47359089 psikologi perkembangan abnormal supernormal
TRANSCRIPT
Perkembangan Abnormal dan Supernormal
Prilaku Abnormal
1. Pengertian Abnormal
Psikologi abnormal adalah salah satu ilmu psikologi yang menyelidiki dan mengadakan
klasifikasi terhadap kelainan, gangguan, hambatan fisik maupun psikis serta merumuskan untuk
mengatasinya.
2. Kriteria Abnormal
Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan
perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
a. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku
yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve
distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku
berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku,
bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
b. Kriteria Norma
Perilaku individu banyak ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat, – ekspektasi
kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun
kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan
berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang
melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
c. Kriteria Patologis
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila berdasarkan pertimbangan dan
pemeriksaan psikologis dari ahli menunjukkan adanya kelainan atau gangguan mental (mental
disorder), seperti: psikophat, psikotik, skizoprenia, psikoneurotik dan berbagai bentuk kelainan
psikologis lainnya.
3. Penyebab Karakter Menjadi Abnormal
1. Penerimaan Kasih yang Tidak Normal
Kurang kasih maupun kasih yang berlebihan akan dapat merusak perkembangan pribadi seorang
anak. Bila seorang anak kurang mendapatkan kasih, namun malah banyak mendapatkan tekanan
dalam hidupnya, ia akan bertumbuh menjadi seorang yang membenci orang lain. Sebagaimana
dia diperlakukan sewaktu masih kecil (misal: dihajar, diperlakukan tidak adil, tidak dihargai,
dianaktirikan, dsb.
2. Tidak Memiliki Identitas Diri
Jika seorang anak mempunyai identitas diri yang kuat, ia pasti juga akan mempunyai jiwa yang
kuat. Sebaliknya, kalau seseorang kehilangan identitas diri dan harkatnya dalam masyarakat,
tidak mungkin ia mempunyai jiwa yang sehat. Sebagai contoh, anak dari seorang pemabuk yang
keluar masuk penjara, tentu akan merasa sangat malu bila orang lain mengenal siapa ayahnya.
Dalam hal ini, kedudukan ayahnya menjadi dasar dari identitas dirinya dalam masyarakat.
3. Tidak Memiliki Komunikasi yang Baik
Jika seseorang mempunyai objek komunikasi maka ia tidak akan mudah mengalami sakit jiwa.
Pendapat ini juga sangat benar diterapkan bagi seorang anak, karena anak pun membutuhkan
teman berbicara yang mau menerima dan mengerti dirinya. Biasanya seorang anak selain
membutuhkan teman sebaya juga menginginkan hubungan yang akrab dengan orang dewasa
yang menghargainya. Sebagai guru Sekolah Minggu, anda berpeluang besar untuk menjadi
sahabat bagi murid- murid anda. Jadilah sahabat yang baik bagi setiap mereka, sahabat yang siap
menampung segala kesulitan dan keluh kesah mereka.
4. Faktor Biologis
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak
merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan
perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan
kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya
fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau
tingkah laku. Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu
memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan
ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Prilaku Supernormal
1. Pengertian Prilaku Supernormal
Anak supernormal adalah anak biasa yang memiliki kemampuan inteligensia di atas
normal. Bila disertai dengan bakat dan daya kreativitas yang tinggi.
2. Faktor penyebab anak supernormal
IQ cukup memegang peranan penting untuk suksesnya seorang anak dalam belajar
banyak hal. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap seseorang, mulai dapat ditentukan sekitar
usia 3 tahun, yaitu saat ia mulai banyak mengucapkan kata-kata. Karena, ada hubungan langsung
antara kemampuan berbahasa si anak dengan IQ-nya. Seorang anak yang memiliki IQ tinggi,
penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak. Tinggi rendahnya IQ seorang anak, dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat digolongkan
menjadi 3, yaitu:
a. Faktor Genetik
Menurut hasil penelitian, kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom.
Untuk itu, tidak heran jika ayah-ibu yang cerdas, akan melahirkan anak yang cerdas pula.
Bahkan kini di luar negeri, terdapat bank sperma dari para donor pria-pria jenius.
b. Faktor gizi
Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat ibu
hamil dan juga pada waktu bayi, yaitu pada saat sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya.
Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari
jumlah yang normal. Hal itu tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi
si anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan,
serta rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual pada masa bayi dan balita,
dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Hal itu sering terjadi pada
bayi-bayi yang ditinggal di panti asuhan. Menurut hasil penelitian, anak-anak yang mendapat
perhatian banyak dari kedua orang tuanya, memiliki IQ yang cukup tinggi, terutama anak yang
banyak mendapat perhatian dari sang ayah. Karena, secara tidak langsung kehadiran sosok ayah
memberikan tambahan rasa bagi si anak sehingga menjadi lebih leluasa dalam melakukan
kreativitas. Begitu pula halnya dengan anak-anak yang mendapat ASI paling sedikit selama 6
bulan penuh, menunjukkan ciri-ciri ber-IQ lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak yang
disusui selama kurang dari 3 bulan. Hal ini berkaitan dengan terjadinya hubungan psikologis
yang tercipta saat menyusui yang sangat mungkin menjadi faktor penting dalam perkembangan
IQ.
Sumber : www.scribd.doc/doc11/Psikologi+abnormal.doc
www.metasosial.blospot.com/forums/anak787#%^=IQ?/doc.html