46992482 laporan akhir infrastruktur ke pu an 1

284
LAPORAN AKHIR 2009 PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN (BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) i KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan produk akhir dari proses kegiatan Pemantauan Dan Evaluasi Program Pengembangan Infrastruktur Bidang Ke-PU-An (Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air) Tahun Anggaran 2009. Laporan Akhir ini berisikan tentang Pendahuluan, Review Pengembangan Infrastruktur Ke-PU-an Berbasis RTRWN dan Arahan/Kebijakan Terkait, Metodologi Evaluasi, Evaluasi Program Pengembangan Infrastruktur (Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air), Kesimpulan dan Rekomendasi Kami sebagai pihak yang menyusun Laporan Akhir ini memohon agar pihak Tim Teknis dapat mengkaji dengan baik laporan ini dan memberi arahan apabila ada kekurangan/kesalahan. Pihak konsultan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun demikian mudah-mudahan agar dapat memberikan manfaat. Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Pemantauan Dan Evaluasi Program Pengembangan Infrastruktur Bidang Ke-PU-An (Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air) Tahun Anggaran 2009 ini. Jakarta, November 2009 Penyusun

Upload: vhie-montgomery-gotha

Post on 29-Dec-2015

116 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) i

KATA PENGANTAR

Laporan Akhir ini merupakan produk akhir dari proses kegiatan Pemantauan Dan Evaluasi

Program Pengembangan Infrastruktur Bidang Ke-PU-An (Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber

Daya Air) Tahun Anggaran 2009. Laporan Akhir ini berisikan tentang Pendahuluan, Review

Pengembangan Infrastruktur Ke-PU-an Berbasis RTRWN dan Arahan/Kebijakan Terkait,

Metodologi Evaluasi, Evaluasi Program Pengembangan Infrastruktur (Bina Marga, Cipta Karya dan

Sumber Daya Air), Kesimpulan dan Rekomendasi

Kami sebagai pihak yang menyusun Laporan Akhir ini memohon agar pihak Tim Teknis dapat

mengkaji dengan baik laporan ini dan memberi arahan apabila ada kekurangan/kesalahan.

Pihak konsultan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun demikian

mudah-mudahan agar dapat memberikan manfaat. Terima kasih kami sampaikan kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Pemantauan Dan Evaluasi Program

Pengembangan Infrastruktur Bidang Ke-PU-An (Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air)

Tahun Anggaran 2009 ini.

Jakarta, November 2009

Penyusun

Page 2: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. vi DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................................ vii BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1-1

1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1-1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................................... 1-2

1.2.1. Tujuan ................................................................................................................. 1-2 1.2.2. Sasaran ................................................................................................................ 1-2

1.3. LINGKUP KEGIATAN ........................................................................................................ 1-3 1.3.1. Lingkup Substansi Kegiatan ................................................................................ 1-3 1.3.2. Lingkup Kawasan................................................................................................. 1-3

1.4. KELUARAN DAN MANFAAT YANG DIHARAPKAN ............................................................ 1-3 1.5. METODOLOGI ................................................................................................................. 1-4 1.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN .......................................................................................... 1-5

BAB 2. REVIEW PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KE-PU-AN BERBASIS RTRWN DAN

ARAHAN/KEBIJAKAN TERKAIT .................................................................................... 2-1 2.1. KEBIJAKAN SEKTOR BINA MARGA .................................................................................. 2-1

2.1.1. Review Kebijakan Spasial Terkait Pengembangan Infrastruktur Jalan ............... 2-1 2.1.1.1. PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN ................................................... 2-1 2.1.1.2. Kesimpulan .............................................................................................. 2-6

2.1.2. Review Arahan Sektor (Bina Marga) Terkait Pengembangan Infrastruktur Jalan .......................................................... 2-38 2.1.2.1. Arahan UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan ....................................... 2-38 2.1.2.2. Arahan PP No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan ........................................ 2-40 2.1.2.3. Arahan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 369/KPTS/M/2005

Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional ....................................... 2-47 2.1.2.4. Kesimpulan ............................................................................................ 2-47

2.1.3. Arahan/ Kebijakan Terkait Infrastruktur Bina Marga Dari PP NO 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan .............. 2-55

2.1.4. Analisis Keterkaitan Antara Arahan Pengembangan Infrastruktur Jalan Berdasarkan Kebijakan Sektor Dan Arahan RTRWN ............................................ 2-59

2.2. KEBIJAKAN SEKTOR cipta karya .................................................................................... 2-60 2.2.1. Arahan Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan

Berbasis Penataan Ruang ..................................................................................... 2-60 2.2.1.1. Arahan Pengembangan Kawasan Perkotaan ......................................... 2-61 2.2.1.2. Arahan Pengembangan Kawasan Perdesaan ........................................ 2-67

2.2.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Terhadap Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan .......................... 2-70

2.2.3. Arahan/ Kebijakan Terkait Infrastruktur Perkotaan Dan Perdesaan Dari PP NO 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan .............. 2-78

2.2.4. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Berdasarkan Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP – Kota) ........ 2-81

Page 3: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) iii

2.2.4.1. Muatan Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan .. 2-81 2.2.4.2. Matriks Keterkaitan Substansi Rtrwn Dengan KSNP–Kota .................. 2-100

2.2.5. Peran Dan Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Pengembangan Permukiman ............................................................................. 2-102 2.2.6. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan

Terkait Penyediaan Air Minum (KSNP - SPAM) .......................................... 2-109 2.2.6.1. Muatan KSNP – SPAM .......................................................................... 2-109 2.2.6.2. Matriks Keterkaitan Substansi RTRWN Dengan KSNP-SPAM .............. 2-120

2.2.7. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan ........................................ 2-122 2.2.7.1. Muatan KSNP – Sistem Pengelolaan Persampahan............................. 2-122 2.2.7.2. Matriks Keterkaitan Fungsi Eksternal (RTRWN) Dengan Muatan

KSNP – Sistem Pengelolaan Persampahan ................................................. 2-133 2.2.8. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan

Terkait Pengelolaan Air Limbah ......................................................................... 2-135 2.2.8.1. Muatan Peraturan Perundang-Undangan

Terkait Pengelolaan Air Limbah ................................................................. 2-135 2.2.8.2. Muatan UU No. 7 Tahun 2004 Terkait Pengelolaan Air Limbah .......... 2-139

2.2.9. Peran Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Kebijakan Pengendalian Daya Rusak Air ................................................ 2-140 2.2.9.1. Muatan UU No. 7 Tahun 2004 Terkait

Pengendalian Daya Rusak Air ..................................................................... 2-140 2.2.9.2. Muatan UU No. 7 Tahun 2004 Terkait

Pengendalian Daya Rusak Air ..................................................................... 2-141 2.2.10. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan

Terkait Penataan Dan Revitalisasi Kawasan ....................................................... 2-142 2.2.10.1. Muatan Kebijakan Dan Strategi Penataan Dan Revitaliasi Kawasan . 2-142 2.2.10.2. Matriks Keterkaitan Fungsi Eksternal Di Dalam RTRWN Dengan

Kebijakan Dan Strategi Penataan Dan Revitaliasi Kawasan ....................... 2-144 2.2.11. Rekapitulasi Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan ............ 2-145

2.3. KEBIJAKAN SEKTOR SUMBER DAYA AIR (SDA) ............................................................ 2-148 2.3.1. Review Kebijakan Spasial Terkait Pengembangan Sumberdaya Air ............... 2-148 2.3.2. Arahan Dari Regulasi Sumberdaya Air ............................................................ 2-151 2.3.3. Kaitan/ Implikasi RTRWN Terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA ......... 2-178 2.3.4. Arahan/ Kebijakan Terkait Infrastruktur Sumberdaya Air

Dari PP NO 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ............ 2-219 2.3.5. Review Kebijakan Pembangunan Nasional (RPJM) ......................................... 2-224

BAB 3. METODOLOGI EVALUASI ............................................................................................ 3-1

3.1. SISTEM EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ............................... 3-1 3.2. INDIKATOR KESESUAIAN PENGEMBANGAN PROGRAM BIDANG BINA MARGA ............ 3-3

3.2.1. Indikator Kesesuaian Program Bidang Bina Marga............................................. 3-3 3.2.2. Indikator Kesesuaian Lokasi Bidang Bina Marga ................................................ 3-4

3.3. INDIKATOR KESESUAIAN PENGEMBANGAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA ............. 3-5 3.3.1. Indikator Kesesuaian Program Bidang Cipta Karya ............................................. 3-5 3.3.2. Indikator Kesesuaian Lokasi Bidang Cipta Karya ................................................. 3-5

3.4. INDIKATOR KESESUAIAN PENGEMBANGAN PROGRAM BIDANG SUMBER DAYA AIR .... 3-6 3.4.1. Indikator Kesesuaian Program Bidang Sumber Daya Air .................................... 3-6 3.4.2. Indikator Kesesuaian Lokasi Bidang Sumber Daya Air ........................................ 3-6

Page 4: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) iv

BAB 4. EVALUASI USULAN PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KE-PU-AN ............ 4-1 4.1. EVALUASI KONREG BIDANG BINA MARGA (BM) TAHUN 2009 ...................................... 4-1

4.1.1. Hasil Evaluasi Kesesuaian Program Pengembangan Bidang Bina Marga ........... 4-1 4.1.2. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lokasi Pengembangan Bidang Bina Marga ............... 4-3 4.1.3. Rekapitulasi Kesesuaian Program, Lokasi Dan Alokasi Anggaran

Bidang Bina Marga ................................................................................................. 4-4 4.2. EVALUASI KONREG BIDANG CIPTA KARYA (CK) TAHUN 2009 ........................................ 4-9

4.2.1. Hasil Evaluasi Kesesuaian Program Pengembangan Bidang Cipta Karya ........... 4-9 4.2.2. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lokasi Pengembangan Bidang Cipta Karya ............. 4-13 4.2.3. Rekapitulasi Kesesuaian Program, Lokasi Dan Alokasi Anggaran

Bidang Cipta Karya ............................................................................................... 4-16 4.3. EVALUASI KONREG BIDANG SUMBER DAYA AIR (SDA) TAHUN 2009 ........................... 4-19

4.3.1. Hasil Evaluasi Kesesuaian Program Pengembangan Bidang Sumber Daya Air ....................................................................................... 4-19

4.3.2. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lokasi Pengembangan Bidang Sumber Daya Air ....................................................................................... 4-21

4.3.3. Rekapitulasi Kesesuaian Program, Lokasi Dan Alokasi Anggaran Bidang Sumber Daya Air ....................................................................................... 4-22

BAB 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................................. 5-1

5.1. KESIMPULAN ................................................................................................................... 5-1 5.2. REKOMENDASI ................................................................................................................ 5-4

Page 5: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) v

DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Arahan RTRWN Terkait Jalan ....................................................................................... 2-12 Tabel 2. 2 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum

Sub Bidang Bina Marga ................................................................................................. 2-56 Tabel 2. 3 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum

Sub Bidang Perkotaan dan Perdesaan.......................................................................... 2-79 Tabel 2. 4 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan KSNP - Kota ......................... 2-100 Tabel 2. 5 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan PP 80 Tahun 1999 dan

PP Tentang Rumah Susun Terkait Fungsi Kawasan Perkotaan dan Perdesaan .......... 2-108 Tabel 2. 6 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN Dengan KSNP SPAM –

Terkait Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan ................................................... 2-121 Tabel 2. 7 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan Muatan KNSP

Sistem Pengelolaan Persampahan ............................................................................. 2-135 Tabel 2. 8 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN

dengan Muatan Pengelolaan Air Limbah ................................................................... 2-139 Tabel 2. 9 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan

Muatan UU No. Tahun 2004 Tentang Penanggulangan Daya Rusak AIr .................... 2-141 Tabel 2. 10 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan

JAKSTRA Revitaliasi Kawasan .................................................................................... 2-144 Tabel 2. 11 Peran dan Fungsi Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Berdasarkan Peraturan Terkait ................................................................................. 2-145 Tabel 2. 12 Wewenang Pengelolaan dan Pelaksanaan Wilayah Sungai ..................................... 2-153 Tabel 2. 13 Arahan Pengelolaan SDA pada PP No 42 Tahun 2008

dan Implikasinya terhadap Tata Ruang .................................................................... 2-168 Tabel 2. 14 Wilayah Sungai Lintas Negara .................................................................................. 2-169 Tabel 2. 15 Wilayah Sungai Lintas Provinsi ................................................................................. 2-170 Tabel 2. 16 Wilayah Sungai Strategis Nasional ........................................................................... 2-171 Tabel 2. 17 Arahan Pengembangan Infrastruktur SDA (20 Tahun)

Berdasarkan Kaitan RTRWN (UU 7/2004, PP 26/2008) Dengan Rencana Pengelolaan SDA (UU No 7/2004, PP 20/2006, PP 42/2008) ....... 2-182

Tabel 2. 18 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum Sub Bidang Sumber Daya Air .................................................................................... 2-220

Tabel 3. 1 Tabulasi Indikator Kesesuaian Program dan Lokasi Bidang Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air ................................................................................ 3-7

Tabel 4. 1 Hasil Analisis Kesesuaian Program Bidang Bina Marga .................................................. 4-1 Tabel 4. 2 Hasil Analisis Kesesuaian Lokasi Bidang Bina Marga ...................................................... 4-5 Tabel 4. 3 Rekapitulasi Kesesuaian Program, Kesesuaian Lokasi dan

Alokasi Anggaran Bidang Bina Marga ............................................................................. 4-7 Tabel 4. 4 Hasil Analisis Kesesuaian Program Bidang Cipta Karya ................................................ 4-11 Tabel 4. 5 Hasil Analisis Kesesuaian Lokasi Bidang Cipta Karya .................................................... 4-14 Tabel 4. 6 Rekapitulasi Kesesuaian Program, Kesesuaian Lokasi dan

Alokasi Anggaran Bidang Cipta karya ........................................................................... 4-17 Tabel 4. 7 Hasil Analisis Kesesusian Program Bidang Sumber Daya Air ....................................... 4-20 Tabel 4. 8 Hasil Analisis Kesesuaian Lokasi Bidang Sumber Daya Air ........................................... 4-23 Tabel 4. 9 Rekapitulasi Kesesuaian Program, Kesesuaian Lokasi dan

Alokasi Anggaran Bidang Sumber Daya Air .................................................................. 4-25

Page 6: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Ilustrasi Peran Jalan Dalam Melayani Pusat Kegiatan Nasional

Dan Melayani Kelancaran Distribusi/Koleksi Ke/Dari Outlet (Bandar Udara, Pelabuhan) ....................................................................................... 2-8

Gambar 2. 2 Ilustrasi Peran Jalan ................................................................................................... 2-9 Gambar 2. 3 Ilustrasi Peran Jalan Dalam Meningkatkan Akses Kawasan Strategis Nasional

Dan Membuka Keterisolasian Daerah ..................................................................... 2-10 Gambar 2. 4 Ilustrasi Pengendalian Dampak Akibat Jaringan Jalan ............................................. 2-11 Gambar 2. 5 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsinya ................................................................... 2-44 Gambar 2. 6 Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal untuk Jalan Arteri Primer ........................... 2-45 Gambar 2. 7 Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal untuk Jalan Arteri Primer ........................... 2-45 Gambar 2. 8 Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal Untuk Jalan Bebas Hambatan ..................... 2-46 Gambar 2. 9 Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional Di Pulau Sumatera ................................... 2-49 Gambar 2. 10 Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional Di Pulau Jawa ........................................ 2-50 Gambar 2. 11 Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Bali ........................................... 2-51 Gambar 2. 12 Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Sulawesi ................................... 2-52 Gambar 2. 13 Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Kalimantan .............................. 2-53 Gambar 2. 14 Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Papua ....................................... 2-54 Gambar 2. 15 Fungsi Sistem Kota di Pulau Sumatera Sebagai Pusat Kawasan Andalan

dan Transportasi Antar Wilayah (sebagai contoh) .................................................. 2-65 Gambar 2. 16 Pola Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berdasarkan

UU No. 4 Tahun 1992 ............................................................................................ 2-103 Gambar 2. 17 Ilustrasi Kawasan Permukiman Baru Serta Kasiba & Lisiba BS ............................ 2-105 Gambar 2. 18 Pola Pembangunan Kasiba/Lisiba di Kawasan Perkotaan ....................................... 106 Gambar 2. 19 Konteks Pola Kasiba/Lisiba dalam Permukiman yang Telah Terbangun................. 107 Gambar 2. 20 Skema Kelembagaan Pengelolaan Irigasi ................................................................ 174

Page 7: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) vii

DAFTAR DIAGRAM Diagram 2. 1 Matriks Konsepsi Pembangunan Infrastruktur Jalan Berbasis RTRWN ................... 2-60 Diagram 2. 2 Matriks Konsepsi Pengembangan Infrastruktur Keciptakaryaan

Berbasis RTRWN ...................................................................................................... 2-69 Diagram 2. 3 Matriks Konsepsi Pengembangan Infrastruktur SDA Berbasis RTRWN ................ 2-179 Diagram 3. 1 Metode Evaluasi Kesesuaian Usulan Program Infrastruktur Ke-PU-an ..................... 3-2

Page 8: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 1- 1

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu faktor yang memfasilitas kerjasama lintas

wilayah guna mewujudkan keterpaduan pembangunan. Dari berbagai jenis infrastruktur, yang

paling berperan penting dalam pengembangan wilayah nasional adalah infrastruktur jalan,

sumber daya air, dan perkotaan & perdesaan. Keberhasilan pembangunan wilayah nasional akan

sangat tergantung dari kualitas infrastrukturnya.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan rencana struktur ruang dan pola

ruang wilayah nasional, yang antara lain memberikan arahan kebijakan pengembangan sistem

jaringan jalan, sumberdaya air, dan sistem perkotaan nasional. Arahan kebijakan ini diharapkan

dapat menjadi dasar dalam pembangunan infrastruktur ke-PU-an tersebut.

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mengharmonisasikan indikasi program utama

dalam RTRWN tersebut dengan program-program pembangunan yang diajukan tiap provinsi. Hal

ini diperlukan agar penyusunan program-program di sektor jalan, sumber daya air, dan perkotaan

& perdesaan, dilakukan dengan semangat mewujudkan RTRWN. Dengan demikian, keberhasilan

dalam mewujudkan hal tersebut akan sangat tergantung pada dua hal, yaitu :

1. Adanya kesepakatan institusi-institusi yang terlibat dalam pengembangan/pembangunan

infrastruktur jalan terhadap indikasi program utama dalam RTRWN,

2. Harmonisasi program infrastruktur ke-PU an (jalan, sumber daya air, dan perkotaan &

perdesaan) dengan indikasi program utama dalam RTRWN. Melalui kegiatan ini, dalam

jangka panjang diharapkan bahwa RTRWN dapat diwujudkan sesuai dengan yang

direncanakan. Sedangkan untuk jangka pendek dan menengah, program–program pada

sektor jalan dapat disusun dengan memperhatikan cita-cita dalam RTRWN. Dengan

adanya kesepahaman dan komitmen terhadap pelaksanaan RTRWN tersebut diharapkan

BAB 1. PENDAHULUAN

Page 9: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) 2

pengembangan infrastruktur ke-PU an dapat dilakukan secara efektif dan efisien sekaligus

juga meminimalkan kemungkinan terjadinya konflik antar sektor.

Dalam perspektif tersebut, Departemen Pekerjaan Umum setiap tahun melakukan konsultasi

regional (KONREG) program pembangunan infrastruktur PU tahun anggaran satu tahun ke depan.

KONREG ini, merupakan media untuk melakukan seleksi kegiatan pembangunan infrastruktur

yang berbasis penataan ruang (RTRWN).

Untuk itu, Direktorat Jenderal Penataan Ruang tahun 2009 akan melakukan pemantauan dan

evaluasi program pembangunan infrastruktur bidang ke-PU-an yang berbasis pada penataan

ruang. Tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan terhadap penyelenggaraan penataan

ruang merupakan kegiatan mengamati dengan cermat, menilai tingkat pencapaian rencana

secara objektif, dan memberikan informasi hasil evaluasi secara terbuka terhadap

penyelenggaraan penataan ruang, yang meliputi: pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan

pengawasan.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1. Tujuan

Tersusunnya indikator dan terselenggarakannya pemantauan dan evaluasi program

infrastruktur ke-PU-an berbasis wilayah (RTRWN) dan perkiraan dampak pembangunannya

1.2.2. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:

1. Konsep pemantauan dan evaluasi infrastruktur;

2. Struktur dan pola pemanfaatan ruang 2008-2014 dan sinkronisasi program

pembangunan infrastruktur PU;

3. Hasil inventarisasi kebijakan pembangunan infrastruktur ke-PU-an;

4. Hasil inventarisasi program pembangunan infrastruktur ke-PU-an tahun 2009 (hasil

KONREG);

5. Hasil inventarisasi konsep pemantauan dan evaluasi pembangunan infrastruktur ke-

PU-an

Page 10: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) 3

1.3. LINGKUP KEGIATAN

1.3.1. Lingkup Substansi Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan ini adalah:

1. Pengumpulan data dan informasi (survey pakar/primer dan sekunder);

2. Kajian literatur konsep pemantauan dan evaluasi infrastruktur PU;

3. Kajian kebijakan pembangunan infrastruktur PU (RTRWN/RTR Pulau, Renstra PU,

Kebijakan dan Strategi (JAKSTRA) masing-masing infrastruktur PU, Konsep Monev,

LAKIP, dan Rencana Terpadu (hasil 2008);

4. Inventarisasi karakteristik infrastruktur PU;

5. Perumusan indikator pemantauan dan evaluasi terkait dengan KONREG 2009;

6. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi pembangunan PU (Sektor Jalan, Sumber

Daya Air/SDA dan Perkotaan dan Perdesaan) berbasis wilayah dan dampak

langsung/tidak langsung tahun 2009 dan prediksi 2010;

7. Perumusan profil wilayah dan sektor strategis berbasis infrastruktur ke-PU-an;

8. Fasilitasi penyelenggaraan Temu Pakar dan Focus Group Discussion (FGD) dengan

melibatkan Biro Perencanaan, Pustra, serta Satminkal eselon 1 Departemen PU,.

9. Pelaksanaan seminar/diseminasi,

1.3.2. Lingkup Kawasan

Lingkup kawasan kajian yang dianalisis adalah kawasan dalam kewenangan nasional dan

dilaksanakan di Jakarta.

1.4. KELUARAN DAN MANFAAT YANG DIHARAPKAN

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:

1. Indikator pemantauan dan evaluasi (berbasis RTRWN beserta dampak

pembangunannya);

2. Hasil pemantauan dan evaluasi 2008 serta perkiraan pemantauan dan evaluasi hasil

KONREG 2009;

3. Profil wilayah strategis dan sektor strategis berbasis infrastruktur ke-PU-an (jalan, sumber

daya air, dan perkotaan & perdesaan).

Page 11: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) 4

Adapun manfaat yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain:

1. Memberikan arahan bagi para stakeholder yang bertanggung jawab dalam pengembangan

infrastruktur ke-PU an, berupa arahan lokasi dan kuantitas/kualitas jalan yang perlu

dipersiapkan pada masing-masing lokasi,

2. Acuan dalam menyusun program pembangunan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

pengembangan infrastruktur ke-PU an,

3. Efisiensi dan efektifitas dalam penyediaan infrastruktur ke-PU an, dan

4. Meminimalkan kemungkinan terjadinya konflik antar sektor yang berpotensi menimbulkan

inefisiensi.

1.5. METODOLOGI

Metodologi pekerjaan Sinkronisasi Program Pengembangan Infrastruktur jalan secara prinsipil

meletakkan pada pengkajian terhadap substansi (materi) dan pendekatan para pemangku

kepentingan (stakeholders approach). Pendekatan substansi ditujan kepada pengkajian dari

arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang termuat didalam PP No. 26 Tahun

2008, kajian peraturan terkait fungsi dan peran jalan.

Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:

1. Analisis kebijakan pembangunan infrastruktur PU: RTRWN/RTR Pulau, RENSTRA PU,

Kebijakan dan Strategi (JAKSTRA) masing-masing infrastruktur PU, LAKIP, dan Rencana

Terpadu (hasil 2008);

2. Perumusan indikator pemantauan dan evaluasi terkait dengan KONREG 2009; berbasis

wilayah dan dampak langsung/tidak langsung dengan pendekatan kesesuaian program,

kesesuaian lokasi dan besaran anggaran, dilengkapi dengan kajian literatur konsep

pemantauan dan evaluasi infrastruktur PU;

3. Input hasil KONREG dan peta-peta dasar RTRWN

4. Kompilasi hasil pemantauan dan evaluasi dalam tabel dan peta;

5. Penyelenggaraan seminar/lokakarya

Page 12: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) 5

1.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Laporan Akhir ini disajikan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisi pembahasan latar belakang pekerjaan; tujuan, maksud dan sasaran;

lingkup kegiatan dan wilayah kegiatan; keluaran dan manfaat yang diharapkan;

metodologi yang digunakan, serta sistematika pembahasan.

Bab 2 Review Pengembangan Infrastruktur Ke-Pu-An Berbasis RTRWN Dan

Arahan/Kebijakan Terkait

Bab ini mereview berbagai peraturan atau kebijakan dari sisi keruangan, infrastruktur

ke-PU an (jalan, Sumber Daya Air/SDA, Perkotaan dan Perdesaan), maupun berbagai

kebijakan/ peraturan terkait lainnya, untuk memahami arahan dari berbagai kebijakan/

peraturan tersebut terhadap pengembangan sumberdaya air di Indonesia.

Bab 3 Metodologi Evaluasi

Bab ini berisi sistem evaluasi program pengembangan infrastruktur, indkator

kesesuaian program dan lokasi untuk Bidang Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya

Air, serta rumusan perhitungan yang digunakan.

Bab 4 Evaluasi Usulan Program Pengembangan Infrastruktur Ke-Pu-An

Bab ini mengevaluasi usulan program pengembangan infrastruktur Sumber Daya Air

(SDA) berdasarkan hasil KONREG Tahun 2009

Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini berisi rumusan kesimpulan hasil MONEV KONREG tahun 2009 dan rekomendasi

bagi MONEV hasil KONREG berikutnya

Page 13: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 1- 1

Gambar 1. 1

Alur Pendekatan Monitoring dan Evaluasi KONREG 2009

Kompilasi ;1. Tabular (Hasil Evaluasi)2. Peta (Visualisasi)

Survey Data ;1. KONREG 20102. Peta GIS RTRWN

Sektor ;Masukan/Penajaman ;1. Diskusi dengan Sektor

Pendekatan Pemantauan Dan Evaluasi;1. Kesesuaian Program 2. Kesesuaian Lokasi3. Besaran AnggaranRumusan ;1. Kriteria2. Indikator3. Variabel

Tinjauan Kebijakan1. RTRWN /PP NO. 26 thn 20082. Sektor Bina Marga

3. Sektor Sumber Daya Air4. Sektor Cipta Karya

Seminar/Lokakarya

Page 14: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2- 1

2.1. KEBIJAKAN SEKTOR BINA MARGA

2.1.1. Review Kebijakan Spasial Terkait Pengembangan Infrastruktur Jalan

Dari sisi spasial, terdapat dua regulasi utama yang menjadi acuan dalam perencanaan

pembangunan berskala nasional, yaitu UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

2.1.1.1. PP NO 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut

RTRWN merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. RTRWN merupakan pedoman untuk: (1) penyusunan

rencana pembangunan jangka panjang nasional; (2) penyusunan rencana

pembangunan jangka menengah nasional; (3) pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (4) mewujudkan keterpaduan, keterkaitan,

dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi serta keserasian antarsektor;

(5) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; (6) penataan ruang kawasan

strategis nasional; dan (7) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/ kota.

BAB 2.

REVIEW PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KE-PU-AN BERBASIS RTRWN DAN ARAHAN/KEBIJAKAN TERKAIT

Page 15: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 2

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan, upaya pembangunan nasional juga

harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

pemanfaatan ruang yang lebih baik. Untuk itu, salah satu hal penting yang dibutuhkan

adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang

pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.

Penyusunan RTRWN didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan

ruang wilayah nasional, antara lain meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang

aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan

keserasian perkembangan antarwilayah. Semua itu diterjemahkan dalam kebijakan

dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.

A. Struktur Ruang Wilayah Nasional

Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah nasional berdasarkan RTRWN

yang terkait dengan infrastruktur jalan meliputi (1) peningkatan akses pelayanan

perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki,

serta (2) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana

transportasi (termasuk di dalamnya prasarana jalan), telekomunikasi, energi, dan

sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat

pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki, khususnya yang

terkait dengan infrastruktur jalan adalah dengan menjaga keterkaitan

antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan,

serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya. Adapun strategi

untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana, khususnya yang

terkait dengan prasarana jalan adalah dengan meningkatkan kualitas jaringan

prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan

udara.

Page 16: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 3

Dalam RTRWN, rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:

1) Sistem Perkotaan Nasional

Sistem pusat perkotaan nasional yang ditetapkan dalam RTRWN meliputi

pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat

kegiatan strategis nasional (PKSN).

1) PKN (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria:

(1) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan

internasional;

(2) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani

beberapa provinsi; dan/atau

(3) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

2) PKW (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria:

(1) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

(2) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau

beberapa kabupaten; dan/atau

(3) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3) PKSN (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria:

(1) pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas

batas dengan negara tetangga;

(2) pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional

yang menghubungkan dengan negara tetangga;

(3) pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau

(4) pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi

yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Page 17: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 4

2) Sistem Jaringan Transportasi Nasional

Rencana sistem jaringan transportasi nasional merupakan sistem yang

memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi

antarwilayah dan antarkawasan perkotaan dalam ruang wilayah nasional,

serta keterkaitannya dengan jaringan transportasi internasional.

Pengembangan sistem jaringan transportasi nasional dimaksudkan untuk

menciptakan keterkaitan antarpusat perkotaan nasional serta mewujudkan

keselarasan dan keterpaduan antara pusat perkotaan nasional dengan sektor

kegiatan ekonomi masyarakat.

Pengembangan sistem jaringan transportasi nasional dilakukan secara

terintegrasi mencakup transportasi darat, laut, dan udara yang

menghubungkan antarpulau serta kawasan perkotaan dengan kawasan

produksi, sehingga terbentuk kesatuan untuk menunjang kegiatan sosial,

ekonomi, serta pertahanan dan keamanan negara dalam rangka

memantapkan kedaulatan wilayah nasional.

Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas sistem jaringan transportasi

darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi

udara. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional,

jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan

penyeberangan. Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan

kepelabuhan dan alur pelayaran. Sedangkan sistem jaringan transportasi

udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan, dan ruang udara untuk

penerbangan. Dikarenakan fokus utama studi ini adalah jaringan jalan

nasional, maka pembahasan sistem transportasi nasional difokuskan pada

jaringan jalan nasional.

Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan

kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional, dan jalan tol. Jaringan jalan

arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan

kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan:

1) antar-PKN;

2) antara PKN dan PKW; dan/atau

Page 18: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 5

3) PKN dan/atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala

pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan

internasional/nasional.

Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar-

PKW dan antara PKW dan PKL. Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan

pula untuk menghubungkan antaribukota provinsi.

Jaringan jalan strategis nasional merupakan jaringan jalan yang dikembangkan

untuk mendukung kebijakan pengembangan wilayah yang memiliki nilai

strategis nasional. Spesifikasi teknis jalan strategis nasional disesuaikan

dengan tingkat kebutuhan yang ada, sehingga tidak harus sama dengan

spesifikasi teknis jaringan jalan arteri primer atau kolektor primer. Jaringan

jalan strategis nasional dikembangkan untuk menghubungkan:

1) antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan negara;

2) antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; dan

3) PKN dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional

Adapun jalan tol dikembangkan untuk mempercepat perwujudan jaringan

jalan bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. Yang

dimaksud dengan “jalan bebas hambatan” adalah jalan umum untuk lalu

lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa

adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik

jalan.

3) Sistem jaringan energi nasional

Sistem jaringan energi nasional terdiri dari jaringan pipa minyak dan gas bumi,

pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik.

4) Sistem jaringan telekomunikasi nasional

Sistem jaringan telekomunikasi nasional terdiri dari jaringan terrestrial dan

jaringan satelit.

5) Sistem jaringan sumberdaya air nasional

Sistem jaringan sumberdaya air (SDA) merupakan sistem SDA pada setiap

wilayah sungai (WS) dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi WS

lintas negara, WS lintas provinsi, dan WS strategis nasional

Page 19: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 6

B. Pola Ruang Wilayah Nasional

Pola ruang wilayah nasional merupakan distribusi peruntukkan ruang dalam

ruang wilayah Indonesia yang mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya

yang memiliki nilai strategis nasional. Nilai strategis nasional yang dimaksud

adalah kemampuan kawasan tersebut untuk memacu pertumbuhan ekonomi

kawasan dan wilayah di sekitarnya, serta mendorong pemerataan

perkembangan wilayah.

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan

sumberdaya buatan. Terdapat kebijakan pengembangan kawasan lindung yang

harus diperhatikan dalam pengembangan infrastruktur jalan, yaitu pencegahan

dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan

lingkungan hidup. Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut diantaranya

dengan (1) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan

dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap

mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; serta (2)

mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung

menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan

hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Adapun kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan andalan

adalah bagian dari kawasan budidaya (baik di ruang darat maupun ruang laut)

yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya

.

2.1.1.2. Kesimpulan

RTRWN telah memposisikan infrastruktur jalan nasional sebagai salah satu prasarana

pembentuk struktur ruang nasional. Secara fungsional, bersamaan dengan

infrastruktur lainnya, infrastruktur jalan nasional diarahkan untuk mendukung

perwujudan sistem struktur dan pola pemanfaatan ruang nasional. Jaringan jalan

nasional (jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan strategis nasional dan jalan

tol) tersebut memiliki peran untuk:

Page 20: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 7

1. Melayani antar pusat kegiatan nasional

1) Antar-PKN dan/atau antara PKN dan PKW

2) Antar-PKW dan/atau antara PKW dan PKL

3) antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan negara; antara PKSN dan

pusat kegiatan lainnya; dan PKN dan/atau PKW dengan kawasan

strategis nasional

2. Melayani kelancaran distribusi/koleksi ke/dari outlet (bandar udara,

pelabuhan)

3. Meningkatkan akses kawasan andalan

4. Meningkatkan akses kawasan strategis nasional

5. Membuka keterisolasian daerah tertinggal/perbatasan

6. Pengendalian dampak akibat jaringan jalan yang melintasi kawasan lindung

Page 21: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2- 8

Gambar 2. 1

Ilustrasi Peran Jalan Dalam Melayani Pusat Kegiatan Nasional

Dan Melayani Kelancaran Distribusi/Koleksi Ke/Dari Outlet (Bandar Udara, Pelabuhan)

Page 22: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 9

Gambar 2. 2

Ilustrasi Peran Jalan

Dalam Meningkatkan Akses Kawasan Andalan

Page 23: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 10

Gambar 2. 3

Ilustrasi Peran Jalan Dalam Meningkatkan Akses Kawasan Strategis Nasional

Dan Membuka Keterisolasian Daerah

Page 24: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 11

Gambar 2. 4

Ilustrasi Pengendalian Dampak Akibat Jaringan Jalan

yang Melintasi Kawasan Lindung

Page 25: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 12

Tabel 2. 1

Arahan RTRWN Terkait Jalan

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

I. P.SUMATERA

1. Nanggroe

Aceh

Darussalam

- Lhokseuma

we (I/C/1)

- Sabang

(I/C/1)

- Banda Aceh

(I/C/1),

(I/D/1)

- Takengon

(II/C/1)

- Meulaboh

(I/D/1),

(II/C/3)

- Langsa

(II/C/3)

- Sabang

(I/A/ 2)

- Sabang (I/2)

- Lhok`seuma

we (I/3)

- Meulaboh

I/4)

- Sultan Iskandar

Muda (III/5)

- Kawasan Banda

Aceh dan

Sekitarnya (I/A/1),

(II/E/1),

(II/D/1),(I/G/1)

- Kawasan

Lhokseumawe

dan Sekitarnya

(I/D/1),(III/A/2),

(I/C/1), (I/F/2),

(II/B/2)

- Kawasan Pantai

Barat Selatan

(IV/A/2),(II/F/2),(II

I/C/2),(I/B/2)

- Kawasan Industri Lhokseumawe (I/A/2)

- Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (I/A/2)

- Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam (I/A/2)

- Kawasan Ekosistem Leuser (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India (I/E/2)

- Kawasan Perbatasan Negara yang berhadapan dengan laut lepas (I/E/2)

- SM Rawa Singkil (I/B/2)

- CA Hutan Pinus Jhanto

(I/B/3)

- TN Gunung Leuser

(I/A/4)

- THR Cut Nyak Dien

(Pocut Meurah Intan)

(II/B/5)

- TWA Laut Pulau Weh

(I/A/6)

- TWA Laut Kepulauan

Banyak (II/A/6)

- TWA Laut Perairan

Pulau Pinang, Siumat,

dan Simanaha (Pisisi)

(I/A/6)

- TWA Laut Sabang

(I/B/6)

- Taman Buru Lingga Isaq

(I/F)

2. Sumatera

Utara

- Kawasan

Perkotaan

Medan-

Binjai-Deli

Serdang-

Karo

- Tebingtingg

i (II/C/1)

- Sidikalang

(II/B)

- Pematang

Siantar

- - Belawan (I/1)

- Sibolga (II/4)

- Tanjung Balai

Asahan (I/3)

- Kuala Namu

(I/2)

- Kawasan

Perkotaan

Metropolitan

Medan-Binjai-Deli

Serdang-Karo

(Mebidangro)

(I/D/1), (II/B/2),

(I/E/1), (I/A/1),

- Kawasan Perbatasan Laut RI

termasuk pulau kecil terluar

Pulau Berhala dengan

negara Thailand/ Malaysia

(I/E/2)

- Kawasan Perkotaan Medan

– Binjai – Deli Serdang –

Karo (Mebidangro) (I/A/1)

- SM Karang Gading dan

Langkat Timur Laut

(II/B/2)

- SM Barumun (I/B/2)

- SM Siranggas (II/B/2)

- SM Dolok Surungan

(II/B/2)

- CA Dolok Sibual-buali

Page 26: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 13

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

(Mebidangr

o) (I/C/3)

(I/C/1)

- Balige

(II/C/1)

- Rantau

Prapat

(I/C/1)

- Kisaran

(II/C/1)

- Gu

nung Sitoli

(I/D/1),

(II/C/1)

- Padang

Sidempuan

(II/C/1)

- Sibolga (I

/C/1)

(II/F/2)

- Kawasan

Pematang Siantar

dan Sekitarnya

(II/B/2), (I/A/1),

(III/D/2), (II/E/2)

- Kawasan Rantau

Prapat – Kisaran

(I/B/2), (I/H/1),

(II/A/2), (II/F/2),

(II/D/2)

- Kawasan Tapanuli

dan Sekitarnya

(II/B/2), (II/C/2),

(III/G/2), (II/A/2),

(II/D/2), (II/E/2)

- Kawasan Nias dan

Sekitarnya (I/E/2),

(IV/B/2), (II/F/2)

- Kawasan Danau Toba dan

Sekitarnya (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

(II/A/3)

- CA Dolok Sipirok (I/A/3)

- CA Lubuk Raya (II/B/3)

- CA Sei Ledong (II/B/3)

- TN Gunung Leuser

(I/A/4)

- TN Batang Gadis (II/A/4)

- THR Bukit Barisan

(I/B/5)

- Taman Buru Pulau Pini

(I/F)

3. Sumatera

Barat

- Padang

(I/C/1)

- Pariaman

(II/C/1)

- Sawahlunto

(II/C/1)

- Muarasiber

ut (II/C/2)

- Bukittinggi

- (I/C/1)

- Solok

(II/C/2)

- - Teluk (I/1) - Minangkabau

(I/3)

- Kawasan Padang

Pariaman dan

Sekitarnya (I/D/2),

(II/G/2), (II/A/2),

(II/E/2), (II/F/2)

- Kawasan Agam-

Bukit Tinggi (PLTA

Kuto Panjang)

(III/B/2), (I/E/2),

(II/A/2)

- Kawasan

Mentawai dan

- Kawasan Stasiun Pengamat

Dirgantara Kototabang

(I/D/2)

- Kawasan Hutan Lindung

Bukit Batabuh (I/B/1)

- Kawasan Lingkungan Hidup

Taman Nasional Kerinci

Seblat (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

- SM Pagai Selatan

(II/B/2)

- CA Rimbo Panti Reg. 75

(II/B/3)

- CA Lembah Anai (I/B/3)

- CA Batang Pangean I

(II/B/3)

- CA Batang Pangean II

Reg. 49 (III/B/3)

- CA Arau Hilir (II/B/3)

- CA Melampah Alahan

Panjang (I/B/3)

Page 27: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 14

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

Sekitarnya

(IV/A/2), (II/F/2)

- Kawasan Solok

dan Sekitarnya

(Danau Kembar

Diatas/ Dibawah-

PIP Danau

Singkarak-Lubuk

Alung-Ketaping)

(III/C/2), (II/A/2),

(III/B/2), (II/E/2),

(III/D/2)

- CA Gunung Sago (II/B/3)

- CA Maninjau Utara Dan

Selatan (II/B/3)

- CA Gunung Singgalang

Tandikat (I/B/3)

- CA Gunung Merapi

(I/B/3)

- CA Lembah Anai (I/B/3)

- CA Batang Pangean I

(II/B/3)

- CA Batang Pangean II

Reg. 49 (III/B/3)

- CA Arau Hilir (II/B/3)

- CA Melampah Alahan

Panjang (I/B/3)

- CA Gunung Sago (II/B/3)

- CA Maninjau Utara Dan

Selatan (II/B/3)

- CA Gunung Singgalang

Tandikat (I/B/3)

- CA Gunung Merapi

(I/B/3)

- CA Air Putih (III/B/3)

- CA Barisan I (II/B/3)

- CA Air Terusan (II/B/3)

- TN Siberut (II/A/4)

- TN Kerinci Seblat

(I/A/4)

- THR Dr. M. Hatta

(II/B/5)

- TWA Laut Kepulauan

Pieh (II/B/6)

Page 28: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 15

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

4. Riau - Pekanbaru

(I/C/1)

- Dumai

(I/C/1)

- Bangkinang

(II/B)

- Taluk

Kuantan

(II/C/1)

- Bengkalis

(II/B)

- Bagan

Siapi-api

(II/B)

- Tembilahan

(I/C/1)

- Rengat

(II/C/1)

- Pangkalan

Kerinci

(II/C/1)

- Pasir

Pangarayan

(I/C/1)

- Siak Sri

Indrapura

(II/C/1)

- Dumai

(I/A/1)

- Dumai) (I/2)

- Perawang

(I/3)

- Sungai

Pakning

(III/3)

- Kuala Enok

(III/3)

- Tanjung

Kedabu

(III/3)

- Buatan (III/3)

- Pulau Kijang

(III/3)

- Tembilahan

(I/3)

- Hang Nadim

(I/1)

- Sultan Syarif

Kasim II (I/4)

- Pinang Kampai

(I/5)

- Kawasan

Pekanbaru dan

Sekitarnya

(II/D/2), (I/B/2),

(II/A/2), (I/C/2)

- Kawasan Duri-

Dumai dan

Sekitarnya (I/D/2)

(I/B/2), (II/F/2)

- Kawasan Rengat-

Kuala Enok-Taluk

Kuantan-

Pangkalan Kerinci

(I/B/2), (III/A/2),

(II/D/2), (III/H/2)

- Kawasan Ujung

Batu-Bagan Batu

(I/D/2), (II/B/2)

- Kawasan Hutan Lindung

Mahato (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Malaysia/

Vietnam/Singapura (Provinsi

Riau dan Kepulauan Riau)

(I/D/2)

- Kawasan Taman Nasional

Bukit Tigapuluh (I/B/1)

- SM Kerumutan (II/B/2)

- SM Danau Pulau

Besar/Danau Pulau

Bawah (I/B/2)

- SM Bukit Rimbang-Bukit

Baling (III/B/2)

- SM Giam Siak Kecil

(II/B/2)

- SM Balai Raja (II/B/2)

- SM Tasik Besar/Tasik

Metas (II/B/2)

- SM Tasik Serkap/Tasik

Sarang Burung (II/B/2)

- SM Pusat Pelatihan

Gajah (II/B/2)

- SM Tasik Tanjung

Padang (II/B/2)

- SM Tasik Belat (II/B/2)

- SM Bukit Batu (II/B/2)

- CA Bukit Bungkuk

(I/B/3)

- TN Teso Nilo (I/A/4)

- TN Bukit Tiga Puluh

(I/A/4)

- THR Sultan Syarif

Hasyim (Minas) (II/B/5)

- TWA Sungai Dumai

(I/A/6)

5. Kep. Riau - Batam

(I/C/3)

- Tanjung

Pinang

(I/C/1)

- Terempa

- Batam

(I/A/1)

- Ranai

(I/A/2)

- Batam (I/1)

- Tanjung Balai

Karimun(III/3

)

- Ranai (I/5)

- Kijang (IV/5)

- Kawasan Zona

Batam -Tanjung

Pinang dan

Sekitarnya

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Malaysia/

Vietnam/Singapura (Provinsi

Riau dan Kepulauan Riau)

- TN Laut Anambas

(II/B/4)

- TWA Muka Kuning

(Batam) (I/B/6)

Page 29: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 16

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

(II/B)

- Daik Lingga

(II/B)

- Dabo –

Pulau

Singkep

(II/B)

- Tanjung

Balai

Karimun

(I/C/1)

- Tanjung

Pinang (III/3)

- Pulau Sambu

(III/3)

- Dabo –

Singkep

(III/3)

- Ranai (I/3)

- Moro Sulit

(III/3)

(II/G/2), (I/E/2),

(I/D/2), (II/F/2)

- Kawasan Natuna

dan Sekitarnya

(I/C/1), (II/G/2)

(I/D/2)

- Kawasan Batam, Bintan, dan

Karimun (I/A/2)

6. Jambi - Jambi (I/C/1

)

- Kuala

Tungkal

(II/B)

- Sarolangun

(II/B)

- Muarabung

o (I/C/1)

- Muara

Bulian

(II/C/1)

- - Kuala

Tungkal (I/3)

- Sultan

Thaha (I/5)

- Kawasan Muara

Bulian Timur

Jambi dan

Sekitarnya (I/B/2),

(III/A/2), (II/C/2),

(II/D/2), (IV/F/2),

(III/E/2)

- Kawasan Muara

Bungo dan

Sekitarnya (I/B/2),

(III/A/2), (II/H/2)

- Kawasan Lingkungan Hidup

Taman Nasional Kerinci

Seblat (I/B/1)

- Kawasan Taman Nasional

Berbak (I/B/1)

- Kawasan Taman Nasional

Bukit Tigapuluh (I/B/1)

- Kawasan Taman Nasional

Bukit Duabelas (I/B/1)

- CA Kelompok Hutan

Bakau Pantai Timur

(I/A/3)

- CA Cempaka (II/B/3)

- CA Sungai Batara

(III/B/3)

- TN Bukit Tiga Puluh

(I/A/4)

- TN Bukit Dua Belas

(I/A/4)

- TN Berbak (I/A/4)

- TN Kerinci Seblat

(I/A/4)

- THR Thaha Saifuddin

(II/B/5)

- TWA Sungai Bengkal

(II/B/6)

7. Sumatera

Selatan

- Palembang (

I/C/1)

- Muara

Enim

- - Tanjung Api-

Api (I/1)

- Sult

an

- Kawasan Muara

Enim dan

- Kawasan Lingkungan Hidup

Taman Nasional Kerinci

- SM Gumai Pasemah

(II/B/2)

Page 30: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 17

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

(I/C/1)

- Kayuagung

(II/B)

- Baturaja

(II/B)

- Prabumulih

(II/C/1)

- Lubuk

Linggau (I

/C/1)

- Sekayu

(II/B)

- Lahat (II/B)

- Palembang

(I/1)

MahmudBadaru

ddin II (I/4)

Sekitarnya

(III/A/2), (I/C/2),

(II/B/2)

- Kawasan Lubuk

Linggau dan

Sekitarnya

(IV/A/2), (II/B/2),

(IV/D/2)

- Kawasan

Palembang dan

Sekitarnya (I/A/2),

(I/D/2), (I/C/1),

(II/H/2), (III/F/2)

Seblat (I/B/1) - SM Gunung Raya (I/B/2)

- SM Isau-Isau Pasemah

(II/B/2)

- SM Bentayan (I/B/2)

- SM Dangku (II/B/2)

- SM Padang Sugihan

(II/B/2)

- TN Kerinci Seblat

(I/A/4)

- TN Sembilang (II/A/4)

8. Bengkulu - - Bengkulu

(I/C/1)

- Manna

(I/C/1)

- Muko-

Muko

(II/C/2)

- Curup

(II/C/2)

- - Pulau Baai

(III/3)

- Fatma

wati (III/5)

- Kawasan

Bengkulu dan

Sekitarnya

(II/A/2), (III/D/2),

(II/B/2), (II/F/2),

(III/E/2)

- Kawasan Manna

dan Sekitarnya

(III/A/2), (II/B/2),

(II/F/2), (II/D/2),

(IV/E/2)

- Kawasan Lingkungan Hidup

Taman Nasional Kerinci

Seblat (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

- CA Danau Dusun Besar

Reg. 61 (III/B/3)

- CA Air Ketebat Danau

Tes Reg. 57 (II/B/3)

- CA Teluk Klowe Reg. 96

(III/B/3)

- TN Kerinci Seblat

(I/A/4)

- TN Bukit Barisan Selatan

(I/A/4)

- THR Raja Lelo (II/B/5)

- TWA Bukit Kaba (II/B/6)

- TWA Pantai Panjang -

Pulau Baai (I/B/6)

- TWA Laut Enggano

(II/B/6)

- Taman Buru Semidang

Page 31: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 18

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

Bukit Kabu (II/F)

- Taman Buru Gunung

Nanu’ua (II/F)

9. Bangka

Belitung

- - Pangkal

Pinang

(I/C/1)

- Muntok

(II/B)

- Tanjungpan

dan (I/B)

- Manggar

(II/B)

- - Tanjung

Pandan (I/3)

- H. AS.

Hanandjoeddin

(I/5)

- Depati Amir

(I/5)

- Kawasan Bangka

(IV/A/2), (IV/B/2),

(II/D/2), (I/E/2),

(II/F/2)

- Kawasan Belitung

(IV/A/2), (IV/B/2),

(II/D/2), (I/E/2)

- - CA G. Lalang, G.

Menumbing, G. Maras,

G. Mangkol, G.

Permisan, Jening

Mendayung (I/B/3)

- TWA Laut Perairan

Belitung (II/B/6)

10. Lampung - Bandar

Lampung (I/

C/1)

- M e t r o

(II/C/1)

- Kalianda

(II/B)

- Liwa

(II/C/2)

- Menggala

(II/B)

- Kotabumi

(I/C/1)

- Kota Agung

(II/B)

- - Panjang (I/1) - Radin

Inten II (I/5)

- Kawasan Bandar

Lampung-Metro

(I/B/2)

(II/E/2), (II/D/2),

(IV/A/2), (IV/F/2)

- Kawasan Mesuji

dan Sekitarnya

(II/A/2), (IV/B/2),

(IV/D/2)

- Kawasan

Kotabumi dan

Sekitarnya

(IV/A/2), (II/B/2),

(II/F/2)

- Kawasan Liwa-

Krui (IV/A/2),

(III/B/2), (III/G/2)

- Kawasan Selat Sunda

(III/A/2)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

- CA Laut Pulau Anak

Krakatau (I/A/3)

- TN Bukit Barisan Selatan

(I/A/4)

- TN Way Kambas (I/A/4)

- THR Wan Abdul

Rachman (I/B/5)

- TWA Laut Lampung

Barat (I/B/6)

II. P. JAWA-BALI

Page 32: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 19

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

1. DKI

Jakarta

- Kawasan

Perkotaan

Jabodetabe

k (I/C/3)

- - - Tanjungpriok

(I/1)

- - Kawasan

Perkotaan Jakarta

(I/D/2), (I/E/2),

(II/F/2)

- Kawasan Instalasi

Lingkungan dan Cuaca

(I/D/2)

- Kawasan Perkotaan

Jabodetabek-Punjur

termasuk Kepulauan Seribu

(I/A/1)

- TN Laut Kepulauan

Seribu (I/A/4)

2. Banten - Serang

(I/C/1)

- Cilegon

(I/C/1)

- Pandeglang

(II/B)

- Rangkas

Bitung

(II/B)

- - Bojonegara

(I/1)

- Merak (I/4)

- Soekarno-Hatta

(I/1)

- Kawasan

Bojonegara-

Merak-Cilegon

(I/D/2), (I/E/2),

(II/A/2), (II/F/2),

(I/C/2)

- Kawasan

Perbatasan

Negara yang

berhadapan

dengan laut lepas

(I/E/2)

- Kawasan Selat Sunda

(III/A/2)

- Kawasan Perkotaan

Jabodetabek-Punjur

termasuk Kepulauan Seribu

(I/A/1)

- Kawasan Taman Nasional

Ujung Kulon (I/B/1)

- CA Rawa Danau (II/B/3)

- CA Gunung Tukung

Gede (I/B/3)

- TN Halimun – Salak

(I/A/4)

- TN Ujung Kulon (I/A/4)

- TWA Pulau Sangiang

(I/A/6)

3. Jawa Barat - Kawasan

Perkotaan

Bandung

Raya (I/C/3)

- Cirebon(I/C/

1)

- Sukabumi

(I/C/1)

- Cikampek –

Cikopo

(I/C/1)

- Pelabuhanr

atu (II/C/2)

- Indramayu

(II/C/1)

- Kadipaten

(II/C/2)

- - Arjuna (II/1)

- Majalengka (I/3)

- Husein Sastra

Negara (I/6)

- Cakrabhuwana

(IV/5)

- Kawasan Bogor-

Puncak-Cianjur

(Bopunjur dan

Sekitarnya)

(II/A/2), (I/E/2),

(II/D/2), (II/F/2)

- Kawasan

Sukabumi dan

Sekitarnya

(II/F/2), (III/A/2),

(I/E/2), (III/B/2)

- Kawasan

Purwakarta,

- Kawasan Perkotaan

Jabodetabek-Punjur

termasuk Kepulauan Seribu

(I/A/1)

- Kawasan Perkotaan

Cekungan Bandung (I/A/1)

- Kawasan Fasilitas Uji

Terbang Roket Pamengpeuk

(I/D/1)

- Kawasan Stasiun Pengamat

Dirgantara Pamengpeuk

(I/D/2)

- Kawasan Stasiun Pengamat

- SM Cikepuh (II/B/2)

- SM Gunung Sawal

(II/B/2)

- CA Gunung Tangkuban

Perahu (I/A/3)

- CA Leuweung Sancang

(II/B/3)

- CA Gunung Tilu (II/B/3)

- CA Gunung Papandayan

(I/B/3)

- CA Gunung Burangrang

(I/B/3)

- CA Kawah Kamojang

Page 33: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 20

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- Tasikmalay

a

- (I/C/1)

- Pangandara

n (II/C/2)

Subang, Karawang

(Purwasuka)

(I/A/1), (I/D/2),

(II/E/2), (II/F/2)

- Kawasan

Cekungan

Bandung (I/D/1),

(II/A/2), (I/E/2),

(I/B/2)

- Kawasan Cirebon-

Indramayu-

Majalengka-

Kuningan

(Ciayumaja

Kuning) dan

Sekitarnya

(II/A/2), (II/D/2),

(I/F/2), (I/C/2)

- Kawasan Priangan

Timur-

Pangandaran

(II/A/2), (IV/D/2),

(II/B/2), (II/E/2),

(II/F/2)

Dirgantara Tanjung Sari

(I/D/2)

- Kawasan Stasiun

Telecomand (I/D/2)

- Kawasan Stasiun Bumi

Penerima Satelit Mikro

(I/D/2)

- Kawasan Pangandaran –

Kalipuncang – Segara

Anakan – Nusakambangan

(Pacangsanak) (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

(II/B/3)

- CA Gunung Simpang

(II/B/3)

- CA Laut Leuweung

Sancang (II/B/3)

- TN Gunung Gede –

Pangrango (I/A/4)

- TN Halimun – Salak

(I/A/4)

- TN Gunung Ciremai

(I/A/4)

- TWA Gunung

Tampomas (I/B/6)

- TWA Laut Cijulang

(I/A/6)

- Taman Buru Gunung

Masigit Kareumbi (II/F)

4. Jawa

Tengah

- Surakarta

(I/C/1)

- Kawasan

Perkotaan

Semarang-

Kendal-

Demak-

- Boyolali

(II/B)

- Klaten

(II/C/1)

- Salatiga

(II/C/1)

- Tegal

- - Tanjung

Emas (I/1)

- Tanjung

Intan (I/1)

- Adi Sumarno

(I/3)

- Ahmad Yani

(I/3)

- Kawasan

Surakarta,

Boyolali,

Sukoharjo,

Karanganyar,

Wonogiri, Sragen,

Klaten (Subosuko-

Wonosraten)

- Kawasan Pangandaran –

Kalipuncang – Segara

Anakan – Nusakambangan

(Pacangsanak) (I/B/1)

- Kawasan Perkotaan Kendal –

Demak – Ungaran – Salatiga

– Semarang - Purwodadi

(Kedung Sepur) (I/A/1)

- CA Gunung Celering

(I/B/3)

- CA Geologi

Karangsembung (II/B/3)

- TN Gunung Merapi

(I/A/4)

- TN Gunung Merbabu

(I/A/4)

Page 34: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 21

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

Ungaran-

Purwodadi

(Kedungsep

ur)

(I/C/3)

- Cilacap

(I/C/1)

(II/C/1)

- Pekalongan

(I/C/1)

- Kudus

(I/C/1)

- Cepu

(II/C/1)

- Magelang

(I/C/1)

- Wonosobo

(II/C/1)

- Kebumen

(II/C/1)

- Purwokerto

(II/C/1)

(I/D/2), (I/E/2),

(II/A/2)

- Kawasan Kedung

Sepur (Kendal,

Demak, Ungaran,

Salatiga,

Semarang,

Purwodadi)

(II/A/2), (I/D/1),

(I/E/2), (I/F/2)

- Kawasan Bregas

(II/A/2), (II/H/2),

(II/D/1), (I/F/2)

- Kawasan Juwana,

Jepara, Kudus,

Pati, Rembang,

Blora

(Wanarakuti)

(II/A/2), (I/D/1),

(II/C/2), (I/F/2)

- Kawasan Jawa

Tengah Selatan

(Purwokerto,

Kebumen, Cilacap

dan Sekitarnya)

(II/A/2), (III/E/2),

(I/C/2), (I/D/1),

(II/F/2)

- Kawasan

Borobudur dan

Sekitarnya (I/E/2)

- Kawasan Borobudur dsk

(I/B/2)

- Kawasan Candi Prambanan

(I/B/2)

- Kawasan Taman Nasional

Gunung Merapi (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

- TN Laut Karimun Jawa

(I/B/4)

- TWA Laut Daerah Pantai

Ujungnegoro – Roban

(I/B/6)

5. D.I - Yogyakarta ( - Bantul - - - Adisutjipto (I/3) - Kawasan - Kawasan Taman Nasional - TN Gunung Merapi

Page 35: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 22

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

Yogyakart

a

I/C/3) (I/D/1),

(II/C/1)

- Sleman

(II/C/1)

Yogyakarta dan

Sekitarnya (I/E/1),

(II/A/2), (II/D/1),

(I/F/2)

Gunung Merapi (I/B/1)

(I/A/4)

6. Jawa

Timur

- Kawasan

Perkotaan

(Gerbangker

tosusila)

(I/C/3)

- Malang

(I/C/1)

- Probolingg

o (II/C/1)

- Tuban

(I/C/1)

- Kediri

(I/C/1)

- Madiun

(II/C/1)

- Banyuwang

i (I/C/1)

- Jember

(II/C/2)

- Blitar

(II/C/2)

- Pamekasan

(II/C/2)

- Bojonegoro

(II/C/2)

- Pacitan

(II/C/2)

- - Tanjung

Perak (I/1)

- Tanjung Bumi

(I/1)

- Gresik (III/3)

- Juanda (I/1)

- Abdulrachman

Saleh (IV/E/5)

- Kawasan Gresik,

Bangkalan,

Mojokerto,

Surabaya,

Sidoarjo,

Lamongan

(Gerbangkertosusi

la) (II/A/2),

(II/F/2), (I/D/1),

(II/E/2)

- Kawasan Malang

dan Sekitarnya

(II/A/2), (III/F/2),

(II/D/1), (II/B/2),

(I/E/2)

- Kawasan

Probolinggo-

Pasuruan-

Lumajang

(III/A/2), (I/D/2),

(II/C/2), (III/B/2),

(IV/E/2), (II/F/2)

- Kawasan Tuban-

Bojonegoro

(III/E/2), (I/D/2),

(III/B/2), (III/A/2),

(II/F/2), (II/C/2)

- Kawasan Kediri-

- Kawasan Perkotaan Gresik –

Bangkalan – Mojokerto –

Surabaya – Sidoarjo –

Lamongan

(Gerbangkertosusila) (I/A/1)

- Kawasan Stasiun Pengamat

Dirgantara Watukosek

(I/D/2)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

- SM Dataran Tinggi Yang

(I/B/2)

- SM Pulau Bawean

(I/B/2)

- CA Pulau Nusa Barong

(II/B/3)

- CA Kawah Ijen Merapi

Ungup-Ungup (II/B/3)

- TN Alas Purwo (I/A/4)

- TN Baluran (II/A/4)

- TN Bromo Tengger-

Semeru (I/A/4)

- TN Meru Betiri (I/A/4)

- THR R. Suryo (I/B/5)

Page 36: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 23

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

Tulung Agung-

Blitar (III/A/2),

(II/B/2), (I/D/2),

(III/F/2), (III/E/2)

- Kawasan

Situbondo-

Bondowoso-

Jember (I/B/1),

(II/A/2), (II /D/1),

(III /E/2), (II/G/2)

- Kawasan Madiun

dan Sekitarnya

(III/A/2), (II/D/2),

(III/F/2), (III/B/2),

(III/E/2)

- Kawasan

Banyuwangi dan

Sekitarnya

(II/F/2), (III/A/2)

- Kawasan Madura

dan Kepulauan

(III/A/2), (III/B/2),

(II/D/2), (II/E/2),

(I/F/2)

7. Bali - Kawasan

Perkotaan

Denpasar-

Bangli-

Gianyar-

Tabanan

(Sarbagita)

- Singaraja

(I/C/1)

- Semarapur

a (II/B)

- Negara

(II/B)

- - Benoa (I/2) - Ngurah Rai (I/1) - Kawasan

Singaraja dan

Sekitarnya (Bali

Utara) (I/E/2),

(I/A/2), (II/F/2)

- Kawasan

Denpasar-Ubud-

Kintamani (Bali

- Kawasan Perkotaan

Denpasar – Badung –

Gianyar - Tabanan

(Sarbagita) (I/A/1)

- CA Batukahu I/II/III

(I/B/3)

- TN Bali Barat (I/A/4)

- THR Ngurah Rai (I/B/5)

- TWA Sangeh (I/B/6)

- TWA Danau Buyan dan

Danau Tamblingan

(I/B/6)

Page 37: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 24

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

(I/C/1) Selatan) (I/E/2),

(II/A/2), (I/D/4),

(II/F/2)

- TWA Laut Buleleng

(I/A/6)

III. P.KALIMANTAN

1. Kalimanta

n Barat

- Pontianak

(I/C/1)

- Mempawa

h (II/B)

- Singkawang

(I/C/1)

- Sambas

(II/C/1)

- Ketapang

(II/B)

- Putussibau

(II/C/1)

- Entikong

(I/C/1)

- Sanggau

(I/C/1)

- Sintang

(II/C/1)

- Paloh –

Aruk

(I/A/2)

- Jagoiba

bang

(I/A/2)

- Nangab

adau

(I/A/2)

- Entikon

g

(I/A/1)

- Jasa

(II/A/2)

- Pontianak

(I/1)

- Ketapang

(II/3)

- Supadio (I/3)

- Paloh (I/5)

- Pangsuma (I/5)

- Susilo (I/5)

- Rahadi Usman

(I/5)

- Kawasan

Pontianak dan

Sekitarnya

(II/A/2), (I/D/2),

(I/F/2), (II/E/2)

- Kawasan

Singkawang dan

Sekitarnya

(III/A/2), (II/D/2),

(I/B/2), (II/F/2)

- Kawasan

Ketapang dan

Sekitarnya

(II/A/2), (III/D/2),

(I/B/2), (II/F/2),

(II/H/2)

- Kawasan Kapuas

Hulu dan

Sekitarnya

(III/A/2), (I/H/2),

(II/B/2)

- Kawasan Sanggau

(III/A/2), (II/H/2),

(I/B/2), (II/F/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu

Khatulistiwa (I/A/2)

- Kawasan Stasiun Pengamat

Dirgantara Pontianak (I/D/2)

- Kawasan Taman Nasional

Betung Kerihun (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Darat

RI dan Jantung Kalimantan

(Heart of Borneo)(I/E/2)

- Suaka Alam Laut

Sambas (I/B/1)

- CA Mandor (II/B/3)

- CA Gunung Raya Pasi

(I/B/3)

- CA Muara

Kendawangan (II/B/3)

- CA Niyut-Penrissen

(I/B/3)

- CA Laut Kepulauan

Karimata (I/B/3)

- TN Betung Kerihun

(I/A/4)

- TN Danau Sentarum

(I/A/4)

- TN Gunung Palung

(II/A/4)

- TN Bukit Baka – Bukit

Raya (I/A/4)

- TWA Belimbing (II/B/6)

- TWA Asuansang (II/B/6)

- TWA Dungan (II/B/6)

- TWA Gunung Melintang

(I/B/6)

- TWA Bukit Kelam

Komplek (II/B/6)

- TWA Laut Bengkayang

(II/B/6)

Page 38: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 25

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

2. Kalimanta

n Tengah

- Palangkaray

a

(I/C/1)

- Kuala

Kapuas

(II/C/1)

- Pangkalan

Bun (I/C/1)

- Buntok

(II/C/1)

- Muaratewe

h (II/C/1)

- Sampit

(I/C/1)

- - Kumai (I/3)

- Cilik Riwut (I/5)

- Iskandar (I/5)

- Kawasan Sampit -

Pangkalan Bun

(III/A/2), (II/H/2),

(I/B/2), (III/F/2),

(II/D/2), (II/E/2)

- Kawasan Buntok

(III/A/2), (II/B/2),

(III/H/2), (III/E/2)

- Kawasan

Muarateweh

(III/A/2), (II/B/2),

(III/C/2), (II/H/2)

- Kawasan Kuala

Kapuas

(III/A/2), (II/B/2),

(I/H/2), (III/F/2)

- Kawasan Perbatasan Darat

RI dan Jantung Kalimantan

(Heart of Borneo)(I/E/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Daerah

Aliran

Sungai Kahayan Kapuas dan

Barito (I/A/2)

- Kawasan Taman Nasional

Tanjung Puting (I/B/1)

- SM Lamandau (I/B/2)

- CA Bukit Sapat Hawung

(II/B/3)

- CA Bukit Tangkiling

(II/B/3)

- CA Pararawen I/II

(I/B/3)

- TN Bukit Baka – Bukit

Raya (I/A/4)

- TN Tanjung Puting

(I/A/4)

- TN Sebangau (I/A/4)

- TWA Tanjung

Keluang/Teluk Keluang

(II/B/6)

3. Kalimanta

n Selatan

- Banjarmasin

(I/C/1)

- Amuntai

(II/B)

- Martapura

(II/B)

- Marabahan

(II/B)

- Kotabaru

(I/C/1)

- - Banjarmasin

(I/1)

- Batulicin

(II/3)

- Syamsuddin

Noor (I/3)

- Stagen (III/5)

- Kawasan

Kandangan dan

Sekitarnya

(III/A/2), (II/B/2),

(III/E/2)

- Kawasan

Banjarmasin Raya

dan Sekitarnya

(III/A/2), (I/D/2),

(II/B/2), (II/E/2),

(I/F/2)

- Kawasan Batulicin

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Batulicin

(I/A/2)

- SM Pleihari Martapura

(I/B/2)

- SM Kuala Lupak (II/B/2)

- CA Teluk Kelumpang,

Selat Laut, Selat Sebuku

(I/B/3)

- CA Teluk Pamukan

(II/B/3)

- CA Sungai Lulan Dan

Sungai Bulan (I/B/3)

- CA Teluk Pamukan

(I/B/3)

- - THR Sultan Adam

(II/B/5)

Page 39: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 26

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

(III/B/2), (II/H/2),

(III/A/2), (II/D/2),

(II/E/2), (I/F/2)

- TWA Pleihari Tanah

Laut (II/B/6)

- TWA Laut Pulau Laut

Barat – Selatan dan

Pulau Sembilan (II/B/6)

4. Kalimanta

n Timur

- Kawasan

Perkotaan

Balikpapan -

Tenggarong

–Samarinda

- Bontang

(I/C/1)

- Tarakan

(I/C/1)

- Tanjung

Redeb

(I/C/1)

- Sangata

(I/B)

- Nunukan

(I/B)

- Tanjung

Selor

(II/C/1)

- Malinau

(II/C/1)

- - Tanlumbis

(II/B)

- Tanah

Grogot

(II/C/1)

- Sendawar

(II/C/2)

- Nunuka

n

(I/A/1)

- Simang

garis

(I/A/2)

- Long

Midang

- (I/A/2)

- Long

Pahang

ai

- (II/A/2)

- Long

Nawan

(II/A/2)

- Balikpapan

(I/1)

- Tarakan (I/1)

- Nunukan

(I/3)

- Samarinda(I/

3)

- Tanjung

Sangata (I/3)

- Tanjung

Redep (I/3)

- Pasir/Tanah

Grogot (II/3)

- Tanjung Selor

(II/3)

- Tanjung

Santan (II/3)

- Sepinggan (I/1)

- Samarinda Baru

(III/4)

- Juwata (IV/6)

- Kalimarau-

Berau (I/5)

- Nunukan (I/5)

- Bontang (I/5)

- Kawasan Tanjung

Redeb dan

Sekitarnya

(II/D/2), (II/H/2),

(I/C/2), (I/E/2),

(II/F/2)

- Kawasan

Sangkuriang,

Sangata, dan

Muara Wahau

(Sasamawa)

(I/D/2), (II/F/2),

(II/B/2), (II/H/2),

(I/C/2), (II/G/2),

(III/E/2)

- Kawasan Tarakan,

Tanjung Salas,

Nunukan, Pulau

Bunyu, dan

Malinau

(Tatapanbuma)

dsk (II/F/2),

(III/E/2), (III/B/2),

(II/H/2), (I/C/2),

(I/D/2)

- Kawasan

Bontang-

- Kawasan Perbatasan Darat

RI dan Jantung Kalimantan

(Heart of Borneo)(I/E/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu

Samarinda, Sanga-Sanga,

Muara Jawa, dan Balikpapan

(I/A/2)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Malaysia dan

Philipina (I/E/2)

- Suaka Alam Laut Pulau

Sebatik (I/B/1)

- CA Muara Kaman

Sedulang (II/B/3)

- CA Padang Luwai

(II/B/3)

- CA Teluk Apar (I/B/3)

- CA Teluk Adang (I/B/3)

- TN Kayan Mentarang

(I/A/4)

- TN Kutai (I/A/4)

- THR Bukit Suharto

(I/B/6)

- TWA Laut Berau (II/B/6)

Page 40: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 27

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

Samarinda -

Tenggarong,

Balikpapan

Penajam dsk

(Bonsamtebajam)

(I/D/2), (II/B/2),

(I/C/2), (II/H/2),

(II/F/2), (III/E/2)

IV. P.SULAWESI

1. Gorontalo - Gorontalo (I

/C/1)

- Isimu

(II/C/2)

- Kuandang

(II/C/2)

- Tilamuta

(II/C/2)

- - Gorontalo

(I/3)

- Djalaludin (I/3) - Kawasan

Gorontalo (I/A/2),

(II/F/2), (I/B/2),

(III/C/2)

- Kawasan Marisa

(III/A/2), (II/B/2),

(I/F/2)

- - SM Nantu (II/B/2)

- CA Panua (II/B/3)

- CA Tanjung Panjang

(II/B/3)

- TN Bogani Nani

Wartabone (I/A/4)

2. Sulawesi

Utara

- Kawasan

Perkotaan

Manado -

Bitung (I/C/

1)

- Tomohon

(I/C/1)

- Tondano

(II/C/1)

- Kotamobag

u (I/C/1)

- Melong

uane (I

/A/2)

- Tahuna

(I/A/2)

- Bitung (I/2)

- Sam Ratulangi

(I/1)

- Melonguane

(III/5)

- Kawasan Manado

dan Sekitarnya

(I/G/2), (I/E/2),

(II/D/2), (II/C/2)

- Kawasan

Dumoga-

Kotamobagu dan

Sekitarnya

(Bolaang

Mongondow)

(II/A/2), (II/B/2),

(I/F/2)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Malaysia dan

Philipina (I/E/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Manado –

Bitung (I/A/2)

- Kawasan Konservasi dan

Wisata Daerah Aliran Sungai

Tondano (I/B/1)

- SM Gunung Manembo -

nembo (II/B/2)

- SM Karakelang Utara -

Selatan (I/B/2)

- Suaka Alam Laut Sidat

(II/B/1)

- Suaka Alam Laut Selat

Lembeh-Bitung (I/B/1)

- CA Gunung Ambang

(I/B/3)

- CA Dua Saudara (II/B/3)

- CA Tangkoko Batuangus

(II/B/3)

- TN Bogani Nani

Wartabone (I/A/4)

- TN Laut Bunaken (I/A/4)

Page 41: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 28

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- TWA Holiday Resort

(I/B/6)

3. Sulawesi

Tengah

- Palu (I/C/1) - Poso

(II/C/3)

- Luwuk

(II/C/1)

- Buol

(II/C/1)

- Kolonedale

(II/C/1)

- Tolitoli

(I/C/1)

- Donggala

(II/C/1)

- - Pantoloan

(I/1)

- Donggala

(I/3)

- Toli-toli (II/3)

- Mutiara (I/3)

- Bubung (III/5)

- Kawasan Poso dsk

(IV/A/2) (III/F/2),

(II/E/1), (II/B/2),

(III/D/2)

- Kawasan Toli-toli

dan Sekitarnya

(II/C/2), (II/B/2),

(III/F/2), (III/A/2),

(III/E/2)

- Kawasan

Kolonedale dan

Sekitarnya

(III/A/2), (II/F/2),

(III/E/2), (II/B/2),

(II/D/2), (III/C/2)

- Kawasan Palu

dan Sekitarnya

(I/C/2), (I/F/2),

(II/D/2), (I/A/2),

(III/B/2), (II/E/2)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Malaysia dan

Philipina (I/E/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Batui

(I/A/2)

- Kawasan Poso dan

Sekitarnya (I/C/1)

- Kawasan Kritis Lingkungan

Balingara (I/B/1)

- Kawasan Kritis Lingkungan

Buol-Lambunu (I/B/1)

- SM Tanjung Santigi

(I/B/2)

- SM Pati Pati (II/B/2)

- SM Lombuyan I/II

(II/B/2)

- SM Bangkiriang (II/B/2)

- SM Pinjan/Tanjung

Matop (II/B/2)

- CA Morowali (I/B/3)

- CA Pangi Binangga

(II/B/3)

- CA Pamona (II/B/3)

- CA Gunung Tinombala

(I/B/3)

- CA Gunung Sojol (II/B/3)

- CA Gunung Dako

(II/B/3)

- CA Tanjung Api (II/B/3)

- CA Faruhumpenai

(II/B/3)

- CA Kalaena (II/B/3)

- TN Lore Lindu (I/A/4)

- TN Laut Kepulauan

Banggai (II/B/4)

- THR Poboya Paneki

(Palu) (III/B/5)

- TWA Bancea (II/B/6)

- TWA Laut Kepulauan

Togean dan Pulau

Batudaka (I/A/6)

Page 42: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 29

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- Taman Buru Landusa

Tomata (II/F)

4. Sulawesi

Selatan

- Kawasan

Perkotaan

Makassar-

Sunggumina

sa-Takalar-

Maros

(Maminasat

a) (I/C/3)

- Pangkajene

(II/C/1)

- Jeneponto

(I/C/1)

- Palopo

(I/C/1)

- Watampon

e (II/C/1)

- Bulukumba

(II/C/1)

- Barru

(II/C/1)

- Parepare

(I/C/1)

- - Makassar

(I/1)

- Parepare

(II/3)

- Hasanuddin

(I/2)

- Kawasan

Mamminasata

dan Sekitarnya

(Makassar,

Maros,

Sungguminasa

(Gowa, Takalar)

(I/E/2), (I/D/2),

(II/A/2), (I/D/2),

(II/F/2),

- Kawasan Palopo

dan Sekitarnya

(I/E/2), (II/B/2),

(II/A/2), (I/F/2)

- Kawasan

Bulukumba-

Watampone

(II/A/2), (II/B/2),

(II/D/2), (IV/E/2),

(I/F/2)

- Kawasan Pare-

Pare dan

Sekitarnya

(II/D/2), (III/A/2),

(II/F/2), (III/B/2)

- Kawasan Perkotaan

Makassar – Maros –

Sungguminasa - Takalar

(Mamminasata) (I/A/1)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Parepare

(I/A/2)

- Kawasan Toraja dan

Sekitarnya (I/C/1)

- Kawasan Stasiun Bumi

Sumber Alam Parepare

(I/D/2)

- Kawasan Soroako dan

Sekitarnya (I/D/2)

- SM Komara (II/B/2)

- TN Bantimurung –

Bulusaraung (II/A/4)

- TN Laut Taka Bonerate

(I/A/4)

- THR Bontobahari

(II/B/5)

- TWA Danau Matano

(II/B/6)

- TWA Danau Mahalona

(II/B/6)

- TWA Danau Towuti

(I/B/6)

- TWA Malino (II/B/6)

- TWA Cani Sirenrang

(II/B/6)

- TWA Lejja (II/B/6)

- TWA Laut Kepulauan

Kapoposang (I/B/6)

- Taman Buru Komara

(II/F)

- Taman Buru Bangkala

(II/F)

5. Sulawesi

Barat

- - Mamuju

(I/C/1)

- Majene

(I/C/2)

- - Belang-

Belang (II/4)

- Tampa Padang

(IV/5)

- Kawasan Mamuju

dan Sekitarnya

(I/B/2), (II/A/2),

(II/H/2), (II/D/2),

(II/F/2)

- - SM Mampie Lampoko

(II/B/2)

Page 43: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 30

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- Pasangkayu

(II/C/2)

6. Sulawesi

Tenggara

- Kendari (I/C

/1)

- Unaaha

(II/C/1)

- Lasolo

(II/C/1)

- Bau-Bau

(I/C/1)

- Raha

(II/C/1)

- Kolaka

(II/C/1)

- - - Wolter

Monginsidi (II/3)

- Kawasan

Asesolo/Kendari

- (III/D/2)

- (III/C/2)

- (I/F/2)

- (I/B/2)

- (III/A/2)

- (III/D/2)

- (III/E/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Buton,

Kolaka, dan Kendari (I/A/2)

- Kawasan Taman Nasional

Rawa Aopa - Watumohai

dan Rawa Tinondo (I/B/1)

- SM Buton Utara (II/B/2)

- SM Tanjung Batikolo

(II/B/2)

- SM Tanjung Peropa

(II/B/2)

- SM Lambusango

(III/B/2)

- TN Rawa Aopa –

Watumohai (I/A/4)

- TN Laut Kepulauan

Wakatobi (I/A/4)

- THR Murhum (II/B/5)

- TWA Mangolo (II/B/6)

- TWA Laut Telok Lasolo

(II/B/6)

- TWA Laut Kepulauan

Padamarang (II/B/6)

- TWA Laut Selat Tiworo

(II/B/6)

- TWA Laut Liwutongkidi

(Buton) (II/B/6)

- Taman Buru Padang

Mata Osu (III/F)

V. KEP.NUSA TENGGARA

1. Nusa

Tenggara

Barat

- Mataram

(I/C/1)

- Praya (I/B)

- Raba (II/B)

- Sumbawa

Besar

(II/C/1)

-

- Lembar (I/3)

- Bima (I/3)

- Labuhan

Lombok (I/3)

- Selaparang/

Praya (I/4)

- Muhammad

Salahuddin

(IV/5)

- Kawasan Lombok

dan Sekitarnya

(II/A/2), (I/G/2),

(I/E/2), (II/D/1),

(II/C/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Bima

(I/A/2)

- Kawasan Taman Nasional

Komodo (I/B/1)

- SM Gunung Tambora

Selatan (I/B/2)

- CA Toffo Kota Lambu

(II/A/3)

- CA Pulau Sangiang

(I/A/3)

Page 44: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 31

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- Kawasan Bima

(III/A/2)

(III/D/2), (II/E/2),

(I/F/2)

- Kawasan

Sumbawa dan

Sekitarnya

(III/A/2), (II/E/2),

(III/D/2), (III/C/2),

(I/F/2)

- Kawasan Gunung Rinjani

(I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Negara

yang berhadapan dengan

laut lepas (I/E/2)

- CA Gunung Tambora

Selatan (I/B/3)

- CA Pulau Panjang

(II/B/3)

- CA Jereweh

(Sekongkang) (II/B/3)

- TN Gunung Rinjani

(I/A/4)

- THR Nuraksa (I/A/5)

- TWA Bangko Bangko

(II/B/6)

- TWA Tanjung Tanpa

(II/B/6)

- TWA Danau Rawa

Taliwang (II/B/6)

- TWA Laut Gili Meno, Gili

Ayer, Gili Trawangan

(I/B/6)

- TWA Laut Pulau Moyo

(I/B/6)

- TWA Laut Pulau

Satonda (II/B/6)

- TWA Laut Gili Sulat dan

Gili Lawang (II/A/6)

- TWA Laut Pulau Gili

Banta (II/A/6)

- Taman Buru Gunung

Tambora Selatan (I/F)

- Taman Buru Pulau

Moyo (I/F)

2. Nusa

Tenggara

- Kupang

(I/C/1)

- Soe (II/B)

- Kefamenan

- Atambu

a

- Tenau (I/1)

- Maumere

- Eltari (I/3)

- Wai Oti (IV/5)

- Kawasan Kupang

dan Sekitarnya

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Mbay

- SM Perhatu (III/B/2)

- SM Kateri (III/B/2)

Page 45: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 32

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

Timur u (II/B)

- Ende

(I/C/1)

- Maumere

(I/C/1)

- Waingapu

(II/C/1)

- Ruteng

(II/C/1)

- Labuan

Bajo (I/C/1)

(I/A/1)

- Kalabah

i

(II/A/2)

- Kefame

nanu

(I/A/2)

(I/3)

- Waingapu

(I/3)

- Hasan

Aroeboesman

(I/5)

- Mau Hau (I/5)

- Haliwen (IV/5)

(IV/A/2), (II/D/2),

(I/E/2), (I/G/2),

(III/C/2)

- Kawasan

Maumere-Ende

(III/H/2), (II/E/2)

(III/D/2), (I/F/2),

(IV/A/2), (III/B/2)

- Kawasan Komodo

dan Sekitarnya

(I/E/2), (IV/A/2),

(IV/B/2), (IV/D/2),

(III /F/2),

- Kawasan Ruteng –

Bajawa (IV/B/2),

(II/F/2), (III/C/2),

(II/E/2), (IV/A/2)

- Kawasan Sumba

(IV/A/2), (II/E/2),

(III/B/2)

(I/A/2)

- Kawasan Perbatasan Darat

RI dengan negara Timor

Leste (I/E/2)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

termasuk 5 pulau kecil

terluar (Pulau Alor, Batek,

Dana, Ndana, dan Mangudu)

dengan negara Timor

Leste/Australia (I/E/2)

- SM Harlu (III/B/2)

- SM Ale Asisio (II/B/2)

- Suaka Alam Laut Sawu

(I/B/1)

- CA Riung (II/B/3)

- CA Maubesi (RTK. 189)

(II/B/3)

- CA Way Wuul/Mburak

(II/B/3)

- CA Watu Ata (II/B/3)

- CA Wolo Tadho (II/B/3)

- CA Tambora (I/A/3)

- CA Gunung Mutis

(II/B/3)

- TN Kelimutu (I/A/4)

- TN Laiwangi –

Wanggameti (II/A/4)

- TN Manupeu – Tanah

Daru (II/A/4)

- TN Komodo (I/A/4)

- TN Laut Komodo (I/A/4)

- TN Laut Selat Pantar

(II/A/4)

- THR Prof. Ir. Herman

Yohannes (I/A/5)

- TWA Tuti Adagae

(II/B/6)

- TWA Kemang Beleng

(II/B/6)

- TWA Pulau Besar

(II/B/6)

- TWA Pulau Menipo

Page 46: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 33

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

(II/B/6)

- TWA Ruteng (I/B/6)

- TWA Egon Illimedo

(II/B/6)

- TWA Laut Teluk Kupang

(I/A/6)

- TWA Laut Gugus Pulau

Teluk Maumere (I/A/6)

- TWA Laut Tujuh Belas

Pulau Riung (III/B/6)

- Taman Buru Dataran

Bena (II/F)

- Taman Buru Pulau Rusa

(I/F)

- Taman Buru Pulau

Ndana (II/F)

VI. KEP.MALUKU

1. Maluku - Ambon

(I/C/1)

- Masohi

(I/C/1)

- Werinama

(II/C/2)

- Kairatu

(II/C/1)

- Tual

(II/C/1)

- Namlea

(II/C/1)

- Wahai

(II/B)

- Bula (II/B)

- Saumla

ki

(I/A/2)

- Ilwaki

(II/A/2)

- Dobo

(II/A/2)

- Ambon (I/2)

- Dobo (I/3)

- Saumlaki

(I/3)

- Pattimura (I/5)

- Olilit/Saumlaki

Baru (IV/6)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Seram

(I/A/2)

- Kawasan Laut Banda (I/D/1)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Timor Leste/

Australia (I/E/2)

- SM Pulau Baun (II/B/2)

- SM Pulau Kobror (I/B/2)

- SM Tanimbar (I/B/2)

- SM Laut Pulau Kassa

(III/B/2)

- CA Pulau Nustaram

(II/B/3)

- CA Pulau Nuswotar

(II/B/3)

- CA Masbait (II/B/3)

- CA Daab (II/B/3)

- CA Pulau Larat (I/B/3)

- CA Bekau Huhun

(II/B/3)

- CA Tafermaar (II/B/3)

Page 47: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 34

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- CA Gunung Sahuwai

(II/B/3)

- CA Masarete (II/B/3)

- CA Tanjung Sial (II/B/3

- CA Laut Kepulauan Aru

Tenggara (I/B/3)

- CA Laut Banda (I/B/3)

- TN Manusela (I/A/4)

- TWA Laut Laut Banda

(I/B/6)

- TWA Laut Pulau Kasa

(II/B/6)

- TWA Laut Pulau

Marsegu dan Sekitarnya

(II/B/6)

- TWA Laut Pulau Pombo

(II/B/6)

2. Maluku

Utara

- Ternate

(I/C/1)

- Tidore

(I/C/1)

- Tobelo

(II/C/2)

- Labuha

(II/C/1)

- Sanana

(II/C/2)

- Daruba

(I/A/2)

- Ternate (I/4)

- Labuha (I/3)

- Sultan Babullah

(I/5)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Palau (I/E/2)

- CA Tobalai (II/B/3)

- CA Pulau Seho (II/B/3)

- CA Gunung Sibela

(II/B/3)

- CA Lifamatola (II/B/3)

- CA Pulau Obi (I/B/3)

- CA Taliabu (II/B/3)

- TN Aketajawe –

Lolobata (I/A/4)

VII. P.PAPUA

1. Papua

Barat

- Sorong

(I/C/1)

- Fak-Fak

(I/C/1)

- Manokwari

(I/C/1)

- - Sorong (I/2)

- Kaimana (I/3)

- Manokwari

(I/3)

- Waisai (IV/6)

- Domine Eduard

Osok (I/5)

- Rendani (I/5)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Palau (I/E/2)

- Kawasan Konservasi

Keanekaragaman Hayati

Raja Ampat (I/B/1)

- Suaka Alam Laut

Kaimana (II/B/1)

- SM Tanjung Mubrani –

Sidei – Wibain I – II

(I/B/2)

Page 48: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 35

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- Ayamaru

(II/C/1)

- SM Pulau Venu (II/B/2)

- SM Laut Kepulauan Raja

Ampat (I/B/2)

- SM Laut Pulau Sabuda

dan Pulau Tataruga

(II/B/2)

- SM Laut Kepulauan

Panjang (II/B/2)

- CA Pulau Waigeo Barat

(I/B/3)

- CA Pulau Batanta Barat

(II/B/3)

- CA Pegunungan Arfak

(II/B/3)

- CA Pulau Salawati Utara

(II/B/3)

- CA Biak Utara (I/A/3)

- CA Tamrau Selatan

(II/B/3)

- CA Pegunungan Yapen

Tengah (II/B/3)

- CA Pulau Supriori

(I/B/3)

- CA Pegunungan

Wondiboy (II/B/3)

- CA Pulau Waigeo Timur

(I/B/3)

- CA Pulau Misool (II/B/3)

- CA Pulau Kofiau (II/B/3)

- CA Laut Pantai Sausapor

(II/B/3)

- CA Teluk Bintuni (I/B/3)

Page 49: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 36

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

- CA Pegunungan Fak Fak

(I/B/3)

- CA Pegunungan

Kumawa (II/B/3)

- CA Tamrau Utara

(II/B/3)

- CA Tanjung Wiay

(II/B/3)

- CA Wagura Kote (II/B/3)

- TN Laut Teluk

Cendrawasih (I/A/4)

- TWA Beriat (III/B/6)

- TWA Klamono (III/B/6)

- TWA Laut Distrik Abun,

Sorong (II/B/6)

- TWA Laut Kepulauan

Padaido (II/B/6)

2. Papua - Timika

(I/C/1)

- Jayapura

(I/C/1)

- Biak (I/C/1)

- Nabire

(II/C/1)

- Muting

(II/C/2)

- Bade

(II/C/2)

- Merauke

(I/C/1)

- Sarmi

(II/C/2)

- Arso (I/C/1)

- Wamena

- Jayapur

a

(I/A/1)

- Tanah

Merah

(I/A/1)

- Merauk

e

(I/A/1)

- Pomako (I/1)

- Biak (I/4)

- Jayapura

(I/4)

- Merauke

(I/4)

- Sentani (I/3)

- Mopah (I/3)

- Frank Kaisepo

(I/5)

- Wamena (II/5)

- Nabire (II/5)

- Timika (I/5)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Timor Leste/

Australia (I/E/2)

- Kawasan Perbatasan Laut RI

dengan negara Palau (I/E/2)

- Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu Biak

(I/A/2)

- Kawasan Stasiun Bumi

Satelit Cuaca dan

Lingkungan (I/D/2)

- Kawasan Stasiun Telemetry

Tracking and Command

Wahana Peluncur Satelit

(I/D/2)

- SM Pulau Dolok (II/B/2)

- SM Jayawijaya (II/B/2)

- SM Mamberamo Foja

(II/B/2)

- SM Danau Bian (II/B/2)

- SM Anggromeos (II/B/2)

- SM Komolon (II/B/2)

- CA Cycloops (II/B/3)

- CA Enarotali (II/B/3)

- CA Bupul/Kumbe

(II/B/3)

- CA Pegunungan

Wayland (II/B/3)

- TN Lorentz (I/A/4)

- TN Wasur (I/A/4)

Page 50: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 37

No Pulau/

Provinsi

Struktur Ruang Pola Ruang

Sistem Perkotaan Nasional Sistem Transportasi Nasional Kawasan Andalan

Darat Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Lindung

Nasional PKN PKW PKSN Pelabuhan Bandara

(II/C/1) - Kawasan Timika (I/D/2)

- Kawasan Taman Nasional

Lorentz (I/B/1)

- Kawasan Konservasi

Keanekaragaman Hayati

Teluk Bintuni (I/B/1)

- Kawasan Perbatasan Darat

RI dengan negara Papua

Nugini (I/E/2)

- TWA Teluk Youtefa

(II/B/6)

Keterangan: Sistem Perkotaan Nasional I – IV: Tahapan Pengembangan

A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi A/2 : Pengembangan Baru

A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasonal

C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana

Page 51: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 38

2.1.2. Review Arahan Sektor (Bina Marga) Terkait Pengembangan Infrastruktur Jalan

Terdapat beberapa regulasi sektor yang terkait dengan pengembangan infrastruktur jalan,

diantaranya adalah UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, PP No. 34 Tahun 2006 Tentang

Jalan, PP No. 15 Tahun 2006 Tentang Jalan Tol, Keputusan Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah (Kepmenkimpraswil) No. 375/KPTS/M/2004 Tentang Penetapan Ruas-

ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Perannya Sebagai Jalan Arteri, Jalan

Kolektor 1, Jalan Kolektor 2, dan Jalan Kolektor 3, Kepmenkimpraswil No. 376/KPTS/M/2004

Tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional, Keputusan

Menteri Pekerjaan Umum No. 369/KPTS/M/2005 Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan

Nasional, serta Renstra Ditjen Bina Marga 2005-2009.

2.1.2.1. Arahan UU NO. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang

ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Peran utama jalan

diantaranya:

1. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

2. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan

dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia

Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan

umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Dilihat dari

sistemnya, sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem

jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan

dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua

wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi

yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder

merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa

untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Dilihat dari fungsinya, jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan

kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan arteri merupakan jalan umum yang

berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-

Page 52: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 39

rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Sedangkan jalan

kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau

pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah

jalan masuk.

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan

provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan nasional merupakan jalan

arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan

antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan strategis

nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis

yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani

daerah-daerah rawan, bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional,

melayani kepentingan perbatasan antarnegara, serta dalam rangka pertahanan dan

keamanan.

Selain itu, untuk pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas, jalan dibagi

dalam beberapa kelas jalan. Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi

penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya,

jalan sedang, dan jalan kecil. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum

untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus

dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan

sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur

setiap arah dan dilengkapi dengan median

Jalan itu sendiri terdiri atas bagian-bagian jalan yang meliputi ruang manfaat jalan,

ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Ruang manfaat jalan adalah suatu

ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran

tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan

atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang

pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan

dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan. Ruang manfaat jalan meliputi

badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.

Ruang milik jalan (right of way) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat

jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas

ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan

penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada

Page 53: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 40

masa yang akan datang. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur

tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.

Adapun ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang

milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak

mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik

jalan tidak cukup luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan

disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan

peruntukannya. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang

milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan

2.1.2.2. Arahan PP NO. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

Penyelenggaraan jalan umum dilakukan dengan mengutamakan pembangunan

jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat-

pusat produksi dengan daerah pemasaran, pembangunan jaringan jalan dalam rangka

memperkokoh kesatuan. Penyelenggaraan jalan umum harus dapat:

1. mengusahakan agar jalan dapat digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat,

terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan

mengusahakan agar biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya.

2. mendorong ke arah terwujudnya keseimbangan antardaerah, dalam hal

pertumbuhannya mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan

orientasi geografis pemasaran sesuai dengan struktur pengembangan wilayah

tingkat nasional yang dituju.

3. mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah yang sudah berkembang agar

pertumbuhannya tidak terhambat oleh kurang memadainya prasarana

transportasi jalan, yang disusun dengan mempertimbangkan pelayanan

kegiatan perkotaan.

4. memperhatikan bahwa jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan.

Jalan umum dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan

kelas jalan. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri

dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin

dalam hubungan hierarki.

Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,

Page 54: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 41

dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat

kegiatan sebagai berikut:

1. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan

wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan

2. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam

kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai

fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga,

dan seterusnya sampai ke persil.

Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan

dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Fungsi jalan tersebut terdapat

pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

Jalan berdasarkan fungsinya pada sistem jaringan primer dibedakan atas jalan arteri

primer, jalan kolektor primer, jalan lokal primer, dan jalan lingkungan primer.

Sedangkan pada sistem jaringan sekunder dibedakan atas jalan arteri sekunder, jalan

kolektor sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan atas jalan nasional, jalan provinsi,

jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.Adapun jalan nasional terdiri atas:

1. jalan arteri primer;

2. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota provinsi;

3. jalan tol; dan

4. jalan strategis nasional.

Jaringan jalan arteri primer ditetapkan dengan kriteria:

1. menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara

pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.

2. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60

(enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11

(sebelas) meter.

3. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas

rata-rata.

4. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu

lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.

Page 55: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 42

5. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa sehingga

ketentuan di atas harus tetap terpenuhi.

6. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu

harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ketentuan di atas.

7. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Jaringan jalan kolektor primer ditetapkan dengan kriteria:

1. menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan

pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan

wilayah dengan pusat kegiatan lokal

2. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40

(empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9

(sembilan) meter.

3. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu

lintas rata-rata.

4. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan di atas masih

tetap terpenuhi.

5. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu

harus tetap memenuhi ketentuan di atas.

6. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Jalan strategis nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional dan

internasional atas dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina

kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian dari

jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan

antarnegara, melayani aset penting negara serta dalam rangka pertahanan dan

keamanan.

Jaringan jalan bebas hambatan ditetapkan dengan kriteria:

1. pengendalian jalan masuk secara penuh

2. tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi

dengan median

3. paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah

4. dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

Page 56: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 43

Untuk lebih jelasnya, peran dari masing-masing jalan berdasarkan fungsinya (arteri

primer, kolektor primer, strategis nasional dan bebas hambatan) dapat dilihat

dapat gambar 2.5

PP No.34 Tahun 2006 ini juga mengatur mengenai spesifikasi kebutuhan ruang

untuk masing-maisng fungsi jalan. Bagian-bagian jalan meliputi

1. ruang manfaat jalan, meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang

pengamannya.

2. ruang milik jalan, meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di

luar ruang manfaat jalan.

3. ruang pengawasan jalan. ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di

bawah pengawasan penyelenggara jalan.

Untuk lebih jelasnya, spesifikasi kebutuhan ruang untuk masing-masing jalan

berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada gambar 2.6 hingga gambar 2.8, kecuali

untuk jalan strategis nasional dimana spesifikasi teknis jaringan jalan nasional

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang ada.

Page 57: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 44

Gambar 2. 5

Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsinya

PKN PKN

PKW PKW

PKL PKL

Pusat Kegiatan

Lingkungan

JALAN

LOKAL

PRIMER

JALAN

LOKAL

PRIMER

JALAN

LOKAL

PRIMER

JALAN ARTERI

PRIMER JALAN ARTERI

PRIMER

JALAN KOLEKTOR

PRIMER

JALAN KOLEKTOR

PRIMER

JALAN LOKAL PRIMER

JALAN LOKAL PRIMER

JALAN ARTERI PRIMER

JALAN KOLEKTOR

PRIMER

JALAN

KOLEKTOR

PRIMER

Page 58: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 45

Gambar 2. 6

Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal untuk Jalan Arteri Primer

Gambar 2. 7

Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal untuk Jalan Arteri Primer

Page 59: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 46

Gambar 2. 8

Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal Untuk Jalan Bebas Hambatan

Selain itu, peraturan pemerintah ini juga mengatur mengenai pengendalian

pemanfaatan ruang untuk jalan, walaupun masih bersifat umum, yaitu:

1. Setiap orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

2. Apabila terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang milik jalan,

penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan

pengguna jalan.

3. Setiap orang dilarang menggunakan dan memanfaatkan ruang milik jalan

yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

4. Setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

Page 60: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 47

5. Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara

jalan yang bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan

larangan terhadap

kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi dan

konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan tertentu untuk menjamin

peruntukan ruang pengawasan jalan

2.1.2.3. Arahan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum NO. 369/KPTS/M/2005

Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional

Kepmen PU : Nomor : 369 / Kpts / M / 2005 Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan

Nasional , Menetapkan rencana umum jaringan jalan nasional, yang terdiri dari

jaringan jalan nasional bukan jalan tol dan jaringan jalan nasional jalan tol. Jaringan

Jalan Tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.9 hingga Gambar 2.14 (berdasarkan

pulau).

2.1.2.4. Kesimpulan

Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting

terutama dalam mendukung ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta

pertahanan dan keamanan. Berdasarkan kajian peraturan perundangan terkait jalan,

dapat disimpulkan bahwa jalan memiliki peran sebagai berikut:

1. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara (UU 38/2004 Ttg Jalan)

2. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan

dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia (UU 38/2004 Ttg Jalan)

3. pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di

tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang

berwujud pusat-pusat kegiatan (UU 38/2004 Ttg Jalan)

4. Menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah pemasaran (PP

34/2006)

5. Memperkokoh kesatuan wilayah nasional sehingga menjangkau daerah

terpencil. (PP 34/2006)

Page 61: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 48

6. mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah yang sudah berkembang agar

pertumbuhannya tidak terhambat oleh kurang memadainya prasarana

transportasi jalan, yang disusun dengan mempertimbangkan pelayanan

kegiatan perkotaan. (PP 34/2006)

7. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di

tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang

berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut: (PP 34/2006)

1) menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan

wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan

2) menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

8. Jalan strategis nasional berperan mempunyai peranan untuk membina

kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian

dari jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan

perbatasan antarnegara, melayani aset penting negara serta dalam rangka

pertahanan dan keamanan. (PP 34/2006).

9. Penyelenggaraan jalan tol bertujuan meningkatkan efisiensi pelayanan jasa

distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di

wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya

Page 62: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 49

Gambar 2. 9

Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional Di Pulau Sumatera

Page 63: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 50

Gambar 2. 10

Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional Di Pulau Jawa

Page 64: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 51

Gambar 2. 11

Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Bali

Page 65: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 52

Gambar 2. 12

Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Sulawesi

Page 66: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 53

Gambar 2. 13

Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Kalimantan

Page 67: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 54

Gambar 2. 14

Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional di Pulau Papua

Page 68: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 55

2.1.3. Arahan/ Kebijakan Terkait Infrastruktur Bina Marga Dari PP NO 38 Tahun 2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Dalam PP 38/2007 ini diatur pembagian urusan atau kewenangan pemerintahan, dari mulai

pemerintah pusat, pemerintah provinsi, hingga pemerintah kabupaten/ kota. Khusus untuk

pembagian urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum, khususnya untuk sub bidang

bina marga, tabel berikut di bawah ini memperlihatkan pembagian urusan tersebut.

Page 69: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 56

Tabel 2. 2

Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum Sub Bidang Bina Marga

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

Bina Marga

Pengaturan 1. Pengaturan jalan secara umum: a. Pembentukan peraturan perundang-

undangan sesuai dengan kewenangannya

b. Perumusan kebijakan perencanaan c. Pengendalian penyelenggaraan jalan

secara mikro d. Penetapan norma, standar, prosedur

dan kriteria pengaturan jalan 2. Pengaturan jalan nasional:

a. Penetapan fungsi jalan arteria dan jalan kolektor yang menghubungkan antar ibukota provinsi dalam sistem jaringan jalan primer

b. Penetapan status jalan nasional c. Penyusunan perencanaan umum dan

pembiayaan jaringan jalan nasional 3. Pengaturan jalan tol:

a. Perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, penetapan ruas jalan tol dan pembentukan peraturan perundang-undangan

b. Pemberian rekomendasi tarif awal dan penyesuaiannya, serta pengambilalihan jalan tol pada akhir masa konsesi dan pemberian rekomendasi pengoperasian selanjutnya

1. ...... a. ..... b. .....

2. Pengaturan jalan provinsi: a. Perumusan kebijakan

penyelenggaraan jalan provinsi berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan

b. Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan provinsi dengan memperhatikan keserasian antar wilayah provinsi

c. Penetapan fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder dan jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabuapten, antar ibukota kabuapten, jalan lokal, dan jalan lingkungan dalam sistem jaringan jalan primer

d. Penetapan status jalan provinsi e. Penyusunan perencanaan

umum dan pembiayaan jaringan jalan provinsi

3. ..... a. .... b. ....

1. ..... a. .... b. ....

2. Pengaturan jalan kabupaten/kota: a. Perumusan kebijakan

penyelenggaraan jalan kabuapten/desa dan jalan kota berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan keserasian antar daerah dan antar kawasan

b. Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten/desa dan jalan kota

c. Penetapan status jalan kabupaten/desa dan jalan kota

d. Penyusunan perencanaan umum dan pembiayaan jaringan jalan kabupaten/desa dan jala kota

3. ..... a. .... b. ...

Page 70: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 57

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

Pembinaan 1. Pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional: a. Pengembangan sistem bimbingan,

penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan di bidang jalan

b. Pemberian bimbingan penyuluhan dan pelatihan aparatur di bidang jalan

c. Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang jalan dan yang terkait

d. Pemberian fasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam penyelenggaraan jalan

e. Penyusunan dan penetapan norma, standar, kriteria dan pedoman pembinaan jalan

f. .... 2. Pengembangan teknologi terapan di

bidang jalan untuk jalan kabupaten/kota 3. Pembinaan jalan tol, penyusunan

pedoman dan standar teknis, pelayanan, permberdayaan serta penelitian dan pengembangan

1. Pembinaan jalan provinsi: a. Pemberian bimbingan

penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan aparatur penyelenggara jalan kabupaten/kota

b. Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang jalan untuk jalan provinsi

c. Pemberian fasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam penyelenggaraan jalan

d. ..... 2. Pengembangan teknologi terapan

di bidang jalan untuk jalan kabupaten/desa dan jalan kota

3. ....

1. Pembinaan jalan kabuapten/kota: a. Pemberian bimbingan

penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan para aparatur penyelenggara jalan kabupaten/desa dan jalan kota

b. Pemberian izin, rekomendasi, dispensasi dan pertimbangan pemanfaatan ruang, manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan

c. .... 2. Pengembangan teknologi terapan di

bidang jalan, untuk jalan kabupaten/desa dan jalan kota

3.

Pembangunan/ Pengelolaan

1. Pembangunan jalan nasional: a. Pembiayaan pembangunan jalan

nasional b. Perencanaan teknis, pemograman dan

penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan nasional

1. Pembangunan jalan provinsi: a. Pembiayaan pembangunan

jalan provinsi b. Perencanaan teknis

pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan

1. Pembangunan jalan kabupaten/kota: a. Pembiayaan pembangunan jalan

kabupaten/desa dan jalan kota b. Perencanaan teknis,

pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan

Page 71: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 58

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

c. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional

d. Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan nasional

2. Pengusahaan jalan tol: a. Pengaturan pengusahaan jalan tol

meliputi kegiatan pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan/atau pemeliharaan

b. Persiapan pengusahaan jalan tol, pengadaan investasi dan pemberian fasilitas pembebasan tanah

3. ...

konstruksi jalan provinsi c. Pengoperasian dan

pemeliharaan jalan provinsi d. Pengembangan dan

pengelolaan sistem manajemen jalan provinsi

2. ....

kabupaten/desa dan jalan kota c. Pengoperasian dan pemeliharaan

jalan kabupaten/desa dan jalan kota

d. Pengembangan dan pengelolaan manajemen jalan kabupaten/desa dan jalan kota

2. .....

Pengawasan 1. Pengawasan jalan secara umum: a. Evaluasi dan pengkajian pelaksanaan

kebijakan penyelenggaraan jalan b. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil

pembangunan jalan 2. Pengawasan jalan nasional:

a. Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan nasional

b. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan nasional

3. Pengawasan jalan tol: a. Pemantauan dan evaluasi pengaturan

dan pembinaan jalan tol b. Pemantauan dan evaluasi

pengusahaan jalan tol dan terhadap pelayanan jalan tol

1. Pengawasan jalan provinsi a. Evaluasi kinerja

penyelenggaraan jalan provinsi b. Pengendalian fungsi dan

manfaat hasil pembangunan jalan provinsi

2. ....

1. Pengawasan

Sumber : PP No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Lampiran 3

Page 72: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 59

2.1.4. Analisis Keterkaitan Antara Arahan Pengembangan Infrastruktur Jalan Berdasarkan

Kebijakan Sektor Dan Arahan RTRWN

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan

masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka tersebut, jalan mempunyai peranan untuk

mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama

dalam mendukung ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan

keamanan. Dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan

katalisator di antara proses produksi, pasar, dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya,

keberadaan jalan membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan

sosial, membangun toleransi, dan mencairkan sekat budaya. Dari aspek lingkungan,

keberadaan jalan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari aspek

politik, keberadaan jalan menghubungkan dan mengikat antardaerah, sedangkan dari aspek

pertahanan dan keamanan, keberadaan jalan memberikan akses dan mobilitas dalam

penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan.

Tersebarnya lokasi, baik sumber alam, tempat produksi, pasar maupun konsumen akhir,

menuntut diikutinya pola efisiensi dalam menghubungkan tempat-tempat tersebut yang

digambarkan dengan terbentuknya simpul pelayanan distribusi.

Semua pusat kegiatan beserta wilayah pengaruhnya membentuk satuan wilayah

pengembangan. Pusat pengembangan dimaksud dihubungkan dalam satu hubungan

hierarkis dalam bentuk jaringan jalan yang menunjukkan struktur tertentu. Dengan struktur

tersebut, bagian jaringan jalan akan memegang peranan masing-masing sesuai dengan

hierarkinya. Kedudukan jaringan jalan sebagai bagian sistem transportasi menghubungkan

dan mengikat semua pusat kegiatan sehingga pengembangan jaringan jalan tidak dapat

dipisahkan dari upaya pengembangan berbagai moda transportasi secara terpadu, baik

moda transportasi darat, laut, maupun udara

Page 73: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 60

Diagram 2. 1

Matriks Konsepsi Pembangunan Infrastruktur Jalan Berbasis RTRWN

Menghubungkan Antarpusat Kegiatan

Meningkatkan efisiensi arus

barang dan jasa

Melayani kepentingan nasional dan

internasional atas dasar kriteria strategis

Arteri Primer

Kolektor Primer

Bebas Hambatan

Strategis Nasional

1. Melayani antar pusat kegiatan nasional a. Antar-PKN dan/atau antara PKN dan

PKW √

b. Antar-PKW dan/atau antara PKW dan PKL

c. antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan negara; antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; dan PKN dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional

2. Melayani kelancaran distribusi/koleksi ke/dari outlet (bandar udara, pelabuhan)

√ √

3. Meningkatkan akses kawasan andalan √ √

4. Meningkatkan akses kawasan strategis nasional

5. Membuka keterisolasian daerah tertinggal/perbatasan

6. Pengendalian dampak akibat jaringan jalan yang melintasi kawasan lindung

√ √ √ √

2.2. KEBIJAKAN SEKTOR CIPTA KARYA

2.2.1. Arahan Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Berbasis Penataan

Ruang

Dari sisi spasial, terdapat dua regulasi utama yang menjadi acuan dalam perencanaan

pembangunan berskala nasional, yaitu UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

Arahan Peran Sektor Jalan

Arahan Peran dalam RTRWN

Page 74: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 61

2.2.1.1. Arahan Pengembangan Kawasan Perkotaan

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN merupakan

arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang. Bahkan di dalam UU No. 17 Tahun 2007 (RPJP Nasional) RTRWN

ditetapkan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas

sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan

berkelanjutan.

RTRWN yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008

merupakan produk hukum dengan substansi tujuan, kebijakan, strategi struktur, pola

ruang, arahan pemanfaatan ruang dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang

wilayah nasioanl. Berkaitan dengan lingkup pekerjaan, RTRWN telah memberikan

arahan yang jelas terhadap keterkaitan antarkawasan perkotaan, pengendalian

kawasan perkotaan dan dukungan strategis terhadap fungsi kawasan perdesaan di

dalam kawasan andalan.

Berdasarkan kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah nasional,

disebutkan bahwa salah satu kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah nasional

adalah peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi

wilayah yang merata dan berhieraki serta peningkatan kualitas dan jangkauan

pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya

air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional (Pasal 4 – RTRWN) .

Untuk mewujudkan peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan

yang merata dan berhirarki tersebut maka strategi yang dilakukan antara lain:

1. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan

kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

2. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

3. Mendorong kawasan perkotaan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam

pengembangan wilayah di sekitarnya.

Untuk mewujudkan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana,

maka strategi yang dilakukan meliputi:

1. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan

pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;

2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan

terisolasi;

Page 75: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 62

3. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak

terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan

tenaga listrik;

4. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan

sistem jaringan sumber daya air; dan

5. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta

mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

Penjabaran dari kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah nasional

tersebut kemudian dijabarkan di dalam penetapan sistem dan kriteria perkotaan

nasional. Sistem perkotaan nasional secara berhirarki ditetapkan terdiri atas Pusat

Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

serta Pusat Kegiatan Strategis Nasional.

PKN ditetapkan dengan kriteria:

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

PKW ditetapkan dengan kriteria:

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua

kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;

dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

PKL ditetapkan dengan kriteria:

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;

dan/atau

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Page 76: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 63

Disamping itu, di dalam Rencana Struktur Ruang Nasional memuat tentang rencana

pengembangan PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Di dalam Pasal 13 ayat 1

disebutkan bahwa pengembangan PKSN ditujukan untuk mendorong pengembangan

kawasan perbatasan negara.

Adapun kriteria PKSN di dalam Pasal 15 PP No. 26 Tahun 2008 adalah:

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan

negara tetangga;

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga;

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan disekitarnya.

PKN, PKW, dan PKL tersebut diatas dapat berupa:

1. Kawasan megapolitan;

Kawasan megapolitan merupakan kawasan yang ditetapkan dengan kriteria

memiliki 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang mempunyai hubungan

fungsional dan membentuk sebuah sistem.

2. Kawasan metropolitan;

Kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan dengan

kriteria:

1) Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa;

2) Terdiri atas satu kawasan perkotaan inti dan beberapa kawasan perkotaan

di sekitarnya yang membentuk satu kesatuan pusat perkotaan; dan

3) Terdapat keterkaitan fungsi antarkawasan perkotaan dalam satu sistem

metropolitan.

3. Kawasan perkotaan besar;

Kawasan perkotaan besar merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan

dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.

4. Kawasan perkotaan sedang; atau

Kawasan perkotaan sedang merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan

dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 100.000 (seratus ribu) sampai

dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.

Page 77: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 64

5. Kawasan perkotaan kecil.

Kawasan perkotaan kecil merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan

dengan kriteria jumlah penduduk lebih dari 50.000 (limapuluh ribu) sampai

dengan 100.000 (seratus ribu) jiwa.

Sejalan dengan arahan kepada keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya

serta pengendalian kegiatan budidaya agar tidak melampui daya dukung dan daya

tampung lingkungan, maka arahan kepada pengembangan kawasan perkotaan

meliputi:

1. Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan

mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak;

2. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh

persen) dari luas kawasan perkotaan; dan

3. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan

metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana

kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di

sekitarnya.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat dirangkum muatan yang terdapat di

dalam RTRWN terkait dengan arah pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan

adalah :

1. Kawasan perkotaan ditetapkan di dalam sistem perkotaan nasional (SPN) yang

berhirarki yakni di dalam sistem PKN, PKW, PKL dan PKSN (pusat kegiatan di

kawasan perbatasan).

2. Kriteria PKN, PKW, PKL dan PKSN yang telah ditetapkan di dalam RTRWN

memberikan pengertian bahwa kawasan perkotaan memiliki fungsi eksternal

(fungsi sistem antarkota).

3. Fungsi eksternal yang dimiliki kawasan perkotaan dengan skala nasional dan

wilayah dapat dicirikan sebagai pusat pertumbuhan kawasan andalan, simpul

transportasi (darat, laut dan udara), simpul pelayanan prasarana lainnya

(jaringan listrik, telekomunikasi) dan simpul kegiatan industri dan jasa berskala

nasional.

4. Kawasan Perkotaan harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung

lingkungan, terutama dalam pengendalian pemanfaatan ruang di kota-kota

pantai, kota metropolitan dan kota besar.

Page 78: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 65

5. PKN dan PKW yang merupakan kota metropolitan dan besar diarahkan dengan

mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak;

6. Kawasan perkotaan menyediakan RTH paling sedikit 30% dari luas kawasannya.

7. Kawasan perdesaan merupakan lokasi sentra-sentra produksi di kawasan

andalan bagi pengembangan sektor-sektor unggulan nasional.

Berdasarkan arahan-arahan tersebut, terlihat secara ilustratif fungsi eksternal sistem

kota dalam Rencana Struktur Ruang Nasional dengan mengambil contoh adalah Pulau

Sumatera (lihat gambar dibawah ini).

Gambar 2. 15

Fungsi Sistem Kota di Pulau Sumatera Sebagai Pusat Kawasan Andalan

dan Transportasi Antar Wilayah (sebagai contoh)

Dari arahan-arahan tersebut dapat dinyatakan bahwa keberadaan infrastruktur

perkotaan menjadi sangat penting dalam mendukung fungsi kawasan perkotaan baik

terhadap antarkawasan perkotaan, kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan

serta wilayah disekitarnya terutama infrastruktur yang mendukung kepada fungsi

eksternal kota.

Page 79: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 66

Didalam rangka perwujudan sistem perkotaan nasional yang terdiri atas PKN, PKW,

PKL dan PKSN tersebut, maka didalam RTRWN telah mengarahkan empat program

utama perwujudan sistem perkotaan nasional yakni:

(1) Percepatan pembangunan kota-kota utama kawasan perbatasan, yang terdiri

dari sub program yakni:

1) Pengembangan/peningkatan fungsi

2) Pengembangan baru

3) Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

(2) Mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi yang berbasis otonomi

daerah

(3) Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan

nasional. Program ini terdiri atas

1) Pengembangan/peningkatan fungsi

2) Pengembangan baru

3) Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

(4) Pengendalian kota-kota berbasis mitigasi. Program ini terdiri atas

1) Rehabilitasi kota-kota akibat bencana alam

2) Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis mitigasi bencana

Mengingat lingkup lokasi pekerjaan ini adalah pada penjabaran indikasi program

utama dalam lima tahun pertama (2010-2014 untuk PKN, PKW dan PKSN (kawasan

perkotaan) dan kawasan perdesaan di dalam pengembangan kawasan andalan maka

dari segi jumlah adalah:

1. Berdasarkan Lampiran RTRWN tentang Daftar Sistem Perkotaan Nasional,

tercatat terdapat 233 kota dalam sistem perkotaan nasional yang meliputi 38

PKN, 177 PKW dan 26 PKSN. Dalam hal ini terdapat 8 kota memiliki dua fungsi

(PKN--PKSN atau PKW-PKSN) – Lihat Tabel dibawah ini. Sedangkan prioritas

lokasi dalam PJM I di dalam RTRWN adalah 109 kota dengan rincian adalah 38

PKN, 59 PKN dan 20 PKSN.

2. Sedangkan berdasarkan hasil tinjauan peraturan perundang-undangan

menyebutkan bahwa pengembangan infrastruktur perdesaan akan lebih

diarahkan kepada pengembangan Kawasan Andalan. Di dalam RTRWN terdapat

156 Kawasan Andalan yang terdiri dari 112 Kawasan Andalan Darat dan 44

Kawaasan Andalan Laut

Page 80: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 67

2.2.1.2. Arahan Pengembangan Kawasan Perdesaan

Menurut UU No. 26 Tahun 2007, Kawasan perdesaan merupakan wilayah yang

mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Mengingat sifat kegiatan ekonomi utama dari kawasan perdesaan merupakan

pertanian maka terkait dengan pengembangan kegiata usaha pertanian, maka

kawasan perdesaan dapat dikembangkan menjadi kawasan agropolitan sebagai basis

pengembangan sistem usaha pertanian.

Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat

kegiatan pada kawasan perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan

sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan

hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

Berdasarkan pengertian tersebut Kawasan Perdesaan merupakan sasaran utama dalam

pengembangan kawasan agropolitan dengan menciptakan sistem agribisinis

didalamnya. Dalam hal ini keterkaitan pengembangan infrastruktur perdesaan adalah

dalam rangka menunjang Kawasan Agropolitan dan Kawasan Andalan pada akhirnya.

Dalam rangka menunjang kegiatan usaha pertanian, maka terdapat nilai strategis dari

usaha pertanian tersebut yang menjadi perhatian secara nasional di kawasan

agropolitan yang dapat ditunjukkan dari prinsip pola pelayanan infrastruktur dan pola

pembangunan infrastruktur perdesaan.

A. Prinsip Pola Pelayanan Infrastruktur Pedesaan Berbasis Kawasan Agropolitan

Berdasarkan Konsepsi Pengembangan Kawasan Agropolitan, sistem

pengembangan infrastruktur pedesaan yang mendukung fungsi dan kegiatan

Kawasan Agropolitan dibangun berdasarkan tujuan-tujuan :

1. Mendukung kegiatan di tiap-tiap jenjang hirarkinya berdasarkan prioritas

desa.

2. Berperan dalam pengendalian pemanfaatan ruang berdasarkan karakteristik

kawasan agropolitan

3. Mengintegrasikan setiap komponen infrastruktur dalam pola interaksi

eksternal kawasan.

Page 81: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 68

B. Pola Pembangunan Infrastruktur di wilayah Kawasan Agropolitan

Berdasarkan karakteristik Sistem Kawasan Agropolitan, maka Pola Pembangunan

Infrastruktur Pedesaan adalah sebagai berikut :

1. Prioritas pelayanan di Pusat Kawasan (desa-desa agribisnis)

2. Sistem Jaringan terpadu dari hulu (desa-desa penghasil bahan baku) ke hilir

(desa-desa agribisnis) dengan memperhatikan perencanaan eksternal

kawasan.

3. Mengoptimalkan sumber daya dan ciri khas masing-masing tipe desa di

kawasan tersebut.

Page 82: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 69

Diagram 2. 2

Matriks Konsepsi Pengembangan Infrastruktur Keciptakaryaan Berbasis RTRWN

ARAHAN FUNGSI CIPTA KARYA

BERDASARKAN RTRWN

ARAHAN KETERPADUAN SPASIAL

KEGIATAN/PROGRAM POKOK CIPTA KARYA (CK

PKN/PKW/PKSN:1. Simpul Transportasi

Darat/Laut/Udara2. Simpul Pelayanan

Prasarana Lainnya.3. Simpul Ekspor-Impor4. Simpul Air

Minum/Baku5. Pusat Kawasan

Strategis Nasional6. Pusat Kawasan

AndalanKAWASAN ANDALAN:1. Kawasan Andalan

1. Program Pengembangan Ekonomi Lokal:

• Pengembangan Prasarana/Sarana Desa Agropolitan• Penyediaan Infrastruktur Perdesaan Skala Komunitas2. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan &

Drainase:• Peningkatan Pengelolaan TPA/Sanitary Landfill/Sistem Regional

• Pengembangan Sistem Drainase3. Program Pengembangan Perumahan:• Penyediaan Infrastruktur Primer Perkotaan.

• Revitalisasi dan Penataan Bangunan dan Lingkungan4. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan:• Perbaikan Lingkungan Permukiman• Perbaikan Kawasan Permukiman Nelayan5. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum & Air

Limbah• Penyediaan PS Air Minum pada Kawasan Strategis

• Pembuangan Air Limbah Sistem Terpusat• Penyediaan IP B3 Regional• Penyediaan PS AM Kawasan Kumuh/Nelayan

• Penyediaan SPAM IKK/Kawasan• Penyediaan SPAM di Desa Rawan Air, pesisir, terpencil (untuk

kawasan terisolir)6. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan:• Penyediaan PS Kawasan Perbatasan

7. Program Pemb Kota-Kota Besar dan Metropolitan:• Pengendalian Pembangunan Kota-Kota Besar Dan Metropolitan• Revitalisasi/Peremajaan Kawasan Perkotaan• Penyusunan RTBL• Penyusunan RTH• Pembangunan Perumahan Vertikal Rusunawa• Penataan Lingkungan Permukiman Rusunawa

• Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Sejarah8. Program Pengembagnan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota:• Pengembangan Integrasi Perkotaan Nasional

9. Pengembagnan Kota-Kota Kecil dan Menengah:• Pengembangan Kota-Kota Kecil dan Menengah

1. Kawasan Andalan dgnSektor Unggulan Pertanian

2. Kawasan Andalan Laut dgnSektor Unggulan Perikanan& Kelautan

3. Kawasan Andalan SektorUnggulan Industri dan Jasa

8. KSN Metropolitan

4. PKN/PKW

5. PKSN

6. KSN Cagar Budaya

7. KSN Kawasan PerbatasanNegara (Termasuk Pulau-Pulau Kecil)

9 . Kawasan Andalan denganSektor Unggulan Pariwisata

Page 83: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 70

2.2.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Terhadap

Pengembangan Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional disusun sebagai

penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk

visi, misi dan arah pembangunan nasional. Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat

visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar, sehingga memberi keleluasaan yang

cukup bagi penyusunan rencana jangka menengah dan tahunannya.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari

pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana

diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang sangat penting dan mendesak bagi bangsa

Indonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di

bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan

kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai

posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.

Dengan ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman

penyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi daerah dan

desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka untuk

menjaga pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang memerintahkan penyusunan RPJP

Nasional yang menganut paradigma perencanaan yang visioner, maka RPJP Nasional hanya

memuat arahan secara garis besar.

Kurun waktu RPJP Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun dan untuk memudahkan

pencapaiannya maka pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap

perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangka

menengah nasional 5 (lima) tahunan, yang dituangkan dalam RPJM Nasional I Tahun 2005–

2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM

Nasional IV Tahun 2020–2024.

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional

Tahun 2005–2025 adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan

Page 84: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 71

dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan

sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara

Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan

sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan

partisipasi masyarakat.

Rencana pembangunan jangka panjang nasional diwujudkan dalam visi, misi dan arah

pembangunan nasional yang mencerminkan cita-cita kolektif yang akan dicapai oleh bangsa

Indonesia serta strategi untuk mencapainya. Visi merupakan penjabaran cita-cita berbangsa

sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi, sejahtera dan cerdas

serta berkeadilan. Bila visi telah terumuskan, maka juga perlu dinyatakan secara tegas misi,

yaitu upaya-upaya ideal untuk mencapai visi tersebut. Misi ini dijabarkan ke dalam arah

kebijakan dan strategi pembangunan jangka panjang nasional.

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 mengingatkan akan

pentingnya pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan sebagai mesin pertumbuhan

wilayah. Namun harus diakui bahwa kondisi pembangunan di Kawasan Perkotaan dan

Perdesaan, saat ini adalah:

1. Walaupun secara bertahap berkurang, jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi,

baik di kawasan perdesaan maupun di perkotaan, terutama pada sektor pertanian

dan kelautan. Oleh karena itu, kemiskinan masih menjadi perhatian penting dalam

pembangunan 20 tahun yang akan datang. Luasnya wilayah dan beragamnya kondisi

sosial budaya masyarakat menyebabkan masalah kemiskinan di Indonesia menjadi

sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang kuat dan pengalaman kemiskinan yang

berbeda. Masalah kemiskinan bersifat multidimensi, karena bukan hanya

menyangkut ukuran pendapatan, melainkan karena juga kerentanan dan kerawanan

orang atau masyarakat untuk menjadi miskin. Selain itu, kemiskinan juga menyangkut

kegagalan dalam pemenuhan hak dasar dan adanya perbedaan perlakuan seseorang

atau kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

2. Dukungan prasarana sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan air di Kawasan

Perkotaan maupun perdesaan masih belum memadai.

3. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan perumahan hingga tahun 2020

diperkirakan mencapai lebih dari 30 juta unit sehingga kebutuhan rumah per tahun

Page 85: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 72

diperkirakan mencapai 1,2 juta unit. Data tahun 2004 mencatat bahwa sebanyak 4,3

juta jumlah rumah tangga belum memiliki rumah. Penyediaan air minum juga tidak

mengalami kemajuan yang berarti. Berdasarkan Data Statistik Perumahan dan

Permukiman Tahun 2004, jumlah penduduk (perkotaan dan pedesaan) yang

mendapatkan akses pelayanan air minum perpipaan baru mencapai 18,3 persen,

hanya sedikit meningkat dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya (14,7 persen).

Demikian juga halnya dengan penanganan persampahan di kawasan perkotaan dan

perdesaan baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa, sedangkan

cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa.

4. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan saat ini masih sangat terpusat di

pulau Jawa-Bali, sedangkan pertumbuhan kota-kota menengah dan kecil, terutama di

luar Jawa, berjalan lambat dan tertinggal. Pertumbuhan perkotaan yang tidak

seimbang ini ditambah dengan adanya kesenjangan pembangunan antarwilayah

menimbulkan urbanisasi yang tidak terkendali. Secara fisik, hal itu ditunjukkan oleh

(1) meluasnya wilayah perkotaan karena pesatnya perkembangan dan meluasnya

kawasan pinggiran (fringe-area) terutama di kota-kota besar dan metropolitan; (2)

meluasnya perkembangan fisik perkotaan di kawasan ‘sub-urban’ yang telah

‘mengintegrasi’ kota-kota yang lebih kecil di sekitar kota inti dan membentuk

konurbasi yang tak terkendali; (3) meningkatnya jumlah desakota; dan (4) terjadinya

reklasifikasi (perubahan daerah rural menjadi daerah urban, terutama di Jawa).

Kecenderungan perkembangan semacam itu berdampak negatif terhadap

perkembangan kota-kota besar dan metropolitan itu sendiri maupun kota-kota

menengah dan kecil di wilayah lain.

5. Dampak negatif yang ditimbulkan di kota-kota besar dan metropolitan, antara lain,

adalah (1) terjadinya eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam di

sekitar kota-kota besar dan metropolitan untuk mendukung dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi; (2) terjadinya secara terus menerus konversi lahan pertanian

produktif menjadi kawasan permukiman, perdagangan, dan industri; (3) menurunnya

kualitas lingkungan fisik kawasan perkotaan akibat terjadinya perusakan lingkungan

dan timbulnya polusi; (4) menurunnya kualitas hidupmasyarakat di perkotaan karena

permasalahan sosial-ekonomi, serta penurunan kualitas pelayanan kebutuhan dasar

perkotaan; serta (5) tidak mandiri dan terarahnya pembangunan kota-kota baru

sehingga justru menjadi tambahan beban bagi kota inti. Dampak negatif lain yang

Page 86: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 73

ditimbulkan terhadap kota-kota di wilayah lain, yaitu (1) tidak meratanya penyebaran

penduduk perkotaan dan terjadinya ‘konsentrasi’ penduduk kota di Pulau Jawa,

khususnya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), (20 persen

dari total jumlah penduduk perkotaan Indonesia tinggal di sana); (2) tidak optimalnya

fungsi ekonomi perkotaan, terutama di kota-kota menengah dan kecil, dalam

menarik investasi dan tempat penciptaan lapangan pekerjaan; dan (3) tidak

optimalnya peranan kota dalam memfasilitasi pengembangan wilayah.

6. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di perdesaan umumnya masih jauh

tertinggal dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Hal itu merupakan

konsekuensi dari perubahan struktur ekonomi dan proses industrialisasi, baik

investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah, sehingga infrastruktur dan

kelembagaan cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan. Selain itu, kegiatan

ekonomi di wilayah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan kegiatan

ekonomi yang dikembangkan di wilayah perdesaan. Akibatnya, peran kota yang

diharapkan dapat mendorong perkembangan perdesaan justru memberikan dampak

yang merugikan pertumbuhan perdesaan.

Tantangan Pokok yang harus dihadapi dalam pembangunan jangka panjang kawasan

perkotaan dan perdesaan adalah:

1. Dalam 20 tahun mendatang, Indonesia menghadapi tekanan jumlah penduduk yang

makin besar. Jumlah penduduk yang pada tahun 2005 sebesar 219,9 juta orang

diperkirakan meningkat mencapai sekitar 274 juta orang pada tahun 2025. Sejalan

dengan itu berbagai parameter kependudukan diperkirakan akan mengalami

perbaikan yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kelahiran, meningkatnya

usia harapan hidup, dan menurunnya angka kematian bayi. Meskipun demikian,

pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk penting diperhatikan untuk

menciptakan penduduk tumbuh seimbang dalam rangka mendukung terjadinya

bonus demografi yang ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif lebih besar

daripada jumlah penduduk usia non-produktif. Kondisi tersebut perlu dimanfaatkan

secara optimal untuk meningkatkan kualitas SDM, daya saing, dan kesejahteraan

rakyat. Di samping itu, persebaran dan mobilitas penduduk perlu pula mendapatkan

perhatian sehingga ketimpangan persebaran dan kepadatan penduduk antara Pulau

Jawa dan luar Pulau Jawa serta antara wilayah perkotaan dan perdesaan dapat

dikurangi.

Page 87: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 74

2. Disamping itu, meningkatnya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh

laju pertumbuhan penduduk yang terkonsentrasi di wilayah perkotaan

Arah pembangunan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di dalam RPJPN adalah mewujudkan

pembangunan perkotaan dan perdesaan yang lebih merata dan berkeadilan, dengan

sasaran utamanya adalah:

1. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan

yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat

2. Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil diseimbangkan

pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional.

Upaya itu diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak

terkendali (urban sprawl & conurbation), seperti yang terjadi di wilayah pantura

Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke

kota-kota besar dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan kerja,

termasuk peluang usaha, di kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Pulau

Jawa. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi

sejak tahap awal.

3. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem

wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam

pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan melalui

(1) penerapan manajemen perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian

pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti dengan

penegakan hukum yang tegas dan adil, serta peningkatan peran dan fungsi kota-

kota menengah dan kecil di sekitar kota inti agar kota-kota tersebut tidak hanya

berfungsi sebagai kota tempat tinggal (dormitory town) saja, tetapi juga menjadi

kota mandiri; (2) pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan

seperti industri jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta

peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan (3) perevitalan kawasan

kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui pembangunan kembali

kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan

kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi

masal yang terintegrasi antarmoda.

4. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan, terutama di

luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor

Page 88: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 75

penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani

kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara

lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota

masing-masing.

5. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan

ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah

perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah

perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan

keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas

ekonomi dan perdagangan (nonpertanian) di pedesaan yang terkait dengan pasar di

perkotaan.

6. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat

pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan;

peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya; pengembangan jaringan infrastruktur

penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat

dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling

komplementer dan saling menguntungkan; peningkatan akses informasi dan

pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi; pengembangan

social capital dan human capital yang belum tergali potensinya sehingga kawasan

perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya alam saja; intervensi

harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk pertanian, terutama

terhadap harga dan upah.

Berdasarkan sasaran-sasaran tersebut maka telah diamanatkan di dalam RPJPN bahwa

Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap

sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan

berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hierarki. Dalam hal ini RTRWN,

RTRWP, RTRWKab/Kota digunakan sebagai acuan dalam pembangunan perkotaan dan

perdesaan.

RPJP Nasional digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJM Nasional. Pentahapan

rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJM Nasional

sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat.

RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program

Page 89: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 76

kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas

kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian

secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa

kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

RPJM sebagaimana tersebut di atas dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

yang merupakan rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas

pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran

perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program

kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk kerangka

regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.

RPJMN I terhadap RPJPN adalah RPJMN 2005-2009. Di dalam RPJMN 2005-2009 telah

menjabarkan arah kebijakan pengembangan infrastruktur perkotaan dan perdesaan. Arah

kebijakan pembangunan perkotaan berdasarkan RPJMN 2004-2009 meliputi:

1. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar,

menengah, dan kecil secara hirarkis dalam ‘sistem pembangunan perkotaan

nasional’. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi

(forward and backward linkages) sejak tahap awal mata rantai industri, tahap proses

produksi antara tahap akhir produksi (final process), sampai tahap konsumsi (final

demand) di masing –masing kota sesuai dengan hierarkinya. Hal ini perlu didukung,

antara lain, peningkatan aksesibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa

antarkota-kota tersebut, antara lain melalui penyelesaian dan peningkatan

pembangunan trans Kalimantan, trans Sulawesi.

2. Meningkatkan percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah, terutama di

luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor

penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya, maupun dalam melayani

kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara

lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota

masing-masing.

3. Mendorong peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah (hasil produksi

wilayah perdesaan merupakan ‘backward linkages’ dari kegiatan ekonomi di wilayah

perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’.

Page 90: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 77

4. Mengendalikan pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dalam suatu ‘sistem

wilayah pembangunan metropolitan’ yang compact, nyaman, efisien dalam

pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan.

5. Mengoperasionalisasikan ‘Rencana Tata Ruang’ sesuai dengan hierarki perencanaan

(RTRW-Nasional, RTRW-Pulau, RTRW-Propinsi, RTRW-Kabupaten/Kota) sebagai acuan

koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antarsektor dan antarwilayah.

Adapun program-program yang terkait dengan pengembangan infrastruktur perkotaan dan

perdesaan, antara lain :

1. Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota yang meliputi

kegiatan pokok:

1) Peningkatan penyediaan jaringan transportasi wilayah yang menghubungkan

antar kota-kota secara hirarkis untuk memperlancar koleksi dan distribusi barang

dan jasa antara lain melalui:

2) Pembentukan forum kerja sama antar pemerintah kota untuk merumuskan kerja

sama pembangunan, khususnya: (a) pembangunan industri pengolahan yang

saling menunjang satu sama lain dalam suatu mata-rantai industri di masing-

masing kota secara hirarkis sesuai dengan tipologi kota; (b) pembangunan

infrastruktur yang mempersyaratkan ‘scale of economy’ tertentu; (c) pelestarian

sumber daya air dan banjir yang memerlukan keterpaduan pengelolaan, contoh

Jabodetabek-Bopunjur.

2. Program Pengembangan Kota Kecil Dan Menengah

1) Penyiapan dan pemantapan infrastruktur sosial dasar perkotaan di kota-kota kecil

dan menengah untuk dapat melayani fungsi internal dan eksternal kotanya,

terutama serta wilayah-wilayah yang masuk dalam satuan wilayah

pengembangan ekonomi.

2) Program Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan diantaranya peningkatan

kerjasama pembangunan antar kota inti dan kota-kota satelit di wilayah

metropolitan, baik pada tahap perencanaan, pembiayaan, pembangunan,

maupun pemeliharaan, terutama dalam pembangunan sarana, prasarana, dan

utilitas perkotaan, khususnya yang mempersyaratkan adanya keterpaduan dan

skala ekonomi (scale of economy) tertentu, sehingga tidak efisien untuk dibangun

di masing-masing daerah.

Page 91: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 78

3. Program peningkatan prasarana dan sarana perdesaan diantaranya meningkatkan

kuantitas dan kualitas penyediaan prasarana dan sarana perdesaan, merehabilitasi

dan mengoptimalkan pemanfaatannya, serta meningkatkan pemeliharaan prasarana

dan sarana yang telah terbangun. Prasarana dan sarana di sini meliputi jaringan

prasarana dan sarana sosial ekonomi dan permukiman.

4. Program Pengembangan Ekonomi Lokal, diantaranya adalah : Pemantapan dan

pengembangan kawasan agropolitan yang strategis dan potensial, terutama

kawasan-kawasan.

5. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah diantaranya

1) Pengembangan pelayanan air minum dan air limbah berbasis masyarakat.

2) Pengembangan pelayanan sistem pembuangan air limbah dengan sistem

terpusat pada kota metropolitan dan besar.

3) Penyediaan air minum dan prasarana air limbah bagi kawasan perumahan bagi

masyarakat berpenghasilan rendah.

6. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase

diantaranya

1) Peningkatan kualitas dan kuantitas pengangkutan persampahan.

2) Peningkatan kualitas pengelolaan tempat pembuangan akhir dengan standard

sanitary landfill system untuk kota besar.

3) Peningkatan dan normalisasi saluran drainase.

4) Pembangunan jaringan drainase primer dan sekunder bagi kota besar.

7. Peningkatan operasi dan pemliharaan jaringan drainase primer dan sekunder

2.2.3. Arahan/ Kebijakan Terkait Infrastruktur Perkotaan Dan Perdesaan Dari PP NO 38

Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Dalam PP 38/2007 ini diatur pembagian urusan atau kewenangan pemerintahan, dari mulai

pemerintah pusat, pemerintah provinsi, hingga pemerintah kabupaten/ kota. Khusus untuk

pembagian urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum, khususnya untuk sub bidang

perkotaan dan perdesaan, tabel berikut di bawah ini memperlihatkan pembagian urusan

tersebut.

Page 92: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 79

Tabel 2. 3

Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum Sub Bidang Perkotaan dan Perdesaan

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

Perkotaan dan Perdesaan

1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan dan strategi nasional pembangunan perkotan dan perdesaan

2. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria pengembangan perkotaan dan perdesaan

1. Penetapan kebijakan dan strategi wilayah provinsi dalam pembangunan perkotaan dan prdesaan (mengacu kebijakan nasional)

2. Penetapan Peraturan Daerah Provinsi mengenai pengembangan perkotaan dan perdesaan mengacu pada NSPK nasional

1. Penetapan kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan dan perdesaan wilayah kabupaten/kota (mengacu pada kebijakan nasional dan provinsi)

2. Penetapan Peraturan Daerah kabuapten/kota mengenai pengembangan perkotaan dan perdesaan berdasarkan NSPK

Pembinaan 1. Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan Prasarana dan Sarana perkotaan dan perdesaan tingkat nasional.

2. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan secara nasional

1. Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan Prasarana dan Sarana perkotaan dan perdesaan tingkat provins

2. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan di wilayah provinsii

1. Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan Prasarana dan Sarana perkotaan dan perdesaan tingkat kabupaten/kota

2. Pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan di wilayah kabuapten/kota

Pembangunan 1. Fasilitasi perencanaan program pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah.

2. Fasilitasi kerjasama/kemitraan tingkat nasional antara pemerintah/daerah dalam pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan

3. Penyelenggaraan pembangunan

1. Fasilitasi penyiapan program pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah di wilayah kabupaten/kota

2. Fasilitasi kerjasama/kemitraan antara pemerintah/daerah dalam pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan

1. Penyiapan progam pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah kabupaten/kota dengan mengacu pada RPJP dan RPJM nasional dan provinsi

2. Penyelenggaraan kerjsama/kemitraan antara pemerintah daerah/dunia usaha/masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan sarana dan

Page 93: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 80

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

Prasarana dan Sarana perkotaan dan perdesaan di kawasan strategis nasional

dan perdesaan di lingkungan provinsi

3. Penyelenggaraan pembangunan Prasarana dan Sarana perkotaan dan perdesaan lintas kabupaten/kota di lingkungan wilayah provinsi

4. Fasilitasi pembentukan lembaga/badan pengelola pembangunan perkotaan dan perdesaan lintas kabupaten/kota

prasarana perkotaan dan perdesaan di lingkungan kabupaten/kota

3. Penyelenggaraan pembangunan Prasarana dan Sarana perkotaan dan perdesaan di wilayah kabupaten/kota

4. Pembentuka lembaga/badan pengelolaan pembangunan perkotaan dan perdesaan di kabupaten/kota

Pengawasan 1. Pengawasan dan pengendalian program pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan secara nasional

2. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.

1. Pengawasan dan pengendalian terhadap pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan di provinsi

2. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan NSPk

1. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan di kabupaten/kota

2. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK

Sumber : PP No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Lampiran 3

Page 94: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 81

2.2.4. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Berdasarkan Kebijakan Dan

Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP – KOTA)

2.2.4.1. Muatan Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan

Arahan kebijakan dan strategi nasional pengembangan perkotaan secara jelas telah

termuat di dalam Peraturan Menteri PU No. 494/PRT/M/2005 yang tertuang di dalam

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP-Kota). KSNP-Kota

merupakan kebijakan yang menggantikan kebijkaan sebelumnya yang termuat di

dalam Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan tahun 1985 yang sudah dinilai perlu

direvisi kembali. Lahirnya kebijakan ini berasal dari adanya kebutuhan yang mendesak

dalam rangka penanganan wilayah perkotaan secara terpadu dengan pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Substansi dari KSNP-

Kota ini telah mengacu kepada berbagai undang-undang, peraturan pemerintah yang

terkait, diantaranya adalah undang-undang tentang perumahan dan permukiman,

sumber daya air, jalan, pemerintahan daerah, penataan ruang dan sebagainya dan

hasilnya jadilah KSNP Kota sebagai pedoman untuk penyusunan pengaturan dan

rencana pengembangan perkotaan.

KSNP-Kota meliputi uraian tentang tujuan, visi, dan misi pengembangan perkotaan; isu,

permasalahan, dan tantangan pengembangan perkotaan; serta kebijakan dan strategi

pengembangan perkotaan. KSNP-Kota digunakan sebagai pedoman untuk penyiapan

pengaturan dan rencana pengembangan perkotaan baik di tingkat Pusat maupun

Daerah sesuai dengan kondisi dan potensi setempat.

Untuk mencapai kehidupan perkotaan yang aman, damai, dan sejahtera, perlu

dirumuskan visi tentang kondisi kota yang ingin dicapai di masa depan. Kota-kota di

masa depan adalah kota yang dapat memberikan kehidupan yang sejahtera, nyaman

dan aman bagi warganya, yang layak huni bagi seluruh warganya tanpa terkecuali.

Secara umum kriteria kota yang ingin dicapai, yaitu:

1. Tempat di mana anak-anak, orang tua, dan bahkan para penyandang cacat

dapat berjalan-jalan, dan bermain-main bersama;

2. Tempat di mana kebersamaan dan canda dapat memecahkan permasalahan-

permasalahan yang muncul dalam lingkungan bertetangga;

3. Tempat di mana kita tidak hanya melindungi kawasan-kawasan bersejarah,

tetapi juga ruang terbuka hijau dan hutan-hutan kota yang memberikan nilai

Page 95: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 82

tambah tersendiri bagi kehidupan dan keindahan permukiman;

4. Tempat di mana tingginya kualitas hidup dapat menarik kegiatan usaha dan

tenaga kerja yang berbakat dan dengan demikian menghidupkan perekonomian

kota;

5. Tempat di mana kita dapat menghabiskan lebih banyak waktu bagi keluarga dan

bukan memboroskannya karena terjebak dalam kemacetan lalu-lintas;

6. Tempat di mana seluruh masyarakatnya dapat menyelenggarakan aktivitasnya

sehari-hari dengan aman dan tenang, yang terbebas dari kriminalitas serta

kerusuhan-kerusuhan sosial, dan ancaman terorisme.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka visi pengembangan perkotaan nasional

dapat dijabarkan sebagai berikut:

Terwujudnya kawasan perkotaan yang aman, layak huni, berkeadilan sosial,

sejahtera, berbudaya, produktif, dan berkembang secara berkelanjutan, serta

saling memperkuat, dalam mewujudkan pengembangan wilayah.

Visi perkotaan adalah suatu keadaan perkotaan yang ingin dicapai di masa depan

secara mandiri. Visi akan dapat terwujud melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh seluruh stakeholders, yang langsung terkait maupun yang tidak.

Perwujudan visi akan lebih optimal apabila terdapat kerjasama yang sinergis antar

stakeholder dari seluruh kegiatan-kegiatan. Dalam kerjasama ini pemerintah bertindak

sebagai pemberdaya dan masyarakat sebagai pelaksana. Untuk itu dibutuhkan

perumusan misi sebagai terjemahan dari visi atau kondisi yang diharapkan untuk

mengidentifikasi arah kebijakan yang akan ditempuh.

Upaya pencapaian visi tersebut di atas dilakukan melalui beberapa misi berikut ini:

1. Mengembangkan kota yang aman dan layak huni

1) Lingkungan kota yang nyaman:

Tingkat kepadatan penduduk yang optimal (efisiensi pelayanan, sesuai

dengan daya dukung kota);

Kersediaan prasarana dan sarana dasar dengan kualitas yang

memadai;

Memiliki tingkat pelayanan dan jumlah fasilitas umum yang memadai;

Memiliki penataan kawasan dan bangunan yang serasi dan terpelihara;

Lingkungan sosial budaya yang mendukung keharmonisan kehidupan

masyarakat.

Page 96: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 83

2) Lingkungan kota yang aman:

Tingkat polusi udara yang rendah dan terkontrol;

Tingkat pencemaran air dan tanah yang rendah dan terkontrol;

Keamanan (tingkat kriminalitas rendah) dan ketertiban kota yang

terjaga;

Tingkat pelayanan dan fasilitas kebakaran yang baik (berfungsi dan

mencukupi);

Stabilitas sosial, ekonomi, politik.

2. Mengembangkan kota yang sejahtera

1) Tersedianya segala kebutuhan (sarana, prasarana, pelayanan dan

permukiman) yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai

dengan kebutuhan masing-masing (orang tua, anak-anak, diffable people,

dst);

2) Tersedianya lapangan pekerjaan bagi seluruh lapisan masyarakat;

3) Tidak adanya kesenjangan pendapatan yang besar antar seluruh lapisan

masyarakat.

3. Mengembangkan lingkungan kota yang berkeadilan sosial dan berbudaya

1) Kesamaan dan keadilan dalam perlindungan hukum;

2) Setiap individu, kelompok masyarakat mempunyai akses yang sama

terhadap kesempatan berperan serta dan mengaktualisasikan aspirasinya

dalam kehidupan kota;

3) Setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki akses yang sama

terhadap kesempatan berusaha dan mengembangkan usaha;

4) Kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam pemeliharaan dan

pengembangan budaya lokal.

4. Mengembangkan pembangunan kota yang berkelanjutan

Pengembangan kota yang berkelanjutan secara umum terwujud apabila ekonomi

kota berkembang, berdaya saing global, pendapatan masyarakat dan pemerintah

bertambah dan tetap dapat mempertahankan kualitas sumber daya alam dan

lingkungan. Hal ini antara lain mencakup:

1) Aspek ekonomi:

Daya saing kota: faktor-faktor penentu daya saing adalah keunggulan

sumber daya dan kemampuan pengelolaan kota. Dalam hal ini

Page 97: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 84

pengefektifan keterkaitan kota dan desa menjadi sangat penting dalam

upaya meningkatkan daya saing kota dan mencegah menurunnya

ekonomi perdesaan;

Pengembangan ekonomi kota;

Pengembangan produk unggulan kota melalui pengembangan iklim

usaha yang kondusif;

Menggali potensi kota melalui pelibatan seluruh stakeholders dalam

pembangunan;

Mengembangkan inovasi untuk mempertahankan kualitas produksi

dan jasa;

Pengelolaan sektor informal agar mandiri dan sinergis dengan sektor

formal;

Pemecahan masalah pengangguran dan semi pengangguran;

Kemampuan kota untuk siaga dan siap mengatasi bencana dan bangkit

dari bencana.

2) Aspek sosial budaya:

Pemanfaatan dan pengembangan sumber daya sedemikian rupa

sehingga dapat meningkatkan kesetaraan dan keadilan sosial, dan juga

mengurangi gangguangangguan sosial. Upaya mencapai masyarakat

madani dilaksanakan melalui:

Pemeliharaan keanekaragaman budaya;

Kesamaan hak bagi setiap individu ataupun kelompok masyarakat

untuk memenuhi aspirasi budayanya;

Peningkatan peran serta masyarakat dalam kehidupan perkotaan;

Penyelesaian masalah dislokasipenduduk perkotaan berkaitan dengan

masalah lahan.

3) Aspek lingkungan:

pengelolaan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan;

pembangunan kota dilakukan dengan tetap menjaga kualitas

lingkungan;

pengendalian dampak lingkungan akibat pembangunan;

peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

Page 98: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 85

5. Mengembangkan pola pengelolaan kota berdasarkan tata pemerintahan yang

baik

1) Pengembangan serta peningkatan mekanisme pelibatan masyarakat dan

dunia usaha: antara lain melalui forum diskusi dan koordinasi,

pengembangan pola-pola kemitraan, dan sebagainya;

2) Pengembangan struktur kelembagaan pengelolaan kota: penyesuaian

struktur dan kewenangan kelembagaan dalam rangka paradigma

pembangunan perkotaan yang baru yaitu transparan, partisipatif,

terdesentralisir serta efisien dan efektif;

3) Pengembangan sistem informasi: untuk mendukung pola pengelolaan

perkotaan dengan penerapan tata pemerintahan yang baik maka

diperlukan sistem informasi yang interaktif dari pemerintah, masyarakat

dan dunia usaha yang mudah diakses dan dimengerti semua pihak terkait;

4) Pengembangan potensi pendanaan: upaya-upaya peningkatan

kemampuan kota untuk memperoleh dana bagi pengelolaan dan

pembangunannya antara lain melalui peningkatan daya tarik bagi investor,

pengelolaan atau manajemen perusahaan daerah serta peningkatan

penerapan konsep kewirausahaan dalam pengelolaan pembangunan kota.

6. Mengembangkan keseimbangan dan keterkaitan antar kota dan antara kotadesa

1) Keterkaitan kota-desa

Pengembangan perkotaan seiring dengan peningkatan efektifitas

keterkaitan sosial ekonomi antara kota dan desa (wilayah

hinterlandnya) agar saling menguntungkan dan memperkuat dalam

kerangka pengembangan kawasan;

Pembangunan kota hendaknya dipadukan dengan perkembangan

daerah perdesaan di pinggirannya, karena daerah pinggiran tersebut

juga terkena dampak pembangunan dan urbanisasi.

Peningkatan kemampuan perdesaan dalam pembangunan.

2) Keterkaitan antar kota

Pengembangan sistem perkotaan dengan memperhatikan

pemantapan fungsi, peran dan hirarki kota sesuai dengan potensi dan

kedudukannya dalam pengembangan wilayah;

Page 99: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 86

Pengembangan kebijakan perkotaan sebagai upaya mencegah

terjadinya ketimpangan antar wilayah dan antar kota, terutama antara

kota-kota besar yang sangat potensial terintegrasi dalam sistem

perekonomian global, dengan kota-kota menengah dan kecil lainnya.

Secara khusus kebijakan dan strategi nasional ini dimaksudkan untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan perkotaan, terutama

permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya urbanisasi dan globalisasi;

permasalahan eksternal kota seperti adanya ketidakseimbangan pertumbuhan antar

kota, kesenjangan pembangunan antara kota dan desa, belum berkembangnya

wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, masih kurangnya perhatian terhadap

wilayah perbatasan dan terpencil serta wilayah-wilayah tertinggal lainnya; serta

permasalahan internal kota, terutama masalah kemiskinan, kualitas lingkungan hidup,

serta keamanan dan ketertiban kota. Semua permasalahan tersebut akan ditangani

dengan berlandaskan pada konsep pembangunan yang berkelanjutan.

Atas dasar itu, maka kebijakan perkotaan nasional yang dirumuskan terdiri atas tiga

struktur pokok, yaitu kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan peran eksternal

kota dalam sistem kota-kota nasional, kebijakan-kebijakan yang mendukung

pengembangan internal kota agar dapat melayani masyarakatnya dan berfungsi sesuai

dengan yang telah ditetapkan, dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan

kapasitas kelembagaan dan SDM perkotaan. Kebijakan-kebijakan ini kemudian

dijabarkan dalam bentuk strategi-strategi sebagai cara untuk mencapai sasaran

kebijakan tersebut.

Dengan demikian, kebijakan pengembangan perkotaan nasional dirumuskan sebagai

berikut:

1. Kebijakan Pemantapan Peran dan Fungsi Kota dalam Pembangunan Nasional

Salah satu permasalahan pengembangan perkotaan di Indonesia adalah

menumpuknya investasi di kota-kota tertentu, terutama di kota-kota

metropolitan, sehingga kota-kota tersebut berkembang secara cepat.

Perkembangan yang sangat cepat ini tidak sejalan dengan perkembangan kota-

kota lainnya. Dengan demikian terjadi kesenjangan yang besar antara kota-kota

tersebut dengan kota-kota lain, apalagi dengan wilayah perdesaan. Kesenjangan

ini terjadi antara Metropolitan Jabodetabek dengan kota-kota lain, antara kota-

Page 100: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 87

kota di Pulau Jawa dengan kota-kota di luar Pulau Jawa, antara kota¬-kota di

Indonesia Bagian Barat dengan kota-kota di Indonesia bagian Timur, antara

perkotaan dan perdesaan.

Selain itu, perkembangan kota-kota metropolitan yang cepat tersebut menjadi

kurang terkendali sehingga menimbulkan berbagai permasalahan, seperti tidak

efisiennya pelayanan masyarakat, penurunan kualitas lingkungan hidup,

terjadinya pertumbuhan kota yang tidak terkendali (urban sprawl) dan

konurbasi, dan lain-lain. Perkembangan kota-kota yang tidak terkendali ini pada

akhirnya juga mengeksploitasi sumber daya alam sekitarnya

1) Strategi Penyiapan Prasarana dan Sarana Perkotaan Nasional untuk

Mendukung Pengembangan Ekonomi Nasional, Wilayah, Lokal Melalui

Pembangunan Perkotaan

Dalam membangun dan mengembangkan prasarana dan sarana nasional ini,

berbagai departemen yang terkait (Departemen Pekerjaan Umum,

Departemen Perhubungan, PLN, Telekomunikasi) harus mengacu pada suatu

rencana induk sistem nasional agar pengembangannya terpadu dan terarah.

Rencana induk sistem nasional ini dirumuskan berdasarkan pengembangan

yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Pulau yang ada, sebagai

bentuk operasional dari RTRWN. Hal ini perlu dilakukan mengingat dalam

Rencana Tata Ruang Pulau telah ditetapkan arahan pengembangan sistem

nasional ini dalam upaya mewujudkan sistem perkotaan nasional yang sesuai

dengan RTRWN.

Selain itu juga perlu disiapkan penguatan dukungan peraturan bagi

terciptanya kemitraan dan kerjasama antar kota dalam pengelolaan bersama

sarana dan prasarana yang berfungsi regional, sistem informasi dan

komunikasi, dan kepentingan antar kota lainnya.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Menetapkan dan membangun sistem infrastruktur nasional dengan

mengacu pada RTRWN, RTR Pulau dan RTR Provinsi, meliputi:

Jaringan jalan, rel KA, serta fasilitas transportasi lainnya (stasiun dan

terminal); Perhubungan.

Jaringan listrik, hubungan pusat-pusat generator listrik, dan sistem

distribusi.

Page 101: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 88

Jaringan komunikasi (telepon, internet).

Jaringan sumberdaya air dan sistem distribusi.

Sistem persampahan dan sanitasi.

(2) Pemerintah Pusat berperan menyusun kerangka struktur dalam lingkup

nasional, sedangkan Pemerintah Daerah berperan untuk mengisi dan

menerkaitkan sistem nasional dengan sistem daerah

2) Strategi Penyiapan Kota sebagai Simpul Pelayanan serta Simpul Aksesibilitas,

Koleksi, dan Distribusi dalam Wilayah

Pembangunan wilayah nasional dapat berlangsung dengan baik pada

dasarnya bila terjadi keterkaitan pembangunan perkotaan dan perdesaan

yang saling sinergis. Pada kenyataannya, keterkaitan antar kota dan antara

kota-desa yang berlangsung saat ini tidak semuanya saling mendukung dan

sinergis. Masih banyak diantaranya yang berdiri sendiri atau bahkan saling

merugikan. Akibatnya timbul ketimpangan pembangunan antarwilayah.

Untuk memperkecil ketimpangan pembangunan antarwilayah ini, maka

strategi ini disusun. Penetapan simpul-simpul utama pusat pengembangan

nasional beserta sistem jaringannya dilakukan dengan mengacu pada

RTRWN maupun RTR Pulau yang bersangkutan serta RTR Provinsi yang

terkait.

Pada dasarnya kota-kota kecil dan menengah di dorong perkembangannya,

misalnya dengan mengembangkan industri berbasis sumber daya, dsb.

Sementara kota-kota besar dan metropolitan lebih dikendalikan

perkembangannya dengan memantapkan fungsi dan konsolidasi perannya

dalam pengembangan wilayah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, peran

dan fungsi kota-kota satelit, termasuk kota baru, ditingkatkan supaya

menjadi kota yang berkelanjutan dengan sendirinya, dan mengurangi

ketergantungan penggunaan sarana, prasarana dan utilitas pada kota inti.

Selain itu penguatan kemampuan desa dan kota desa juga penting dilakukan,

antara lain dengan melalui pengembangan kegiatan non-pertanian,

peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan akses ke berbagai

kota, pengembangan ekonomi lokal dan komoditas unggulan, dsb.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Menetapkan simpul-simpul utama pusat-pengembangan nasional beserta

Page 102: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 89

jaringan-jaringan serta fungsi-fungsi atau peran-peran simpul-simpul

tersebut dalam pembangunan nasional-wilayah dengan mengacu pada

RTR Pulau dan RTR Provinsi.

(2) Mendorong keterkaitan antar kota termasuk keterkaitan kota-desa.

(3) Mengembangkan kota-kota menengah dan kecil sebagai motor penggerak

ekonomi wilayah, serta mengendalikan pengembangan kota-kota besar

dan metropolitan.

(4) Pemerintah Pusat berperan menyiapkan dan mengembangkan

infrastruktur sosial ekonomi di simpul-simpul prioritas nasional,

sedangkan Pemerintah Daerah berperan mengembangkannya di kota-

kota terkait di daerahnya masing-masing

3) Strategi Pengembangan Kota-Kota Berfungsi Nasional/Internasional dan

Kawasan Kerjasama Internasional

Di era globalisasi ini, perkembangan yang terjadi di mancanegara tidak dapat

dielakkan akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan

kota-kota di Indonesia. Oleh karenanya perlu dilakukan dukungan bagi

penguatan kota-kota yang berfungsi nasional/internasional dan kawasan

kerjasama internasional sehingga kota-kota ini dapat mengambil manfaat

positif dari perkembangan yang terjadi di dunia internasional dan

berkompetisi dengan kota-kota manca negara. Selain itu perlu juga dilakukan

penguatan keterkaitan antara kota-kota nasional/internasional tersebut

dengan kota-kota lain di Indonesia agar tetap terjalin interaksi yang saling

mendukung.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Perencanaan pengembangan kota-kota berfungsi nasional dan

internasional serta kawasan kerjasama internasional dengan mengacu

pada RTR Pulau dan RTR Provinsi.

(2) Pentahapan dan penyiapan program pengembangan dan pembangunan.

(3) Pelibatan dunia usaha dan masyarakat dalam mengisi dan mendukung

pengembangan kota-kota yang berfungsi nasional/internasional serta

kawasan kerjasama internasional

4) Strategi Pengembangan Kota-Kota Khusus Berkembang Cepat,

Berkarakter Khusus, Kawasan Perbatasan, dan Kawasan Tertinggal

Page 103: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 90

Banyak wilayah yang memiliki produk unggulan dan lokasi strategis tetapi

belum dikembangkan secara optimal. Wilayah ini perlu mendapat perhatian

karena memiliki produk unggulan yang berdaya saing. Diharapkan dengan

berkembangnya wilayahwilayah tersebut, nantinya dapat berperan sebagai

penggerak bagi pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Termasuk dalam

kategori kota-kota khusus di sini adalah kota-kota dengan peran politis, kota-

kota rawan bencana, maupun kota-kota yang memiliki keunikan warisan

budaya. Kota-kota ini membutuhkan penanganan khusus sesuai dengan

peran dan karakteristiknya masing-masing.

Wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi

sumber daya alam yang cukup besar, atau merupakan wilayah yang sangat

strategis bagi pertahanan dan keamanan negara. Saat ini pembangunan di

beberapa wilayah perbatasan masih sangat jauh tertinggal dibandingkan

pembangunan di wilayah negara tetangga. Hal ini umumnya mengakibatkan

timbulnya berbagai kegiatan ilegal di daerah perbatasan yang dikhawatirkan

nantinya dapat menimbulkan berbagai kerawanan sosial. Oleh karenanya

Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus bagi kesejahteraan

masyarakat di kawasan perbatasan ini. Penjagaan di wilayah perbatasan ini

juga masih sangat kurang, sehingga timbul kasus-kasus diklaimnya pulau-

pulau ini oleh negara tetangga.

Kawasan tertinggal perlu memperoleh perhatian dan keberpihakan

pembangunan yang besar dari pemerintah. Masyarakat yang berada di

kawasan tertinggal ini umumnya masih belum banyak tersentuh oleh

program-program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial,

ekonomi, dan politik masih sangat terbatas dan kadang terisolir dari wilayah

di sekitarnya.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Menetapkan kota-kota khusus termasuk merencanakan pemenuhan

kebutuhannya, dan menyepakati dukungan masing-masing Pemerintah

Pusat dan Daerah.

(2) Pentahapan dan penyiapan program pengembangan dan pembangunan.

(3) Penetapan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan

kota-kota khusus

Page 104: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 91

5) Strategi Penyiapan serta Pengembangan Arahan dan Panduan bagi Daerah

untuk Pembangunan Perkotaan yang Berkelanjutan

Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan merupakan konsep

pembangunan perkotaan ke depan. Oleh karenanya penting baik bagi

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk memahami dan

menjalankan pembangunan nasional, wilayah, dan kota berdasarkan konsep

pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan tidak

lagi hanya mencakup aspek fisik ekologis, tetapi juga ekonomi, sosial, politis

dan budaya. Untuk terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan di

Indonesia dibutuhkan peningkatan kerjasama antara pusat dan daerah

maupun antar daerah dalam kerangka pengembangan wilayah. Selain itu

juga dibutuhkan keterkaitan antar kota dan keterkaitan kota-desa yang

saling mendukung dan sinergis untuk menunjang terwujudnya pembangunan

yang berkelanjutan.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Pengkajian dan penyiapan panduan pembangunan kota yang

berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang pulau dan provinsi

yang bersangkutan.

(2) Uji coba kajian penyiapan arahan dan panduan pembangunan kota yang

berkelanjutan.

(3) Penetapan arahan dan panduan pembangunan kota yang berkelanjutan

sebagai produk hukum.

2. Kebijakan Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya,

dan berkeadilan sosial

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat

memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan

berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan

prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang

terjangkau khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses

penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan iklim

sosial budaya di perkotaan.

Page 105: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 92

Pengembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek

sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai

dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini

dapat meliputi desain, pola dan struktur, serta bahan material yang digunakan

1) Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Perkotaan dan Pelayanan

Dasar Perkotaan yang Memadai dan Berkeadilan

Dalam mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan serta pelayanan

dasar perkotaan ini perlu memperhatikan peran dan fungsi masing-masing

kota agar dapat memenuhi kebutuhannya dalam melayani masyarakatnya

maupun daerah belakangnya, maupun berkompetisi dengan kota-kota

manca negara. Pengembangan PSP dan pelayanan dasar ini harus dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan

dirancang sedemikian sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan

orang-orang dengan kebutuhan khusus. Dalam pengembangan PSP dan

pelayanan dasar ini juga harus memperhatikan keberlanjutan kota, terutama

dalam kaitannya dengan ketersediaan sumber daya air dan pengelolaan

sanitasi kota, serta penyediaan ruang terbuka hijau di perkotaan.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Penetapan standar prasarana dan sarana perkotaan serta pelayanan

dasar untuk mencapai kualitas lingkungan yang lebih baik.

(2) Penetapan prioritas kebutuhan di kota-kota berfungsi nasional maupun

kota-kota lainnya.

(3) Penetapan kewenangan, dukungan, dan peran Pemerintah Pusat dan

Daerah berdasarkan kesepakatan bersama

2) Strategi Pengembangan Perumahan dan Permukiman yang Layak Huni dan

Terjangkau

Perencanaan tata ruang wilayah perkotaan yang selama ini lebih merupakan

intervensi institusional dari pemerintah sebagai respon terhadap

kesenjangan antara kondisi lingkungan dengan syarat-syarat ideal pelayanan

sistem pendukung permukiman manusia, saat ini sudah harus berubah

sebagai bentuk intervensi sistematis dan inklusif dalam mengarahkan

investasi sumber daya atau energi, termasuk investasi modal industri dan

keuangan, untuk (1) mengurus keselamatan hidup warga perkotaan, (2)

Page 106: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 93

mengurus produktivitas masyarakat setempat, dan (3) mengurus

kelangsungan pelayanan lingkungan hidup. Perencanaan tata ruang ini

dilengkapi dengan tahapan program pemanfaatan ruang dan

pengendaliannya, serta dalam pelaksanaannya menjadi acuan dalam

perencanaan strategis daerah.

Penataan lingkungan (dan bangunan) pada skala kawasan digunakan untuk

memandu pengembangan kawasan yang responsif terhadap potensi sumber

daya pembangunan, serta memandu pengendalian perwujudan tata ruang

sesuai yang direncanakan. Penataan lingkungan dan (bangunan) ini akan

mengisi rencana struktur tata ruang, baik melalui pengembangan kawasan

dan lingkungan siap bangun, maupun dalam bentuk peremajaan kawasan

dan/atau revitalisasi kawasan.

Dalam mengembangkan perumahan dan permukiman perlu disusun standar

dan pedoman bagi pembangunan rumah sehat dan terjangkau yang

disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya dan lingkungan setempat. Perlu

juga diupayakan berbagai kerjasama dengan pihak swasta, BUMN, dan

koperasi dalam penyediaan rumah layak dan murah.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Penataan ruang kota untuk mengarahkan investasi sumberdaya

pembangunan.

(2) Penataan lingkungan untuk menciptakan permukiman yang layak huni.

(3) Penetapan standar dan prioritas kebutuhan perumahan bagi masing-

masing kota (kabupaten).

(4) Penetapan pola pendanaan perumahan dan permukiman.

(5) Penetapan pola pelaksanaan, seperti dengan tribina, real estate, dan

lain-lain.

3) Strategi Pengembangan Proses-Proses Pendanaan dan Penyediaan Tanah

bagi Pembangunan Permukiman yang Partisipatif

Pengembangan perumahan harus didukung dengan pengembangan sistem

pembiayaan perumahan yang terjangkau oleh masyarakat miskin. Untuk

mendukung hal ini juga perlu dikembangkan konsep-konsep pemberdayaan

masyarakat dalam perbaikan perumahan dan permukiman. Dalam

penyediaan tanah ini perlu mempertimbangkan optimalisasi kawasan pusat

Page 107: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 94

kota, misalnya antara lain dengan mengembangkan pedoman penggunaan

lahan yang menekankan pada pembangunan yang saling mengisi dan

membatasi pengembangan kota ke daerah pinggiran.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Pengembangan model-model pendanaan dan penyediaan tanah untuk

permukiman melalui pengkajian peraturan perundangan, model-model

yang pernah dikembangkan di Indonesia dan contoh dari luar negeri.

(2) Pelaksanaan uji coba model di beberapa kasus terpilih.

(3) Penetapan peraturan perundangan yang diperlukan

4) Strategi Pengembangan Ekonomi Perkotaan Berdaya Saing Global

Pengembangan ekonomi kota yang dilakukan adalah pengembangan

ekonomi kota yang berorientasi lokal, yaitu produk komoditas unggulan

daerah tetapi dengan membuka jaringan pemasaran yang berorientasi

internasional dan nasional. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui

fasilitasi pengembangan klaster-klaster ekonomi. Pengembangan ekonomi

perkotaan yang berdaya saing global ini perlu didukung oleh berbagai hal

lainnya, seperti dukungan kebijakan dan peraturan dalam penciptaan iklim

yang kondusif bagi pengembangan kegiatan ekonomi dan investasi,

memperbaiki visi investasi melalui reformasi perpajakan, seperti

penyederhanaan restitusi, dsb, meningkatkan pengamanan dan pelayanan

kepelabuhan. Hal lain yang juga penting adalah pengembangan sistem

informasi kota-kota serta jaringan komunikasi dan perdagangan berbasis

internet.

Pembangunan infrastruktur perkotaan harus diimbangi oleh pembangunan

sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Pembangunan ekonomi masyarakat

diperlukan untuk menjamin kesejahteraan dan keberlanjutan produktivitas

warga dalam berkehidupan dan agar dapat memanfaatkan infrastruktur

perkotaan secara optimal, sehingga mengurangi beban pengeluaran

masyarakat akibat akses yang lebih memadai terhadap infrastruktur dan

pelayanan kota.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Melakukan kajian potensi pengembangan lokal dan pemasaran

internasional.

Page 108: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 95

(2) Penetapan kota-kota bagi pemasaran yang diprioritaskan.

(3) Penyiapan infrastruktur dan pelayanan, terutama sumber daya manusia

dalam rangka meningkatkan produktivitas

5) Strategi Penciptaan Iklim Kehidupan Sosial Budaya yang Saling Menghargai,

Saling Mendukung, serta Mengapresiasi Budaya dan Warisan Budaya

Termasuk dalam kehidupan sosial budaya yang saling menghargai dan saling

mendukung adalah jaminan kehidupan spiritual masyarakat yang inklusif

serta pengembangan kehidupan bermasyarakat yang bebas dari diskriminasi.

Hal ini antara lain dapat dilakukan melalui penguatan peraturan

perundangan, penghapusan peraturan yang tidak mendukung dan

penegakan hukum.

Hal penting yang perlu dilakukan oleh kota-kota di Indonesia adalah

menjadikan kotanya tempat yang aman dan mendukung bagi perkembangan

anak-anak sebagai SDM masa depan. Dalam hal ini keamanan dan ketertiban

kota merupakan hal yang penting. Tentu saja kota juga harus dapat menjadi

tempat pembelajaran yang baik bagi masyarakatnya, sehingga masyarakat

kota dapat berkembang sebagai individu yang menghasilkan modal sumber

daya manusia dan sebagai kelompok yang menghasilkan modal sosial. Hal

tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memfasilitasi pengembangan

program-program serta fasilitas-fasilitas yang dapat menciptakan interaksi

sosial antar golongan di dalam masyarakat; pengembangan prasarana dan

sarana kota guna mendukung kebebasan berkreasi dan berkesenian;

mengembangkan konsep pendidikan masyarakat kota yang mampu

menyosialisasikan dan menanamkan kebudayaan dan peradaban kota;

memfasilitasi pengembangan program-program yang dapat meningkatkan

modal SDM (sikap mental/budipekerti, bakat, etos kerja, kreativitas,

kebugaran jasmani); memfasilitasi pengembangan gelanggang remaja

sebagai pusat komunitas untuk pengembangan bakat, kepribadian, kohesi

sosial; mengembangkan konsep-konsep inovatif untuk penyediaan ruang

terbuka yang bersifat berbasis masyarakat; mengembangkan kegiatan

pelestarian dan pengembangan kebudayaan nasional di perkotaan;

menetapkan peraturan perundangan bagi perlindungan dan pelestarian

warisan budaya yang menjadi warisan budaya nasional, dan sebagainya.

Page 109: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 96

Pembangunan sosial budaya yang berhasil akan dapat mendukung

pembangunan perkotaan, melalui peningkatan kualitas dan peran

masyarakat serta interaksi positifnya dalam proses pembangunan, maupun

dalam pelaksanaan pembangunan yang berbasis pada masyarakat dan

pengutamaan nilai-nilai kearifan lokal.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Penilaian potensi dan kebutuhan sosial budaya di daerah.

(2) Penataan lingkungan untuk menciptakan kehidupan sosial budaya yang

saling menghargai dan mendukung.

(3) Penyiapan langkah tindak untuk pemantapan sosial budaya kota-kota di

daerah, termasuk keamanan dan ketertiban kota.

(4) Penyiapan kelembagaan dan sosialisasi untuk memperoleh kesepakatan

dan dukungan stakeholders.

(5) Fasilitasi studi banding dari dalam dan luar negeri

3. Kebijakan Peningkatan Kapasitas Manajemen Pembangunan Perkotaan

Kapasitas Pusat dan Daerah merupakan salah satu faktor penting dalam

pengembangan perkotaan, meliputi kelembagaan, pembiayaan, serta sumber

daya manusia. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM sangat diperlukan

dalam rangka pengelolaan perkotaan yang efektif dan efisien. Hal ini menjadi

sangat signifikan terutama di era globalisasi, serta desentralisasi dan otonomi

daerah saat ini.

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM dapat meliputi penyelenggaraan

tata pemerintahan yang baik, antara lain akuntabilitas, transparansi, dan peran

serta masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Selain masyarakat, sektor

dunia usaha juga merupakan salah satu pendukung dalam pengelolaan

perkotaan

1) Strategi Peningkatan Kapasitas SDM serta Kelembagaan Pusat dan Daerah

dalam Pengelolaan Pembangunan Perkotaan

Peningkatan kapasitas kelembagaan pusat dan daerah ini termasuk antara

lain penyiapan aparatur pemerintah yang berkualitas berdasarkan standar

kompetensi, peningkatan kapasitas keuangan pemerintah daerah, dan

penataan kelembagaan pemerintah daerah agar lebih proporsional dan

profesional sesuai kebutuhan nyata masing-masing daerah. Selain itu perlu

Page 110: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 97

juga adanya perbaikan sistem kepegawaian dan pengembangan sistem

pemetaan jenjang karir bagi aparat pemerintah pusat dan daerah. Pemetaan

jenjang karir ini juga diharapkan dapat menjaga kompetensi aparat terhadap

setiap jabatannya. Dalam pemetaan jenjang karir ditetapkan pula sistem

perekrutan, kompetensi, sistem penilaian dan uji kelayakan dan kepatutan

dari setiap jabatan yang ada.

Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan perkotaan

baik di pusat maupun di daerah dapat dilakukan dengan pengembangan

program-program pendidikan dan pelatihan bagi aparatur pemerintah yang

diterapkan sesuai dengan kompetensinya. Hal lain yang sangat penting untuk

dilakukan adalah memperjelas pembagian kewenangan antar tingkat

pemerintahan.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Penetapan peraturan perundangan untuk mengelolaan perkotaan.

(2) Pengadaan pelatihan SDM di Pusat dan Daerah yang disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan.

(3) Penyiapan lembaga pelatihan di Pusat dan Daerah

2) Strategi Peningkatan Kapasitas Pembiayaan Pemerintah Daerah

Besarnya kebutuhan pelayanan dan terbatasnya kemampuan pendanaan

pemerintah dalam pembangunan perkotaan perlu diatasi antara lain dengan

melakukan langkah-langkah seperti memberikan perhatian yang lebih besar

terhadap biaya operasional dan pemeliharaan yang harus dikeluarkan untuk

mempertahankan kinerja infrastruktur yang ada, pendekatan perencanaan

pembangunan yang berbasis pada life-cycle costing, dan penerapan

manajemen aset. Dengan demikian, salah satu aspek peningkatan kapasitas

yang utama untuk dikembangkan bagi pemerintahan kota adalah dalam

pengelolaan keuangan dan aset kota. Perbaikan sistem pengelolaan

keuangan kota perlu dilakukan, baik dalam pembenahan sistem akuntansi,

peningkatan manajemen aset, maupun pengembangan kemitraan dunia

usaha dan masyarakat.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Pengembangan sistem pembiayaan pembangunan perkotaan yang tidak

membebani masyarakat.

Page 111: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 98

(2) Pengembangan pola-pola kemitraan dengan masyarakat dan dunia

usaha.

(3) Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pengelolaan aset

daerah.

(4) Perbaikan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah dari sistem

single entry ke double entry

3) Strategi Peningkatan Pola dan Mekanisme Pelibatan Stakeholders dalam

Pengelolaan Pembangunan Perkotaan yang Inklusif

Tata pemerintahan perkotaan yang baik (good urban governance) menjadi

persyaratan dalam penyelenggaraan perkotaan. Hal ini merupakan respon

terhadap berbagai permasalahan pembangunan kawasan yang dilaksanakan

oleh pemerintah yang akuntabel dan inklusif bersama-sama dengan unsur-

unsur masyarakat, serta yang secara konsisten menerapkan tata kelola

pemerintahan yang baik dan pelaksanaan otonomi daerah.

Pelibatan masyarakat dan stakeholder lainnya dalam pembangunan

perkotaan dilakukan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Dalam tahap perencanaan perlu dilakukan sistem perencanaan yang

melibatkan peran serta seluruh stakeholder kota. Proses ini dilakukan agar

terjadi kerjasama yang harmonis diantara berbagai stakeholder dalam

pembangunan kota. Dalam pelaksanaan pembangunan kota, peran serta

masyarakat juga penting karenanya perlu dikembangkan berbagai model

program pelibatan masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pemeliharaan

prasarana dan sarana kota merupakan salah satu keterlibatan yang secara

aktif harus dilaksanakan.

Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam memantau berbagai

kegiatan pembangunan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

bersama. Hal ini merupakan suatu pengawasan yang paling efektif. Guna

menampung segala proses peran serta stakeholder kota tersebut di atas,

maka pemerintah perlu memfasilitasi pembentukan forum-forum diskusi

yang menjadi wadah berinteraksinya para stakeholder kota. Dalam forum ini

dapat dibicarakan berbagai rencana dan permasalahan pembangunan kota

untuk dipecahkan bersama sehingga meningkatkan rasa kepemilikan

masyarakat terhadap kotanya.

Page 112: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 99

Pengadaan forum-forum diskusi untuk pengelolaan pembangunan perkotaan

dapat dilakukan melalui kegiatan seperti berikut:

(1) Penyiapan model-model untuk pelibatan masyarakat dalam

pengelolaan

pembangunan pekotaan yang inklusif.

(2) Uji coba model pelibatan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan.

(3) Pelatihan metoda partisipatif dalam pengelolaan perkotaan

4) Strategi Pembentukan Sistem Informasi Perkotaan di Tingkat Nasional dan di

Tingkat Daerah

Sistem informasi perkotaan merupakan acuan bagi masyarakat dalam

melihat perkembangan dari pembangunan kotanya dan berbagai

permasalahannya. Sistem informasi ini bersifat interaktif sehingga dapat

menjaring aspirasi masyarakat dalam pembangunan kota.

Dalam pengembangan sistem informasi perkotaan ini perlu dilakukan

pengembangan konsep dan standar pengembangan sistem informasi dan

komunikasi yang dapat dijadikan acuan dasar oleh pemerintah kota dalam

mengembangkannya di kotanya masing-masing. Dengan adanya acuan ini

kota-kota akan dengan mudah mengembangkan sistem informasi kotanya

sesuai kebutuhan, dimulai dari yang paling dasar dan nantinya akan

berkembang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masing-masing

kota.

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Pengembangan jejaring yang sesuai di Pusat dan di Daerah.

(2) Penyiapan pusat pengolahan dan penyediaan informasi bagi

pengelolaan perkotaan di Pusat dan Daerah.

(3) Penyediaan perangkat keras dan lunak, di Pusat dan di Daerah.

(4) Sosialisasi dan pemanfaatan sistem informasi perkotaan.

Berdasarkan uraian kebijakan dan strategi nasional pengembangan

perkotaan yang komprehensif tersebut dapat dilihat bahwa pada prinsipnya

KSNP-Kota tersebut mengacu kepada kebijakan dan strategi pengembangan

struktur ruang wilayah nasional yang termuat didalam penetapan PKN, PKW,

PKL dan PKSN yang bermuara kepada perwujudan akses pelayanan yang

merata dan berhirarki dengan strategi mendasar kepada keterkaitan

Page 113: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 100

antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan

maupun kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya. Kemudian terhadap

pengendalian kota-kota pantai (pembangunan yang berkelanjutan) dan

mewujudkan kawasan perkotaan yang lebih kompetitif dan lebih efektif

dalam pengembanngan wilayah sekitarnya. Dengan kata lain KSNP-Kota

sangat mengapresasikan kepada muatan yang termuat didalam RTRWN.

Oleh karena itu diperlukan penengasan yang tertuang didalam muatan

kebijakan dan strategi pengembangan infrastruktur perkotaan dan

perdesaan yang berbasis penataan ruang.

Uraian KSNP – Kota sudah komprehensif dalam menjelaskan arah

pengembangan perkotaan dari berbagai aspek yakni pengembangan fungsi

dan peran perkotaan, pemenuhan kebutuhan permukiman yang layak huni

serta pengelolaan perkotaan yang sesuai dengan tata pemerintahan yang

baik. Bahkan di dalam KSNP-Kota telah tegas kepada arah pengembangan

sistem perkotaan nasional dan rencana induk sistem infrastruktur mengacu

kepada RTRWN dan RTRW Pulau

2.2.4.2. Matriks Keterkaitan Substansi Rtrwn Dengan KSNP–KOTA

Berdasarkan muatan di dalam KSNP-Kota, maka berikut ini diuraikan mengenai

keterkaitan muatan RTRWN (fungsi eksternal) dengan muatan KSNP-Kota. Dari tabel

dibawah ini memperlihatkan substansi yang terdapat di dalam KSNP-Kota

memperlihatkan bahwa kawasan perkotaan memiliki fungsi eksternal seperti yang

diarahkan didalam RTRWN.

Tabel 2. 4

Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan KSNP - Kota

RTRWN Muatan KSNP - Kota

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Impilikasi dan Pengembangan Infrastruktur

KOTDES

Pusat Kawasan Andalan Strategi 2 (Kebijakan 1)

Penyiapan Kota sebagai Simpul Pelayanan serta Simpul

Page 114: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 101

RTRWN Muatan KSNP - Kota

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Impilikasi dan Pengembangan Infrastruktur

KOTDES

Aksesibilitas, Koleksi, dan Distribusi dalam Wilayah

Strategi 4 (Kebijakan 1)

Pengembangan Kota-Kota Khusus Berkembang Cepat, Berkarakter Khusus, Kawasan Perbatasan, dan Kawasan Tertinggal

Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

Strategi 2 dalam Kebijakan 1

Penyiapan Kota sebagai Simpul Pelayanan serta Simpul Aksesibilitas, Koleksi, dan Distribusi dalam Wilayah

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

Strategi 1 (Kebijakan 1)

Penyiapan Prasarana dan Sarana Perkotaan Nasional untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Nasional, Wilayah, Lokal Melalui Pembangunan Perkotaan;

Simpul kegiatan ekspor - impor

- -

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

Strategi 1 (Kebijakan 1)

Penyiapan Prasarana dan Sarana Perkotaan Nasional untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Nasional, Wilayah, Lokal Melalui Pembangunan Perkotaan;

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

Strategi 4 (Kebijakan 1)

Pengembangan Kota-Kota Khusus Berkembang Cepat, Berkarakter Khusus, Kawasan Perbatasan, dan Kawasan Tertinggal

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Page 115: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 102

2.2.5. Peran Dan Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Pengembangan

Permukiman

Berdasarkan penelahaan literatur, diperoleh beberapa peraturan perundang-undangan yang

dipertimbangkan memiliki keterkaiatan secara langsung terhadap fungsi eksternal

perkotaan, yakni:

1. PP No. 80 Tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS

2. UU No. 16 Tahun 1984 Tentang Rumah Susun dan PP tentang Rumah Susun

Di dalam undang-undang perumahan dan permukiman dinyatakan bahwa tujuan penataan

perumahan dan permukiman tidak semata-mata kepada pemenuhan kebutuhan dasar atau

peningkatan kualitas permukiman, tetapi lebih jauh lagi terdapat unsur-unsur kepada

pengembangan wilayah dan penunjang pembanguan sosial, ekonomi atau bidang lain.

Artinya dari sisi tujuan, maka penataan perumahan dan permukiman memiliki nilai strategis

terhadap kawasan itu secara lebih luas.

Untuk mewujudkan kawasan permukiman berskala besar, pemerintah daerah menetapkan

satu bagian atau lebih dari kawasan permukiman menurut rencana tata ruang wilayah

perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan yang telah memenuhi

persyaratan sebagai kawasan siap bangun.

Pembangunan kawasan permukiman denan pola permukiman skala besar ditujukan untuk:

1. Menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan

permukiman;

2. Mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan

yang telah ada di dalam atau disekitarnya.

Page 116: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 103

Gambar 2. 16

Pola Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berdasarkan UU No. 4 Tahun 1992

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Satuan-satuan lingkungan permukiman satu dengan yang lain saling dihubungkan oleh

jaringan transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan

berbagai pelayanan dan kesempatan kerja yang dilaksanakan sesuai dengan RTRW Kota atau

RTRW Kabupaten.

Pengembangan perumahan berskala besar melalui Kasiba atau Lisiba Berdiri Sendiri

memberikan pengertian bahwa pola ini merupakan pola pembangunan baru yang pada

gilirannya mampu mengembangkan satuan-satuan lingkungan permukiman yang

berdasarkan rencana tata ruang. Artinya pengembangan Kasiba memilki nilai strategis untuk

mengisi satuan-satuan lingkungan permukiman yang telah diarahkan di dalam RTRW Kota

atau RTRW Kabupaten.

Tujuan Pembangunan Kasiba/Lisiba BS

1. Mengarahkan pertumbuhan permukiman di kawasan perkotaan dan perdesaan agar

terbentuk struktur kawasan yang efisien dan efektif;

2. Mengendalikan harga tanah, yang berangkat dari paradigma bahwa lahan bukan

hanya komoditi tetapi lahan untuk kepentingan pengembangan sosial ekonomi kota;

Page 117: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 104

3. Menyediakan perumahan yang layak dan terjangkau, sekaligus merupakan strategi

pembangunan permukiman di kawasan perkotaan sebagai upaya preventif

tumbuhnya permukiman kumuh.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 1999 Tentang Kasiba dan Lisiba BS merupakan

amanat dari UU Nomor 4 Tahun 1992, Pasal 20, yang mengatur tentang:

1. Lokasi sebagai operasionalisasi RTRK/K;

2. Badan Pengelola/Badan Penyelenggara;

3. Pembangunan prasarana;

4. Pengaturan pembangunan Lisiba/Lisiba BS;

5. Pengaturan besaran Kasiba/Lisiba;

6. Pengaturan waktu pembangunan;

7. Pengaturan peralihan.

Maksud pembangunan perumahan dan permukiman yang dilaksanakan dengan pola Kasiba:

1. Agar memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan yang berkualitas serta

mendukung kegiatan sosioekonomi masyarakat setempat,

2. Agar pembangunan perumahan dan permukman dapat lebih terarah dan terpadu

sesuai dengan arah pembangunan kabupaten/kota sehingga mengarahkan

pertumbuhan wilayah

3. Agar membentuk struktur wilayah yang lebih efisien dan efektif

4. Agar pemerintah daerah dapat mengendalian harga tanah dengan tujuan agar

seluruh memenuhi kebutuhan rumah.

Sasarannya adalah agar Pemerintah Kabupaten dan Kota dapat menyelenggarakan

pembangunan perumahan dan permukiman dengan menerapkan pola pengembangan

Kasiba dan Lisiba BS. Bila diperlukan dapat diberikan pendampingan oleh Pemerintah Pusat

dan Propinsi.

Untuk pola Kasiba dilakukan oleh :pemerintah dengan penyelenggaraan oleh Badan

Pengelola yaitu BUMN, BUMD atau badan lain yang dibentuk pemerintah sekaligus sebagai

pemberi izin perolehan tanah (Pasal 4 Permenpera No 33/2006), ... dst Penyelenggaraan

pembangunan perumahan dan permukiman Untuk Lisiba bagian dari Kasiba : Ditunjuk

atau ditetapkan oleh Badan Pengelola melalui kompetisi, dst.... (a.l. pasal 5 Permenpera No

33/2006) Indikator keberhasilan pembangunan perumahan dan permukiman pola Kasiba

dan Lisiba BS adalah terwujudnya pembangunan perumahan dan permukiman dengan pola

Kasiba dan Lisiba BS di berbagai daerah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan

Page 118: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 105

pembangunan prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan.

Permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman dengan pola

Kasiba, yaitu : Aspek kesiapan Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, Aspek

pembiayaan pembangunan yang cukup besar (khususnya peraturan pengelolaan Kasiba dan

Lisiba BS menjadi ancaman bagi pengembang swasta skala besar yang sudah menguasai

lahan cukup luas sementara pembangunannya belum selesai.

Gambar 2. 17

Ilustrasi Kawasan Permukiman Baru Serta Kasiba & Lisiba BS

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Kebijakan Operasional Permukiman Baru Serta Kasiba / Lisiba BS

1. Pembangunan infrastruktur pada kawasan permukiman yang baru melalui

kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat mengacu pada Tata Ruang

Kota/Kabupaten

2. Kegiatan diarahkan pada Pendampingan dalam rangka pengembangan permukiman

baru serta Kasiba/Lisiba dan bantuan prasarana dan sarana

KAWASAN

PERMUKIMAN

BARU

KASIBA ADALAH

• SEBIDANG TANAH YANG DIPERSIAPKAN UNTUK PEMB. P/ P SKALA BESAR

• TERBAGI DALAM SATU LISIBA ATAU LEBIH

• DILAKUKAN SECARA BERTAHAP

• DILENGKAPI DENGAN JARINGAN PRIMER & SEKUNDER

• SESUAI RENCANA TATA RUANG

LISIBA ADALAH SEBIDANG TANAH

• BAGIAN DARI KASIBA

• ATAU YG BERDIRI SENDIRI

• TELAH DI-PERSIAPKAN & DILENGKAPI DENGAN PSD

• SESUAI DENGAN PERSYARATAN, PEMBAKUAN YG BERLAKU

LISIBA BS ADALAH

• BUKAN BAGIAN DARI KASIBA,

• DIKELILINGI OLEH LINGK. PERUMAHAN YG SDH TERBANGUN ATAU DIKELILINGI OLEH KAWASAN DNG FUNGSI LAIN

Page 119: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 106

3. Diprioritaskan pada Kota Metropolitan, Kota Besar cepat tumbuh serta Ibukota

kabupaten/propinsi baru

Gambar 2. 18

Pola Pembangunan Kasiba/Lisiba di Kawasan Perkotaan

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Pembangunan Infrastruktur Primer Fungsionalisasi Kasiba/Lisiba:

1. Jalan Primer

2. Drainase makro dan Flood Control

3. Sistem primer persampahan, penanganan air limbah domestik secara off-site dan

penyediaan air minum dan yang terintegrasi dengan sistem kota/kawasan

Dengan memperhatikan urutan penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba BS, dan perkiraan

kebutuhan riil perumahan dan permukiman baru skala besar, prioritas diberikan kepada:

1. Kota Metropolitan (berada di lokasi PKN dan PKW).

2. Kota Besar Cepat Tumbuh/pusat pertumbuha (PKW),

3. Ibukota Kabupaten/Provinsi Baru (pemekaran) (PKW)

KPSB

KAWASAN

PERMUKIMAN KOMUNIKASI /

AKSES TEMPAT

KERJA REKREASI

FAS-SOS /

FAS-UM

KASIBA

LISIBA BS

PERUMAHAN YANG

TELAH TERBANGUN

CALON LISIBA

Page 120: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 107

Gambar 2. 19

Konteks Pola Kasiba/Lisiba dalam Permukiman yang Telah Terbangun

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Berdasarkan muatan di dalam PP No. 80 Tahun 1999 dan PP tentang Rumah Susun, maka

berikut ini diuraikan mengenai keterkaitan muatan RTRWN (fungsi eksternal) dengan

muatan didalam PP tersebut. Dari tabel dibawah ini memperlihatkan substansi yang

terdapat di dalam peraturan pemerintah tersebut memperlihatkan bahwa kawasan

perkotaan memiliki fungsi eksternal dapat didukung melalui pengembangan KASIBA/LISIBA

dan Pengembangan Rumah Susun yang terkait dalam rangka mendukung fungsi kota sebagai

pusat kawasan andalan dan simpul kegiatan industri dan jasa berskala nasional

KPSB

KASIBA

LISIBA BS

PERUMAHAN YANG TELAH TERBANGUN

LISIBA

PERMUKIMAN

Jalan dan Drainase

Sekunder

Page 121: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 108

Tabel 2. 5

Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan PP 80 Tahun 1999 dan PP

Tentang Rumah Susun Terkait Fungsi Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

RTRWN Muatan PP No. 80 Tahun 1999 (Kasiba/Lisiba BS) dan PP Tentang Rumah Susun

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Implikasi dan Pengembangan Infrastruktur

KOTDES

Pusat Kawasan Andalan Mendukung fungsi kota sebagai pusat kawasan andalan dengan pengembangan permukiman baru berskala besar besar (KASIBA/LISIBA) terutama di Kota Metro dan Besar, cepat tumbuh dan ibukota kabupaten/provinsi baru.

Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

- -

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

-

Simpul kegiatan ekspor - impor

- -

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

Mendukung simpul kegiatan industri dan jasa melalui pemenuhan kebutuhan rumah skala besar (KASIBA/LISIBA) atau vertikal (RUMAH SUSUN)

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

-

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Pembangunan Rumah Susun tidak hanya dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah untuk

masyarakat berpenghasilan rendah tetapi secara jangka panjang adalah untuk meningkatkan

daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian

sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan

seimbang (UU No. 16 Tahun 1985, Pasal 3 ayat 1b). Seperti diketahui keterbatasan lahan di

kawasan perkotaan terutama di Kota Metro menjadi salah satu penghambat daya tampung

kota tersebut, sehingga pembangunan rumah susun dapat menjadi solusi baik terhadap

Page 122: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 109

pemenuhan kebutuhan tetapi lebih jauh juga mendukung sistem kota sebagai simpul

kegiatan industri dan jasa yang terbatas akan lahannya

2.2.6. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Penyediaan Air

Minum (KSNP - SPAM)

2.2.6.1. Muatan KSNP – SPAM

Melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 20/PRT/M/2006 telah menetapkan

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang

selanjutnya disingkat KSNP-SPAM.

KSNP – SPAM merupakan pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan

pengembangan sistem penyediaan air minum, baik bagi pemerintah pusat maupun

daerah, dunia usaha, swasta dan masyarakat.

KSNP-SPAM digunakan sebagai pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan

pengembangan sistem penyediaan air minum berkualitas, baik ditingkat pusat,

maupun daerah sesuai dengan kondisi daerah setempat.

KSNP-SPAM meliputi uraian tentang visi dan misi pengembangan sistem penyediaan air

minum, isu strategis, permasalahan, dan tantangan pengembangan SPAM,

tujuan/sasaran serta kebijakan dan strategi nasional pengembangan SPAM dengan

rencana tindak yang diperlukan.

Sasaran dari Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum (SPAM) melalui perpipaan dan non perpipaan terlindungi, antara lain sebagai

berikut:

1. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan

harga terjangkau dengan peningkatan cakupan pelayanan melalui sistem

perpipaan yang semula 18% pada tahun 2004 menjadi 32% pada tahun 2009 dan

selanjutnya meningkat menjadi 60% pada tahun 2015.

2. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air dengan menekan

tingkat kehilangan air direncanakan hingga pada angka 20% dengan melibatkan

peran serta masyarakat dan dunia usaha.

3. Penurunan persentase cakupan pelayanan air minum dengan sistem non

perpipaan terlindungi dari tahun 2004 sebesar 37.47% menjadi 33% pada tahun

Page 123: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 110

2009 dan 20% pada tahun 2015, sehingga persentase penggunaan SPAM melalui

sistem non-perpipaan tidak terlindungi semakin menurun dari tahun ke tahun.

4. Pembiayaan pengembangan SPAM meliputi pembiayaan untuk membangun,

memperluas serta meningkatkan sistem fisik (teknik) dan sistem nonfisik. Dalam

hal pemerintah daerah tidak mampu melaksanakan pengembangan SPAM,

Pemerintah dapat memberikan bantuan pendanaan sampai dengan pemenuhan

standar pelayanan minimal sebesar 60 l/o/h yang dibutuhkan secara bertahap;

Bantuan Pemerintah diutamakan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan

rendah dan miskin.

5. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa

pelayanan

Kebijakan pengembangan SPAM dirumuskan dengan menjawab isu strategis dan

permasalahan dalam pengembangan SPAM. Secara umum kebijakan dibagi menjadi

lima kelompok yaitu:

1. Kebijakan Peningkatan cakupan dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat

Indonesia

Kebijakan ini darahkan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan

secara konsisten dan bertahap, menurunkan tingkat kehilangan air melalui

perbaikan dan rehabilitasi serta memprioritaskan pembangunan untuk

masyarakat berpenghasilan rendah.

1) Strategi Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum

terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang dilakukan secara

bertahap di setiap propinsi

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan fasilitasi perluasan pelayanan melalui penambahan kapasitas

& pengembangan jaringan untuk PDAM-PDAM sehat

Bantuan teknis/ program fasilitasi penyelenggaraan SPAM dengan

pola Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) terutama di kota metro dan

besar maupun kawasan perumahan baru

Bantuan Program Penyehatan PDAM melalui:

- Perluasan pelayanan bagi PDAM kurang sehat untuk

meningkatkan pendapatan

Page 124: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 111

- Optimalisasi sistem dengan menurunkan kapasitas tak

termanfaatkan hingga < 10%

- Perluasan pelayanan hingga mencapai

skala ekonomis

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan fisik pembangunan baru SPAM untuk kota sedang/kecil

(IKK) diutamakan:

- Ibukota Kecamatan yang belum memiliki sistem

- Ibukota kabupaten/kota pemekaran

- Kawasan/desa rawan air, kawasan perbatasan, daerah pesisir,

pulaupulau terpencil

Bantuan fisik pengembangan SPAM melalui perluasan pelayanan dari

wilayah tetangga yang sudah memiliki SPAM

Bantuan fisik pengembangan SPAM untuk Masyarakat

Berpenghasilan Rendah di kawasan RSH

2) Strategi Mengembangkan aset manajemen SPAM dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis peningkatan manajemen dan optimalisasi asset

PDAM

Bantuan program penurunan tingkat kehilangan air dari rata-rata

nasional 37% menjadi sekurang-kurangnya 20%

Bantuan teknis penyusunan studi kelayakan kerja sama pengelolaan

antardaerah atas dasar pertimbangan ketersediaan air baku

dan/atau efektifitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan (skala

ekonomis

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan fisik pengembangan SPAM melalui kerjasama regional

pengembangan SPAM

3) Strategi Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui non

perpipaan terlindungi bagi masyarakat berpenghasilan rendah

(1) Bantuan teknis/fisik pengembangan baru prasarana air minum non-

perpipaan terlindungi

Page 125: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 112

(2) Bantuan program meningkatkan prasarana air minum menjadi terlindungi

(dari tidak terlindungi)

4) Strategi Mengembangkan penyediaan air minum yang terpadu dengan

sistem sanitasi

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi

dan penyusunan studi kelayakan

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi

dan penyusunan studi kelayakan

5) Strategi Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai

dengan standar baku mutu

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan program adopsi ISO 4064 menjadi Standar Nasional

Indonesia (SNI), dan menetapkan sebagai SNI wajib.

Bantuan teknis peningkatan pelayanan sekurang-kurangnya

mencapai standar pelayanan minimal sesuai NSPM yang berlaku

Bantuan teknis peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan

standar baku mutu kualitas air minum berdasarkan ketentuan Dep.

Kesehatan

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis pengawasan kualitas air minum

Bimbingan teknis konstruksi SPAM individual/komunal

6) Strategi Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka

monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan air minum

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan

air minum

Bantuan teknis pendidikan dan pelatihan teknis SDM

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan air

minum

2. Kebijakan Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari

Page 126: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 113

berbagai sumber secara optimal

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan SPAM

melalui pengembangan alternatif sumber dan pola pembiayaan serta

memperkuat kemampuan finansial PDAM

1) Strategi Mengembangkan sumber alternatif pembiayaan melalui penciptaan

sistem pembiayaan dan pola investasi

(1) Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui bank komersial

untuk PDAM sehat

(2) Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui lembaga non-

bank

(3) Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan untuk pengembangan

SPAM melalui PHLN

(4) Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui penerbitan

obligasi daerah dan obligasi perusahaan

(5) Pengembangan pola pembiayaan melalui skema Water Fund

2) Strategi Meningkatkan peran dunia usaha/swasta & atau masyarakat

(koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama

pemerintah dan dunia usaha/swasta

Bantuan teknis peningkatan pendanaan melalui kerja sama

pemerintah dan dunia usaha/swasta

Bantuan dana stimulan untuk mendorong pengembangan SPAM oleh

masyarakat secara mandiri

Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM

melalui koperasi dan masyarakat

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama

pemerintah dan dunia usaha/swasta

Bantuan teknis peningkatan investasi melalui dana masyarakat dan

dunia usaha/swasta

Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM

melalui koperasi dan masyarakat

Page 127: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 114

(3) Meningkatkan kemampuan finansial PDAM

Restrukturisasi/penetapan tarif:

- Menerapkan tarif dengan prinsip pemulihan biaya penuh

- Menerapkan subsidi pemerintah daerah apabila tarif lebih rendah

dari tarif pemulihan biaya penuh

- Penetapan tarif:

Untuk masyarakat mampu diberlakukan tarif pemulihan

biaya penuh dan progresif

Untuk masyarakat berpenghasilan rendah, diberlakukan tarif

subsidi sampai dengan 60 L/o/h

Restrukturisasi hutang melalui:

- Penjadwalan ulang

- Pengkondisian (peninjauan persyaratan) hutang

- Penghapusan denda

3. Kebijakan Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan

Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam

penyelenggaraan SPAM, menerapkan prinsip kepengusahaan pada lembaga

penyelenggaraan dan menyusun peraturan perundangan

1) Strategi Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat

kabupaten/kota dalam pengembangan SPAM

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas

terkait pengembangan SPAM

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan

melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki

kompetensi yang sesuai

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas

terkait pengembangan SPAM

Page 128: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 115

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan

melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki

kompetensi yang sesuai

2) Strategi Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Good Corporate

Governance terutama untuk penyelenggara/operator SPAM

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis untuk PDAM sehat:

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-

prinsip good corporate governance

Menerapkan sistem manajemen mutu dalam penyelenggaraan SPAM

Peningkatan manajemen pengusahaan melalui pengisian jabatan

struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki kompetensi yang

sesuai

Evaluasi kinerja penyelenggaraan SPAM secara periodik

Bantuan Program Penyehatan PDAM:

Peningkatan manajemen kepengusahaan melalui pengisian jabatan

struktural/fungsional PDAM oleh SDM dengan kompetensi yang

sesuai di setiap tingkatan

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan manajerial

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Peningkatan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan good

corporate governance

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas

Page 129: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 116

terkait pengembangan SPAM

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan

melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki

kompetensi yang sesuai

3) Strategi Melengkapi produk-produk peraturan perundangan dalam

penyelenggaraan SPAM

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Nasional

Pengembangan SPAM propinsi, kabupaten/kota

Penyusunan NSPM pengembangan SPAM

Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia

usaha/swasta

Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan

pengembangan SPAM

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Nasional

Pengembangan SPAM propinsi, kabupaten/kota

Penyusunan NSPM pengembangan SPAM

Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia

usaha/swasta

Penyusunan peraturan tentang kerjasama koperasi dan masyarakat

Penyusunan pedoman pembentukan kelembagaan pengelola SPAM

Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan

pengembangan SPAM

Penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM melalui

koperasi dan masyarakat

4. Peningkatan penyediaan Air Baku secara berkelanjutan

Arah dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan penyediaan air baku untuk

kebutuhan air minum, meningkatkan pengelolaan sumber daya air terpadu

Page 130: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 117

berbasis wilayah sungai serta meningkatkan perlindungan air baku dari

pencemaran

1) Strategi Konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Mengembalikan kapasitas DAS kritis

Pengembangan pengelolaan dan konservasi melalui pemulihan

sungai, danau, dan sumber air lainnya

Peningkatan efisiensi penyelenggaraan SPAM dan perlindungan air

baku

- Perlindungan air baku dari pencemaran

- Pengendalian laju permukiman

- Pengendalian penggunaan air tanah

- Keterpaduan antara penyelenggaraan SPAM dengan sanitasi

Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur

resapan terutama di daerah permukiman

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur

resapan terutama di daerah permukiman

Rehabilitasi situ-situ dan tandon air

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

2) Strategi Peningkatan dan penjaminan kuantitas dan kualitas air baku

terutama bagi kota metro dan besar

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis identifikasi kebutuhan air baku untuk penyediaan air

minum nasional

Pemeliharaan danau dan waduk untuk air baku

Bantuan program penyediaan air baku melalui pembangunan

bendungan, intake, saluran transmisi, pembangunan embung,

rehabilitasi prasarana pengambilan dan pembawa, serta

pembangunan sumur air tanah

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Penyediaan air baku untuk rumah tangga melalui penyediaan jaringan

Page 131: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 118

pembawa air, khusus untuk kawasan terpencil, pulau-pulau kecil,

perbatasan, dan kawasan rawan air

3) Strategi Menyediakan air baku bagi daerah-daerah rawan air

(1) Pembuatan waduk-waduk lapangan, embung-embung, dan jaringan

pembawa

(2) Pembangunan sumur-sumur air tanah

(3) Rehabilitasi situ-situ dan tandon air

(4) Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur resapan

terutama di daerah permukiman

4) Strategi Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air

melalui pendekatan berbasis wilayah sungai

Bantuan teknis dan fasilitasi dalam rangka mendorong kerja sama

antardaerah dalam penyelenggaraan SPAM

5. Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta dan masyarakat

Kebijakan ini diarahkan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan

dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan SPAM.

1) Strategi Meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi

masyarakat berpenghasilan rendah

(1) Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam

penyelenggaraan SPAM

Sosialisasi hidup bersih dan sehat

(2) Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam

penyelenggaraan SPAM

Sosialisasi hidup bersih dan sehat

Penyebarluasan ciri keberhasilan kelompok masyarakat yang

membangun SPAM

Sosialisasi NSPM SPAM berbasis masyarakat (khusus PAM berbasis

masyarakat)

Mendorong pertumbuhan penyelenggara SPAM berbasis masyarakat

dengan konsep pemberdayaan terutama utk masyarakat miskin & yg

belum mendapatkan pelayanan air minum

Page 132: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 119

Bantuan teknis pembentukan kelembagaan masyarakat pengelola air

minum

2) Strategi Menciptakan iklim investasi dengan pola insentif dan kepastian

hukum

Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM melalui

fasilitasi kemitraan pemerintah dan dunia usaha/swasta/ masyarakat dalam

pengembangan SPAM

Berkaitan dengan pentingnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM) maka pihak Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) –

institusi pelaksana pengembangan infrastruktur penyedia air baku, bersama

Direktorat Jenderal Cipta Karya akan melakukan sinkronisasi program air

baku dan program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).

Sinkronisasi dilakukan melalui kerjasama antara Balai Besar maupun Balai

Wilayah Sungai milik Ditjen SDA dengan Satuan Kerja (Satker) dari Ditjen

Cipta Karya di daerah. Sinkronisasi dilakukan untuk menghindari terjadinya

tumpang tindih pekerjaan. Dalam hal ini Dtijen SDA hanya melakukan

pengerjaan pengambilan air dari sumbernya hingga ke penampungan di bak

terdekat di pedesaan warga sementara distribusinya diserahkan ke Ditjen CK

atau pemerintah daerah (pemda).

Sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 16/2005

tentang Pengembangan SPAM, unit air baku merupakan sarana pengambilan

dan atau penyediaan air baku adalah wewenang Ditjen SDA yang batas

wilayahnya ditentukan kemudian.

Mengingat pengembangan SPAM yang berkaitan erat dengan ketersediaan

SDA atau air baku yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan

air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air

baku untuk air minum, kedua Ditjen merasa perlu menyelaraskan program

pada TA 2010.

Air baku makin susah dicari, sebaiknya dipikirkan secara tidak parsial, karena

kedepannya permasalahan air baku dan penyediaan air minum ini bisa

semakin membebani, air minum bisa semakin mahal harganya oleh karena

itu sinkronisasi program menjadi penting.

Page 133: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 120

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 294/PRT/M/2005

tentang Badan Pendukung Pengembangan SPAM dan PP. No. 16/2005

tentang Pengembangan SPAM, disebutkan SPAM merupakan satu kesatuan

sistem fisik dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum, yang

pengembangannya meliputi kegiatan yang bertujuan membangun,

memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik (kelembagaan,

manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang

utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju

keadaan yang lebih baik.

Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik

negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau

kelompok masyarakat yang merencanakan, melaksanakan konstruksi,

mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi

sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum, yang pelak-

sanaannya dilakukan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan

sarana sanitasi.

Saat ini penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah

pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan

yang diantaranya disebabkan oleh masih rendahnya tarif dan masih tingginya

beban utang

2.2.6.2. Matriks Keterkaitan Substansi RTRWN Dengan KSNP-SPAM

Berdasarkan muatan di dalam KSNP SPAM, maka berikut ini diuraikan mengenai

keterkaitan muatan RTRWN (fungsi eksternal) dengan muatan didalam KSNP SPAM.

Dari tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa kawasan perkotaan memiliki fungsi

eksternal yang didukung melalui pengembangan SPAM, kerjasama antardaerah dalam

pengembangan SPAM, standar baku mutu air dan konservasi WS dan perlindungan

sumber air baku.

Page 134: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 121

Tabel 2. 6

Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN Dengan KSNP SPAM –

Terkait Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan

RTRWN Muatan KSNP SPAM

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Implikasi dan Kebutuhan Pengembangan

Infrastsruktur KOTDES Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan Kota Besar

dan Metro diarahkan untuk mengembangkan SPAM secara bertahap di setiap provinsi

(Perpipaan dan Non Perpipaan Terlindung) Konservasi WS dan Perlindungan Sumber

Air Baku Peningkatan dan penjaminan kuantitas air

baku terutama bagi kota metro dan besar Kerjasama antar daerah dalam

penyelenggaraan SPAM

Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

- -

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

-

Simpul kegiatan ekspor - impor

- -

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

Mendukung simpul kegiatan industri dan jasa melalui pengembangan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem sanitasi

Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu (adopsi ISO 4064)

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

-

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Dapat dikatakan bahwan “kekuatan KSNP – SPAM dalam konstelasi fungsi eksternal

kawasan perkotaan adalah pada perkuatan sebagai pusat kawasan andalan (didukung oleh

pengembangan SPAM, kerjasama antar daaerah, konservasi WS, penjaminan kuantitas air

baku bagi kota metro dan besar) dan mendukung kota sebagai simpul kegiatan industri dan

jasa melalui keterpadua sistem air minum dengan sistem sanitasi (drainase, prasarana dan

sarana pengelolaan persampahan dan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah).

Page 135: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 122

2.2.7. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Penyelenggaraan

Pengelolaan Persampahan

2.2.7.1. Muatan KSNP – Sistem Pengelolaan Persampahan

Acuan Penyelenggaraan pengelolaan persampahan telah diatur di dalam UU No. 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan serta Peraturan Menteri PU No. 21

Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Persampahan.

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan

dirumuskan sebagai berikut:

1. Kebijakan Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya

Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah

paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system, dimaksudkan

untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan

memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang.

Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat

mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang

yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan

sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah yang dihasilkan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan

yaitu:

1) Strategi Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-

Reuse¬Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya)

rumah tangga

Mengingat upaya pengurangan volume sampah di sumber sangat erat

kaitannya dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu upaya penyadaran

dan peningkatan pemahaman untuk mendorong perubahan perilaku yang

dilakukan secara berjenjang baik melalui promosi yang dapat memberi

gambaran mengenai “nilai” pengurangan sampah di sumber dan dampaknya

bagi kualitas kesehatan dan lingkungan maupun kampanye yang terus

menerus untuk membangun suatu komitmen sosial. Pengurangan sampah di

sumber ini dilakukan melalui mekanisme 3 R, yaitu reduce (R1), reuse (R2) dan

recycle (R3).

Page 136: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 123

(1) R1 adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola

hidup konsumtif serta senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali

pakai" yang ramah lingkungan.

(2) R2 adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan yang

berulang agar tidak langsung menjadi sampah.

(3) R3 adalah setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu

dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan secara setempat.

Selain itu, diperlukan juga penanganan sampah B3 rumah tangga (lampu neon,

kemasan pestisida, batu batere dan lain-lain) secara khusus.

Rencana tindak lanjut dari strategi ini adalah pelaksanaan promosi dan

kampanye 3R secara luas melalui berbagai media massa untuk menjangkau

masyarakat dari berbagai kalangan

2) Strategi Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif

dalam pelaksanaan 3R

Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung dengan pemberian

insentif yang dapat mendorong masyarakat untuk senantiasa melakukan

kegiatan 3R.

Insentif tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah,

pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik, penghargaan tingkat

kelurahan dan lain-lain.

Penerapan mekanisme insentif/disinsentif tersebut harus diawali dengan

kesiapan sistem pengelolaan sampah kota yang memadai

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

(1) Penyusunan pedoman insentif dan disinsentif dalam pengelolaan

persampahan di sumber

(2) Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R (pemanfaatan

sampah melalu pemilahan sampah di sumber, pembuatan kompos dan

daur ulang) di permukiman

(3) Pemberian insentif kepada masyarakat dan swasta yang berhasil

melaksanakan reduksi sampah

(4) Replikasi model-model best practice

3) Strategi Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian &

perdagangan

Page 137: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 124

Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan sangat

signifikan dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat. Sedangkan

disinsentif juga perlu diperlakukan untuk mendorong masyarakat tidak

melakukan hal-hal diluar ketentuan. Disinsentif dapat berupa antara lain

peringatan, peningkatan biaya pengumpulan/pengangkutan untuk jenis

sampah tercampur dan lain-lain.

Rencana tindak selanjutnya adalah fasilitasi pembentukan forum koordinasi

interdepartemen untuk penerapan 3R sebagai wadah saling bertukar pikiran

dan penyusunan program untuk dapat diimplementasikan di masing-masing

Departemen terkait

2. Kebijakan Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai

mitra pengelolaan

Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-pola

penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan pemahaman

bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang

mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat

sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.

Disamping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi yang

besar untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa

pengalaman buruk dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga tidak

berkembang perlu mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta jangan lagi

dimanfaatkan bagi kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk

bersama mewujudkan pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya

sangat diperlukan

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan

yaitu:

1) Strategi Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini

melalui pendidikan bagi anak usia sekolah

Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah dewasa

terbukti tidak efektif; terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari

sumber. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih sistematik, yaitu

melalui mekanisme pendidikan masalah kebersihan / persampahan sejak dini

Page 138: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 125

di sekolah. Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh kota di

Indonesia (SD, SMP dan SMA).

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan ujicoba / pengembangan

dan replikasi sekolah bersih dan hijau untuk memotivasi anak usia sekolah

secara dini mengenal dan memahami berbagai metode pengelolaan sampah

sederhana di lingkungan sekolahnya

2) Strategi Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan

kepada masyarakat umum

Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan penduan bagi masyarakat

agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan persampahan sehingga

dapat bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk panduan dan

pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama media

massa yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang

terkandung di dalamnya.

Rencana tindak yang diperlukan akan mencakup : Penyusunan pedoman /

panduan pengelolaan persampahan dan penyebarluasannya melalui media

massa

3) Strategi Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan

dalam pengelolaan sampah

Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam jangka

panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan kemitraan

masyarakat terutama kaum perempuan juga sangat diperlukan. Perempuan

sangat erat kaitannya dengan timbulan sampah di rumah tangga (75 % sampah

kota berasal dari rumah tangga), sehingga diperlukan mekanisme pembinaan

yang efektif untuk pola pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum

kaum perempuan yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan

sebagai vocal point

Rencana tindak yang diperlukan adalah fasilitasi forum lingkungan oleh kaum

perempuan yang diharapkan dapat secara efektif berlanjut pada penerapan di

rumah dan kelompok masing-masing.

4) Strategi Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara efektif

dan bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama bila

Page 139: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 126

keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan

untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui

pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnya dapat dreplikasi di

tempat lainnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan

ujicoba/pengembangan/replikaasi pengelolaan berbasis masyarakat

5) Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia

usaha/swasta

Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai insentif perlu

diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta yang mau

terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan. Peninjauan kembali

pedoman dan ketentuan penanaman modal swasta dalam bidang

persampahan perlu segera dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor

resiko dan dapat menarik faktor keuntungan yang proporsional.

Pemerintah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan ujicoba kerjasama

swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kota percontohan. Kerjasama

ini hendaknya dilakukan secara profesional dan transparan sehingga dapat

menjadi contoh untuk multiplikasi di kota lainnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

(1) Penyusunan pedoman investasi dan kemitraan

(2) Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan kemitraan pengelolaan sampah

(3) Replikasi pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala kawasan

3. Kebijakan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan

Tingkat pelayanan yang 40% pada saat ini menyebabkan banyak dijumpai TPS yang

tidak terangkut dan masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong / sungai.

Banyak anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan pengumpulan

sampah secara memadai. Sementara itu berbagai komitmen internasional sudah

disepakati untuk mendorong peningkatan pelayanan yang lebih tinggi kepada

masyarakat. Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang

mengarah pada pencapaian 70% penduduk juga telah ditetapkan bersama.

Page 140: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 127

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan

yaitu:

1) Strategi Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan

Rendahnya tingkat pelayanan pengumpulan sampah sering diakibatkan oleh

rendahnya tingkat pemanfaatan armada pengangkut. Banyak kota masih

mengoperasikan truck sampah dengan ritasi tidak efisien (tidak lebih dari 2 rit /

hari). Sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan ritasi kendaraan

pengangkut dan peralatan lainnya sehingga lebih banyak sampah terangkut

dan lebih banyak masyarakat dapat terlayani.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

(1) Pelaksanaan evaluasi kinerja prasarana dan sarana persampahan

(2) Penyusunan pedoman manajemen asset persampahan

2) Strategi Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan

Pelayanan juga diharapkan dapat disediakan dengan jangkauan yang

memberikan rasa keadilan. Disamping pusat kota yang mendapat prioritas,

pelayanan juga tetap harus disediakan bagi masyarakat kelas ekonomi rendah

agar mereka juga dapat menikmati lingkungan permukiman yang bersih dan

sehat. Perluasan jangkauan pelayanan juga harus dilakukan secara terencana

dan terprogram dengan baik dengan mempertimbangkan kebutuhan dan

ketersediaan sumber daya

3) Strategi Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran

pelayanan

Dalam batas pemanfaatan optimal telah tercapai dan masih dibutuhkan

peningkatan cakupan pelayanan maka akan diperlukan adanya peningkatan

kapasitas sarana persampahan khususnya armada pengangkutan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penambahan sarana persampahan

khususnya armada pengangkut sampah sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan

4) Strategi Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan

Pengelolaan TPA yang buruk dibanyak kota harus diakhiri dengan upaya

peningkatan pengelolaan sesuai ketentuan teknis yang berlaku. TPA yang jelas-

jelas telah menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya perlu segera

Page 141: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 128

mendapatkan langkah-langkah rehabilitasi agar permasalahan lingkungan yang

terjadi dapat diminimalkan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan rehabilitasi TPA yang

mencemari lingkungan sesuai dengan prioritas

5) Strategi Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfi

TPA yang masih dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama perlu segera

dilakukan upaya peningkatan fasilitas dan pengelolaan mengarah pada metode

sanitary landfiull dan Controlled landfill agar tidak menimbulkan masalah

lingkungan di kemudian hari.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman peningkatan

pengelolaan TPA yang sangat diperlukan oleh daerah untuk perbaikan fasilitas

persampahan yang dmiliki.

6) Strategi Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional

Kota-kota besar pada umumnya mengalami masalah dengan lokasi TPA yang

semakin terbatas dan sulit diperoleh. Kerjasama pengelolaan TPA dengan kota

/ kabupaten lainnya akan sangat membantu penyelesaian masalah dengan

mempertimbangkan solusi yang saling menguntungkan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

(1) Penyusunan studi lokasi dan kelayakan pengembangan TPA regional sesuai

Tata Ruang

(2) Ujicoba pengelolaan TPA regional secara profesional

7) Strategi Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan

persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan

Kekeliruan dalam pemilihan teknologi seperti insinerator tungku yang banyak

dilakukan oleh Pemerintah Daerah perlu segera dihentikan dengan

memberikan pemahaman akan kriteria teknisnya. Disamping itu juga sangat

diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan

teknologi yang paling sesuai dengan kondisi sampah di Indonesia pada

umumnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

(1) Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan

(2) Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA

(3) Penyusunan pedoman waste-to-energy

Page 142: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 129

(4) Ujicoba waste-to-energy untuk kota besar /metro

4. Kebijakan Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan

Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi

kewenangan untuk melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan

kualitas pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk

itu diperlukan suatu kebijakan yang yang mendukung perkuatan kapasitas

kelembagaan pengelola persampahan. Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau

dari bentuk institusi yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan tanggung

jawabya, memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta

didukung oleh tenaga yang terdidik dibidang manajemen persampahan.

Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir semua pemangku kepentingan

persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis untuk menyelesaikannya.

Beberapa kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada beberapa contoh

berikut : Pengelola Kebersihan (Pemerintah Daerah) belum mengangkut sampah

dari TPS sesuai ketentuan; atau mengoperasikan pembuangan sampah secara open

dumping. Masyarakat juga memiliki andil kelemahan misalnya dalam hal tidak

membayar retribusi sesuai ketentuan, atau membuang sampah sembarangan.

Legislatif belum menyediakan anggaran sesuai kebutuhan minimal yang harus

disediakan. Pemerintah Pusat belum mampu menyediakan ketentuan peraturan

secara lengkap, dan lain-lain.

Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar

aturan-aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya

untuk menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-

masing secara bertanggung jawab.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan

yaitu:

1) Strategi Meningkatkan Status dan kapasitas institusi pengelola

Peningkatan bentuk institusi pengelola persampahan menjadi setingkat

“Dinas” atau “Perusahaan Daerah” untuk kota besar dan metropolitan

didasarkan pada kebutuhan manajemen untuk menyelesaikan masalah

persampahan yang sudah cenderung lebih komplek. Sedangkan untuk kota

sedang dan kota kecil diperlukan institusi setingkat "Sub Dinas" atau "Seksi"

Page 143: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 130

atau "UPT" (unit pelaksana teknis). Rencana tindak yang diperlukan adalah

penyusunan pedoman kelembagaan pengelolaan persampahan.

2) Strategi Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan

Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri secara terus menerus

dengan melakukan evaluasi kinerja pengelolaan sehingga dapat diidentifikasi

berbagai kelemahan yang ada dan melakukan upaya-upaya peningkatan yang

terarah. Rencana tindak yang diperlukan adalah meningkatkan pelaksanaan

evaluasi kinerja pengelola persampahan

3) Strategi Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator

Profesionalisme pelayanan persampahan saat ini sudah mendesak untuk

segera diwujudkan. Sehingga satu institusi yang berperan ganda sebagai

operator sekaligus regulator sudah waktunya dipisahkan. Adanya dua peran

dalam satu institusi telah menyebabkan kerancuan dalam mekanisme

pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah, seperti yang saat ini terjadi.

Apabila intitusi akan berperan sebagai operator maka diperlukan intitusi

pengawas yang berperan sebagai regulator . Namun apabila untuk

menyelenggarakan pelayanan persampahan dikontrakkan dengan pihak ketiga,

maka Dinas/Sub dinas menjadi regulator dengan tetap berkordinasi dengan

instansi terkait.

Struktur organisasi suatu Dinas/Perusahaan Daerah/Sub Dinas/Seksi/UPT

sebaiknya hanya menangani masalah kebersihan saja dan perlu memiliki fungsi

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang efisien dan efektif

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

(1) Penyusunan Pedoman pemisahan fungsi regulator dan operator

(2) Bantuan teknis pemisahan fungsi regulator dan operator

4) Strategi Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku

kepentingan lain

Perkuatan kapasitas kelembagaan juga akan sangat dipengaruhi oleh pola-pola

kerjasama horizontal maupun vertikal termasuk kerjasama antar kota dalam

penerapan pola pengelolaan sampah secara regional. Kerjasama antar instansi

dibutuhkan untuk berbagai hal yang berkaitan dengan kewenangan instansi

lain seperti pengelolaan sampah pasar, drainase / sungai, pihak

produsen/industri/perdagangan (penanganan sampah kemasan dan B3 rumah

Page 144: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 131

tangga dan bahan¬bahan daur ulang), pertanian/kehutanan (pemasaran

kompos), bidang pendidikan dan lain-lain. Selain itu kerjasama dengan pihak

PLN (kerjasama penarikan retribusi), pihak developer/kelurahan/LSM

(penanganan sampah skala kawasan berbasis masyarakat) dan perguruan

tinggi (penelitian dan pengembangan serta inovasi teknologi) juga sangat

diperlukan

5) Strategi Meningkatkan kualitas SDM manusia

Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola persampahan,

profesionalisme sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu unsur

utama yang dapat menggerakkan roda manajemen persampahan secara

menyeluruh. Peningkatan kualitas SDM menjadi sangat penting untuk

terselenggaranya suatu sistem pengelolaan persampahan yang berkelanjutan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

baik ditingkat pusat, provinsi, dan kota / kabupaten

6) Strategi Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan

skala regional

Keterbatasan lahan TPA (tempat pengolahan akhir) sampah dikawasan

perkotaan, memerlukan solusi penanganan bersama secara regional agar lebih

efisien. Pengelolaan regional dikembangkan dengan memperhatikan azas

manfaat bagi setiap Pemerintah Daerah yang terlibat. Model pengelolaan

kolektif untuk 2 kota atau lebih perlu diterapkan secara lebih memadai.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman organisasi

pengelola fasilitas regional

7) Strategi Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan

dan acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan

Produk hukum baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

Daerah, Peraturan Menteri, dll haruslah disediakan secara lengkap dan mampu

mengantisipasi segala perkembangan dinamika pengelolaan persampahan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan dan pengembangan NPSM

persampahan

8) Strategi Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi

hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan

pemangku kepentingan lainnya

Page 145: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 132

Semua pelaksanaan ketentuan hukum dan peraturan haruslah mendapat

pengawasan yang baik dan bila diperlukan dilakukan tindakan pengenaan

sanksi terhadap pelaku penyimpangan baik dari unsur Pemerintah,

Masyarakat, Swasta, dan lain-lain untuk membina setiap pemangku

kepentingan melaksanakan tugas dan kewajibannya secara bertanggung

jawab. Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman

penarapan produk dan sanksi hukum persampahan

5. Kebijakan Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus

disediakan oleh Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian

pengelolaan persampahan juga merupakan tanggung jawab masyarakat untuk

menjaga keberlanjutannya. Sharing dari masyarakat sangat diperlukan untuk

menjaga agar pelayanan pengelolaan persampahan dapat berlangsung dengan

baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk sharing dari

masyarakat adalah melalui pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan

mampu mencapai tingkat yang dapat membiayai dirinya sendiri.

Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi untuk menyediakan

kebutuhan prasarana dan sarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan

tersebut; dan masyarakat secara bertahap memberikan kontribusi untuk

membiayai pelaksanaan pengelolaannya.

1) Strategi Penyamaan persepsi para pengambil keputusan

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terdapat perbedaan persepsi akan

prioritas dan pentingnya pengelolaan persampahan termasuk perlunya

pemulihan biaya pengelolaan; bahkan diantara para pengambil keputusan di

Pemerintah Daerah. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk membangun dan

menyamakan persepsi agar pengelolaan persampahan mendapatkan perhatian

yang seimbang.

Untuk dapat menyediakan anggaran dan menggali alternatif pembiayaan

persampahan, diperlukan proses penyamaan persepsi ditingkat para

pengambil keputusan baik pusat maupun daerah sehingga pemahaman akan

pentingnya pelayanan persampahan dapat dimiliki dan menjadi pertimbangan

dalam pengalokasian anggaran selanjutnya

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Page 146: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 133

(1) pelaksanaan sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para

pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif.

(2) Pengalokasian anggaran yang seimbang / adil bagi pengelolaan

persampahan agar dapat menyediakan pelayanan yang baik secara

kuantitas maupun kualitas

2) Strategi Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan

Pemerintah Daerah perlu didorong untuk meningkatkan pemulihan biaya dari

pengelolaan persampahan agar subsidi bagi pelayanan publik ini dapat dibatasi

dan mengupayakan semaksimal mungkin pendanaan dari masyarakat.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman dan aturan

untuk memudahkan Pemerintah Daerah melaksanakan upaya pemulihan biaya

pengelolaan persampahan. Pedoman dan aturan tersebut akan meliputi

pedoman penyusunan rencana biaya, pedoman pengelolaan keuangan,

pedoman penyusunan tarif retribusi; yang akan menjadi acuan yang

memudahkan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan upaya-upaya

pemulihan biaya

2.2.7.2. Matriks Keterkaitan Fungsi Eksternal (RTRWN) Dengan Muatan KSNP –

Sistem Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan persampahan (Prasarana dan Sarana) memiliki nilai strategis dalam

mendukung fungsi perkotaan maupun perdesaan secara eksternal di dalam hal

peningkatan kualitas permukiman. Peningkatan kualitas permukiman melalui

pengelolaan persampahan dapat terwujud apabila terpenuhinya hak dan kewajiban

masyarakat serta terlaksananya secara efektif kewenangan pemerintah, pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten dan kota. Sesuai dengan kebutuhannya maka

kerjasama antar pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah telah didorong dalam

undang-undang ini. Kerjasama inilah yang menjadi cikal bakal pengembangan TPA

Regional.

Kriteria Penanganan TPA Regional yang diarahkan pemerintah pusat antara lain:

1. Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA regional

2. Penetapan daerah yang bersedia menyediakan tanah sebagai lokasi TPA

regional

3. Master Plan, FS dan DED telah dibuat oleh daerah (kab/kota)

Page 147: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 134

4. Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada kab/kota dimana

lokasi TPA regional berada di wilayahnya dengan memberikan kewenangan

membentuk/menetapkan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional

5. Pelibatan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan TPA regional

6. Penandatanganan kesepakatan (MoU) antar Bupati/Walikota yang sepakat

melakukan pengelolaan TPA regional

7. Pembentukan forum/tim yang melibatkan daerah penandatanganan MoU

sebagai forum/tim pengendalian pengelolaan TPA regional

Disamping mendorong kerjasama antar daerah dalam pengelolaan sampah, hal yang

juga strategis dilakukan adalah apa yang disebut Konsep Pengelolaan Sampah 3R.

Pengelolaan sampah skala kawasan di perkotaan dengan cara meningkatkan proses

pemberdayaan masyarakat dalam pemilahan sampah sejak dari sumbernya atau

desentraliasi pengelolaan sampah.

Lingkup kegiatan:

1. Merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk melayani sebagian atau

keseluruhan sumber sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan

berada

2. Pengelolaan sampah tingkat kawasan harus mendorong peningkatan upaya

minimasi sampah untuk mengurangi beban pada pengelolaan tingkat kota,

khususnya yang akan diangkut ke TPA

3. Pengelolaan sampah kawasan harus harus mampu melayani masyarakat yang

berada dalam daerah pelayanan yang telah ditentukan

Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah

paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system, dimaksudkan untuk

mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan

memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Pengurangan

sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat mengurangi jumlah

angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik karena

tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan sampah di sumber dapat

mencapai 50 % dari total sampah yang dihasilkan.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketentuan tersebut adalah pengembangan

prasarana dan sarana pengelolaan persampahan dapat mendung fungsi eksternal kota

(dalam hal ini kualitas lingkungan permukiman yang sehat dan produktif) dan salah

Page 148: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 135

satu pengembangannya (sesuai dengan kebutuhan) adalah Pengelolaan TPA Regional

yang diikuti dengan pola pengurangan volume sampah melalui pengelolaan sampah

secara 3R

Tabel 2. 7

Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan Muatan KNSP

Sistem Pengelolaan Persampahan

RTRWN Muatan KSNP SPP

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Implikasi dan Kebutuhan Infrastruktur

KOTDES Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan

memungkinkan meningkatkan pengelolaan TPA Skala Regional (Kota Besar dan Metro) melalui kerjasama antardaerah.

Sebagai pusat kawasan andalan memungkinkan untuk mengembangkan waste to energy (Kota Besar dan Metro)

Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

- -

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

- -

Simpul kegiatan ekspor - impor

- -

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

Sebagai simpul kegiatan dan jasa, maka didalam KSN SPP sangat strategis untuk menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R dan mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

- -

Sumber: Hasil Analisis, 2009

2.2.8. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Pengelolaan Air

Limbah

2.2.8.1. Muatan Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pengelolaan Air Limbah

Disamping mewujudkan fungsi kota secara internal yakni mewujudkan permukiman

yang layak huni, pengelolaan air limbah juga bernilai strategis dalam mendukung fungsi

Page 149: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 136

kota secara eksternal (mewujudkan sistem kegiatan berskala nasional/wilayah). Dasar

peraturan perundang-undangan yang adalah:

1. UU No. 23 Tahun 1992, tentang KESEHATAN, pasal 22 (kesehatan lingkungan,

dan sanitasi lingkungan.

2. UU No. 23 Tahun 1997, tentang PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP , pasal 14

(Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup) dan pasal 16 (Pengelolaan Limbah).

3. UU No. 7 Tahun 2004, tentang SUMBER DAYA AIR.

Pasal 21 ayat (2), mengisyaratkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana

sanitasi (yang dalam undang-undang tersebut terdiri dari air limbah dan

persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.Pasal 40

ayat (6) menyatakan bahwa pengaturan pengembangan sistem air minum

diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana

sanitasi.

4. PP No. 16 Tahun 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM) juga mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana sanitasi secara

terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum khususnya

pada bab III yang mengatur mengenai Perlindungan Air Baku.

5. PERMEN PU No. 494/PRT/M/2005, tentang Kebijakan dan srategi nasional

Pengembangan Perkotaan (KSNP-KOTA)

6. PERMEN PU No. 21/PRT/M/2006, tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)

Pentingnya sinkronsisasi terhadap penyelenggaran penyehatan lingkungan

permukiman adalah terkait dengan konservasi Sumber Air (UU 7/2004 SDA) dan

Perlindungan Air Baku (PP 16/2005 SPAM) serta pentingnya keterpaduan antara

penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan Penyelenggaraan Prasarana dan

Sarana Pengelolaan Air Limbah (salah satu PS Sanitasi).

Di dalam UNDANG-UNDANG NO 7 TAHUN 2004, Bab III (KONSERVASI SUMBER DAYA

AIR, menyebutkan bahwa:

1. Pasal 21 (1) Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk

melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya

terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk

kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia.

Page 150: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 137

2. Pasal 21 (2) Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan melalui a.l. (d) pengaturan prasarana dan sarana

sanitasi.

3. Pasal 24 setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang

mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya

pengawetan air, dan atau mengakibatkan pencemaran air. (Ketentuan

pidananya di ps (94))

Di dalam UNDANG-UNDANG NO 7 TAHUN 2004, Bab IV : PENDAYAGUNAAN SUMBER

DAYA AIR, UU 7/2004 SDA menyebutkan bahwa ; Pasal 40 (6) : Pengaturan dan

pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4) diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan Prasarana dan Sarana

Sanitasi.

Sedangkan dalam PERATURAN PEMERINTAH NO 16 TAHUN 2005 disebutkan bahwa :

1. Bab III : Perlindungan Air Baku

1) Pasal 14 (1) Perlindungan air baku dilakukan melalui kerterpaduan

pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi.

2) Pasal 14 (2) Prasarana dan Sarana Sanitasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi PS Air Limbah dan PS Persampahan.

2. Bab IV : Penyelenggaraan

1) Pasal 23 (1) : Penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara terpadu

dengan pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi untuk menjamin

keberlanjutan fungsi penyediaan air minum dan terhindarnya air baku dari

pencemaran air limbah dan sampah.

2) Pasal 23 (2) : Keterpaduan pengembangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan pada setiap tahap tahapan penyelenggaraan

pengembangan.

3) Pasal 23 (3) : Apabila penyelenggaraan pengembangan sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) belum dapat dilakukan secara terpadu pada semua

tahapan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik

penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

3. Ps 19 ayat 3

Setiap orang atau kelompok masyarakat dilarang membuang sampah ke sumber

air baku.

Page 151: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 138

4. PS AIR LIMBAH: Ps 16 ayat 1

Berupa unit pengolahan kotoran manusia tinja dilakukan dengan sistem

setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan

air/resapan air baku.

Keterpaduan dalam Perencanaan dilakukan melalui:

1. Pengaturan alokasi ruang untuk prasarana dan sarana sanitasi (IPAL, IPLT),

dalam RTRW/ RDTRW Kota/Kabupaten.

2. Master Plan sektor untuk daerah perkotaan: Penyediaan Prasarana dan Sarana

Air Minum dan Air Limbah dilakukan dengan sistem Perpipaan (kondisi ideal).

3. Kawasan Permukiman dengan kepadatan tinggi (>300 orang/Ha), daya dukung

lingkungan yang rendah, Pengelolaan Air Limbah dilakukan dengan sistem Off

site sanitation dan Penyediaan Air Minumnya dilayani dengan sistem perpipaan.

4. Kawasan Permukiman dengan kepadatan tinggi, yang belum terlayani air

minum dengan sistem perpipaan, penanganan air limbahnya dilakukan dengan

Sistem sewerage (off site sanitation).

5. Kawasan Permukiman yang pengelolaan air limbahnya dilayani dengan sistem

perpipaan (off site sanitation), memungkinkan untuk memanfaatkan air tanah

sebagai penyediaan air bersih

6. Daerah Pengembangan Perumahan Baru, diwajibkan menggunakan sistem off

site sanitation.

7. Kriteria lokasi untuk pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara

terpusat adalah kota besar/metro yang telah mempunyai sistem sewerege dan

mempunyai rencana yang jelas (PJM dan memorandum proyek).

Salah contoh pelaksanaan Sistem pengelolaan air limbah terpusat adalah di Bali yang

dikenal dengan Program DSDP. Denpasar Sewerage Development Project / DSDP atau

Pembangunan Prasarana Air Limbah Denpasar adalah merupakan upaya sistematis

dalam menjawab permasalahan pembuangan Air Limbah di Kota Denpasar dan

sekitarnya. Pulau Bali yang menjadi ikon pariwisata nasional, dan sebagai daerah

tujuan utama wisata berskala internasional, mengalami beban masalah lingkungan

yang sangat tinggi. Beban pencemaran sungai, pantai dan air tanah yang berat

berkaitan dengan pesatnya pertambahan penduduk dan aktivitas industri pariwisata,

menyebabkan semakin menurunnya kualitas sanitasi lingkungan di Pulau Bali,

terutama di pusat-pusat pertumbuhan seperti di wilayah Kuta, Sanur dan Denpasar.

Page 152: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 139

Tingginya kepadatan penduduk di pusat Kota Denpasar sudah melebihi 200 orang per

hektar dan hal tersebut masih terus bertambah. Di sisi lain pada Tahun 2004,

kedatangan turis ke Bali mencapai 1,46 juta orang dan pendapatan daerah mencapai

50 juta US Dollar diperoleh dari sektor pariwisata. Selain sebagai sebuah tuntutan bagi

kebutuhan dasar penduduknya, kualitas sanitasi lingkungan menjadi salah satu

indikator terpenting bagi sebuah daerah tujuan wisata berskala internasional. Adanya

perkembangan penduduk dan industri pariwisata apabila tanpa diimbangi dengan

sarana penanganan Air Limbah yang memadai akan memperburuk kondisi lingkungan

di pusat-pusat industri pariwisata di Pulau Bali. Untuk itu oleh pemerintah,

pembangunan “DSDP” menjadi salah satu prioritas utama.

Di Pulau Bali berbagai persoalan berkaitan dengan masalah pencemaran lingkungan

telah menjadi isu strategis, karena selain menjadi indikator buruknya kualitas

kehidupan suatu masyarakat di suatu wilayah tertentu, dampaknya akan langsung

berkaitan dengan perekonomian masyarakat yang sangat bergantung pada sektor

pariwisata.

Hasil Studi DSDP tahun 1997-1998, menyebutkan :

1. Telah terjadi penurunan kualitas air (sungai, air tanah, dan laut) di bagian

selatan dan pusat Kota Denpasar, terutama sumur penduduk di mana 71% di

lokasi pengujian telah terpolusi bakteri (Fecal Coliform).

2. 65% dari wisatawan mancanegara tidak mau berkunjung kembali bila kualitas

lingkungan menurun terutama pencemaran terhadap pantai

2.2.8.2. Muatan UU NO. 7 Tahun 2004 Terkait Pengelolaan Air Limbah

Dapat dikatakan bahwa “kekuatan” pengelolaan air limbah dalam konstelasi fungsi

eksternal kawasan perkotaan adalah dengan mengupayakan kerjasama antar daerah

dalam pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah secara terpusat

(off site system)

Tabel 2. 8

Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan Muatan Pengelolaan Air Limbah

RTRWN Muatan Peratuan Terkait Pengelolaan Air Limbah

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan

Perdesaan

Keterkaitan Implikasi dan Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur KOTDES

Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan kerjasama dalam pengelolaan air limbah

Page 153: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 140

RTRWN Muatan Peratuan Terkait Pengelolaan Air Limbah secara terpadu (Sewerege system) akan didorong dengan pola insentif terutama di kota besar dan metro

Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

- -

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

- -

Simpul kegiatan ekspor - impor

- -

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

- -

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

- -

Sumber: Hasil Analisis, 2009

2.2.9. Peran Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Kebijakan Pengendalian Daya

Rusak Air

2.2.9.1. Muatan UU NO. 7 Tahun 2004 Terkait Pengendalian Daya Rusak Air

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air disebutkan bahwa

pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya

pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.

Pengendalian daya rusak air diutamakan pada upaya pencegahan melalui perencanaan

pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola

pengelolaan sumber daya air.

Pengendalian daya rusak air diselenggarakan dengan melibatkan masyarakat.

Pengendalian daya rusak air menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah,

serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan masyarakat.

Kriteria Pemilihan Lokasi Pengendalian Daya Rusak Air terutama di Kawasan Perkotaan

adalah:

1. Daerah permukiman rawan genangan di kota metropolitan/besar

2. Kriteria Penanganan drainase di kawasan rawan genangan :

(1) Sistem, Sub Sistem drainase dan arah aliran telah teridentifikasi dan tertuang

lengkap pada Master Plan

Page 154: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 141

(2) Pembuatan FS dan DED oleh Kab / Kota bersangkutan

(3) Diprioritaskan pembangunan untuk saluran drainase primer

(4) Lahan telah tersedia

(5) Dipastikan pemeliharaan akan dilakukan oleh Dinas PU kab/kota atau institusi

lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah

3. Lingkup Kegiatan

(1) Pembangunan saluran drainase primer

(2) Rehabilitasi saluran drainase primer/ sekunder beserta prasarana penunjangnya

(gorong-gorong, kolam retensi, dll)

2.2.9.2. Muatan UU NO. 7 Tahun 2004 Terkaitpengendalian Daya Rusak Air

Dapat dikatakan bahwan “kekuatan” mengendalikan daya rusak air dalam konstelasi

fungsi eksternal kawasan perkotaan adalah pada upaya yang sistemik untuk mitigasi

dampak kerugian (terhadap PDRB minimal 1%) daya rusak air.

Tabel 2. 9

Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan Muatan UU No. 7 Tahun 2004 Tentang

Penanggulangan Daya Rusak AIr

RTRWN Muatan UU No. 7 Tentang SDA (Bagian Pengendalian Daya Rusak Air)

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Implikasi dan Kebutuhan Pengembangan

Infrastruktur KOTDES

Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan Pengendalian Daya Rusak Air dapat memberikan Pencegahan Kerugian Sosial-Ekonomi (minimal kerugian PDRB 1%) melalui Mitigasi Dampak Daya Rusak Air

Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

- -

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

- -

Simpul kegiatan ekspor - impor

- -

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

- -

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

- -

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Page 155: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 142

2.2.10. Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan Terkait Penataan Dan

Revitalisasi Kawasan

2.2.10.1. Muatan Kebijakan Dan Strategi Penataan Dan Revitaliasi Kawasan

Penataan dan revitalisasi kawasan adalah rangkaian upaya untuk menata kawasan

yang tidak teratur, meningkatkan kawasan yang memiliki potensi dan nilai strategis

dan mengembalikan vitalitas kawasan yang telah atau mengalami penurunan, agar

kawasan-kawasan tersebut bisa mendapatkan nilai tambah yang optimal terhadap

produktivitas ekonomi, sosial dan budaya kawasan perkotaan. Kegiatan penataan dan

revitalisasi kawasan dilakukan melalui pengembangan kawasan-kawasan tertentu yang

layak untuk direvitalisasi baik dari segi setting kawasan sehingga kawasan perkotaan

akan lebih terintegrasi dalam satu kesatuan yang utuh dengan sistem kota,

terberdayakan pertumbuhan ruang ekonominya, meningkatkan prasarana, sarana dan

kenyamanan lingkungan kota, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan

kualitas hidup masyarakat.

Dengan adanya pelaksanaan penataan dan revitalisasi kawasan diharapkan dapat

memecahkan permasalahan perkotaan, antara lain meningkatnya vitalitas kawasan

perkotaan, berkurangnya kantong-kantong kawasan kumuh, meningkatnya pelayanan

jaringan sarana dan prasarana, dan hidup kembalinya tradisi sosial budaya kota.

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan penataan dan revitalisasi kawasan

dimaksudkan untuk lebih mengenali tentang istilah yang sering digunakan, antara lain :

1. Kawasan adalah bagian kota seluas 30 – 60 Ha yang memiliki features dan

karakter yang relatif homogen dan dapat ditetapkan batas tepinya.

2. Vitalitas Kawasan adalah kondisi suatu kawasan dimana aktivitas manusia baik

ekonomi, sosial maupun budaya dapat berlangsung sesuai dengan daya

dukungnya.

3. Vitalitas Ekonomi adalah variabel ekonomi suatu kawasan yang berpengaruh

terhadap vitalitas suatu kawasan agar berfungsi maksimal.

4. Vitalitas Non Ekonomi adalah variabel non ekonomis suatu kawasan yang

berpengaruh terhadap vitalitas suatu kawasan agar berfungsi kembali.

5. Penataan dan revitalisasi kawasan adalah upaya untuk menghidupkan kembali

vitalitas kawasan kota.

Page 156: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 143

Tujuan penataan dan revitalisasi kawasan adalah meningkatkan nilai kehidupan

kawasan melalui intervensi yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas

ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial,

berwawasan budaya dan berkelanjutan.

Kebijakan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan penataan dan revitalisasi Kawasan

adalah:

1. Pemilihan lokasi diarahkan pada kawasan-kawasan yang menurun vitalitasnya,

kawasan berpotensi dan strategis yang tidak teratur dan yang kurang optimal

fungsinya secara ekonomi, sosial dan budaya.

2. Meningkatkan aksesibilitas, keterkaitan, serta fasilitas kawasan dalam rangka

mengintegrasikan kawasan dengan sistem kota.

3. Memberikan bantuan teknis dan stimulan untuk mengembangkan revitalisasi

kawasan yang berwawasan budaya lokal (kontekstual).

4. Mengembangkan manajemen revitalisasi (dan konservasi) kawasan yang

partisipatif serta bermuatan tridaya (pemberdayaan masyarakat, usaha dan

lingkungan).

5. Mengembangkan kapasitas institusi dan kesadaran pemerintah daerah komunitas

lokal dan perangkat hukum yang baik dalam rangka tata pemerintahan yang baik

(good governance dan management).

6. Menggerakkan terjadinya investasi pada kawasan kota lama dan kawasan

potensial malalui kerjasama antar pemerintah, dunia usaha/swasta dan

masyarakat.

Strategi pokok penataan dan revitaliasi kawsan adalah :

1. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan dengan

menggerakkan investasi melalui pemberian stimulan.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan sarana dan prasarana, utilitas kawasan serta

aksesibilitas kawasan dalam rangka mewujudkan integrasi kawasan dengan

sistem kota.

3. Memprioritaskan pelaksanaan Penataan dan Revitalisasi Kawasan yang signifikan

secara sejarah, kultural dan ilmu pengetahuan dan layak untuk dikembangkan

baik secara teknis, ekonomis, lingkungan dan kelembagaan.

4. Menyusun agenda yang lebih partisipatif terhadap aspirasi dan permasalahan

komunitas lokal.

Page 157: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 144

5. Menggali sumber-sumber pendanaan pembangunan lebih luas termasuk

mendorong inisiatif swasta untuk melakukan investasi pada kawasan.

6. Mendorong tumbuhnya komitmen untuk melakukan preservasi, restorasi,

rehabilitasi dan adaptasi terhadap kawasan kota lama termasuk pembentukan

kelembagaan pengelolaan kawasan.

7. Mendorong dan memnerdayakan institusi pemerintah kabupaten/kota dan

masyarakat agar lebih mampu merencanakan dan mengelola kawasan.

8. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi yang efektif untuk

mengoptimalkan implementasi revitalisasi di lapangan.

9. Mendokumentasikan dan mendiseminasikan pengalaman-pengalaman

penanganan revitalisasi (good and bad practices).

2.2.10.2. Matriks Keterkaitan Fungsi Eksternal Di Dalam RTRWN Dengan Kebijakan

Dan Strategi Penataan Dan Revitaliasi Kawasan

Berdasarkan muatan di dalam JAKSTRA Penataan dan Revitaliasi Kawasan, maka

berikut ini diuraikan mengenai keterkaitan muatan RTRWN (fungsi eksternal) dengan

muatan didalam JAKSTRA tersebut. Dari tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa

kawasan perkotaan memiliki fungsi eksternal yang didukung melalui stimulan investasi

kawasan kota yang mengalami degradasi fungsi secara ekonomi.

Dapat dikatakan bahwan “kekuatan JAKSTRA Penataan dan Revitaliasi Kawasan dalam

konstelasi fungsi eksternal kawasan perkotaan adalah pada upaya yang sistemik untuk

menghidupkan kembali fungsi bagian kawasan kota (metro/besar) terutama sebagai

simpul kegiatan industri dan jasa yang terkait bernilai sejarah/kultural atau ilmu

pengetahuan

Tabel 2. 10

Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan JAKSTRA Revitaliasi Kawasan

RTRWN Muatan JAKSTRA Penataan dan Revitaliasi Kawasan Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Implikasi dan Kebutuhan Pengembangan

Infrastruktur KOTDES

Pusat Kawasan Andalan - -

Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

- -

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

- -

Simpul kegiatan ekspor - impor - -

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa Mendukung revitaliasi kawasan perkotaan

Page 158: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 145

RTRWN Muatan JAKSTRA Penataan dan Revitaliasi Kawasan sebagai simpul kegiatan industri dan jasa melalui: Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

kawasan perkotaan dengan menggerakkan investasi melalui pemberian stimulan.

Meningkatkan kualitas pelayanan sarana dan prasarana, utilitas kawasan serta aksesibilitas kawasan dalam rangka mewujudkan integrasi kawasan dengan sistem kota.

Memprioritaskan pelaksanaan Penataan dan Revitalisasi Kawasan yang signifikan secara sejarah, kultural dan ilmu pengetahuan dan layak untuk dikembangkan baik secara teknis, ekonomis, lingkungan dan kelembagaan.

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

- -

Sumber: Hasil Analisis, 2009

2.2.11. Rekapitulasi Peran Dan Fungsi Kawasan Perkotaan Dan Perdesaan

Berdasarkan peraturan terkait yang sudah dijelaskan didepan, maka diperoleh bahwa fungsi

eksternal yang termuat secara eksplisti adalah :

1. Kawasan Perkotaan memiliki fungsi eksternal sebagai pusat kawasan andalan dan

2. Sebagai simpul kegiatan industri dan jasa berskala nasional.

Rinicannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2. 11

Peran dan Fungsi Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Berdasarkan Peraturan Terkait

RTRWN Muatan Peraturan Terkait

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Impilikasi dan Pengembangan Infrastruktur

KOTDES

Pusat Kawasan Andalan KNSP - Kota

Penyiapan Kota sebagai Simpul Pelayanan serta Simpul Aksesibilitas, Koleksi, dan Distribusi dalam Wilayah

Page 159: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 146

RTRWN Muatan Peraturan Terkait

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Impilikasi dan Pengembangan Infrastruktur

KOTDES

Pengembangan Kota-Kota Khusus Berkembang Cepat, Berkarakter Khusus, Kawasan Perbatasan, dan Kawasan Tertinggal

PP No. 80 Tahun 1999 dan PP Rumah Susun

Mendukung fungsi kota sebagai pusat kawasan andalan dengan pengembangan permukiman baru berskala besar besar (KASIBA/LISIBA) terutama di Kota Metro dan Besar, cepat tumbuh dan ibukota kabupaten/provinsi baru.

KSNP SPAM

Sebagai Pusat Kawasan Andalan Kota Besar dan Metro diarahkan untuk mengembangkan

SPAM secara bertahap di setiap provinsi (Perpipaan dan Non Perpipaan Terlindung)

Konservasi WS dan Perlindungan Sumber Air Baku

Peningkatan dan penjaminan kuantitas air baku terutama bagi kota metro dan besar

Kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan SPAM

KNSP SPP :

Sebagai Pusat Kawasan Andalan memungkinkan meningkatkan pengelolaan TPA Skala Regional (Kota Besar dan Metro) melalui kerjasama antardaerah.

Sebagai pusat kawasan andalan memungkinkan untuk mengembangkan waste to energy (Kota Besar dan Metro)

Peratuarn terkait Pengelolaan Air Limbah :

Sebagai Pusat Kawasan Andalan kerjasama dalam pengelolaan air limbah secara terpadu (Sewerege system) akan didorong dengan pola insentif terutama

Page 160: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 147

RTRWN Muatan Peraturan Terkait

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Impilikasi dan Pengembangan Infrastruktur

KOTDES

di kota besar dan metro

UU No. 7/2004 Terkait Pengendalian Daya Rusak Air :

Sebagai Pusat Kawasan Andalan Pengendalian Daya Rusak Air dapat memberikan Pencegahan Kerugian Sosial-Ekonomi (minimal kerugian PDRB 1%) melalui Mitigasi Dampak Daya Rusak Air

Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

KNSP Kota :

Penyiapan Prasarana dan Sarana Perkotaan Nasional untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Nasional, Wilayah, Lokal Melalui Pembangunan Perkotaan.

PP No. 80 Tahun 1999 (Kasiba) dan PP Rumah Susun:

Mendukung simpul kegiatan industri dan jasa melalui pemenuhan kebutuhan rumah skala besar (KASIBA/LISIBA) atau vertikal (RUMAH SUSUN)

KSNP SPAM :

Mendukung simpul kegiatan industri dan jasa melalui pengembangan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem sanitasi

Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu (adopsi ISO 4064)

KSNP SPP (Sampah) :

Sebagai simpul kegiatan dan jasa, maka didalam KSN SPP sangat strategis untuk menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R dan mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan

JAKSTRA Revitaliasi Kawasan :

Mendukung revitaliasi kawasan perkotaan

Page 161: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 148

RTRWN Muatan Peraturan Terkait

Fungsi Eksternal Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keterkaitan Impilikasi dan Pengembangan Infrastruktur

KOTDES

sebagai simpul kegiatan industri dan jasa melalui:

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan dengan menggerakkan investasi melalui pemberian stimulan.

Meningkatkan kualitas pelayanan sarana dan prasarana, utilitas kawasan serta aksesibilitas kawasan dalam rangka mewujudkan integrasi kawasan dengan sistem kota.

Memprioritaskan pelaksanaan Penataan dan Revitalisasi Kawasan yang signifikan secara sejarah, kultural dan ilmu pengetahuan dan layak untuk dikembangkan baik secara teknis, ekonomis, lingkungan dan kelembagaan

Sumber: Hasil Analisis, 2009

2.3. KEBIJAKAN SEKTOR SUMBER DAYA AIR (SDA)

2.3.1. Review Kebijakan Spasial Terkait Pengembangan Sumberdaya Air

Dari sisi spasial, ada dua regulasi yang menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan

berskala nasional, yaitu UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No 26 Tahun

2008 tentang RTRWN.

UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa penyelenggaraan

penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,

produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional

dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan,

terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

dengan memperhatikan sumberdaya manusia serta terwujudnya perlindungan fungsi ruang

dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat penataan ruang.

Page 162: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 149

Adapun yang dimaksud dengan penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang. Selanjutnya, PP 26/2008

menjabarkan dan mendetailkan perencanaan tata ruang wilayah berskala nasional tersebut.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk : (1)

penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; (2) penyusunan rencana

pembangunan jangka menengah nasional; (3) pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (4) mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan

keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi serta keserasian antarsektor; (5)

penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; (6) penataan ruang kawasan strategis

nasional; dan (7) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/ kota.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan, upaya pembangunan nasional juga harus

ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang

lebih baik. Untuk itu, salah satu hal penting yang dibutuhkan adalah peningkatan

keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang secara

spasial dirumuskan dalam RTRWN.

Penyusunan RTRWN didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang

wilayah nasional, antara lain meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang aman,

nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian

perkembangan antarwilayah.

Semua itu diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan

pola ruang wilayah nasional.

1. Struktur Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi peningkatan akses pelayanan

perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki, serta

peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarananya (termasuk di

dalamnya prasarana SDA) yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana, khususnya

yang terkait dengan prasarana SDA adalah meningkatkan kualitas jaringan prasarana

dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan SDA

Struktur ruang wilayah nasional mencakup:

1) Sistem pusat perkotaan nasional.

Sistem pusat perkotaan nasional meliputi pusat kegiatan nasional (PKN), pusat

kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan strategis nasional (PKSN). PKN

Page 163: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 150

adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

internasional, nasional, atau beberapa provinsi. PKW adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa

kabupaten/kota. Sedangkan PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan

untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

2) Sistem jaringan transportasi nasional

3) Sistem jaringan energi nasional

4) Sistem jaringan telekomunikasi nasional

5) Sistem jaringan sumberdaya air nasional

Sistem jaringan sumberdaya air (SDA) merupakan sistem SDA pada setiap

wilayah sungai (WS) dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi WS lintas

negara, WS lintas provinsi, dan WS strategis nasional.

2. Pola Ruang Wilayah Nasional

Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya,

termasuk kawasan andalan dengan sektor-sektor unggulan yang prospektif

dikembangkan serta kawasan strategis nasional.

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya

buatan. Adapun kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi

utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan andalan adalah

bagian dari kawasan budidaya (baik di ruang darat maupun ruang laut) yang

pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan

tersebut dan kawasan di sekitarnya.

Kawasan-kawasan yang termasuk kedalam kawasan lindung adalah :

1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, antara lain,

kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air.

2) Kawasan perlindungan setempat, anatara lain sempadan pantai, sempadan

sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air.

3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya antara lain, kawasan suaka alam,

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau,

taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka

margasatwa serta kawasan cagarbudaya dan ilmu pengetahuan

Page 164: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 151

4) Kawasan rawan bencana alam, anatara lain. Kawasan letusan gunung berapi,

kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan longsor, kawasan rawan

gelombang pasang dan kawasan rawan banjir

5) Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru cagar biosfer, kawasan

perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang.

Adapun yang termasuk kedalam kawasan budidaya antara lain adalah kawasan hutan

produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan

pertambangan, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan

pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan

2.3.2. Arahan Dari Regulasi Sumberdaya Air

Berbagai regulasi SDA terkait adalah UU no 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya air, PP No 42

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air, PP No 43 tentang Air Tanah, Peraturan

Menteri PU Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, dan

PP no 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

A. Arahan dari UU No 7 Tahun 2004

Kebijakan dan peraturan dalam upaya pemanfaatan dan pengembangan SDA,

sebagaimana yang ditekankan di dalam rencana rencana pembangunan jangka

menengah hingga jangka panjang mempunyai prinsip prinsip dasar sebagai berikut :

1. Optimalisasi Sumber daya yang bersifat terkendali, sehingga tidak menjurus

pada bentuk eksploitasi yang mengakibatkan kerusakan sumber daya air (SDA)

2. Pemanfaatan SDA yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

3. Penentuan skala prioritas terhadap urgensi permasalahan yang timbul dan harus

mendapatkan penanganan khusus dari pihak pemerintah

4. Analisis teknis yang tepat sasaran dan berdaya guna.

Perumusan kebijakan maupun rencana strategi pengembangan sumberdaya air yang

terintegrasi merupakan kunci utama di dalam menentukan langkah langkah

pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan khususnya dari pemanfaatan

sumberdaya air. Keintegrasian dan keselarasan infrastruktur sumberdaya air dari

berbagai tingkat kepentingan maupun instansi terkait akan sangat mendukung

terciptanya dinamika pembangunan yang mampu mengakomodasi kepentingan dari

berbagai pihak.

Page 165: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 152

Sesuai dengan arahan/kebijakan infrastruktur Sumberdaya Air dari UU no. 7/2004

Tentang Sumberdaya Air yang berkaitan dengan sinkronisasi program

pengembangan infrastruktur sumberdaya air adalah.:

1. Strategi pengendalian di dalam upaya tiap bentuk pemanfaatan sumberdaya air,

tergantung dari ketersediaan source (bahan baku) dan kelangsungannya untuk

masa depan, untuk itu sangat perlu dilakukan kajian rencana pengembangan

infrastruktur sampai tahun 2014 di lokasi terpilih dan kondisi existing saat ini.

2. Pemetaan rencana dan kondisi existing infrastruktur SDA tersebut sangat

berguna di dalam menentukan suatu rencana pengembangan, peningkatan dan

pemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan dan optimalisasi instansi yang

mempunyai wewenang di dalam SDA supaya tidak mempunyai rencana yang

saling overlapping (tumpang tindih)

Arti dari pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, memantau

dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan

sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air. Sedangkan maksud dari

konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak adalah;

3. Konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan serta

keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumberdaya air agar senantiasa tersedia

dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk emenuhi kebutuhan makhluk

hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.

4. Pendayagunaan Sumberdaya Air adalah upaya penatagunaan, penyediaan,

penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumberdaya air secara optimal

agar berhasil guna dan berdaya guna.

5. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan

memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak

air.

6. Pola pengelolaan sumberdaya air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan

prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.

7. Pengembangan sumberdaya air pada wilayah sungai ditujukan untuk

peningkatan kemanfaatan fungsi sumberdaya air guna memenuhi kebutuhan air

baku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwista, pertahanan,

pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan

lainnya.

Page 166: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 153

8. Pengembangan sumberdaya air diselenggarakan berdasarkan rencana

pengelolaan sumberdaya air dan rencana tata ruang wilayah yang telah

ditetapkan dengan mempertimbangkan :

1) daya dukung sumberdaya air

2) kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat

3) kemampuan pembiayaan

4) kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air

Dalam UU SDA Pasal 5 dan Pasal 6 Tentang Pengelolaan Sumberdaya Air, disebutkan

bahwa :

1. Pengelolaan sumberdaya air meliputi kegiatan konservasi, pendayagunaan dan

pengendalian daya rusak air.

2. Pengelolaan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan wilayah sungai.

3. Pengelolaan sumberdaya air dilakukan dengan melibatkan seluas-luasnya peran

serta masyarakat.

4. Berdasarkan prinsip keterpaduan tanpa mengurangi Wewenang Pengelolaan

dan Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Sungai, ditetapkan ketentuan sperti pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 2. 12

Wewenang Pengelolaan dan Pelaksanaan Wilayah Sungai

Wilayah Sungai

Wewenang Penetapan Wilayah Sungai, Penetapan Pola dan Pelaksanaan

Pengelolaan SDA Dalam satu Kabupaten/kota Bupati/Walikota

Lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi

Gubernur (konsultasi dengan Dewan Daerah Sumberdaya Air)

Lintas Provinsi Menteri (konsultasi dengan Dewan Nasional Sumberdaya Air)

Sungai Strategis

Pemerintah (dengan persetujuan & dilakukan bersama Pemerintah Daerah)

Sumber: UU No. 7 Tahun 2004.

Pengelolaan sumberdaya air memerlukan dukungan penuh dan terus-menerus dari

institusi jajaan pemerintah propinsi/kabupaten/kota dan stakeholders. Untuk itu

diperlukan suatu terobosan berupa suatu kesepakatan operasional pelayanan

sumberdaya air yang mengikutsertakan para penanggung jawab operasional di

lapangan, baik dari unsur pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah propinsi,

Page 167: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 154

termasuk para kelompok pengguna air di dalam pengelolaan sumberdaya air (P3A)

B. Arahan dari PP No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan SDA

Pengaturan mengenai proses dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air yang

menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dalam PP 42/2008 ini

dimaksudkan agar :

1. Pendayagunaan sumberdaya air dapat diselenggarakan dengan menjaga

kelestarian fungsi sumber dayaair secara berkelanjutan;

2. Tercipta keseimbangan antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan

fungsi ekonomi sumber daya air;

3. Tercapai kemanfaatan umum sumberdaya air secara efektif dan efisien;

4. Terwujud keserasian untuk berbagai kepentingan dengan memperhatikan sifat

alami air yang dinamis;

5. Terlindungi hak setiap warga negara untuk memperoleh kesempatan yang

sama untuk berperan dan menikmati hasil pengelolaan sumberdaya air;

6. Terwujud keterbukaan dan akuntabilitas pengelolaan sumberdaya air.

B.1. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air

Kebijakan pengelolaan sumber daya air merupakan arahan strategis yang

menjadi dasar dalam mengintegrasikan kepentingan pengembangan wilayah

administrasi dengan pengelolaan sumberdaya air yang berbasis wilayah sungai.

Kebijakan pengelolaan sumberdaya air disusun dengan memperhatikan kondisi

wilayah administratif, seperti, perkembangan penduduk, ekonomi, sosial

budaya, dan kebutuhan air.

Kebijakan pengelolaan sumber daya air disusun pada tingkat nasional, provinsi,

dan kabupaten/kota. Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat

nasional menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya

air pada tingkat provinsi dan pada tingkat kabupaten/kota secara berjenjang.

Kebijakan pengelolaan sumberdaya air pada tingkat nasional, yang selanjutnya

disebut kebijakan nasional sumberdaya air, disusun dan dirumuskan oleh

Dewan Sumberdaya Air Nasional dan ditetapkan oleh Presiden.

B.2. Penetapan Wilayah Sungai

Page 168: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 155

Sumberdaya air merupakan sumberdaya alam yang terbaharui dan secara

alamiah berada di dalam wilayah hidrografis yang disebut daerah aliran sungai

(DAS) yang mengikuti siklus hidrologis. Ketersediaan sumberdaya air dalam

setiap DAS sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan hidrogeologi setempat

sehingga mengakibatkan adanya DAS dengan ketersediaan air yang melimpah

(DAS basah) dan DAS yang sangat kekurangan air (DAS kering). Untuk

mewujudkan asas keseimbangan dan asas keadilan dalam pengelolaan

sumberdaya air, dapat dilakukan penyatuan beberapa DAS dalam satu wilayah

pengelolaan yang disebut wilayah sungai (WS) agar wilayah tersebut mampu

mencukupi kebutuhan sumberdaya air bagi wilayahnya. Penyatuan beberapa

DAS ke dalam satu WS tersebut harus mempertimbangkan efektivitas dan

efisiensi pengelolaannya. Selain itu, dengan pertimbangan yang sama,

kumpulan pulau kecil dapat pula digabungkan pengelolaannya menjadi satu WS.

Wilayah sungai ditentukan berdasarkan :

1. Efektivitas pengelolaan sumber daya air dengan kriteria:

1) dapat memenuhi kebutuhan konservasi sumber daya air dan

pendayagunaan sumber daya air

2) telah tersedianya prasarana sumber daya air yang menghubungkan

daerah aliran sungai yang satu dengan daerah aliran sungai yang lain.

2. Efisiensi pengelolaan sumber daya air dengan kriteria rentang kendali

pengelolaan sumber daya air; dan

3. Keseimbangan pengelolaan sumberdaya air pada DAS basah dan DAS kering

dengan kriteria tercukupinya hak setiap orang untuk mendapatkan air guna

memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

Untuk WS strategis nasional, di samping harus memenuhi kriteria tersebut di

atas, juga harus memenuhi parameter sebagai berikut :

1. Potensi sumberdaya air pada WS yang bersangkutan 20% dari potensi

sumberdaya air pada provinsi;

2. Banyaknya sektor dan jumlah penduduk dalam WS yang bersangkutan:

1) Jumlah sektor yang terkait dengan sumberdaya air pada WS paling

sedikit 16 sektor; dan

2) Jumlah penduduk dalam WS paling sedikit 30% dari jumlah penduduk

provinsi.

Page 169: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 156

3. Besarnya dampak terhadap pembangunan nasional:

1) Sosial :

jumlah tenaga kerja pada lapangan kerja yang terpengaruh oleh

sumberdaya air paling sedikit 30% dari seluruh tenaga kerja pada

tingkat provinsi; atau

pada WS terdapat pulau kecil atau gugusan pulau kecil yang

berbatasan dengan wilayah negara lain;

2) Lingkungan:

terancamnya keanekaragaman hayati yang spesifik dan langka

pada sumber air yang perlu dilindungi atau yang ditetapkan dalam

konvensi internasional;

perbandingan antara debit air sungai maksimum dan debit air

sungai minimum rata-rata tahunan pada sungai utama melebihi 75

(tujuh puluh lima); atau

perbandingan antara kebutuhan air dan ketersediaan air andalan

setiap tahun pada WS yang bersangkutan melampaui angka 1,5

3) Ekonomi:

terdapat paling sedikit 1 daerah irigasi yang luasnya 10.000 ha;

nilai produktif industri yang tergantung pada sumberdaya air pada

WS paling sedikit 20 % dari nilai produktif industri pada tingkat

provinsi; atau

terdapat produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga air yang

terhubung dengan jaringan listrik lintas provinsi dan/atau

terhubung kedalam jaringan transmisi nasional;

4) Dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi

mengakibatkan kerugian ekonomi paling sedikit 1% dari PDRB provinsi.

Penetapan WS dapat ditinjau kembali apabila ada perubahan fisik dan/atau

nonfisik di WS yang bersangkutan yang mengakibatkan perubahan batas WS

dan/atau perubahan kelompok wilayah sungai.

B.3. Rancangan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air

Sumberdaya air merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai sifat

mengalir dan dinamis serta berinteraksi dengan sumberdaya lain sehingga

Page 170: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 157

membentuk suatu sistem. Dengan demikian, pengelolaan sumberdaya air akan

berdampak pada kondisi sumberdaya lainnya dan sebaliknya Oleh karena itu,

agar pengelolaan berbagai sumberdaya tersebut dapat menghasilkan manfaat

bagi masyarakat secara optimal, diperlukan suatu acuan pengelolaan terpadu

antarinstansi dan antarwilayah, yaitu berupa pola pengelolaan sumberdaya air.

Penyusunan pola pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara terbuka

melalui pelibatan berbagai pihak dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang

agar pola pengelolaan sumberdaya air mengikat berbagai pihak yang

berkepentingan.

Pola pengelolaan sumberdaya air merupakan kerangka dasar dalam

merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan

konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian

daya rusak air pada wilayah sungai. Prinsip utama yang digunakan dalam pola

pengelolaan sumberdaya air ini adalah prinsip keterpaduan antara air

permukaan dan air tanah serta keseimbangan antara upaya konservasi

sumberdaya air dan pendayagunaan sumberdaya air.

Pola pengelolaan sumberdaya air disusun dengan memperhatikan kebijakan

pengelolaan sumberdaya air pada wilayah administrasi yang bersangkutan. Pola

pengelolaan sumberdaya air memuat tujuan dan dasar pertimbangan

pengelolaan sumberdaya air, skenario kondisi WS pada masa yang akan datang,

strategi pengelolaan sumberdaya air, dan kebijakan operasional untuk

melaksanakan strategi pengelolaan sumberdaya air.

Rancangan pola pengelolaan sumberdaya air yang disusun untuk jangka waktu

20 tahun mengacu pada data dan/atau informasi mengenai:

1. Penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya air yang dilakukan oleh

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang bersangkutan;

2. Kebutuhan sumberdaya air bagi semua pemanfaat di WS yang

bersangkutan;

3. Keberadaan masyarakat hukum adat setempat;

4. Sifat alamiah dan karakteristik sumberdaya air dalam satu kesatuan

sistem hidrologis;

5. Aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumberdaya air;

dan

Page 171: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 158

6. Kepentingan generasi masa kini dan mendatang serta kepentingan

lingkungan hidup.

a. Rancangan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air WS Lintas Provinsi

Di dalam pasal 19 disebutkan bahwa rancangan pola pengelolaan

sumberdaya air pada WS lintas provinsi dirumuskan oleh wadah koordinasi

pengelolaan sumberdaya air pada WS lintas provinsi, dan dibantu oleh unit

pelaksana teknis (UPT) yang membidangi sumberdaya air WS lintas provinsi.

Penyusunan rancangan pola pengelolaan sumberdaya air tersebut

dilakukan melalui konsultasi publik dengan instansi teknis dan unsur

masyarakat terkait.

Selanjutnya, rancangan pola pengelolaan sumberdaya air yang telah

dirumuskan tersebut setelah dikonsultasikan dengan para gubernur yang

bersangkutan diserahkan kepada Menteri untuk ditetapkan sebagai pola

pengelolaan sumberdaya air WS lintas provinsi.

Dalam hal wadah koordinasi pengelolaan sumberdaya air pada WS lintas

provinsi tidak atau belum terbentuk, rancangan pola pengelolaan

sumberdaya air yang disusun oleh UPT, setelah melalui konsultasi publik

dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait, dibahas oleh gubernur

masing-masing dengan melibatkan bupati/walikota yang terkait dengan WS

yang bersangkutan.

Rancangan pola pengelolaan sumberdaya air tersebut kemudian

disampaikan kepada Menteri untuk ditetapkan menjadi pola pengelolaan

sumberdaya air WS lintas provinsi.

b. Rancangan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air WS Lintas Negara

Rancangan pola pengelolaan sumberdaya air pada WS lintas negara

dirumuskan oleh Dewan Sumberdaya Air Nasional, yang dibantu oleh UPT

yang membidangi sumberdaya air WS lintas negara, dan dilakukan melalui

konsultasi publik dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait.

Dalam perumusan rancangan pola pengelolaan sumberdaya air ini, Dewan

Sumberdaya Air Nasional mengikutsertakan bupati/walikota dan gubernur

yang bersangkutan, menteri yang membidangi pertahanan, dan menteri

yang membidangi hubungan luar negeri.

Page 172: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 159

Rancangan pola pengelolaan sumberdaya air yang telah terumuskan

disampaikan oleh UPT yang bersangkutan kepada Menteri untuk ditetapkan

sebagai pola pengelolaan sumberdaya air WS lintas negara.Pola

pengelolaan sumberdaya air WS lintas negara ini digunakan sebagai bahan

penyusunan perjanjian pengelolaan sumberdaya air dengan negara yang

bersangkutan.

Dalam hal substansi perjanjian pengelolaan sumberdaya air tidak sesuai

dengan pola pengelolaan sumberdaya air WS lintas negara, pola

pengelolaan sumberdaya air harus disesuaikan dengan perjanjian

pengelolaan sumberdaya air yang telah disepakati.

Dalam hal belum ada perjanjian pengelolaan sumberdaya air dengan negara

yang bersangkutan, pengelolaan sumberdaya air pada WS yang berada

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia didasarkan pada pola

pengelolaan sumberdaya air lintas negara yang telah ditetapkan oleh

Menteri.

c. Rancangan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air WS Strategis Nasional

Rancangan pola pengelolaan sumberdaya air pada WS strategis nasional

dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumberdaya air pada WS

strategis nasional, yang dibantu oleh UPT yang membidangi sumberdaya air

WS strategis nasional, dan dilakukan melalui konsultasi publik dengan

instansi teknis dan unsur masyarakat terkait.

Selanjutnya, rancangan pola pengelolaan sumberdaya air yang telah

dirumuskan tersebut disampaikan oleh UPT yang bersangkutan kepada

Menteri untuk ditetapkan menjadi pola pengelolaan sumberdaya air WS

strategis nasional.

Dalam hal wadah koordinasi pengelolaan sumberdaya air pada WS strategis

nasional tidak atau belum terbentuk, setelah melalui konsultasi publik

dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait, rancangan pola

pengelolaan sumberdaya air dibahas oleh Menteri bersama :

1. Bupati/ walikota untuk WS dalam satu kabupaten/kota; atau

2. Gubernur dengan melibatkan bupati/walikota yang bersangkutan untuk

WS lintas kabupaten/kota.

Page 173: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 160

Selanjutnya, rancangan pola pengelolaan sumberdaya air tersebut

disampaikan kepada Menteri untuk ditetapkan menjadi pola pengelolaan

sumberdaya air WS strategis nasional.

Pola pengelolaan sumberdaya air yang sudah ditetapkan dapat ditinjau dan

dievaluasi paling singkat setiap 5 tahun sekali. Hasil peninjauan dan evaluasi

tersebut menjadi dasar pertimbangan bagi penyempurnaan pola

pengelolaan sumber daya air.

B.4. Substansi Rencana Pengelolaan Sumberdaya Air

Rencana pengelolaan sumberdaya air merupakan rencana induk yang menjadi

dasar bagi penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan konservasi

sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak

air oleh setiap sektor dan wilayah administrasi yang bersangkutan.

Rencana induk tersebut memuat pokok-pokok program :

1. Konservasi sumberdaya air,

2. Pendayagunaan sumberdaya air, dan

3. Pengendalian daya rusak air

Keseluruhan program tersebut meliputi upaya fisik dan nonfisik, termasuk

prakiraan kelayakan serta desain dasar upaya fisik. Rencana pengelolaan

sumberdaya air merupakan salah satu unsur dalam penyusunan, peninjauan

kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah.

Pelaksanaan kegiatan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya

air, dan pengendalian daya rusak air, dilakukan melalui :

1. Pelaksanaan konstruksi prasarana sumberdaya air,

2. Operasi dan pemeliharaan sumberdaya air yang meliputi :

1) Pemeliharaan sumber air

2) Operasi dan pemeliharaan prasarana sumberdaya air.

Kegiatan konstruksi, operasi dan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh

pemerintah dilakukan dengan melibatkan unsur masyarakat yang meliputi

perseorangan, kelompok masyarakat, dan badan usaha.

a. Konservasi Sumberdaya Air

Dengan mengacu pada pola pengelolaan sumberdaya air, untuk menjaga

kelangsungan keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan fungsi

sumberdaya air dilakukan konservasi sumberdaya air melalui kegiatan :

Page 174: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 161

1. Pelindungan dan pelestarian sumber air, yang meliputi :

1) Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah

tangkapan air;

2) Pengendalian pemanfaatan sumber air melalui pemantauan dan

pengawasan berdasarkan ketentuan pemanfaatan zona pada

sumber air yang bersangkutan.

3) Pengisian air pada sumber air, antara lain dalam bentuk pengisian

air dari suatu sumber air ke sumber air yang lain dalam satu WS

atau dari WS yang lain; pengimbuhan air ke lapisan air tanah

(akuifer); peningkatan daya resap lahan terhadap air hujan di DAS

melalui penatagunaan lahan; atau pemanfaatan teknologi

modifikasi cuaca untuk meningkatkan curah hujan dalam kurun

waktu tertentu.

4) Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi yang dilakukan melalui:

penetapan pedoman pembangunan prasarana dan sarana sanitasi;

pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air

limbah pada kawasan perkotaan; pembuangan air limbah melalui

jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan ke dalam

sistem instalasi pengolah air limbah terpusat; pembangunan

sistem instalasi pengolah air limbah terpusat pada setiap

lingkungan; dan/atau penerapan teknologi pengolahan air limbah

yang ramah lingkungan.

5) Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan

pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air, yang

dilakukan melalui pengaturan terhadap kegiatan pembangunan

dan/atau pemanfaatan lahan pada sumber air.

6) Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu, yang dilakukan

untuk mencegah longsor; mengurangi laju erosi tanah;

mengurangi tingkat sedimentasi pada sumber air dan prasarana

sumber daya air; dan/atau meningkatkan peresapan air ke dalam

tanah.

7) Pengaturan daerah sempadan sumber air untuk mengamankan

dan mempertahankan fungsi sumber air serta prasarana sumber

Page 175: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 162

daya air, dengan cara mencegah pembuangan air limbah yang

tidak memenuhi baku mutu, limbah padat, dan/atau limbah cair;

mencegah pendirian bangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat

mengganggu aliran air, mengurangi kapasitas tampung sumber air

atau tidak sesuai dengan peruntukannya; dan melakukan

revitalisasi daerah sempadan sumber air.

8) Rehabilitasi hutan dan lahan pada hutan rusak maupun lahan

kritis. Rehabilitasi hutan rusak dapat dilakukan dengan kegiatan

yang menyeluruh dan terpadu, melalui upaya vegetatif, dan/atau

manajemen budi daya hutan. Sedangkan rehabilitasi lahan kritis

dapat dilakukan dengan kegiatan yang menyeluruh dan terpadu,

melalui upaya vegetatif, sipil teknis dan/atau agronomis.

9) Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan

pelestarian alam.

2. Pengawetan air, yang dilakukan dengan cara:

1) menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat

dimanfaatkan pada waktu diperlukan, yang dapat dilakukan

melalui pembuatan tampungan air hujan, kolam, embung, atau

waduk;

2) menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif yang

dapat dilakukan dengan cara: menerapkan tarif penggunaan air

yang bersifat progresif; menggunakan air secara efisien dan efektif

untuk segala macam kebutuhan; mencegah kehilangan atau

kebocoran air pada sumber air, pipa atau saluran transmisi,

instalasi pengolahan air, jaringan distribusi, dan unit pelayanan;

mengembangkan dan menerapkan teknologi hemat air;

menerapkan praktek penggunaan air secara berulang; mendaur

ulang air yang telah dipakai; memberikan insentif bagi pelaku

penghemat air; dan memberikan disinsentif bagi pelaku boros air.

3) mengendalikan penggunaan air tanah yang dilakukan dengan

prinsip: mengutamakan penggunaan air dari sumber air

permukaan; dan membatasi penggunaan air tanah dalam hal

ketersediaan sumber air permukaan terbatas, dengan tetap

Page 176: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 163

mengutamakan penggunaan air tanah untuk pemenuhan

kebutuhan pokok sehari-hari.

3. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, yang

dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan

prasarana sumber daya air.

Perbaikan kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air

dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya melalui:

1) penetapan kelas air dan baku mutu air pada sumber air;

2) pemantauan kualitas air pada sumber air;

3) pengendalian kerusakan sumber air;

4) penanggulangan pencemaran air pada sumber air; dan

5) perbaikan fungsi lingkungan untuk mengendalikan kualitas air.

Perbaikan kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air

dapat dilakukan melalui kegiatan, antara lain:

1) aerasi pada sumber air dan melalui prasarana sumberdaya air;

2) pemanfaatan organisme dan mikroorganisme yang dapat

menyerap bahan pencemar pada sumber air dan prasarana

sumber daya air;

3) pembuatan sumur infiltrasi di sepanjang pantai untuk

memperbaiki kualitas air tanah yang telah terkena intrusi air asin;

4) penggelontoran sumber air dalam keadaan yang mendesak.

Dalam pelaksanaan konservasi sumberdaya air, Pemerintah atau

pemerintah daerah sedapat mungkin mengutamakan kegiatan yang

bersifat nonfisik daripada yang bersifat fisik serta mendorong masyarakat

untuk melakukan upaya pengawetan dan penghematan air.

b. Pendayagunaan Sumberdaya Air

Pendayagunaan sumberdaya air bertujuan untuk memanfaatkan

sumberdaya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan fungsi sosial

sumberdaya air guna mewujudkan pemenuhan kebutuhan pokok

kehidupan masyarakat terhadap air secara adil.

Pendayagunaan sumberdaya air dilakukan melalui :

Page 177: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 164

1. Penatagunaan sumberdaya air, yang dilakukan dengan

memperhatikan: daya dukung sumber air; jumlah dan penyebaran

penduduk serta proyeksi pertumbuhannya; penghitungan dan proyeksi

kebutuhan sumber daya air; dan pemanfaatan air yang sudah ada.

2. Penyediaan sumberdaya air, yang didasarkan pada prinsip :

mengutamakan penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok

sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat pada sistem irigasi yang

sudah ada; menjaga kelangsungan penyediaan air untuk pemakai air

lain yang sudah ada; dan memperhatikan penyediaan air untuk

pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari bagi penduduk yang

berdomisili di dekat sumber air dan/atau sekitar jaringan pembawa air.

3. Penggunaan sumberdaya air, yang dilakukan berdasarkan prinsip:

penghematan penggunaan; ketertiban dan keadilan; ketepatan

penggunaan; keberlanjutan penggunaan; dan penggunaan yang saling

menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan

memprioritaskan penggunaan air permukaan.

4. Pengembangan sumberdaya air, yang diselenggarakan berdasarkan

rencana pengelolaan sumber daya air dan rencana tata ruang wilayah

yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan: daya dukung

sumber daya air; kekhasan dan aspirasi daerah dan masyarakat

setempat; kemampuan pembiayaan; dan kelestarian keanekaragaman

hayati dalam sumber air.

5. Pengusahaan sumberdaya air, yang dapat dilaksanakan setelah

terpenuhinya keperluan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan

pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada, dengan

memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan hidup.

Di dalam pendayagunaan sumberdaya air ini, dibahas pula mengenai

penetapan zona pemanfaatan sumber air, yang ditujukan untuk

mendayagunakan fungsi atau potensi yang terdapat pada sumber air

secara berkelanjutan. Kegiatannya meliputi :

1. inventarisasi jenis pemanfaatan yang sudah dilakukan di seluruh

bagian sumber air;

Page 178: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 165

2. penelitian dan pengukuran parameter fisik dan morfologi sumber air,

kimia, dan biologi pada sumber air;

3. menganalisis kelayakan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

4. menganalisis potensi konflik kepentingan antarjenis pemanfaatan yang

sudah ada.

Perencanaan penetapan zona pemanfaatan sumber air ini dilakukan

dengan memperhatikan prinsip:

1. meminimalkan dampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air;

2. meminimalkan potensi konflik kepentingan antarjenis pemanfaatan;

3. keseimbangan fungsi lindung dan budi daya;

4. memperhatikan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya air dengan

fungsi kawasan; dan/atau

5. memperhatikan kondisi sosial budaya dan hak ulayat masyarakat

hukum adat yang berkaitan dengan sumberdaya air.

c. Pengendalian Daya Rusak Air

Pengendalian daya rusak air perlu dilakukan terpadu, menyeluruh, dan

terkoordinasi serta mencakup upaya pencegahan, penanggulangan,

pemulihan dan/atau perbaikan akibat bencana dengan mengutamakan

upaya pencegahan.

d. Pencegahan

Upaya pencegahan dilakukan dengan peringatan dini, pemindahan,

dan/atau penyelamatan penduduk yang bermukim di kawasan rawan

bencana, serta penyebarluasan informasi dan penyuluhan kepada

masyarakat.

Kegiatan fisik dalam rangka pencegahan bencana dilakukan melalui

pembangunan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk mencegah

kerusakan dan/atau bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air.

Sedangkan kegiatan nonfisik dalam rangka pencegahan bencana dilakukan

melalui:

1. pengaturan, yang meliputi : penetapan kawasan rawan bencana

pada setiap wilayah sungai; penetapan sistem peringatan dini pada

setiap wilayah sungai; penetapan prosedur operasi standar sarana

Page 179: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 166

dan prasarana pengendalian daya rusak air; dan penetapan

prosedur operasi standar evakuasi korban bencana akibat daya

rusak air.

2. pembinaan, yang meliputi: penyebarluasan informasi dan

penyuluhan; dan pelatihan tanggap darurat.

3. pengawasan, yang meliputi: pengawasan penggunaan lahan pada

kawasan rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanan daerah

yang bersangkutan; dan pengawasan terhadap kondisi dan fungsi

sarana dan prasarana pengendalian daya rusak air.

4. Pengendalian, yang meliputi: pengendalian penggunaan lahan pada

kawasan rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanan daerah

yang bersangkutan; dan upaya pemindahan penduduk yang

bermukim di kawasan rawan bencana.

Adapun penyeimbangan hulu-hilir dilakukan dengan mekanisme penataan

ruang dan pengoperasian prasarana sungai sesuai dengan kesepakatan

para pemilik kepentingan.

e. Penanggulangan Daya Rusak Air

Upaya penanggulangan diutamakan untuk keselamatan jiwa manusia

dengan prioritas pemenuhan kebutuhan dasar dan bersifat segera. Upaya

pemulihan dan/atau perbaikan ditujukan untuk memfungsikan kondisi

lingkungan hidup serta sarana dan prasarana umum yang terkena

bencana.

f. Pemulihan Akibat Bencana

Pemulihan akibat bencana dilakukan oleh Pemerintah dan/atau

pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya

melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, yang ditujukan untuk

memulihkan fungsi lingkungan hidup serta sistem prasarana sumberdaya

air. Pemulihan fungsi lingkungan hidup dan pemulihan sistem prasarana

sumberdaya air tersebut diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan

pokok sehari-hari.

B.5. Sistem Informasi Sumberdaya Air

Untuk mendukung pengelolaan sumberdaya air, Pemerintah dan pemerintah

daerah menyelenggarakan sistem informasi sumberdaya air sesuai dengan

Page 180: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 167

kewenangannya. Sistem informasi sumberdaya air yang merupakan jaringan

informasi yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi, baik pada tingkat

pusat maupun daerah, perlu dikelola secara terpadu sehingga informasi yang

tersedia dapat terjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktunya serta

dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

B.6. Pembiayaan Pengelolaan Sumberdaya Air

Pembiayaan pengelolaan sumberdaya air diperlukan untuk mendukung

terselenggaranya pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan. Pengguna

sumberdaya air wajib menanggung biaya jasa pengelolaan sumberdaya air.

Biaya jasa pengelolaan sumberdaya air bukan merupakan pembayaran atas

harga air, melainkan merupakan penggantian sebagian biaya yang diperlukan

untuk pengelolaan sumberdaya air. Kewajiban itu dikecualikan bagi penggunaan

sumberdaya air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk

pertanian rakyat. Pembebanan biaya jasa pengelolaan sumberdaya air

dimaksudkan sebagai instrumen agar masyarakat berhemat dalam penggunaan

air serta menumbuhkan peran serta masyarakat dalam menjaga dan

memelihara sumberdaya air ataupun prasarana sumberdaya air.

B.7. Perizinan sebagai Instrumen Pengendalian Penggunaan Sumberdaya Air

Perizinan dalam penggunaan sumberdaya air merupakan instrumen

pengendalian untuk mewujudkan ketertiban pengelolaan sumberdaya air,

melindungi hak masyarakat dalam memperoleh akses atas air bagi pemenuhan

kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang

telah ada, serta menjamin hak ulayat masyarakat hukum adat setempat.

Perizinan dalam pengelolaan sumber daya air diperlukan untuk kegiatan:

1. pelaksanaan konstruksi pada sumber air;

2. penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu; meliputi penggunaan

sumber daya air untuk pemenuhan:

1) kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat yang dilakukan

dengan cara mengubah kondisi alami sumber air;

2) kebutuhan pokok sehari-hari yang dilaksanakan oleh kelompok orang

dan badan sosial;

Page 181: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 168

3) keperluan irigasi pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah

ada;

4) kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya air.

3. modifikasi cuaca.

Implikasi dari arahan yang ditetapkan dalam PP No 42 Tahun 2008 ini terhadap

ruang dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

Tabel 2. 13

Arahan Pengelolaan SDA pada PP No 42 Tahun 2008

dan Implikasinya terhadap Tata Ruang

Arahan SDA Bentuk Implikasi Terhadap Tata Ruang KONSERVASI SDA

Perlindungan dan pelestarian sumberdaya air

Pengendalian pemanfaatan sumberdaya air

Perlunya pemanfaatan zona pada lokasi sekitar sumber air

Peningkatan daya resap lahan terhadap air hujan

Perlunya penatagunaan lahan yang menyediakan kawasan ruang terbuka hijau

Perlindungan terhadap sumber-sumber air

Perlunya pengaturan pemanfaatan lahan pada lokasi sekitar sumber air

Pengendalian pengolahan tanah di wilayah hulu

Perlunya penataan lahan di wilayah hulu yang memungkinkan peresapan air

Perlunya kriteria batasan yang jelas antara wilayah hulu dan hilir

Pengaturan daerah sempadan sumber air untuk mempertahankan fungsi sumber air (kualitas dan kuantitasnya)

Penataan ruang yang tidak mengganggu aliran air

Penyediaan lahan untuk pembangunan IPAL

Pengawetan air Penyimpanan air yang berlebih Kebutuhan ruang untuk pembuatan tampungan air (embung atau waduk)

Pengelolaan kualitas air Pembuatan sumur infiltrasi di sepanjang pantai untuk memperbaiki kualitas air tanah yang terkena intrusi air asin

Perlunya ruang untuk pembuatan sumur infiltrasi di kawasan pantai yang terkena intrusi air asin

PENDAYAGUNAAN SDA

Pengembangan sumberdaya air Pengembangan yang didasarkan pada rencana pengelolaan SDA dan RTRW dengan mempertimbangkan daya dukumg sumberdaya air

Perlunya memasukkan pertimbangan daya dukung sumberdaya air dalam penyusunan RTRW

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

Pencegahan Pembangunan sarana dan prasarana untuk mencegah kerusakan (tanggul, pengamanan pantai)

Perlunya area untuk pembuatan tanggul di area sempadan sungai/ pantai

Penetapan, pengawasan dan pengendalian pada kawasan

Perlunya arahan penataan ruang untuk kawasan rawan rawan bencana,

Page 182: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 169

Arahan SDA Bentuk Implikasi Terhadap Tata Ruang rawan bencana di setiap WS antara lain misalnya penyediaan jalur

evakuasi

Penyeimbangan hulu-hilir melalui mekanisme penataan ruang sesuai kesepakatan para pemiliki kepentingan

Perlunya penataan ruang yang terintegrasi antara kawasan hulu dan hilir

Penanggulangan daya rusak air - -

Pemulihan akibat bencana Rehabilitasi dan konstruksi -

Sumber : PP No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan SDA, diolah

C. Arahan Dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11a/PRT/M/2006

Tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai

Peraturan Menteri PU Nomor 11A/PRT/M/2006 ini menetapkan berbagai wilayah

sungai di Indonesia. Wilayah sungai (WS) dibagi menjadi berbagai kategori, yaitu WS

lintas negara, WS lintas provinsi, WS strategis nasional, WS lintas kabupaten, WS

satu kabupaten. Pembagian WS ini juga terkait dengan institusi yang memilki tugas

dan kewenangan di wilayah sungai tersebut.

Peraturan tersebut menegaskan bahwa tugas dan kewenangan institusi di level

pusat/ nasional mencakup WS lintas negara, WS lintas provinsi, dan WS strategis

nasional.

Tabel 2. 14

Wilayah Sungai Lintas Negara

No Kode WS

Nama Wilayah Sungai

Provinsi Nama-Nama

Daerah Aliran Sungai (DAS) 1 A1 - 1 Benanain NTT – Timor Leste Benanain, Mena

2 A1 - 2 Noel Mina NTT – Timor Leste Noel Mina, N Termanu, Nungkurus, (P Rote), (P Sabu)

3 A1 - 3 Sesayap Kaltim – Serawak Malaysia

Sesayap, Sebakung, Sebakis, Sebuku, Sembaleun, Simenggaris, Noteh, Sinualan, Itai, Sekata, Linuang Kayan, Ansam, Belayau

4 A1 - 4 Memberamo-Tami-Apauvar

Papua – Papua Nugini

Memberamo, Gesa, Bigabu, Sobger, Tariku, Nawa, Taritatu, Van Dalen, Tami, Apauvar, Verkume, Tor, Biri, Wiru, Sermo, Grime, Sentani

5 A1 - 5 Einlanden-Digul-Bikuma

Papua – Papua Nugini

Einlanden, Digul, Maro, Kumbe, Bulaka, Bian, Dolak, Digul, Cemara

Sumber : Lampiran I Peraturan Menteri PU No 11A/PRT/M/2006

Page 183: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 170

Tabel 2. 15

Wilayah Sungai Lintas Provinsi

No Kode WS

Nama Wilayah Sungai

Provinsi Nama-Nama

Daerah Aliran Sungai (DAS) 1 A2 - 1 Alas-Singkil NAD - Sumut Lae Pardomuan, Lae Silabuhan, Lae

Siargian, Lae Singkil, Lae Kuala Baru

2 A2 - 2 Batang Natal - Batang Batahan

Sumut – Sumbar Batang Batahan, Batang Natal

3 A2 - 3 Rokan Riau – Sumbar - Sumut

Rokan, Bangko, Rokan Kiri, Rokan Kanan, Kubu, Sumpur, Sontang, Asik, Air Pesut, Sibinail, Pagang, Pincuran Panjang, Timbawan

4 A2 - 4 Kampar Riau – Sumbar Kampar, Kampar Kiri, Kampar Kanan, Bt Kapur, Bt Mahat

5 A2 - 5 Indragiri Riau – Sumbar Kuantan, Indragiri, Gaung Anak Serka, Guntung, Pateman, Palangki, Ombilin, Sinamar

6 A2 - 6 Batanghari Jambi - Sumbar Btg Hari, Tungkal, Bentaro, Mandahara, Lagan, Air Hutan, Jujuhan, Siat, Timpeh, Kuko, Pangean, Momong, Sipotar, Sangir, Talantam, Bangko, Gumanti, Pinti Kayu, Pkl Duri Besar

7 A2 - 7 Musi Sumsel-Bengkulu-Lampung

Musi, Lakitan, Kelingi, Rawas, Semangus, Batang Hari, Leko

8 A2 - 8 Mesuji - Tulang Bawang Lampung – Sumsel Mesuji, Tlg Bawang, Tjg Pasir, Randam Bsr, Sibur Besar, Tawar, Bati Dalam Kecil, Randam Besar, Menham Kecil

9 A2 - 9 Teramang – Ipuh Bengkulu-Jambi Teramang Ipuh, Retak, Buluh, Selagan, Bantal, Dikit, Manjuto

10 A2 - 10 Nasal – Padang Guci Bengkulu –Lampung

Air Nasal, Air Sambat, Air Tetap, Air Luas, Air Kinal, Air Padang Guci, Air Sulau, Air Kedurang, Air Bengkenang, Air Manna

11 A2 - 11 Kepulauan Seribu DKI Jkt-Banten (Kepulauan Seribu)

12 A2 - 12 Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum

Banten – DKI Jkt – Jabar

Cisadane, Ciliwung, Citarum, Cidanau, Ciujung, Cidurian

13 A2 - 13 Citanduy Jabar – Jateng Citanduy, Cibeureum, Cimeneng, Kadalmeteng, Cioutra Pinggan, Sapuregel, Kawungaten, Cikonde, Cikembulan, Cihaur

14 A2 - 14 Cimanuk – Cisanggarung

Jabar – Jateng Cimanuk, Cisanggarung, Cipanas, Ciwaringin, Cikondang, Kasuncang, Babakan, Kabuyutan, Kluwut

15 A2 - 15 Progo–Opak- Serang DI Yogya-Jateng Progo, Opak, Serang, Tangsi,Elo, Oyo

16 A2 - 16 Bengawan Solo Jatim-Jateng Keduwang, Jurang Gempal, Bengawan Solo/ Jurug Solo, Grindulu, Lorong, Lamong, K Gondang, K Sragen, Semawon, Wungu, Semawun, Geneng, Sondang

17 A2 - 17 Jelai-Kandawangan Kalteng-Kalbar Jelai, Kendawangan

18 A2 - 18 Barito-Kapuas Kalsel-Kalteng Barito, Kapuas, Murung, Martapura, Riam Kanan, Riam Kiwa, Negara, Ambawang, Kubu, Landaj, Tapin

19 A2 - 19 Dumoga-Sangkup Sulut-Gorontalo Dumoga, Sangkup, Buyat, Lomboit, Andagile, Bulawa, Tuliawa

Page 184: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 171

No Kode WS

Nama Wilayah Sungai

Provinsi Nama-Nama

Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 A2 - 20 Limboto-Bulango-Bone Gorontalo-Sulut Limboto, Bulango, Bone

21 A2 - 21 Randangan Gorontalo –Sulteng

Randangan

22 A2 - 22 Palu-Lariang Sulteng-Sulsel-Sulbar

Palu, Lariang, Watutela, Pasangkayu, Meangka, Surumba, Sibayu, Tambu

23 A2 - 23 Kaluku-Karama Sulbar-Sulsel Kaluku, Karama, Babbalalang, Malunda, Mandar

24 A2 - 24 Pompengan-Larona Sulsel-Sultra Pompengan, Larona, Kalaena, Latuppa, Bua, Lamasi, Makawa, Bungadidi, Kebo, Ronkong, Balease

25 A2 - 25 Sadang Sulsel-Sulbar Sadang, Mamasa, Rapang, Libukasi, Galang-galang, Lissu, Barru, Lakepo, Lampoko, Kariango, Pangkajene, Bone-bone, Segeri, Karajae, Malipi

26 A2 - 26 Lasolo-Sampara Sultra-Sulteng-Sulsel

Lasolo, Sampara, Lalindu, Aopa, Tinobu, Luhumbuti, Landawe, Amesiu

27 A2 - 27 Omba Papua-Irja Barat Omba, Lengguru, Madefa, Bedidi, Bomberai

Sumber : Lampiran II Peraturan Menteri PU No 11A/PRT/M/2006

Tabel 2. 16

Wilayah Sungai Strategis Nasional

No Kode

WS

Nama

Wilayah Sungai Provinsi

Nama-Nama

Daerah Aliran Sungai (DAS)

1 A3 - 1 Meureudo – Baro NAD Meureudu, Baro, Tiro, Pante Raja, Utue,

Putu, Trienggadeng, Pangwa, Beuracan,

Batee

2 A3 - 2 Jambo Aye NAD Jambo Aye, Geuruntang, Reungget, Lueng,

Simpang Ulim, Malehan, Julok Rayeu,

Keumuning, Gading, Idi Rayeuk, Lancang,

Jeungki, Peundawa Rayeuk, Peureulak,

Peundawa Puntong, Leugo Rayeuk

3 A3 - 3 Woyla – Seunagan NAD Woyla, Seunagan

4 A3 - 4 Tripa – Bateue NAD Tripa, Bateue

5 A3 - 5 Belawan-Ular-Padang Sumut Belawan, Ular, Deli, Belumai, Padang,

Martebing, Kenang, Serdang, Percut,

Bedagal, Belutu

6 A3 - 6 Toba - Asahan Sumut Danau Toba, Sei Asahan, Silau, Tanjung,

Suka

7 A3 - 7 Batang Angkola –

Batang Gadis

Sumut Batang Angkola, Batang Gadis

8 A3 - 8 Siak Riau Siak, Siak Kecil, Bukit Batu, Palentung,

Tapung Kanan, Tapung Kiri, Masigit, Bulu

Kala, Mandau, Dumai

Page 185: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 172

No Kode

WS

Nama

Wilayah Sungai Provinsi

Nama-Nama

Daerah Aliran Sungai (DAS)

9 A3 - 9 Reteh Riau Reteh, Gangsal

10 A3 - 10 P Batam – P Bintan Kepulauan Riau Pulau Batam, Pulau Bintan

11 A3 - 11 Anai-Kuranji-Arau-

Mangau-Antokan

Sumbar Anai, Kuranji, Arau, Mangau, Antokan, Air

Dingin, Tapakis, Ulakan, Andaman,

Pariaman, Manggung, Naras, Liamu,

Kamumuan, Paingan, Tiku, Bungus

12 A3 - 12 Sugihan Sumsel Burung, Gaja Mati, Pelimbangan, Beberi,

Olok, Daras, Medang, Padang

13 A3 - 13 Banyuasin Sumsel Banyuasin, Senda, Liamu, Ibul, Puntian,

Pangkalan Balai, Buluain, Kepayang,

Mangasang, Kedawang, Titikan, Mendes,

Tungkal, Leuang, Lalan, Supat, Lilin

14 A3 - 14 Way Seputih – Way

Sekampung

Lampung Seputih, Sekampung, Wako, Kambas,

Penet, Kuripan, Sabu, Sukamaju

15 A3 - 15 Pemali-Comal Jateng Pemali, Pemali Notog, Comal, Cacaban,

Waluh, Sengkarang, Sambong, Sragi

16 A3 - 16 Jratunseluna Jateng Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, Juwana,

Bodri, Anyar, Klampok, Semarang, Garang,

Randuguntini

17 A3 - 17 Serayu-Bogowonto Jateng Serayu, Bogowonto, Bengawan, Ijo, Luk

Ulo, Cokroyasan, Sempor, Padegolan,

Tipar, Wawar, Telomoyo, Watugemulung,

Pasir, Tuk, Yasa, Srati, Donan

18 A3 - 18 Brantas Jatim Brantas, Santun, Punyu, Bango, Putih,

Widas, Konto

19 A3 - 19 Bali-Penida Bali Ayung, Ho, Balian, Daya, Sabah,

Panarukan, SanglangGede

20 A3 - 20 Pulau Lombok NTB Dodokan, Jangkok, Babak, Renggung,

Palung, Blimbing, Segara, Pemining,

Meninting, Sidutan

21 A3 - 21 Aesesa NTT Aesesa, Wae Mokel, Naggaroro,

Mautenda, Wolowona, Waiwajo, Nebe

22 A3 - 22 Kapuas Kalbar Kapuas, Ambawang, Kubu, Landak, Nipah,

Paduan, Peniti, Kapar, Mancar, Kerawang,

Melendang, Satai

23 A3 - 23 Pawan Kalbar Pawan, Simpang, Semandang, Semanai

24 A3 - 24 Seruyan Kalteng Seruyan

25 A3 - 25 Kahayan Kalteng Kahayan, Sebangau

26 A3 - 26 Mahakam Kaltim Mahakam, Semboja, Senipah, Semoi

27 A3 - 27 Sangihe Talaud Sulut Sangihe Talaud

28 A3 - 28 Tondano-Likupang Sulut Ranowangko, Ranoposo, Nimanga,

Marondor, Sosongae, Tondano, Likupang

29 A3 - 29 Paguyaman Gorontalo Paguyaman, Bola, Dulupi, Buntaya, Marisa

Page 186: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 173

No Kode

WS

Nama

Wilayah Sungai Provinsi

Nama-Nama

Daerah Aliran Sungai (DAS)

30 A3 - 30 Parigi-Poso Sulteng Parigi, Poso, Tompis, Bambalemo, Podi,

Dolago, Tindaki

31 A3 - 31 Laa-Tambalako Sulteng Laa, Tambalako, Tirongan, Salato,

Morowali, Sumare, Bahonbelu, Bahodopi

32 A3 - 32 Walanae-Cenranae Sulsel Walanae, Cenranae, Paremang, Bajo,

Awo, Peneki, Keera, Ranang, Larompong,

Gilirang, Noling, Suli, Suto

33 A3 - 33 Jeneberang Sulsel Jeneberang, Jeneponto, Maros, Matulu,

Salangketo, Tangka, Aparang, Pamukulu

34 A3 - 34 Pulau Buru Maluku Pulau Buru

35 A3 - 35 P Ambon - P Seram Maluku Pulau Ambon, Pulau Seram

36 A3 - 36 Kepulauan Kei-Aru Maluku Kepulauan Kei-Aru

37 A3 - 37 Kep Yamdena-Wetar Maluku Kepulauan Yamdena-Wetar

Sumber 3 Lampiran III Peraturan Menteri PU No 11A/PRT/M/2006

D. Arahan Dari PP No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi Arahan Mengenai Pembagian

Tugas dan Kewenangan

Beberapa ketentuan mengenai pembagian kewenangan berbagai lembaga dalam

hal pengelolaan irigasi, salah satunya diatur dalam PP No 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi. Peraturan ini menetapkan bahwa kelembagaan pengelolaan irigasi meliputi

instansi pemerintah yang membidangi irigasi, perkumpulan petani pemakai air, dan

komisi irigasi.

Untuk daerah irigasi yang termasuk dalam lingkup nasional, maka kelembagaan

yang berperan adalah pemerintah yang membidangi irigasi serta komisi irigasi

antarprovinsi. Komisi irigasi antarprovinsi dapat dibentuk oleh para gubernur yang

bersangkutan.

Page 187: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 174

Gambar 2. 20

Skema Kelembagaan Pengelolaan Irigasi

Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan

urusan pemerintahan bidang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi diatur

dalam pasal 16, yang meliputi:

1. menetapkan kebijakan nasional pengembangan dan pengelolaan sistem

irigasi;

2. menetapkan status daerah irigasi yang sudah dibangun dengan melibatkan

pemerintah daerah yang terkait;

3. melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada

daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi

strategis nasional;

Komisi Irigasi Antarprovinsi (merupakan lembaga koordinasi & komunikasi) beranggotakan : - Wakil pemkab/kot terkait - Wakil komisi irigasi terkait - Wakil P3A - Wakil pengguna jaringan irigasi

Tugas : - Merumuskan kebijakan utk mempertahankan & meningkatkan

kondisi & fungsi irigasi - Merumuskan rencana tahunan penyediaan air irigasi - Merumuskan rencana tahunan pembagian dan pemberian air

irigasi bagi pertanian dan keperluan lainnya

- Merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi di daerah irigasi lintas provinsi

Kelembagaan Pengelolaan Irigasi

Pemerintah yang membidangi irigasi

Komisi Irigasi Perkumpulan petani pemakai air (P3A)

Komisi irigasi antarprovinsi

Komisi irigasi provinsi

Komisi irigasi kota/kab

Page 188: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 175

4. melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada

daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3.000 ha atau pada daerah irigasi

lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis

nasional;

5. memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengembangan

dan pengelolaan sistem irigasi;

6. menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengembangan dan

pengelolaan sistem irigasi;

7. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan

sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas provinsi,

daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional;

8. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan

sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya lebih

dari 3.000 ha atau pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas

negara, dan daerah irigasi strategis nasional;

9. memberi rekomendasi teknis kepada pemerintah kabupaten/kota atas

penggunaan dan pengusahaan air tanah untuk irigasi yang diambil dari

cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara;

10. memberikan bantuan teknis dalam pengembangan dan pengelolaan sistem

irigasi kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;

11. memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan dan

pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawab masyarakat petani

atas permintaannya berdasarkan prinsip kemandirian; dan

12. memberikan izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau

pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi

primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi

lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional.

D.1. Arahan Mengenai Kerjasama Antar Kelembagaan

Dalam pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder

tersebut, pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah

kabupaten/kota dapat saling bekerja sama atas dasar kesepakatan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan untuk sistem irigasi

tersier menjadi hak dan tanggung jawab masyarakat petani.

Page 189: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 176

Apabila pemerintah provinsi belum dapat melaksanakan sebagian

wewenangnya, pemerintah provinsi dapat menyerahkan wewenang

tersebut kepada Pemerintah sesuai dengan peraturan perundangundangan

(pasal 23). Wewenang yang dapat diserahkan hanya meliputi pelaksanaan

pembangunan, peningkatan, atau rehabilitasi sistem irigasi. Pelaksanaan

penyerahan sebagian wewenang tersebut dilakukan berdasarkan usulan

penyerahan dari pemerintah provinsi kepada Pemerintah yang disertai

dengan alasan yang mencakup ketidakmampuan teknis dan/atau finansial.

Selanjutnya, pemerintah melakukan evaluasi atas usulan penyerahan, untuk

kemudian pemerintah dapat menyatakan menerima, baik sebagian maupun

seluruhnya usulan penyerahan wewenang pemerintah provinsi. Tahap

berikutnya, pemerintah dan pemerintah provinsi membuat kesepakatan

mengenai penyerahan wewenang pemerintah provinsi kepada Pemerintah.

Sesuai dengan kewenangannya, pemerintah, pemerintah provinsi, atau atau

pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam hal (pasal 49, 52, dan

56):

1. Pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder

2. Peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder

3. Operasi dan pemerliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder

Dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan pengamanan

jaringan irigasi untuk mencegah kerusakan jaringan irigasi (pasal 59).

Pengamanan jaringan irigasi tersebut dilakukan oleh instansi pemerintah,

perkumpulan petani pemakai air, dan pihak lain sesuai dengan tanggung

jawab masing-masing.

Dalam rangka pengamanan jaringan irigasi diperlukan penetapan garis

sempadan pada jaringan irigasi (pasal 60). Pemerintah, pemerintah provinsi,

dan pemerintah kabupaten/kota menetapkan garis sempadan pada jaringan

irigasi yang menjadi kewenangannya.

D.2. Arahan Mengenai Pengelolaan Aset Irigasi

Pengelolaan aset irigasi mencakup inventarisasi, perencanaan pengelolaan,

pelaksanaan pengelolaan, evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi, serta

pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi (ps 65).

Page 190: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 177

Aset irigasi terdiri dari jaringan irigasi dan pendukung pengelolaan irigasi.

Inventarisasi jaringan irigasi bertujuan untuk mendapatkan data jumlah,

dimensi, jenis, kondisi, dan fungsi seluruh aset irigasi serta data ketersediaan

air, nilai aset, dan areal pelayanan pada setiap daerah irigasi dalam rangka

keberlanjutan sistem irigasi. Sedangkan nventarisasi pendukung pengelolaan

irigasi bertujuan untuk mendapatkan data jumlah, spesifikasi, kondisi, dan

fungsi pendukung pengelolaan irigasi. Inventarisasi aset irigasi ini dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau

pemerintah desa sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan sistem

irigasi. Pembagiannya sebagai berikut :

1. Pemerintah kabupaten/kota melakukan kompilasi atas hasil

inventarisasi aset irigasi yang dilakukan oleh pemerintah desa dan yang

dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.

2. Pemerintah provinsi melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset

irigasi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dan yang

dilakukan oleh pemerintah provinsi.

3. Pemerintah melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset irigasi

yang dilakukan pemerintah provinsi dan hasil inventarisasi aset irigasi

yang dilakukan oleh pemerintah.

Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setahun sekali pada setiap daerah

irigasi, sedangkan inventarisasi pendukung pengelolaan irigasi dilaksanakan 5

(lima) tahun sekali pada setiap daerah irigasi. Selanjutnya, pemerintah

mengembangkan sistem informasi irigasi yang didasarkan atas dokumen

inventarisasi aset irigasi. Sistem informasi irigasi tersebut merupakan

subsistem informasi sumber daya air.

D.3. Arahan Mengenai Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi

Perencanaan pengelolaan aset irigasi meliputi kegiatan analisis data hasil

inventarisasi aset irigasi dan perumusan rencana tindak lanjut untuk

mengoptimalkan pemanfaatan aset irigasi dalam setiap daerah irigasi (ps 68).

Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai

dengan kewenangannya menyusun dan menetapkan rencana pengelolaan

aset irigasi 5 (lima) tahun sekali.

Page 191: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 178

D.4. Arahan Mengenai Pembiayaan Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan

Irigasi

Pembiayaan pengembangan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi

tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya (ps 74). Sedangkan

pembiayaan pengembangan jaringan irigasi tersier menjadi tanggung jawab

perkumpulan petani pemakai air.

Adapun pembiayaan pengembangan bangunan-sadap, saluran sepanjang 50

meter dari bangunan-sadap, boks tersier, dan bangunan pelengkap tersier

lainnya menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, atau

pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi

tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya (ps 75). Pembiayaan

pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder ini didasarkan atas angka

kebutuhan nyata pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi.

Ketentuan mengenai mekanisme pembiayaan pengembangan dan

pengelolaan jaringan irigasi ditetapkan dengan peraturan menteri yang

bertanggung jawab di bidang keuangan berdasarkan usulan dari Menteri

2.3.3. Kaitan/ Implikasi RTRWN Terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA

Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang dalam RTRWN

tersebut memiliki keterkaitan dengan pengembangan infrastruktur SDA, dengan bentuk

kaitan sebagai berikut :

1. Kaitan Kebijakan Struktur Ruang terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA:

1) Kebijakan penetapan sistem jaringan SDA nasional berupa penetapan WS.

Kaitannya terhadap pengembangan infrastruktur SDA berupa batasan

kewenangan pengelolaan SDA untuk menunjang berbagai aktivitas dan

kebutuhan di WS tersebut.

2) Kebijakan penetapan kota-kota PKN, PKW, dan PKSN. Kaitannya dengan

pengembangan infrastruktur SDA berupa kebutuhan pemenuhan air baku bagi

penduduk dengan berbagai aktivitasnya di ketiga kategori kota tersebut.

Page 192: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 179

2. Kaitan Kebijakan Pola Ruang terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA:

1) Kebijakan penetapan kawasan lindung. Dalam kaitannya dengan sumberdaya

air, penetapan kawasan lindung ini (kecuali kawasan cagar budaya dan suaka

margasatwa) relevan dengan upaya konservasi atau pelestarian sumberdaya

air.

Selanjutnya, dalam rangka pelaksanaan pelestarian lingkungan dalam rencana

tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas

daerah aliran sungai.

Di samping terkait dengan upaya konservasi, penetapan beberapa kawasan

lindung, seperti kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai memiliki

keterkaitan dengan upaya pengendalian dari daya rusak air, yaitu dari

kemungkinan kerusakan akibat banjir dan aberasi pantai/ gelombang pasang.

2) Kebijakan berupa penetapan kawasan andalan dengan sektor unggulan.

Kegiatan budidaya unggulan merupakan kegiatan yang menjadi penggerak

utama perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya. Agar kegiatan budidaya

unggulan tersebut dapat berkembang dengan baik, perlu dikembangkan

prasarana dan sarana pendukung yang memadai, termasuk di dalamnya

prasarana SDA.

Dari sekian kawasan andalan tersebut, yang memiliki kaitan erat dengan

pengembangan infrastruktur SDA (berupa pendayagunaan SDA) adalah

kawasan pertanian dan kawasan perikanan (berupa kebutuhan akan irigasi),

serta kawasan industri, pariwisata, perdagangan dan jasa, berupa kebutuhan

akan pemenuhan air baku.

Bentuk keterkaitan atau implikasi RTRWN terhadap pengembangan SDA dapat

dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

Diagram 2. 3

Matriks Konsepsi Pengembangan Infrastruktur SDA Berbasis RTRWN

ARAHAN RUANG RTRWN FUNGSI SUMBERDAYA AIR

Fungsi Utama Fungsi Terkait Konservasi

Pendayagunaan SDA

Pengendalian Dari Daya Rusak

Air Irigasi Air Baku

WS Nasional

Struktur Ruang

Sistem pusat perkotaan nasional (PKN,PKW,PKSN)

V V

Pola Ruang

Page 193: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 180

ARAHAN RUANG RTRWN FUNGSI SUMBERDAYA AIR

Fungsi Utama Fungsi Terkait Konservasi

Pendayagunaan SDA

Pengendalian Dari Daya Rusak

Air Irigasi Air Baku

Kawasan lindung (semua jenis kawasan lindung kecuali cagar budaya, suaka margasatwa, taman buru, taman wisata alam laut)

V

Kawasan lindung (sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan rawan bencana)

V

Kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian, perikanan

V

Kawasan andalan dengan sektor unggulan industri, pariwisata, perdagangan, jasa

V

Kawasan strategis nasional (KSN) dengan sudut kepentingan ekonomi

V

Kawasan strategis nasional (KSN) dengan sudut kepentingan lingkungan hidup

V

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, diolah

Diagram 2.3 di atas memperlihatkan arahan pengembangan infrastruktur SDA, berdasarkan

pertimbangan yang mengkaitkan antara RTRWN (UU No 7/2004 dan PP No 26/2008) dengan pola

pengelolaan SDA (UU No 7/2004, PP 42/2008), dan kelembagaan terkait (PP 38/2007). Adapun

sebarannya secara spasial dapat dilihat pada peta-peta berikut di bawah ini.

Dari Diagram 2.3 terlihat sebaran masing-masing kawasan yang ditetapkan dalam kebijakan

struktur dan pola ruang nasional, seperti kota-kota PKN, PKW, PKSN, kawasan lindung, serta

kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, pariwisata, dan jasa.

Semua kawasan dalam kebijakan level nasional tersebut tersebar di berbagai WS.

Implikasi dari sebaran berbagai kawasan tersebut adalah pengelola WS yang bersangkutan perlu

mengembangkan program (baik berupa penyediaan air baku, irigasi, pencegahan dari daya rusak

air, maupun konservasi air) untuk berbagai kawasan tadi, karena kawasan-kawasan tersebut

membutuhkan dukungan dari SDA untuk keberlanjutannya.

Beberapa kawasan dalam kewenangan nasional tersebut ada yang berlokasi di WS nasional (WS

strategis nasional, WS lintas provinsi, WS lintas negara), namun ada pula yang berlokasi bukan di

WS nasional, misalnya di WS provinsi. Ada pula kawasan-kawasan, umumnya berupa kawasan

andalan yang menempati 2 (dua) WS, baik WS nasional maupun WS bukan nasional. Di samping

Page 194: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 181

itu ada pula WS nasional yang ternyata di dalamnya tidak terdapat kota-kota PKN, PKW, PKSN

maupun kawasan andalan. Rincian kawasan-kawasan yang tidak berlokasi di WS nasional tersebut

dapat dilihat pada tabel, dengan tanda berupa tulisan bercetak miring berwarna merah.

Sedangkan kawasan yang menempati lebih dari satu WS ditandai dengan tulisan berwarna biru.

Seperti telah diuraikan di atas, beberapa kawasan nasional berlokasi di WS nasional, beberapa

kawasan nasional lainnya tidak berlokasi di WS nasional, ada beberapa kawasannasional yang

menempati lebih dari satu WS, serta adanya WS nasional yang dio dalamnya tidak ada kawasan

nasional.

Permasalahannya adalah :

1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan SDA untuk kawasan berlevel nasional (kota-kota PKN,

PKW, dan PKSN, serta kawasan andalan nasional) yang tidak berlokasi di WS nasional.

2. Untuk kawasan berlevel nasional yang menempati lebih dari satu WS, baik WS nasional

maupun WS bukannasional, bagaimana pula pemenuhan kebutuhan SDA nya, bagaiman

bentuk kerjasama antar kedua WS yang bersangkutan.

3. Untuk WS nasional yang tidak ada di dalamnya kawasan berlevel nasional, lalu pelayanan

dari WS tersebut untuk apa.

Page 195: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 182

Tabel 2. 17

Arahan Pengembangan Infrastruktur SDA (20 Tahun)

Berdasarkan Kaitan RTRWN (UU 7/2004, PP 26/2008) Dengan Rencana Pengelolaan SDA (UU No 7/2004, PP 20/2006, PP 42/2008)

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

1. NAD Meureudu-Baro

SN Pengamanan pantai di pantai barat

Krueng Aceh

KSN Kaw Ekosistem Leuser (I/B/1) ; Kaw lindung TN Gn Leuser (I/A/4); CA Hutan Pinus Jhanto (I/B/3)

Banda Aceh dsk (I/A/1)

Banda Aceh (I/D/1), (I/C/1)

Banda Aceh dsk (II/D/1)

Banda Aceh (II/E/1)

Kapet Banda Aceh Darussalam (I/A/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Sabang (I/C/1) Sabang (I/A/2)

Kaw Perdaga-ngan bebas & pelabuhan bebas (I/A/2)

Pase Peusangan

Lhokseumase dsk (III/A/2), (I/F/2)

Lhokseumawe (I/C/I)

Takengon (II/C/1)

Lhokseumawe (I/D/1)

Kaw industri Lhokseumawe (I/A/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Jambo Aye SN

Tamiyang Langsa

Langsa (II/C/3)

Woyla-Seunagan

SN Kaw lindung THR Cut Nyak Dien (II/B/5)

Kawasan Pantai Barat Selatan (IV/A/2), ((II/F/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Page 196: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 183

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Tripa-Bateue SN

Kaw Pantai Barat Selatan (IV/A/2), ((II/F/2)

Meulaboh (I/D/1), (II/C/1)

Pengamanan pantai di pantai barat

NAD-Sumut

Alas-Singkil LP Sidikalang (II/B), Kisaran (II/C/1)

Pengamanan pantai di pantai barat

2. Sumut Belawan-Ular-Padang

SN

Kaw lindung CA Dolok Sipirok (I/A/3); THR Bukit Barisan (I/B/5)

Mebidangro (I/A/1), (II/F/2)

Mebidangro (I/C/3)

Tebingtinggi (II/C/1)

Mebidangro (I/D/1)

Mebidangro (I/E/1)

Kawasan perkotaan Mebidangro (I/A/1)

Bah Bolon Kaw lindung CA Dolok Sibual-buali (II/A/3)

Pematang Siantar dsk (I/A/1)

Pematang Siantar (I/C/1)

Pematang Siantar dsk (III/D/2)

Pematang Siantar dsk (II/E/2)

Toba-Asahan SN

KSN Danau Toba dsk (I/B/1); Kaw lindung TWA Holiday Resort (I/B/6)

Rantau Prapat-KIsaran (IIA/2), (II/F/2)

Balige (II/C/1) Rantau Prapat-KIsaran (II/D/2)

Kawasan Danau Toba dsk (I/B/1)

Barumun Kualuh

Kaw lindung CA Lubuk Raya (II/B/3), CA Sei Ledong (II/B/3)

Rantau Prapat-KIsaran (IIA/2), (II/F/2)

Rantau Prapat (I/C/1)

Rantau Prapat-KIsaran (II/D/2)

Nias Nias dsk (II/F/2)

Gunung Sitoli (I/D/1), (II/C/1)

Nias dsk (I/E/1) Pengamanan pantai di pantai barat

Sibundong-Batang Toru

Tapanuli dsk (II/A/2)

Sibolga (I/C/1) Tapanuli dsk (II/D/2)

Tapanuli dsk (II/E/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Batang Angkola-Batang Gadis

SN Kaw lindung TN Batang Gadis (II/A/4)

Padang Sidempuan (II/C/1)

Pengamanan pantai di pantai barat

Page 197: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 184

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Sumut-Sumbar

Batang Natal – Batang Batahan

LP Pengamanan pantai di pantai barat

Riau-Sumbar

Rokan LP Duri-Dumai dsk (II/F/2)

Bagan Siapi-api (II/B), Pasir Pangarayan (I/C/1)

Duri-Dumai dsk (I/D/2), Ujung Batu-Bagan Batu (I/D/2)

3. Riau Siak SN KSN kawasan hutan lindung Mahato (I/B/1)

Duri-Dumai dsk (II/F/2), Pakanbaru dsk (II/A/2)

Pakanbaru (I/C/1), Dumai (I/C/1),

Bengkalis (II/B), Siak Sri Indrapura (II/C/1), Pangkalan Kerinci (II/C/1)

Dumai (I/A/1)

Pakanbaru dsk (II/D/2)

Riau-Sumbar

Kampar SN Bangkinang (II/B)

Indragiri SN

KSN Kawasan hutan lindung Bukit Batabuh (I/B/1)

Agam-Bukittinggi (II/A/2), Solok dsk (II/A/2), Rengat-Kuala Enok-Taluk Kuantan-Pangkalan Kerinci (III/A/2)

Rengat (II/C/1), Tembilahan (I/C/1), Taluk Kuantan (II/C/1), Sawahlunto (II/C/1), Solok (II/C/2), Bukittinggi (I/C/1)

Solok dsk (III/D/2)

Agam-Bukittinggi (I/E/2), Solok dsk (II/E/2)

Riau-Jambi

KSN kaw TN Bukit Tigapuluh (I/B/1); Kaw lindung TN Bukit Tigapuluh (I/A/4)

Page 198: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 185

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Riau Reteh SN

Kaw lindung CA Bukit Bungkuk (I/B/3); TN Teso Nilo (I/A/4); TWA Sungai Dumai (I/A/6)

Rengat-Kuala Enok-Taluk Kuantan-Pangkalan Kerinci (III/A/2)

Rengat-Kuala Enok-Taluk Kuantan-Pangkalan Kerinci (II/D/2)

Kaw lindung THR Sultan Syarif Hasyim (II/B/5)

4. Kep. Riau Batam-Bintan

SN Kaw lindung TWA Muka Kuning (I/B/6)

Batam-Tanjung Pinang dsk (II/F/2)

Batam (I/C/3) Tanjung Pinang (I/C/1),

Batam (I/A/1)

Batam-Tanjung Pinang dsk (I/D/2)

Batam-Tanjung Pinang dsk (I/E/2)

KSN kaw Batam, Bintan dan Karimun (I/A/2):

Natuna-Anambas

Tarempa (II/B) Ranai (I/A/2) Kadal Laut Natuna dsk (II/E/2)

Karimun Tanjung Balai Karimun (I/C/1)

Lingga Singkep

Daik Lingga (II/B), Dabo-Pulau Singkep (II/B)

Kadal Laut Batam dsk (I/E/2)

5. Sumbar

Anai-Kuranji-Arau-Mangau-Antokan

SN Kaw lindung CA Lembah Anai (I/B/3)

Padang-Pariaman dsk (II/A/2), (II/F/2)

Pariaman (II/C/1), Bukittinggi (I/C/1)

Padang-Pariaman dsk (I/D/2)

Padang-Pariaman dsk (II/E/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Silaut Tarusan

Kaw lindung CA Melampah Alahan Panjang (I/B/3)

Padang (I/C/1) Pengamanan pantai di pantai barat

Page 199: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 186

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Siberut-Pagai-Sipora

Kaw lindung CA Gn Singgalang Tandikat (I/B/3); TN Siberut (II/A/4)

Mentawai dsk (IV/A/2), (II/F/2)

Muarasiberut (II/C/2)

Kadal laut Mentawai dsk (II/E/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Masang Pasaman

Kaw lindung CA Gn Merapi (I/B/3)

Pengamanan pantai di pantai barat

Kaw lindung CA Rimbo Panti Reg 75 (II/B/3), CA Batang Pangean I (II/B/3), CA Alau Hilir (II/B/3), CA Gn Sago (II/B/3)

Kaw lindung CA Maninjau Utara dan Selatan (II/B/3), CA Barisan I (II/B/3)

Kaw lindung CA Batang Pangean II Reg 49 (III/B/3), CA Air Putih (III/B/3); THR Dr M Hatta (II/B/5)

Page 200: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 187

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Sumbar-Jambi

Batanghari LP

Muara Bulian Timur-Jambi dsk (III/A/2), (IV/F/2), Muaro Bungo dsk (II/A/2)

Jambi (I/C/1)

Muaro Bungo (I/C/1), Muaro Bulian (II/C/1), Sarolangun (II/B)

Muara Bulian Timur-Jambi dsk (II/D/2)

Muara Bulian Timur-Jambi dsk (III/E/2)

Pengabuan-Lagan

Muara Bulian Timur-Jambi dsk (III/A/2), (IV/F/2)

Kuala Tungkal (II/B)

Muara Bulian Timur-Jambi dsk (II/D/2)

Muara Bulian Timur-Jambi dsk (III/E/2)

Jambi

KSN kaw TN Berbak (I/B/1), Kaw lindung CA Kelompok Hutan Bakau Pantai Timur (I/B/3)

Kaw lindung TN Bukit Dua Belas (I/A/4); TN Berbak (I/A/4)

Kaw lindung CA Cempaka (II/B/3); TWA Sungai Bengkal (II/B/6)

Kaw lindung CA Sungai Batara (III/B/3); THR Thaha Syaifudin (II/B/5)

Page 201: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 188

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Jambi-Sumbar-Bengkulu-Sumsel

KSN kawasan lingkungan hidup TN Kerinci Seblat (I/B/1); kaw lindung TN Kerinci Seblat (I/A/4)

Bengkulu

Kaw lindung TWA Pantai Panjang Pulau Baai (I/B/6)

Kaw lindung CA Air Ketebat Danau Tes Reg 57 (II/B/3); THR Raja Lelo (II/B/5)

Kaw lindung CA Danau Dusun Besar Reg 61 (III/B/3); CA Teluk Klowe Reg 96 (III/B/3); TWA Bukit Kaba (II/B/6)

6. Sumsel Sugihan SN

Page 202: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 189

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Sumsel-Bengkulu-Lampung

Musi LP

Palembang dsk (I/A/2), (III/F/2) Muara Enim dsk (III/A/2), Lubuk Linggau dsk (IV/A/2)

Palembang (I/C/1)

Prabumulih (II/C/1), KayuAgung (II/B), Sekayu (II/B), Baturaja (II/B), Lahat (II/B), Lubuk Linggau (I/C/1), Muara Enim (I/C/1), Curup (II/C/2)

Palembang dsk (I/D/2), Lubuk Linggau dsk (IV/D/2)

Ketahun Lais dan Bengkulu-Talo

Bengkulu dsk (II/A/2), (II/F/2)

Bengkulu (I/C/1)

Bengkulu dsk (III/D/2)

Bengkulu (III/E/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Sumsel Banyuasin SN Kaw lindung TN Sembilang (II/A/4)

7. Babel Bangka

Kaw lindung CA Gn Lalang, Gn Menumbing, Gn Maras, Gn Mangkol, Gn Permisan, Jening Mendayung (I/B/3)

Bangka (IV/A/2), (II/F/2)

Pangkal Pinang (I/C/1), Muntok (II/B)

Bangka (II/D/2) Bangka (I/E/2)

Belitung Belitung (IV/A/2)

Tanjung Pandan (I/B), Manggar (II/B)

Belitung (II/D/2)

Belitung (I/E/2)

Sumsel-Lampung

Mesuji-Tulang Bawang

LP

Mesuji dsk (II/A/2), Kotabumi dsk (IV/A/2), (II/F/2)

Menggala (II/B) Mesuji dsk (IV/D/2)

Page 203: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 190

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

8. Lampung Way Seputih-Way Sekampung

SN

Kaw lindung TN Way Kambas (I/A/4); THR Wan Abdul Rahman (I/B/5)

Bandar Lampung-Metro (IV/A/2), (IV/F/2), Kotabumi dsk (IV/A/2), (II/F/2)

Bandar Lampung (I/C/1)

Metro (II/C/1), Kotabumi (I/C/1), Kalianda (II/B)

Bandar Lampung-Metro (II/D/2)

Bandar lampung-Metro (II/E/2)

Semangka Liwa-Krui (IV/A/2)

Liwa (II/C/2), Kota Agung (II/B)

Pengamanan pantai di pantai barat

Bengkulu-Jambi

Teramang-Ipuh

LP Bengkulu dsk (II/A/2), (II/F/2)

Muko-muko (II/C/2)

Bengkulu dsk (III/D/2)

Bengkulu (III/E/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

Lampung-Bengkulu

Nasal-Padang Guci

LP Kaw lindung TN Bukit Barisan Selatan (I/A/4)

Manna dsk (III/A/2), (II/F/2)

Manna (I/C/1) Manna dsk (II/D/2)

Manna dsk (IV/E/2)

Pengamanan pantai di pantai barat

9. DKI Jkt-Banten

Kepulauan Seribu

LP Kadal Laut Pulau Seribu (II/E/2)

Kawasan Kepulauan Seribu (I/A/1)

Banten

Kaw lindung CA Gn Tukung Gede (I/B/3); TN Ujung Kulon (I/A/4); TWA Pulau Sangiang (I/A/6)

Kaw lindung CA Rawa Danau (II/B/3)

Banten-Jabar

Kaw lindung TN Halimun-Salak (I/A/4)

Page 204: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 191

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Banten-DKI jkt- Jabar

Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum

LP

KSN kawasan taman nasional Ujung Kulon (I/B/1)

Kawasan Bojonegara-Merak-Cilegon (II/A/2)-(II/F/2); Kaw Bopunjur (II/A/2)-(II/F/2); Purwakarta, Subang, Karawang / Purwasuka (I/A/1)-(II/F/2); Cekungan Bandung (II/A/2); Kaw perkotaan Jakarta (II/F/2)

Kawasan Jabodetabek (I/C/3); Cilegon (I/C/1); Serang (I/C/1); Bandung Raya (I/C/3)

Pandeglang (II/B); Rangkasbitung (II/B), Cikampek (I/C/1)

Kawasan Bojonegara-Merak-Cilegon (I/D/2); Kawasan perkotaan Jakarta (I/D/2); Kawasan Bopunjur (II/D/2); Purwasuka (I/D/2); Cekungan Bdg (I/D/1)

Kaw Bojonegara-Merak-Cilegon (I/E/2); Kaw perkotaan Jakarta (I/E/2); Kaw Bopunjur (I/E/2); Purwasuka (II/E/2); Cekungan Bdg (I/E/2)

Kawasan perkotaan Jabodetabek (I/A/1), Kawasan perkotaan Cekungan Bandung (I/A/1)

10. Jabar Cimanuk-Cisanggarung

SN

Kaw lindung Cagar alam Gn Tangkuban Perahu (I/A/3)

Cekungan Bandung (II/A/2); Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan dsk/ Ciayumajakuning (II/A/2)-(I/F/2)

Cirebon (I/C/1)

Indramayu (II/C/1); Kadipaten (II/C/2)

Cekungan Bdg (I/D/1); Ciayumajakuning (II/D/2)

Cekungan Bdg (I/E/2)

Kawasan perkotaan Cekungan Bandung (I/A/1)

Cisadea-Cibareno

Kaw lindung CA Gn Papandayan (I/B/3), Gn Burangrang (I/B/3)

Sukabumi dsk (III/A/2)-(II/F/2);

Sukabumi (I/C/1); Pelabuhan Ratu (II/C/2)

Sukabumi dsk (I/E/2);

Page 205: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 192

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Ciwulan-Cilaki

Kaw lindung TN Gn Gede Pang-rango (I/A/4); TN Gn Ciremai (I/A/4); TWA Gn Tampomas (I/B/6)

Priangan Timur-Pangandaran (II/A/2)-(II/F/2);

Pangandaran (II/C/2)

Priangan Timur-Pangandaran (IV/D/2);

Priangan Timur-Pangandaran (II/D/2);

Kaw Pangan-daran-Kalipu-cang-Segara Anakan-Nusa-kambangan/ Pacangsanak (I/B/1)

Kaw lindung CA Leuweung Sancang (II/B/3), CA Gn Tilu (II/B/3), CA Kawah Kamojang (II/B/3), CA Gn Simpang (II/B/3)

Jabar-Jateng

Citanduy LP

Priangan Timur-Pangandaran (II/A/2)-(II/F/2)

Cilacap (I/C/1) Tasikmalaya (I/C/1)

Priangan Timur-Pangandaran (IV/D/2);

Priangan Timur-Pangandaran (II/D/2);

Kaw Pangan-daran-Kalipu-cang-Segara Anakan-Nusa-kambangan/ Pacangsanak (I/B/1)

11. Jateng Pemali-Comal

SN Kaw lindung Cagar Alam Gn Celering (I/B/3)

Kaw Bregas (II/A/2)-(I/F/2)

Tegal (II/C/1); Pekalongan (I/C/1)

Kaw Bregas (II/D/1)

Page 206: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 193

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Jratun-Seluna

SN

Kaw lindung Taman Nasional Gn Merbabu (I/A/4)

Kaw Kedung Sepur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi) (II/A/2)-(I/F/2); Kaw Juwana, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Blora/ Wanarakuti (II/A/2)-(I/F/2)

Kawasan Semarang -Kendal-Demak-Ungaran-Purwodadi / Kedungsepur (I/C/3)

Kudus (I/C/1); Salatiga (II/C/1)

Kawasan Kedung Sepur (I/D/1); Kaw Wanarakuti (I/D/1)

Kawasan Kedung Sepur (I/E/2)

Kawasan Kedung Sepur (I/A/1)

Wiso Gelis

Kaw Juwana, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Blora/ Wanarakuti (II/A/2)-(I/F/2)

Kaw Wanarakuti (I/D/1)

Serayu-Bogowonto

SN

Purwokerto, Kebumen, Cilacap dsk (II/A/2)-(II/F/2)

Purwokerto (II/C/1); Wonosobo (II/C/1); Kebumen (II/C/1)

Purwokerto, Kebumen, Cilacap dsk (I/D/1)

Purwokerto, Kebumen, Cilacap dsk (III/E/2)

Jateng-DIY

Progo-Opak-Serang

LP

KSN kaw TN Gn Merapi (I/B/1); Kaw lindung TN Gn Merapi (I/A/4)

Yogyakarta dsk (II/A/2)-(I/F/2)

Yogyakarta (I/C/3)

Magelang (I/C/1); Bantul (I/D/1)-(II/C/1); Sleman (II/C/1)

Yogyakarta dsk (II/D/1)

Borobudur dsk (I/E/2); Yogyakarta (I/E/1)

Kawasan Borobudur dsk (I/B/2)

Page 207: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 194

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Jateng-Jatim

Bengawan Solo

LP

Kaw Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten/ Subosuko-Wonosraten (II/A/2); Tuban-Bojonegoro (III/A/2)-(II/F/2); Madiun dsk (III/A/2)-(III/F/2); Gerbangkertosusila (II/A/2)-(II/F/2)

Surakarta (I/C/1)

Boyolali (II/B) ; Klaten (II/C/1); Cepu (II/C/1); Pacitan (II/C/2); Madiun (II/C/1); Bojonegoro (II/C/2); Tuban (I/C/1)

Kawasan Subosuko-Wonosraten (I/D/2); Tuban-Bojonegoro (I/D/2); Madiun dsk (II/D/2); Gerbangkertosusila (I/D/1)

Kawasan Subosuko-Wonosraten (I/E/2); Tuban-Bojonegoro (III/E/2); Madiun dsk (III/E/2); Gerbangkertosusila (II/E/2)

Kawasan perkotaan Gerbangkertosusila (I/A/1)

12. Jatim Brantas SN

Kaw lindung TN Alas Purwo (I/A/4); TN Bromo-Tengger-Semeru (I/A/4); THR R Suryo (I/B/5)

Malang dsk (II/A/2)-(III/F/2); Kediri-Tulung Agung-Blitar (III/A/2)-(III/F/2); Gerbangkertosusila (II/A/2)-(II/F/2);

Gerbangkertosusila (I/C/3) ; Malang (I/C/1)

Kediri (I/C/1); Blitar (II/C/2)

Malang dsk (II/D/1); Kediri-Tulung Agung-Blitar (I/D/2); Gerbangkertosusila (I/D/1);

Malang dsk (I/E/2); Kediri-Tulung Agung-Blitar (III/E/2); Gerbangkertosusila (II/E/2);

Kawasan perkotaan Gerbangkertosusila (I/A/1)

Page 208: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 195

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kepulauan Madura

Kaw lindung TN Meru Betiri (I/A/4)

Gerbangkertosusila (II/A/2)-(II/F/2); Madura dan kepulauan (III/A/2)-(I/F/2)

Pamekasan (II/C/2)

Gerbangkertosusila (I/D/1); Madura dan kepulauan (II/D/2)

Gerbangkertosusila (II/E/2); Madura dan kepulauan (II/E/2)

Kawasan perkotaan Gerbangkertosusila (I/A/1)

Welang Rejoso

Kaw lindung Cagar Alam Pulau Nusa Barong (II/B/3)

Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang (III/A/2)-(II/F/2)

Probolinggo (II/C/1)

Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang (I/D/2)

Kaw Probolinggo -Pasuruan-Lumajang (IV/E/2)

Bondoyudo-Bedadung

Kaw lindung Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup (II/B/3); TN Baluran (II/A/4)

Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang (III/A/2)-(II/F/2); Situbondo-Bondowoso-Jember (II/A/2)

Jember (II/C/2)

Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang (I/D/2); Situbondo-Bondowoso-Jember (II/D/1)

Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang (IV/E/2); Situbondo-Bondowoso-Jember (III/E/2)

Pekalen-Sampean

Situbondo-Bondowoso-Jember (II/A/2)

Situbondo-Bondowoso-Jember (II/D/1)

Situbondo-Bondowoso-Jember (III/E/2)

Baru-Bajulmati

Banyuwangi dsk (III/A/2)-(II/F/2)

Banyuwangi (I/C/1)

Page 209: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 196

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

13. Bali Bali-Penida SN

Kaw lindung CA Batukahu I/II/III (I/B/3); TN Bali Barat (I/A/4); THR Ngurah Rai (I/B/5); TWA Sangeh (I/B/6); TWA Danau Buyan & Danau Tamblingan (I/B/6)

Singaraja dsk (I/A/2), (II/F/2), Denpasar-Ubud-Kintamani (II/A/2), (II/F/2).

SARBAGITA (Denpasar-Bangli-Gianyar-Tabanan) (I/C/1)

Singaraja (I/C/1), Semarapura (II/B), Negara (II/B)

Denpasar-Ubud-Kintamani (I/D/4)

Singaraja dsk (I/E/2), Denpasar- Ubud-Kintamani (I/E/2), Kadal Laut Bali dsk (I/E/2)

Kawasan perkotaan Sarbagita (I/A/1)

14. NTB Pulau Lombok

SN Kaw lindung TN Gn Rinjani (I/A/4)

Lombok dsk (II/A/2)

Mataram (I/C/1)

Praya (I/B) Lombok dsk (II/D/1)

Lombok dsk (I/E/2)

Sumbawa KSN kawTN Komodo (I/B/1)

Sumbawa dsk (III/A/2), (I/F/2)

Sumbawa Besar (II/C/1)

Sumbawa dsk (III/D/2)

Sumbawa dsk (II/E/2)

Bima-Dompu KSN kaw Gunung Rinjani (I/B/1)

Kawasan Bima (III/A/2), (I/F/2)

Raba (II/B) Kawasan Bima (III/D/2)

Kawasan Bima (II/E/2)

Kapet Bima (I/A/2)

Kaw lindung CA Gn Tambora Selatan (I/B/3); THR Nuraksa (I/A/5)

Page 210: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 197

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kaw lindung CAToffo Kota Lambu (II/A/3), CA Pulau Panjang (II/B/3), CA Jereweh (II/B/3); TWA Bangko bangko (II/B/6), TWA Tj Tanpa (II/B/6), TWA Danau Rawa Taliwang (II/B/6)

15. NTT Aesesa SN

Kaw lindungCA Tambora (I/A/3); TN Kelimutu (I/A/4); THR Prof Ir Herman Yohanes (I/A/5); TWA Ruteng (I/B/6)

Maumere-Ende (IV/A/2), (I/F/2)

Ende (I/C/1), Maumere (I/C/1)

Maumere-Ende (III/D/2)

Maumere-Ende (II/E/2), Kadal Laut Sawu dsk (II/E/2)

Flotim-Lembata-Alor

Kaw lindung TN Komodo (I/A/4)

Kawasan Komodo dsk (IV/A/2), (III/F/2)

Kalabahi (II/A/2)

Kawasan Komodo dsk (IV/D/2)

Kawasan Komodo dsk (I/E/2),

Page 211: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 198

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kaw lindung CA Riung (II/B/3), CA Maubesi RTK 189 (II/B/3), CA Way Wuul/ Mburak (II/B/3), CA Watu Ata (II/B/3), CA Wolo Tadho (II/B/3), CA Gn Mutis (II/B/3); TN Laiwangi-Wanggameti (II/A/4); TN Manupeu-Tanah Daru (II/A/4), TWA Tuti Adagae (II/B/6), TWA Kemang Beleng (II/B/6), TWA Pulau Besar (II/B/6), TWA Pulau Menipo (II/B/6); TWA Egon Illimedo (II/B/6)

NTT-Timor Leste

Benanain LN Kupang dsk (IV/A/2)

Kefamenanu (II/B)

Atambua (I/A/1), Kefamenanu (I/A/2)

Kupang dsk (II/D/2)

Kupang dsk (I/E/2)

Noel-Mina LN Kupang dsk (IV/A/2)

Kupang (I/C/1) Soe (II/B) Kupang dsk (II/D/2)

Kupang dsk (I/E/2)

Page 212: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 199

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Pulau Sumba Kawasan sumba (IV/A/2)

Waingapu (II/C/1)

Kaw Sumba (II/E/2), Kadal Laut Sumba dsk (IV/E/2)

Wae-Jamal

Ruteng-Bajawa (IV/A/2), (II/F/2)

Labuan bajo (I/C/1), Ruteng (II/C/1)

Ruteng - Bajawa (II/E/2)

16. Kalbar Kapuas SN

KSN kaw TN BetungKerihun (I/B/1); Kaw lindung TN Betung Kerihun (I/A/4); TN Danau Sentarum (I/A/4)

Pontianak dsk (II/A/2), (I/F/2), Sanggau (III/A/2), (II/F/2), Kapuas Hulu dsk (III/A/2)

Pontianak (I/C/1)

Entikong (I/C/1), Mempawah (II/B), Putussibau (II/C/1), Sanggau (I/C/1), Sintang (II/C/1)

Entikong (I/A/1), Nangabadau (I/A/2)

Pontianak dsk (I/D/2)

Pontianak dsk (II/E/2)

KSN KAPET Khatulistiwa (I/A/2)

Pawan SN

Kaw lindung CA Gn Raya Pasi (I/B/3); TWA Gn Melintang (I/B/6)

Ketapang dsk (II/A/2), (II/F/2)

Ketapang (II/B) Ketapang dsk (III/D/2)

Ws Sambas Kaw lindung CA Niyut-Penrissen (I/B/3)

Singkawang dsk (III/A/2), (II/F/2)

Singkawang (I/C/1), Sambas (II/C/1)

Paloh-Aruk (I/A/2), Jagoibabang (I/A/2)

Singkawang dsk (II/D/2)

Page 213: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 200

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kaw lindung CA Mandor (II/B/3), CA Muara Kendawangan (II/B/3); TN Gn Palung (II/A/4); TWA Belimbing (II/B/6); TWA Asuansang (II/B/6), TWA Dungan (II/B/6); TWA Bukit Kelam Komplek (II/B/6)

Kalbar-Kalteng

Jelai-Kendawangan

LP

Kaw lindung TN Bukit Baka – Bukit Raya (I/A/4)

Sampit -Pangkalan Bun (III/A/2), (III/F/2)

Pangkalan Bun (I/C/1)

Sampit -Pangkalan Bun (II/D/2)

Sampit -Pangkalan Bun (II/E/2)

17. Kalteng Seruyan SN

KSNTN Tanjung Puting (I/B/1); Kaw lindung TN Tjg Puting (I/A/4)

Sampit -Pangkalan Bun (III/A/2), (III/F/2)

Sampit -Pangkalan Bun (II/D/2)

Sampit -Pangkalan Bun (II/E/2)

Kahayan SN

Kaw lindung CA Pararawen I/II (I/B/3); TN Sebangau (I/A/4)

Kuala Kapuas (III/A/2), (III/F/2)

Palangkaraya (I/C/1)

WS Katingan

Kuala Kapuas (III/A/2), (III/F/2)

Page 214: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 201

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

WS Mentaya

Sampit -Pangkalan Bun (III/A/2), (III/F/2),

Sampit (I/C/1) Sampit -Pangkalan Bun (II/D/2)

Sampit -Pangkalan Bun (II/E/2)

Kaw lindung CA Bukit Sapat Hawung (II/B/3), CA Bukit Tangkiling (II/B/3); TWA Tj Keluang (II/B/6)

Kalteng-Kalsel

Barito-Kapuas

LP

Pertanian : Buntok (III/A/2), Muara Teweh (III/A/2), Kuala Kapuas (III/A/2), (III/F/2), Banjarmasin Raya dsk (III/A/2), (I/F/2)

Banjarmasin (I/C/1)

Kuala Kapuas (II/C/1), Martapura (II/B), Amuntai (II/B), Marabahan (II/B), Buntok (II/C/1), Muarateweh (II/C/1)

Banjarmasin Raya dsk (I/D/2)

Banjarmasin Raya dsk (II/E/2), Buntok (III/E/2)

KSN KAPET Kahayan Kapuas dan Barito (I/A/2)

Cengal-Batulicin

Batulicin (III/A/2), (I/F/2)

Batulicin (II/D/2)

Batulicin (II/E/2) KSN KAPET Batulicin (I/A/2)

Pulau Laut

Kotabaru (I/C/1)

Kalsel

Kaw lindung CA Tlk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku (I/B/3)

Page 215: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 202

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kaw lindung CA Sungai Lulan dan Sungai Bulan (I/B/3)

Kaw lindung CA Teluk Pamukan (I/B/3)

Kaw lindung CA Teluk Pamukan (II/B/3); THR Sultan Adam (II/B/5); TWA Pleihari Tanah Laut (II/B/6)

Kaltim-Serawak

Sesayap LN

Tarakan, Tanjung Salas, Nunukan, Pulau Bunyu dan Malinau (Tatapanbuma) dsk (II/F/2)

Tarakan (I/C/1)

Malinau (II/C/1), Nunukan (I/B), Tanlumbis (II/B)

Nunukan (I/A/1), Long Midang (I/A/2), Simanggaris (I/A/2)

Tarakan, Tanjung Salas, Nunukan, Pulau Bunyu dan Malinau (Tatapanbuma) dsk (I/D/2)

Tatapanbuma (III/E/2); Kadal Laut Bontang-Tarakan dsk (III/E/2)

Kayan

Kaw lindung TN Kayan Mentarang (I/A/4)

Tanjung Selor (II/C/1)

Page 216: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 203

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

18. Kaltim Mahakam SN

Kaw lindung Cagar alam Teluk Apar (I/B/3), CA Teluk Adang (I/B/3); TN Kutai (I/A/4); THR Bukit Suharto (I/B/6)

Bontang, Samarinda, Tenggarong, Balikpapan, Penajam dsk/ Bonsamtebajam (II/F/2) Sangkuriang, Sangata, Muara Wahau/ Sasamawa (II/F/2)

Balikpapan- Tenggarong- Samarinda-Bontang (I/C/1)

Sendawar(II/C/2)

Long Pahangai (II/A/2), Long Nawan (II/A/2)

Bontang, Sama-rinda-Tengga-rong, Balikpapan Penajam dsk/ Bonsamtebajam (I/D/2) Sangkuriang, Sangata, Muara Wahau/ Sasama-wa (I/D/2)

Bontang, Sa-marinda,Tenggarong,Balik-papan, Penajam dsk/ Bonsatebajam (III/E/2) Sangkuriang, Sangata, Muara Wahau/ Sasamawa (III/E/2)

KSN KAPET Samarinda, Sanga-sanga, Muara Jawa dan Balikpapan (I/A/2)

Karangan

Kaw lindung CA Muara Kaman Sedulang (II/B/3), CA Padang Luwai (II/B/3)

Sangkuriang, Sangata, Muara Wahau/ Sasamawa (II/F/2)

Sangata (I/B)

Sangkuriang, Sangata, Muara Wahau/ Sasamawa (I/D/2)

Sangkuriang, Sangata, Muara Wahau/ Sasamawa (III/E/2)

Berau-Kelai Tanjung Redep dsk (II/F/2)

Tanjung Redep (I/C/1)

Tanjung Redep dsk (II/D/2)

Tjg Redep dsk (I/E/2)

Kendilo

Tanah Grogot

(II/C/1)

19. Sulut Sangihe-Talaud

SN

Tahuna (I/A/2); Melonguane (I/A/2)

Page 217: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 204

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Tondano-Likupang

SN

Kaw lindung CA Dua Saudara (II/B/3); CA Tang-koko Batuangus (II/B/3); KSN kaw konservasi dan wisata DAS Tondanoi (I/B/1)

Manado-Bitung (I/C/1)

Tomohon (I/C/1); Tondano (II/C/1)

Manado dsk (II/D/2)

Manado dsk (I/E/2)

KSN KAPET Manado Bitung(I/A/2)

Kaw lindung CA Gn Ambang (I/B/3)

Kaw lindung CA Dua Saudara (II/B/3), CA Tang-koko Batuangus (II/B/3)

Sulut-Gorontalo

Dumoga-Sangkup

LP

Kaw lindung CA Gunung Ambang (I/B3) ; TN Bogani Nani Wartabone (I/A/4)

Dumoga-Kotamobagu dsk (Bolaang Mongondow) (II/A/2)-(I/F/2)

Kotamobagu (I/C/1)

Limboto-Bulango

LP Kawasan Gorontalo (I/A/2)-(II-F-2)

Gorontalo (I/C/1)

Isimu (II/C/2): Kuandang (II/C/2)

20. Gorontalo Paguyaman SN

Kaw lindung CA Panua (II/B/3); CA Tanjung Panjang (II/B/3)

Kawasan Marisa (III/A/2)-(I/F/2)

Tilamuta (II/C/2)

Gorontalo-Sulteng

Randangan LP

Page 218: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 205

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Sulteng-Sulsel

Palu-Lariang LP

Kaw lindungTHR Poboya Paneki (III/B/5)

Palu dsk (I/A/2) - (I/F/2)

Palu (I/C/1)

Donggala (II/C/1); Pasangkayu (II/C/1)

Palu dsk (II/D/2)

Palu dsk (II/E/2) KSN KAPET Batui (I/A/2)

21. Sulteng Parigi-Poso SN

Kaw lindung TN Lore Lindu (I/A/4); TWA Bancea (II/B/6)

Poso dsk (IV/A/2) - (III/F/2)

Poso (II/C/1) Poso dsk (III/D/2)

Poso dsk (II/E/1)

KSN Kawasan Poso dsk (I/C/1)

Laa-Tambalako

SN

Kaw lindung CA Morowali (I/B/3) KSN kawasan kritis lingkungan Balingara (I/B/1)

Kolonedale dsk (III/A/2) - (II/F/2)

Kolonedale (II/C/1)

Kolonedale dsk (Agroindustri) (II/D/2)

Kolonedale dsk (III/E/2)

Lambune-Buol

KSN kawasan kritis lingkungan Buol-Lambunu (I/B/1); CA Gn Tinombala (I/B/3)

Tolitoli dsk (III/F/2) - (III/A/2)

Buol (II/C/1); Tolitoli (I/C//1)

Toli Toli dsk (III/E/2)

Bongka-Mentawa

Kaw lindung TWA Danau Towuti (I/B/6)

Luwuk (II/C/1)

Kaw lindung CA Parigi Binangga (II/B/3); CA Tjg Api (II/B/3); CA Pamona (II/B/3); CA Gn Sojol (II/B/3); CA Gn Dako (II/B/3)

Page 219: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 206

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kaw lindung TWA Danau Matano (II/B/6); TWA Danau Mahalona (II/B/6); TWA Bancea (II/B/6)

Sulteng-Sulbar

Kaluku-Karama

LP Mamuju dsk (II/A/2)- (II/F/2)

Mamuju (I/C/1); Majene (I/C/2)

Mamuju dsk (Agroindustri) (II/D/2)

Sulteng-Sulsel-Sultra

Pompengan-Lorena

LP

CA Faruhumpenai (II/B/3); CA Kalanea (II/B/3)

Palopo dsk (II/A/2) - (I/F/2)

Palopo (I/C/1) Palopo dsk (I/E/2)

22. Sultra Poleang-Roraya

KSN kaw TN Rawa Aopa-Watumohai dan Rawa Tinondo (I/B/1); Kaw lindung TN Rawa Aopa-Watumohai (I/A/4); THR Murhum (II/B/5)

Kawasan Asesolo/Kendari (III/A/2)-(I/F/2)

Kendari (I/C/1) Kawasan Asesolo/ Kendari (II/D/2)

Kawasan Asesolo/ Kendari (III/E/2)

KSN KAPET Buton Kolaka Kendari/ BUKARI (I/A/2)

Towari-Lasusua

Kaw lindung TWA Mangolo (II/B/6)

Kawasan Mowedong/Kolaka (III/A/2) - (III/F/2)

Kolaka (II/C/1)

Kaw Mowedong/ Kolaka (agroin-dustri) (III/D/2)

Page 220: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 207

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Pulau Buton

Kaw. Kapolimu-Patikala Muna-Buton (III/A/2)-(II/F/2)

Bau Bau (I/C/1) Kaw. Kapolimu-Patikala Muna-Buton (II/D/2)

Kawasan Kapolimu-Patikala Muna-Buton (III/E/2)

Pulau Muna

Kawasan Kapolimu-Patikala Muna-Buton (III/A/2)-(II/F/2)

Raha (II/C/1)

Kawasan Kapolimu-Patikala Muna-Buton (II/D/2)

Kawasan Kapolimu-Patikala Muna-Buton (III/E/2)

Sulsel-Sulbar

Sadang LP Kaw lindung TWA Lejja (II/B/6)

Pare-pare dsk (III/A/2)-(II/F/2)

Parepare (I/C/1); Pangkajene (II/C/1): Barru (II/C/1)

Parepare dsk (agro-industri) (II/D/2)

KSN KAPET Parepare (I/A/2)

23. Sulsel Walanae-Cenranae

SN Kaw lindung TWA Danau Towuti (I/B/6)

Jeneberang SN

Kaw lindung THR Bontobahari (II/B/5); TWA Malino (II/B/6); TWA Cani Sirenrang (II/B/6)

Maminasata dsk (II/A/2) - (II/F/2); Bulukumba- Watampone (II/A/2) - (I/F/2)

Maminasata (Makasar-Sungguminasa-Takalar-Maros (I/C/3)

Jeneponto (I/C/1); Bulukumba (II/C/1); Watampone (II/C/1)

Maminasata dsk (I/D/2); Bulukumba-Watampone (II/D/2)

Maminasata dsk (I/E/2); Bulukumba-Watampone (IV/E/2)

KSN Kawasan perkotaan Maminasata (I/A/1)

Page 221: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 208

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kaw lindung CA Faruhumpenai (II/B/3), CA Kalaena (II/B/3); TN Bantimurung-Bulusaraung (II/A/4); TWA Danau Matano (II/B/6); TWA Danau Mahalona (II/B/6); TWA Lejja (II/B/6)

Sulsel-Sulteng-Sultra

Lasolo-Sampara

LP Lasolo (II/C/1); Unaaha (II/C/1)

24. Maluku Pulau Buru SN CA Masbait; CA Masarete (II/B/3)

Kawasan Buru (III/A/2)-(III/F/2)

Namlea (II/C/1) Kawasan Buru (II/E/2)

Kepulauan Ambon-Seram

SN

Kaw lindung CA Gn Sahuwai (II/B/3); CATjg Sial (II/B/3); TN Manusela (I/A/4)

Kawasan Seram (I/F/2)-(III/A/2)

Ambon (I/C/1)

Masohi (II/C/1); Werinama (II/C/2); Kairatu (II/C/1); Wahai (II/B); Bula (II/B)

Kawasan Seram (I/E/2)

KSN KAPET Seram (I/A/2)

Kepulauan Kei-Aru

SN

Kaw lindung CA Daab (II/B/3); CA Bekau Huhun (II/B/3)

Kawasan Kei-Aru-Pulau Wetar-Pulau Tanimbar (III/A/2)-(I/F/2)

Tual (II/C/1) Dobo (II/A/2)

Kawasan Kei-Aru-Pulau Wetar-Pulau Tanimbar (II/D/2)

Page 222: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 209

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kepulauan Yamdena-Wetar

SN

Kaw lindung CA Pulau Nustaram (II/B/3); CA Pulau Nuswotar (II/B/3); CA Pulau Larat (I/B/3); CA Tafermaar (II/B/3)

Kawasan Kei-Aru-Pulau Wetar-Pulau Tanimbar (III/A/2)-(I/F/2)

Saumlaki (I/A/2); Ilwaki (I/A/1)

Kawasan Kei-Aru-Pulau Wetar-Pulau Tanimbar (II/D/2)

25. Maluku Utara

Halmahera Utara

Kaw lindung TN Aketajawe – Lolobata (I/A/4); CA Tobalai (II/B/3); CA Gn Sibela (II/B/3), CA Lifamatela (II/B/3)

Ternate (I/C/1) Tidore (I/C/1); Tobelo (II/C/2)

Daruba (I/A/2)

Kawasan Ternate, Tidore, Sidangoli, Sofifi, Weda, dsk (II/D/2)

Kawasan Ternate, Tidore, Sidangoli, Sofifi, Weda, dsk (II/E/2)

Halmahera Selatan

Kaw lindung CA Taliabu (II/B/3)

Bacan-Halmahera Selatan (III/A/2)

Labuha (II/C/1)

Kepulauan Sula-Obi

Kaw lindung CA Pulau Obi (I/B/3)

Kepulauan Sula (II/F/2)

Sanana (II/C/2) Kepulauan Sula (III/D/2)

26. Papua Omba SN

Papua-Papua New Guinea

Memberamo-Tami-Apauvar

LN

CA Cycloops (II/B/3); TWA Teluk Youtefa (II/B/6)

Memberamo-Lereh (Jayapura) dsk (I/A/2)-(III/F/2):

Jayapura (I/C/1) Sarmi (II/C/2); Arso (I/C/1)

Jayapura (I/A/1)

Memberamo-Lereh (Jayapura) dsk (II/D/2)

Kadal laut Jayapura-Sarmi (II/E/2)

Page 223: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 210

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Einlanden-Digul-Bikuma

LN

KSN kaw TN Lorentz (I/B/1); Kaw lindung TN Lorentz (I/A/4); TN Wasur (I/A/4); CA Bupul/ Kumbe (II/B/3);

Merauke dsk (II/A/2)-(I/F/2); Kaw Mawena dsk (IV/A/2)

Bade (II/C/2); Muting (II/C/2) Merauke (I/C/1); Wamena (II/C/1)

Tanah Merah (I/A/1); Merauke (I/A/1)

Merauke dsk (III/D/2)

Wapoga-Mimika

Kaw lindung CA Enarotali (II/B/3); TWA Teluk Youtefa (II/B/6)

Kaw Timika dsk (IV/A/2)-(III/F/2); Kaw Nabire dsk (III/A/2)

Timika (I/C/1) Nabire (II/C/1) Kaw Timika dsk (II/D/2)

Kaw Timika dsk (III/E/2); Kaw teluk Cendrawasih-Biak (II/E/2)

KSN Kawasan Timika (I/D/2)

27. Papua Barat

Osaka Kaw lindung CA Pegunungan Fak-Fak (I/B/3)

Kaw. Fak-Fak (Bomberai) (III/A/2)-(I/F/2)

Fak-fak (I/C/1) Kawasan Fak-Fak (Bomberai) (II/D/2)

? Kaw lindung CA Biak Utara (I/A/3)

Kawasan Biak (II/F/2)

Biak (I/C/1) Biak (III/D/2) Biak (I/E/2)

Kamundan - Sebyar

Kaw lindung CA Teluk Bintuni (I/B/3); CA Pegunungan Arfak (II/B/3); CA Tamrau Utara dan CA Tamrau Selatan (II/B/3); TWA Beriat (III/B/6); TWA Klamono (III/B/6)

Kaw Bintuni (III/A/2)-(II/F/2)

Sorong (I/C/1)

Ayamaru (II/C/1); Manokwari (I/C/1)

Kawasan Sorong dsk (II/D/2)

Kawasan Raja Ampat (II/E/2)

KSN KAPET Biak (I/A/2)

Kaw lindung CA Pulau Waigeo Barat (I/B/3),

Page 224: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 211

No Provinsi Nama WS Kategori

WS Konservasi

SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendalian Daya

Rusak Air Irigasi

Air Baku

Kota PKN Kota PKW Kota PKSN

Kawasan Andalan (Industri)

Kawasan Andalan

(Pariwisata, Perdagangan

, Jasa)

Kawasn Strategis

Kaw lindung CA Pegunungan Yapen Tengah (II/B/3); CA Peg. Kumawa (II/B/3); CA Tjg Wiay (II/B/3); CA Wagura Kote (II/B/3); CA Peg. Wayland (II/B/3)

Kaw lindung TWA Beriat (III/B/6); TWA Klamono (III/B/6)

Keterangan : I-IV Tahapan Pengembangan (5 tahun ke I, 5 tahun ke II, 5 tahun ke III, 5 tahun ke IV)

1. Untuk Konservasi * : Lokasi tidak menunjukkan pada WS yang bersangkutan, melainkan pada provinsi yang bersangkutan A/3 Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan cagar alam (CA) A/4 Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan taman nasional (TN) A/5 Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan taman hutan raya (THR) A/6 Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan taman wisata alam (TWA) B/3 Pengembangan pengelolaan kawasan cagar alam (CA) B/4 Pengembangan pengelolaan kawasan taman nasional (TN) B/5 Pengembangan pengelolaan kawasan taman hutan raya (THR) B/6 Pengembangan pengelolaan kawasan taman wisata alam (TWA) D Pengembangan pengelolaan kawasan hutan lindung nasional

Page 225: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 212

2. Untuk Irigasi :

A/1 Pengendalian kawasan andalan untuk pangan abadi A/2 Pengembangan kawasan andalan untuk pertanian F/1 Rehabilitasi kawasan andalan untuk perikanan F/2 Pengembangan kawasan andalan untuk perikanan

3. Untuk Air Baku Kawasan Perkotaan :

A Percepatan pengembangan kota-kota utama kawasan perbatasan A/1 Pengembangan/ peningkatan fungsi A/2 Pengembangan baru A/3 Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi B Mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi C Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan nasional C1 Pengembangan/ peningkatan fungsi C/2 Pengembangan baru C/3 Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi D Pengendalian kota-kota berbasis mitigasi bencana D/1 Rehabilitasi kota akibat bencana alam D/2 Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis mitigasi bencana

4. Untuk Air Baku Sektor Unggulan di Kawasan Andalan :

D/1 Rehabilitasi kawasan andalan untuk industri pengolahan D/2 Pengembangan kawasan andalan untuk industri pengolahan E/1 Rehabilitasi kawasan andalan untuk pariwisata E/2 Pengembangan kawasan andalan untuk pariwisata

Page 226: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 213

Page 227: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 214

Page 228: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 215

Page 229: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 216

Page 230: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 217

Page 231: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 218

Page 232: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 219

2.3.4. Arahan/ Kebijakan Terkait Infrastruktur Sumberdaya Air Dari PP NO 38 Tahun 2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Dalam PP 38/2007 ini diatur pembagian urusan atau kewenangan pemerintahan, dari mulai pemerintah pusat, pemerintah provinsi, hingga pemerintah kabupaten/ kota. Khusus untuk pembagian urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum, khususnya untuk sub bidang sumberdaya air, tabel berikut di bawah ini memperlihatkan pembagian urusan tersebut

Page 233: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 220

Tabel 2. 18

Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum Sub Bidang Sumber Daya Air

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

Sumber Daya Air

1. Pengaturan 3. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air.

3. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi.

3. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota

4. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

4. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

4. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

5. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

5. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

5. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

6. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

6. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

6. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

7. Pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional, wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai strategis nasional.

7. Pembentukan wadah koordinasi sumber daya air di tingkat provinsi dan/atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

7. Pembentukan wadah koordinasi sumber daya air di tingkat kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

8. Penetapan norma, standar, prosedur,

dan kriteria (NSPK) pengelolaan sumber daya air.

8. — 8. —

9. Penetapan wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional

9. — 9. —

Page 234: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 221

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

10. Penetapan status daerah irigasi yang sudah dibangun yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

10. — 10. —

11. Pengesahan pembentukan komisi irigasi antar provinsi

11. Pembentukan komisi irigasi provinsi dan pengesahan pembentukan komisi irigasi antar kabupaten/kota.

11. Pembentukan komisi irigasi kabupaten/kota

1. Pembinaan 1. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

3. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

3. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

2. Penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara.

4. Penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota.

4. Penetapan dan pemberian izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah.

3. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

5. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

5. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

4. Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada provinsi dan kabupaten/kota.

6. Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada kabupaten/kota.

6. —

5. Fasilitasi penyelesaian sengketa antar 7. Fasilitasi penyelesaian sengketa 7. —

Page 235: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 222

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

provinsi dalam pengelolaan sumber daya air.

antar kabupaten/kota dalam pengelolaan sumber daya air.

6. Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional.

8. Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas kabupaten/kota.

8. Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi yang berada dalam satu kabupaten/kota.

7. Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

9. Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

9. Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat kabupaten/kota.

8. Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

10. Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat provinsi dan kabupaten/ kota.

10. Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat kabupaten/kota.

3. Pembangunan/ Pengelolaan

4. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

3. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

3. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

5. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

4. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

4. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

6. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala nasional.

5. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala provinsi.

5. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala kabupaten/kota.

7. Penyelenggaraan sistem informasi

sumber daya air tingkat nasional. 6. Penyelenggaraan sistem informasi

sumber daya air tingkat provinsi. 6. Penyelenggaraan sistem informasi

sumber daya air tingkat kabupaten/kota.

8. Pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah

7. Pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder

7. Pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder

Page 236: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 223

Sub Bidang

Sub - Sub Bidang

Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional.

pada daerah irigasi lintas kabupaten/kota.

pada daerah irigasi dalam satu kabupaten/kota.

9. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3.000 ha atau pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional.

8. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha sampai dengan 3.000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota.

8. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu kabupaten/kota yang luasnya kurang dari 1.000 ha.

10. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional.

9. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

9. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

4. Pengawasan & Pengen-dalian

1. Pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

1. Pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

1. Pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam kabupaten/kota.

Sumber : PP No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Lampiran 3.

Page 237: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 224

2.3.5. Review Kebijakan Pembangunan Nasional (RPJM)

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitannya dengan

infrastruktur sumberdaya air, dalam RPJM disebutkan bahwa pengelolaan sumber daya air

yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah

apabila infrastruktur tersebut di bangun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang

ada. Infrastruktur yang berkaitan dengan sumberdaya air seperti bendungan dan irigasi

memiliki peranan penting terutama dalam hal prasyarat kesusksesan pembangunan

pertanian dan sektor-sektor lainnya. Dalam konteks ini, ke depan pendekatan

pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan

Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan

meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumberdaya air pada dasarnya

adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk

mendapatkan air agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain

itu, pembangunan di bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya

rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman.

A. Sasaran Pembangunan Sumberdaya Air

Sasaran umum pembangunan sumber daya air adalah:

1. Tercapainya pola pengelolaan sumberdaya air yang terpadu dan

berkelanjutan;

2. Terkendalinya potensi konflik air;

3. Terkendalinya pemanfaatan air tanah;

4. Meningkatnya kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga,

permukiman, pertanian, dan industri dengan prioritas utama untuk

kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian rakyat;

5. Berkurangnya dampak bencana banjir dan kekeringan;

6. Terkendalinya pencemaran air;

7. Terlindunginya daerah pantai dari abrasi air laut terutama pada pulau-pulau

kecil, daerah perbatasan, dan wilayah strategis;

8. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat;

9. Meningkatnya kualitas koordinasi dan kerjasama antar instansi;

Page 238: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 225

10. Terciptanya pola pembiayaan yang berkelanjutan;

11. Tersedianya data dan sistem informasi yang aktual, akurat dan mudah

diakses;

12. Pulihnya kondisi sumber-sumber air dan prasarana sumberdaya air,

ketersediaan air baku bagi masyarakat, pengendalian banjir terutama pada

daerah perkotaan, serta pulihnya kondisi pantai di Nanggroe Aceh

Darussalam dan sebagian wilayah Sumatera Utara akibat bencana alam.

B. Arah Kebijakan Pembangunan Sumberdaya Air

Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian

antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan

air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply,

serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka

panjang.

Pada masa lalu fokus pembangunan lebih ditujukan pada pendayagunaan. Ke

depan upaya konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi

keseimbangan antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya

untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Selain itu, pola hubungan hulu-hilir

akan terus dikembangkan agar tercapai pola pengelolaan yang lebih berkeadilan.

Pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara pemanfaatan air

permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan

menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah. Untuk itu, pemanfaatan air tanah

akan dibatasi, terutama untuk pemenuhan kebutuhan air baku rumah tangga dan

usaha pertanian yang secara finansial mempunyai prospek menguntungkan. Upaya

yang terlalu menitikbertakan pada sisi penyediaan (supply) terbukti kurang efisien

dan efektif dalam rangka memecahkan masalah pengelolaan sumber daya air.

Untuk itu, upaya tersebut perlu disertai dengan upaya melakukan rasionalisasi

permintaan dan penggunaan air melalui demand management.

Pendekatan vegetatif dalam rangka konservasi sumber-sumber air adalah hal yang

sangat perlu dilakukan karena penting dan tak-tergantikannya fungsi vegetatif

dalam konteks lingkungan. Namun disadari bahwa hasil dari upaya vegetatif

tersebut bersifat jangka panjang. Untuk itu, dalam 5 (lima) tahun kedepan upaya

vegetatif perlu diimbangi upaya-upaya lain, antara lain rekayasa keteknikan, yang

lebih bersifat quick yielding. Pembangunan tampungan air berskala kecil akan lebih

Page 239: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 226

dikedepankan, sedangkan pembangunan tampungan air dalam sekala besar perlu

pertimbangan dengan lebih hati-hati karena menghadapi masalah yang lebih

kompleks, terutama terkait dengan isu sosial dan lingkungan. Pola pembangunan

berskala kecil ini akan mengurangi derajat konsentrasi biaya dan resiko pada suatu

areal dan penduduk tertentu.

Upaya konservasi sumber-sumber air dilakukan tidak hanya untuk melestarikan

kuantitas air, tapi juga diarahkan untuk memelihara kualitas air. Selain itu, upaya

konservasi air tanah terus akan ditingkatkan dengan pengisian kembali

(recharging), pembuatan sumur resapan, atau dengan aplikasi teknologi lain yang

tersedia dan layak. Untuk melindungi sumber daya air dan bencana banjir, maka

perlu dilakukan pelestarian situ-situ dan pengamanan daerah aliran sungai.

Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi pada lima

tahun ke depan difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang

sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang

mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan. Upaya

peningkatan fungsi jaringan akan dilakukan hanya pada areal yang ketersediaan

airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah siap, dengan prioritas areal irigasi

di luar pulau Jawa. Upaya rehabilitasi akan diprioritaskan pada areal irigasi di

daerah lumbung padi. Mengingat luasnya jaringan irigasi yang belum berfungsi,

maka pada lima tahun ke depan tidak perlu lagi dilakukan upaya pengembangan

jaringan sawah beririgasi baru, kecuali menyelesaikan proyek-proyek yang sudah

dimulai dan tengah dikerjakan. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi

diselenggarakan dengan berbasis partisipasi masyarakat dalam seluruh proses

kegiatan. Untuk mengendalikan kecenderungan meningkatnya alih fungsi lahan,

akan dikembangkan berbagai skema insentif kepada petani agar bersedia

mempertahankan lahan sawahnya.

Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku

diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di

wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis. Pemanfaatan

air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku akan dikendalikan dan sejalan

dengan itu akan dilakukan upaya peningkatan penyediaan air baku dari air

permukaan.

Page 240: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 227

Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir

mengutamakan pendekatan non-konstruksi melalui konservasi sumberdaya air dan

pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan

tata ruang wilayah. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara

pemangku kepentingan terus diupayakan tidak hanya pada saat kejadian banjir,

tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana.

Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat dan wilayah

strategis. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah

perbatasan, pulau-pulau kecil serta pusat kegiatan ekonomi.

Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air memerlukan penataan

kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab

masing-masing pemangku kepentingan. Lembaga dewan sumber daya air dan

komisi irigasi akan dibentuk dan diperkuat, yang ditujukan selain sebagai

instrumen kelembagaan untuk mengendalikan berbagai potensi konflik air, juga

untuk memantapkan mekanisme koordinasi, baik antar institusi pemerintah

maupun antara institusi pemerintah dengan institusi masyarakat. Walaupun

domain kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota telah

ditetapkan, upaya kerjasama kemitraan antar ketiga tingkatan pemerintah

tersebut akan terus didorong agar keterpaduan pengelolaan sumber daya air

dalam satu wilayah sungai dapat dijamin. Dalam upaya memperkokoh civil society,

keterlibatan masyarakat, BUMN/D dan swasta perlu terus didorong. Terkait

dengan hal tersebut dalam lima tahun ke depan, akan diselesaikan penyusunan

peraturan perundangan sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun

2004 tentang Sumberdaya Air.

Peran modal sosial dalam pengelolaan sumber daya air sangat penting, terutama

dalam hal mendorong rasa memiliki masyarakat pengguna air, yang merupakan

faktor penting untuk menjamin keberlanjutan fungsi infrastruktur. Pengembangan

modal sosial akan dilakukan dengan pendekatan budaya, terutama untuk menggali

dan merevitalisasi kearifan lokal (local wisdom) yang secara tradisi bayak tersebar

di masyarakat Indonesia.

Kebijakan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air perlu didukung dengan

ketersediaan data yang tepat, akurat dan dapat diakses dengan mudah oleh pihak-

pihak yang memerlukan. Untuk itu, penataan dan penguatan sistem pengolahan

Page 241: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 228

data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara

berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan dasar acuan

perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air. Potensi

pemerintah daerah, pengelola, dan pemakai sumber daya air perlu dimanfaatkan

seoptimal mungkin.

C. Program-program Pembangunan Sumberdaya Air

Untuk mencapai sasaran umum dan melaksanakan kebijakan di atas dilakukan

kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam 5 program utama, yaitu:

1. Program pengembangan, pengelolaan, dan konservasi sungai, danau, dan

sumber air lainnya

Program ini ditujukan untuk meningkatkan keberlanjutan fungsi dan

pemanfaatan sumber daya air, mewujudkan keterpaduan pengelolaan, serta

menjamin kemampuan keterbaharuan dan keberlanjutannya sehingga dapat

dicapai pola pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan;

dan eksploitasi air tanah yang terkendali.

Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi :

1) Penatagunaan sumber daya air;

2) Menyelenggarakan konservasi air tanah pada wilayah kritis air, antara

lain di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan NTT

3) Operasi dan pemeliharaan waduk, danau, situ, embung, serta bangunan

penampung air lainnya;

4) Rehabilitasi 100 situ di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

Bekasi serta beberapa situ/danau di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur,

dan daerah lainnya;

5) Pembangunan beberapa waduk antara lain di Banten, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

dan Sulawesi Selatan;

6) Pembangunan sekitar 500 buah embung dan bangunan penampung air

lainnya dalam skala kecil terutama di Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan

wilayah rawan kekeringan lainnya;

7) Peningkatan pemanfaatan potensi kawasan dan potensi air waduk,

danau, situ, embung, dan bangunan penampung air lainnya, termasuk

untuk pengembangan wisata tirta;

Page 242: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 229

8) Melaksanakan pembiayaan kompetitif (competitive fund) untuk

konservasi air oleh kelompok masyarakat maupun pemerintah daerah;

9) Menggali dan mengembangkan budaya masyarakat dalam konservasi

air;

10) Perkuatan balai pengelolaan sumber daya air yang tersebar di berbagai

provinsi, antara lain Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa

Tenggara Timur;

11) Pengembangan teknologi tepat guna;

12) Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM);

13) Pembangunan bangunan penampung air sederhana dan rehabilitasi

waduk dan bangunan penampung air lainnya pada wilayah bencana di

Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara.

2. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan

jaringan pengairan lainnya

Program ini ditujukan untuk mewujudkan pengelolaan jaringan irigasi, rawa,

serta jaringan pengairan lainnya dalam rangka mendukung program

ketahanan pangan nasional sehingga kemampuan pemenuhan kebutuhan air

untuk pertanian dapat meningkat, dan pemanfaatan air tanah untuk irigasi

dapat terkendali.

Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah:

1) Pemberdayaan petani pemakai air terutama dalam pengelolaan

jaringan irigasi;

2) Peningkatan jaringan irigasi yang belum berfungsi sekitar 700 ribu

hektar dengan prioritas di luar pulau Jawa ;

3) Rehabilitasi jaringan irigasi sekitar 2,6 juta hektar terutama pada daerah

penghasil pangan nasional dan jaringan rawa sekitar 0,8 juta hektar di

luar Jawa;

4) Pengelolaan jaringan irigasi sekitar 5,1 juta hektar dan rawa serta

jaringan pengairan lainnya sekitar 0,8 juta hektar yang tersebar di

seluruh provinsi;

Page 243: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 230

5) Optimalisasi pemanfaatan lahan irigasi dan rawa yang telah

dikembangkan;

3. Program penyediaan dan pengelolaan air baku

Program ini ditujukan untuk meningkatkan penyediaan air baku untuk

memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan, dan industri dalam rangka

memenuhi kebutuhan mayarakat dan mendukung kegiatan perekonomian

sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemenuhan air baku untuk

rumah tangga, permukiman, dan industri dengan prioritas untuk kebutuhan

pokok mayarakat dan pemanfaatan air tanah untuk rumah tangga,

permukiman, dan industri dapat terkendali.

Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah:

1) Operasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi saluran pembawa dan

prasarana air baku lainnya;

2) Pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembawa air baku

terutama pada kawasan-kawasan dengan tingkat kebutuhan air baku

tinggi di wilayah strategis dan daerah tertinggal antara lain di Lampung,

Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,

dan Bangka Belitung;

3) Pembangunan sumur-sumur air tanah dengan memperhatikan prinsip-

prinsip conjuctive use pada daerah-daerah rawan air, pulau-pulau kecil,

dan daerah tertinggal;

4) Sinkronisasi kegiatan antara penyediaan air baku dengan kegiatan

pengolahan dan distribusi

4. Program pengendalian banjir dan pengamanan pantai

Program ini ditujukan untuk mengurangi tingkat risiko dan periode genangan

banjir, serta menanggulangi akibat bencana banjir dan abrasi pantai yang

menimpa daerah produksi, permukiman, dan sarana publik lainnya sehingga

dampak bencana banjir dan kekeringan dapat dikurangi dan terlindunginya

daerah pantai dari abrasi air laut terutama pada pulau-pulau kecil, daerah

perbatasan, dan wilayah strategis.

Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah:

1) Operasi dan pemeliharaan serta perbaikan alur sungai terutama di

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara,

Page 244: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 231

Sumatera Barat, Riau, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan

Nusa Tenggara Barat;

2) Rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir dan

pengamanan pantai, termasuk tanggul dan normalisasi sungai terutama

di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan;

3) Pembangunan prasarana pengendali banjir dan pengamanan pantai

terutama pada daerah-daerah rawan bencana banjir dan abrasi air laut

pada wilayah strategis, daerah tertinggal, serta pulau-pulau terluar di

daerah perbatasan antara lain di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera

Barat, Sumatera Utara, Riau Kepulauan Bengkulu, Jawa, Bali,

Kalimantan Barat, dan Sulawesi Utara;

4) Mengendalikan aliran air permukaan (run off) di daerah tangkapan air

dan badan-badan sungai melalui pengaturan dan penegakkan hukum;

5) Menggali dan mengembangkan budaya masyarakat setempat dalam

mengendalikan banjir; serta

6) Melakukan pengamanan daerah pantai dengan memprioritaskan pada

pananaman tanaman bakau pada daerah pantai yang terkena bencana

alam di Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian wilayah Sumatera

Utara.

5. Program penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan

Program ini ditujukan untuk mewujudkan kelembagaan yang efektif sehingga

potensi konflik air dapat dikendalikan; partisipasi masyarakat, kualitas

koordinasi dan kerjasama antar instansi meningkat; pola pembiayaan yang

berkelanjutan dapat tercipta; tersedia data dan sistem informasi yang aktual,

akurat, dan berkelanjutan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah:

1) Penyusunan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Sumber Daya

Air, Peraturan Pemerintah tentang Sungai, Peraturan Pemerintah

tentang Pengusahaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi, Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan

Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, Peraturan Pemerintah

tentang Perum Jasa Tirta I, Peraturan Pemerintah tentang Perum Jasa

Tirta II;

Page 245: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 2 - 232

2) Peraturan Presiden tentang Pembentukan Dewan Sumber Daya Air

Nasional;

3) Penataan dan perkuatan kelembagaan pengelola sumber daya air

tingkat pusat, daerah provinsi, maupun daerah kabupaten/kota;

4) Pembentukan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat

nasional, tingkat provinsi, tingkat SWS, dan/atau tingkat

kabupaten/kota;

5) Membangun sistem informasi dan pengelolaan data yang dapat

memenuhi kebutuhan data dan informasi yang akurat, aktual, dan

mudah diakses;

6) Pembentukan jaringan dan kelembagaan pengelola data dan sistem

informasi serta penyiapan dan pengoperasian decision support system

(DSS);

7) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan, pengelolaan,

dan konservasi sungai, danau, dan sumberdaya air lainnya;

8) Peningkatan kemampuan dan pemberdayaan masyarakat dan

perkumpulan petani pemakai air dalam hal teknis, organisasi, dan

administrasi pengembangan dan pengelolaan irigasi dan sumberdaya

air lainnya;

9) Penegakan hukum dan peraturan terkait dengan pengelolaan

sumberdaya air

Page 246: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 1

3.1. SISTEM EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

Evaluasi program merupakan proses penilaian yang dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi

ketidakkonsistenan program yang dilakukan dengan arahan rencana agar mencapai suatu tujuan

dan sasaran. Dalam hal ini, evaluasi program pengembangan infrastruktur jalan dilakukan agar

terwujud suatu program infrastruktur jalan yang sinkron antara sektoral (dalam hal ini Bina

Marga) dengan tata ruang. Untuk level nasional, maka yang dijadikan basis penataan ruang adalah

RTRWN.

RTRWN merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur

ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat

perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional (termasuk di dalamnya jaringan jalan

nasional), sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem

jaringan sumber daya air. Adapun pola ruang wilayah nasional merupakan distribusi peruntukkan

ruang dalam ruang wilayah Indonesia yang mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya

yang memiliki nilai strategis nasional

Evaluasi program pengembangan infrastruktur ke-PU-an, dilakukan secara bertahap, dimulai

dengan evaluasi kesesuaian program hingga evaluasi kesesuaian lokasi. Setiap kegiatan yang telah

memiliki kesesuaian program, akan dievaluasi lagi kesesuaian lokasinya dan setiap usulan kegiatan

yang telah sesuai lokasinya, diperhitungkan alokasi anggarannya (lihat Diagram 3.1).

Dalam evaluasi kesesuaian program setiap usulan kegiatan tahun 2010 yang terdapat dalam

KONREG tahun 2009 dievaluasi berdasarkan indikator kesesuaian program yang dirumuskan dari

arahan program yang terdapat dalam RENSTRA Sektoral (Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber

Daya Air) dan arahan RTRW Nasional. Sedangkan dalam analisis kesesuaian lokasi maka setiap

BAB 3.

METODOLOGI EVALUASI

Page 247: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 2

lokasi pada tiap kegiatan yang yang telah memiliki kesesuaian program, dievaluasi berdasrkan

indikator kesesuaian lokasi yang dirumuskan dari arahan lokasi dalam RTRWN melalui ploting

usulan kegiatan pada peta provinsi. Perlu dipahami, bahwa dalam mengidentifikasi kesesuaian

lokasi, setiap kegiatan yang diusulkan dapat mendukung beberapa lokasi sekaligus.

Diagram 3. 1

Metode Evaluasi Kesesuaian Usulan Program Infrastruktur Ke-PU-an

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Dalam evaluasi kesesuaian hasil KONREG 2009, digunakan rumusan perhitungan kesesuaian

progam dan lokasi serta rumusan perhitungan persentase alokasi anggaran sebagai berikut:

1. Untuk menentukan persentase kesesuaian program, maka dilakukan pembandingan

antara jumlah kegiatan yang dinilai sesuai secara program terhadap jumlah kegiatan yang

diusulkan, lalu dikalikan 100%. Rincian penentuan persentase kesesuaian dari sisi program

dapat dilihat pada rumusan di bawah ini.

Persentase kesesuaian program (%) = Jumlah Kegiatan yang Sesuai Arahan RENSTRA dan RTRWN x 100%

Jumlah Kegiatan Yang Diusulkan

Page 248: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 3

2. Untuk menentukan persentase kesesuaian lokasi kegiatan, maka dilakukan pembandingan

antara jumlah kegiatan yang dinilai sesuai dinilai sesuai secara lokasi terhadap jumlah

kegiatan yang diusulkan, lalu dikalikan 100%. Rincian penentuan persentase kesesuaian

dari sisi lokasi dapat dilihat pada rumusan di bawah ini.

3. Untuk menentukan persentase alokasi anggaran, maka besaran anggaran untuk setiap

kegiatan yang telah sesuai lokasinya dibandingkan dengan jumlah anggaran yang

diusulkan, lalu dikalikan 100%. Rincian penentuan persentase alokasi anggaran dapa

dilihat pada rumusan di bawah ini

3.2. INDIKATOR KESESUAIAN PENGEMBANGAN PROGRAM BIDANG BINA MARGA

Berdasarkan hasil review terhadap Peraturan Perundangan Terkait Pengembangan Bidang Bina

Marga, RENSTRA PU Bidang Bina Marga, serta arahan RTRWN, maka diperoleh indikator

kesesuaian program dan lokasi untuk pengembangan Bidang Bina Marga.

3.2.1. Indikator Kesesuaian Program Bidang Bina Marga

Suatu program/kegiatan dinilai sesuai/sinkron apabila kegiatan yang diusulkan dalam

KONREG 2009 termasuk ke dalam lingkup jenis program yang ditangani Pemerintah di level

pusat. Program yang ditangani pada level pusat adalah program pemeliharaan dan

rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan serta program peningkatan dan pembangunan

jaringan jalan dan jembatan.

1. Pemeliharaan jalan meliputi

a. Pemeliharaan rutin jalan merupakan kegiatan merawat serta memperbaiki

kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi

pelayanan mantap. Jalan dengan kondisi pelayanan mantap adalah ruas-ruas

jalan dengan umur rencana yang dapat diperhitungkan serta mengikuti suatu

standar tertentu.

Persentase kesesuaian program (%) = Jumlah Kegiatan yang Lokasinya Sesuai Arahan RTRWN x 100% Jumlah Kegiatan Yang Diusulkan

Persentase alokasi anggaran (%) = Jumlah Anggaran pada Program yang Sesuai Arahan Lokasinya x 100% Jumlah Kegiatan Yang Diusulkan

Page 249: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 4

b. Pemeliharaan berkala jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap

kerusakan yang diperhitungkan dalam desain agar penurunan kondisi jalan

dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana.

2. Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang

tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan

pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar

penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi

kemantapan sesuai dengan rencana.

3. Peningkatan jalan

a. Peningkatan struktur merupakan kegiatan penanganan untuk dapat

meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi tidak mantap atau

kritis agar ruas-ruas jalan tersebut mempunyai kondisi pelayanan mantap

sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.

b. Peningkatan kapasitas merupakan penanganan jalan dengan pelebaran

perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah jumlah lajur

4. Pembangunan jalan baru merupakan penanganan jalan dari kondisi belum tersedia

badan jalan sampai kondisi jalan dapat berfungsi

3.2.2. Indikator Kesesuaian Lokasi Bidang Bina Marga

Jaringan jalan dan jembatan dikategorikan sebagai tanggung jawab pemerintah pusat

apabila jaringan jalan dan jembatan tersebut:

1. Melayani perkotaan nasional sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN, yaitu melayani

PKN, PKW, dan PKSN.

2. Melayani kawasan andalan yang telah ditetapkan dalam RTRWN.

3. Melayani Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang telah ditetapkan dalam RTRWN.

4. Melayani pelabuhan (internasional dan nasional) dan bandar udara (pusat

penyebaran primer, pusat penyebaran sekunder, pusat penyebaran tersier)

sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN.

Page 250: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 5

3.3. INDIKATOR KESESUAIAN PENGEMBANGAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

Berdasarkan hasil review terhadap Peraturan Perundangan Terkait Pengembangan Bidang Cipta

Kara, RENSTRA PU Bidang Cipta Karya, serta arahan RTRWN, maka diperoleh indikator

kesesuaian program dan lokasi untuk pengembangan Bidang Cipta Karya.

3.3.1. Indikator Kesesuaian Program Bidang Cipta Karya

Suatu program/kegiatan dinilai sesuai/sinkron apabila kegiatan yang diusulkan dalam

KONREG 2009 termasuk ke dalam lingkup jenis program yang ditangani Pemerintah di level

pusat, yaitu:

1. Program Pengembangan Ekonomi Lokal

2. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase

3. Program Pengembangan Perumahan

4. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

5. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum & Air Limbah

6. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

7. Program Pengendalian Pembangunan Kota-kota Besar dan Metropolitan

8. Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota

9. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah

3.3.2. Indikator Kesesuaian Lokasi Bidang Cipta Karya

Arahan fungsi nasional kawasan perkotaan dan perdesaan berdasarkan RTRWN sebagai

berikut:

1. Mewujudkan fungsi eksternal yang dimiliki kawasan perkotaan:

1) Fungsi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat

Kegiatan Strategis Nasional di kawasan perbatasan (PKSN).

2) Fungsi eksternal yang dimiliki kawasan perkotaan adalah:

Pusat Kawasan Andalan: Industri Pengolahan dan Jasa Sektor Unggulan

Simpul transportasi darat/Jalan, laut (Pelabuhan) dan udara (Bandara)

Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

Page 251: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 6

Simpul kegiatan ekspor impor

Simpul Air Minum/Baku yang dilayani Wilayah Sungai

Pusat Kawasan Strategis Nasional

2. Mewujudkan fungsi yang dimiliki kawasan perdesaan, yaitu sentra-sentra produksi

sektor unggulan pertanian nasional di kawasan andalan.

3.4. INDIKATOR KESESUAIAN PENGEMBANGAN PROGRAM BIDANG SUMBER DAYA AIR

Berdasarkan hasil review terhadap Peraturan Perundangan Terkait Pengembangan Bidang

Sumber Daya Air, RENSTRA PU Bidang Sumber Daya Air, serta arahan RTRWN, maka diperoleh

indikator kesesuaian program dan lokasi untuk pengembangan Bidang Sumber Daya Air.

3.4.1. Indikator Kesesuaian Program Bidang Sumber Daya Air

Suatu program/kegiatan dinilai sesuai/sinkron apabila kegiatan yang diusulkan dalam

KONREG 2009 termasuk ke dalam lingkup jenis program yang ditangani Pemerintah di level

pusat, yaitu:

1. Program Konservasi Sumber Daya Air, yaitu Suatu program/kegiatan dinilai

sesuai/sinkron apabila kegiatan yang diusulkan dalam KONREG 2009 termasuk ke

dalam lingkup jenis program yang ditangani Pemerintah di level pusat, yaitu:

2. Program Pendayagunaan Sumber Daya Air, yaitu Suatu program/kegiatan dinilai

sesuai/sinkron apabila kegiatan yang diusulkan dalam KONREG 2009 termasuk ke

dalam lingkup jenis program yang ditangani Pemerintah di level pusat, yaitu:

3. Program Pengendalian Daya Rusak Air, yaitu Suatu program/kegiatan dinilai

sesuai/sinkron apabila kegiatan yang diusulkan dalam KONREG 2009 termasuk ke

dalam lingkup jenis program yang ditangani Pemerintah di level pusat, yaitu:

3.4.2. Indikator Kesesuaian Lokasi Bidang Sumber Daya Air

Arahan lokasi pada RTRWN dalam pengembangan Bidang Sumber Daya Air, yaitu:

a. Arahan lokasi pengembangan Sumber Daya Air pada kawasan lindung, khususnya

yang terkait dengan fungsi hidrologis berupa infiltrasi air hujan untuk memasok

Page 252: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 7

ketersediaan air tanah (semua jenis kawasan lindung kecuali suaka margasatwa,

cagar budaya, taman buru dan taman laut), menjadi arahan lokasi dan kegiatan bagi

program konservasi SDA.

b. Arahan lokasi pengembangan Sumber Daya Air pada kawasan rawan bencana,

sempadan sungai, sempadan pantai menjadi arahan lokasi dan kegiatan bagi

program pengendalian daya rusak air (dari kemungkinan bencana banjir, aberasi dan

gelombang pasang).

c. Arahan lokasi pengembangan Sumber Daya Air pada kawasan andalan dengan sektor

unggulan berupa pertanian dan perikanan menjadi arahan lokasi bagi program

pendayagunaan SDA yang terkait dengan irigasi.

d. Arahan lokasi pengembangan Sumber Daya Air pada kota-kota berstatus PKN (pusat

kegiatan nasional), PKW (pusat kegiatan wilayah), dan PKSN (pusat kegiatan strategis

nasional) serta kawasan andalan dengan sektor unggulan industri, pariwisata,

perdagangan dan jasa menjadi arahan lokasi bagi program pendayagunaan SDA yang

terkait dengan air baku.

Tabel 3. 1

Tabulasi Indikator Kesesuaian Program dan Lokasi Bidang Bina Marga, Cipta Karya

dan Sumber Daya Air

No. Bidang Kesesuaian Jenis Program Kesesuaian Lokasi berdasarkan RTRWN 1. Bina Marga a. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan

Jalan dan Jembatan b. Program Peningkatan dan Pembangunan

Jalan dan Jembatan

a. Melayani antar pusat kegiatan nasional (PKN, PKW, dan PKSN)

b. Melayani kelancaran distribusi/koleksi ke/dari outlet (bandar udara, pelabuhan)

c. Meningkatkan akses Kawasan Andalan d. Meningkatkan akses Kawasan Strategis

Nasional

2. Cipta Karya a. Program Pengembangan Ekonomi Lokal (kws agropolitan)

b. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase

c. Program Pengembangan perumahan d. Program Pemberdayaan Komunitas

Perumahan e. Program Pengembangan Kinerja

Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah f. Program Pengembangan Wilayah

Perbatasan g. Program Pengembangan Kota-kota Besar

dan Metropolitan h. Program Pengembangan Keterkaitan

a. Berada pada pusat kegiatan nasional (PKN, PKW, dan PKSN)

b. Berada pada Kawasan Andalan c. Berada pada Kawasan Strategis

Nasional

Page 253: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 3 - 8

No. Bidang Kesesuaian Jenis Program Kesesuaian Lokasi berdasarkan RTRWN Pembangunan Antar Kota

i. Program pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah

3. Sumber Daya Air (SDA)

a. Program Konservasi SDA b. Program Pendayagunaan SDA c. Program Pengendalian Daya Rusak Air

d. Berada pada pusat kegiatan nasional (PKN, PKW, dan PKSN)

e. Berada pada Kawasan Andalan a. Berada pada Kawasan Strategis

Nasional b. Berada pada kawasan lindung nasional

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 254: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 1

4.1. EVALUASI KONREG BIDANG BINA MARGA (BM) TAHUN 2009

4.1.1. Hasil Evaluasi Kesesuaian Program Pengembangan Bidang Bina Marga

Program (dan kegiatan di dalamnya) yang dievaluasi dalam pekerjaan ini adalah usulan

program dan kegiatan pengembangan jalan tahun 2010 untuk seluruh provinsi (33 provinsi)

di Indonesia, yang diselenggarakan melalui proses KONREG 2009 (konsultasi regional). Hasil

analisis kesesuaian dari aspek jenis program berdasarkan rumus di atas dapat dilihat pada

Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4. 1

Hasil Analisis Kesesuaian Program Bidang Bina Marga

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Prog. Pemeliharaan dan Rehabilitasi

Prog. Peningkatan dan Pembangunan

Kegiatan yang Tidak Sesuai Program

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h=c-d-f) (i=h/c)

1 NAD 128 81 63.28% 37 28.91% 10 7.81%

2 SUMUT 82 42 51.22% 37 45.12% 3 3.66%

3 Riau 151 102 67.55% 43 28.48% 6 3.97%

4 Kepulauan Riau 74 36 48.65% 37 50.00% 1 1.35%

5 SUMBAR 126 107 84.92% 18 14.29% 1 0.79%

6 Jambi 76 48 63.16% 23 30.26% 5 6.58%

7 Bengkulu 88 42 47.73% 41 46.59% 5 5.68%

8 SUMSEL 161 96 59.63% 50 31.06% 15 9.32%

9 BABEL 85 41 48.24% 35 41.18% 9 10.59%

BAB 4.

EVALUASI USULAN PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KE-PU-AN

Page 255: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 2

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Prog. Pemeliharaan dan Rehabilitasi

Prog. Peningkatan dan Pembangunan

Kegiatan yang Tidak Sesuai Program

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h=c-d-f) (i=h/c)

10 Lampung 147 107 72.79% 27 18.37% 13 8.84%

11 Banten 183 154 84.15% 19 10.38% 10 5.46%

12 DKI Jakarta 33 26 78.79% 6 18.18% 1 3.03%

13 JABAR 374 280 74.87% 86 22.99% 8 2.14%

14 JATENG 33 26 78.79% 6 18.18% 1 3.03%

15 DI Yogyakarta 159 139 87.42% 15 9.43% 5 3.14%

16 JATIM 631 542 85.90% 83 13.15% 6 0.95%

17 KALBAR 93 60 64.52% 32 34.41% 1 1.08%

18 KALTENG 157 84 53.50% 71 45.22% 2 1.27%

19 KALSEL 200 176 88.00% 18 9.00% 6 3.00%

20 KALTIM 68 42 61.76% 23 33.82% 3 4.41%

21 SULUT 263 229 87.07% 30 11.41% 4 1.52%

22 Gorontalo 37 29 78.38% 7 18.92% 1 2.70%

23 SULTENG 56 21 37.50% 33 58.93% 2 3.57%

24 SULSEL 384 327 85.16% 49 12.76% 8 2.08%

25 SULTRA 338 310 91.72% 21 6.21% 7 2.07%

26 SULBAR 84 31 36.90% 52 61.90% 1 1.19%

27 Bali 111 87 78.38% 12 10.81% 12 10.81%

28 NTB 125 83 66.40% 39 31.20% 3 2.40%

29 NTT 65 11 16.92% 53 81.54% 1 1.54%

30 Maluku 162 103 63.58% 49 30.25% 10 6.17%

31 Maluku Utara 96 24 25.00% 71 73.96% 1 1.04%

32 Papua 192 111 57.81% 61 31.77% 20 10.42%

33 Papua Barat 144 39 27.08% 99 68.75% 6 4.17%

Rata-rata 110 64.14% 39 31.74% 6 4.12%

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:

1. bahwa rata-rata kesesuaian program pemeliharaan dan rehabilitasi jalan dan

jembatan (64,14%) lebih besar daripada rata-rata kesesuaian program peningkatan

dan pembangunan jalan dan jembatan (31,74%). Hal ini mengindikasikan bahwa pada

umumnya kondisi jaringan jalan dan jembatan di setiap provinsi baik hingga rusak

ringan, sehingga tidak membutuhkan upaya peningkatan jalan. Selain itu, jaringan

jalan dan jembatan yang ada saat ini, masih dianggap cukup untuk memberikan

pelayanan terhadap pusat-pusat pertumbuhan yang ada, karena belum ada pusat-

pusat pertumbuhan baru yang membutuhkan upaya pembangunan jalan dan

jembatan baru.

2. Provinsi yang memiliki kesesuaian program pemeliharaan dan rehabilitasi jalan &

jembatan tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Tenggara (91,74%). Hal ini

mengindikasikan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara memprioritaskan upaya

Page 256: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 3

pemantapan dan pengembalian fungsi jaringan jalan yang ada untuk mendukung jalur

distribusi ekonomi yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi dengan

terminal, pelabuhan dan bandara.

3. Provinsi yang memiliki kesesuaian program peningkatan dan pembangunan jalan &

jembatan tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (81,54%). Hal ini

mengindikasikan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat sedang berupaya

mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru.

4.1.2. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lokasi Pengembangan Bidang Bina Marga

Hasil analisis kesesuaian lokasi untuk Bidang Bina Marga dilihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan

tabel 4.2 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada umumnya kegiatan yang diusulkan oleh setiap provinsi mendukung

pengembangan Kawasan Andalan (83,14%), dan secara beturut-turut mendukung

PKW (51,54%), mendukung PKN (18,73%), mendukung Kawasan Strategis Nasional

(12,15%), mendukung Simpul Transportasi Laut dan Udara Nasional (4,37%), dan

mendukung PKSN (2,63%). Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar provinsi

berupaya mengembangkan kawasan andalan, sebagai bentuk pemanfaatan sumber

daya alam yang dimiliki secara optimal dengan pengembangan jaringan jalan dan

jembatan.

2. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKN, Kawasan Strategis

Nasional dan Simpul Transportasi Laut dan Udara Nasional adalah Provinsi DKI

Jakarta, dengan kesesuaian 96,97% dan 21,21% . Hal ini mengindikasikan bahwa DKI

Jakarta sebagai ibukota negara berupaya meningkatkan peran jalan untuk

menghubungkan antarpusat kegiatan, meningkatkan efisiensi arus barang dan jasa,

serta melayani kepentingan nasional dan internasional atas dasar kriteria strategis,

3. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKW adalah Provinsi

Jawa Tengah (93,94%). Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan pusat-pusat

kegiatan wilayah di Provinsi Jawa Tengah (Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal dan lainnya)

dilakukan secara intensif, melalui peningkatan peran jalan yang menghubungkan

antar pusat kegiatan

4. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKSN adalah Provinsi

Papua (19,79%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Papua, yang memiliki banyak

Page 257: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 4

kawasan perbatasan (Jayapura, Tanah Merah dan Merauke), berupaya membuka

keterisolasian kawasan tersebut melalui peningkatan peran jalan dalam melayani

kepentingan nasional dan internasional atas dasar kriteria strategis.

5. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung Kawsan Andalan adalah

Provinsi Kepulauan Riau (98,65%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Kepulauan

Riau, dengan potensi SDA nya yang tinggi, sedang menggiatkan percepatan

pembangunan dengan meningkatkan peran jalan yang menghubungkan antar pusat

kegiatan serta peran jalan dalam melayani kepentingan nasional dan internasional

atas dasar kriteria strategis.

4.1.3. Rekapitulasi Kesesuaian Program, Lokasi Dan Alokasi Anggaran Bidang Bina Marga

Hasil Rekapitulasi kesesuaian program, lokasi dan alokasi anggaran untuk Bidang Bina

Marga dilihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan tabel 4.3 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa

hal sebagai berikut:

1. Pada umumnya kesesuaian program dan lokasi di setiap provinsi cukup tinggi, yaitu

95,88% dan 91,10%. Hal ini mengindikasikan bahwa usulan kegiatan dari setiap

provinsi telah sinkron dengan arahan Departemen PU Bidang Bina Marga dan

RTRWN.

2. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian tertinggi/paling sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Bina Marga dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari Provinsi

Sumatera Barat (99,21%) dengan alokasi anggaran 97,09% dari anggaran yang

diusulkan.

3. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian terendah/tidak sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Bina Marga dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari Provinsi

NTT (58,46%) dengan alokasi anggaran 54,22% dari anggaran yang diusulkan.

Page 258: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 5

Tabel 4. 2

Hasil Analisis Kesesuaian Lokasi Bidang Bina Marga

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Kegiatan yang Mendukung PKN

Kegiatan yang Mendukung PKW

Kegiatan yang Mendukung

PKSN

Kegiatan yang Mendukung

Kawasan Andalan

Kegiatan yang Mendukung

Kawasan Strategis Nasional

Kegiatan yang Mendukung Simpul

Transportasi Laut dan Udara Nasional

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h) (i=h/c) (j) (k=j/c) (l) (m=l/c) (n) (o=n/c)

1 NAD 128 31 24.22% 59 46.09% 0 0.00% 65 50.78% 15 11.72% 18 14.06%

2 SUMUT 82 16 19.51% 35 42.68% 0 0.00% 76 92.68% 18 21.95% 11 13.41%

3 Riau 151 40 26.49% 49 32.45% 14 9.27% 110 72.85% 0 0.00% 4 2.65%

4 Kepulauan Riau 74 13 17.57% 35 47.30% 8 10.81% 73 98.65% 56 75.68% 14 18.92%

5 SUMBAR 126 54 42.86% 49 38.89% 0 0.00% 124 98.41% 0 0.00% 0 0.00%

6 Jambi 76 14 18.42% 29 38.16% 0 0.00% 57 75.00% 0 0.00% 0 0.00%

7 Bengkulu 88 0 0.00% 77 87.50% 0 0.00% 61 69.32% 0 0.00% 0 0.00%

8 SUMSEL 161 38 23.60% 82 50.93% 0 0.00% 121 75.16% 0 0.00% 3 1.86%

9 BABEL 85 0 0.00% 54 63.53% 0 0.00% 65 76.47% 0 0.00% 4 4.71%

10 Lampung 147 14 9.52% 80 54.42% 2 1.36% 117 79.59% 0 0.00% 2 1.36%

11 Banten 183 28 15.30% 132 72.13% 0 0.00% 162 88.52% 9 4.92% 9 4.92%

12 DKI Jakarta 33 32 96.97% 0 0.00% 0 0.00% 32 96.97% 32 96.97% 7 21.21%

13 JABAR 374 62 16.58% 210 56.15% 0 0.00% 262 70.05% 47 12.57% 8 2.14%

14 JATENG 33 1 3.03% 31 93.94% 0 0.00% 32 96.97% 1 3.03% 0 0.00%

15 DI Yogyakarta 159 13 8.18% 135 84.91% 0 0.00% 148 93.08% 3 1.89% 0 0.00%

16 JATIM 631 97 15.37% 252 39.94% 0 0.00% 559 88.59% 76 12.04% 1 0.16%

17 KALBAR 93 21 22.58% 54 58.06% 2 2.15% 87 93.55% 21 22.58% 0 0.00%

18 KALTENG 157 11 7.01% 74 47.13% 0 0.00% 144 91.72% 1 0.64% 0 0.00%

19 KALSEL 200 17 8.50% 147 73.50% 0 0.00% 174 87.00% 4 2.00% 3 1.50%

20 KALTIM 68 17 25.00% 29 42.65% 6 8.82% 62 91.18% 8 11.76% 0 0.00%

21 SULUT 263 33 12.55% 193 73.38% 20 7.60% 225 85.55% 33 12.55% 12 4.56%

22 Gorontalo 37 10 27.03% 18 48.65% 0 0.00% 33 89.19% 0 0.00% 5 13.51%

23 SULTENG 56 6 10.71% 28 50.00% 0 0.00% 44 78.57% 1 1.79% 8 14.29%

24 SULSEL 384 51 13.28% 148 38.54% 0 0.00% 356 92.71% 60 15.63% 2 0.52%

25 SULTRA 338 22 6.51% 284 84.02% 0 0.00% 322 95.27% 28 8.28% 5 1.48%

Page 259: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 6

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Kegiatan yang Mendukung PKN

Kegiatan yang Mendukung PKW

Kegiatan yang Mendukung

PKSN

Kegiatan yang Mendukung

Kawasan Andalan

Kegiatan yang Mendukung

Kawasan Strategis Nasional

Kegiatan yang Mendukung Simpul

Transportasi Laut dan Udara Nasional

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h) (i=h/c) (j) (k=j/c) (l) (m=l/c) (n) (o=n/c)

26 SULBAR 84 0 0.00% 54 64.29% 0 0.00% 62 73.81% 0 0.00% 0 0.00%

27 Bali 111 71 63.96% 12 10.81% 0 0.00% 94 84.68% 71 63.96% 5 4.50%

28 NTB 125 19 15.20% 69 55.20% 0 0.00% 105 84.00% 0 0.00% 9 7.20%

29 NTT 65 9 13.85% 16 24.62% 4 6.15% 34 52.31% 4 6.15% 2 3.08%

30 Maluku 162 30 18.52% 82 50.62% 12 7.41% 123 75.93% 0 0.00% 2 1.23%

31 Maluku Utara 96 1 1.04% 22 22.92% 13 13.54% 81 84.38% 0 0.00% 0 0.00%

32 Papua 192 39 20.31% 70 36.46% 38 19.79% 151 78.65% 18 9.38% 8 4.17%

33 Papua Barat 144 21 14.58% 102 70.83% 0 0.00% 118 81.94% 8 5.56% 4 2.78%

Rata-rata 25 18.73% 82 51.54% 4 2.63% 130 83.14% 16 12.15% 4 4.37%

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 260: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 7

Tabel 4. 3

Rekapitulasi Kesesuaian Program, Kesesuaian Lokasi dan Alokasi Anggaran Bidang Bina Marga

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Σ Anggaran

Kesesuaian Program Kesesuaian Lokasi (untuk kegiatan yang memiliki kesesuaian program)

Alokasi Anggaran Ketidak Sesuaian Program

dan Lokasi

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e) (f=e/c) (g) (h=g/c) (i) (j=i/d) (k=c-g)) (l=k/c)

1 NAD 128 1,344,926 118 92.19% 115 89.84% 1,176,980 87.51% 13 10.16%

2 SUMUT 82 1,919,129 79 96.34% 78 95.12% 1,694,331 88.29% 4 4.88%

3 Riau 151 1,744,927 145 96.03% 136 90.07% 1,679,972 96.28% 15 9.93%

4 Kepulauan Riau 74 855,702 73 98.65% 73 98.65% 852,358 99.61% 1 1.35%

5 SUMBAR 126 333,482 125 99.21% 125 99.21% 323,769 97.09% 1 0.79%

6 Jambi 76 785,047 71 93.42% 67 88.16% 732,961 93.37% 9 11.84%

7 Bengkulu 88 696,074 83 94.32% 77 87.50% 638,270 91.70% 11 12.50%

8 SUMSEL 161 600,439 146 90.68% 138 85.71% 582,094 96.94% 23 14.29%

9 BABEL 85 317,003 76 89.41% 71 83.53% 272,974 86.11% 14 16.47%

10 Lampung 147 511,916 134 91.16% 129 87.76% 502,569 98.17% 18 12.24%

11 Banten 183 270,683 173 94.54% 171 93.44% 262,809 97.09% 12 6.56%

12 DKI Jakarta 33 2,073,539 32 96.97% 32 96.97% 2,059,147 99.31% 1 3.03%

13 JABAR 374 921,681 366 97.86% 351 93.85% 894,761 97.08% 23 6.15%

14 JATENG 33 943,988 32 96.97% 32 96.97% 932,817 98.82% 1 3.03%

15 DI Yogyakarta 159 171,653 154 96.86% 153 96.23% 162,575 94.71% 6 3.77%

16 JATIM 631 1,699,085 625 99.05% 613 97.15% 1,660,953 97.76% 18 2.85%

17 KALBAR 93 1,098,564 92 98.92% 88 94.62% 1,081,088 98.41% 5 5.38%

18 KALTENG 157 1,915,769 155 98.73% 149 94.90% 1,907,268 99.56% 8 5.10%

19 KALSEL 200 852,037 194 97.00% 192 96.00% 775,709 91.04% 8 4.00%

20 KALTIM 68 1,680,176 65 95.59% 63 92.65% 1,613,855 96.05% 5 7.35%

21 SULUT 263 439,242 259 98.48% 255 96.96% 429,184 97.71% 8 3.04%

Page 261: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 8

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Σ Anggaran

Kesesuaian Program Kesesuaian Lokasi (untuk kegiatan yang memiliki kesesuaian program)

Alokasi Anggaran Ketidak Sesuaian Program

dan Lokasi

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e) (f=e/c) (g) (h=g/c) (i) (j=i/d) (k=c-g)) (l=k/c)

22 Gorontalo 37 363,610 36 97.30% 34 91.89% 355,704 97.83% 3 8.11%

23 SULTENG 56 834,083 54 96.43% 51 91.07% 746,127 89.45% 5 8.93%

24 SULSEL 384 767,396 376 97.92% 369 96.09% 742,369 96.74% 15 3.91%

25 SULTRA 338 264,531 331 97.93% 331 97.93% 252,197 95.34% 7 2.07%

26 SULBAR 84 696,754 83 98.81% 76 90.48% 596,406 85.60% 8 9.52%

27 Bali 111 1,067,701 99 89.19% 97 87.39% 1,041,686 97.56% 14 12.61%

28 NTB 125 474,470 122 97.60% 110 88.00% 352,680 74.33% 15 12.00%

29 NTT 65 512,823 64 98.46% 38 58.46% 278,027 54.22% 27 41.54%

30 Maluku 162 664,177 152 93.83% 142 87.65% 578,247 87.06% 20 12.35%

31 Maluku Utara 96 1,562,596 95 98.96% 81 84.38% 823,543 52.70% 15 15.63%

32 Papua 192 2,543,360 172 89.58% 161 83.85% 2,290,867 90.07% 31 16.15%

33 Papua Barat 144 1,047,039 138 95.83% 135 93.75% 1,015,833 97.02% 9 6.25%

Rata-rata 149 95.88% 143 91.10% 888,186 91.53% 11 8.90%

Page 262: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 9

4.2. EVALUASI KONREG BIDANG CIPTA KARYA (CK) TAHUN 2009

4.2.1. Hasil Evaluasi Kesesuaian Program Pengembangan Bidang Cipta Karya

Hasil analisis kesesuaian lokasi untuk Bidang Cipta Karya dilihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan

tabel 4.4 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:

1. Bahwa rata-rata kesesuaian program untuk Bidang Cipta Karya tertinggi adalah

Program Pengembangan perumahan (22,11%) dan terendah adalah kesesuaian

untuk Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota (0%).

2. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pengembangan Ekonomi Lokal (kws

agropolitan) adalah Provinsi Sulawesi Tengah (23,2%). Hal ini mengindikasikan

bahwa Provinsi Sulawesi Tengah sedang mengembangkan wilayah yang berbasis

pertanian dan memiliki pengaruh yang bersifat lintas regional

3. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan

Persampahan dan Drainase adalah Provinsi Bangka Belitung (46,5%). Hal ini

mengindikasikan bahwa permasalahan sampah dan drainase merupakan salah satu

permasalahan utama untuk kawasan permukiman di provinsi tersebut.

4. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pengembangan Perumahan adalah

Provinsi Jawa Tengah (20,5%). Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan

perumahan di provinsi tersebut sedang berjalan secara progressive, guna

memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat.

5. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

adalah Provinsi Sumatera Utara (52,4%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi

Sumtera Utara sedang mengarahkan kegiatannya pada program penanggulangan

kemiskinan perkotaan.

6. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air

Minum dan Air Limbah adalah Provinsi Maluku Utara (50,7%). Hal ini

mengindikasikan bahwa pengelolaan air minum dan air limbah merupakan salah

satu permasalahan utama di Provinsi Maluku Utara.

7. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

adalah Provinsi Kepulauan Riau (20,9%). Hal ini mengindikasikan bahwa prasarana

dan sarana pada kawasan perbatasan di Kepulauan Riau masih belum memenuhi

Page 263: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 10

standar pelayanan minimal, mengingat kawasan perbatasannya terdapat pada

pulau-pulau kecil, sehingga memerlukan perbaikan/peningkatan.

8. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pengembangan Kota-kota Besar dan

Metropolitan adalah Provinsi DKI Jakarta (44,4%). Hal ini mengindikaskan bahwa DKI

Jakarta saat ini telah berkembang menjadi sebuah kota besar/metropolitan bahkan

sudah menjadi megapolitan yang memerlukan upaya pengendalian pembangunan

secara seksama, sekaligus peremajaan dan pembangunan rumah secara vertikal.

9. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan

Menengah adalah Provinsi Sumatera Barat (22,1%). Hal ini mengindikasikan bahwa

Provinsi Sumatera Barat sedang mengembangkan kawasan permukiman pada kota-

kota kecil dan menengah yang tersebar di wilayahnya.

Page 264: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 11

Tabel 4. 4

Hasil Analisis Kesesuaian Program Bidang Cipta Karya

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Prog. A Prog. B Prog. C Prog. D Prog. E Prog. F Pro. G Prog. H Prog. I Keg. yang

Tidak Sesuai

Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h) (i=h/c) (j) (k=j/c) (l) (m=l/c) (n) (o=n/c) (p) (q=p/c) (r) (s=r/c) (t) (u=t/c) (v) (w=v/c)

1 NAD 149 12 8.1% 25 16.8% 4 2.7% 17 11.4% 19 12.8% 14 9.4% 10 6.7% 0 0.0% 9 6.0% 39 26.17%

2 SUMUT 42 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 22 52.4% 5 11.9% 0 0.0% 2 4.8% 0 0.0% 4 9.5% 9 21.43%

3 Riau 294 57 19.4% 25 8.5% 0 0.0% 23 7.8% 22 7.5% 5 1.7% 9 3.1% 0 0.0% 39 13.3% 114 38.78%

4 Kepulauan Riau 191 24 12.6% 0 0.0% 22 11.5% 18 9.4% 29 15.2% 40 20.9% 8 4.2% 0 0.0% 0 0.0% 50 26.18%

5 SUMBAR 154 21 13.6% 10 6.5% 8 5.2% 0 0.0% 34 22.1% 0 0.0% 3 1.9% 0 0.0% 34 22.1% 44 28.57%

6 Jambi 162 6 3.7% 13 8.0% 1 0.6% 16 9.9% 59 36.4% 0 0.0% 11 6.8% 0 0.0% 11 6.8% 45 27.78%

7 Bengkulu 91 20 22.0% 21 23.1% 0 0.0% 23 25.3% 3 3.3% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 1 1.1% 23 25.27%

8 SUMSEL 206 15 7.3% 8 3.9% 1 0.5% 33 16.0% 52 25.2% 0 0.0% 2 1.0% 0 0.0% 7 3.4% 88 42.72%

9 BABEL 86 11 12.8% 40 46.5% 0 0.0% 14 16.3% 11 12.8% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 10 11.63%

10 Lampung 208 30 14.4% 12 5.8% 17 8.2% 35 16.8% 7 3.4% 0 0.0% 3 1.4% 0 0.0% 8 3.8% 96 46.15%

11 Banten 90 6 6.7% 12 13.3% 0 0.0% 12 13.3% 3 3.3% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 3 3.3% 54 60.00%

12 DKI Jakarta 18 0 0.0% 5 27.8% 0 0.0% 2 11.1% 0 0.0% 0 0.0% 8 44.4% 0 0.0% 0 0.0% 3 16.67%

13 JABAR 198 20 10.1% 24 12.1% 3 1.5% 7 3.5% 19 9.6% 0 0.0% 8 4.0% 0 0.0% 22 11.1% 95 47.98%

14 JATENG 303 13 4.3% 86 28.4% 62 20.5% 25 8.3% 73 24.1% 0 0.0% 2 0.7% 0 0.0% 11 3.6% 31 10.23%

15 DI Yogyakarta 41 5 12.2% 3 7.3% 8 19.5% 4 9.8% 4 9.8% 0 0.0% 3 7.3% 0 0.0% 0 0.0% 14 34.15%

16 JATIM 303 35 11.6% 23 7.6% 0 0.0% 42 13.9% 123 40.6% 0 0.0% 3 1.0% 0 0.0% 38 12.5% 39 12.87%

17 KALBAR 245 39 15.9% 7 2.9% 21 8.6% 76 31.0% 30 12.2% 25 10.2% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 47 19.18%

18 KALTENG 111 7 6.3% 7 6.3% 7 6.3% 39 35.1% 19 17.1% 0 0.0% 3 2.7% 0 0.0% 0 0.0% 29 26.13%

19 KALSEL 181 3 1.7% 25 13.8% 9 5.0% 56 30.9% 47 26.0% 0 0.0% 1 0.6% 0 0.0% 0 0.0% 40 22.10%

20 KALTIM 141 4 2.8% 18 12.8% 6 4.3% 51 36.2% 32 22.7% 4 2.8% 0 0.0% 0 0.0% 3 2.1% 23 16.31%

21 SULUT 160 13 8.1% 7 4.4% 13 8.1% 41 25.6% 14 8.8% 22 13.8% 1 0.6% 0 0.0% 5 3.1% 44 27.50%

22 Gorontalo 77 5 6.5% 18 23.4% 0 0.0% 24 31.2% 23 29.9% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 7 9.09%

23 SULTENG 56 13 23.2% 4 7.1% 1 1.8% 17 30.4% 11 19.6% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 1 1.8% 9 16.07%

24 SULSEL 274 14 5.1% 30 10.9% 6 2.2% 116 42.3% 59 21.5% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 49 17.88%

25 SULTRA 88 4 4.5% 9 10.2% 8 9.1% 42 47.7% 19 21.6% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 6 6.82%

26 SULBAR 100 15 15.0% 1 1.0% 7 7.0% 19 19.0% 30 30.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 28 28.00%

27 Bali 277 20 7.2% 56 20.2% 37 13.4% 31 11.2% 40 14.4% 0 0.0% 9 3.2% 0 0.0% 6 2.2% 78 28.16%

28 NTB 128 8 6.3% 13 10.2% 0 0.0% 63 49.2% 27 21.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 17 13.28%

29 NTT 142 5 3.5% 31 21.8% 7 4.9% 32 22.5% 10 7.0% 12 8.5% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 45 31.69%

30 Maluku 232 2 0.9% 3 1.3% 14 6.0% 104 44.8% 3 1.3% 18 7.8% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 88 37.93%

31 Maluku Utara 148 1 0.7% 4 2.7% 0 0.0% 14 9.5% 75 50.7% 1 0.7% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 53 35.81%

32 Papua 236 7 3.0% 28 11.9% 0 0.0% 52 22.0% 46 19.5% 21 8.9% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 82 34.75%

33 Papua Barat 70 3 4.3% 3 4.3% 2 2.9% 11 15.7% 14 20.0% 1 1.4% 0 0.0% 0 0.0% 4 5.7% 32 45.71%

Rata-rata 13 8.29% 17 11.54% 8 4.53% 33 22.11% 29 17.62% 5 2.61% 3 2.86% 0 0.00% 6 3.38% 43 27.06%

Page 265: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 12

Keterangan :

Prog. A : Prog. Pengembangan Ekonomi Lokal (kws agropolitan)

Prog. B : Prog. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase

Prog. C : Prog. Pengembangan Perumahan

Prog. D : Prog. Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Prog. E : Prog. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

Prog. F : Prog. Pengembangan Wilayah Perbatasan

Prog. G : Prog. Pengembangan Kota-kota Besar dan Metropolitan

Prog. H : Prog. Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota

Prog. I : Prog. Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 266: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 13

4.2.2. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lokasi Pengembangan Bidang Cipta Karya

Hasil analisis kesesuaian lokasi untuk Bidang Cipta Karya dilihat pada Tabel 4.5. Berdasarkan

tabel 4.5 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada umumnya kegiatan yang diusulkan oleh setiap provinsi mendukung

pengembangan Kawasan Andalan (43,83%) dan secara berturut-turut mendukung

PKW (18,46%), mendukung PKN (12,945) dan mendukung PKSN (1,67%). Hal ini

mengindikasikan bahwa sebagian besar provinsi berupaya mengembangkan

kawasan andalan, sebagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki

secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, pengembangan kinerja

pengelolaan sampah dan drainase, pengembangan kinerja pengelolaan air minum

dan air limbah serta pemberdayaan komunitas perumahan.

2. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKN adalah Provinsi

DKI Jakarta (83,3%). Hal ini mengindikasikan bahwa DKI Jakarta sebagai ibukota

negara berupaya meningkatkan peran Kota Jakarta sebagai simpul penyediaan

prasarana dasar (air minum, air limbah, persampahan dan drainase) bagi kawasan

perkotaan besar yang ada di sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)

3. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKW adalah Provinsi

Sumatera Selatan (77,91%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Sumatera

Selatan berupaya meningkatkan peran Kota Padang sebagai simpul penyediaan

prasarana dasar (air minum, air limbah, persampahan dan drainase) bagi kawasan

perkotaan kecil dan menengah yang ada di sekitarnya (Pariaman, Sawalunto,

Muarasiberut, Bukittinggi dan Solok)

4. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKSN adalah Provinsi

NTT (15,94%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi NTT berupaya meningkatkan

prasarana dasar (air minum, air limbah, persampahan dan drainase) di kawasan

perbatasan seperti Atambua, Kafemanunu, dan Kalabahi.

5. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung Kawasan Andalan

adalah Provinsi Gorontalo (72,73%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi

Kepulauan Riau, dengan potensi SDA nya yang tinggi, sedang menggiatkan

percepatan pembangunan dengan meningkatkan prasarana dasar, pengembangan

ekonomi lokal serta pemberdayaan komunitas perumahan.

Page 267: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 14

Tabel 4. 5

Hasil Analisis Kesesuaian Lokasi Bidang Cipta Karya

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Kegiatan yang Mendukung PKN

Kegiatan yang Mendukung PKW

Kegiatan yang Mendukung PKSN

Kegiatan yang Mendukung Kawasan

Andalan

Kegiatan yang Mendukung Kawasan Strategis

Nasional

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h) (i=h/c) (j) (k=j/c) (l) (m=l/c)

1 NAD 149 3 2.01% 32 21.48% 6 4.03% 65 43.62% 6 4.03%

2 SUMUT 42 5 11.90% 9 21.43% 0 0.00% 17 40.48% 0 0.00%

3 Riau 294 18 6.12% 70 23.81% 5 1.70% 122 41.50% 5 1.70%

4 Kepulauan Riau 191 11 5.76% 17 8.90% 13 6.81% 86 45.03% 44 23.04%

5 SUMBAR 154 8 5.19% 26 16.88% 0 0.00% 101 65.58% 0 0.00%

6 Jambi 162 25 15.43% 13 8.02% 0 0.00% 54 33.33% 0 0.00%

7 Bengkulu 91 0 0.00% 19 20.88% 0 0.00% 38 41.76% 0 0.00%

8 SUMSEL 206 10 4.85% 11 5.34% 0 0.00% 81 39.32% 0 0.00%

9 BABEL 86 0 0.00% 67 77.91% 0 0.00% 62 72.09% 0 0.00%

10 Lampung 208 16 7.69% 37 17.79% 0 0.00% 56 26.92% 0 0.00%

11 Banten 90 15 16.67% 9 10.00% 0 0.00% 17 18.89% 0 0.00%

12 DKI Jakarta 18 15 83.33% 0 0.00% 0 0.00% 5 27.78% 0 0.00%

13 JABAR 198 36 18.18% 7 3.54% 0 0.00% 71 35.86% 0 0.00%

14 JATENG 303 27 8.91% 74 24.42% 0 0.00% 168 55.45% 0 0.00%

15 DI Yogyakarta 41 14 34.15% 14 34.15% 0 0.00% 21 51.22% 1 2.44%

16 JATIM 303 9 2.97% 9 2.97% 0 0.00% 11 3.63% 1 0.33%

17 KALBAR 245 9 3.67% 26 10.61% 8 3.27% 143 58.37% 21 8.57%

18 KALTENG 111 7 6.31% 18 16.22% 0 0.00% 52 46.85% 0 0.00%

19 KALSEL 181 26 14.36% 38 20.99% 0 0.00% 74 40.88% 0 0.00%

20 KALTIM 141 35 24.82% 35 24.82% 0 0.00% 67 47.52% 4 2.84%

21 SULUT 160 16 10.00% 21 13.13% 10 6.25% 53 33.13% 29 18.13%

22 Gorontalo 77 6 7.79% 8 10.39% 0 0.00% 56 72.73% 0 0.00%

23 SULTENG 56 11 19.64% 15 26.79% 0 0.00% 27 48.21% 0 0.00%

24 SULSEL 274 40 14.60% 39 14.23% 0 0.00% 174 63.50% 0 0.00%

25 SULTRA 88 8 9.09% 35 39.77% 0 0.00% 42 47.73% 0 0.00%

26 SULBAR 100 0 0.00% 40 40.00% 0 0.00% 50 50.00% 0 0.00%

Page 268: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 15

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Kegiatan yang Mendukung PKN

Kegiatan yang Mendukung PKW

Kegiatan yang Mendukung PKSN

Kegiatan yang Mendukung Kawasan

Andalan

Kegiatan yang Mendukung Kawasan Strategis

Nasional

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h) (i=h/c) (j) (k=j/c) (l) (m=l/c)

27 Bali 277 121 43.68% 57 20.58% 0 0.00% 28 10.11% 0 0.00%

28 NTB 128 2 1.56% 14 10.94% 0 0.00% 88 68.75% 0 0.00%

29 NTT 142 11 7.75% 32 22.54% 22 15.49% 42 29.58% 0 0.00%

30 Maluku 232 15 6.47% 28 12.07% 8 3.45% 141 60.78% 5 2.16%

31 Maluku Utara 148 5 3.38% 10 6.76% 2 1.35% 89 60.14% 2 1.35%

32 Papua 236 29 12.29% 31 13.14% 30 12.71% 98 41.53% 28 11.86%

33 Papua Barat 70 13 18.57% 6 8.57% 0 0.00% 17 24.29% 1 1.43%

Rata-rata 17 12.94% 26 18.46% 3 1.67% 67 43.83% 4 2.36%

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 269: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 16

4.2.3. Rekapitulasi Kesesuaian Program, Lokasi Dan Alokasi Anggaran Bidang Cipta Karya

Hasil Rekapitulasi kesesuaian program, lokasi dan alokasi anggaran untuk Bidang Cipta Karya

dilihat pada Tabel 4.6. Berdasarkan tabel 4.6 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa hal

sebagai berikut:

1. Pada umumnya kesesuaian program dan lokasi di setiap provinsi cukup tinggi, yaitu

75,26 dan 71,08%. Hal ini mengindikasikan bahwa usulan kegiatan dari setiap

provinsi telah sinkron dengan arahan Departemen PU Bidang Cipta Karya dan

RTRWN.

2. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian tertinggi/paling sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Cipta Karya dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari Provinsi

Sulawesi Tenggara (95,5%) dengan alokasi anggaran 98,6% dari anggaran yang

diusulkan.

3. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian terendah/tidak sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Cipta Karya dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari Provinsi

Banten (44,4%) dengan alokasi anggaran 23,6% dari anggaran yang diusulkan.

Page 270: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 17

Tabel 4. 6

Rekapitulasi Kesesuaian Program, Kesesuaian Lokasi dan Alokasi Anggaran Bidang Cipta karya

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Σ Anggaran (juta

rupiah)

Kesesuaian Program Kesesuaian Lokasi (untuk kegiatan

yang memiliki kesesuaian program)

Alokasi Anggaran (juta rupiah)

Ketidak Sesuaian Program dan Lokasi

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e) (f=e/c) (g) (h=g/c) (i) (j=i/d) (k=c-g)) (l=k/c)

1 NAD 149 750,607 127 85.2% 110 73.8% 713,671 95.1% 39 26.17%

2 SUMUT 42 171,306 33 78.6% 33 78.6% 123,788 72.3% 9 21.43%

3 Riau 294 81,187 180 61.2% 180 61.2% 68,941 84.9% 114 38.78%

4 Kepulauan Riau 191 151,968 141 73.8% 141 73.8% 113,825 74.9% 50 26.18%

5 SUMBAR 154 658,788 117 76.0% 101 65.6% 488,751 74.2% 53 34.42%

6 Jambi 162 131,528 129 79.6% 117 72.2% 115,465 87.8% 45 27.78%

7 Bengkulu 91 54,260 74 81.3% 58 63.7% 54,034 99.6% 33 36.26%

8 SUMSEL 206 431,717 110 53.4% 92 44.7% 303,567 70.3% 114 55.34%

9 BABEL 86 116,138 79 91.9% 76 88.4% 107,793 92.8% 10 11.63%

10 Lampung 208 193,500 119 57.2% 94 45.2% 140,245 72.5% 114 54.81%

11 Banten 90 1,025,550 41 45.6% 40 44.4% 242,469 23.6% 50 55.56%

12 DKI Jakarta 18 105,776 15 83.3% 15 83.3% 88,050 83.2% 3 16.67%

13 JABAR 198 378,552 121 61.1% 103 52.0% 290,760 76.8% 95 47.98%

14 JATENG 303 1,226,492 257 84.8% 231 76.2% 1,021,230 83.3% 72 23.76%

15 DI Yogyakarta 41 356,837 31 75.6% 31 75.6% 273,804 76.7% 10 24.39%

16 JATIM 303 446,448 264 87.1% 264 87.1% 414,658 92.9% 39 12.87%

17 KALBAR 245 456,126 207 84.5% 196 80.0% 282,927 62.0% 49 20.00%

18 KALTENG 111 299,071 82 73.9% 73 65.8% 251,773 84.2% 38 34.23%

19 KALSEL 181 279,616 140 77.3% 131 72.4% 245,743 87.9% 50 27.62%

20 KALTIM 141 335,255 123 87.2% 122 86.5% 327,885 97.8% 19 13.48%

21 SULUT 160 143,891 123 76.9% 114 71.3% 112,221 78.0% 46 28.75%

22 Gorontalo 77 121,448 66 85.7% 66 85.7% 111,438 91.8% 11 14.29%

23 SULTENG 56 2,744,370 47 83.9% 45 80.4% 1,736,020 63.3% 11 19.64%

24 SULSEL 274 819,916 218 79.6% 217 79.2% 788,641 96.2% 57 20.80%

25 SULTRA 88 195,814 84 95.5% 84 95.5% 193,039 98.6% 4 4.55%

26 SULBAR 100 256,274 72 72.0% 71 71.0% 217,772 85.0% 29 29.00%

Page 271: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 18

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Σ Anggaran (juta

rupiah)

Kesesuaian Program Kesesuaian Lokasi (untuk kegiatan

yang memiliki kesesuaian program)

Alokasi Anggaran (juta rupiah)

Ketidak Sesuaian Program dan Lokasi

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e) (f=e/c) (g) (h=g/c) (i) (j=i/d) (k=c-g)) (l=k/c)

27 Bali 277 821,565 201 72.6% 191 69.0% 753,211 91.7% 86 31.05%

28 NTB 128 184,809 111 86.7% 104 81.3% 174,785 94.6% 24 18.75%

29 NTT 142 250,713 83 58.5% 83 58.5% 126,156 50.3% 59 41.55%

30 Maluku 232 441,535 185 79.7% 180 77.6% 187,228 42.4% 52 22.41%

31 Maluku Utara 148 420,199 102 68.9% 98 66.2% 327,080 77.8% 50 33.78%

32 Papua 236 423,446 167 70.8% 154 65.3% 320,761 75.8% 82 34.75%

33 Papua Barat 70 169,256 38 54.3% 38 54.3% 104,686 61.9% 32 45.71%

Rata-rata 118 75.26% 111 71.08% 327,952 78.79% 47 28.92%

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 272: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 19

4.3. EVALUASI KONREG BIDANG SUMBER DAYA AIR (SDA) TAHUN 2009

4.3.1. Hasil Evaluasi Kesesuaian Program Pengembangan Bidang Sumber Daya Air

Hasil analisis kesesuaian lokasi untuk Bidang Sumber Daya Air dilihat pada Tabel 4.7.

Berdasarkan tabel 4.7 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:

1. Bahwa rata-rata kesesuaian program untuk Bidang Sumber Daya Air tertinggi adalah

Program Pendayagunaan Sumber Daya Air (42,97%) dan terendah adalah

kesesuaian untuk Program Konservasi Sumber Daya Air (14,47%).

2. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Konservasi Sumber Daya adalah Provinsi

Kalimantan Barat (38,30%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Kalimantan

Barat, yang berada pada Wilayah Sungai Strategis Nasional Kapuas dan Pawan,

sedang mengembangkan program Konservasi Sumber Daya Air melalui kegiatan

perlindungan sumber air, pengawetan air dan pengendalian pencemaran air

3. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pendayagunaan Sumber Daya adalah

Provinsi Jambi (69,85%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Jambi, sedang

mengembangkan Program Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Kawasan

Perkotaan dan Kawasan Andalan yang ada.

4. Provinsi yang memiliki kesesuaian Program Pendayagunaan Sumber Daya adalah

Provinsi Maluku (49,72%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Maluku sedang

mengembangkan Program Pengendalian Daya Rusak Air dengan membangun

waduk-waduk dan kanal pengendali banjir serta penguatan tebing-tebing pada

sempadan sungai, pantai serta kawasan rawan bencana banjir lainnya pada

kawasan permukiman.

Page 273: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 20

Tabel 4. 7

Hasil Analisis Kesesusian Program Bidang Sumber Daya Air

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Prog. Konservasi SDA Prog. Pendayagunaan SDA Prog. Pengendalian Daya

Rusak Air Kegiatan yang Tidak

Sesuai Program

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h=c-d-f) (i=h/c) (j) (k=l/m) 1 NAD 128 7 5.47% 56 43.75% 27 21.09% 38 29.69%

2 SUMUT 131 8 6.11% 72 54.96% 43 32.82% 8 6.11%

3 Riau 67 20 29.85% 16 23.88% 17 25.37% 14 20.90%

4 Kepulauan Riau 66 2 3.03% 27 40.91% 27 40.91% 10 15.15%

5 SUMBAR 80 12 15.00% 44 55.00% 19 23.75% 5 6.25%

6 Jambi 136 2 1.47% 95 69.85% 24 17.65% 15 11.03%

7 Bengkulu 160 20 12.50% 66 41.25% 59 36.88% 15 9.38%

8 SUMSEL 132 36 27.27% 47 35.61% 43 32.58% 6 4.55%

9 BABEL 84 1 1.19% 40 47.62% 39 46.43% 4 4.76%

10 Lampung 180 16 8.89% 119 66.11% 24 13.33% 21 11.67%

11 Banten 152 24 15.79% 99 65.13% 21 13.82% 8 5.26%

12 DKI Jakarta 33 2 6.06% 6 18.18% 16 48.48% 9 27.27%

13 JABAR 328 38 11.59% 191 58.23% 56 17.07% 43 13.11%

14 JATENG 667 48 7.20% 451 67.62% 98 14.69% 70 10.49%

15 DI Yogyakarta 115 30 26.09% 34 29.57% 26 22.61% 25 21.74%

16 JATIM 118 30 25.42% 44 37.29% 42 35.59% 2 1.69%

17 KALBAR 188 72 38.30% 37 19.68% 73 38.83% 6 3.19%

18 KALTENG 236 67 28.39% 86 36.44% 53 22.46% 30 12.71%

19 KALSEL 71 25 35.21% 29 40.85% 17 23.94% 0 0.00%

20 KALTIM 96 34 35.42% 34 35.42% 13 13.54% 15 15.63%

21 SULUT 123 16 13.01% 49 39.84% 46 37.40% 12 9.76%

22 Gorontalo 132 18 13.64% 33 25.00% 63 47.73% 18 13.64%

23 SULTENG 79 15 18.99% 11 13.92% 26 32.91% 27 34.18%

24 SULSEL 160 14 8.75% 94 58.75% 42 26.25% 10 6.25%

25 SULTRA 89 11 12.36% 24 26.97% 16 17.98% 38 42.70%

26 SULBAR 22 0 0.00% 13 59.09% 5 22.73% 4 18.18%

27 Bali 57 4 7.02% 27 47.37% 22 38.60% 4 7.02%

28 NTB 136 17 12.50% 55 40.44% 17 12.50% 47 34.56%

29 NTT 217 31 14.29% 140 64.52% 33 15.21% 13 5.99%

30 Maluku 179 15 8.38% 61 34.08% 89 49.72% 14 7.82%

31 Maluku Utara 14 0 0.00% 6 42.86% 6 42.86% 2 14.29%

32 Papua 115 16 13.91% 40 34.78% 34 29.57% 25 21.74%

33 Papua Barat NA NA NA NA NA NA NA NA NA

Rata-rata 20 14.47% 67 42.97% 36 28.60% 17 13.96%

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 274: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 21

4.3.2. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lokasi Pengembangan Bidang Sumber Daya Air

Hasil analisis kesesuaian lokasi untuk Bidang Sumber Daya Air dilihat pada Tabel 4.8.

Berdasarkan tabel 4.8 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada umumnya kegiatan yang diusulkan oleh setiap provinsi mendukung

pengembangan Kawasan PKN (23,33%) dan secara berturut-turut mendukung PKW

(23,29%), mendukung Kawasan Andalan (19,68%), mendukung Kawasan Strategis

Nasional (2,98%) dan mendukung PKSN (1,51%). Hal ini mengindikasikan bahwa

sebagian besar provinsi berupaya mengembangkan PKN, khususnya kawasan

terbangunnya melalui program pendayagunaan air (pemenuhan air baku air minum)

dan pengendalian daya rusak air pada sempadan-sempadan sungai dan pantai.

2. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKN adalah Provinsi

DKI Jakarta (72,73%). Hal ini mengindikasikan bahwa DKI Jakarta sebagai ibukota

negara berupaya meningkatkan peran Kota Jakarta sebagai simpul penyediaan

prasarana air minum bagi kawasan perkotaan besar yang ada di sekitarnya (Bogor,

Depok, Tangerang dan Bekasi) dan mengurangi permasalahan banjir yang sering

dialami oleh Kota Jakarta dan sekitarnya melalui pengendalian daya rusak air

(dengan pembangunan waduk-waduk dan jaringan kanal pengendali banjir)

3. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKW adalah Provinsi

Sulawesi Barat (63,64%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Sulawesi Barat

berupaya mengembangkan program pendayagunaan sumber daya air untuk air

baku air minum dan pengendalian daya rusak air di Kawasan Perkotaan Kecil dan

Menengah seperti Mamuju, Majene dan Pasangkayu

4. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung PKSN adalah Provinsi

Papua (29,57%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Papua berupaya

meningkatkan prasarana air minum di kawasan perbatasan seperti Jayapura, Tanah

Merah, dan Merauke.

5. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung Kawasan Andalan

adalah Provinsi Bangka Belitung (89,29%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, dengan potensi SDA nya yang tinggi, sedang

menggiatkan percepatan pembangunan dengan meningkatkan prasarana air minum

dan air baku pertanian serta pengendalian daya rusak air dengan pembangunan

waduk-waduk dan jaringan kanal pengendali banjir.

Page 275: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 22

6. Provinsi yang usulan kegiatannya paling dominan mendukung Kawasan Strategis

Nasional adalah Provinsi Bali (29,82%). Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Bali

berupaya melakukan konservasi sumber daya air pada Kawasan Strategis Nasional

bagi Kepentingan Lingkungan Hidup meningkatkan program pendayagunaan air

baku pertanian untuk kawasan strategis nasional bagi kepentingan ekonomi,

peningkatan prasarana air minum serta pengendalian daya rusak air

4.3.3. Rekapitulasi Kesesuaian Program, Lokasi Dan Alokasi Anggaran Bidang Sumber

Daya Air

Hasil Rekapitulasi kesesuaian program, lokasi dan alokasi anggaran untuk Bidang Cipta Karya

dilihat pada Tabel 4.6. Berdasarkan tabel 4.6 di bawah, dapat diidentifikasi beberapa hal

sebagai berikut:

1. Pada umumnya kesesuaian program dan lokasi di setiap provinsi cukup tinggi, yaitu

86,04% dan 65,23%. Hal ini mengindikasikan bahwa usulan kegiatan dari setiap

provinsi telah sinkron dengan arahan Departemen PU Bidang Sumber Daya Air dan

RTRWN.

2. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian tertinggi/paling sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Sumber Daya Air dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari

Provinsi Bangka Belitung (96,45%) dengan alokasi anggaran 85,76% dari anggaran

yang diusulkan.

3. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian terendah/tidak sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Sumber Daya Air dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari

Provinsi Sumatera Selatan (30,3%) dengan alokasi anggaran 8,16% dari anggaran

yang diusulkan

Page 276: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 23

Tabel 4. 8

Hasil Analisis Kesesuaian Lokasi Bidang Sumber Daya Air

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Kegiatan yang Mendukung PKN

Kegiatan yang Mendukung PKW

Kegiatan yang Mendukung PKSN

Kegiatan yang Mendukung Kawasan

Andalan

Kegiatan yang Mendukung Kawasan Strategis

Nasional

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h) (i=h/c) (j) (k=j/c) (l) (m=l/c)

1 NAD 128 14 10.94% 28 21.88% 1 0.78% 40 31.25% 4 3.13%

2 SUMUT 131 41 31.30% 12 9.16% 0 0.00% 64 48.85% 0 0.00%

3 Riau 67 26 38.81% 27 40.30% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

4 Kepulauan Riau 66 28 42.42% 17 25.76% 0 0.00% 10 15.15% 1 1.52%

5 SUMBAR 80 24 30.00% 13 16.25% 0 0.00% 23 28.75% 0 0.00%

6 Jambi 136 42 30.88% 3 2.21% 0 0.00% 67 49.26% 9 6.62%

7 Bengkulu 160 0 0.00% 79 49.38% 0 0.00% 66 41.25% 0 0.00%

8 SUMSEL 132 24 18.18% 16 12.12% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

9 BABEL 84 0 0.00% 6 7.14% 0 0.00% 75 89.29% 0 0.00%

10 Lampung 180 62 34.44% 50 27.78% 0 0.00% 31 17.22% 0 0.00%

11 Banten 152 75 49.34% 46 30.26% 0 0.00% 1 0.66% 39 25.66%

12 DKI Jakarta 33 24 72.73% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

13 JABAR 328 76 23.17% 39 11.89% 0 0.00% 132 40.24% 38 11.59%

14 JATENG 667 214 32.08% 94 14.09% 0 0.00% 144 21.59% 0 0.00%

15 DI Yogyakarta 115 44 38.26% 25 21.74% 0 0.00% 20 17.39% 0 0.00%

16 JATIM 118 24 20.34% 19 16.10% 0 0.00% 39 33.05% 0 0.00%

17 KALBAR 188 21 11.17% 34 18.09% 0 0.00% 30 15.96% 0 0.00%

18 KALTENG 236 18 7.63% 38 16.10% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

19 KALSEL 71 15 21.13% 8 11.27% 0 0.00% 10 14.08% 0 0.00%

20 KALTIM 96 36 37.50% 17 17.71% 5 5.21% 35 36.46% 0 0.00%

21 SULUT 123 15 12.20% 20 16.26% 12 9.76% 3 2.44% 3 2.44%

22 Gorontalo 132 46 34.85% 29 21.97% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

23 SULTENG 79 12 15.19% 20 25.32% 0 0.00% 7 8.86% 0 0.00%

24 SULSEL 160 28 17.50% 25 15.63% 0 0.00% 15 9.38% 18 11.25%

25 SULTRA 89 8 8.99% 23 25.84% 0 0.00% 20 22.47% 3 3.37%

26 SULBAR 22 0 0.00% 14 63.64% 0 0.00% 4 18.18% 0 0.00%

Page 277: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 24

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Kegiatan yang Mendukung PKN

Kegiatan yang Mendukung PKW

Kegiatan yang Mendukung PKSN

Kegiatan yang Mendukung Kawasan

Andalan

Kegiatan yang Mendukung Kawasan Strategis

Nasional

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e=d/c) (f) (g=f/c) (h) (i=h/c) (j) (k=j/c) (l) (m=l/c)

27 Bali 57 15 26.32% 21 36.84% 0 0.00% 2 3.51% 17 29.82%

28 NTB 136 14 10.29% 13 9.56% 0 0.00% 1 0.74% 0 0.00%

29 NTT 217 13 5.99% 52 23.96% 5 2.30% 34 15.67% 0 0.00%

30 Maluku 179 32 17.88% 89 49.72% 1 0.56% 1 0.56% 0 0.00%

31 Maluku Utara 14 5 35.71% 7 50.00% 0 0.00% 3 21.43% 0 0.00%

32 Papua 115 13 11.30% 43 37.39% 34 29.57% 30 26.09% 0 0.00%

33 Papua Barat NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

Rata-rata 32 23.33% 29 23.29% 2 1.51% 28 19.68% 4 2.98%

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 278: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4- 25

Tabel 4. 9

Rekapitulasi Kesesuaian Program, Kesesuaian Lokasi dan Alokasi Anggaran Bidang Sumber Daya Air

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Σ Anggaran (juta

rupiah)

Kesesuaian Program Kesesuaian Lokasi (untuk kegiatan

yang memiliki kesesuaian program) Alokasi Anggaran (juta

rupiah) Ketidak Sesuaian

Program dan Lokasi

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e) (f=e/c) (g) (h=g/c) (i) (j=i/d) (k=c-g)) (l=k/c)

1 NAD 128 360,515 90 70.31% 87 67.97% 326,293 90.51% 41 32.03%

2 SUMUT 131 606,198 123 93.89% 113 86.26% 577,093 95.20% 18 13.74%

3 Riau 67 61,397 53 79.10% 53 79.10% 48,150 78.42% 14 20.90%

4 Kepulauan Riau 66 92,504 56 84.85% 56 84.85% 89,485 96.74% 10 15.15%

5 SUMBAR 80 569,200 75 93.75% 60 75.00% 506,500 88.98% 20 25.00%

6 Jambi 136 523,947 121 88.97% 121 88.97% 510,912 97.51% 15 11.03%

7 Bengkulu 160 836,675 145 90.63% 145 90.63% 830,617 99.28% 15 9.38%

8 SUMSEL 132 1,036,271 126 95.45% 40 30.30% 84,552 8.16% 92 69.70%

9 BABEL 84 230,109 80 95.24% 81 96.43% 197,350 85.76% 3 3.57%

10 Lampung 180 534,539 159 88.33% 143 79.44% 387,677 72.53% 37 20.56%

11 Banten 152 205,492 144 94.74% 146 96.05% 199,452 97.06% 6 3.95%

12 DKI Jakarta 33 471,505 24 72.73% 24 72.73% 463,694 98.34% 9 27.27%

13 JABAR 328 1,457,820 285 86.89% 285 86.89% 1,432,379 98.25% 43 13.11%

14 JATENG 667 3,658,532 597 89.51% 452 67.77% 1,783,845 48.76% 215 32.23%

15 DI Yogyakarta 115 336,165 90 78.26% 84 72.73% 330,596 98.34% 31 27.27%

16 JATIM 118 962,192 116 98.31% 91 77.12% 869,723 90.39% 27 22.88%

17 KALBAR 188 389,255 182 96.81% 71 37.77% 217,898 55.98% 117 62.23%

18 KALTENG 236 1,029,704 206 87.29% 113 47.88% 648,389 62.97% 123 52.12%

19 KALSEL 71 2,400 71 100.00% 29 40.91% 1,662 69.26% 42 59.09%

20 KALTIM 96 284,216 81 84.38% 52 54.17% 213,830 75.24% 44 45.83%

21 SULUT 123 290,713 111 90.24% 46 37.40% 99,793 34.33% 77 62.60%

22 Gorontalo 132 263,745 114 86.36% 80 60.61% 171,404 64.99% 52 39.39%

23 SULTENG 79 137,935 52 65.82% 42 53.16% 98,100 71.12% 37 46.84%

24 SULSEL 160 654,850 150 93.75% 69 43.13% 318,365 48.62% 91 56.88%

25 SULTRA 89 118,042 51 57.30% 34 38.20% 79,310 67.19% 55 61.80%

26 SULBAR 22 84,255 18 81.82% 12 54.55% 23,326 27.68% 10 45.45%

27 Bali 57 373,548 53 92.98% 40 70.18% 257,130 68.83% 17 29.82%

Page 279: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 4 - 26

No. Provinsi Σ Kegiatan

yang diusulkan

Σ Anggaran (juta

rupiah)

Kesesuaian Program Kesesuaian Lokasi (untuk kegiatan

yang memiliki kesesuaian program) Alokasi Anggaran (juta

rupiah) Ketidak Sesuaian

Program dan Lokasi

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

(a) (b) (c) (d) (e) (f=e/c) (g) (h=g/c) (i) (j=i/d) (k=c-g)) (l=k/c)

28 NTB 136 308,859 89 65.44% 71 52.21% 153,768 49.79% 65 47.79%

29 NTT 217 63,850 204 94.01% 86 39.63% 29,019 45.45% 131 60.37%

30 Maluku 179 45,250 165 92.18% 125 69.83% 40,583 89.69% 54 30.17%

31 Maluku Utara 14 51,687 12 85.71% 12 83.33% 29,300 56.69% 2 16.67%

32 Papua 115 398,004 90 78.26% 60 52.17% 267,058 67.10% 55 47.83%

33 Papua Barat NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

Rata-rata 123 86.04% 91 65.23% 352,727 71.85% 49 34.77%

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Page 280: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 5- 1

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan

1. Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu sistem pendukung yang akan turut

menentukan keberhasilan program pembangunan. Monitoring adalah suatu cara untuk

mengetahui apakah suatu kegiatan berjalan sesuai atau sedekat mungkin dengan rencana

serta menggunakan sumber daya secara tepat. Evaluasi sendiri adalah penilaian tentang

bagaimana program dijalankan, apakah proses dan dampaknya sudah sesuai dengan yang

diharapkan, serta mengecek faktor-faktor penghambat yang dihadapi, dan faktor-faktor

pendukung yang dimiliki, untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, monitoring dan

evaluasi adalah kegiatan untuk mengecek, mengawasi, dan menilai jalannya program

mulai dari tahap sosialisasi dan orientasi awal, perencanaan, pelaksanaan konstruksi,

hingga ke kegiatan penyelesaian pembangunan fisik dan pemeliharaannyaPemahaman

tentang kriteria monev

2. Evaluasi program pengembangan infrastruktur ke-PU-an, dilakukan secara bertahap,

dimulai dengan evaluasi kesesuaian program hingga evaluasi kesesuaian lokasi. Setiap

kegiatan yang telah memiliki kesesuaian program, akan dievaluasi lagi kesesuaian

lokasinya dan setiap usulan kegiatan yang telah sesuai lokasinya

3. Dalam evaluasi kesesuaian program setiap usulan kegiatan tahun 2010 yang terdapat

dalam KONREG tahun 2009 dievaluasi berdasarkan indikator kesesuaian program yang

dirumuskan dari arahan program yang terdapat dalam RENSTRA Sektoral (Bina Marga,

Cipta Karya dan Sumber Daya Air) dan arahan RTRW Nasional. Sedangkan dalam analisis

BAB 5.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Page 281: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 5 - 2

kesesuaian lokasi maka setiap lokasi pada tiap kegiatan yang yang telah memiliki

kesesuaian program, dievaluasi berdasrkan indikator kesesuaian lokasi yang dirumuskan

dari arahan lokasi dalam RTRWN melalui ploting usulan kegiatan pada peta provinsi

4. Dalam evaluasi kesesuaian hasil KONREG 2009, digunakan rumusan perhitungan

kesesuaian progam dan lokasi serta rumusan perhitungan persentase alokasi anggaran d:

a. Untuk menentukan persentase kesesuaian program, maka dilakukan

pembandingan antara jumlah kegiatan yang dinilai sesuai secara program terhadap

jumlah kegiatan yang diusulkan, lalu dikalikan 100

b. Untuk menentukan persentase kesesuaian lokasi kegiatan, maka dilakukan

pembandingan antara jumlah kegiatan yang dinilai sesuai dinilai sesuai secara

lokasi terhadap jumlah kegiatan yang diusulkan, lalu dikalikan 100%

c. Untuk menentukan persentase alokasi anggaran, maka besaran anggaran untuk

setiap kegiatan yang telah sesuai lokasinya dibandingkan dengan jumlah anggaran

yang diusulkan, lalu dikalikan 100%.

5. Indikator MONEV

a. Indikator Bidang Bina Marga

a) Kesesuaian Program

Program Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jalan dan Jembatan

Program Peningkatan dan Pembangunan Jalan dan Jembatan

b) Kesesuaian Lokasi

Melayani PKN, PKW dan PKSN

Melayani Kawasan Andalan

Melayani Kawasan Strategis Nasional

Melayani Simpul Transportasi Nasional (Pelabuhan dan Bandar Udara

Nasional)

b. Indikator Bidang Cipta Karya

a) Kesesuaian Program

Program Pengembangan Ekonomi Lokal

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase

Program Pengembangan Perumahan

Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum & Air Limbah

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Page 282: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 5 - 3

Program Pengendalian Pembangunan Kota-kota Besar dan Metropolitan

Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota

Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah

b) Kesesuaian Lokasi

Melayani PKN, PKW dan PKSN

Melayani Kawasan Andalan

Melayani Kawasan Strategis Nasional

c. Indikator Bidang Sumber Daya Air

a) Kesesuaian Program

Program Konservasi Sumber Daya Air

Program Pendayagunaan Sumber Daya Air

Program Pengendalian Daya Rusak Air

b) Kesesuaian Lokasi

Melayani PKN, PKW dan PKSN

Melayani Kawasan Andalan

Melayani Kawasan Strategis Nasional

Melayani Kawasan Lindung Nasional

6. Ringkasan Hasil Rekapitulasi MONEV

a. Pada umumnya kesesuaian program dan lokasi untuk Bidang Bina Marga di setiap

provinsi cukup tinggi, yaitu 95,88% dan 91,10%.

b. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian tertinggi/paling sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Bina Marga dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari

Provinsi Sumatera Barat (99,21%) dengan alokasi anggaran 97,09% dari anggaran

yang diusulkan

c. Pada umumnya kesesuaian program dan lokasi untuk Bidang Cipta Karya di setiap

provinsi cukup tinggi, yaitu 75,26 dan 71,08%.

d. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian tertinggi/paling sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Cipta Karya dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari

Provinsi Sulawesi Tenggara (95,5%) dengan alokasi anggaran 98,6% dari anggaran

yang diusulkan

e. Pada umumnya kesesuaian program dan lokasi untuk Bidang Sumber Daya Air di

setiap provinsi cukup tinggi, yaitu 86,04% dan 65,23%.

Page 283: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 5 - 4

f. Usulan kegiatan yang memiliki kesesuaian tertinggi/paling sinkron dengan arahan

Departemen PU Bidang Sumber Daya Air dan RTRWN adalah usulan kegiatan dari

Provinsi Bangka Belitung (96,45%) dengan alokasi anggaran 85,76% dari anggaran

yang diusulkan

5.2. REKOMENDASI

Pembangunan infrastruktur yang tepat jenis (dalam hal jenis infrastruktur yang dibutuhkan dan

kuantitasnya, serta kualitas infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan ekonomi) dan lokasi

pembangunan infrastruktur, memerlukan arahan dan panduan agar dapat mendorong

meningkatnya produksi ekonomi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan dan mencapai target

ekonomi pembangunan nasional.

Terkait dengan hal tersebut, maka pembangunan infrastruktur harus berbasis penataan ruang,

mengingat pembangunan infrastruktur merupakan kebutuhan turunan sebagai konsekuensi logis

dari perencanaan tata ruang, dimana infrastuktur merupakan unsur pembentuk struktur ruang

wilayah. Dengan demikian rencana tata ruang yang ada dapat diwujudkan dalam bentuk

pemanfaatan ruang yang sesuai dengan karakteristik wilayah yang ada. Dalam hal ini infrastruktur

juga dapat berfungsi sebagai alat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, agar tidak terjadi

penyalahgunaan lahan maupun pengembangan yang tidak sesuai dengan rencana. Dengan

demikian kawasan yang dalam rencana diperuntukkan sebagai kawasan lindung tidak dapat

dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya, karena infrastruktur yang dibutuhkan tidak tersedia.

Dalam pembangunan infrastruktur yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, maka RTRW

Nasional merupakan panduan utama, selain RENSTRA dari Departemen PU.

Dalam perspektif tersebut, Departemen Pekerjaan Umum setiap tahun melakukan konsultasi

regional (KONREG) program pembangunan infrastruktur PU tahun anggaran satu tahun ke depan.

KONREG ini, merupakan media untuk melakukan seleksi kegiatan pembangunan infrastruktur

yang berbasis penataan ruang (RTRWN).

Untuk itu, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi program pembangunan infrastruktur bidang

ke-PU-an yang berbasis pada penataan ruang. Tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

terhadap penyelenggaraan penataan ruang merupakan kegiatan mengamati dengan cermat,

menilai tingkat pencapaian rencana secara objektif, dan memberikan informasi hasil evaluasi

secara terbuka terhadap penyelenggaraan penataan ruang.

Page 284: 46992482 Laporan Akhir Infrastruktur Ke Pu an 1

LAPORAN AKHIR 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BIDANG KE-PU-AN

(BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN SUMBER DAYA AIR) Bab 5 - 5

Berdasarkan hasil MONEV yang dilakukan terhadap KONREG PU tahun 2009, masih ditemukan

ketidaksesuaian antara usulan dari daerah dengan arahan program dari RENSTRA PU dan arahan

lokasi dari RTRWN. Terkait dengan hal tersebut, maka sosialisasi terhadap RENSTR PU dan

pembangunan infrastruktur yang berbasis penataan ruang perlu terus dilakukan, agar daerah

memahami lingkup program PU terhadap pembangunan infrastruktur di daerah, dan memahami

lingkup lokasi dari pembangunan infrastruktur yang dilakukan.

Sementara itu untuk pelaksanaan MONEV sendiri, berbagai kendala sebagaimana yang terdapat

dalam kesimpulang, harus segera diatasi. Berbagai langkah antisipatif perlu dilakukan, yaitu

melakukan pelatihan-pelatihan terhadap elemen di Departemen PU yang berwenang dalam

melaksanakan monitoring dan evaluasi, menyusun Petunjuk Operasional Monitoring dan Evaluasi

untuk tiap bidangnya, melakukan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan Monitoring dan Evaluasi

yang dilakukan, agar ketidaksesuaian program dan lokasi dapat diminimalisasi di masa yang akan

datang.