53685723 filsafat ilmu paradigma kuhn

15
A. Pendahuluan Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia, karena pada waktu ini terjadi perubahan pola fikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola fikir yang kelihatan sangat sederhana tetapi sebenarnya memiliki implikasi tidak sederhana. Alam yang selama ini ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif menjadi aktif sehingga alam digunakan sebagai objek penelitian atau pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat (Bakhtiar, 2004: 21-22). Sejak zaman ini filsafat terus berkembang, mulai dari masa kejayaan, kemunduran, dan kebangkitannya kembali. Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles. Aristoteles yang membagi filsafat pertama kali pada dua hal, yaitu hal yang teoritis dan hal yang praktis. Pembagian ini juga yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu dikemudian hari. Aristoteles dianggap bapak ilmu karena ia mampu meletakan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis. Namun, setelah Aristoteles menuangkan fikirannya ini, mutu filsafat semakin merosot dan puncak kemundurannya adalah pada ujung zaman Helenisme. Kemunduran filsafat sejalan dengan kemunduran politik pada zaman itu, terpecahnya kerajaan 1

Upload: noik-pande

Post on 25-Apr-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sacashjhcjhascjhasvchjvashjcvhjasvcasvcvasghcvghasvasgchvasghcvasghvcghasvcghavsghcvasgcvasgcvasgvcgasvcgasgvcghasvcghavcghvaghcvasghcvgasvcghasvgaghvasghvehavdgygdyuada

TRANSCRIPT

Page 1: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

A. Pendahuluan

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah

peradaban manusia, karena pada waktu ini terjadi perubahan pola fikir manusia dari

mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola fikir yang kelihatan sangat

sederhana tetapi sebenarnya memiliki implikasi tidak sederhana. Alam yang selama

ini ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang

dulunya pasif menjadi aktif sehingga alam digunakan sebagai objek penelitian atau

pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat

(Bakhtiar, 2004: 21-22). Sejak zaman ini filsafat terus berkembang, mulai dari masa

kejayaan, kemunduran, dan kebangkitannya kembali.

Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles. Aristoteles

yang membagi filsafat pertama kali pada dua hal, yaitu hal yang teoritis dan hal yang

praktis. Pembagian ini juga yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu dikemudian

hari. Aristoteles dianggap bapak ilmu karena ia mampu meletakan dasar-dasar dan

metode ilmiah secara sistematis. Namun, setelah Aristoteles menuangkan fikirannya

ini, mutu filsafat semakin merosot dan puncak kemundurannya adalah pada ujung

zaman Helenisme. Kemunduran filsafat sejalan dengan kemunduran politik pada

zaman itu, terpecahnya kerajaan Macedonia setelah wafatnya Alexander The Great

(Bakhtiar, 2004: 30-32).

Filsafat mengalami perkembangan kembali pada abad modern, yang diawali

terlebih dahulu dengan adanya zaman Renissans, yaitu peralihan abad pertengahan

ke abad modern. Zaman ini terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan

manusia dalam berfikir. Sejak zaman ini kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan

didasarkan pada kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang

kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan dan pemikiran yang

dapat diuji. Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada abad modern khususnya

abad ke-17 adalah persoalan epistemology. Pertanyaan pokok dalam bidang ini

adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan yang benar, serta apa yang

dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

tersebut, maka dalam abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan

1

Page 2: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran tersebut adalah aliran

rasionalisme dan empirisme (Munir, 1997: 8-10).

Kritisisme adalah aliran yang berusaha untuk menjembatani aliran

rasionalisme dan empirisme. Tokoh aliran ini adalah filsuf Jerman yaitu Imanuel

Kant. Namun, kehadiran aliran ini bukanlah batas akhir pertentangan pendapat

aliran-aliran terdahulu. Justru setelah lahirnya aliran ini muncul lagi aliran-aliran

lainnya. Aliran yang mendukung aliran kritisisme sekaligus rasionalisme yaitu aliran

idealisme, maupun aliran yang mendukung aliran empirisme sekaligus kritisisme

yaitu positivisme (Munir, 1997:15-18).

Pada tahun 1934 Karl Popper mengumumkan karyanya yang berisi sangkalan

terhadap positivisme. Ia memaparkan beberapa kelemahan fatal dari filsafat

positivisme yang dikhotbahkan oleh salah satu tokoh aliran positivisme yaitu Alfred

Jules Ayer (Chalmers, 1983: xi). A. J. Ayer berpendapat bahwa filsafat berdasar

pada prinsip verifikasi (Mintaredja, 2003:76). Namun, pada akhirnya diketahui

falsifikasionisme Popperpun memiliki keterbatasan.teori-teori tidak dapat konklusif

difalsifikasi, karena keterangan observasi yang menjadi dasar untuk falsifikasi itu

sendiri mungkin salah dilihat dari perkembangan selanjutnya. Pengetahuan di zaman

Copernicus tidak mengizinkan adanya kritik yang sah terhadap observasi yang

menyatakan bahwa besarnya planet Mars dan Venus nampak konstan sehingga

secara harfiah boleh dikatakan bahwa teori Copernicus itu dianggap telah

difalsifikasi oleh keterangan observasi itu sendiri. Seratus tahun kemudian, falsifikasi

itu dapat dibatalkan karena perkembangan baru dalam Optik (Chalmers, 1983: 67).

Falsifikasi konklusif gugur karena kekurangan dasar observasi yang terjamin

dengan sempurna, padahal falsifikasi itu tergantung dengannya. Dengan hanya

memandang hubungan antara teori dengan keterangan observasi, kaum

falsifikasionis gagal memperhitungkan kompleksitas yang terdapat dalam teori

ilmiah yang penting-penting. Penekanan kaum falsifikasionis yang melakukan

dugaan dan falsifikasi, tidak mampu mengkarakterisasi dengan memadai asal mula

dan pertumbuhan teori-teori yang kompleks secara realitis. Perumusan yang layak

seyogyanya adalah memandang teori sebagai suatu struktur yang utuh (Chalmers,

1983: 67-81).

2

Page 3: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

Pandangan tentang teori sebagai struktur yang kompleks adalah pandangan

yang pernah dan kini masih mendapat banyak perhatian. Thomas Kuhn adalah filsuf

yang memperkenalkannya dalam buku yang ia tulis, The Structure of Scientific

Revolution tahun 1962 (Kuhn dalam Chalmers, 1983: 93). Segi penting pendekatan

yang digunakan Kuhn adalah pada teori Kuhn terdapat peranan penting yang

dimainkan oleh sifat-sifat sosiologis masyarakat ilmiah dan pendekatan Kuhn yang

menggunakan pandangan filosofis yang tahan menghadapi kritik yang berdasarkan

sejarah ilmu. Oleh karena inilah, penulis menganggap penting membahas tentang

paradigma Kuhn.

B. Pembahasan

1. Pengertian Paradigma

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:828) paradigma bisa berarti

daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan

deklinasi kata tersebut; model dalam teori ilmu pengetahuan; kerangka berfikir.

Sedangkan menurut Suriasumantri (2007: 103) paradigma adalah konsep dasar

yang dianut oleh suatu masyarakat tertentu termasuk masyarakat ilmuwan.

Paradigma ini merupakan bukan ilmu melainkan sarana berfikir ilmiah seperti

logika, matematika, statistika dan bahasa. Suatu paradigma terdiri dari asumsi-

asumsi teoritis yang umum dan hukum-hukum serta tehnik-tehnik untuk

penerapannya yang diterima oleh anggota suatu masyarakat ilmiah (Chalmers,

1983: 94).

Jadi, menurut penulis paradigma adalah sebuah kerangka berfikir yang

dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu yang berisi asumsi, hukum ataupun tehnik

yang digunakan dalam memandang sesuatu.

2. Thomas S. Kuhn

Thomas S. Kuhn lahir pada 18 Juli 1922 di Cincinnati, Ohio Amerika

Serikat. Pada Tahun 1949 ia memperoleh gelar Ph.D dalam bidang ilmu fisika di

Havard University. Di tempat yang sama ia bekerja sebagai asisten dosen dalam

bidang pendidikan umum dan sejarah ilmu. Pada tahun 1956, Kuhn menerima

tawaran di University California, Berkeley sebagai dosen dalam bidang sejarah

3

Page 4: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

sains. Tahun 1964, ia mendapat anugrah gelar Guru Besar (professor) dari

Princenton University dalam bidang filsafat dan sejarah sains. Selanjutnya pada

tahun 1983 ia dianugrahi gelar professor untuk kesekian kalinya dari

Massachusetts Institute of University. Thomas S. Kuhn menderita penyakit kanker

selama beberapa tahun dan meninggal pada hari Senin 17 Juni 1996 dalam usia 73

tahun. Karya Kuhn cukup banyak yang paling terkenal yaitu The Structure of

Scientific Revolution, sebuah buku yang terbit tahun 1962 oleh Universitas Of

Chicago Press. Buku itu sempat terjual lebih dari satu juta copy dalam 16 bahasa

(Muslih, 2004:135).

Kuhn telah mengemukakan bahwa ia menggunakan istilah “paradigma”

dalam pengertian kembar. Di dalam postcriptnya edisi 1970, ia membedakan

pengertian umum istilah itu, yang kini ia sebut sebagai disciplinary matrix (pola

ilmiah) dan pengertian sempitnya yang telah diganti dengan exemplar-contoh atau

teladan. Selain The Sructure of Scientific Revolution, karya modifikasi Kuhn

mengenai idenya yang orisinal tentang paradigma lebih terperinci adalah Second

Thoughts of Paradigms yang diterbitkan pada tahun 1973 di Urbana : University

of Illinois Fress (Chalmers, 1983:95-105)

3. Pandangan Kuhn Tentang Ilmu

Kuhn memakai istilah ”paradigma” untuk menggambarkan sistem

keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki dalam ilmu. Gambaran

Kuhn tentang cara ilmu berkembang dapat diringkaskan dalam suatu skema yang

Open-ended, artinya sebuah akhir yang selalu terbuka untuk diperbaiki atau

dikembangkan lebih lanjut. Skemanya adalah sebagai berikut (Chalmers,1983:94):

Pra ilmu - ilmu biasa - krisis - revolusi - ilmu biasa baru - krisis baru

Aktivitas yang terpisah-pisah dan tidak terorganisasi yang mengawali

pembentukan suatu ilmu akhirnya menjadi tersusun dan terarah pada saat suatu

paradigma tunggal telah dianut suatu masyarakat ilmiah. Para pekerja pada suatu

paradigma mempraktekkan apa yang disebut Kuhn sebagai ilmu biasa (natural

sciene). Para ilmuwan biasa akan menjelaskan dan mengembangkan paradigma

4

Page 5: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

dalam usaha untuk mempertanggungjawabkan dan menjabarkan prilaku beberapa

aspek yang relevan dengan dunia nyata ini, sebagaimana diungkapkan lewat hasil-

hasil eksperimen. Dalam melakukan ini, mereka tidak akan terelakan dari

mengalami kesulitan dan menjumpai falsifikasi-falsifikasi. Apabila telah bebas

dari kesulitan tersebut, maka berkembanglah keadaan krisis. Krisis teratasi apabila

lahir paradigma yang baru sepenuhnya dan menarik makin banyaknya ilmuwan

sampai akhirnya paradigma orisinal yang telah menimbulkan masalah itu

dilepaskan. Perubahan terus-menerus dan terputus-putus itu merupakan revolusi

ilmiah. Paradigma yang baru, yang penuh dengan janji tidak terkurung dari

kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi, sekarang lantas membimbing aktivitas

ilmiah yang baru dan biasa sampai pada akhirnya ia pun jatuh pada kesukaran

yang serius dan timbullah krisis baru yang diikuti oleh suatu revolusi baru

(Chalmers,1983:94).

Berikut ini adalah penjelasan secara terperinci tentang komponen skema Kuhn

diatas:

a. Paradigma dan Ilmu Normal (Sains Normal)

Pada stage ini terdapat persetujuan yang kecil bahkan tidak ada

persetujuan tentang subjeck matter, problem-problem dan prosedur di antara

para ilmuwan yang bersaing,  karena tidak adanya suatu pandangan tersendiri

yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori (fenomena), maka

aktivitas-aktivitas ilmiah pada stage ini dilakukan secara terpisah dan tidak

terorganisir (www.yherpansi.wordpress.com. 27-09-2010). 

Sejumlah aliran yang bersaing, kebanyakan diantara mereka mendukung

satu atau lain varian dalam teori tertentu, misalnya tentang sifat cahaya. Teori

Epicurus, teori Aristoteles, atau teori Plato, satu kelompok menganggap cahaya

sebagai partikel-partikel yang keluar dari benda-benda yang berwujud; bagi

yang lain cahaya adalah modifikasi dari medium yang menghalang di antara

benda itu dan mata; yang lain lagi menerangkan cahaya sebagai interaksi antara

medium dan yang dikeluarkan oleh mata; di samping itu ada kombinasi dan

modifikasi lain yang masing-masing aliran mendukung teorinya sendiri-sendiri. 

5

Page 6: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

Sehingga sejumlah teori boleh dikatakan ada sebanyak jumlah pelaksanaannya

di lapangan dan setiap ahli teori itu merasa wajib memulai dengan yang baru

dan membenarkan pendekatannya sendiri (www.yherpansi.wordpress.com. 27-

09-2010). 

Walaupun aktifitas ilmiah masing-masing aliran tersebut dilakukan

secara terpisah, tidak terorganisir sesuai dengan pandangan yang dianut hal ini

tetap memberikan sumbangan yang penting kepada jumlah konsep, gejala,

teknik yang dari padanya suatu paradigma tunggal akan diterima oleh semua

aliran-aliran ilmuan tersebut, dan ketika paradigma tunggal diterima, maka jalan

menuju normal science mulai ditemukan. Dengan kemampuan paradigma dalam

membanding penyelidikan, menentukan teknik memecahkan masalah, dan

prosedur-prosedur riset, maka ia dapat menerima (mengatasi) ketergantungan

observasi pada teori (www.yherpansi.wordpress.com. 27-09-2010). 

Ilmu yang sudah matang dikuasai oleh suatu paradigma tunggal.

Paradigma menetapkan standard-standar pekerjaan yang sah di dalam

lingkungan yang dikuasai ilmu itu. Menurut kuhn, eksistensi suatu paradigma

yang mampu mendukung tradisi ilmu biasa merupakan cirri yang membedakan

ilmu dengan non ilmu. Contoh, salama abad 19 paradigma Newtonian dikuasai

oleh suatu asumsi seperti “ seluruh dunia fisika hendaknya diterangkan sebagai

suatu system mekanika yang beroperasi dibawah pengaruh berbagai macam

gaya menurut perintah hukum-hukum gerak Newton”. Akhirnya semua

paradigma akan mengandung beberapa keterangan metodelogis yang sangat

umum (www.yherpansi.wordpress.com. 27-09-2010).

Ilmu normal bermakna penyelidikan yang dibuat oleh suatu komunitas

ilmiah dalam usahanya menafsirkan alam ilmiah melalui paradigma ilmiahnya.

(Muslih, 2004:140). Ilmu normal melibatkan usaha-usaha terperinci untuk

menjabarkan suatu paradigma dengan tujuan memperbaiki imbangannya dengan

alam. Suatu paradigma akan selalu secukupnya, tidak terlalu ketat dan

mempunyai akhir yang selalu terbuka sehingga menimbulkan banyak macam

pekerjaan untuk ditangani. Kuhn memandang ilmu biasa sebagai aktivitas

6

Page 7: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

pemecahan teka-teki yang dibimbing aturan-aturan suatu paradigma. Teka-teki

itu bisa teoritis maupun eksperimental (Chalmers, 1983:96).

Kegagalan memecahkan teka-teki dianggap sebagai kegagalan ilmuwan

itu sendiri bukan kegalemahan paradigma. Teka-teki yang gagal dipecahkan

dianggap sebagai anomaly (kelainan) ketimbang sebagai falsifikasi suatu

paradigma. Kuhn mengakui bahwa semua paradigma mengandung kelainan

(Chalmers, 1983:96).

Seorang ilmu normal harus tidak kritis terhadap paradigma tempat ia

bekerja agar ia dapat memusatkan upayanya pada pencabaran yang terperinci

dan pada penyelesaian pekerjaan keahlian yang diperlukan untuk menyelidiki

alam dalam kedalamannya (Chalmers, 1983:96).

b. Krisis dan Revolusi

Bila suatu komunitas ilmiah mulai mempersoalkan kesempurnaan

paradigmanya, maka semenjak itu ia memasuki keadaan krisis. Krisis berlaku

setelah lama mengalami sains normal dan merupakan fase yang harus dilalui

menuju kemajuan ulmiah. Krisis adalah suatu mekanisme koreksi diri yang

memastikan bahwa kekakuan pada sains normal tidak akan berkelanjutan

(Muslih, 2004:141).

Jika anomali yang kecil-kecil terakumulasi dan menjadi terasa begitu

akut sehingga pada saatnya ditemukan pemecahan yang lebih memuaskan oleh

para ilmuwan. Artinya suatu komunitas ilmiah dapat menyelesaikan keadaan

krisisnya dengan menyusun diri di sekeliling suatu paradigma baru, maka

terjadilah apa yang disebut Kuhn dengan ”revolusi sains” (Muslih, 2004:141).

Bila suatu komunitas ilmiah menyusun diri kembali di sekeliling

paradigma baru, maka ia memilih nilai-nilai, norma-norma, asumsi-asumsi,

bahasa-bahasa, dan cara-cara mengamati dan memahami alam ilmiahnya dengan

cara baru. Inilah proses pergeseran paradigma (shifting paradigm) terjadi, yakni

suatu proses dari keadaan ”normal science” ke wilayah ”revolutionary science”.

Cara pemecahan model lama ditinggalkan dan menuju cara pemahaman dan

pemecahan baru (Muslih, 2004:142).

7

Page 8: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

Beberapa aspek dari tulisan Kuhn mungkin memberikan kesan bahwa

pandangannya tentang watak ilmu adalah murni deskriptif, yaitu bahwa ilmu itu

bertujuan untuk tidak lebih dari menguraikan teori-teori ilmiah atau paradigma-

paradigma dan aktivitas para ilmuwan. Kuhn beranggapan bahwa pandangannya

mengandung suatu teori tentang ilmu karena berisi tentang fungsi berbagai macam

komponennya.

Menurut Kuhn, ilmu normal dan revolusi melayani fungsi-fungsi tertentu yang

perlu, sehingga ilmu itu harus melibatkan sifat-sifat beberapa cirri lain yang bisa

melayani pelaksanaan fungsi-fungsi tadi.

Suatu paradigma mengandung kerangka khusus dari mana dunia dipandang

dijabarkan dan ia pun mengandung seperangkat teknik eksperimen dan teoritis yang

memungkinkan paradigma mengimbangi alam.

Bila suatu krisis berkembang , langkah revolusioner untuk menggantikan

keseluruhan paradigma dengan yang lainnya menjadi esensial untuk kemajuan efektif

suatu ilmu. Kemajuan melalui revolusi adalah alternatif Kuhn untuk kemajuan yang

kumulatif sebagaimana menjadi ciri pandangan induktivis tentang ilmu namun

menurut Kuhn, itu adalah keliru karena ia mengabaikan peranan yang dimainkan

oleh paradigma dalam membimbing observasi eksperimen.

C. Kesimpulan

Ilmu selalu berkembang dalam skema yang open-ended. Dengan skema:

Pra ilmu – ilmu normal - krisis - revolusi - ilmu normal baru - krisis baru

Tahap pertama (pra ilmu – ilmu normal), paradigma ilmu membimbing dan

mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal sains). Disini para

ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigma sebagai

model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam tahap ini para

ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas

ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah itu para ilmuwan menjumpai

berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang digunakan

sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya, inilah yang dinamakan anomali.

Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara

kenyataan dengan paradigma yang dipakai. Tahap kedua (krisis), menumpuknya

8

Page 9: 53685723 Filsafat Ilmu Paradigma Kuhn

anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma.

Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Tahap ketiga (revolusi - ilmu normal

baru), para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang lama sembari

memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa

memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan

dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.

D. Sumber-Sumber

Bakhtiar, Amsal. 2005. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Chalmers, A.F. 1983. Apa Itu yang dinamakan Ilmu? Hasta Mitra: Jakarta

Mintaredja, Abbas H. 2003. Teori-Teori Epistemologi Common Sense. Penerbit Paradigma: Yogyakarta.

Munir, Misnal. 1997. Pemikiran Filsafat Barat. Fakultas filsafat Universitas Gadjah Mada bersama DIKTI.

Muslih, Muhammad. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Belukar.

Suriasumantri, Jujun. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Tim Redaksi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Yudi. 2009. Paradigma Ilmu. www.yherpansi.wordpress.com. 27-09-2010

9