5.-morfometri-avertebrata
DESCRIPTION
morfometriTRANSCRIPT
MORFOMETRI HEWAN AVERTEBRATA
Oleh :
Nama : Dyna Ratnasari PlashintaniaNIM : B1J013203Rombongan : IKelompok : 4Asisten : Sefrita Tri Utami
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morfometri merupakan peneraan pengukuran morfologi yang meliputi ukuran
panjang dan berat, serta skala kondisi fisik berdasarkan standar morfologi tubuh,
sesuai fase hidup hewan (Saanin, 1968). Morfometri adalah salah satu metode yang
digunakan dalam bidang multi disiplin identifikasi, dan dengan mengukur bentuk,
studi morfometrik memungkinkan pemahaman morfologi (atau fenotipik) variasi
antara populasi (Darlina et al., 2011). Morfometri digunakan untuk mengukur bagian
tubuh yang penting pada hewan, agar diketahui kisaran ukurannya, di setiap fase
pertumbuhan pada masing-masing jenis spesies, sehingga informasi untuk
determinasi taksa lebih lengkap dan akurat (Saanin, 1968).
Nilai penting yang terkandung dalam morfometri yaitu untuk mengenal lebih
dalam tentang jenis spesies, melakukan estimasi umur dan jenis kelamin serta
mengetahui berat dan ukuran tubuh. Metode analisis morfologis tradisional yaitu
perbandingan antara univariate karaktermeristik dan morfometrik seperti panjang
tubuh, lebar tubuh, dan tinggi tubuh yang mampu mengidentifikasi perbedaan antar
spesies, sering kali gagal mengidentifikasi perbedaan antara galur atau populasi.
Karakter morfometri baku yang terkonsentrasi pada ukuran-ukuran panjang dan
bagian kepala, badan dan ekor menghasilkan pola gambaran bentuk tubuh yang
cenderung bias (Hildebrand, 1974).
Morfometri sederhana adalah bentuk-bentuk dari bagian-bagian tubuh tertentu
yang dijadikan dasar untuk membandingkan seperti lebar kepala, lebar interbital,
panjang standar lebar mata dan lain-lainnya. Dasar pembanding yang lainnya ialah
struktur bagian dalam dari tubuh seperti bagian alat pencernaan makanan, bentuk-
bentuk sel tertentu dan lain sebagainya. Metode morfometri sering digunakan untuk
identifikasi populasi dari jenis ikan (Messieh, 1972). Studi Morfometri didasarkan
pada seperangkat ukuran yang merupakan ukuran dan variasi bentuk dan karakter
yang berbeda. Sistem morfometri tradisional seringkali hanya mengambarkan
beberapa hal saja sehingga tidak mewakili keseluruhan bentuk organisme yang di
ukur dan terkesan hasilnya bias, berbeda dengan truss morphometrics yang
melakukan pengukuran secara menyeluruh (Turan, 1999).
Teknik truss morphometrics merupakan salah satu upaya menggambarkan
bentuk ikan dengan cara mengukur bagian-bagian dari tubuhnya atas dasar titik-titik
patokan. Metode ini menghasilkan karakterisasi geometrik bentuk tubuh ikan secara
lebih sistematik dan menunjukkan peningkatan kemempuan untuk mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan bentuk tubuh. Menurut Darlina et al., (2011), metode truss
morphometrics dianggap lebih berguna daripada morfometri tradisional. Patokantitik
truss pada tubuh ikan sebanyak 12 buah, yaitu ujung moncong, titik dorsal maxila,
titik ventral maxila, pangkal operculum dorsal, pangkal operculum ventral, pangkal
depan sirip punggung, pangkal belakang sirip punggung, pangkal depan sirip anal,
pangkal belakang sirip anal, kelipatan ekor bagian dorsal, kelipatan ekor bagian
ventral, dan pertengahan kelipatan ekor (Mayer, 1982).
Meristik adalah ciri taksonomik berdasarkan jumlah bagian tubuh. Ukuran
karakter meristik bebas dan karakter morfometrik adalah alat yang digunakan untuk
mengidentifikasi spesies, genera dan bagian-bagian tubuh ikan. Karakter morfometri
tidak sensitif terhadap jangka pendek, fluktuasi lokal, dan mencerminkan rata-rata
perbedaan jangka waktu lama antara faktor lingkungan di daerah yang berbeda.
Banyak teknik statistik menggunakan morfometri dan karakter meristik dalam
penelitian klasifikasi dan diskriminasi. Semua karakter morfometri bervariasi antara
dua spesies. Analisis karakter morfometri penting untuk identifikasi setiap jenis
udang. Semua pengukuran morfometri memiliki korelasi yang tinggi dengan panjang
total serta ada yang signifikan perbedaannya dalam pengukuran morfometri dan
proporsi tubuh (Elamin et al., 2011).
Kelebihan dalam penggunaan teknik morfometri tradisional adalah dapat
mengetahui panjang dan berat, serta skala kondisi fisik sesuai fase hidup hewan,
mengukur bagian tubuh yang penting pada hewan, untuk mengetahui kisaran
ukurannya sehinggga didapat informasi untuk determinasi taksa menjadi lebih
lengkap dan akurat. Kekurangan dalam penggunaan metode analisis morfometri
tradisional yaitu sering kali gagal mengidentifikasi perbedaan antara galur atau
populasi. Kelebihan dari metode truss morphometrics adalah dapat menggambarkan
bentuk tubuh organisme, sedangkan kekurangannya dalah lebih rumit dalam
perhitungannya (Anwar, 1985).
Udang air tawar juga memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem. Fungsi udang air tawar diantaranya sebagai pemakan bangkai dan detritus
di sungai, kolam dan danau serta sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih
besar, seperti ikan.Penurunan populasi ini selain disebabkan degradasi habitat
jugadisebabkan desakan dari spesies invasive (dalam hal ini adalah M. lanchesteri)
(Mayasari et al.,2013).
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara morfometri hewan avertebrata adalah sebagai berikut :
1. Mengenali karakter morfologi pada hewan avertebrata yang digunakan sebagai
dasar untuk melakukan determinasi.
2. Melakukan analisis karakter morfologi hewan avertebrata secara meristik dan
morfometrik.
3. Menerapkan teknik truss morphometrics padaikan agar mendapatkan gambaran
tubuh lebih menyeluruh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat dari morfometri yaitu lebih mudah dalam mendeterminasi suatu
hewan berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimilikinya. Selain itu, juga dapat diketahui
kisaran umur dan jenis kelamin dari hewan yang telah dilakukan morfometri
padanya. Data morfometri yang memadai diupayakan dengan menyeleksi spsimen
yang dianggap sudah memiliki karakter morfologi yang sudah mapan. Data tersebut
juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya variasi dan diferensiasi
antar populasi. Tiap karakter yang diamati merupakan akibat adanya interaksi gen-
gen yang eksprasinya dipengaruhi oleh lingkungan (Haryono, 2001).
Aplikasi analisis morfometri dapat digunakan untuk mendeskripsikan ada atau
tidaknya variasi dan diferensiasi spesies berdasarkan karakter morfologinya (fenetik)
dan selanjutnya dapat dikolaborasikan dengan data genetik sehingga mampu
mengungkap ada atau tidaknya plastisitas, radiasi adaptif atau bahkan perubahan-
perubahan berbasis genetik. Selain itu, hasil analisis ini dapat mendeskripsikan
kekerabatan antar populasi secara morfologi (Hillis dan Wiens, 2000). Sebagai
aplikasi lanjut, hasil analisis secara morfometri dapat juga memberikan gambaran
umum tentang tingkat variabilitas atau keanekaragaman karakter dari suatu taksa
pada berbagai populasi sehingga menjadi landasan awal untuk menduga adanya
variabilitas genetik (Chernoff, 1982).
Karakter morfologi meliputi studi morfometrik dan meristik dari ikan.
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan
misalnya panjangtotal dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang
dapat digunakan sebagaiciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil
pengukuran dinyatakan dalam satuanmilimeter atau centimeter, ukuran yang
dihasilkan disebut ukuran mutlak. Adapun meristik adalah ciri yang berkaitan dengan
jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik padagaris rusuk, jumlah jari-
jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al .,1992).
Penggolongan udang vannamei menurut Reist (1986) adalah :
Filum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopnaeus vanname
Udang vanamei merupakan organisme akuatik asli pantai pasifik meksiko,
amerika tengah dan amerika selatan. Bagian tubuh udang vanamei terdiri dari kepala
yang bergabung dengan dada (chepalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang
vanamei terdiri dari antenula , antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala
udang vanamei juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri
dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut udang vanamei terdiri dar 6
ruas dan juga terdapat pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip
ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sift udang vanamei aktif pada
kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar dan suka memangsa
sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus (continous feeder)
serta mencari makan lewat organ sensor. Spesies ini memiliki 6 stadia naupli, 3
stadia protozoa, 3 stadia mysis dan stadia post larva dalam siklus hidupnya. Stadia
post larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa (Halimanet al.,
2005).
Genus Pennaeid mengalami pergantian kulit (moulting) secara periodik untuk
tumbuh, termasuk udang vaname. Proses moulting berlangsung dalam 5 tahap yang
bersifat kompleks, yaitu postmoulting awal, postmoulting lanjutan, intermoult,
persiapan moulting (premoult), dan moulting (ecdysis). Proses moulting diakhiri
dengan pelepasan kulit luar dari tubuh udang. Proses moulting sangat menentukan
waktu ablasi (pengangkatan) induk udang di hatchery dan waktu panen yang tepat
(Haliman et al,. 2006).
Menurut Iskandar (2006), perbedaan udang air tawar dan udang air laut sebagai berikut :
Perbedaan Udang air tawar Udang air lautCherax Jantan : appendix
maskulina dan internaBetina : appendix interna
Jantan : terdapat petasmaBetina : terdapat thelicum
Perbandingan Antara chephalothorax dengan abdomen perbandingannya 1:1
Antara chephalothorax dengan abdomen perbandingannya 1:2
Capit Terdapat capit periopod 1 dan 2
Terdapat capit periopod 1, 2 dan 3
Pleura Chephalotorax ke 1 dan ke 3 saling menumpang
Chephalothorax bagian tengah sejajar (tidak menumpang)
Ukuran Lebih kecil dibandingkan air laut
Lebih besar dari pada air tawar
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah bak preparat,
pinset, jangka sorong, stereofoam, kamera, kertas milimeter blok, jarum pentul,
penggaris, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah preparat udang
windu (Penaeus monodon), lobster air tawar (Cherax sp.), dan alkohol 70 %.
B. Metode
Metode yang digunakan yaitu:
1. Karakter morfometrik diukur dengan menggunakan metode truss
morphometrics.
2. Spesimen udang diletakkan diatas stereofoam lalu ditandai pada titik-titik
patokan menggunakan jarum pentul.
3. Jarak antara titik-titik patokan diukur menggunakan penggaris.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Truss :
A1= 1–3 A5= 2–3 B4= 5–6 C3= 6–8 D1= 7-9 D6= 7-10
A2= 1-2 A6= 1–4 B5= 4–5 C4= 7–8 D3= 8-10
A3= 2–4 B1= 3–5 B6= 3–6 C5= 6–7 D4= 9–10
A4= 3-4 B3= 4–6 C1= 5–7 C6= 5-8 D5= 8–9
A.
B.C.
Keterangan :
1. Bawah tangkai mata
2. Pangkal rostrum
3. Bagian terlebar dari chepalothorax ventral
4. Pertengahan chepalothorax dorsal
5. Batas belakang chepalothorax ventral
6. Batas belakang chepalothorax dorsal
7. Batas belakang segmen 3 abdomen ventral
8. Batas belakang segmen 3 abdomen dorsal
9. Batas belakang segmen 6 abdomen ventral
10. Batas belakang segmen 6 abdomen dorsal
Gambar 4.1 Letak Titik-Titik Truss Morphometrics pada Udang Windu
1
2
3
4
5
6
7
8
910
Keterangan :
1. Panjang total
2. Panjang standar
3. Panjang carapax
4. Panjang rostrum
5. Panjang scapocherit
6. Panjang segmen abdomen
7. Panjang telson
Morfometri sederhana
1. Panjang total : 28,3 cm
2. Panjang standar : 12,7 cm
3. Panjang carapax : 3,5 cm
4. Panjang rostrum : 4,3 cm
5. Panjang scapocherit : 2 cm
6. Panjang segmen abdomen : 5,3 cm
7. Panjang telson : 1,5 cm
Meristik udang air laut
1. Jumlah antenna : 1 pasang
2. Jumlah antenulla : 1 pasang
3. Jumlah gigi rostrum dorsal: 7
4. Jumlah periopod : 5 pasang
Gambar 4.2 Pengukuran Morfometri Sederhana pada Udang Windu
1
2
3
4
5
6
7
5. Jumlah pleopod : 5 pasang
6. Jumlah uropod : 1 pasang
7. Jumlah segmen abdomen : 6
B. Pembahasan
Pengukuran morfometri pada udang bisa dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya secara meristik dan secara morfometrik. Pengukuran secara morfometrik
meliputi pengukuran panjang tubuh, pengukuran lebar tubuh dan pengukuran tinggi
tubuh. Sedangkan pengukuran secara meristik meliputi perhitungan jumlah bagian
tubuh dari udang. Pengukuran pada udang juga meliputi pengukuran secara
sederhana, pengukuran jumlah struktur yang dimiliki udang dan pengukuran udang
secara truss morfometrik.
Titik truss pada udang yang diamati pada praktikum kali ini antara lain
Bawah tangkai mata, pangkal rostrum, bagian terlebar dari cepalothorax ventral,
pertengahan chepalothorax dorsal, batas belakang cepalotorax ventral/ batas depan
segmen 1 abdomen ventral, batas belakang cepalothorax dorsal/batas depan segmen
1 abdomen dorsal, batas belakang segmen 3 abdomen ventral/batas depan segmen 4
abdomen ventral, batas belakang segmen 3 abdomen dorsal/batas depan segmen 4
abdomen dorsal, batas belakang segmen 6 abdomen ventral, batas belakang segmen 6
abdomen dorsal. Sedangkan titik pengukuran morfometrik sederhana meliputi :
panjang total, panjang standar, panjangc arapax, panjang rostrum, panjang
scapocherit, panjang segmen abdomen dan panjang telson.
Morfologi udang windu adalah memiliki antenna, antennula, mata, rostrum,
maxilipeds, carapace, pereopod, pleopod, uropod, telson, chepalothorax, dan
scapocherit. Bagian tubuh udang yang dilakukan pengukuran truss morphometric
adalah bawah tangkai mata, pangkal rostrum, bagian terlebar dari chepalothorax
ventral, pertengahan chepalothorax dorsal, batas belakang chepalothorax ventral,
batas belakang chepalothorax dorsal, batas belakang segmen 3 abdomen ventral,
batas belakang segmen 3 abdomen dorsal, batas belakang segmen 6 abdomen ventral,
dan batas belakang segmen 6 abdomen dorsal. Titik pengukuran morfometri
sederhana yg dipakai pada udang adalah panjang total, panjang standar, panjang
carapace, panjang rostrum, panjang scapocherit, panjang segmen pada abdomen, dan
panjang telson. Bagian tubuh udang yang dilakukan pengukuran meristik adalah
jumlah antenna, jumlah antennula, jumlah gigi rostrum, jumlah periopod, jumlah
pleopod, jumlah uropod, dan jumlah segmen pada abdomen.
Hasil pengukuran morfometri sederhana pada praktikum kali ini ialah
panjang total 28,5 cm, panjang standar 12,7 cm, panjang carapax 3,5 cm, panjang
rostrum 4,3 cm, panjang scapocherit 2 cm, panjang segmen abdomen 5,3 cm dan
panjang telson 1,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa cirri penting yang ada di dalam
udang ialah bias digunakan untuk identifikasi dan determinasi struktur-struktur apa
saja yang terdapat diudang tersebut. Sedangkan hasil meristik udang air laut yang
meliputi jumlah antenna sebanyak 1 pasang, jumlah antenulla sebanyak 1 pasang,
jumlah gigi rostrum dorsal sebanyak 7, jumlah periopod sebanyak 5 pasang, jumlah
pleopod sebanyak 5 pasang, jumlah uropod sebanyak 1 pasang dan jumlah segmen
pada abdomen sebanyak 6 segmen, begitu pula dengan pengukuran secara meristik,
pengukuran ini bias digunakan untuk identifikasi dan determinasi struktur dari
udang.
Pengukuran truss morfometrik pada praktikum kali ini menggunakan udang
betina dan udang jantan, pada udang betina didapatkan hasil 31 mm, 16,5 mm, 8,5
mm, 21,5 mm, 22,25 mm. 23,25 mm, 13,25 mm, 11,25 mm, 21,75 mm, 23,25 mm,
19,25 mm, 29,50 mm, 28,25 mm, 18,5 mm, 32,5 mm, 17,25 mm, 33,25 mm, 36 mm,
12,25 mm, 30,25 mm, dan 21 mm. Sedangkan pada jantan didapatkan hasil 31,35
mm, 23,4 mm, 11,35 mm, 31,05 mm, 21,4 mm, 16,35 mm, 6,3 mm, 17,2 mm, 18,4
mm, 27,1 mm, 18,1 mm, 19,3 mm, 32,05 mm, 28,05 mm, 31,1 mm, 28,2 mm, 25,35
mm, 33,4 mm, 11,05 mm, 32,05 mm, dan 29,2 mm. Secara berturut-turut hasil diatas
meliputi pengukuran A1 (1-3) yaitu jarak antara bagian terlebar dari cepalothorax
ventral sampai dengan bawah tangkai mata, A2 (2-1) jarak vertical antara pangkal
rostrum sampai dengan bagian bawah tangkai mata, A3 (2-4) jarak antara pangkal
rostrum sampai dengan pertengahan cepalothorax dorsal, A4 (3-4) jarak vertical
bagian terlebar dari cepalothorax ventral sampai dengan cepalothorax dorsal, A5 (3-
2) jarak antara bagian terlebar cepalothorax ventral sampai dengan pangkal rostrum,
A6 (4-1) jarak antara pertengahan cepalothorax dorsal sampai dengan bawah tangkai
mata, B1 (3-5) jarak antara bagian terlebar cepalothorax ventral sampai dengan batas
belakang cepalothorax dorsal, B3 (4-5) jarak antara pertengahan cepalothorax dorsal
sampai dengan batas belakang cepalothorax dorsal, B4 (5-6) jarak vertical antara
batas belakang cepalothorax ventral sampai dengan bagian dorsal, B5 (5-4) jarak
antara batas belakang cepalothorax ventral sampai dengan bagian terlebar
cepalothorax ventral, B6 (6-3) jarak antara batas belakang cepalothorax dorsal
sampai dengan bagian terlebar cepalothorax ventral, C1 (5-7) jarak antara batas
depan segmen 1 dengan batas belakang segmen 3 abdomen ventral , C3 (6-8) jarak
antara batas depan segmen 1 dorsal sampai dengan batas belakang segmen 3
abdomen dorsal , C4 (7-8) jarak antara batas belakang segmen 3 abdomen ventral
sampai dengan bagian dorsal, C5 (7-6) jarak antara batas belakang segmen 3
abdomen dorsal sampai dengan batas depan segmen 1 abdomen dorsal, C6 (8-5)
jarak antara batas depan segmen 3 abdomen dorsal sampai dengan batas segmen 1
abdomen ventral, D1 (7-9) jarak antara batas depan segmen 4 abdomen ventral
sampai dengan batas belakang segmen 6 abdomen ventral, D3 (8-10) jarak antara
batas depan segmen 4 abdomen ventral sampai dengan batas belakang segmen 6
abdomen ventral, D4 (9-10) jarak vertical antara batas belakang segmen 6 abdomen
ventral sampai dengan bagian dorsal, D5 (9-8) jarak antara batas belakang segmen 6
abdomen ventral sampai depan segmen 4 abdomen dorsal, D6 (10-7) jarak antara
batas belakang segmen 6 abdomen dorsal sampai depan segmen 4 abdomen ventral.
Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran truss morfometrik pada udang jantan dan
betina sangat berbeda, pada jantan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pada
udang betina. Hal ini dikarenakan udang memiliki sifat-sifat tertentu, diantara sifat
udang ialah selalu berganti cangkang, nokturnal, pemakan segala jenis hewan rening
dan bersifat kanibal.
Teknik morfometri tradisional dapat mengetahui panjang dan berat, serta skala
kondisi fisik sesuai fase hidup hewan, mengukur bagian tubuh yang penting pada
hewan, untuk mengetahui kisaran ukurannya sehinggga didapat informasi untuk
determinasi taksa menjadi lebih lengkap dan akurat. Metode truss morphometrics
dapat menggambarkan bentuk tubuh organisme. Jika dibandingkan antara keduanya
maka teknik truss morphometrics lebih dapat menggambarkan bentuk tubuh udang
dibandingkan dengan teknik morfometri sederhana.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakter morfologi meliputi studi morfometrik dan meristic. Karakter
morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh
ikan misalnya panjang total dan panjang baku. Sedangkan karakter meristik
adalah ciri meristik atau jumlah bagian tubuhnya.
2. Ada dua cara pengukuran morfologi, yaitu analisis morfologis tradisional dan
Truss Morphometrics. Pengukuran morfologi tubuh hewan dengan cara melihat
cirri meristiknya.
3. Teknik truss morphometrics merupakan salah satu upaya menggambarkan bentuk
hewan dengan cara mengukur bagian-bagian dari tubuhnya atas dasar titik-titik
patokan, cara pengukuran ini lebih akurat dan menyeluruh.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini sebaiknya preparat yang digunakan lengkap
untuk setiap kelompoknya terutama untuk pengukuran truss morfometrik, agar tidak
perlu meminjam preparat kepada kelompok lain serta lebih memudahkan untuk
membedakan ciri-cirinya.
DAFTAR REFERENSI
Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo, Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu pedoman
kerja laboratorium.IPB. Bogor.
Anwar, A. 1985. Ringkasan Biologi. Ganeca Exact, Bandung.
Chernoff, B. 1982. Character variation among populations and the analysis of biogeography. Amer. Zool. 22 : 425-439.
Darlina, M.N., A.R., Masazurah., P, Jayasankar., A.F.J. Jamsari and A.M.N, Siti. 2011.Morphometric and Molecular Analysis of Mackerel (Rastrelligerspp) from the West Coast of Peninsular Malaysia. Genetic and Molecular Research, 10 (3):2078-2092.
Elamin, S.M., Ambak, M.A., Samoilys, M.A., Hamza, M.E. 2011. Some Morphometric Relationships Of Coral Trouts Plectropomus Pessuliferus And Plectropomus Areolatus Inhabiting Sudanese Red Sea. Advances in Environmental Biology, 5(9): 2860-2865.
Haliman, Rubiyanto.W dan Dian Adijaya. 2006. Udang Vannamei. Jakarta :Penebar Swadaya.
Haryono. 2001. Variasi morfoogi dan morfometri ikan dokun (Puntius lateristriga) di sumatra. Biota Vol. VI (3) : 109-116.
Hilderbrand, M. 1974. Analysis of Vertebrata Structure. John Wiley and Sons Inc, USA.
Iskandar. 2006. Lobster (Pembenihan, Penangkapan, Pembesaran) .Kanisus, Yogyakarta.
Mayasari, N., dan D.S. Said .2013. Pengembangan Budidaya Udang Alam Macrobrachium sintangense Asal Jawa Timur pada Kondisi Terkontrol. Prosiding Seminar Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV. Unpad, Bandung, 8 Oktober 2013 (in press).
Mayer, E. 1982. Principles of Systematic Zoologi. New Delhi, Tata McGraw-Hill Publishing Company. New York.
Reist, J.D. and Crossman, E. J. (1986). Genetic basis of variation in morphometric characters as implied by hybrids between species of Esoxamericanus (Pieces: Escoidae). Can. J. Zool. Vol. 65, pp. 1224-1229.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Bina Tjipta. Bandung.
Turan, C. 1999. A note on the examination of morphometric differentiation among fish populations: the truss system. Journal of Zoology Vol. 23 : 259-263.