4 shared

Upload: arum-kartika

Post on 10-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

42

BAB 1PENDAHULUAN

1. Latar BelakangPreparasi gigi adalah suatu teknik pengurangan jaringan gigi yang mengalami kerusakan agar dapat menerima material bahan tambal sehingga mengembalikan kesehatan gigi, termasuk mengkoreksi estetik sesuai bentuk dan fungsi normalnya. Preparasi gigi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan estetik dan fungsional. Prinsip preparasi masa kini adalah preparasi minimal yang berarti membuang jaringan karies secukupnya, yaitu jaringan yang terinfeksi, dan mengambil jaringan sehat sesedikit mungkin. Prinsip ini dikembangkan sehubungan dengan kemajuan pengetahuan mengenai proses karies, hasil-hasil penumpatan melalui penelitian, dan ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di bidang biomaterial. Di pihak lain dengan preparasi minimal banyak kemajuan yang diperoleh, yaitu sisa jaringan gigi tetap kuat, cedera terhadap jaringan pulpa minimal, pengembalian ke bentuk anatomi lebih mudah, dan estetika lebih terjamin.Dalam konsep baru tentang preparasi ini terdapat beberapa perubahan pokok. Fokus preparasi adalah dengan pengambilan jaringan karies dan perluasan kavitas disesuaikan dengan perkembangan karies melibatkan enamel dan dentin. Dengan demikian bentuk luar kavitas ditentukan dengan mengikutsertakan enamel yang tidak terdukung dentin. Bentuk luar ini sebaiknya ditentukan terlebih dahulu sehingga diperoleh ekstensi yang minimal extention for prevention berlaku untuk restorasi amalgam. Hal ini disebabkan ekstensi ke daerah imun terhadap karies tidak menjamin daerah tersebut tidak terserang karies lagi. Tahan preparasi menurut Black yang sebetulnya berhubungan dengan terapi karies yaitu pengambilan jaringan karies dan penentuan bentuk kavitas. Dalam prinsip preparasi sekarang diharapkan bahwa bentuk akhir kavitas hampir sama dengan bentuk lesi semula.

2. TujuanAgar setelah pembelajaran mahasiswa dapat memahami:1. Bentuk anatomi gigi2. Prinsip dasar preparasi kavitas3. Desain kavitas4. Syarat preparasi kavitas5. Nomenklatur kavitas

3. Manfaat Agar setelah pembelajaran mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di dapat mengenai:1. Bentuk anatomi gigi2. Prinsip-prinsip dasar preparasi kavitas3. Desain preparasi kavitas4. Syarat preparasi kavitas5. Nomenklatur kavitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi GigiAnatomi gigi1. Jaringan kerasJaringan yang mengandung bahan kapur, yang terdiri dari enamel, dentin, dan sementum (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)a. EnamelEnamel tidak memiliki kolagen dan akan berhenti terbentuk setelah gigi erupsi. Enamel adalah jaringan yang paling keras dan merupakan pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan-rangsangan pada waktu pengunyahan serta berasal dari jaringan ektoderm (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)Susunan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite yang menunjang kekuatan serta ketidakrapuhan enamel( Ten et al, 2007 ).b. DentinDentin adalah bagian antara enamel atau sementum dan rongga pulpa( Ross et al,2003. Hlm 451 ). Dentin berasal dari jaringan mesoderm, merupakan struktur penyusun gigi yang terbesar. Jaringan ini jauh lebih lunak dibandingkan enamel karena komposisi material organiknya lebih banyak dibandingkan enamel.1 Dentin disekresikan oleh odontoblasts dari pulpa gigi.3 Pembentukan dentin dikenal sebagai dentinogenesis. Dentin terdiri dari 70% bahan anorganik, 20% bahan organik, dan 10% air. Karena dentin lebih lunak dari enamel, maka dentin akan lebih cepat rusak. Meski begitu dentin masih merupakan pelindung pulpa yang baik( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ).Primer dentin adalah dentin yang dibentuk sewaktu masih dalam kandungan. Sekunder dentin adalah dentin yang terbentuk karena pacuan-pacuan yang dialami oleh odontoblast misalnya oleh rangsangan mekanis, panas, kimia atau yang paling utama rangsangan oleh karena karies gigi. Tertier dentin adalah dentin yang terbentuk oleh karena adanya rangsangan terhadap odontoblast pada perawatan endodontik seperti pulp capping direct atau amputasi vital. Di daerah permukaan mahkota gigi, dentin terletak di bawah enamel. Tapi di bagian akar dentin tidak ditutupi oleh email melainkan oleh sementum (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)c. SementumSementum adalah zat tulang khusus yang meliputi akar gigi dan terdiri dari sekitar 45% bahan anorganik (terutama hidroksiapatit), 33% bahan organik (terutama kolagen) dan 22% air. Sementum diekskresikan oleh cementoblasts dalam akar gigi. Berwarna kekuningandan lebih lunak daripada dentin atau email.5 Fungsi utamanya adalah sebagai perlekatan serabut ligament periodontal yang menahan gigi untuk tetap pada posisinya dan berhubungan dengan jaringan sekitarnya (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)Secara umum, struktur geligi sama. Hal yang membedakannya adalah jumlah saluran akar paad geligi. Pada molar ke-3, salura akarnya bervariasi karena bentuk cuspa molar ke-3 juga bervariasi( Balogh, 2006. Hlm 276-290 ).2. Jaringan lunakJaringan lunak yaitu jaringan pulpa yang terdapat dalam rongga pulpa sampai foramen termis dan kimia ( Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48) Pulpa gigi adalah bagian tengah dari gigi yang terisi dengan jaringan ikat lunak( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ). Jaringan ini berisi pembuluh darah dan sel saraf yang sangat peka terhadap rangsangan mekanis, yang masuk ke gigi dari foramen apicalis pada akar ( Cummings, 2001 ). Di sepanjang perbatasan antara dentin dan pulp adalah odontoblasts, yang menstimulasi pembentukan dentin( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ). Sel-sel lain dalam pulp termasuk fibroblast, preodontoblasts, makrofag dan limfosit T( Balogh, 2006. Hlm 276-290 ).Rongga pulpa, terdiri dari: ( Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)a. Tanduk pulpa (pulp horn) yaitu ujung ruang pulpab. Ruang pulpa yaitu ruang pulpa di korona gigi.c. Saluran pulpa yaitu saluran di akar gigi, kadang-kadang bercabang dan ada saluran tambahan (supplemental pulp canal).d. Foramen apikal yaitu lubang di apeks gigi, jalan masuk dari jaringan pulpa ke rongga pulpa.3. Ligamentum periodontalLigamentum periodontal adalah jaringan ikat khusus yang melekat pada sementum gigi ke tulang alveolar. Jaringan ini mencakup akar gigi dalam tulang. Setiap ligamen memiliki lebar 0,15-0,38 mm, namun ukuran ini menurun dari waktu ke waktu( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ). Fungsi ligamen periodontal termasuk perlekatan gigi ke tulang, supportive agent, dan resorpsi tulang selama terjadi pergerakan gigi dan erupsi( Cummings, 2001 ).4. Tulang AlveolarTulang alveolar adalah tulang rahang yang menjadi tempat menempel (socket) dari gigi-geligi. Seperti tulang lainnya dalam tubuh manusia, tulang alveolar ini akan terbarui sepanjang hidup( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ).

5. Saluran akarSaluran akar adalah bagian dari ruang dalam gigi yang terdiri dari ruang pulp (dalam bagian koronal gigi), saluran utama, dan cabang yang lebih rumit yang dapat menghubungkan saluran akar satu sama lain. Ruang ini terisi dengan jaringan ikat longgar yang memiliki banyak pembuluh darah( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ).

1. Insisive

Gambar 2.1: gigi insisivus beserta bagian-bagiannya( Cummings, 2001 ).

Pada gigi insisivus pertama rahang atas: (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)1. Panjang akar: 13,5 mm2. Panjang cervico-incisal korona: 10,5 mm3. Diameter mesiodistal korona:8,5 mm4. Diameter labio atau buccolingual/palatal pada servical: 6,0 mm5. Curve mesial dari garis cervical: 3,5 mm.6. Curve distal dari garis servical: 2,5 mm.Pada gigi insisivus kedua rahang atas: (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)1. Panjang akar: 13,0 mm2. Panjang cervico-incisal korona: 9,0 mm3. Diameter mesiodistal korona: 6,5 mm4. Diameter labio atau buccolingual/palatal pada servical: 5,0 mm5. Curve mesial dari garis cervical: 3,0 mm.6. Curve distal dari garis servical: 2,0 mm.Pada gigi insisivus pertama rahang bawah: (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)1. Panjang akar: 12,5 mm2. Panjang cervico-incisal korona: La. 9,0 mm, Li. 9,5 mm.3. Diameter mesiodistal korona: 5 mm4. Diameter labio atau buccolingual/palatal pada servical: 5 mm5. Curve mesial dari garis cervical: 3 mm.6. Curve distal dari garis servical: 2 mm.

Pada gigi insisivus kedua rahang bawah: (Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)1. Panjang akar: 14,0 mm2. Panjang cervico-incisal korona: La. 9,5 mm, Li. 10 mm.3. Diameter mesiodistal korona: 5,5 mm4. Diameter labio atau buccolingual/palatal pada servical: 5,0 mm5. Curve mesial dari garis cervical: 3,0 mm.6. Curve distal dari garis servical: 2,0 mm.

2. CaninusSama seperti struktur geligi lainnya, struktur canine terdiri dari enamel, Dentin, rongga pulpa, sementum, dan saluran akar. Canine memiliki satu saluran akar sama seperti jumlah akar.

Gambar 2.2 : gigi caninus beserta bagian-bagiannya( Cummings, 2001 ).

1. Premolara. Premolar pertamaatas

Gambar 2.3: Ruangan pulpa gigi premolar pertama kanan atasP1 atas adalah gigi ke-4 dari garis tengah rahang atas. Premolar dan molar disebut gigi posterior, karena itu P1 adalah gigi belakang pertama distal dari garis tengah. Gigi ini mempunyai 2 cusp, satu di bukal dan satu di palatal sehingga diberiistilah bicuspid. Gigi P1 sering kali memiliki akar yang terpisah, biasanya akar ini member dua cabang dengan bifurkasinya pada sebagian setengah panjang akar( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ).b. Premolar kedua atas

Gambar 2.4: Ruangan pulpa gigi premolar kedua kanan atasP2 atas adalah gigi ke-5 dari garis tengah rahang atas, karena gigi ini mempunyai fungsi yang sama dengan P1 maka bentuknya dari semua permukaan sama. Premolar kedua atas memiliki satu akar. ( Waltoun et al, 2002. Hlm 11-13 ).

c. Premolar pertama bawah

Gambar 2.5: Ruangan pulpa gigi premolar pertama bawahP1 bawah adalah gigi keempat dari garis median dan gigi belakang ke-1 dirahang bawah. Tugasnya sama dengan premolar dan kaninus rahang atas, sehinggamemilikibeberapasifatkhasdarikaninusdan premolar rahang atas, meskipun P1 bawah memiliki dua cusp dan kelihatannya sama dengan premolar atas tetapi cusp yang berfungsi adalah cusp yang panjang, tajam (bukalcusp) seperti cusp pada gigi kaninus. P1 bawah memiliki satu akar, berbentuk bundar, kadang-kadang pendek dan runcing. ( Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)c. premolar kedua bawah

Gambar 2.6: Ruangan pulpa gigi premolar kedua bawahP2 bawah adalah gigi ke-5 dari garis tengah. Meskipun ukuran mesio-distal dari korona dan akar hamper sama seperti premolar pertama bawah, tetapi pertumbuhannya pada lain permukaan lebih baik. Pada gigi ini terdapat dua jenis bentuk, yaitu premolar dengan 3 cusp (1 cusp bukal dan 2 cusp lingual) dan premolar dengan 2 cusp (I cusp bukal dan 1 cusp lingual). Premolar kedua bawah memiliki akar yang lebih besar dan panjang dar ipada premolar pertama bawah( Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48)4. MolarGigi molar mempunyai permukaan oklusal terbesar dari semua gigi dan mempunyai fungsi mengunyah yang penting untuk menggiling dan menghancurkan makanan.

Gambar 2.7 : anatomi gigi molara. Molar 1 Atas Molar pertama atas lebih besar daripada molar kedua, yang kedua lebih besar daripada yang ketiga, dan keadaan ini terutama karena penurunan bertahap ukuran cuspis distolingual yang bahkan tidak bisa ada pada molar ketiga. Bentuk oklusal molar atas berbentuk jajaran genjang dibandingkan bentuk molar bawah yang lebih bujur sangkar ( Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48) Garis luar oklusa berbentuk rhombus Diameter dan buko-palatal memiliki perbandingan hampir sama Ketebalan email = 2.5 3 mm( Balogh, 2006. Hlm 276-290 ). Gigi molar paling besar Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan distopalatal paling kecil. Cusp bukal lebih runcing dari cusp palatal Bukolingual mahkota lebih besar dari mesiodistal Terdapat tuberculum carabelli pada cusp mesiopalatal Akar tiga, dan terpisah , akar palatal paling panjang dan mengembang, akar bukal berinklinasi ke distalBagian oklusal berbentuk jajaran genjangb. Molar 2 atas ( Itjiningsih,1995. Hlm: 18-48) Punya 4 cusp (mesio dan disto-buccal,mesio dan disto-lingual) Akar berjumlah 3 Ketebalan email = 2.5 3 mm( Balogh, 2006. Hlm 276-290 ).c. Molar 1 bawah( Balogh, 2006. Hlm 276-290 ). Punya 5 cups, 3 bukal dan 2 lingual Permukaan bukal berinklinasi ke lingual Mesiodistal mahkota lebih besar dari bukolingual Bagian oklusal berbentuk segi empat Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang, akar distal lebih bulat Garis oklusal berbentuk jajar jejang Molar pertama bawah merupakan molar terbesar pada rahang bawah. Ia mempunyai ukuran terbesar pada mesiodistal bila dibanding dengan molar atas yang mempunyai ukuran bukopalatal yang lebih lebar. Ketebalan email = 2.5 3 mmd. Molar 2 bawah( Balogh, 2006. Hlm 276-290 ). Cups berjumlah 4 Garis oklusal berbentuk jajar jejang Ketebalan email = 2.5 3 mme. Molar 3Gigi molar ke-3 atau biasa dikenal dengan wisdom teeth adalah gigi terakhir yang akan erupsi pada manusia dewasa. Biasanya molar ke-3 akan bererupsi pada usia 17 tahun. Secara struktural, gigi molar ke-3 tidak memiliki perbedaan dengan geligi yang lainnya. ( Balogh, 2006. Hlm 276-290 ).

Gambar 2.7 : anatomi gigi molar 32.2 Preparasi Kavitas Gigi2.2.1 Definisi dan Tujuan Preparasi Kavitas GigiPreparasi kavitas merupakan suatu langkah penting sebelum tindakan restorasi gigi2. Preparasi kavitas dilakukan pada pasien yang menderita karies. Preparasi kavitas sendiri adalah mempersiapkan celah kavitas pada gigi yang akan di restorasi. Preparasi kavitas selain membuang karies dan bagian sehat gigi seminimal mungkin.( Baum Lloyd, 1997 ; page 182 )Tujuan preparasi kavitas adalah membuang email dan dentin yang karies, serta membentuk kavitas sehingga tumpatan dapat diletakkan didalammnya dengan sempurna ( Pitt Ford, 1993 ; page 55 ).

2.2.2 Syarat preparasi gigiPreparasi kavitas membantu menyempurnakan serangkaian prosedur sitemik tubuh. Prasyarat untuk memahami preparasi kavitas adalah memahami struktur anatomi gigi. Suatu gambaran gross baik internal maupun eksternal tubuh dari individu yang akan di preparasi giginya harus diperlihatkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam preparasi kavitas adalah arah dari enamel rods, ketebalan enamel, dentine body, ukuran beserta posisi dari pulpa dan hubungan antara daerah subgingiva dengan crown. Meskipun preparasi kavitas dilakukan dengan pertimbangan biologis, pemotongan struktur gigi dalam pembuatan kavitas juga harus memperhatikan apek mekanis dari material restorasi. Untuk dapat membuat suatu restorasi yang baik dan tahan terhadap beban daya kunyah dalam operator harus mengingat syarat pokok preparasi gigi antara lain:1. Outline Form2. Resistance Form3. Retention Form4. Removal of caries 5. Finishing of the enamel wall6. Convinience Form7. Cavity toiletPada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai pulpa, sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua. Apabila terjadi keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang sesuai takaran ke dalam kavitas yang sudah di preparasi ( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).1. Outline Form Membentuk outline form berarti menggambar batas-batas dari kavitas pada posisi-posisi yang akan di tempatinya pada akhir preparasi, suatu tindakan perluasan dari dinding eksternal, dengan kedalaman tertentu dari preparasi yang melibatkan struktur gigi yang sehat untuk mencegah gigi atau tumpatan pecah, contohnya, sebagai finishing dinding enamel dan batas-batasnya. Pembentukan outline form harus dilakukan sebelum pemotongan struktur gigi. Biasanya extensive caries, fractured enamel dapat menghalangi gambaran yang akurat dari penangan persiapan preparasi kavitasTerdapat dua macam prinsip yaitu, a) undermined enamel harus dihilangkan, b) seluruh batas outline form harus ditempatkan pada posisi yang mampu menghasilkan hasil akhir yang kuat. Prinsip kedua merupakan percabangan yang menjadi pembeda untuk kavitas pada pit dan fissure. ( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Pit dan kavitas fissure : perpanjangan dari outline form pada kavitas-kavitas pit dan fissure dipengaruhi dua faktor yaitu, a) perpanjangan garis menuju enamel diikuti proses karies 2) perpanjangan garis harus dibuat sepanjang fissure untuk mendapat margin yang halus dan sesuai anatomi gigi. perluasan preparasi dilakukan sepanjang fisura dengan kedalaman sekitar 2 mm dari dinding eksternal (maksimal 0,2 mm masuk ke dalam dentin). Pada kasus tertentu, pengambilannya bagian pit dan fisura hanya sedikit. Di bagian ini dibuat suatu bentuk cekungan mendatar dan tidak perlu ditumpat. Keadaan ini dilakukan pada pit dan fisura dengan kedalaman tidak lebih dari 1/3 tebal enamel. Tindakan ini dinamakan enameloplasty. sebuah lubang atau lekuk (retak atau tidak) tidak menembus pada kedalaman enamel dan tidak membolehkan preparasi yang tepat pada margin gigi kecuali oleh perluasan yang tidak diinginkan. Jika suatu retakan dangkal dihilangkan, dan konvolusi dari enamel dikelilingi saucered area bisa dibersihkan dan diselesaikan, memungkinkan penumpatan dengan preparasi konservatif margin. Prosedur ini dari pembentukan ulang permukaan enamel dengan instrumen pemotongan putar. Enameloplasty (daerah karies kecil tidak perlu ditumpat hanya didatarkan saja) tidak memperluas bentuk outline preparasi. Operator harus selektif dalam memilih area dimana enamelopasty dilakukan. Biasanya sebuah retakan seharusnya dihilangkan dengan prosedur preparasi normal jika retakan ini menembus lebih dari sepertiga ketebalan enamel dalam area. Jika sepertiga atau kurang dari kedalaman enamel terlibat, retakan bisa dihilangkan dengan enameloplasty tanpa mempersiapkan atau memperluas preparasi gigi. Prosedur ini bisa digunakan juga pada lekuk tambahan (retak atau tidak) yang meluas pada inklinasi cusp( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Secara alami terdapat beberapa tipe outline form dengan bentukan anatomis dari gigi yang telah dipreparasi. Dalam perpanjangan fissure dan hubungan antara pit dan fissure pada permukaan oklusal gigi, tepi-tepinya tidak harus dibuat lurus dari satu titik menuju titik lain, bentukan garis lereng-lereng pada cusp harus diikuti bentukan kurva yang halus untuk memberikan struktur cusp yang kuat. Contoh lain, pada preparasi kelas 1 pada premolar rahang atas saat perpanjangan kavitas melibatkan oklusal fissure, mesialm distal pits, facial dan lingual radiatung fissure. Outline form dari bentukan seperti ini berbentuk kupu-kupum ato yang biasa disebut dengan butterfly type preparation ukuran tersempit dari bentukan ini terdapat pada preparasi di fasiolingual yang letaknya antara cusp tertimggi. Semakin banyak garis yang terbentuk maka tahanan yang diberikan pada preparasi yang melibatkan permukaan oklusal akan memberikan prinsip pemeliharaan pada waktu itu juga(Barton et al, 1985. Hlm 94-98).Kavitas dengan permukaan halus, dengan perkecualian preparasi karies kelas 5, kavitas dengan permukaan yang halus termasuk permukaan proksimalnya. Pada kelas 2 yang melibatkan dua permukaan oklusal dikontrol oleh faktor yang menetukan penempatan batas-batas outline form pada pit dan fissure dan untuk preperasi inlays berbentuk dovetail pada permukaan oklusal.Dalam outline form terdapat hal yang perlu diperhatikan yaitu extension for prevention atau cutting for immunity. Maksudnya adalah akan dilakukannya perluasan preparasi untuk mencegah terjadinya sekunder karies. Daerah-daerah yang lebih mudah terkena karies adalah pada daerah pit dan fisura yang dalam. Oleh karena itu, pit dan fisura perlu dilakukan extension prevention. Selain itu terdapat hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah preparasi harus berhubungan dengan estetik( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).2. Resistance FormResistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai tempat penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur. Prinsip dasar dari resistance form antara lain:1. Menggunakan bentuk kotak dengan dasar relatif datar, yang membantu gigi menahan muatan oklusal saat pengunyahan yang diarahkan pada sumbu panjang gigi.2. Membatasi perluasan dinding eksternal (dipertahankan sekecil mungkin) untuk memungkinkan cusp kuat dan area tepi tetap dengan dukungan gigi terpenuhi.3. Menutup cusp yang lemah dan menyelimuti atau merestorasi gigi dalam preparasi gigi ekstensif untuk mencegah atau menahan keretakan gigi dengan kekuatan dalam sumbu panjang dan secara miring (secara lateral).4. Memberikan ketebalan yang cukup pada material restorasi untuk mencegah keretakan dibawah beban.Restorasi material lebih tebal mempengaruhi kemampuan material untuk menahan fraktur. Minimal ketebalan oklusal untuk amalgam untuk ketepatan daya tahan akan fraktur adalah 1,5 mm dan porselen 2 mm. Restorasi komposit mungkin mempunyai lebih batas-batas tepi sudut yang akut dan restorasi komposit ketebalannya antara 1 mm sampai 2 mm.Kebutuhan untuk mengembangkan bentuk resistensi dalam sebuah preparasi adalah hasil dari beberapa faktor. Kondisi tertentu harus dinilai untuk mengurangi potensi untuk retakan restorasi atau gigi. Terutama adalah penilaian kontak oklusal pada restorasi dan struktur gigi yang tersisa. Semakin besar kekuatan oklusal dan kontak, semakin besar potensi untuk keretakan( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Jumlah struktur gigi yang tersisa juga mempengaruhi kebutuhan dan tipe bentuk resistensi. Gigi yang sangat besar, meskipun secara ektensif terlibat dengan karies atau kerusakan, bisa membutuhkan lebih sedikit pertimbangan bentuk resistensi. Tipe material restoratif juga memerintahkan kebutuhan bentuk resistensi. Kebutuhan dimensional campuran bergantung lebih banyak pada potensi pemakaian oklusal dari area yang direstorasi. Dalam gigi posterior, persyaratan ketebalan adalah lebih besar dibandingkan untuk gigi anterior. Campuran bisa digunakan dalam aplikasi yang lebih tipis, seperti veneers atau peningkatan estetis minor, sepanjang pemakaian potensial dipertimbangkan( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Faktor terakhir yang berhubungan dengan peningkatan bentuk resistensi secara sederhana dengan mengikat sebuah restorasi pada gigi. Bonding amalgam, campuran, atau ceramic untuk mempersiapkan struktur gigi bisa meningkatkan kekuatan gigi yang tidak dipreparasi yang tersisa, mengurangi potensi keretakan. Keuntungan prosedur bonding bisa mengijinkan operator untuk membiarkan satu porsi gigi dalam kondisi yang lebih lemah dibandingkan cusp biasa atau tidak menutup cusp( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Reduksi cusp, ketika ditunjukkan, terjadi seawal mungkin dalam preparasi untuk memperbaiki akses dan keaktifan. Keputusan untuk mengurangi cusp (untuk capping) sangat penting. Meskipun ukuran cusp dan pertimbangan occlusal bisa mempengaruhi keputusan, sebuah aturan dasar memberi pedoman reduksi cusp selama preparasi gigi awal; (1) reduksi cusp seharusnya dipertimbangkan ketika bentuk outline telah meluas setengah jarak dari sebuah lekuk primer pada sebuah ujung cusp, dan (2) reduksi cusp biasanya adalah perintah ketika bentuk outline telah meluas dua pertiga jarak dari lekuk primer pada ujung cusp. Perkecualian untuk menutup sebuah cusp dimana perluasan telah jadi dua pertiga dari sebuah lekukan primer pada ujung cusp adalah ketika cusp secara tidak biasa besar, dan operator memutuskan bahwa kekuatan cuspal yang memenuhi tetap, atau ketika sebuah restorasi bonded digunakan, dan operator memutuskan bonding untuk memberikan kekuatan cuspal yang tersisa memenuhi( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Dinding preparasi dibiarkan dalam kondisi kasar untuk meningkatkan area permukaan bonding dan bisa meningkatkan resistensi dan bentuk retensi. Dinding preparasi yang lebih kasar, enamel, dan dentin bisa dipersiapkan dengan instrumen berlian kasar. Instrumen berlian menciptakan lapisan smear yang lebih tebal. 3. Retention FormRetention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi berhubungan dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari retention form bermacam-macam tergantung dari bahan material yang digunakan( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Untuk restorasi amalgam, preparasi kelas I dan II melekat di dalam gigi dengan memperkuat dinding kavitas eksternal yang bertemu pada bidang oklusal. Untuk restorasi resin komposit, pada preparasi kelas III dan IV, dinding eksternal bercabang ke arah luar untuk menghasilkan margin enamel yang kuat. Pada beberapa kasus, retention coves, grooves, locks, atau dovetails tergabung untuk meningkatkan retensi dari material restorasi pada struktur gigi. Restorasi komposit melekat di dalam gigi oleh ikatan fisik, yang timbul antara material dengan gigi yang dietsa asam. Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Dovetail merupakan kavitas retensi yang melebar di daerah pinggirnya dan menyempit di daerah leher, tempat kavitas itu bersambung dengan kavitas utama. Kavitas ini memberikan retensi mekanik terhadap restorasi( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Faktor-faktor yang mempengaruhi retention form antara lain :1. Faktor Utama Permukaan Aksiala. Parallelism. Pada saat dinding aksial mendekati parallelism, restorasi dapat menahan pergeseran yang lebih besar dari tensile dan shearing stresses. 4-6 reduksi permukaan aksial, antara 2 sampai 5 derajat parallelism dengan jalan kecil dari pengambilan kembali preparasi menghasilkan retensi yang optimal. Pemusatan ini memfasilitasi prosedur teknik dan mengeliminasi undercut yang terjadi karena kurang hati-hati. Reduksi permukaan aksial mendekati parallelism menghasilkan perlawanan terhadap pergeseran yang secara substansial lebih efektif dari faktor lain. Jadi, pada situasi klinis (seperti gigi pendek), kebutuhan dari retentiion form menjadi nyata. Preparasi permukaan aksial harus mendekati parallel.b. Panjang. Dengan bertambahnya panjang dari dinding aksial dari preparasi meningkat, retention form juga meningkat. Panjang maksimum dari dinding aksial terpelihara saat preparasi dengan menghilangkan seminimal mungkin bagian okusal atau insisal gigi agar material restorasi dapat cukup menempati bidang dan baik untuk oklusi. Pemeliharaan dari bidang yang membentuk lereng pada permukaan okusal dan sudut insisal dari gigi anterior adalah faktor utama yang mempengaruhi secara obyektif. Pemindahan dari marginal gingiva secara apikal dengan pembedahan tidak memungkinkan retention form dapat dicapai dengan aplikasi yang efektif dari faktor primer sendiri atau pada pertemuan dari semua faktor sekunder. c. Area Permukaan. Hubungan langsung terjadi antara area permukaan dengan potensi retentive-resistance dari retainer. Semakin besar diameter servikal dari gigi, semakin besar area permukaan untuk dipreparasi. Jadi, semakin besar keliling gigi, semakin besar potensi untuk menahan retainer dari pencabutan. Dengan meningkatkan keterlibatan keliling gigi melalui penambahan dinding aksial, retensi meningkat.2. Faktor-Faktor SekunderJika faktor primer dan pemanfaatannya kurang memadai, faktor sekunder harus dilibatkan. Prinsip parallelism, panjang, dan area permukaan disebut sebagai faktor primer, juga pengaruh dari efektifitas faktor sekunder. Faktor sekunder dapat ditempatkan antara 2 sampai 5 derajat dari parallelism dengan faktor primer atau faktor sekunder lainnya untuk casting yang maksimum. Pin saja tidak dapat diandalkan untuk resistance form. Faktor sekunder harus mempunyai kedalaman aksial yang cukup untuk luas yang memadai dari dinding retentif lateral. Gingival seat tertentu juga dapat menyediakan area permukaan yang lebih luas untuk dinding retentif lateral dan dapat memungkinkan dinding aksial untuk memperoleh perbedaan minimal dari parallelism. Reciprocal parallelism dapat terjadi di antara dinding retentif lateral, dinding aksial, dan permukaan aksial. Faktor-faktor sekunder dapat ditempatkan sejauh mungkin dari fitur reciprocal retentive dan diposisikan untuk mendapat panjang maksimal( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).4. Removal of caries Removal of caries berarti membuang seluruh jaringan karies yang terinfeksi terutaama jaringan dentin yang lunak. Pada dasarnya semua enamel yang tidak didukung oleh dentin yang sehat harus diambil, yang akan mempengaruhi preparasi. Lesi dapat diambil dengan bur bulat atau eskavator untuk mencegah pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata bur harus besar dan disesuaikan dengan besar gigi dan besar karies dentin yang tertinggal (misalnya ukuran bur no. 4, 6, atau 8). Sewaktu karies dentin ini diambil, warna dan tekstur dentin yang tertinggal dapat digunakan sebagai penuntun untuk mengetahui preparasi yang tepat. ( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Seringkali dentin yang berubah warna tidak mesti dibuang. Kekerasan dan tekstur dentin pada dasar kavitas berfungsi sebagai indikator dari penetrasi karies. Bila karies dentin telah dibuang, permukaan yang tertinggal akan terlihat agak mengkilat dan licin walaupun dentin masih tetap berubah warna. Dentin yang sehat sangat resisten terhadap pengangkatan dengan ekskavator dibanding dengan struktur gigi yang karies. ( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Setelah karies dibersihkan, kavitas harus diperiksa dengan sangat cermat untuk memastikan bahwa pulpa masih tetap utuh dan tidak terbuka. Bila dinding kavitas dekat dengan pulpa (pada lesi karies yang dalam), tidak semua dentin karies diambil karena dapat menyebabkan pulpa terbuka. Oleh karena itu pada tindakan selanjutnya dilakukan pemberian kalsium hidroksida supaya jaringan pulpa tetap vital. ( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).Begitu juga pada gigi karies dengan pulpa terbuka, tidak semua dentin karies diambil, terutama sejumlah kecil karies yang terletak tepat di atas pulpa yang selanjutnya akan dilakukan pulp caping( Barton et al, 1985. Hlm 94-98 ).5. Finishing of the enamel walla. Desain cavosurface angle : 270 dalam prakteknya, dibuat lebih kecil dari 270 dengan konsekuensi material margin angle tambalan menjadi lebih kecilb. Kehalusan dinding kavitasc. Tujuan :1. Memberikan kekuatan mekanis antara gigi dan bahan tambal2. Memberikan seal yang baik untuk gigi3. Sebagai batas tepi restorasi4. Mendapatkan sudut yang optimal terhadap gigi6. Convinience Forma. Adalah bentuk preparasi yang menyediakan kemudahan pandangan saat preparasi atau merestorasi gigib. Yang berarti bahwa menghaluskan seluruh bidang preparasi dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan operator dalam menggunakan peralatan dan menempatkan bahan tumpatan ke dalam kavitasc. Kelas II amalgam preparasi diperluas di bawah titik kontak7. Cavity toileta. Membersihkan sisa jaringan nekrotik kavitas yang telah dipreparasi sebelum direstorasi dan bekas preparasi serta sterilisasi kavitas dengan menggunakan bahan sterilisasi kaitas yang adab. Debris, darah, dan sisa-sisa hasil preparasi dibersihkan dengan semprotan air melalui syringec. Langkah terakhir adalah mengeringkan kavitas dengan aliran udara

2.2.3 Tahapan Preparasi KavitasPreparasi kavitas selalu harus dilakukan dengan urutan tertentu dan tahapan ini dikemukakan oleh Black. Black berupaya melakukan pencegahan timbulnya karies baru di sekeliling tumpatan, oleh karena itu kavitas sengaja diperbesar sehingga meliputi daerah resiko karies yang tinggi. Akan tetapi makin lama ukurannya dibuat kecil karena ternyata pelebaran kavitas tidak sama dengan pencegahannya. Kavitas yang lebih kecil lebih tidak melemahkan gigi (Ford, 1993, p. 55). Preparasi kavitas gigi adalah pembuangan jaringan gigi yang lemah dan sakit dan pembentukan sisa jaringan sehatnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan penempatan dan retensi yang baik dari restorasi sementara maupun permanen. Preparasi kavitas merupakan suatu langkah penting sebelum tindakan restorasi gigi. Adapun tahapan preparasi kavitas adalah sebagai berikut.1. AksesAda tiga aspek yang berhubungan dengan akses yakni operator dapat dengan mudah memeriksa luas karies, bur mudah mencapai dentin karies di daerah pertautan email-dentin, dan air pendingin mudah mencapai kepala bur. Tahap pertama preparasi kavitas adalah memperoleh jalan masuk ke lesi karies di dentin. Apabila karies mengenai permukaan bukal gigi, pencapaian daerah ini akan mudah dilakukan karena tidak terhalang email lagi. Namun apabila karies terdapat pada bagian proksimal, akses langsung akan terhambat oleh gigi tetangga. Maka pembuatan akses dilakukan melalui pengeboran email sehat di bagian ridge tepi. Pada lesi yang luas, proses karies sering menyebabkan hilangnya dentin sehat pendukung email sehingga email daerah ini memang harus dibuang (Ford, 1993, p.56). Bur digunakan untuk menembus dan membuat jalan masuk ke kavitas. Setelah kedalaman yang diinginkan tercapai, dilakukan pemotongan dinding lateral pada beberapa arah sampai kavitas yang kasar terbuang sehingga mencapai bentuk yang diinginkan. Hasil yang paling efisien akan diperoleh jika pemotongan kedalaman ditentukan pertama kali sebelum diperluas untuk bentuk akhirnya (Baum et al., 1997, p. 183).2. Pembuangan karies permukaan Jaringan karies yang infeksius secara klinis umumnya terlihat seperti spons dan lunak, dapat diambil dengan bur putaran rendah atau apabila karies itu sudah dekat dengan pulpa maka harus diambil dengan eskavator. Bila dinding kavitas dekat dengan pulpa dapat dilakukan pemberian Ca(OH)2 supaya jaringan pulpa tetap vital. Perluasan kavitas di permukaan ditentukan oleh luasnya karies. Email yang terkena karies total akan hancur (Ford, 1993, p. 57).

Gambar 2.8: Pengambilan email mempengaruhi besar kavitas sebelah kanan, dinding kavitasnya dibuat mengikuti arah emai, sedangkan sebelah kiri banyak menagmbil email seharusnya tidak dilakukan (Ford, 1993, p. 56)Sedangkan yang terkena karies sebagian berwarna putih. Email karies harus dibuang dan tidak ada yang boleh tersisa pada tepi kavitas. Daerah pertautan email-dentin harus bersih dari dentin karies. Untuk memudahkan memeriksa dentin dapat digunakan zat pewarna misalnya acid red 1 dalam propanol. Apabila karies penyebar ke lateral dan ditutupi oleh email sehat, maka hal ini merupakan pengecualian email yang sehat harus dibuang karena sudah tidak mendukung lagi.sehingga dapat dikatakan penyebaran karies dentinlah yang menentukan seberapa besar kavitas nantinya. Apabila kavitas mengenai sistem fissure gigi maka biasanya kavitas dilebarkan sampai mencakup semua fisur, hal ini dilakukan karena empat alasan yakni (1) Penetrasi bakteri yang mungkin sudah terjadi di daerah pertautan email-dentin tapi belum terdeteks; (2) Sukar sekali membuat tepi kavitas yang baik pada fisur yang dalam; (3) Fissure demikian mudah sekali terserang karies lebih lanjut; dan (4) Lebih mudah melebarkan kavitas dengan sedikit membuang fissure ketika penambalan pertama dibandingkan dengan pembongkaran tumpatan dan mengganti kembali pada tempo satu atau dua tahun kemudian. Namun hal ini mempunyai kerugian yakni apabila tidak dilakukan dengan hati-hati makan akan membuang jaringan gigi yang sehat dan hal ini akan dapat melemahkan tonjolan dan ridge enamel terutama ridge tepi. Jika kavitas dipemrmukaan halus gigi maka dulu perluasan ini dianjurkan sehingga mencapai daerah yang mudah dibersihkan namun hal ini tidak dilakukan lagi karena plak tetap mudah terbentuk didaerah itu. Perluasan juga tidak boleh dilakukan hingga mencapi subginggiva karena tepi restorasi tidak akan sehalus permukaan email sehat sehingga akan lebih banyak menjaring plak (Ford, 1993, pp. 56-57). 3. Pembuatan bentuk resisten Semua restorasi merupakan sasaran beban yang dapat menyebabkan restorasi terganggu. Oleh karena itu pada proses preparasi kavitas perlu dibuat resistensi form yakni bentuk reparasi kavitas di mana sisa jaringan gigi yang ada tetap kuat menerima daya kunyah/tidak pecah oleh daya kunyah. Jadi pada waktu melakukan perluasan preparasi harus diperhatikan sisa jaringan gigi yang ada cukup tebal. Apabila sisa jaringan gigi telah tipis dan diperkirakan akan pecah pada saat pengunyahan, maka sebaiknya dimasukkan kedalam desain reparasi. Perlu diperhatikan bahwa enamel harus didukung oleh dentin yang sehat. Kavitas yang terletak pada hanya dioklusal hal ini dapat dicapai dengan dengan pembuatan lantai pulpa sedikit kedalam dentin dalam bidang yang sama dengan permukaan oklusal (Ford, 1993, p. 57).Gambar 2.9 : Dinding pulpa diletakkan sedikit ke dalam dentin dan dalam bidang yang sama dengan permukaan oklusal agar tetap stabil di tempatnya. Dinding tegaknya mengecil ke oklusal sehingga retensi baik (Ford, 1993, p. 57)Dinding-dinding tegaknya harus membuat sudut dengan dinding pulpa walaupun sudutnya tidak dibuat tajam. Sudut yang tajam akan menyebabkan tekanan pada gigi sehingga garis sudut itu harus dibuat bulat dengan memakai bur bulat kecil atau bur buah pir (Baum et al., 1997, p. 183).

Gambar 2.10: Bur bulat kecil menyebabkan sudut bulat sedangkan bur fisur membuat sudut tajam (Ford, 1993, p. 57)

Gambar 2.11: Dinding gingiva dan pulpa hendaknya dibuat tegak lurus terhadap poros gigi agar restorasi tidak mudah bergerak (Ford, 1993, p. 8)Jika kavitas mencakup permukaan aproksimal, dinding gingiva biasanya dibuat tegak lurus terhadap poros gigi atau miring ke dalam. Jika dinding dibuat miring ke arah kavitas maka beban yang menimpa ridge tepi cenderung membuat bagian proksimal restorasi bergerak dan pecah dari bagian oklusalnya (Ford, 1993, p. 57). 4. Pembuatan bentuk retensiPembuatan retensi pada preparasi adalah mencegah terlepasnya tumpatan dari kavitas pada saat mengunyah. Sebagian besar restorasi plastis kavitas dibuat lebih luas di bagian dalam daripada di permukaan dan hal ini dicapai dengan membuat dinding tegak konvergen (menyudut) ke oklusal. Biasanya bagian terlebar kavitas terletak pada pertautan email-dentin atau sedikit ke dalam dentin. Melebarkan kavitas di bagian yang dalam akan mengakibatkan kerusakan pulpa yang tidak perlu bahkan meyebabkan pulpa terbuka. Jika kavitas harus membuka ke arah pemukaan agar memudahkan masuknya tumpatan rigid, tumpatan emas tuang misalnya, maka retensi makin baik jika sudut keterbukaan dinding tegak makin kecil seluas mungkin (Ford, 1993, p. 58). Gambar 2.12: Kunci retensi oklusal dibuat dengan mengikuti sistem fisur (Ford, 1993, p. 58).

Pemilihan bahan restorasinya berpengarug dalam retensi, sedangkan undercut mekanis umumnya dibuat pada sudut preparasi klas V. Untuk restorasi amalgam pada kavitas yang luas dapat di tambahkan pin untuk meningkatkan retensinya.5. Pembuatan bentuk konvenienHal yang penting di sini adalah untuk memperoleh jalan masuk yang mudah menuju preparasi kavitas, terutama untuk penempatan bahan tumpatan. Memperluas preparasi kavitas cara mekanikal, contohnya adalah menurunkan jaringan gusi untuk memudahkan preparasi. Pemilihan instrumen hendaknya disesuaikan dengan kavitas (Ford, 1993, p. 58). 6. Pengecekan tepi kavitas Pada tahap ini tidak ada lagi enamel karies yang masih tersisa dan dentin di tepi kavitas juga harus bersih dari karies. Untuk restorasi amalgam, diperlukan tepi yang tumpul karena amalgam merupakan bahan yang regas. Email di tepi kavitas harus bebas dari prisma yang tidak terdukung, apabila tidak demikian maka fraktur akan mudah terjadi. Akan tetapi tumpatan emas tuang, tepi restorasi merupakan ujung yang tipis untuk memudahkan adaptasi saat pemasangan. Untuk itu diperlukan bevel di sepanjang tepi email jika memungkinkan (Ford, 1993, p. 58).7. Pembuangan karies dalam Satu-satunya tempat yang masih mungkin mengandung karies pada tahap ini adalah dinding kavitas yang paling dekat dengan pulpa. Dentin karies ini harus dibuang dengan hati-hati dengan bur bulat sedang (ISO no. 102) dengan kecepatan rendah atau dengan ekskavator. Dentin karies biasanya lebih mudah terangkat karena sudah lunak. Apabila penetrasi karies tidak dalam, maka pada pembersihan karies akan dijumpai jaringan yang tranlucent dan hal ini dianggap sebagai akhir dari pengambilan karies. Akan tetapi jika telah berpenetrasi ke dalam jaringan keras, maka jaringan trancluent tidak ditemukan karena telah mengalami demineralisasi. Dalam praktek operator menggunakan zat pewarna sebagai detektor karies dan membuang dentin yang jelas terwarnai karena terinfeksi. Cara ini mencegah terbukanya pulpa. Akan tetapi apabila ada tanda-tanda pulpitis irreversibel maka semua dentin karies harus dibuang sampai mencapai pulpa dan selanjutnya dilakukan perawatan akar. Pada kavitas dalam, terutama yang dibawah tumpatan lama, dasar kavitas dapat terdiri atas dentin reaksioner yang tampak gelap daripada dentin normal. Dentin seperti ini jangan dibuang karena mungkin pulpa tepat di bawahnya (Ford, 1993, pp. 58-59).8. Pembersihan kavitasTahapan yang penting setelah selesai preparasi kavitas adalah pembersihan kavitas dari debris, cairan darah, saliva dan mucin yang akan meningkatkan adaptasi bahan restorasi pada dinding kavitas. Semuanya disemprot dengan air sebelum kavitas dikeringkan dengan semprotan udara kemudian periksa kavitas dengan teliti dan berbagai aspek, jika terjadi kesalahan segera diperbaiki. Dengan demikian gigi siap untuk direstorasi (Ford, 1993, p. 59). 2.2.4 Nomenklatur preparasi kavitas gigi2.2.4.1 Klasifikasi kavitas kelas IKavitas kelas I merupakan kavitas atau restorasi pada pit dan fissure gigi posterior. Restorasi pada kelas I ini paling banyak menggunakan bahan tambal amalgam karena amalgam merupakan bahan tambal yang paling ekonomis. Tambalan amalgam kelas I yang besar bisa merestorasi permukaan restorasi permukaan oklusal email dan dentine yang hilang atau rusak pada proses karies. Tambalan amalgam akan sangat efektif dan email di dekatnya bisa dipertahankan bila prinsip-prinsip tertentu diikuti dalam desain kavitas. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )Kavitas ini dapat di kelompokkan menjadi 3 bagian( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )yaitu :a. kavitas/restorasi pada permukaan oklusal gigi premolar atau molar.b. kavitas/restorasi pada 2/3 oklusal dari permukaan bukal/lingual gigi molar. Umumnya kavitas ini melibatkan developmental groove gigi molar, baik di bagian bukal atau lingual.c. kavitas/restorasi pada permukaan lingual gigi insisif rahang atas.

Berikut contoh skematik pada gigi premolar

Gambar 2.13: preparasi kelas I amalgam pada premolar atas( Roberson, 2002. Hlm 281-282 )

Gambar 2.14 : skema dinding preparasi gigi: facial (f), distal(d), lingual (I), mesial (m), dan pulpal (p) ( Roberson, 2002. Hlm 281-282 )

Gambar 2.15 : skema preparation line angles dan point angles. Line angles:faciopulpal (fp), distofacial (df), distopulpal (dp), distollingual (dl), linguopulpal (Ip), mesiolingual (ml), mesiopulpal (mp), dan mesiofacial (mf). Point angles : distofaciopulpal(dfp), distolinguopulpal (dlp), mesiolinguopulpal(mlp), and mesiofaciopulpal (mfp) ( Roberson, 2002. Hlm 281-282 ).

IndikasiOklusal kariesindikasi untuk preparasi amalgam kelas 1 yakni karies struktur gigi di fisura daerah oklusal (atau di daerah fasial atau di pit daerah lingual pada gigi posterior) yang diketahui secara klinis maupun dengan bite wing radiografik. Tujuan dari preparasi kelas 1 adalah untuk menghilangkan lesi karies, untuk membuang enamel yang telah undermined oleh proses karies, untuk memelihara sebanyak mungkin gigi yang masih sehat, dan untuk membuat restorasi yang kuat dimana meniru struktur gigi normal dan tidak ada atau mungkin ada sedikit marginal leakage. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )Biasanya pada preparasi amalgam kelas 1, oklusal fissure atau developmental groove, juga terkena preparasi meskipun daerah tersebut tidak terkena karies. Suatu kedalaman atau noda pada fissure bukan merupakan tanda adanya penempatan suatu restorasi. Bila ada kekhawatiran bahwa dentine di dasar celah bisa menjadi karies , fissure sebaiknya ditutup dengan resin fissure sealant atau flowable resin composite material. Selain itu, sisa-sisa fissure yang diperkirakan dapat mudah terkena karies, sebaiknya juga ditutup dengan resin sealant. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )

Pembersihan KariesBila hanya ada sejumlah karies yang tidak terlalu besar biasanya pembuatan outline dasar sudah dapat menghilangkan karies tersebut. Bila karies terlihat dibawah tonjol, tepi kavitas harus diperluas lebih jauh ke daerah tonjol sampai diperoleh jalan masuk ke seluruh daerah karies. Bila outline dasar dari kavitas sudah dibuat, sisa karies dapat dibersihkan baik dengan eskavator atau dengan bur bulat yang berotasi dengan kecepatan rendah. Semua karies dibersihkan dari bagian tepi kavitas dengan cermat terutama pada pertautan antara email dan dentine. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )

Desain preparasiPada awal dilakukannya preparasi kavitas gigi dibutuhkan suatu outlilne form sebagai desain awal pada preparasi yang akan dilakukan. Outline form dari gigi yang akan dipreparasi karena suatu karies berpedoman pada 2 hal,yakni struktur gigi karies harus dihilangkan dan margin harus ditempatkan pada struktur gigi yang sehat. Enamel pada margin saat preparasi harus ditopang oleh dentin yang sehat dan email-email yang telah rusak karena karies harus dihilangkan. Jika fisure noncarious terdapat di dinding suatu preparasi, celah fissure harusnya ditutup dengan sealed setelah diisi dengan amalgam. Bentuk outline form harus halus untuk memudahkan undercovering dari margin selama carving amalgam. Oleh karena itu margin preparasi tidak boleh bergerigi atau kasar karena mempersulit dokter gigi untuk mengetahui apakah margin restorasi tampak tidak teratur sebab batas enamel yang kasar atau perluasan amalgam yang melewati permukaan gigi. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )Sedangkan resistance dan retention form pada desain kavitas ini, Tepi dinding kelas 1 restorasi oklusal harus paralel satu sama lain atau harus berkumpul secara oklusi . Enamel rods di sebagian besar permukaan oklusal dibuat kira-kira sejajar dengan sumbu panjang gigi. Untuk menghindari terjadinya fraktur, margin enamel harus dibuat dengan sudut yang sedikit tumpul (90 derajat atau lebih besar), hal ini dikarenakan margin enamel yang kurang dari 90 derajat jauh lebih rentan terhadap fraktur. Bahkan pada preparasi yang kecil sekalipun, cups yang sudah retak harus dihilangkan untuk menghindari fraktur. Pada restorasi amalgam, oklusal harus memiliki ketebalan occlusoginggival minimal 1,5 mm atau lebih baik lagi jika ketebalannya 2,0 mm, untuk mencegah fraktur pada saat restorasi, karena fraktur biasanya akan menimbulkan marginal gaps, atau celah antara amalgam dan email( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )

Gambar 2.16 : preparasi kavitas kelas 1 premolar atas

Gambar 2.17 : langkah-langkah preparasi kelas 1 pada premolar atas ( Roberson, 2002. Hlm 281-282 )

Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya bisa dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut:1. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : lebih dalam pada gigi dengan email tebal (molar), dangkal pada gigi dengan email tipis (premolar). Kedalaman biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )

Gambar 2.18: diagram pembuangan email pada molar. A) kemiringan yang tepat pada lemah karna adanya undercut. dinding mesial dan distal. B) tidak benar lingir (ridge) tepi mesial dan distal2. Kavitas klas I harus cukup lebar sehingga mencakup semua kerusakan atau harus sesempit mungkin, namun tetap memungkinkan dimasukkannya plugger kecil (pemampat) untuk menempatkan amalgam ke dalam preparasi. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )3. Ragangan kavitas harus merupakan perpaduan harmonis dari lengkungan atau garis-garis lurus. Bila ada sudut pada ragangan, dapat ditumpulkan dengan menggunakan bur. (Baum, 1994. Hlm 335-348 )

Gambar 2.19 : Diagram perluasan bur dengan bur no 700 atau 55

4. Pinggiran mesial dan distal dibuat sejajar dengan linggir tepi, transversal dan oblik. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )

Gambar 2.20: Ragangan oklusal dari 2 molar kanan (A) dan 2 premolar kanan (B). Linggir tepi membentuk sudut serta batas proksimal dari preparasi

5. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura. Linggir email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan linggir melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak dimasukkan pada preparasi. (gambar 1.3) ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )6. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing keluar dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 1.1) ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )

7. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena kebanyakan tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang lain, dasar kamar pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi tangkai bur membagi dua sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )

Gambar 2.21: Posisi tangkai bur membagi dua sudut oleh kemiringan email yang berdekatan8. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding dalamnya sejajar dengan permukaan luar gigi. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )

2.2.4.2 Preparasi Kelas IIKavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior termasuk kategori Klas II. Alasan mengapa lesi permukaan proksimal mempunyai klasifikasi khusus tersendiri adalah karena lesi terjadi pada gigi-gigi molar dan premolar yang saling berdekatan, dan sulit untuk menjaga kebersihan di daerah bawah titik kontak. Menurut definisi Dr. Black, karies Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satu permukaan proksimal dari gigi sehingga dalam praktiknya kavitas ini digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal), DO (disto-oklusal), dan MOD (mesio-oklusal-distal). Dilihat dari definisinya, kavitas ini adalah lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan oklusal (Baum et al., 1997). Pada preparasi kavitas ini, kekuatan dan keutuhan bagian tepi merupakan dua kriteria penting untuk memutuskan apakah cusp akan dipertahankan atau dikorbankan dengan harapan tumpatan dapat menahan fraktur selama pengunyahan. Beberapa contoh desain kavitas digambarkan dengan nomenklatur kavitas.Untuk lebih memahaminya, kavitas Klas II dapat dibagi dalam dua kategori; (1) Klas II amalgam insipient adalah sedikit banyak menutupi lubang yang dapat dimasuki mikroba yang dapat menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas merupakan tambalan yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak. Konsep (1) menambal dengan (2) membangun, adalah penting untuk dimengerti, karena bisa mengubah perawatan atau tipe dari prosedur itu sendiri.

Amalgam Kelas II InsipienLesi insipient ini biasanya kecil dan terletak tepat di bawah titik kontak dari gigi. Deteksi lesi karies klas II insipient tidak mudah dilakukan. Proyeksi bitewing merupakan cara yang terbaik, karena letak gigi-gigi yang berdekatan menghalangi pemeriksaan sonde. Bila lesi telah terdeteksi pada radiograf bitewing, tindakan perawatan harus diindikasikan walaupun lesi tidak dapat dideteksi dengan sonde. Gigi harus dipreparasi untuk restorasi Klas II. Lesi proksimal insipient menembus dentin hanya sekitar 1 mm sehingga tidak ada karies dentin yang perlu diekskavasi sebab bur secara otomatis sudah menghilangkannya selama preparasi gigi (Baum et al., 1997).

Prosedur preparasi1. Preparasi melibatkan alur oklusal, seperti dilakukan untuk amalgam Klas I. Preparasi menggunakan bur bulat (round) no. dan disempurnakan dengan bur no. 330.2. Langkah ini penting, karena operator harus memutuskan seberapa luas (fasio-lingual) pemotongan yang dilakukan untuk mendapatkan akses ke lesi proksimal. Setelah ditentukan, operator membuat takikan dengan menggunakan bur round no. menembus linger tepi untuk membuka pertautan anatara dento-email. Perlu diingat kembali, kavitas Klas II tidak selalu melibatkan okusal.3. Setelah orifis dari fissure terbalik dibuat, preparasi dentin dengan round bur atau bur bentuk buah pir, dan ptong sebuah alur sempit fasio-lingual di bawah lapisan proksimal dari email, dan gnakan sebagai pedoman untuk menempatkan bur.Gunakan handpiece sedemikian rupa sehingga bur bisa bergerak ke sana ke mari seperti pendulum, dengan perlahan-lahan memperpanjang alur ke bawah ke arah gingiva. Bila langkah ketiga dilakukan dengan tepat maka, lapisan email masih utuh. Bagian dalam dari preparasi kavitas diselesaikan, dan semua dentin harus dihilangkan dari bagian bawah email.4. Lapisan email ditembus dengan alur vertical. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai permukaan email gigi sebelahnya.5. Lapisan email yang menjadi lemah karena pembuatan alur bisa dipatahkan dengan bilah instrument (hatcher atau ekskavator), yang digunakan untuk mengungkitnya. Jika pengambilan di balik email dilakukan dengan tepat, email rod dapat dipatahkan dengan rapi dan tepat di daerah pinggiran yang dibentuk bur.6. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan hatcher (instrument pemotong untuk memperluas amalgam Klas II).7. Perdalam dinding aksial jika diperlukan, untuk membentuk kembali alur aksial, dan penyempurnaan tepi sepanjang oklusal. Langkah ini menggunakan bur no. 330. Penggunaan instrument berputar sepanjang boks terlalu berbahaya. Oleh karena itu disini hanya digunakan instrument genggam. Akses yang terbatas mengakibatkan bur di lokasi ini karena dapat tergelincir mengenai gigi tetangganya.

Amalgam Kelas II yang DiperluasKasus ini langsung diarahkan ke tambalan Klas II yang besar. Amalgam yang diperluas jelas lebih besar karena daerah-daerah yang terdapat dalam kavitas atau karies recurrent di sekitar tambalan lama. Kedalaman dinding aksial tidak ditentukan oleh lesi karies tambalan yang lama. Tetapi ditentukan secara acak oleh operator dan biasanya lebarnya 1.22 mm untuk gigi premolar dan 1.8 mm untuk molar.Komponen retentive dasar dari boks proksimal adalah alur aksial, satu ditempatkan di fasial dan yang lain ditempatkan di lingual. Alur-alur ini lebih dalam pada ujung gingivanya dan cenderung menghilang kea rah oklusal. Sebagian besar alur aksial dibuat dengan bur, tetapi beberapa operator lebih suka membuatnya bebrbentuk segi empat untuk menambah retensi bagi amalgam. Makin lebar boks, makin besar sudut yang dibentuk oleh dinding fasial dan lingual dan akibatnya, makin dalam alur yang harus dibuat (Baum et al., 1997).

Prosedur preparasiPenting bahwa ragangan akhir dari preparasi gigi dibayangkan terlebih dahulu oleh operator sebelum pemotongan dilakukan. Setelah diputuskan dari pemeriksaan radiografi bagaimana ukuran dan bentuk akhirnya, restorasi lama dibongkar dan bagian oklusal dari kavitas dipreparasi.Di sini tidak digunakan bur kecepatan tinggi, melainkan dilakukan prosedur yang sama seperti lesi insipient. Dengan bur fisur runcing No. 770 kecepatan rendah, dentin di bawah email proksimal dibuang, diikuti dengan mencungkil sisa email dan membuat bagian tepi. Kesuksesan pembuatan preparasi boks tergantung atas ketelitian dan ketepatan pembuatan alur. Berikut urutan preparasinya :1. Preparasi dari alur berfissure di bawah email, tidak boleh terlalu ditekankan. Dengan hati-hati pertimbangkan apakah sudut-sudut tajam dan tegas, apakah fissure cukup diperluas kea rah fasial dan lingual, apakah dasar gingival dari alur rata dan halus, dan juga apakah semua dentin telah dihilangkan dari bawah email.2. Bila operator telah memeriksa fissure dan email sudah dipatahkan, bagian tepi dibuat dengan instrument genggam.3. Untuk menambah kesempurnaan pahat dan hatched email digunakan pengasah tepi gingival untuk menghaluskan dasar gingival dan menghilangkan fragmen email yang tertinggal. Sebelum digunakan, ujung pemotong harus dites lebih dulu. Fungsi utama dari instrument pemotong adalah membuat dan menghaluskan tepi pada daerah boks proksimal. Alat ini juga dipakai untuk mempertegas garis retensi internal dan point-angle.4. Pembersihan bagian dalam dari kavitas. Karies dentin sekarang diperiksa dan dibuang. Pembuangan karies dentin adalah langkah No. 4 dari preparasi Black.5. Penyempurnaan alur retensi dengan bur fisur runcing cross-cut No. 700 dan round No. 6. Mengubah alur retentive yang bulat menjadi segi empat dengan pengasah tepi gingival. Jelas bahwa alur retentive segi empat menambah sifat retentive dari restorasi. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pengasah tepi gingival yang tajam. Ini merupakan langkah No. 5 dalam preparasi Black. Pemeriksaan tepi sebaiknya ditunda sampai semuanya selesai dilakukan.7. Perencanaan tepi. Ini merupakan langkah akhir sebelum pemasangan pita matriks dan pemampatan amalgam. Permukaan ybgtidak teratur sepanjang dasar gingival dapat dihaluskan dengan instrument genggam dan kurva tebalik dari oklusal dapat dipreparasi dengan pahat bengkok yang tajam.8. Pembuangan debris, penghilangan fragmen semen dan membersihkan sisa darah yang telah mongering. Larutan hydrogen peroksida 3% bisa digunakan untuk membantu menghilangkan debris. Langkah penyempurnaan akhir dan pembersihan ini termasuk langkah ke-6 dari preparasi Black (Baum et al., 1997).

2.2.4.3 Preparasi Kelas IIIA. Landasan TeoriKaries kelas III merupakan karies yang mengenai gigi gigi anterior. Menurut definisi dr. Black, kavitas kelas III bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus. Lesi ini juga terjadi di bawah titik kontak, tapi berbeda dengan lesi pada gigi molar yang bentuknya elips, kelas III bentuknya bulat dan kecil( Baum, 1997. Hlm 50). Karies yang berhubungan dengan daerah kontak gigi anterior normalnya direstorasi baik melalui permukaan labial maupun lingual gigi, arahnya ditentukan oleh posisi dari lesi karies( Eclces, 1994. Hlm 115-118 )

Gambar 2.21. Klasifikasi karies kelas III(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )Bila jalan masuk dapat diperoleh dari kedua arah, cara lingual biasanya yang dipilih untuk gigi-gigi anterior atas karena restorasi dapat dibuat terlihat sekecil mungkin dari permukaan labial. Bila gigi-gigi incisive berjejal, sebuah kavitas dapat dipreparasi dari lingual dan sebuah lagi dari labial. Pada gigi-gigi incisive bawah, dimana estetik kurang penting dan jalan masuk ke permukaan lingual gigi lebih sulit diperoleh, preparasi labial umumnya merupakan cara yang dipilih. Besar lesi juga mempengaruhi bentuk kavitas dan bahan tumpat yang digunakan. Bila estetik merupakan hal yang sangat penting, gunakan bahan komposit. Bila kavitas dapat dibuat sekecil mungkin, estetik yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan retensi mekanis tradisional, tetapi pada kavitas yang besar dimana sulit atau bahkan tidak mungkin untuk membentuk ceruk retensi insisal, harus digunakan teknik etsa asam. Bila estetik tidak terlalu penting, kavitas yang kecil dapat ditumpat dengan semen glass ionomer. Retensi mekanis tidak terlalu penting untuk bahan ini dan bahan ini mempunyai efek mengeluarkan flourida. Preparasi lingual maupun labial pada kavitas kelas III dapat terlihat sangat berbeda tetapi sebenarnya mempunyai kesamaan. Kesamaan ini dapat dilihat yaitu kavitas dapat dipreparasi bila ada celah pada rahang dan bila permukaan approksimal dari gigi dapat dijangkau dengan mudah( Eclces, 1994. Hlm 115-118 )B. IndikasiKelas III biasanya direstorasi dengan komposit. Namun, dalam semua kasus,daerah tersebut harus dapat terisolasi untuk mencapai suatu ikatan yang efektif. Selain itu, restorasi yang paling cocok untuk kelas ini adalah komposit atau penggunaan bahan toothcolored lainnya. penggunaan bahan ini ketika preparasi gigi masih memiliki email margin. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )C. Kontra IndikasiKontraindikasi untuk penggunaan komposit untuk restorasi kelas ini meliputi: (1) daerah operasi yang tidak bisa terisolasi, (2) beberapa restorasi di daerah yang tidak memerlukan estetik, dan (3) beberapa restorasi yang memanjang ke permukaan akar. Perpanjangan ke permukaan akar (tidak ada email margin) mungkin terjadi kontraindikasi, karena bagi banyak ekstensi ke permukaan akar dengan restorasi komposit, sebuah gap berbentuk V (gap kontraksi) terbentuk antara akar dan komposit. Gap kontraksi ini "terjadi karena gaya penyusutan polimerisasi dari komposit lebih besar dari kekuatan ikatan awal komposit ke dentin akar. Kesenjangan berbentuk V terdiri dari komposit di sisi restorasi dan dentin hibridisasi di sisi akar. Tidak diketahui apa efek klinis jangka panjang dari gap ini. Apapun, itu harus diakui bahwa setiap kali restorasi meluas ke permukaan akar, efek samping dapat berhubungan dengan restorasi, tidak peduli apa bahan restoratif yang digunakan. Sebagai contoh, bahkan restorasi amalgam tembaga tinggi akan menunjukkan beberapa kebocoran marginal, paling tidak untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, setiap ekstensi ke permukaan akar membutuhkan upaya yang terbaik(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

Gambar 2.22 Contraction gap. A, V-shaped gap on root surface. B, Restoration-side vector is composite;root-side vector is hybridized dentin. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

D. Desain Preparasi1. Preparasi KompositPreparasi KonvensionalBentuk preparasi butt joint (sudut 900) dan retensi berupa lekukan pada dentin. Preparasi konvensional bukan desain yang utama. Untuk menambah retensi pada daerah dentin dapat digunakan dentin bonding agent. Namun, kemungkinan kurang berhasil. Hanya beberapa kasus saja yang diindikasikan menggunakan preparasi konvensional, yaitu pada kasus bila margin berada pada bagian akar. Teknik preparasi ini dapat juga digunakan untuk merestorasi ulang pada restorasi yang lepas atau rusak. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

a b c d gambar 2.23 gambaran lesi karies. B) tahap awal preparasi yang kemudian dentin yang mengalami karies diambil. C) tampilan retention groove dibagian longitudinal, dan bagian transversal menggambarkan kontur pada dinding aksial dan dinding lingual(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )Preparasi Konvensional Dengan BevelPenelitian yang baru mengindikasikan preparasi dengan bevel jauh lebih resisten terhadap kebocoran mikro dibandingkan dengan tanpa bevel bila etsa asam digunakan. Bevel memungkinkan asam mengenai batang enamel pada suut yang tepat untuk memperoleh efek yang maksimal. Oleh karena itu, semua preparasi yang akan dietsa asam harus dibevel pada tepi enamelnya. Hal ini akan memperbaiki kapasitas retensi dari preparasi dan mencegah terjadinya pewarnaan di daerah tepi( Baum, 1997. Hlm 50)Preparasi berbentuk butt joint dengan dibuat bevel pada daerah marginnya. Bevel dibuat bila ujung enamel rod belum terbuka sehingga lebih efektif untuk di etsa, oleh karena itu dalam membuat preparasi kavitas, harus diketahui jalannya enamel rod. Restorasi lama yang telah rusak dapat dibuang sebagian saja (bila tidak ada karies sekunder dan tidak ada keluhan rasa sakit) di daerah marginnya dibuat bevel(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

Gambar 2.24. Preparasi awal konvensional dengan bevel. A) bur dibuat tegak lurus terhadap permukaan enamel dan awal pembuatannya dibuat dekat dengan lesi karies. B) pembuatan denga jalan masuk yang benar, sudut masuk sejajar dengan enamel rods pada mesiolingual. C) dan D) cara yang salah. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

Bevel bertujuan agar ujung enamel rod terbuka sehingga lebih efektif untuk di etsa daripada hanya bagian tepi dan enamel rod yang di etsa. Bevel pada daerah permukaan enamel akan memperluas permukaan yang di etsa dan terbentuk resin tag sehingga ikatan enamel dari resin bertambah kuat dan meningkatkan retensi dari restorasi dan mengurangi kebocoran marginal dan diskolorasi marginal. Oleh karena itu maka tipe preparasi ini sesuai untuk bahan restorative resin yang mempunyai koefisien ekspansi termal yang tinggi seperti resin akrilik dan resin komposit mikrofil untuk mengatasi sifat fisik yang kurang baik. Selain itu, bevel bertujuan agar hubungan antara restorasi dan struktur gigi dapat berbaur sehingga estetik menjadi baik. Pada tipe preparasi konvensional, sering terlihat garis putih pada batas komposit dengan gigi yang disebabkan oleh mikrofaktur dari enamel margin selama penyelesaian restorasi.

Gambar 2.25. Cross-section of facial approach Class III conventional tooth preparation with 90-degree cavosurface angle. B, Beveled conventional tooth preparation showing 45-degree cavosurface bevel on facial margin(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

Gambar 2.26. Class III initial preparation (facial approach). A, Large proximal caries with facial involvement. B,Isolated area of operation. C, Entry and extension with No. 2 bur or diamond.D, Caries removal with spoon excavator. E, Explorer point removes caries at DEJ. This is a beveled conventional preparation if accessible margins are beveled (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )Preparasi ModifikasiPrinsip preparasinya adalah hanya membuang jaringan yang rusak dan bevel pada enamel sebagai retensi restorasi terhadap gigi. Bentuk preparasi kavitas tidak spesifik, baik pada dinding kavitas maupun pada kedalaman kavitasnya. Oleh karena hanya membuang jaringan yang rusak, maka lebih menghemat pengambilan struktur gigi. Bentuk preparasi cekungan tidak membentuk line angle. Preparasi menggunakan round bur. Indikasinya uintuk karies yang kecil, lesi karies yang besar tetapi sudah terbentuk cekungan sebagai retensi tambahan. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

Gambar 2.27.Preparasi modifikasi kelas III(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

2. Preparasi Semen Glass Ionomer a. Preparasi kavitas Glass Ionomer CementGlass ionomer cement digunakan sebagai bahan restorasi jika tidak diperlukan nilai estetika dalam perawatan ini. Misalnya, pada kasus karies yang tidak sampai daerah labial. Pada karies ini digunakan preparasi melalui palatal, hal ini lebih menguntungkan karena:a. Dapat mempertahankan enamel bagian labial sehingga estetikanya tetap baikb. Tidak memerlukan penyesuaian warna dari bahan resin kompositc. Oleh karena hanya pada bagian palatal, maka kurang terpengaruh perubahan suhud. Tidak tampak bila terjadi perubahan warna atau kerusakan dari bahan restorasiPreparasi dilakukan melalui labial bila lesi karies terletak di labial, lengkung gigi tidak teratur sehingga sukar untuk melakukan preparasi melalui platal.

Gambar 2.28. Glass-ionomer cement. Tampak sebelum (A) dan sesudah (B) treatment. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 )

2.2.4.4 Preparsi Kelas IVRestorasi komposit kelas IV telah memberikan suatu terobosan pengobatan konservatif untuk memperbaiki retakan , cacat, atau trauma pada gigi anterior, dan suatu mahkota porselen adalah pilihan perawatan. Terdapat 3 macam desain preparasi gigi klas IV, yaitu desain conventional, beveled conventional, dan modified. Desain conventional preparasi gigi kelas IV merupakan desain yang paling sederhana dibanding dengan yang lainnya, kecuali pada daerah-daerah yang memiliki margin pada permukaan akarnya. Desain beveled conventional preparasi gigi biasanya diindikasikan terutama untuk restorasi Kelas IV, sedangkan desain modified preparasi gigi diindikasikan untuk Kelas IV sebagian kecil. Jika sejumlah besar struktur gigi yang hilang, groove retention form dapat diindikasikan bahkan ketika preparasi pada sekeliling pinggiran email. Juga, untuk memberikan retensi tambahan di daerah yang mendapat tekanan tinggi, bevel enamel dapat dilebarkan untuk menyediakan permukaan yang lebih luas untuk mengetsa, agar menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara komposit dan gigi. Terakhir, untuk memberikan resistance form yang sesuai, dinding perlu dipreparasi sedemikian rupa untuk menahan kekuatan oklusal. Hal ini sering membutuhkan preparasi pada dinding proksimal dan lingual yang membentuk sudut 90 derajat cavosurface, yang telah dibevel, dan dasar gingiva dipreparasi tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi. Bentuk petak ini dapat memberikan resistensi yang lebih besar terhadap restorasi dan gigi yang mengalami retakan dari kekuatan mengunyah. . ( Baum, 1997.)

Gambar 2.29. Mesioincisal angle fractured on central incisor.

Preparasi gigi kelas IV desain conventionalSeperti yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa indikasi untuk bentuk preparasi gigi ini kecuali untuk beberapa dari restorasi pada sepanjang akar gigi. Tipe desain conventional dengan 90 derajat margin cavosurface sudah termasuk dalam bagian desain beveled conventional. Setiap bagian dari restorasi Kelas IV yang meluas ke akar membutuhkan margin cavosurface 90-derajat dan memungkinkan bentuk retensinya alur, terlepas dari apakah baik desain beveled atau modified yang digunakan untuk bagian persiapan dalam mahkota gigi. ( Summit, 2006)

Preparasi gigi kelas IV desain beveled conventionalBevel konvensional pada preparasi gigi Kelas IV diindikasikan untuk memulihkan daerah proksimal yang besar yang juga mencakup permukaan insisal dari gigi anterior.Selain untuk mengukir margin email, retensi bahan restoratif komposit pada bevel konvensional preparasi gigi Klas IV dapat diperoleh dengan groove atau berbagai bentuk undercut lainnya, dovetail extensions, threaded pins, atau kombinasi dari semuanya. Semua fitur ini akan menjadi bagian dari tahap akhir preparasi gigi. Gingiva dan insical retentive undercut mungkin diaplikasikan pada preparasi klas IV yang besar dan mirip dengan yang digunakan dalam preparasi Kelas III dimana bulatan undercut ditempatkan dalam dentin sepanjang garis dan sudut ke titik sudut yang memungkinkan, tanpa merusak enamel ( Summit, 2006)Perpanjangan dovetail extension pada permukaan lingual gigi dapat meningkatkan baik kekuatan restorasi dan retensi, tetapi kurang konservatif, oleh karena itu tidak sering digunakan. retensi insisal dan gingiva dan dovetail extension. ( Baum, 1997.)

Gambar 2.30. Incisal and gingival retention grooves and dovetail extension in a large Class IV beveled conventional tooth preparation before beveling.

Meskipun retensi pin kadang-kadang diperlukan, penggunaan pin di restorasi komposit tidak disarankan karena beberapa alasan: (1) penempatan pin di gigi anterior melibatkan resiko perforasi baik pada pulpa atau melalui permukaan eksternal; (2) pin tidak meningkatkan kekuatan bahan restoratif, "dan (3) beberapa pin dapat menimbulkan korosi karena microleakage restorasi, sehingga menyebabkan perubahan warna yang signifikan dari gigi dan restorasi (Gbr. 2.31). . ( Baum, 1997.)

Gambar 2.31. Tooth and restoration discoloration caused by microleakage and subsequent corrosion of pin.Meskipun ada beberapa kekurangan, ketika ada sejumlah besar struktur gigi yang hilang, pin retensi mungkin diperlukan untuk mempertahankan restorasi komposit. Sebuah gigi insisivus sentralis kanan maksila diilustrasikan pada Gambar. 2.32 A. ini memiliki kerusakan besar restorasi Kelas III dan sudut mesioincisal retak, yang pada penghilangannya memerlukan restorasi Kelas IV. Bevel atau kemiringan konvensional preparasi gigi Kelas IV dicirikan dengan outline form yang terjadi ketika preparasi dinding dibuat setegak lurus atau separalel mungkin terhadap sumbu panjang gigi. ( Summit, 2006)Hal ini menghasilkan desain yang memberikan ketahanan yang lebih besar dari tekanan saat menggigit yang dapat menyebabkan fraktur gigi atau bahan restorasi. Menggunakan bur ukuran round carbide atau diamond instrument dengan high-speed, untuk membuat outline form. Hilangkan semua email yang rusak dan pertahankan kedalaman dinding aksial awal sebesar 0,5 mm ke dentin (karena bentuk retensi groove mungkin akan berguna). Siapkan dinding tegak lurus dan sejajar dengan sumbu panjang gigi. Angkat setiap dentin yang terinfeksi yang tersisa sebagai langkah pertama akhir preparasi gigi. Jika perlu, tambahkan liner kalsium hidroksida. Miringkan margin cavosurface dari semua margin enamel pada preparasi. . ( Baum, 1997.)Kemiringannya 45 derajat ke permukaan gigi eksternal dengan flame-shaped atau round diamond instrument (lihat gambar 2.32, B). Lebar bevel harus ,25-2 mm, tergantung pada jumlah struktur gigi yang hilang dan retensi yang diperlukan. Bentuk retensi disediakan terutama oleh ikatan mikromekanik komposit ke enamel dan dentin. Retensi tambahan dapat diperoleh dengan meningkatkan lebar bevels enamel atau menempatkan retensi undercuts. Jika memotong retensi yang dianggap perlu, siapkan retensi groovealur round bur No 1 / 4 dengan kedalaman 0,2 mm dalam DEJ pada kedalaman 0.25mm (setengah diameter bur No 1 / 4) dan pada sudut membagi dua persimpangan dinding dinding aksial dan gingiva. Groove ini harus menambah panjang dasar gingiva dan sedikit sudut garis facioaxial dan linguoaxial (lihat Gambar2.32, C.). Tidak melemahkan undercut biasanya diperlukan di daerah insisal, di mana sebagian besar enamel ada. Gambar. 2.32, D, menggambarkan penyelesaian tahap akhir bevel konvensionl preparasi gigi Kelas IV. ( Summit, 2006)

Gambar 2.32 Class IV beveled conventional tooth preparation. A, Large defective Class III restoration with resulting fractured incisal angle. B, Beveling cavosurface. C, Gingival retention groove. D, Completed Class IV beveled conventional tooth preparation.

Preparasi gigi kelas IV desain modifiedPreparasi kelas IV desain modified yang menggunakan bahan komposit diindikasikan untuk lesi kelas IV yang kecil atau sedang atau juga bisa untuk cacat traumatik. Tujuan dari preparasi gigi adalah untuk menghilangkan sedikit dari struktur gigi, menghilangkan lesi dan menyediakan retention form dan resistence form. Menghilangkan semua lesi yang ada atau restorasi cacat denganmata bur ukuran round atau diamond instrument serta menyiapkan outline form. Biasanya sedikit atau tanpa preparasi gigi awal diindikasikan untuk sudut insisal yang retak, selain struktur gigi yang retak dan kasar. Margin cavosurface disusun dengan konfigurasi miring serupa dengan yang sebelumnya dijelaskan. Kedalaman aksial tergantung pada luasnya lesi, restorasi sebelumnya, atau patah, tapi awalnya tidak lebih dari 0,2 mm dalam DEJ. Biasanya tidak ada retention form groove atau cove yang diindikasi. Sebaliknya, retensi diperoleh terutama dari kekuatan ikatan komposit ke enamel dan dentin . Perawatan gigi dengan fraktur traumatik kecil membutuhkan lebih sedikit preparasi dibanding dengan contoh beveled conventional. Jika fraktur terbatas pada email, retensi yang memadai biasanya dapat dicapai dengan hanya beveling margin cavosurface yang tajam di daerah yang patah dengan mata bur diamond berbetuk flame yang diikuti dengan ikatan.( Baum, 1997.)

Gambar 2.33 Class IV modified tooth preparation. A, Minor traumatic fracture. B, Fractured enamel is roughened with flame-shaped diamond instrument. C, Completed Class IV modified tooth preparation.

2.2.4.5 Preparasi Kelas VLesi karies kelas 5 adalah kerusakan jaringan keras gigi yang ditemukan di sepertiga gingiva dari permukaan gigi fasial dan lingual. (Summit, B et al. 2001. p. 386)Jalan masuk pada kebanyakan kasus adalah jalan masuk yang langsung dan mudah dijangkau melalaui jaringan lesi karies yang terdemineralisasi sebagian. (Eccles, J.D. ,1994,p 93)

Gambar 2.34 Lesi karies kelas 5 (Summit, B et al. 2001. 387)Bentuk biologisTerutama berkaitan dengan upaya mempertahankan keutuhan pulpa. Penampang transversal melalui bagian servikal gigi premolar bawah dengan preparasi kavitas kelas V (Gambar 3) memperlihatkan bahwa jika ingin diperoleh kedalaman yang memadai pada bagian tepi tanpa merusak pulpa, dasar kavitas harus dibuat melengkung dalam garis yang sama dengan bentuk permukaan luar gigi. (Eccles, J.D. ,1994,p 93-94)

Gambar 2.35 Penampang longitudinal kavitas (Baum et al, 1997,p 379)

Gambar 2.36 kavitas kelas V pada gigi premolar (kiri), penampang longitudinal yang menunjukkan alur retensi oklusal dan gingival (kanan) penampang melintang yang memperlihatkan dinding kavitas yang melengkung dan tidak ada undercut mesial dan distal. (Eccles, J.D. ,1994,p 94)

Pada sepertiga gingival gigi di mana ada kavitas, tidak ada daerah yang terbebas dari timbunan plak, bila plak tidak dibersihkan secara teratur. Sama seperti daerah lainnya, daerah ini mudah dibersihkan bila pasien mempunyai kebiasaan menyikat gigi yang baik dan karena itu bentuk dan besar kavitas yang akurat dipengaruhi oleh penyebaran karies dan juga dipengaruhi oleh factor-faktor mekanis. (Eccles, J.D. ,1994,p 93-94)Bentuk mekanisTidak mungkin membuat undercut di mesial dan distal tanpa melemahkan dinding-dindingnya (Gambar 1). Kecenderungan ini agak berkurang di daerah oklusal dan gingival sehingga undercut di buat pada daerah tersebut. (Eccles, J.D. ,1994,p 94)Makin kecil outline kavitas ini, makin mudah untuk mendapatkan retensi dan stabilitas yang baik, tetapi dalam kaitannya dengan bentuknya yang dangkal, garis sudutnya yang tajam umumnya diperlukan untuk mendapat retensi dan stabilitas restorasi yang maksimal. Pada keadaan ini garis sudut tersebut tidak menonjol ke arah pulpa dan tegangan permukaan menjadi minimal, sehingga garis sudut yang tajam tidak menyebabkan resiko kerusakan pulpa dan tanpa perlu takut gigi tidak mampu menahan tegangan permukaan. Tepi enamel dirapikan membentuk sudut 90o. (Eccles, J.D. ,1994,p 94)

Preparasi Pada dasarnya dimulai dengan menghilangkan karies dan jaringan gigi yang lemah, disertai dengan pembuatan retensi. Pada kavitas ini jumlah jaringan yang dipreparasi umumnya kecil, preparasi yang akurat sangat diperlukan dan hampir semua jaringan yang terdemineralisasi dan lunak akibat proses karies harus dihilangkan. Oleh karena itu instrumen dengan kecepatan tinggi (highspeed) lebih cocok digunakan. Jalan masuk dibuat pada gigi dan karies dibersihkan dengan bur bulat berukuran sedang. Dengan menggunakan bur fisur sederhana membentuk sudut 90o terhadap permukaan gigi, dinding-dinding kavitas dibuat membentuk sudut tepi kavitas 90o dan kedalaman minimal 1,5 mm. Inverted cone bur digunakan untuk membentuk undercut kecil pada dinding oklusal dan gingival kavitas. Pada gigi-gigi molar atau gigi lain di mana kavitas dibuat dengan permukaan yang relatif datar, dapat digunakan bur yang sama untuk membuat undercut kecil pada dinding mesial dan distal. Tepi enamel dapat dirapikan perlahan-lahan dengan bur Baker-Curson silindris. (Eccles, J.D. ,1994,p 94-95)DesainPreparasi kavitas ini kelihatannya mudah tetapi ada beberapa ciri dasar yang tidak boleh terlupakan:1. Bila ingin memperoleh kedalaman kavitas mesial dan distal yang memadai tanpa merusak pulpa. Dinding kavitas harus berjarak setara dari permukaan awal gigi kecuali pada daerah perluasan karies yang mengharuskan diperdalamnya kavitas.2. Karena bentuk kavitas yang dangkal, garis sudut kavitas yang tajam merupakan indikasi untuk menghindari bentuk kavitas seperti wajan (melengkung) yang mempunyai retensi dan stabilitas yang buruk.3. Undercut untuk retensi tidak boleh dibuat pada sisi mesial dan distal kecuali bila permukaan gigi relatif datar.4. Undercut oklusal dan gingival harus dibuat dengan hati-hati karena akan dapat terbentuk enamel yang tidak kuat bila undercut terlalu besar.5. Tepi gingival kavitas dibuat di bawah tepi gingival bebas hanya apabila keadaan ini diharuskan akibat perluasan karies.6. Kebersihan mulut yang baik di daerah ini harus ditekankan pada pasiaen karena ini merupakan upaya pencegahan paling efektif untuk menghindari karies sekunder. (Eccles, J.D. ,1994,p 95)

Gambar 2.37 Preparasi gigi untuk lesi gingival kelas V. A, perluasan kurang, enamel yang terdekalsifikasi pada tepi kavitas bisa pecah dan menimbulkan karies sekunder. B, kavitas diperluas mencakup enamel yang terdekalsifikasi. (Baum et al, 1997,p 378)

Gambar 2.38: Penampang preparasi kelas V. alur retensi bisa dibuat bulat atau bersudut. Kepala bur baja no.37 panjangnya 1,0 mm. (Baum et al, 1997,p 379)

Gambar 2.39 Akses untuk sudut disto-bukal dari molar bawah dengan straight handpiece dan bur bulat. (Baum et al, 1997,p 381)

Gambar 2.40: Pemakaian instrument genggam untuk menhaluskan bagian tepi (A, B, C). ekskavator double-ended efektif dalam menghilangkan tepi yang tidak rata. Sonde bulan sabit digerakkan searah (D). tepi mesial yang kasar dikerok searah agar halus. (Baum et al, 1997,p 380)

gambar 2.41 Variasi-variasi dalam desain kavitas kelas V. garis penuh menunjukkan lesi, garis putus-putus adalah pola preparasi yang akan dibuat. A, Premolar bawah. B, Pertemuan lesi gingiva dengan groove bukal menjadi satu kavitas. C, sudut disto-bukal dari molar kedua rahang atas sering dijumpai pada remaja akibat dari pola makan dan control plak yang buruk. (Baum et al, 1997,p 380)

gambar 2.42 Restorasi dari lesi karies gingival meluas melintang permukaan bukal dari molar, A, Restorasi permukaan proksimal pada amalgam menggabungkan enamel yang terdekalsifikasi. B, Pandangan bukal dari kavitas kelas V yang dipreparasi sebagian. Bila direstorasi sempurna kedua ujungnya akan berakhir pada tambalan amalgam yang sudah ada. (Baum et al, 1997,p 381)DAFTAR PUSTAKAHarshanur, itjiningsih. 1995. Anatomi gigi. Jakarta: EGC. Hlm: 18-48.Nanci A, Cate, A. R. Ten, "Oral Histology: Development, Structure, and Function", 7th ed. Saint Louis: Mosby, 2007Ross, Michael H., Gordon I. Kaye, and Wojciech Pawlina, 2003. Histology: a text and atlas. 4th edition. Page 448 Nanci A, Cate, A. R. Ten, "Oral Histology: Development, Structure, and Function", 7th ed. Saint Louis: Mosby, 2007 Ross, Michael H., Gordon I. Kaye, and Wojciech Pawlina, 2003. Histology: a text and atlas. 4th edition.Page 451 Walton, Richard E. and Mahmoud Torabinejad. Principles and Practice of Endodontics. 3rd ed. 2002. Pages 11-13Cummings, Benjamin. 2001. Human Anatomy & Physiology, 5th edition. San Francisco: Addison Wesley Longman, Inc.Balogh, Mary B. 2006. Dental Embriology, Histology, and Anatomy. 2thedition. St.Louis: Elsevier Saunders. Hlm 276-290Clifford M, Barton, Roger E, Sockwell, Clarence L. Strickland, William D. 1985. The art and science of Operative Dentistry 2nd Ed. Sturdevant, The C.V mosbt company. St. Louis, Missouri. Page : 94-98Baum, L et al. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Edisi 3. Jakarta: EGC. p. 183Ford, T.R.P. 1993. Restorasi Gigi. Edisi 2. Jakarta: EGC. pp. 55-59.Summitt, James B. J.Wiliam Robbins, Thomas J. Hilton, Richard s Schwartz. 2006, Fundamental of operative dentistry 3th ed. Quintessence publishing co, inc. Ilinois, 340-344,386-387.Roberson, Theodore M. 2002, Art and science of operative dentistry 4th ed. Mosby Inc., Missouri, pp 281-282,283, 523-575Baum, Philips dan Lund, 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp 335 348,378-381Eccles,J.D. 1994. The Conservation Of The Teeth. 2nd Ed.Oxford: Blackwell Sc.P.Ltd.pp;115-118, 93-95Sturdevant et al. 1985. The Art and Science of Operative Dentistry. 2nd Edition. St Louis: The CV Mosby Company.pp 503-511,535