatan tanaman, seperti; alat pemupukan (aplikator), alatpemberantasan hama/ pengganggu tanaman, seperti; Hand Sprayer, Knapsack PowerSprayer, Skid Power Sprayer, Swing Fog, Emposan, dan pompa air4. Alat panen, seperti; Sabit bergerigi, Reaper dan Combine Harvester5. Alat pengolah padi, seperti; Thresher, Cleaner, Dryer, Penggiling padi tipe besar dankecil, Rice Milling Unit, Rubber Roll, Engelberg, Husker, Polisher (Daulay,1999)

TRANSCRIPT

Page 1: 555-1353-1-SP

1

MAKALAH KOLOKIUM

Nama Pemrasaran/NIM : Umi Athiah/I34100136Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatPembahas 1/NIM : Putri Nurgandini/I34100039Dosen Pembimbing/NIP : Ir Hadiyanto, MSi/19621203 198703 1 001Judul Rencana Penelitian : Hubungan Persepsi Penyuluh Pertanian dengan Pemanfaatan

Cyber extension Tanggal dan Waktu : Jum’at, 14 Maret 2014, 15.00 – 16.00 WIB

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kontribusi terbesar dalam kegiatan perekonomian Indonesia terdapat pada sektor pertanian. Apriyanto (2012) dalam Pratiwi (2013) menyebutkan bahwa kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah penyerap tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara, kontribusi dalam peyediaan pangan, pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital, dan pertanian sebagai sumber devisa. Hal ini harus didukung oleh keberdayaan petani dalam meningkatkan produktivitasnya. Inovasi teknologi pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas, namun kemampuan aksesibilitas petani terhadap teknologi informasi masih sangat lemah dan terbatas. Menurut Sumardjo et al. (2010) rendahnya tingkat kekosmopolitan atau kemampuan petani untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi petani dalam membuat keputusan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa peran penyuluhan dianggap sangat penting sebagai tonggak bagi Kementrian Pertanian untuk melakukan pengembangan sistem informasi yang tepat guna. Dengan demikian, sistem penyuluhan yang diterapkan ke petani saat ini perlu dibenahi. Penggunaan strategi penyuluhan yang tepat sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan petani terutama informasi pasar dan inovasi teknologi pertanian. Penyuluh dituntut untuk kompeten dalam menyusun strategi penyuluhan.

Menurut database Cyber extension (2013) rekapitulasi jumlah Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 28.494 orang, Penyuluh Swadaya di Indonesia yaitu 8.380 orang, Penyuluh THL-TB 21.249 orang dan tersebar di 33 provinsi. Dapat dikatakan bahwa jumlah keseluruhan penyuluh kurang lebih sebanyak 58.000 orang, sementara materi penyuluhan yang disampaikan melalui media cetak seperti koran maupun leaflet akan banyak kendala karena biaya untuk percetakan dan pendistribusian yang cukup besar. Demikian juga kalau disampaikan melalui media elektronik seperti televisi dan radio yang mayoritas berisi acara hiburan sehingga penayangan penyuluhan melalui media elektronik kadangkala tidak tepat waktu dan tempat. Selain itu pendistribusian materi penyuluhan melalui media elektronik memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan media untuk memudahkan sistem penyuluhan pertanian sehingga informasi tersampaikan ke petani secara efektif dan efisien.

Pada tahun 2009, Kementrian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) telah memfasilitasi media on-line yang dinamakan cyber extension. Cyber extension merupakan sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet yang dibangun untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis pelaku utama dan pelaku usaha. Cyber extension tidak lagi hanya sebagai nama sebuah website, tapi lebih dimaknai sebagai suatu program terobosan dalam penyediaan informasi pertanian melalui media on-line. Pengembangan cyber extension secara umum bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi pertanian berbasis web terpadu, terintegrasi, tepat guna dan bermanfaat bagi penyuluh, kelembagaan penyuluhan serta para pelaku agribisnis ataupun masyarakat pada umumnya.

Menurut Sumardjo et al. (2010) cyber extension dianggap perlu diimplementasikan untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara

Page 2: 555-1353-1-SP

2

sinergis dan saling melengkapi. Cyber extension merupakan bentuk media pertukaran informasi yang dianggap memiliki kelebihan karena bersifat interaktif dan dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu.

Berdasarkan Undang-undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pasal 31 ayat 1 diamanatkan bahwa untuk meningkatkan kapasitas lembaga penyuluhan dan kinerja penyuluhan, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar penyuluhan dan kinerja penyuluhan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien. Selain itu terdapat Peraturan Menteri Pertanian No. 2 tahun 2008 pasal 8 bahwa penyuluhan pertanian melalui website merupakan salah satu tugas penyuluh pertanian terutama bagi penyuluh pertanian yang telah menyandang jabatan fungsional sebagai Penyuluh Pertanian Ahli. Penyuluh dituntut untuk mampu menggunakan fasilitas media on-line yang disediakan sehingga sistem kerja cyber extension sampai ke petani.

Cyber extension dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi penyuluhan yang memadai sehingga dapat memfasilitasi proses pembelajaran penyuluh. Selain itu, melalui cyber extension penyuluh dapat berinteraksi dengan penyuluh lain, pelaku utama, dan pelaku usaha lainnya sehingga komunikasi lebih praktis. Cyber extension juga dapat dimanfaatkan oleh petani untuk memperoleh informasi pertanian yang antara lain meliputi teknologi budidaya, pola tanam, jadwal tanam varietas baru dan produksi tinggi, komoditas yang sedang dibutuhkan konsumen, harga pasar dan lain-lain. Hal ini dapat mendukung petani untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi. Pemanfaatan cyber extension diharapkan dapat mengatasi kesenjangan informasi antara petani pemasok dengan petani pemasar serta dengan pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan pertanian.

Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa pemanfaatan cyber extension di kalangan petani masih belum optimal. Hal ini dikarenakan mayoritas petani masih menggunakan media konvensional dan komunikasi secara interpersonal. Selain itu petani masih sulit membangun networking melalui cyber extension karena ketidakmampuan petani dalam menggunakan cyber extension. Disisi lain juga harus diketahui pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh, sehingga dapat diketahui keefektivan implementasi cyber extension. Hasil penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan media oleh penyuluh yaitu dalam penelitian Anwas (2009) terdapat faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan media oleh penyuluh secara intensif yaitu tingkat pendidikan formal, dukungan keluarga, dan tingkat kepemilikan media komunikasi dan informasi. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan media komunikasi memengaruhi pemanfaatan media.

Balai Penyuluh Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) merupakan balai penyuluhan ditingkat kecamatan yang dijadikan sebagai percontohan kelembagaan penyuluhan yang ideal di tingkat kecamatan. Balai Penyuluh ini memiliki tugas untuk menyediakan informasi mengenai teknologi pertanian, pasar dan permodalan kepada petani melalui penyuluh. Informasi tersebut disalurkan melalui kegiatan penyuluhan. Balai Penyuluh Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) di wilayah IV Cibinong ini merupakan salah satu balai yang mengikuti program kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian, salah satunya yaitu program implementasi cyber extension. Namun seberapa jauh cyber extension dimanfaatkan oleh penyuluh pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian tergantung dari anggapan penyuluh mengenai media cyber extension dan karakteristik masing-masing penyuluh. Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh, maka penting untuk dianalisis dianalisis hubungan persepsi penyuluh pertanian dengan pemanfaatan media cyber extension.

Rumusan Masalah

Karakteristik yang ada pada suatu media inovasi dapat memengaruhi penilaian seseorang terhadap media tersebut. Cyber extension merupakan suatu inovasi dimana inovasi tersebut memiliki lima karakteristik menurut (Rogers 2003 diacu Mulyandari 2011) yaitu keuntungan relatif, kerumitan penggunaan, kesesuaian atau tidaknya dengan kebutuhan, kemudahan untuk diaplikasikan, kemudahan untuk dilihat hasilnya. Karakteristik atau ciri yang melekat pada sesuatu menimbulkan persepsi di kalangan penyuluh saat memanfaatkan cyber extension. Untuk itu perlu dianalisis Bagaimana persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension?

Page 3: 555-1353-1-SP

3

Persepsi cyber extension selain dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri juga dapat berhubungan dengan karakteristik yang melekat pada individu. Karakteristik setiap penyuluh yang berada di Balai Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) masing-masing berbeda. Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kepemilikan media , dan lama menjadi penyuluh dapat berhubungan dengan persepsi setiap penyuluh mengenai cyber extension. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis lebih jauh Bagaimana hubungan karakteristik penyuluh pertanian dengan persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension?

Pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh dapat dilihat dari tingkat manfaat yang dirasakan dan intensitas pemanfaatan cyber extension. Untuk melihat pengaplikasian cyber extension yang disediakan Kementrian Pertanian dari dikalangan penyuluh, Sejauh mana pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh pertanian?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penulisan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis “Pengaruh Persepsi Penyuluh mengenai Cyber extension terhadap Pemanfaatan Media Cyber extension” dan secara khusus bertujuan untuk:

1. Menganalisis persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension2. Menganalisis hubungan karakteristik penyuluh pertanian dengan persepsi penyuluh

mengenai karakteristik cyber extension3. Menganalisis pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh pertanian

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang terlibat, khususnya kepada :

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan mengenai situs cyber extension serta bagaimana persepsi tiap penyuluh terhadap ciri cyber extension memengaruhi pemanfaatan media tersebut. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan kajian bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh persepsi mengenai cyber extension terhadap pemanfaatan media cyber extension.

2. Kalangan non akademisi, seperti Departemen Pertanian diharapkan dapat bermanfaat untuk menjalankan program kerja departemen pertanian dan menjadi bahan evaluasi bagi setiap balai yang bertanggung jawab dibidang penyuluhan sehingga sistem cyber extension ini dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya agar lebih efektif.

3. Bagi penyuluh, khususnya penyuluh pertanian diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sejauh mana pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh dan mengetahui persepsi tiap penyuluh yang menjadi pengguna cyber.

Page 4: 555-1353-1-SP

4

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Cyber extension

1. Cyber extension sebagai Media dalam PenyuluhanMenurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kemampuan agen penyuluhan untuk

memengaruhi petani mengalami peningkatan, sebagian disebabkan oleh pembangunan dibidang teknologi komunikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam penyuluhan. Model konvergensi komunikasi yang dirumuskan Rogers dan Kincaid (1981) dalam Sumardjo et al. (2010) dianggap layak ditempatkan sebagai paradigma dominan dalam komunikasi inovasi penyuluhan pertanian sesuai dengan hasil uji yang dilakukan Sumardjo dalam disertasinya pada tahun 1999 yang menunjukkan bahwa model tersebut lebih efisien dan efektif dalam sistem penyuluhan pertanian. Model komunikasi secara konvergen dianggap sebagai bentuk komunikasi inovasi dalam penyuluhan pertanian. Hal ini diduga dapat dipercepat prosesnya apabila didukung oleh aplikasi sistem jaringan teknologi informasi yang handal sehingga terjadi keterpaduan antara kebutuhan petani dengan kebutuhan pihak-pihak terkait.

Cyber extension adalah adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension ini memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan (Wijekoon et al. 2009). Jaringan yang digunakan merupakan jaringan internet yang merupakan salah satu jenis media hibrida. Menurut Vivian (2008) internet merupakan sebuah jaringan dasar yang membawa pesan. Internet berasal dari sistem komunikasi militer AS yang dibuat pada tahun 1969 yang disebut ARPAnet (Advanced Research Project Agency Network). Lain halnya dengan istilah web. Web merupakan struktur kode-kode yang mengizinkan pertukaran bukan hanya antarteks, tetapi juga grafis, video dan audio. Selanjutnya kode-kode tersebut mudah untuk dipahami orang awam sehingga mereka tidak perlu tau kode tersebut untuk masuk ke isi web. Selain itu, dasar-dasar kode web diterima secara universal sehingga memungkinkan semua orang yang memiliki komputer, modem, dan koneksi internet masuk ke dalam web global.

Model komunikasi cyber extension mengumpulkan atau memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang berbeda maupun yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai dengan teks dan ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan kepada seluruh masyarakat desa terutama petani (Sumardjo et al. 2010). Lebih lanjut dikatakan bahwa knowledge sharing model (model berbagi pengetahuan) merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu kelompok, organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman, dan ide yang dimiliki kepada anggota lainnya. Cyber extension diharapkan dapat membantu mewujudkan jaringan informasi bidang pertanian sampai ditingkat petani dapat diwujudkan.

2. Implementasi Cyber extension dibeberapa NegaraHasil penelitian Mulyandari (2011) di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur mengenai cyber

extension terhadap keberdayaan petani menyatakan sebagian besar responden merasakan manfaat cyber extension sudah sesuai dengan kebutuhan. Petani juga merasakan keuntungan dari pemanfaatan cyber extension dari segi ekonomi dalam mendukung kegiatan usahatani apabila dibandingkan dengan teknologi informasi sebelumnya. Keuntungan yang dirasakan sangat nyata oleh petani yaitu dapat menghemat waktu dan biaya transportasi karena dibantu pemanfaatan cyber extension. Tingkat pemanfaatan cyber extension pada hasil penelitian ini sudah sangat baik. Petani menggunakan telepon genggam untuk melakukan kegiatan komunikasi dengan petani lainnya, petani juga mengakses informasi pasar maupun teknologi melalui online, selain itu petani juga melakukan promosi produk pertaniannya. Faktor dominan yang secara nyata memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pemanfaatan cyber extension adalah karakteristik individu dan perilaku (sikap dan keterampilan) petani dalam memanfaatkan teknologi informasi.

Page 5: 555-1353-1-SP

5

Selanjutnya, tingkat keberdayaan petani dipengaruhi secara dominan oleh perilaku dalam memanfaatkan teknologi informasi, tingkat pemanfaatan cyber extension, karakteristik individu (tingkat kekosmopolitan), persepsi terhadap karakteristik cyber extension, dan faktor lingkungan (ketersediaan sarana teknologi informasi).

Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa pemanfaatan cyber extension di kalangan petani masih belum optimal. Umumnya petani masih dominan menggunakan media konvensional dan komunikasi secara interpersonal. Petani belum memiliki kemampuan untuk membangun networking melalui cyber extension. Persepsi petani pengguna mengenai keuntungan dari cyber extension berhubungan dengan karakteristik petani pada tingkat pendidikan formal.

Hasil penelitian Anon (2006) di India mengenai pemanfaatan internet untuk melakukan perdagangan hasil pertanian secara online sudah baik. Penerapan perdagangan secara online atau dikenal E-choupal dianggap membantu petani mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, mengurangi praktik perdagangan yang dilakukan oleh tengkulak, adanya perbedaan harga komoditas antara perdagangan melalui online dan fisik. Karakeristik komoditas memengaruhi motivasi pembeli untuk membeli melalui online. kegiatan promosi produk kopi melalui website menguntungkan petani karena konsumen produk pertanian lebih menganggap kegiatan pembelian melalui website lebih praktis. Harga yang diberikan melalui perdagangan online tidak memengaruhi pembeli karena mereka memilih untuk mendapatkan produk lebih cepat dibandingkan dengan menunggu perdagangan fisik yang memerlukan waktu seminggu. Hal ini dikarenakan persepsi konsumen terhadap ketersediaan fasilitas dan waktu, kemudahan dan keuntungan yang dirasakan untuk memperoleh produk tersebut dianggap cepat dan tepat karena dapat memenuhi kebutuhan dengan segera.

3. Cyber extension sebagai Inovasi PertanianInovasi pertanian adalah segala sesuatu yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan

pengkajian pertanian untuk membantu perkembangan pertanian secara umum. Secara umum, inovasi pertanian dapat berupa produk (varietas benih), pengetahuan (knowledge), maupun alat dan mesin pertanian (Sumardjo et al. 2010).

Perbedaan tingkat adopsi teknologi umumnya dipengaruhi oleh karakteristik inovasi berdasarkan teori Rogers (2003) dalam Sumardjo et al. (2010) antara lain dalam aspek (a) tingkat kemudahan dalam mencoba aspek yang ditawarkan (triability), (b) tingkat keuntungan dari biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang akan diperoleh (relative advantage/efisiensi dan efektivitas), (c) tingkat kemudahan dari pemahaman dan penerapan inovasi (complexity), (d) kesesuaiannya dengan kebutuhan dan pengalaman petani, norma masyarakat (compatibility), dan (e) tingkat kemudahannya dalam pengobservasian hasil/dampak dari penerapan inovasi (observability).

Menurut Mulyandari (2011) cyber extension merupakan suatu bentuk inovasi dalam komunikasi pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa sarana teknologi informasi selain menjadi inovasi juga merupakan pembawa inovasi. Berikut akan dijelaskan lebih dalam terkait dengan karakteristik cyber extension sebagai suatu inovasi.

3.1 Tingkat kemudahan dalam mencoba aspek yang ditawarkan (triability)Kemudahan dalam mencoba aspek yang ditawarkan adalah seberapa besar kemungkinan

sinergi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension dapat dicoba dalam lingkungan yang terbatas. Dalam satu kasus, untuk mempelajari dasar-dasar website memerlukan periode waktu yang singkat, namun untuk mempelajari dan memanfaatkan perangkat lunak secara penuh sangat memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan aplikasi biasa.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kemudahan dicoba ada hubungannya dengan kemudahan memilah. Sebagai contoh pada kasus petani bahwa petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba dalam skala kecil di lahannya sendiri dan terbukti lebih baik daripada mengadopsi dalam skala besar. Inovasi cepat tersebut menyangkut banyak risiko.

3.2 Tingkat keuntungan dari biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang akan diperoleh (relative advantage/efisiensi dan efektivitas)

Keuntungan relatif teknologi informasi dalam implementasi cyber extension adalah derajat seberapa lebih baiknya sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension yang digunakan dibandingkan dengan saluran atau media yang digantikan. Keuntungan relatif dapat direpresentasikan dengan nilai ekonomi. Adekoya (2007) dalam Sumardjo et al. (2010)

Page 6: 555-1353-1-SP

6

menyatakan bahwa keuntungan yang potensial dari komunikasi cyber extension adalah ketersediaan yang secara terus menerus, kekayaan informasi (informasi nyaris tanpa batas), jangkauan wilayah internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima, bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga.

Van den Ban dan Hawkins (1999) mengatakan keuntungan relatif dilihat dari kemungkinan inovasi membuat petani mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Keuntungan relatif dapat dipengaruhi oleh pemberian insentif pada petani, misalnya menyediakan benih dengan harga subsidi.

Menurut hasil penelitian Mulyandari (2011) keuntungan nyata yang sangat dirasakan oleh petani dari adanya cyber extension adalah dalam menghemat waktu dan biaya transportasi karena dibantu dengan pemanfaatan teknologi informasi khususnya dengan adanya telepon genggam. Dengan adanya media konvergen, jangkauan pemasaran hasil pertanian juga lebih luas hingga mencapai luar kota bahkan sudah menjangkau luar pulau dan uar negeri. Keuntungan yang juga dirasakan petani dengan pemanfaatan teknologi informasi adalah dapat mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan melalui internet.

3.3 Tingkat kemudahan dari pemahaman dan penerapan inovasi (complexity)Kompleksitas cyber extension adalah sejauh mana sinergi aplikasi teknologi informasi

dalam implementasi cyber extension dianggap sulit dipahami, diterapkan, dan digunakan. Teknologi informasi cenderung akan diadopsi dalam lingkungan proses pembelajaran apabila mudah beradaptasi (kompleksitasnya rendah).

Menurut Van den Ban dan Hawkins ( 1999) inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantara memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Sebagai contoh adakalanya lebih penting memperkenalkan sekumpulan paket inovasi yang relatif sederhana tetapi saling berkaitan, walaupun kaitan-kaitan tersebut mungkin sulit dipahami.

3.4 Tingkat Kesesuaiannya dengan kebutuhan dan pengalaman petani, norma masyarakat (compatibility)

Kompatibilitas dari sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension merupakan derajat dimana suatu inovasi dapat konsisten dengan praktik, nilai, dan pengalaman masa lalu dari pengadopsi potensial. Dalam kasus tertentu, alat web yang lebih memungkinkan pengguna untuk meng-upload dokumen yang sebelumnya telah dibuat dalam pengolah kata akan lebih cenderung mudah diadopsi dibandingkan dengan alat web yang masih membutuhkan instruktur untuk materi kursus yang perlu diketik ulang.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan kepercayaan, dengan gagasan yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan keperluan yang dirasakan oleh petani. Sebagai contoh, petani yang memperoleh tambahan panen dengan menanam varietas gandum unggul, besar kemungkinan akan menerima varietas padi unggul yang dianjurkan.

3.5 Tingkat kemudahannya dalam pengobservasian hasil/dampak dari penerapan inovasi (observability)

Kemudahan sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension untuk dilihat hasilnya yaitu seberapa besar sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension mampu memberikan hasil yang dapat dilihat. Hasil dari beberapa ide mudah diamati dan dikomunikasikan kepada orang lain, sedangkan beberapa inovasi sulit untuk diamati dan dideskripsikan. Kursus secara online dengan mensinergikan aplikasi teknologi informasi tampaknya sangat mudah dilihat hasilnya dan lebih menguntungkan sehingga lebih cenderung untuk diadopsi.

Persepsi terhadap Objek

Menurut Desiderato dalam Rakhmat (2004) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan sensai dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun

Page 7: 555-1353-1-SP

7

begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, movitasi, dan memori.

Persepsi menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Agen penyuluhan hanya dapat merencanakan dan menggunakan alat-alat bantu penyuluhan seperti media audio visual (slide, film, demostrasi lapang, dan lain-lain) dengan baik jika mereka memahami prinsip dasar penyuluhan.

Menurut DeVito (1997) yang diacu Riyanto (2008) persepsi adalah proses dengan mana seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi inderanya. Persepsi memengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan apa yang diserap dan makna apa yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran. Menurut Riyanto (2008) persepsi dipengaruhi oleh faktor situasi atau konteks dimana proses persepsi itu berlangsung, baik situasi fisik-alam maupun non-fisik atau suasana. Beberapa faktor yang termasuk faktor situasi ini antara lain: faktor ekologis, waktu, suasana (setting), teknologi, dan lingkungan sosial. Menurut Mulyandari (2011) variabel yang dari persepsi mengenai karakteristik cyber extension yaitu tingkat keuntungan relatif (relative advantage), tingkat kesesuaian terhadap kebutuhan (compatibility), tingkat kerumitan (complexity), tingkat kemungkinan dicoba (trialability), dan tingkat kemungkinan diamati hasilnya (observability).

Hasil penelitian Amijaya (2010) menyatakan bahwa persepsi terhadap teknologi informasi dan kemudahan dalam penggunaannya memengaruhi minat ulang nasabah untuk menggunakan internet banking. Risiko penggunaan teknologi informasi juga memengaruhi penggunaan internet banking. Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa karakteristik petani dalam tingkat pendidikan formal menilai tingkat keuntungan relatif lebih tinggi pada cyber extension dibandingkan dengan media komunikasi interpersonal. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan persepsi individu terhadap karakteristik cyber extension.

Karakteristik Penyuluh

Menurut Anwas (2009) penyuluh adalah individu yang sudah dewasa, oleh karena itu proses belajar dalam meningkatkan kompetensi penyuluh perlu mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa. Dalam pandangan humanistik ditegaskan bahwa setiap orang dewasa cenderung telah memiliki pengalaman hidup dan memiliki kebutuhan yang beragam. Orang dewasa sebagai peserta didik akan belajar apabila sesuai dengan potensi dan kebutuhannya untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan dirinya. Penyuluh juga perlu belajar untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan dirinya sebagai penyuluh. Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas untuk memberi dorongan kepada petani agar mereka dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilannya yang lama menuju ke cara-cara baru yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dan potensinya serta perkembangan zaman (Anwas 2009).

Undang-Undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyebutkan bahwa istilah penyuluh terbagi menjadi tiga yaitu penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), penyuluh swasta, dan penyuluh swadaya. Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Menurut Sumarjdo (2008a) dalam Anwas (2009) penyuluh harus memiliki kompetensi yang cukup sesuai tuntutan tersebut. Penyuluh yang kompeten apabila seseorang mampu:(1) mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan penyuluhan dengan terampil untuk memberdayaan orang-orang dalam upaya meraih kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakatnya(2) mengorganisasikan sistem penyuluhan sehingga efektif memfasilitasi masyarakat dengan cermat agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri(3) melakukan tindakan yang tepat bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana penyuluhan semula

Page 8: 555-1353-1-SP

8

(4) bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugasnya sebagai penyuluh meski dengan kondisi yang berbeda (lokal spesifik)(5) Mampu mensinergikan kepentingan lokal dengan kepentingan yang lebih luas.

Karakteristik penyuluh menurut Anwas (2009) yaitu umur, pendidikan formal, pengalaman kerja sebagai penyuluh, motivasi, dan kepemilikan media komunikasi. Menurut Schemerhorn (1997) dalam Anwas (2009) umur atau usia seseorang berhubungan dengan kemampuan, kemauan belajar, dan fleksibilitas. Umur juga berhubungan dengan pengalaman, artinya umur yang tua relatif memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang muda. Oleh karena itu umur diduga dapat mempengaruhi terhadap intensitas pemanfaatan media dan tingkat kompetensi penyuluh. Pendidikan adalah adanya proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam berpikir dan berperilaku. Menurut Mardikanto (1993) dalam Anwas (2009) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan.

Kepemilikan media komunikasi adalah adalah sejumlah alat komunikasi dan informasi publik yang dimiliki penyuluh saat penelitian dilakukan. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi juga telah melahirkan perubahan dan demokratisasi dalam penyuluhan. Kondisi ini ditandai dengan adanya perubahan dalam berkomunikasi dengan cepat dan mudah baik dengan sesama penyuluh, pimpinan lembaga penyuluhan, klien (petani), peneliti/pakar, dan pihak-pihak terkait dalam penyuluhan. Kemudahan akses informasi dan komunikasi dengan pihak terkait ini diduga akan berpengaruh terhadap intensitas pemanfaatan media dan tingkat kompetensi penyuluh.Teknologi informasi yang dimiliki pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan penyuluh mengakses informasi yang diperlukan untuk mendukung kesuksesan penyuluhan. Pengalaman bekerja berarti serangkaian pengetahuan yang dialami individu selama yang bersangkutan bekerja. Begitu pula pengalaman kerja penyuluh adalah serangkaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan individu yang dialaminya selama yang bersangkutan menjadi penyuluh (Anwas 2009).

Hasil penelitian Murfiani dan Jahi (2006) menyatakan bahwa rata-rata penyuluh pertanian berusia dewasa menengah, berpendapatan yang cukup tinggi, memiliki tingkat kekosmopolitan dan motivasi tinggi banyak mengkonsumsi media, mementingkan kompetensi teknis pertanian dan kurang menguasai aspek pengembangan modal agribisnis kecil. Hal ini berarti karakteristik penyuluh berhubungan dengan pemanfaatan media. Dalam penelitian kali ini karakteristik individu yang memenuhi kriteria penyuluh yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kepemilikan media hibrida, lama menjadi penyuluh.

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya, pengukurannya berdasarkan intensitas pemanfaatan, frekuensi pemanfaataan, dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan (Amijaya 2010).

Hasil penelitian Mulyandari (2013) peubah dominan dari faktor tingkat pemanfaatan cyber extension yaitu tingkat manfaat yang dirasakan, tingkat pengelolaan informasi berbasis teknologi informasi, dan kualitas berbagi informasi secara interaktif. Tingkat manfaat yang dirasakan oleh petani merupakan derajad manfaat cyber extension yang dapat dirasakan oleh petani baik untuk komunikasi, promosi usahatani, dan akses informasi yang dibutuhkan. Indokator pemanfaatan cyber extension dalam penelitian ini mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya. Indikator yang digunakan yaitu tingkat manfaat yang dirasakan, dan intensitas pemanfaatan cyber extension. Indikator pemanfaatan cyber extension dijelaskan menurut Mulyandari (2011) yaitu tingkat manfaat yang dirasakan yaitu ragam atau variasi jenis manfaat cyber extension yang dapat dirasakan oleh petani dengan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani. Intensitas pemanfaatan cyber extension adalah curahan waktu yang dikeluarkan untuk menggunakan sarana teknologi informasi mendukung kegiatan usahatani.

Menurut Batte et al. (1990) dan Warren et al. (2000) yang diacu Mulyandari (2011) menyatakan bahwa penerapan teknologi informasi dan komunikasi sangat terkait dengan tingkat pendidikan, ukuran (skala) usaha pertanian dan efek negatif dari umur petani. Berkaitan dengan hal tersebut maka Muyandari (2011) menyatakan faktor-faktor yang diduga dominan

Page 9: 555-1353-1-SP

9

mempengaruhi tingkat pemanfaatan cyber extension adalah karakteristik individu petani, faktor lingkungan, persepsi petani terhadap karakteristik cyber extension, dan perilaku dalam menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi.

Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan media massa untuk komunikasi pertanian terbagi menjadi dua yaitu media massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern terdiri dari 9komputer, jaringan internet, dan telepon genggam. Karakteristik penyuluh seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kepemilikan media, dan lama menjadi penyuluh dapat berhubungan persepsi penyuluh terhadap media cyber extension. Persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension yang disebut sebagai inovasi teknologi menurut (Rogers 2003) seperti keuntungan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kerumitan (complexity ), kemungkinan dicoba (trialability), dan kemungkinan diamati (observability). Persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension dapat berhubungan dengan tingkat pemanfaatan media cyber extension yang terdiri dari tingkat pengelolaan informasi, tingkat manfaatan yang dirasakan, dan intensitas menggunakan media.

Keterangan: berhubungan

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik penyuluh dengan persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension

2. Terdapat hubungan nyata antara persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension dengan tingkat pemanfaatan media cyber extension

Persepsi penyuluh mengenai

karakteristik cyber extension (X2)

Tingkat keuntungan relatif (relative advantage)

Tingkat kesesuaian (compatibility)

Tingkat kerumitan (complexity)

Tingkat kemungkinan dicoba (trialability)

Tingkat kemungkinan diamati (observability)

Pemanfaatan media cyber extension (Y)

Tingkat manfaat yang dirasakan

Intensitas menggunakan media

Karakteristik penyuluh (X1)

Usia Jenis kelaminTingkat pendidikan

formalTingkat

PendapatanKepemilikan media Lama menjadi

penyuluh

Page 10: 555-1353-1-SP

10

Definisi Operasional

1. Karakteristik penyuluh yaitu ciri-ciri yang mengambarkan penyuluh yang dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, kepemilikan media, pengalaman menjadi penyuluh.a. Usia adalah lama hidup penyuluh yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan

penelitian dilakukan, diukur dalam satuan tahun. Usia diukur berdasarkan rataan usia penyuluh dari data yang didapat di lapangan. Pengelompokkan usia dibedakan menjadi tua dan muda. Usia dikelompokkan dan dibedakan dalam skala ordinal.

b. Jenis kelamin adalah identitas seksual yang melekat pada diri seseorang, digolongkan dengan skala nominal, dikategorikan dalam dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin dibedakan dengan skala nominal.Laki-lakiPerempuan

c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani. Tingkat pendidikan diukur berdasarkan rataan penyuluh dari data yang didapat di lapangan Tingkat pendidikan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori dan dikelompokkan dan dibedakan dalam skala ordinal. lulusan SMAlulusan D3lulusan S1, S2,S3

d. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan yang diperoleh konsumen dalam sebulan.tingkat pendapatan diukur dalam skala ordinal. Tingkat pendapatan diukur berdasarkan rataan pendapatan penyuluh dari data yang didapat di lapangan

e. Kepemilikan media komunikasi modern adalah jenis teknologi informasi dan komunikasi modern yang dimiliki penyuluh untuk mendukung pemanfaatan cyber extension. Kepemilikan tersebut dapat dikelompokkan dan dibedakan dalam skala ordinal. Kepemilikan media dapat diukur dari kepemilikan komputer, telepon genggam berinternet, dan laptop/tablet.

f. Lama menjadi penyuluh yaitu jumlah waktu dalam melaksanakan tugas penyuluh hingga saat wawancara dilakukan yang diukur berdasarkan jumlah tahun lamanya menjadi penyuluh. Lama menjadi penyuluh diukur berdasarkan rataan lama menjadi penyuluh dari data yang didapat di lapangan.Pengalaman menjadi penyuluh tersebut digolongkan dan dibedakan dalam skala ordinal. Pengalaman menjadi penyuluh digolongkan kedalam dua kategori yaitu lama dan baru.

2. Persepsi terhadap karakteristik cyber extension adalah pandangan terhadap ciri-ciri dari aplikasi teknologi informasi dalam pemanfaatan cyber extension untuk akses dan pengelolaan informasi berdasarkan karakteristik inovasi media komunikasi cyber extension meliputi: tingkat keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kerumitan, dan tingkat kemungkinan dicoba, tingkat kemungkinan diamati hasilnya.a. Tingkat keuntungan relatif cyber extension adalah derajat seberapa lebih baiknya aplikasi

teknologi informasi dalam implementasi cyber extension yang digunakan dari segi kecepatan dan ekonomis dibandingkan dengan saluran atau media yang digantikan. Keuntungan relatif teknologi informasi dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori (Sangat setuju(skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1)). Tingkat keuntungan ini dapat diukur menggunakan skala likert.

Page 11: 555-1353-1-SP

11

b. Tingkat kesesuaian dengan kebutuhan penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap ketepatan cyber extension sebagai media untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Kesesuaian teknologi informasi dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori (Sangat setuju(skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1)). Tingkat kesesuaian ini dapat diukur menggunakan skala likert.

c. Tingkat kerumitan cyber extension adalah sejauh mana aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension dianggap sulit dipahami, diterapkan, dan digunakan. Kerumitan aplikasi cyber extension dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori (Sangat setuju(skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1)). Tingkat kerumitan ini dapat diukur menggunakan skala likert.

d. Tingkat kemudahan cyber extension untuk dapat dicoba yaitu seberapa besar kemungkinan sinergi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension informasi dapat dicoba dalam lingkungan yang terbatas. Kemudahan cyber extension untuk dicoba dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori (Sangat setuju(skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1)). Tingkat kemudahan ini dapat diukur menggunakan skala likert.

e. Tingkat kemudahan sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension untuk dilihat hasilnya yaitu seberapa besar sinergi aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension mampu memberikan hasil yang dapat dilihat. Keuntungan relatif teknologi informasi dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori (Sangat setuju(skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1)). Tingkat kemudahan ini dapat diukur menggunakan skala likert.

3. Pemanfaatan media cyber extension adalah tingkat kecenderungan penyuluh dalam menggunakan media cyber extension. Parameter ysng digunakan yaitu:a. Tingkat manfaat yang dirasakan adalah ragam manfaat cyber extension yang dapat

dirasakan oleh penyuluh dengan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Intensitas pemanfaatan diukur dengan skala ordinal. Manfaat yang dirasakan terbagi menjadi tiga kategori yaitu dapat mengakses informasi, dapat berkomunikasi dan dapat melakukan promosi.

b. Intensitas pemanfaatan media cyber extension adalah curahan waktu yang dikeluarkan untuk menggunakan sarana teknologi informasi mendukung kegiatan usahatani yang dihitung per minggu. Intensitas pemanfaatan diukur dengan skala ordinal.

Page 12: 555-1353-1-SP

12

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian survei. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan persepsi penyuluh pertanian terhadap pemanfaatan cyber. Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini yang menyoroti aktivitas pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh. Hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah IV Cibinong. Balai Penyuluhan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP3K) adalah Bogor Balai Penyuluhan Pertanian ditingkat kecamatan yang dijadikan sebagai percontohan kelembagaan penyuluhan yang ideal di tingkat kecamatan. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena berdasarkan rujukan data dan informasi dari Admin Pusat cyber extension di Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP) menyatakan bahwa penyuluh yang menggunakan cyber extension terdapat di lokasi tersebut. Penelitian ini dilakukan selama periode bulan Februari-Juni 2014.

Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Periode Tahun 2014Kegiatan Februari Maret April Mei Juni

Penyusunan proposal skripsiKolokiumPerbaikan proposal penelitianPengambilan data lapanganPengolahan data dan analisis dataPenulisan draft skripsiSidang skripsiPerbaikan skripsi

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah penanggung jawab situs cyber extension yang bekerja langsung di Kementrian Pertanian, dan masing-masing kepala BP3K yang dituju. Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian yang tergabung di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP3K) wilayah IV Cibinong. Sampel penelitian ini menggunakan teknik sensus yaitu jumlah responden sama dengan jumlah populasi sebanyak 40 responden. Populasi penelitian bersifat homogen menurut tingkat pekerjaannya. Pemilihan responden pada penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu penyuluh pertanian yang memanfaatkan cyber extension.

Page 13: 555-1353-1-SP

13

Teknik Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci, sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Model Kabupaten Bogor, penyuluh, dan berupa kegiatan yang sudah diimplementasikan melalui cyber extension. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kuantitatif yang diperoleh melalui tabulasi silang. Analisis data kuantitatif dengan menggunakan analisis Rank Spearman dan Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data ini menggunakan program komputer SPSS 18.0 for Windows dan Microsoft Excel 2010 untuk mempermudah proses pengolahan data. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai dengan masing-masing data yang diperoleh. Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Page 14: 555-1353-1-SP

14

DAFTAR PUSTAKA

Amijaya GR. 2010. Pengaruh persepsi teknologi informasi, kemudahan, risiko dan fitur layanan terhadap minat ulang nasabah bank dalam menggunakan internet banking. [skripsi]. [internet].[dikutip tanggal 1 Maret 2014]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Dapat diunduh dari: eprints.undip.ac.id/22558/1/GILANG_RIZKY_AMIJAYA.pdf

Anon. 2006. Impact of information technology on agricultural commodity auctions in India. [Internet]. [dikutip 09 November 2013]. Dapat diunduh dari: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.88.6480&rep=rep1&type=pdf

Anwas EOM. 2009. Pemanfaatan media dalam pengembangan kompetensi penyuluh pertanian. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 230 hal.

Anwas EOM, Sumardjo, Asngari PS, Tjitropranoto. 2009. Faktor-faktor yang memengaruhi penyuluh dalam pemanfaatan media. J Komunikasi Pembangunan. 07(02): 68-81.

[Cybext]. Cyber extension. Rekapitulasi data penyuluh pertanian tahun 2013. [internet]. [dikutip tanggal 08 Februari 2014]. Dapat diunduh dari: http://cybex.deptan.go.id/

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/02/MENPAN/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Dan Angka Kreditnya. [intenet]. [dikutip tanggal 6 Maret 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CD0QFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.deptan.go.id%2Fpengumuman%2Fberita%2F03-2008%2Fpermenpan%2520penyuluh%2520pertanian%25202008%2Fpermenpan-PP-2008.doc&ei=_roeU572NYmQrQf7_IGwBw&usg=AFQjCNG9h6BM7MW0bJqqhXySTohdKjZIUw&sig2=mHCU79gOg2Ey_zKC-_-cAg&bvm=bv.62788935,d.bmk

Mugniesyah SS. 2010. Media komunikasi dan komunikasi massa. Di dalam: Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi. 2010. Bogor (ID): Sains KPM IPB Pr. Hal 305-346.

Mulyandari RSH. 2011. Cyber extension sebagai media komunikasi dalam pemberdayaan petani sayuran. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 306 hal.

Murfiani F, Jahi A. Kompetensi penyuluh dalam pengembangan modal agribisnis kecil di Kabupaten Bogor Jawa Barat. J Penyuluhan. 04(02): 8-15.

Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Permatasari I. 2013. Efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 117 hal.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2012. Peta infrastruktur Kabupaten Bogor. [internet]. [dikutip tanggal 11 Maret 2014]. Dapat diunduh dari: http://loketpeta.pu.go.id/peta/peta-infrastruktur-kabupaten-bogor-2012/

Pratiwi ND. 2013. Hubungan keterdedahan media komunikasi dengan perilaku komunikasi anggota gabungan kelompok tani. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 99 hal.

Page 15: 555-1353-1-SP

15

Rakhmat J. 2004. Psikologi Komunikasi. Surjaman T, editor. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya.

Riyanto S. 2010. Persepsi dan komunikasi. Di dalam: Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi. 2010. Bogor (ID): Sains KPM IPB Pr.

Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Sumardjo, Baga LM, Mulyandari RSH. 2010. Cyber extension peluang dan tantangan dalam revitalisasi penyuluhan pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.131 hal.

Van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Edisi ke-3. Herdiasti AD, penerjemah. Yogyakarta (ID):Penerbit Kanisius. Terjemahan dari: Agricultural extension.

Vivian J.2008. Teori Komunikasi Massa. Edisi ke-1. BS Wibowo T, penerjemah. Jakarta (ID): Kencana. Terjemahan dari: The media of mass communication.

Wijekoon R, Samantha-Emitiyagoda, Rizwan MFM, Sakunthalaratha-nayaka RMM, HG Anurarajapa. 2009. Cyber extension: an information and communication technology initiative for agriculture and rural development in Sri Lanka. [Internet]. [dikutip 10 Oktober 2013]. Dapat diunduh dari: http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/kce/Doc_for_Technical_Consult/SRI_LANKA_CYBER_EXTENSION.pdf

Page 16: 555-1353-1-SP

16

LAMPIRANPeta lokasi penelitian

Page 17: 555-1353-1-SP

17

No. Responden:

KUESIONER SURVEI Hubungan Persepsi Penyuluh Pertanian dengan Pemanfaatan Cyber extension

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :2. Jenis kelamin : L/P

3. Usia : .... tahun

4. Pendidikan formal terakhir penyuluh: ....

5. Berapa pendapatan Saudara/i perbulan: ...

6. Media yang dimiliki untuk mengakses website cyber extension :

Smartphone Laptop/tablet Lainnya, sebutkan.....

7. Pengalaman menjadi penyuluh :........ tahun *coret yang tidak perlu

PERSEPSI PENYULUH MENGENAI KARAKTERISTIK CYBER EXTENSIONKeterangan:

1. skor 4 : Sangat Setuju2. skor 3 : Setuju3. skor 2 : Tidak Setuju4. skor 1 : Sangat Tidak Setuju

Tingkat Keuntungan RelatifNo. Pertanyaan SS S TS STS8. Cyber extension dapat diakses kapan saja9. Informasi pertanian yang didapatkan melalui cyber

extension nyaris tanpa batas10. Cyber extension membuat proses komunikasi lebih

interaktif11. Cyber extension dapat menjangkau wilayah

internasional secara cepat12. Cyber extension dapat mengefisiensi biaya

transportasi untuk mengakses informasi

Tingkat kesesuaian dengan kebutuhanNo. Pertanyaan SS S TS STS13. Setiap penyuluh mampu menggunakan cyber

extension14. Penggunaan cyber extension tidak memerlukan

Page 18: 555-1353-1-SP

18

tahap-tahap yang sulit15. Cyber extension membantu penyuluh dalam

menyediakan materi penyuluhan16. Cyber extension selalu menyediakan materi dan

informasi penyuluhan yang terprogram17. Cyber extension menyediakan beragam menu pilihan

yang dibutuhkan

Tingkat Kemudahan untuk dicoba No. Pertanyaan SS S TS STS18. Konten yang terdapat dalam website cyber extension

dapat dipahami semua kalangan penyuluh19. Melalui smartphone saya dapat mengakses cyber

extension20. Pemanfaatan cyber extension tidak memerlukan

pelatihan secara khusus21 Cyber extension dapat digunakan sebagai acuan

pembuatan materi penyuluhan 22 Penyuluh dapat mempraktikkan langsung kepada

petani tanpa menggunakan alat bantu selain media hibrida

Tingkat Kemudahan untuk dilihat HasilnyaNo. Pertanyaan SS S TS STS23. Informasi yang diunggah penyuluh dapat langsung

lihat di beranda cyber extension24. Komunikasi antarpersonal melalui website dapat

memperoleh tanggapan secara langsung 25. Informasi yang diunduh penyuluh dapat langsung

diperlihatkan ke petani melalui tayangan audio visual26. Komunikasi melalui cyber extension dapat

membentuk jaringan komunikasi antar stakeholders dengan baik

27. Berbagai pengetahuan baru dimiliki setiap penyuluh untuk dijadikan bahan penyuluhan

Tingkat Kerumitan untuk mengaplikasikan cyber extensionNo. Pertanyaan SS S TS STS28. Penggunaan cyber extension oleh penyuluh

memerlukan keterampilan 29. Penggunaan cyber extension memerlukan

pengetahuan yang sangat luas30. Kepemilikan media untuk mengakses informasi

menjadi hal yang sangat penting31. Informasi yang disebarkan melalui cyber extension

harus beragam32. Hanya pihak tertentu yang memahami komposisi yang

ada di beranda website cyber extension

PEMANFAATAN MEDIA CYBER EXTENSION

Tingkat Manfaat yang dirasakanPertanyaan SS S TS STS

33. Saya mengunduh informasi dari cyber extension34. Saya mengunggah informasi ke cyber extension

Page 19: 555-1353-1-SP

19

35. Saya berkomunikasi dengan penyuluh lain secara interaktif melalui cyber extension

36. Saya berkomunikasi dengan petani secara interaktif melalui cyber extension

37 Saya dapat melakukan komunikasi dengan penyuluh di luar kota dengan mudah

38 Saya dapat berdiskusi dengan penyuluh lain tentang materi penyuluhan

Intensitas Pemanfaatan

39. Saya mengakses cyber extension ....... hari dalam seminggu 40. Saya melakukan komunikasi melalui cyber extension .... hari dalam seminggu

Page 20: 555-1353-1-SP

20

Pertanyaan wawancara mendalam

1. Apakah visi misi Balai Penyuluhan Pertanian sudah dicapai?2. Apakah Balai Penyuluhan Pertanian pernah mengikuti kegiatan pelatihan antar penyuluh?3. Fasilitas apa yang disediakan Balai Penyuluhan Pertanian untuk memenuhi kebutuhan

penyuluhan?4. Kapan awal permulaan Saudara/i mengetahui cyber extension?5. Apakah sistem penyuluhan berbasis website sudah dapat dikatakan efektif? Berikan

alasannya6. Bagaimana Saudara menyampaikan materi penyuluhan yang didapatkan melalui cyber

extension?7. Bagaimana hubungan antar penyuluh ditiap-tiap Balai Penyuluhan Pertanian? Apakah

terjalin kerjasama atau tidak?8. Bagaimana Saudara mengaplikasikan situs untuk kegiatan komunikasi secara interaktif?9. Mengapa hanya sebagian kecil yang sudah memanfaatkan cyber extension secara aktif?10. Kapan terakhir diadakan pertemuan antar penyuluh ditingkat provinsi?11. Bagaimana pembagian tugas untuk pengelolaan cyber extension? Apakah penyuluh turut

serta?

Page 21: 555-1353-1-SP

21

Lampiran 3 Rancangan skripsi

1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Masalah Penelitian1.3 Tujuan Penelitian1.3 Kegunaan Penelitian

2 PENDEKATAN TEORITIS2.1 Tinjauan Pustaka2.2 Kerangka Pemikiran2.3 Hipotesis2.4 Definisi Operasional

3 PENDEKATAN LAPANGAN3.1 Lokasi dan Waktu

3.3 Teknik Pengumpulan Data3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4 GAMBARAN UMUM4.1 Sejarah terbentuknya Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Model4.2 Visi dan Misi Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Model4.3 Program yang dilakukan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Model4.4 Model Pengaplikasian Media Cyber extension di Balai Penyuluhan Pertanian

5 KARAKTERISTIK PENYULUH PERTANIAN5.1 Usia5.2 Jenis Kelamin5.3 Tingkat Pendidikan Formal5.4 Tingkat Pendapatan5.5 Kepemilikan Media5.6 Lama menjadi Penyuluh

6 PERSEPSI PENYULUH MENGENAI KARAKTERISTIK CYBER EXTENSION6.1 Penilaian tentang Tingkat Keuntungan Relatif Menggunakan Cyber extension6.2 Penilaian tentang Tingkat Kesesuaian Ketersediaan Media dengan Kebutuhan Informasi

Penyuluh6.3 Penilaian tentang Tingkat Kerumitan Aplikasi, teori, teknik dari Cyber extension6.4 Penilaian tentang Tingkat Kemudahan Pemanfaatan Cyber extension untuk dicoba oleh

Penyuluh Pertanian6.5 Penilaian tentang Tingkat Kemudahan untuk diamati Hasil Penggunaan Cyber extension

oleh Penyuluh Pertanian7 TINGKAT PEMANFAATAN MEDIA CYBER EXTENSION

7.1 Tingkat Manfaat yang dirasakan Penyuluh dalam Pemanfaatan Cyber extension7.2 Intensitas Pemanfaatan Cyber extension

8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERSEPSI PENYULUH PERTANIAN TERHADAP KARAKTERISTIK CYBER EXTENSION

9 HUBUNGAN PERSEPSI PENYULUH PERTANIAN TERHADAP KARAKTERISTIK CYBER EXTENSION DENGAN TINGKAT PEMANFAATAN CYBER EXTENSION

10 PENUTUP10.1 Kesimpulan10.2 Saran