41042-7-270936086996

26
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL KAPITA SELEKTA Oleh SM NIKEN RESTATY, S.Sos, M.Si Pokok Bahasan Komunikasi sebagai ilmu Multidisiplener DESKRIPSI Mata kuliah ini membahas ilmu komunikasi dengan segenap perkembangannya sebagai kajian lintas ilmu. Artinya bahwa ilmu komunikasi merupakan ilmu yang selalu berdialog dengan ilmu lain atau dilengkapi oleh disiplin ilmu pengetahuan yang lain. Dalam konteks ini, ilmu komunikasi juga bisa dilihat sebagai disiplin ilmu yang mengembangkan profesi bidang komunikasi. POKOK BAHASAN Kapita Selekta SM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana ‘12 1 Pertemuan 7

Upload: jufri-lewis

Post on 06-Aug-2015

42 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 41042-7-270936086996

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

MODULKAPITA SELEKTA

OlehSM NIKEN RESTATY, S.Sos, M.Si

Pokok BahasanKomunikasi sebagai ilmu Multidisiplener

DESKRIPSIMata kuliah ini membahas ilmu komunikasi dengan segenap perkembangannya

sebagai kajian lintas ilmu. Artinya bahwa ilmu komunikasi merupakan ilmu yang

selalu berdialog dengan ilmu lain atau dilengkapi oleh disiplin ilmu pengetahuan yang

lain. Dalam konteks ini, ilmu komunikasi juga bisa dilihat sebagai disiplin ilmu yang

mengembangkan profesi bidang komunikasi.

POKOK BAHASAN

Perspektif Ilmu Komunikasi Sebagai Ilmu Multidisipliner

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSMahasiswa setelah mengikuti kuliah ini akan memahami pengertian-pengertian dasar dalam ilmu komunikasi dan bagaimana posisi Ilmu komunikasi di hadapan ilmu pengetahuan lainnya.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 1

Pertemuan7

Page 2: 41042-7-270936086996

PEMBUKA WACANA

Komunikasi merupakan bidang yang memberikan wadah relasi sosial yang semakin

intensif di kalangan makhluk yang menggunakannya. Dapat dikatakan bahwa komunikasi

memberikan konteks atau peristiwa yang lebih luas dalam kehidupan makhluk, khususnya

manusia.

Peristiwa manusia yang masuk dalam proses komunikasi tidak melulu satu peristiwa

saja, melainkan bahwa proses komunikasi masuk dalam kompleksitas kehidupan dan

peristiwa manusia. Oleh sebab itu, komunikasi juga memberikan bingkai sosial pada bidang

psikologi, politik, anthropologi, ekonomi, bahasa dan sosiologi.

KOMUNIKASI DAN KEHIDUPAN MANUSIA

Komunikasi merupakan keniscayaan bagi manusia. Dapat dikatakan bahwa

komunikasi merupakan unsur vital dalam kehidupan manusia baik secara individual maupun

secara sosial. Komunikasi memegang peranan alat bantu penting dalam seluruh proses

kehidupan manusia. Komunikasi merupakan urat nadi kehidupan. Komunikasi menyediakan

waktu, tempat dan kesempatan atas interaksi manusia. Tanpa komunikasi dapat dikatakan

bahwa tidak akan mungkin ada interaksi sosial. Tanpa ada interaksi sosial, praktis manusia

akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya.

Fungsi komunikasi dalam kemanusiaan terasa begitu penting. Tindakan komunikasi

melekat pada proses kehidupan manusia sehari-hari. Fungsi komunikasi mempunyai

beberapa aspek penting. Aspek-aspek itu adalah aspek ekspresi-psikologistik, aspek sosial,

aspek transmisi kultural, aspek hiburan, aspek edukasi dan aspek persuasi.

Aspek ekspresi-psikologistik adalah aspek komunikasi di mana komunikasi

digunakan untuk menyampaikan pikiran, perasaan emosionalnya secara langsung atau tidak

langsung. Aspek sosial komunikasi adalah ketika komunikasi memampukan manusia untuk

tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan sosialnya. Aspek transmisi kultural adalah

aspek di mana komunikasi membantu mengajarkan atau menyebarkan sistem nilai budaya

yang berkembang di dalam masyarakat. Aspek hiburan dalam komunikasi adalah aspek di

mana komunikasi menyediakan sarana penghiburan atau situasi yang bisa mengurangi

ketegangan yang disebabkan oleh berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh

manusia. Aspek edukasi adalah aspek transmisi intelektual yang dilakukan dalam proses

dan tindakan komunikasi. Aspek persuasi tindakan komunikasi adalah aspek yang

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 2

Page 3: 41042-7-270936086996

memperlihatkan bahwa melalui komunikasi bisa dan mampu untuk membujuk atau memaksa

orang lain agar berpendapat, bersikap atau berperilaku sebagaimana diharapkan.

KARAKTERISTIK KOMUNIKASI YANG MULTIDIMENSI

Fenomena dan proses komunikasi merupakan proses yang tidak hanya bisa

dipahami dalam satu dimensi saja. Komunikasi merupakan suatu proses pembentukan,

penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri manusia, di

antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dalam proses komunikasi jelas terdapat

empat jenis tindakan, yaitu membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan

komunikasi. Dalam kontelasi empat tindakan manusia maka komunikasi mempunyai ciri-ciri

pokok.

Ciri pertama adalah komunikasi sebagai proses. Ciri ini mau memperlihatkan bahwa

komunikasi adalah rangkaian tindakan yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu

sama lain dalam waktu tertentu. Ciri prosesual ini mengakibatkan bahwa komunikasi selalu

bersifat dinamis.

Ciri kedua adalah komunikasi sebagai tindakan intensionalitas. Tindakan komunikasi

yang intensional selalu mengandaikan bahwa tindakan komunikasi selalu merupakan

tindakan yang disadari, disengaja dan mempunyai tujuan akhir. Kesadaran tindakan

komunikasi mengharuskan individu tahu, mempunyai pengendalian dan kontrol dalam

seluruh tindakan komunikasinya.

Ciri ketiga adalah komunikasi sebagai tindakan partisipatoris dan kooperasi para

pelaku yang terlibat di dalamnya. Komunikasi selalu mengandaikan keterlibatan, interaksi

dan tingkat partisipasi aktif para pelaku komunikasi.

Ciri keempat adalah komunikasi sebagai tindakan simbolik. Proses dan tindakan

komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan

simbol atau tanda atau lambang disepakati secara sosial. Simbol yang paling umum

digunakan oleh komunikasi adalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa non verbal.

Ciri kelima adalah komunikasi sebagai tindakan transaksional. Komunikasi secara

umum mengandaikan dua tindakan yang secara simultan dilakukan, yaitu tindakan memberi

dan menerima. Tentunya dua tindakan ini menuntut keseimbangan dan proporsionalitas

yang baik dalam prakteknya. Proses transaksionalitas juga mau menunjukkan bahwa

keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah satu pihak saja tapi juga oleh

kedua belah pihak yang melakukan tindakan komunikasi.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 3

Page 4: 41042-7-270936086996

Ciri keenam adalah komunikasi sebagai faktor yang melampaui ruang dan waktu. Ciri

keenam ini lebih mau menunjuk pada perkembangan teknologi komunikasi.

MENGAPA PERLU MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI ?

Dari tema signifikansi komunikasi dalam kehidupan manusia serta topik beberapa

karakteristik utama komunikasi manusiawi, maka bagian selanjutnya akan membicarakan

mengapa dan bagaimana ilmu komunikasi perlu dimaknai.

Alasan utama mengapa ilmu komunikasi harus dimaknai adalah karena dalam

praktek hidup keseharian komunikasi, berikut proses dan hasilnya, perlu dimaksimalisasikan.

Komunikasi bukan sesuatu yang monolitik tapi komunikasi merupakan fenomena kompleks.

Ilmu komunikasi membantu meningkatkan pemahaman dan refleksi manusia dalam

mengoptimalkan dinamika tindakan komunikatif yang dilakukan.

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

Ilmu komunikasi sebetulnya masuk dalam gugus disiplin ilmu-ilmu sosial

kemanusiaan. Dalam sejarah keilmuannya, ilmu komunikasi melalui empat tahap sejarah

utama ilmu komunikasi. Tahap-tahap itu adalah era Yunani Romawi, era pertumbuhan,

periode konsolidasi dan periode teknologi komunikasi.

Era pertama adalah era Yunani Romawi. Komunikasi dalam era ini dilihat sebagai

bagian tradisi retorika. Retorika dalam konteks Yunani merupakan proses persuasi yang

bertujuan untuk tindakan tertentu. Oleh sebab itu, retorika selalu memuat tiga unsur utama,

yaitu ethos (kredibilitas sumber), pathos (segala sesuatu yang menyangkut aspek emosi

atau rasa) dan logos (segala sesuatu yang menyangkut fakta dan kebenaran). Prinsip-

prinsip retorika yang dikembangkan oleh orang Yunani merupakan dasar utama komunikasi

lisan/ujaran.

Era kedua adalah era pertumbuhan ilmu komunikasi (1900-PD II). Dalam era ini, ilmu

komunikasi berkolaborasi dengan masalah-masalah politik kenegaraan, peranan komunikasi

dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, dunia pendidikan, unsur

propaganda dan penelitian komunikasi komersial. Pikiran-pikiran mendasar ilmu komunikasi

pada era ini sangat dipengaruh oleh pemikiran Max Weber, A. Comte, Emile Durkheim dan

Herbert Spencer.

Era ketiga adalah era konsolidasi (PD II – 1960-an). Pada era konsolidasi, sifat

multidisipliner dalam ilmu komunikasi semakin terlihat. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 4

Page 5: 41042-7-270936086996

oleh tiga hal utama. Pertama, adopsi kosa kata komunikasi mulai memakai konsep yang

seragam. Kedua, munculnya buku dasar yang membahas proses dan pengertian

komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep komunikasi yang mengandaikan pemahaman

lintas ilmu, karena komunikasi sendiri merupakan fenomena sosial yang kompleks. Tokoh

penting era ini adalah C. Shannon (teknolog komunikasi), Norbert Wiener (teknolog), Harold

Laswell (ahli politik), Kurt Lewin (psikolog sosial), C. Hovland (psikolog), Lazarsfeld

(Sosiolog) dan W. Schramm.

Kurun era keempat adalah era teknologi komunikasi (1960-an – sekarang). Periode

ini ditandai ilmu komunikasi yang semakin kompleks dan canggih. Perkembangan kurun

waktu ini ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi yang membuka jurusan komunikasi,

asosiasi profesional yang bergerak pada bidang komunikasi dan semakin banyaknya

lembaga penelitian ilmu komunikasi. Dalam bidang teknologi informasi, kurun waktu ini

ditandai dengan kemajuan teknologi komuikasi dan informasi, pertumbuhan industri media

yang berkembang pesat, ketergantungan dan iklim ekonomi politik global, peningkatan

drastis arus pembangunan ekonomi global, semakin meluasnya proses demokratisasi.

Konsekuensi logis dari hal-hal di atas adalah bahwa studi komunikasi banyak dilakukan dan

berfokus pada proses dampak sosial, ekonomi dan kultural dari tindakan komunikasi.

PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI

1. a. Pengertian Perspektif Secara Umum.

Definisi. Secara umum perspektif diartikan sebagai sudut pandang. Fisher (1986)

berpandangan bahwa perspektif dalam ilmu sosial merupakan suatu sistematika cara

berpikir yang mencakup “seperangkat ide” atau konseptualisasi untuk menginterpretasi

peristiwa atau realitas. Perspektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(a) Tidak dapat mengungkapkan realitas seluruhnya.

(b) Mempunyai penekanan tertentu mengenai mengenai apa yang dianggap relevan atau

penting.

(c) Memiliki keterikatan terhadap waktu dan budayta, karena konsep dalam ilmu sosial

terkait dengan fakta kehidupan yang sifatnya dinamis sesuai dengan perubahan waktu

dan budaya.

(d) Semua perspektif dianggap benar dan mencerminkan realitas.

(e) Suatu perspektif dapat digunakan oleh siapa saja (melekat pada orang yang

menggunakannya) dan bukan melekat pada realitas.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 5

Page 6: 41042-7-270936086996

(f) Pilihan perspektif mempunyai implikasi pada metodologi.

(g) Antar perspektif tidak dapat diperbandingkan.

(h) Pilihan perspektif tergantung dari tujuan dan kegunaan penelitian.

Unsur-unsur perspektif : asumsi-asumsi, aksioma-aksioma, teori-teori, konsep-konsep dan

metodologi.

Kegunaannya: mengorganisir teori-teori dalam suatu kelompok tertentu sehingga dalam

perspektif yang sama teori-teori tersebut dapat diperbandingkan.

1.b. Kelompok-Kelompok Perspektif

Littlejohn (2002) mengajukan 4 cara pengorganisasian teori-teori yang dapat

dijadikan sebagai suatu perspektif. Cara pengelompokan atau perspektif tersebut adalah (1)

Perspektif menurut genre, (2) Perspektif menurut level (3) Perspektif menurut kategori teori

inti (4) Perspektif menurut struktur disiplin ilmu.

Cara lain dengan mengelompokkan berdasarkan disiplin ilmu dan menurut jenis ilmu yakni

humaniora atau sains, dan juga menurut tingkat keumuman dan kekhususan (Cragan dan

Shields, 1998).

I. Perspektif menurut genre. Pengelompokan dalam perspektif ini didasarkan pada

persamaan dan perbedaan filosofis di antara teori-teori komunikasi yang sejajar dengan

filosofi ilmu-ilmu sosial. Kelompok tersebut adalah:

1. Teori-teori struktural dan fungsional (Teori Sistem, Teori-Teori Tanda dan Bahasa, Teori

Diskursus)

2. Teori-teori Perilaku dan kognitif (Teori-teori Produksi Pesan dan Teori_Teori Penerimaan

dan Pengolahan Pesan).

3. Teori-Teori interaksional (Teori-Teori Interaksi Simbolik, Dramatisme dan Narasi).

4. Teori-Teori interpretif (Teori-teori Pengalaman dan Interpretasi) dan

5. Teori-Teori Kritis (Teori-Teori Feminisme, Teori Postmodernisme, Teori Frankfurt School,

Postrukturalisme)

II. Perspektif berdasarkan tataran atau konteks ilmu komunikasi di bagi menjadi :

1. Teori-Teori Komunikasi Antar Pribadi. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah

subperspektif teori-teori Perkembangan Hubungan (Information and Disclosure in

Relationship, Social Penetration Theory, Relationnal Dissolution), subperspektif

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 6

Page 7: 41042-7-270936086996

hubungan dalam Konteks (Communication in Friendship, Communication in Marriage,

Communication in Conflict)

2. Teori-Teori Komunikasi Kelompok. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah

subperspektif Model Input-Proses-Output (teori A General Organizing Model, the

Functional Tradition, The Interactional Tradition), Perspektif Strukturasional (teori

Structuration Theory, Structuration and Decision Development)

3. Teori-Teori Komunikasi Organisasi. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah

subperspektif Tradisi Posisi (teori-teori Classical Foundation Weber, Likert’s Four

System, Unobstrusive Control and Identification), subperspektif Tradisi Relasional (teori-

teori Process Of Organizing, The Role Conversation, Structuration in Organizations)

4. Teori-Teori Komunikasi Massa/Publik. Yang termasuk dalam perspektif ini adalah

subperspektif Isi dan Struktur Media (Teori Innis dan McLuhan, Semiotics) , Media

sebagai Institusi Sosial, Media dan Khalayak (Mass Society versus Community, Active

Audience versus Passive Audience), Teori-Teori Hasil Budaya, Teori-Teori Hasil

Individual

5. Teori-Teori Komunikasi Antar Budaya.

III. Perspektif berdasarkan inti dan khusus teori komunikasi, teori-teori komunikasi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Teori-Teori Inti

1. Pengembangan pesan (development of messages) (Teori Produksi Pesan dan Teori

Penerimaan dan Pengolahan Pesan)

2. Interpretasi dan pengembangan makna (interpretation and the generation of

meaning)( Teorei-Teori Pengalaman dan Interpretasi).

3. Struktur pesan (message structure) (Teori Tanda dan Bahasa, Teori-Teori Diskursus,

Teori Informasi)

4. Dinamika interaksional (interactional dynamic) (Teori-Teori Simbolik Interaksionisme,

Dramatisme dan Narasi)

5. Dinamika kelembagaan dan masyarakat (Teori-Teori Kritis, Teori Sistem).

B. Teori-teori Khusus (Teori-teori menurut Konteks)

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 7

Page 8: 41042-7-270936086996

IV. Sedangkan berdasarkan struktur intelektual dari disiplin ilmu komunikasi John Powers

dalam Littlejohn (1999).

1. Isi dan bentuk pesan.

2. Komunikator (a) individu-individu (b) partisipan-partisipan (c) anggota-anggota komunitas

budaya.

3. Tataran komunikasi (a) publik (b) kelompok (c) Antarpribadi.

4. Konteks dan situasi dimana komunikasi itu terjadi misalnya perawatan kesehatan,

pengadilan, organisasi dan agama dan lain-lain.

V. Menurut perspektif disiplin ilmu, teori komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam:

1. Teori-teori perspektif sosiologi (Subperspektif struktural fungsional, Teori konflik,

Interaksionisme Simbolik, Etnometodologi, dan Teori Pertukaran).

2. Teori-teori Perspektif psikologi-sosial (Subperspektif Peranan, Pembelajaran dan

Kognitif)

3. Teori-teori Perspektif Sejarah.

4. Teori-teori Perspektif Matematika.

5. Teori-teori perspektif ekonomi-politik.

6. Teori-teori perspektif biologi.

VI. Berdasarkan keumuman atau kekhususan teori Cragan dan Shields (1998)

mengelompokkan menjadi

1. Teori-Teori Umum (general theories) yang termasuk di dalamnya teori “Information

Systems” (Sistem Informasi), Teori “Rational Argumentation” (Argumentasi Rasional),

Teori “Symbolic Convergence”, Teori “Uncertainty Reduction”, teori “Narrative

Paradigm”, teori “Diffusion of Innovation”.

2. Teori-Teori Kontekstual (contextual theories) yakni teori Komunikasi Interpersonal (teori-

teori Constructivist, Coordinated Meaning Management, Dialectical Relationship dll), teori

Komunikasi Kelompok (teori-teori Decision Emergence, Role Emergence, Functional

Decision Making dll), teori Komunikasi Publik (teori-teori Neo-Aristotelian, Burke’s

Dramatism, Image Restoration dll), teori Komunikasi Keorganisasian (teori-teori Weick’s

Organizing, Unobstrusive Control, artistic Ethnografy dll), Teori Komunikasi Massa (teori-

teori Spiral of Silence, Agenda Setting, Cultivation Effects, Uses and Gratifications)

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 8

Page 9: 41042-7-270936086996

3. Teori-Teori Mikro (micro theories). Yang termasuk dalam perspektif ini adalah

subperspektif dengan penekanan pada konsep dasar (Information Manipulation,

Interpersonal Deception, Compliance Gaining), penekanan pada struktur pesan (Action

Assembly, Speech/Communication Accomodation, Expectancy Violation), penekanan

dinamika komunikasi (teori-teori Relational Control, Marital Communication), penekanan

pada ciri komunikator (teori Communication Apprehension, Medium Structure Emphasis,

McLuhan’s Media Law), penekanan pada evaluasi (Muted Group, Feminist Genre,

Habermas’s Critical).

VII. Berdasarkan Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi (Ruben, 1999)

1. Retorika, Speech, dan Jurnalisme

2. Perkembangan Speech dan Jurnalisme 1900-1930 an.

3. Pertumbuhan Ilmu Interdisipliner (1940-an-1950 an): Model Lasswell, Model

Shannon dan Weaver, Model Schramm, Model Katz dan Lazarsfeld, Model

Westley dan MacLean,

4. Masa Integrasi (1960-an): Model Dance, Model Watzlawick, Beavin dan Jackson,

Model Thayer,

5. Pertumbuhan dan Spesialisasi (tahun 1970-an dan awal 1980-an).

1.c. Perbedaan Konsep, Landasan Pikiran, Fokus dan Bias Perspektif Ilmu Komunikasi.

Untuk menjawab soal ini, saya akan membandingkan setiap perspektif dengan dasar

pengelompokan genre teori komunikasi menurut Littlejohn (1999) yakni (1) Perspektif

Struktural dan Fungsional (Teori Sistem, Teori-Teori Tanda dan Bahasa, Teori Diskursus) (2)

Perspektif Perilaku dan Kognitif (Teori-teori Produksi Pesan dan Teori-Teori Penerimaan dan

Pengolahan Pesan), (3) Perspektif Teori-Teori interaksional (Teori-Teori Interaksi Simbolik,

Dramatisme dan Narasi), (4) Perspektif Teori-Teori interpretif (Teori-teori Pengalaman dan

Interpretasi) dan (5) Perspektif Teori-Teori Kritis (Teori-Teori Feminisme, Teori

Postmodernisme, Teori Frankfurt School, Postrukturalisme).

Dasar pembandingannya adalah konsep, landasan pikiran, fokus dan bias, dalam hal ini

konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep teoritis pokok yang menjadi dasar dalam

perspektif tersebut. Sedangkan landasan pikiran yang akan diajukan adalah berkenaan

dengan aksioma-aksioma dan asumsi-asumsi yang melandasinya dan landasan filosofisnya

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 9

Page 10: 41042-7-270936086996

(epistemologi, ontologi dan aksiologi). Fokus perspektif dilihat dalam kerangka komponen-

komponen komunikasi yakni komunikator, pesan, proses dan saluran. Sedangkan bias

perspektif ditinjau dari kelemahan-kelemahan suatu perspektif.

1. Perspektif Struktural dan Fungsional

Konsep-Konsep yang mendasarinya adalah struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan

adalah mengacu pada unit-unit sistem komunikasi yang berkaitan.Di tingkat individu struktur

digambarkan oleh struktur kognisi dalam bentuk “schema-schema”, dalam teks tertulis atau

bahasa digambarkan oleh tatabahasa, pola ujaran (dalam diskursus). Sedangkan di tingkat

sosial dapat digambarkan oleh struktur kekuasaan dan lain-lain. Sedangkan fungsi

berkenaan dengan bagaimana sistem komunikasi itu berlangsung terus.

Landasan pikiran. Dengan berdasarkan aksioma yang diajukan oleh Bradac dan Brower

maka perspektif ini cenderung mendukung aksioma: Komunikasi bersifat statis, orang

berkomunikasi karena menjalankan peranannya dalam struktur atau pengaruh luar

(tatabahasa, struktur diskursus, sistem dan lain-lain). Asumsi yang melandasinya manusia

bersifat pasif, tidak mempunyai maksud untuk berkomunikasi. Realitas komunikasi

merupakan struktur yang bersifat independen dan eksternal, nyata. Bahasa dan simbol

terpisah dari obyek yang disimbolkan. Realitas dapat dilihat dalam perilaku konkrit dan dapat

diamati, merupakan fenomena obyektif yang dapat diamati (pola-pola pembicaraan dalam

diskursus, struktur kata-kata, kalimat dan klausa dalam tatabahasa) .

Fokus yang menjadi perhatian pada perspektif ini adalah struktur atau pola-pola dalam

komunikasi, teks, individu atau kelompok ataupun organisasi

Bias dari perpektif ini adalah cenderung melihat perilaku komunikasi orang ditentukan oleh

hukum umum (general law) dan menafikan bahwa manusia mempunyai maksud dalam

bertindak, atau kebebasan membuat pilihan.

2. Perspektif Perilaku dan Kognitif (Teori-teori Produksi Pesan dan Teori-Teori Penerimaan

dan Pengolahan Pesan)

Konsep-konsep yang mendasarinya adalah kognisi atau pola pikir atau perilaku.

Landasan pikiran. Aksioma yang mendasarinya adalah komunikasi adalah perilaku individu.

Masing-masing komunikator merupakan entitas yang disting atau terpisah.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 10

Page 11: 41042-7-270936086996

Fokus dari perspektif ini adalah cara berpikir dalam memproduksi, menerima dan mengolah

pesan dalam diri individu.

Bias dari perspektif ini menurut Littlejohn (1999):

1. Sulit menunjukkan mekanisme kognitif yang terjadi (karena dalam black box). Para

pengkritik mempertanyakan apakah struktur pemikiran yang nyata dapat ditemukan.

Sejumlah bukti hanya menunjukkan bahwa model yang ada hanya dapat menjelaskan

proses yang telah beroperasi, bukan proses yang sedang beroperasi.

2. Proses kognisi belum tentu universal sebagai contoh semantic differential dari Osgood.

3. Cenderung preskriptif (khususnya Trait theory) dan bias pembuat teori karena trait theory

merupakan proses semantik.

4. Terlalu menyederhanakan masalah, seperti Model Kemungkinan Elaborasi (Elaboration

Likelihood Model/ELM).

5. Validitas pengukuran lemah contohnya dalam ELM dan Teori Integrasi-Informasi dari

Fishbein. Bagaimana seseorang dapat mengukur bobot secara keseluruhan dari sutau

siskap secara akurat.

6. Teori-teorinya tidak dapat difalsifikasi. Contohnya Dissonance Theory, teori ini

senantiasa dapat menjelaskan beragam hasil walaupun kontradiktif.

(3) Perspektif Teori-Teori interaksional (Teori-Teori Interaksi Simbolik, Dramatisme dan

Narasi)

Konsep—Konsep. Self yakni (diri pribadi), role taking, significant other, generalized

other ( Interaksi Simbolik dari Chicago School).

Landasan Pemikiran. Aksioma yang mendasarinya adalah (1) Komunikasi adalah

pembangkitan makna (2) Komunikasi adalah hubungan antara perilaku –perilaku individu

yang berinteraksi, karena komunikasi terjadi dalam ruang sosial (3) Komunikasi manusia

adalah unik, karena mampu menciptakan makna. (4) Komunikasi bersifat proses melalui

interaksi yang berlangsung (5) Komunikasi bersifat kontekstual berkenaan dengan konteks

sosial dan budayanya (6) Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi (7) Komunikasi

merupakan kekuatan yang menyeluruh dan kuat di dalam masyarakat, karena hasil

komunikasi adalh struktur sosial. Manusia dianggap sebagai makhluk yang menghasilkan

dan mengggunakan simbol.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 11

Page 12: 41042-7-270936086996

Fokus. Fokus dari perspektif ini adalah bagaimana bahasa digunakan untuk menciptakan

struktur sosial dan bagaimana simbol direproduksi, dipertahankan oleh sistem dan berubah

dalam pemakainannya sehari-hari.

Bias. Menurut Littlejohn (1999), perspektif ini mempunyai kritik-kritik sebagai berikut:

1. Tidak empiris karena konsep-konsepnya tidak langsung dapat diamati.

2. Perspektif ini mengabaikan variabel psikologi yang sangat penting.

3. Perspektif ini juga menggunakan konsep yang tidak eksak, kurang konsisten.

4. Perspektif ini terlalu menekankan pada kerjasama di antara para pelaku

(komunikator) padahal ada kalanya hasil komunikasi berdasarkan hasil konflik.

(4) Perspektif Interpretif

Konsep—Konsep.

Landasan Pemikiran. Asumsi yang mendasari perspektif ini orang-orang menafsirkan

secara aktif pengalamannya dan memberikan makna pada apa yang mereka lihat. Tiga

prinsip dasar fenomenologi: (1) Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak

disimpulkan dari pengalaman, tetapi ditemukan secara langsung dari pengalaman yang

sadar. (2) Makna sesuatu terdiri dari potensi-potensi sesuatu dalam kehidupan seseorang.

(3) Bahasa merupakan sarana pemaknaan. Seseorang mengalami dunia melalui bahsa

yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia.

Aksioma yang mendasarinya adalah (1) Komunikasi adalah pembangkitan makna (2)

Komunikasi adalah hubungan antara perilaku–perilaku individu dengan beragam kekuatan

yang berinteraksi, karena komunikasi terjadi dalam ruang sosial (3) Komunikasi manusia

adalah unik, karena mampu menciptakan makna. (4) Komunikasi bersifat proses melalui

interaksi yang berlangsung (5) Komunikasi bersifat kontekstual berkenaan dengan konteks

sosial dan budayanya (6) Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi (7) Komunikasi

merupakan kekuatan yang menyeluruh dan kuat di dalam masyarakat, karena hasil

komunikasi adalah struktur sosial yang mendominasi.

Fokus. Fokus dari perspektif ini adalah menemukan arti dalam tindakan dan teks .

Perpektif ini menjelaskan proses dimana pemahaman terjadi, membuat perbedaan yang

tajam antara mengerti dan penjelasan ilmiah.

Bias. Menurut Littlejohn (1999), perspektif ini mempunyai kritik-kritik sebagai berikut:

6. Tidak semua proses komunikasi berjalan dalam kondisi disadari, sebagian proses

komunikasi juga berjalan secara otomatis.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 12

Page 13: 41042-7-270936086996

7. Dari kelompok struktural mendapat kritik bahwa tidak semua pengalaman

manusia dapat dipahami oleh diri sendiri, dan hanya orang lain yang dapat

mengetahuinya.

8. Terlalu menekankan pada aspek pengalaman sadar dan cenderung mengabaikan

pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan manusia.

(5) Perspektif Teori-Teori Kritis (Teori-Teori Feminisme, Teori Postmodernisme, Teori

Frankfurt School, Postrukturalisme).

Konsep—Konsep. Emansipasi, Struktur, Penindasan, hegemoni, artikulasi,

superstruktur, infrastruktur.

Landasan Pemikiran. Aksioma yang mendasarinya adalah (1) Komunikasi adalah

pembangkitan makna khususnya ideologis (2) Komunikasi adalah hubungan antara perilaku

–perilaku individu dengan beragam kekuatan yang berinteraksi, karena komunikasi terjadi

dalam ruang sosial (3) Komunikasi manusia adalah unik, karena mampu menciptakan

makna. (4) Komunikasi bersifat proses melalui interaksi yang berlangsung (5) Komunikasi

bersifat kontekstual berkenaan dengan konteks sosial dan budayanya (6) Manusia tidak

dapat tidak berkomunikasi (7) Komunikasi merupakan kekuatan yang menyeluruh dan kuat

di dalam masyarakat, karena hasil komunikasi adalah struktur sosial yang mendominasi.

Manusia dianggap sebagai makhluk yang senantiasa dalam kondisi pertarungan.

Perspektif ini dilandasi oleh nilai-nilai emansipasi pada kelompok yang tidak berdaya

(miskin atau status sosial rendah, anak muda, perempuan).

Fokus. Fokus dari perspektif ini adalah issue-issue ketimpangan dan penindasan. Perspektif

ini juga berguna tidak hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan tetapi juga untuk

kepentingan praksis karena merupakan kritik sosial dan dapat digunakan untuk

memberdayakan.

Bias. Menurut Littlejohn (1999), perspektif ini mempunyai kritik-kritik sebagai berikut :

1. Tidak didasarkan pada data yang cukup dalam penelitiannya dan lebih didasarkan pada

pemikiran (khalayalan).

2. Cenderung mengarah pada utopianisme (Jay Blumer).

3. Tidak memiliki etika yang jelas dan kadang-kadang tidak konsisten contohnya genre

feminis di satu sisi mereka menyuarakan hak antara laki-laki dan perempuan tetapi

dipihak lain mereka menyatakan antara laki-laki dan perempuan berbeda.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 13

Page 14: 41042-7-270936086996

4. Pada cultural studies terdapat kebingungan antara kekuatan masyarakat dengan

individu. Pada satu sisi melihat masyarakat sebagai mesin kompleks dimana ideologi

senantiasa bertarung, tetapi ingin mendorong individu membangun kekuatan untuk

melawan teks media seabagi perlawanan terhadap hegemoni kekuasaan.

1.d. Fungsi Perspektif dalam Ilmu Komunikasi

Dari segi positif, perspektif memungkinkan orang untuk mempelajari suatu fenomena

komunikasi secara lebih luwes dengan memilih perspektif yang sesuai dengan tujuan dan

kegunaan, karena perspektif tifdak melekat pada realitas tetapi pada peneliti. Semua

perspektif dianggap benar dan mencerminkan realitas sepanjang konsisten dalam konsep-

konsep dan asumsi-asumsinya. Implikasinya metodologi yang digunakan harus konsisten

dengan perpektif yang digunakan.

Dari segi negatif, karena perspektif cenderung melihat sesuatu dari sudut tertentu sesuai

dengan kepentingan dan relevansi penelitian, cenderung tidak memberikan gambaran yang

holistik. Oleh karenanya antar perspektif tidak dapat diperbandingkan karena masing-masing

mempunyai landasan berpikir yang berbeda.

1.e. Perspektif Komunikasi dan Teori Teori Komunikasi

No Perspektif/Teori Proposisi

1 Struktural dan

Fungsional

Teori Coversational

Maxims dari Paul Grice

Dalam percakapan para komunikator bertindak dengan

dasar kerjasama. Prinsip kerjasama terdiri dari (1)

quantity maxim (2) quality maxim, (3) relevancy maxim

dan (4) manner maxim. Apabila terdapat pelanggaran

terhadap conversation maxim komunikator akan

menggunakan implicature maxim

Teori Generative

Grammar dari Noam

Chomsky

Generative grammar didasarkan pada asumsi

pengembangan kalimat berpusat pada struktur kata.

Tatabahasa adalah transformasi sehingga struktur

bahasa bersal dari bentuk yang lebih dalam.

2. Perilaku dan Kognitif

Teori Communication

Apprehension

Dalam menghasilkan pesan dipengaruhi oleh trait trait

atau state ketakutan akan berkomunikasi. Jenis

keengganan berkomunikasi ada dua yakni ketakutan

komunikasi dalam situasi tertentu dan ketakutan

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 14

Page 15: 41042-7-270936086996

No Perspektif/Teori Proposisi

komunikasi dengan kelompok tertentu.

Teori Osgood Mengenai

Makna

Makna suatukonsep dapat diketahui dari respon

seseorang terhadap kata sifat.

Pengukuran makna dapat dilakukan dengan Semantic

Differential. Makna dapat ditempatkan dalam dalam

semantic space yang terdiri dari tiga dimensi yakni

evaluasi, keaktifan dan potensi.

3. Perspektif Teori-Teori

interaksional

Teori Interaksionisme

Simbolik Aliran Chicago

Tindakan sosial adalah proses yang melibatkan tiga

unsur yakni masyarakat, diri pribadi dan pikiran.

Komunikasi dapat terjadi apabila terdapat significant

symbol. Tindakan sosial terdiri dari (1) isyarat awal dari

seorang individu (2) respon terhadap isyarata dari

orang lain (3) hasil atau makna komunikasi dari suatu

tindakan. Makna berada pada ketiga hubungan

tersebut. Konsepnya yang lain self (diri pribadi sebagai

obyek), role taking(pengambilan peran untuk

memahami diri), significant other( orang yang berarti

dalam kehiduapan seseorang yang mempengaruhi

pemaknaan), generalized other (gabungan untuk

melihat diri sendiri), Mind (proses interaksi dari diri

sendiri), I (perilaku diri tidak terorganisir dan impulsif)

dan Me (generalized other)

Teori Dramatisme Burke

4. Perspektif Interpretif

Teori Interpretasi

Tekstual Ricouer

Proses interpretasi dapat dilakukan melalui interpretasi

teks (semua hal yang terekam). Teks dapat

dinterpretasi dengan mengabaikan maksud pengarang

dalam penulisan teks. Proses hermenutik dilakukan

melalui tiga tahap yakni distanciation (pemisahan

makna dari konteksnya), eksplanasi (dengan

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 15

Page 16: 41042-7-270936086996

No Perspektif/Teori Proposisi

mempelajari pola teks) dan pemhaman (sintesis dengan

melihat kejadian-kejadian dengan proses menyeluruh)

Teori Interpretasi

Budaya (Geertz)

Yang diinterpretasikan adalah perilaku sosial.

Pendekatan yang digunakan adalah etnografi.

Interpretasi dapat dilakukan dengan membuat thick

descriptions. Dalam melakukan interpretasi peneliti

harus menempatkan diri dalam posisi subyek yang

diamati agar dapat mendapatkan penafsiran yang

akurat.

5. Perspektif Teori Kritis

Poststrukturalis Dari

Michael Foucault

Setiap masa memiliki perbedaan pandangan tentang

dunia yang tercermin dalam episteme atau discursive

formation. Manusia tidak membangun diskursus, tetapi

diskursuslah yang menempatkan manusia dalam posisi-

posisinya. Individu tidak bebas mebuat pernyataan, ia

sekedar menjalankan suatu peran sesuai dengan

diskursus.

The Patriarchal Universe

of Discourse dari

Penelope

Diskursus dalam bentuk bahasa dikuasai oleh laki-laki

atau bahasa khususnya bahasa Inggris mengalami

proses genderisasi dan merupakan alat untuk

penindasan terhadap perempuan.

2. Perbedaan Perspektif dalam Pengembangan Teori Pemaknaan

Teori Koherensi Percakapan (Coversational Coherence): Local Principles: the

Sequencing Approavh dari Harvey Sacks, dkk) dari Perspektif Struktural Fungsional.

Menurut teori ini seorang komunikator dapat memahami suatu pesan atau menarik makna

dari suatu pembicaraan karena adanya koherensi. Koherensi dapat diketahui dari sejauh

mana suatu percakapan sesuai dengan rule governed speech-acts . Suatu percakapan

dikatakan koheren apabila setiap tindakan percakapan merupakan tanggapan yang tepat

terhadap tindakan sebelumnya. Sequencing Approach memfokuskan pada adajacency

pairs, dimana terdapat dua speech act. First Pair Part (FPP) adalah ujaran pertama dan

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 16

Page 17: 41042-7-270936086996

Second Pair Part (SPP) merupakan ujaran berikutnya. Apabila urutan antara FPP dan SPP

tepat maka dikatakan koheren dan orang dapat memaknai suatu percakapan. Dengan

demikian makna berada pada struktur atau urutan ujaran dalam suatu pembicaraan bukan

pada orang.

Relevancy Theory dari Dan Sperber dan Deidre Wilson dari Perspektif Perilaku dan

Kognitif

Untuk memahami maksud (menarik makna) pembicara yakni maksud informatif dan maksud

komunikatif, seorang pendengar menggunakan cara inference model (melalui proses

kognisi). Suatu informasi baru yang mengandung maksud pembicara, diinterpretasi oleh

pendengar dengan cara menggabungkan informasi tersebut dengan informasi yang relevan

dan telah ada dalam pikiran. Dengan cara tersebut pendengar dapat menarik kesimpulan

(makna). Oleh karena itu makna dalam perspektif ini berada dalam pikiran individu .

Teori Kontruksi Sosial Diri oleh Rom Harre dan Paul Secord dari Perspektif Interaksi

Menurut perspektif interaksionis, pemahaman makna dihasilkan oleh suatu interaksi di

antara orang-orang. Pemahaman makna dari konsep diri pribadi diperoleh sesorang dengan

cara berinteraksi dengan orang lain. Menurut teori ini diri pribadi mempunyai dua sisi yakni

sisi pribadi (self) dan sisi sosial (person). Karakter diri secara sosial (person) dipengaruhi

oleh “teori” (aturan, nilai-nilai, norma-norma) budaya tempat seseorang berada dan dipelajari

melalui interaksi dengan orang–orang dalam budaya tersebut.

Konsep diri terdiri dari dimensi dipertunjukkan (display), sejauhmana unsur diri berasal dari

diri sendiri atau dari lingkungan sosial (realization), sejauh mana diri dapat berperan aktif

(agency). Dari dimensi ini nampak bahwa konsep diri tidak dapat dipahami dari diri sendiri.

Dengan demikian makna berada (dibentuk) dalam proses interaksi antara orang-orang dan

obyek diri.

Fenomenologi Hermeneutik dari Gadamer dari Perspektif Interpretif

Menurut perspektif ini orang-orang menafsirkan secara aktif pengalamannya dan

memberikan makna pada apa yang mereka alami. Dalam teori ini realitas dipahami atau

makna ditarik melalui pengalaman alamiah dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman

tersebut diciptakan melalui penggunaan bahasa dalam konteks tertentu. Dan konteks

tersebut termasuk di dalamnya adalah tradisi dan sejarah. Interpretasi mengenai kejadian-

kejadian dan obyek-onyek diperoleh melalui dialog antara kejadian atau obyek atau teks

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 17

Page 18: 41042-7-270936086996

dengan bahasa. Jadi apabila terjadi komunikasi di anatra dua orang , makna itu berada di

antara triad dari dua individu dan bahasa.

The Patriarchal Universe of Discourse dari Penelope (Perspektif Kritis)

Menurut Teori ini bahasa merupakan sarana penindasan bagi perempuan karena

struktur diskursus bias laki-laki yang cenderung mendominasi. Oleh karena itu makna

ditentukan oleh struktur sosial yang patriarchal. Penelope menunjukkan bagaimana bahasa

Inggris mengalamai proses genderisasi dan menindas karena kata-kata yang mempunyai

konotasi laki-laki mempunyai makna normal atau positif sedangkan kata-kata yang

mempunyai konomtasi perempuan bermakna negatif. Oleh karena itu dalam teori ini makna

ditentutakan oleh laki-laki (pihak yang mendominasi).

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 18

Page 19: 41042-7-270936086996

DAFTAR PUSTAKA

Fisher, B Aubrey. (Penyunting Jalaludin Rakhmat). 1986. Teori-Teori Komunikasi.

Remadja Karya CV. Bandung.

Caragan, John F dan Shields, Donald C. 1998. Understanding Communication Theory:

The Communicative Forces for Human Action. Allyn & Bacon. Boston.

Littlejohn, Stephen W. 2002. Theories of Human Communication. Wadsworth Publishing

Company. Albuquerque, New Mexico.

Kapita SelektaSM Niken Restaty, S.Sos, M.Si Pusat Pengembangan Bahan Ajar

Universitas Mercu Buana‘12 19