4. tinjauan pustaka

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anatomi a. Tulang Belakang Tulang belakang terdiri dari 33 tulang yang terdiri dari 7 buah tulang servikalis, 12 buah tulang torakalis, 5 buah tulang lumbalis, 5 buah tulang sakrum yang berfusi dan 4 buah tulang koksigis yang terkadang menyatu. Pada orang dewasa, normal tulang belakang terdiri dari 4 lengkungan jika dilihat dari aspek lateral. Lengkungan servikal dan lumbal mempunyai bentuk bagian anterior yang konvek yang disebut dengan lordosis, sedangkan lengkungan torakal dan sakrum bagian anterior berbentuk konkaf yang disebut dengan kifosis. 3,4 Sebuah tulang belakang terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pedikel dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus, yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang

Upload: margareta

Post on 28-Sep-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Anatomi a. Tulang BelakangTulang belakang terdiri dari 33 tulang yang terdiri dari 7 buah tulang servikalis, 12 buah tulang torakalis, 5 buah tulang lumbalis, 5 buah tulang sakrum yang berfusi dan 4 buah tulang koksigis yang terkadang menyatu. Pada orang dewasa, normal tulang belakang terdiri dari 4 lengkungan jika dilihat dari aspek lateral. Lengkungan servikal dan lumbal mempunyai bentuk bagian anterior yang konvek yang disebut dengan lordosis, sedangkan lengkungan torakal dan sakrum bagian anterior berbentuk konkaf yang disebut dengan kifosis.3,4Sebuah tulang belakang terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pedikel dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus, yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang belakang dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale, sebuah foramen yang terbentuk dari aspek inferior pedikel sebuah tulang belakang dengan aspek superior pedikel vertebra dibawahnya.3,4Tulang servikalis merupakan bagian terkecil di tulang belakang. Secara anatomi servikalis dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3) sampai (CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Ruas tulang leher umumnya mempunyai ciri yaitu badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke belakang. Tulang servikalis mempunyai korpus yang pendek dan korpus ini berbentuk segiempat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas. Tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus spinosus di ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.3,4 Pada tulang torakalis procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.3,4Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.3,4Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.3,4 b. Ligamen dan ototUntuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain : Ligament: 1. Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari ujung ke ujung): a. Ligament Longitudinalis Anterior b. Ligament Longitudinalis Posterior c. Ligament praspinosum 2. Ligament Intrasegmental (menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang berdekatan) a. Ligamentum Intertransversum b. Ligamentum flavum c. Ligamentum Interspinosum 3. Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis dengan vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum dengan tulang pinggulOtot-otot: 1.Otot-otot dinding perut, 2. Otot-otot extensor tulang punggung, 3. Otot gluteus maximus, 4. Otot Flexor paha ( illopsoas ) 5. Otot hamstrings

Gambar 1. Skema tulang belakang 2.2 Fraktur Kompresi Tulang Belakang2.2.1. DefinisiFraktur kompresi belakang di definisikan sebagai berkurangnya tinggi dari badan tulang belakang setidaknya sebanyak 20% atau 4 mm, hal ini timbul saat beban yang di terima badan tulang belakang secara tegak lurus dan rotasi internal melebihi kemampuannya.2

2.2.2. Etiologi dan epidemiologiFraktur kompresi tulang belakang bisa terjadi karena osteoporosis, tumor jinak atau ganas dan kadang bisa terjadi karena trauma seperti jatuh atau gerakan sederhana seperti batuk atau bersin Angka kejadian fraktur kompresi tulang belakang meningkat seiring dengan bertambahnya usia baik pada pria maupun wanita. Di amerika dan eropa, angka kejadian pada wanita lebih banyak 2 atau 3 kali lipat kejadian dibandingkan dengan pria.2Prevalensi kejadian fraktur kompresi tulang belakang di dunia pada tahun 2013 mencapai angka 1,4 juta kasus, dan terdapat 750 ribu kasus di Amerika. Perawatan untuk patah tulang ini biaya sekitar $ 17 miliar, atau sekitar $ 47.000.000 per hari. Karena populasi orang yang berumur lebih dari yang 50 tahun terus bertambah, biaya hampir empat kali lipat akan menjadi sekitar $ 60.000.000.000 per tahun pada tahun 2030.5

2.2.3. PatofisiologiMeskipun nyeri akut akibat fraktur kompresi tulang belakang dapat parah, tetapi nyeri bisa sembuh dengan sendirinya, dan merespon dengan pengobatan sederhana seperti obat analgesik, modifikasi aktivitas atau pembatasan sementara kegiatan fisik, dan penggunaan tongkat. Namun, ada dapat efek samping jangka panjang permanen akibat patah tulang ini. Karena kompresi anterior dari badan tulang belakang, pusat gravitasi menjadi di depan, sehingga menciptakan momen lentur besar. Momen lentur yang meningkat ini harus diimbangi dengan meningkatnya tekanan pada otot dan ligamen posterior, yang menghasilkan otot kelelahan dan nyeri. Juga, dikarenakan pusat tekanan jadi di bagian depan, akan mengakibatkan pengkeroposan menjadi lebih cepat pada tulang belakang bagian depan. Perubahan degeneratif pada sela sendi yang tidak merata ke seluruh permukaan tulang belakang mengakibatkan fraktur kompresi yang lebih berat dan pada tingkatan yang lebih lanjut akan menyebabkan postur tubuh yang bongkok. Lutut menekuk dan panggul miring ke depan untuk melawan postur tubuh yang membungkuk. Hal ini menyebabkan kelelahan otot, kelainan gaya berjalan, dan akibatnya peningkatan risiko jatuh dan patah tulang tambahan.6Lokasi yang paling umum untuk fraktur tulang belakang adalah setinggi torakal 7 dan 8(T7-T8) serta persimpangan torakolumbalis (T12-L1). Lokasi ini sesuai dengan yang paling mekanis daerah dikompromikan tulang belakang. Di daerah dada, di mana tonjolan torakal yang paling menonjol dan pemuatan selama fleksi akan meningkat dan persimpangan torakolumbalis mana tulang belakang dada yang relatif kaku terhubung ke segmen lumbal lebih leluasa bergerak7

2.2.4. Gejala klinis Fraktur kompresi vertebra bisa tidak menunjukan gejala pada pasien yang mengalaminya, tetapi bila sudah lebih lanjut bisa menunjukan gejala klinis seperti6 Rasa nyeri yang parah setelah trauma ringan Nyeri bertambah parah dengan berdiri tegak Nyeri biasanya membatasi gerakan sehingga pasien membutuhkan penyangga seperti kursi roda Tekanan berlebih di atas prosesus spinosus setinggi tulang belakang yang sakit akan memberikan rasa nyeri Adanya deformitas kifosis dan kelainan postural akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan, lutut menekuk dan panggul memiring untuk mengimbangi pusat gravitasi yang menjadi lebih anterior sehingga akan meningkatkan kekakuan otot Perut menonjol, dengan gejala gastrointestinal (ileus) Kecepatan gerak badan yang berkurang Gangguan psikologis karena perubahan penampilan

2.2.5. KlasifikasiSecara morfologi fraktur tulang belakang dibagi menjadi 3 yakni wedge, crush dan biconcave fractures. Bentuk wedge adalah bentuk yang paling sering terjadi.7Gambar 2. Bentuk fraktur kompresi tulang belakang dari kiri ke kanan : bentuk wedge, crush dan biconcave

Dikutip dari : Shen dkk7

Fraktur kompresi tulang belakang juga dapat dibedakan berdasarkan usia fraktur5,a. Hiperakut (kurang dari 7 hari)b. Akut (8 sampai 30 hari)c. Subakut (31 sampai 90 hari)d. Chronic ( lebih dari 90hari)

2.2.6. Gambaran radiologia. Foto konvensional tulang belakang anteroposterior (AP) dan lateralFoto polos dapat digunakan untuk evaluasi derajat dari berkurangnya tinggi badan tulang belakang dan progress dari penyakit dengan dilakukannya foto serial. Dengan foto perbandingan yang sebelumnya, radiologis dapat menentukan bila apakah itu fraktur baru atau tidak, tetapi tidak dapat menentukan usia fraktur tersebut.8

Gambar 3 : Rasio tinggi badan tulang belakangDikutip dari : Huang et al8

b. Computed Tomografi (CT)CT merupakan modalitas alternatif apabila pasien tidak dapat dilakukan pemerikasaan MRI. CT ideal digunakan untuk menilai integritas dari dinding posterior dari badan tulang belakang, dan untuk mengevaluasi pedikel atau elemen posterior yang dicurigai fraktur. Informasi ini berguna untuk menentukan arah masuk jarum.5c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI dapat membedakan fase fase dari osteoporosis fraktur tulang belakang, yakni akut, subakut dan telah sembuh. MRI juga dapat menilai kanalis spinalis, fragmen retropulsi, dan melihat ada atau tidak adanya kompresi spinal cord. Selain itu MRI juga dapat melihat penyebab nyeri dari tulang belakang, apakah merupakan proses osteoporosis,keganasan atau stenosis spinalis.5

Gambar 4: Seorang perempuan berusia 71 tahun dengan osteoporosis dan nyeri punggung setelah jatuh. (A) CT potongan aksial dan (B) potongan sagittal menunjukan fraktur kompresi tulang belakang setinggi L2 dengan retropulsi ke kanalis spinalis. Perhatikan bahwa fraktur tidak meluas ke pedikel. (C) intensitas abnormal dari sum sum tulang yang menunjukan edema yang memberikan gambaran hipointens pada TIWI dan hiperintens pada short tau inversion recovery (STIR)(D)5

d. Bone scanBone scans dengan menggunakan Tc-99m mempunyai sensitifitas yang tinggi, tetapi tidak spesifik untuk fraktur tulang belakang, dan akan tetap positif selama kurang lebih setahun setelah penyembuhan5

Gambar 5 : Gambaran bone scan dengan menggunakan Tc-99-m radionuclide pada bagian posterior, menunjukan peningkatan uptake pada fraktur kompresi tulang belakang (panah putih) dan pada fraktur tulang kosta multiple

2.2.7. Intravertebral cleftIntravertebral cleft didefinisikan sebagai sesuatu kelainan didalam badan tulang belakang, batas tegas, linier atau pada MRI memberikan gambaran hipointens kistik dengan intensitas yang sama dengan udara pada sekuen TIWI, hiperintens kistik dengan intensitas yang sama dengan cairan serebrospinal pada sekuen STIR9

Gambar 6 : Gambaran intravertebral cleft yang ditemukan pada gambaran konvensional radiologis sebelum operasi (A), MRI sekuen TIWI(B), MRI sekuen short tau inversion recovery (C) dan CT post operasi (D)Dikutip dari : Marc et all

2.3. Vertebroplasti dan kifoplasti2.3.1. SejarahVertebroplasti pertama kali dipakai tahun 1984 di Perancis oleh Herve Deramon, yakni seorang neuroradiologis intervensi. Dimana prosedur ini dipakai untuk terapi rasa nyeri yang di akibatkan oleh tumor jinak dan ganas pada tulang belakang serta degeneratif fraktur tulang belakang. Pada tahun 1993 para neuroradiologis di amerika serikat mulai menggunakan prosedur ini. Pada awal tahun 1990 seorang ahli bedah ortopedi yang bernama Dr. Mark Reiley, menggagaskan ide untuk menggunakan balon yang dimasukan kedalam badan tulang belakang yang fraktur sehingga dapat memperbaiki tinggi dari badan tulang belakang dan meminimalisir bungkuk yang diakibatkan oleh fraktur kompresi vertebra.10

2.3.2. Alat dan bahanA. Alat Vertebroplasti dan kifoplasti1, 2,10Alat yang dipakai dalam prosedur vertebroplasti dan kifoplasti hampir sama- alat floroskopi atau C-arm- trocar 11 gauge atau 13 gauge- jarum suntik biopsi tulang- Mallet- Sterile pack

B. Bahan a. Jenis Semen2,11Saat ini, PVP dilakukan dengan beberapa jenis Polymethylmethacrylate (PMMA), seperti Simplex P (Stryker-Howmedica-Osteonics, Rutherford, NJ), Osteobond (Zimmer, Warsaw, IN), atau Cranioplastic (CMW, Blackpool, Inggris). Hanya Simplex P disetujui oleh United States Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan dalam fraktur patologis, termasuk di tulang belakang. Simplex P dan Osteobond mengandung 10% berat / volume barium sulfat untuk opasifikasi, Namun, jumlah ini cukup memadai untuk visualisasi yang mudah selama tindakan fluoroskopi yang dipandu oleh PVP. Cranioplastic tidak mengandung barium sulfat dan tidak bersifat radiopak intrinsik. Oleh karena itu, semua semen PMMA yang saat ini tersedia secara komersial membutuhkan penambahan opacifier dalam jumlah yang cukup untuk memastikan visualisasi yang baik dan injeksi yang aman di bawah flouroskopi. Di Eropa, tungsten dan bubuk tantalum biasanya digunakan sebagai opacifier, tapi zat ini sulit dikemas dalam bentuk steril, kelas medis di Amerika Serikat dan mereka tidak disetujui oleh FDA sebagai opasifikasi untuk PMMA semen. Oleh karena itu, di Amerika Serikat, steril barium sulfat telah menjadi pilihan utama sebagai semen opasifikasi. Sekitar 30% berat/volume barium sulfat harus ditambahkan ke bubuk PMMA untuk mendapatkan opacifikasi yang cukup untuk pemantauan secara fluoroskopi (Jasper LE, Deramond H, Mathis JM, Belkoff SM, data tidak dipublikasikan, 2000). Barium sulfat harus murni, seperti didefinisikan oleh Farmakope Amerika, dan harus tidak mengandung aditif seperti yang biasa hadir dalam barium digunakan untuk evaluasi gastrointestinal. Barium sulfat memerlukan sterilisasi dengan panas kering atau radiasi; etilen oksida dan uap meruapakan metode sterilisasi yang jarang dikerjakan.2,11Tes biomekanik telah menunjukkan bahwa penambahan serbuk barium sulfat untuk semen akan mengubah kekuatannya; Namun, kekuatan semen dengan ditambahkannya barium sulfat untuk menghasilkan campuran berat/volume 30% tidak menghasilkan perubahan dalam kuat tekan dari PMMA, dan diragukan bahwa perubahan ini signifikan secara klinis , karena tidak ada laporan mengenai kegagalan mekanik tulang belakang yang diterapi dengan PVT.2,11Visualisasi semen selama injeksi dan diawasi secara cermat untuk ekstravasasi semen adalah kunci untuk membuat PVP aman. Meskipun kebocoran kecil (misalnya, sebagian kecil dari satu sentimeter kubik) dapat ditoleransi tanpa gejala sisa klinis, setiap upaya harus dilakukan untuk menghindari ekstravasasi. Jika peralatan fluroskopi biplana digunakan, visualisasi dapat dengan mudah dipertahankan dalam dua proyeksi selama injeksi. Bila hanya menggunakan peralatan plana tunggal, proyeksi lateral harus dipantau secara konstan, karena proyeksi ini memungkinkan identifikasi yang cepat dari kebocoran semen ke dalam ruang epidural. Kita harus tetap secara berkala memeriksa proyeksi anteroposterior untuk memastikan bahwa kebocoran lateral dapat dihindari. Jika CT atau MRI digunakan, pemantauan real-time dari semen selama injeksi lebih sulit. Saat ini, kebanyakan dokter yang menggunakan metode panduan pencitraan ini untuk penempatan jarum kembali ke panduan secara fluoroskopi selama injeksi semen.2,11Setelah prosedur selesai, pasien harus dijaga telentang untuk mencegah berat tubuh sementara semen mengeras. PMMA semen biasanya diatur dalam waktu 20 menit dan mencapai sekitar 90% dari kekuatan utama mereka dalam waktu 1 jam dari injeksi. Salep antibiotik harus diberikan ke tempat penusukan jarum introducer dan kemudian ditutup dengan perban steril, sama dengan perawatan kulit yang diberikan kepada tempat suntikan setelah angiografi. Jika prosedur ini dilakukan secara rawat jalan, seperti yang sekarang umum di Amerika Serikat, pasien harus diamati di daerah pemulihan selama 1 sampai 3 jam setelah operasi. Pasien biasanya merasakan nyeri antara 4 dan 24 jam pasca operasi; Namun, nyeri lokal dan memar minimal di tempat tusukan yang umum dan merupakan hal yang harus dijelaskan kepada pasien dan keluarga sebelum dan setelah prosedur. Biasanya, pasien diobati dengan analgesik sebelum prosedur dan diberikan dosis pemeliharaan setelah prosedur yang diperlukan. Kami rutin melakukan pemeriksaan tindak lanjut klinis dengan pengujian skala nyeri analog visual yang berulang pada 1, 7, dan 30 hari setelah PVP dan membandingkan nilai-nilai ini dengan hasil pengujian pra operasi. Evaluasi radiografi tambahan dilakukan hanya jika pasien tidak merespon positif terhadap pengobatan.2b. Jumlah Pada semua tipe fraktur kompresi tulang belakang, jumlah semen yang disuntikan berkisar antara 1 sampai 16 mL dengan rata rata tersering adalah 5 mL. Jumlah rata rata semen yang disuntikan pada tulang belakang setinggi torakal 3 8 sebanyak 3,5 mL, pada torakal 9 12 sebanyak 5 mL dan pada lumbal 1 5 sebanyak 6 mL.12 Ada juga yang berpendapat, bahwa jumlah semen yang disuntikan pada fraktur tulang belakang harus dapat mengisi dari celah intravertebra, dimana dengan mengisi celah intravertebra dapat mengobati nyeri dalam waktu jangka panjang.12

2.3.3. Prosedur tindakanBaik vertebroplasti dan kifoplasti, ada beberapa protocol yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum tindakan,yakni13 :- Sebelum prosedur tindakan kita harus pastikan kembali bahwa pasien telah di periksa tidak mempunyai kontraindikasi pemeriksaan, hasil laboratorium koagulasi dalam batas normal dan telah mengisi lembar informed consent- 30 menit sebelum tindakan pasien diberikan antibiotik profilaksis ( 1 gr cephazolin)- Posisikan pasien telungkup (prone) dengan tangan di posisikan di sekitar kepala - Lokasi prosedur harus steril dan operator serta tim yang akan melakukan prosedur harus dalam keadaan steril- Suntikan anestesi local disekitar tempat yang di lakukan prosedur, bila dibutuhkan dapat menggunakan anestesi umum- Buat sayatan kecil pada kulit dengan menggunakan scalpel

Pada teknik vertebroplasti Dilakukan dengan cara transpedikular, yakni dengan menggunakan trocar dan 2 jarum biopsi tulang 13-gauge yang di masukan melalui sayatan di kulit ke bagian posterior dari tulang belakang Jarum kemudian diletakan di 1/3 anterior dari badan tulang belakang. Posisi cannula harus selalu di cek dengan proyeksi anteroposterior dan lateral selama jarum dimasukan Kemudian suntikan cairan dan bubuk polymethylmethacrylate (PMMA) yang dicampur dengan 12 gram barium sulfat Dengan panduan floroskopi, semen disuntikan sampai badan tulang belakang terisi ke arah posterior hingga 25 % atau sampai ada kebocoran Lepas jarum biopsy dan trokar Pasien harus tetap dalam posisi telungkup sampai semen mengeras (sekitar 15 menit Pasien kemudian dipindahkan ke tempat tidur pasien 2, 14

Gambar 7 : Prosedur tindakan vertebroplastidikutip dari : http://www.twincitiespainclinic.com/tcpc-procedures.php

Pada teknik kifoplasti Dilakukan dengan cara bipedikular, dengan menggunakan canula bilateral Pada canula dimasukan bor untuk membuat jalur balon kifoplasti ke dalam badan tulang belakang Kemudian balon di kembangkan melalui kanula hingga terbentuk rongga didalam badan tulang belakang, Setelah balon di kecilkan kembali dan dikeluarkan, semen dimasukan dan dilakukan prosedur yang sama dengan vertebroplasti14

Gambar 8: Diagram prosedur kifoplasti Dikutip dari : http://www.jupiterinterventionalpain.com/pain-treatments.html

Gambar 9 : Prosedur kifoplasti secara guiding floroskopi Dikutip dari : Saliou et al

Pendekatan alternative untuk arah masuk jarum adalah a. ParapedicularArah masuk jarum antara bongol costa dan batas lateral dari pedikel. Cara ini biasanya untuk fraktur tulang belakang setinggi torakalis b. AnterolateralArah jarum dari anterolateral biasanya untuk fraktur tulang belakang setinggi servikalis dimana dibutuhkan perhatian yang lebih untuk mengetahui posisi arteri karotis dan arteri vertebral selama pemasukan trocar15

Gambar 9 : Arah masuk jarum secara transpedikular dan parapedikular15Dikutip dari : Carrison et al

2.3.4. Indikasi dan kontraindikasia. Indikasi Pasien yang dikategorikan untuk mendapatkan terapi vertebroplasti atau kifoplasti adalah pasien dengan fraktur kompresi tulang belakang yang sudah tidak dapat di terapi lagi dengan menggunakan obat antinyeri, pasien dengan hemangioma dan pada pasien dengan nyeri yang diakibatkan oleh metastasis tipe osteolitik.13,16 b. Kontraindikasi Ada kontraindikasi absolut dan relative pada beberapa pasien yang tidak dapat menerima prosedur vertebroplasti atau kifoplasti, yakni a. Kontraindikasi absolut Fraktur kompresi tulang belakang yang tidak memberikan gejala klinis Infeksi (lokal maupun sistemik) Retropulsi fragmen tulang yang mengakibatkan mielopati Koagulopati yang tidak dapat dikoreksi Alergi terhadap bahan kontras atau bahan semen tulang

b. Kontraindikasi relatif Retropulsi dari fragmen fraktur yang tidak memberikan gejala klinis yang menyebabkan spinal canal compromise yang signifikan Penyebaran tumor ke ruang epidural yang tidak memberikan gejala klinis 13,16

2.4. Hasil dan Komplikasi2.4.1 HasilHasil secara klinis dari vertebroplasti maupun kifoplasti sangat menggembirakan, dari suatu hasil penelitian didapatkan hasil 75% sampai 100% dan 85% sampai 100% pasien dengan fraktur kompresi tulang belakang yang dikarenakan osteoporosis menyatakan mengalami penurunan rasa nyeri setelah vertebroplasti dan kifoplasti. Hilangnya rasa nyeri dirasakan hamper pada semua pasien segera setelah operasi dan pasien sudah dapat bergerak 24 jam setelah operasi. Bahkan dari suatu penelitian lainnya,dilaporkan hilangnya rasa nyeri setelah vertebroplasti tetap bertahan 4 sampai 5 tahun setelah terapi.Faktor dari pasien seperti umur, jenis kelamin, BMD dasar, riwayat merokok atau penggunaan steroid, dilaporkan tidak mempengaruhi hasil dari vertebroplasti dan kifoplasti.2,10

2.4.2. Komplikasi a. Ekstravasasi semenSalah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah ekstravasasi semen, ekstravasasi semen bisa terjadi karena berlebihnya jumlah semen yang di suntikan, semen keluar melalui cabang kortikal dan penempatan jarum yang kurang tepat. Ekstravasasi semen ke dalam vena, jaringan lunak atau celah sendi di laporkan sebanyak 33 70 % dari seluruh tindakan vertebraplasti dan kurang dari 10% dari seluruh tindakan kifoplasti. Tidak ada kelainan yang di laporkan setelah terjadinya ekstravasasi kontras.9,12

b. Fraktur tambahan Kejadian fraktur tambahan setelah terapi vertebroplasti dan kifoplasti berkisar antara 12 % sampai 50%. Kebanyakan fraktur ini terjadi 2 3 bulan setelah terapi. Penyebab terjadinya fraktur tambahan ini masih belum diketahui, tetapi kemungkinan karena banyak faktor. 9,12