44694931-laporan-skenario3
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahBibir sumbing (labiognatopalatoschisis) adalah kelainan bentuk bibir selama
dalam kandungan. Bibir sumbing merupakan kelainan yang penyebabnya dapat
terjadi karena keturunan (heriditer) atau karena lingkungan. Faktor herediter
misalnya salah satu atau kedua orangtua menderita bibir sumbing maka memiliki
kemungkinan untuk menurunkan pada bayinya. Faktor lingkungan misalnya usia
ibu, nutrisi (kekurangan asam folat), radiasi, infeksi virus rubella, rokok dan
alkohol. Bayi dengan bibir sumbing biasanya akan mengalami kesulitan dalam
berbicara dan makan. Oleh sebab itu, operasi merupakan jalan terbaik untuk
mengatasi masalah tersebut.
Dalam blok biologi molekuler dengan skenario “seorang ibu memeriksakan
anaknya yang berumur 1 bulan. Dokter memeriksa dan kemudian menjelaskan
bahwa dia menderita labiognatopalatoschisis. Pada waktu hamil anak tersebut,
ibu tidak pernah memeriksakan kehamilannya. Diketahui bahwa suami ibu
tersebut adalah seorang perokok berat. Selanjutnya dokter mengatakan bahwa
kecacatan tersebut dapat diperbaiki dengan cara operasi plastik”.
B. Rumusan Masalah1. Mengapa anak tersebut bisa menderita kelainan, padahal dalam keluarga
tidak ada yang menderita kelainan seperti itu?
2. Apakah kelainan ini menurun?
3. Apakah kelainan tersebut dapat dicegah?
4. Adakah pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani kelainan
tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyebab terjadinya bibir sumbing (labiognatopalatoschisis).
2. Mengetahui bahwa kelainan ini menurun atau tidak.
3. Mengetahui cara-cara pencegahan kelainan ini.
4. Mendapatkan informasi tentang penanganan yang dilakukan untuk
kelainan tersebut.
D. Manfaat1. Sebagai sarana pelaporan hasil kegiatan diskusi tutorial yang
telah berlangsung dalam dua sesi pertemuan.
2. Sebagai sarana pembelajaran sehingga mampu mengidentifikasi
penyakit genetik atau kelainan bawaan.
3. Sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat mengetahui pola
pewarisan genetik akibat mutasi gen, interaksi beberapa gen, atau
melibatkan faktor genetik dan lingkungan.
1
4. Sebagai sarana pembelajaran sehingga mengetahui macam-
macam pengobatan dan terapi penyakit genetik.
5. Sebagai sarana pembelajaran di dalam pembuatan laporan, yang
kelak laporan ini merupakan suatu hal yang tidak dapat ditiinggalkan di
setiap kegiatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bibir Sumbing Secara Umum
Bibir sumbing adalah kelainan berupa celah pada bibir atas yang didapatkan
seseorang sejak lahir. Ada tiga jenis kelainan bibir sumbing, yaitu:
I. Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung.
II. Unilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
III. Bilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung (Karina, 2008).
Komplikasi Yang Ditimbulkan Akibat Bibir Sumbing
• Psikologi anak terganggu.
• Kekurangan nutrisi dan gizi → kesulitan makan dan meminum asi.
• Infeksi telinga bagian tengah (OMP), rongga hidung, tenggorokan dan tuba
eustachius → karena cairan telinga tengah tidak bisa disalurkan ke
tenggorokan dan cairan terkumpul di eustachius sehingga menyebabkan
infeksi yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
• Suara sengau dan terdapat kesulitan pengucapan.
• Pertumbuhan muka ⅓ tengah tidak normal.
• Pertumbuhan gigi terganggu (Karina, 2008).
Penyebab Bibir Sumbing
2
Penyebab (faktor) terjadinya bibir sumbing dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Heriditer: mutasi gen dan kelainan kromosom.
2. Lingkungan: Faktor usia ibu, obat-obatan (Asetosal, Aspirin, Rifampisin,
Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetama), nutrisi,
penyakit infeksi sifilis (virus rubella), radiasi, stres emosional, trauma pada
trimester pertama, alkohol dan rokok (Karina, 2008).
Patogenesis dan Patofisiologis
Patogenesis cacat lahir bersifat kompleks dan masih belum dapat dipahami,
tetapi terdapat dua prinsip umum, yaitu:
1. Saat terjadi gangguan yang berdampak penting, baik pada kejadian
maupun jenis malfarmasi yang dihasilkan
Pada manusia, perkembangan intra uterus dapat dibagi menjadi dua fase:
Masa mudigah yang menempati sembilan minggu pertama kehamilan dan
masa janin yang berakhir saat lahir. Pada periode mudigah dini (3 minggu
pertama setelah pembuahan) suatu bahan perusak mungkin menghancurkan
cukup banyak sel. Antara 3-9 minggu mudigah sangat rentan terhadap
teratogenesis yang akan memuncak pada minggu keempat dan kelima. Pada
periode inilah organ diciptakan dari lapisan sel germinativum. Masa janin
yang mengikuti organogenesis ditandai terutama oleh pertumbuhan dan
pematangan lebih lanjut organ, disertai penurunan mencolok kerentanan
teratogen. Oleh karena itu zat teratogenik dapat menimbulkan efek retardasi
pertumbuhan pada masa gestasi.
2. Gen yang mengendalikan morfogenesis mungkin menjadi sasaran
teratogen.
Fungsi gen yang mengendalikan perkembangan dapat dipengaruhi
teratogen. Sebagian efek teratogenik diperantarai oleh modulasi gen.
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tak
terbentuknya mesiderm pada daerah tersebut sehingga bagiaan yang telah
menyatu (procesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali (Mansjoer, 2000).
Penanganan Bibir Sumbing
3
Ada tiga tahap penanganan bibir sumbing yaitu:
1. Sebelum Operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi
menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan
berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai
adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg,
Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu, jika bayi belum mencapai
ketentuan tersebut ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua
agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah.
2. Operasi
Pada saat operasi yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi
menerima perlakuan operasi. Usia optimal untuk operasi bibir sumbing
(labioplasty) adalah usia 3 bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa
bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia
tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau
dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah.
Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan
speech teraphy sebab suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak
sudah terbiasa dengan mekanisme kompensasi posisi lidah yang salah. Bila gusi
juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi
untuk gusi dilakukan pada saat usia 8 – 9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi
ahli ortodonsi.
3. Setelah Operasi
Penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan,
biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang
tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan
terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan
minum bayi.
PEMBAHASAN
Bibir sumbing merupakan suatu kelainan bawaan dimana terdapat
4
cacat/celah pada bibir dan langit-langat (paitum) akibat terganggunya fusi
selama masa pertumbuhan dalam kandungan. Gangguan fusi tersebut terutama
terjadi pada trimester pertama kehamilan yang bisa disebabkan oleh banyak
faktor (multifaktor) seperti herediter maupun lingkungan. Faktor keturunan
(herediter) penyebab bibir sumbing adalah mutasi gen TBX22 yang
mempengaruhi pembentukan mesoderm dari langit-langit pada bibir dan mutasi
gen IRF6 yang mengkode protein dalam pembentukan normal bibir. Sedangkan
faktor lingkungan antara lain faktor usia ibu, nutrisi, penyakit infeksi sifilis (virus
rubella), radiasi, alkohol dan rokok. Perempuan yang mengkonsumsi minuman
alkohol dan rokok pada trimester pertama kehamilan memiliki resiko lebih besar
melahirkan bayi dengan berbibir sumbing. Kekurangan nutrisi (asam folat) yang
berguna bagi perkembangan bayi juga dapat menyebabkan bibir sumbing.
Dalam kasus bibir sumbing yang dialami bayi tersebut, faktor lingkungan
lebih dominan daripada faktor herediter. Hal ini dapat dapat dilihat dari kondisi
orangtua bayi yang tidak mengalami bibir sumbing sehingga mustahil untuk
menurunkan kelainan tersebut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah
kebiasaan merokok pada ayah bayi tersebut. Seperti yang telah diketahui dalam
rokok terdapat bermacam-macam zat teratogenik yang dapat mempengaruhi gen
dalam diri seseorang. Dalam kasus bibir sumbing, gen yang dipengaruhi rokok
adalah MSX1 dan TGFA. Pada saat trimester kehamilan ibu tersebut, secara
tidak sengaja asap rokok yang dikonsumsi ayah akan terhirup oleh ibu sehingga
zat-zat teratogenik akan mempengaruhi mutasi gen-gen dalam diri ibu. Bayi yang
masih trimester pertama sangat rentan terhadap zat-zat teratogenik penyebab
munculnya kelainan sebab dalam waktu tersebut bayi masih dalam tahap awal
perkembangan. Oleh karena itu, zat-zat tersebut akan mengganggu gen-gen
yang berperan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi seperti pembentukan
bibir dan langit-langit pada rongga mulut. Pada usia kehamilan awal, ibu hamil
sangat dianjurkan untuk menjaga kondisi tubuh, memberi asupan gizi yang
cukup, memeriksakan kandungan secara rutin serta menghindari zat-zat
teratogenik.
SIMPULAN DAN SARAN
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital (bawaan) yang
5
menyebabkan malformasi pada mulut. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
banyak faktor (multifaktor) seperti hereditas (keturunan) dan lingkungan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, ibu yang sedang hamil wajib memeriksakan
kandungan secara rutin untuk mengetahui gejala kelainan yang timbul pada
trimester pertama serta menghindari zat-zat teratogenik seperti dalam rokok dan
alkohol. Selain itu pemenuhan gizi pada kandungan harus diperhatikan dengan
baik terutama asam folat yang diperlukan dalam perkembangan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Karina, Nina. 2008. Kenapa Bisa Bibir Sumbing?. http://www.tanyadokter-anda.com/artikel/2008/02/kenapa-bibir-bisa-sumbing.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
6