4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

7
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah15 _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN,SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP KONSUMSI ZAT GIZI (ENERGI, PROTEIN) PADA BALITA GIZI KURANG DI DESA LABUHAN LOMBOK Oleh : Yuli Laraeni, Reni Sofiyatin, Yuanita Rahayu Dosen Pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Abstract: "The relationship between the level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother against the consumption of nutrients ( energy , protein ) on infant malnutrition in the village of Labuhan Lombok "Toddler is one segment of the population that is vulnerable to malnutrition . The energy consumption of protein is the amount of energy and protein derived from the food eaten . Knowledge , attitudes and behavior is closely related to maternal nutritional status of children.The purpose of this study was to determine the relationship level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother against the consumption of nutrients ( energy , protein ) in children under five malnutrition in the village of Labuhan Lombok . This study was a cross sectional study . The population in this study were all children of malnutrition in the village of Labuhan Lombok with a total sample of 59 children malnutrition based indices W / A . Samples were taken with Systematic Random Sampling method .Data used in the study of primary data include data on the identity of children malnutrition , level of knowledge , attitude and behavior of the mother , the intake of nutrients ( energy , protein ) children malnutrition . Secondary data collected is a general overview of Labuhan Lombok Village area . Data were analyzed with descriptive statistics and statistical test Chi-square test to determine the relationship between variables .The percentage level of knowledge , attitudes and behavior of respondents most is knowledge of the respondents are as many as 46 people ( 78 % ) . good attitude as much as 45 respondents ( 76.3 % ) . the behavior of the respondents are as many as 34 people ( 57.6 % ) . The energy consumption of samples classified category of heavy deficit by 22 people ( 37.3 % ) . The level of protein intake above the needs of the samples belonging to as many as 23 people ( 39 % ) . There was no association between maternal knowledge on energy consumption and protein malnutrition in young children based on the chi-square test for energy ( P value> α , ie 0.882 > 0.05 ) and protein ( P value> α , ie 0.729 > 0.05 ) . There was no association between maternal attitudes towards the consumption of energy and protein malnutrition in children under five years based on the chi-square test for energy ( P value> α , ie 0.882 > 0.05 ) . and protein ( P value> α , ie 0.154 > 0.05 ) and there was no association between maternal behavior towards energy consumption and protein malnutrition in children under five years with the results of chi-square test for energy ( P value> α , ie 0.306 > 0 , 05 ) and protein ( P value> α , ie 0.812 > 0.05 ) Keywords: Knowledge , Attitude , Behavior , Nutrition Toddler Consumption Less PENDAHULUAN Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena berbagai faktor, terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan akan energi dan protein serta infeksi yang berdampak dari status gizi yang baik menjadi status gizi kurang bahkan buruk dimana KEP tersebut terjadi dalam jangkauan waktu yang lama. Balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi. Menurut Sediaoetama dalam buku gizi reproduksi pada masa balita ditandai dengan pertumbuhan serta perkembangan yang sangat pesat disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi (Waryana, 2010). Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bilamana kondisi tubuh memperoleh kecukupan zat gizi yang digunakan secara efesien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin. Konsumsi energi protein merupakan banyaknya energi dan protein yang diperoleh dari makanan yang dimakan. Dimana tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang optimal (Sediaoetama, 2008). Pengetahuan, sikap serta perilaku ibu erat kaitannya dengan status gizi balita. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita, pengetahuan juga mempengaruhi konsumsi pangan seseorang yang dimana pengetahuan gizi yang dimiliki berpengaruh terhadap keragaman jenis dan

Upload: muksan-shan

Post on 14-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah15

_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN,SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP KONSUMSI ZAT GIZI (ENERGI, PROTEIN) PADA BALITA GIZI KURANG

DI DESA LABUHAN LOMBOK

Oleh :

Yuli Laraeni, Reni Sofiyatin, Yuanita Rahayu Dosen Pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

Abstract: "The relationship between the level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother against the consumption of nutrients ( energy , protein ) on infant malnutrition in the village of Labuhan Lombok "Toddler is one segment of the population that is vulnerable to malnutrition . The energy consumption of protein is the amount of energy and protein derived from the food eaten . Knowledge , attitudes and behavior is closely related to maternal nutritional status of children.The purpose of this study was to determine the relationship level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother against the consumption of nutrients ( energy , protein ) in children under five malnutrition in the village of Labuhan Lombok . This study was a cross sectional study . The population in this study were all children of malnutrition in the village of Labuhan Lombok with a total sample of 59 children malnutrition based indices W / A . Samples were taken with Systematic Random Sampling method .Data used in the study of primary data include data on the identity of children malnutrition , level of knowledge , attitude and behavior of the mother , the intake of nutrients ( energy , protein ) children malnutrition . Secondary data collected is a general overview of Labuhan Lombok Village area . Data were analyzed with descriptive statistics and statistical test Chi-square test to determine the relationship between variables .The percentage level of knowledge , attitudes and behavior of respondents most is knowledge of the respondents are as many as 46 people ( 78 % ) . good attitude as much as 45 respondents ( 76.3 % ) . the behavior of the respondents are as many as 34 people ( 57.6 % ) . The energy consumption of samples classified category of heavy deficit by 22 people ( 37.3 % ) . The level of protein intake above the needs of the samples belonging to as many as 23 people ( 39 % ) . There was no association between maternal knowledge on energy consumption and protein malnutrition in young children based on the chi-square test for energy ( P value> α , ie 0.882 > 0.05 ) and protein ( P value> α , ie 0.729 > 0.05 ) . There was no association between maternal attitudes towards the consumption of energy and protein malnutrition in children under five years based on the chi-square test for energy ( P value> α , ie 0.882 > 0.05 ) . and protein ( P value> α , ie 0.154 > 0.05 ) and there was no association between maternal behavior towards energy consumption and protein malnutrition in children under five years with the results of chi-square test for energy ( P value> α , ie 0.306 > 0 , 05 ) and protein ( P value> α , ie 0.812 > 0.05 ) Keywords: Knowledge , Attitude , Behavior , Nutrition Toddler Consumption Less PENDAHULUAN

Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena berbagai faktor, terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan akan energi dan protein serta infeksi yang berdampak dari status gizi yang baik menjadi status gizi kurang bahkan buruk dimana KEP tersebut terjadi dalam jangkauan waktu yang lama. Balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi. Menurut Sediaoetama dalam buku gizi reproduksi pada masa balita ditandai dengan pertumbuhan serta perkembangan yang sangat pesat disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi (Waryana, 2010).

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bilamana kondisi tubuh memperoleh kecukupan

zat gizi yang digunakan secara efesien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin. Konsumsi energi protein merupakan banyaknya energi dan protein yang diperoleh dari makanan yang dimakan. Dimana tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang optimal (Sediaoetama, 2008).

Pengetahuan, sikap serta perilaku ibu erat kaitannya dengan status gizi balita. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita, pengetahuan juga mempengaruhi konsumsi pangan seseorang yang dimana pengetahuan gizi yang dimiliki berpengaruh terhadap keragaman jenis dan

Page 2: 4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

16 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

_____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com

jumlah makanan yang dikonsumsi oleh balita (Hayati dan Yunitasari, 2011).

Sikap ibu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Sikap yang kurang baik terhadap pemberian makanan pada ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi anak, sehingga menghasilkan anak yang kurang gizi (Hayati, 2011). Perilaku ibu juga erat kaitannya dengan masalah kekurangan gizi pada anak balita dapat dilihat dari adanya kebiasaan yang salah dari ibu terhadap gizi anak balitanya. Kurangnya gizi pada balita dapat juga disebabkan oleh perilaku ibu dalam memilih bahan makanan yang tidak benar, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman makanan yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu (Mardiana, 2006)

Tujuan Umum penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi (energi, protein) pada anak balita (12-59 bulan) gizi kurang berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) di Desa Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Crossectional dimana pengamatan variabel terikat dan variabel bebas dilakukan pada waktu yang bersamaan yakni untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi (Energi, dan Protein) pada balita gizi kurang dengan indeks BB/U berdasarkan rancangan penelitian yakni Observasional Analitik

Penelitian dilaksanakan di Desa Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juli 2013. Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U di Desa Labuhan Lombok yakni 140 balita, jadi populasi balita yang akan di teliti yakni sebanyak 140 balita. Sampel merupakan bagian dari populasi yang terpilih yang memiliki kriteria Inklusi 1. Balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U

yang ada di Desa Labuhan Lombok. 2. Balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U

dengan usia 12-59 bulan di Desa Labuhan Lombok. Kriteria Eksklusi balita dalam kondisi sakit,

ibu menolak mengikuti penelitian, balita tidak berdomisili di daerah penelitian Jenis data a)tentang identitas balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U (nama balita, umur balita, nama ibu balita, berat badan, jenis kelamin,

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua), b) tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi (Energi, Protein) balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang

a. Pengetahuan Tingkat pengetahuan tentang konsumsi zat

besi pada ibu terhadap konsumsi zat gizi (energi dan protein) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dalam upaya pencegahan gizi buruk pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Dengan mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk karena kurangnya konsumsi energi dan protein yang berasal dari makanan dan mengetahui penyakit dan komplikasi dari gizi kurang serta upaya yang dilakukan untuk pencegahan kejadian gizi kurang, sehingga kejadian gizi kurang pada balita dapat dikurangi. Ibu Balita harus memiliki pengetahuan mengenai sumber makanan yang mengandung energi dan protein, terutama untuk pertumbuhan balita dan pengetahuan bagaimana memilih makanan yang dapat meningkatkan atau menghambat penyerapan protein. Pada tabel 1, dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan responden yang paling banyak adalah pengetahuan cukup sebanyak 46 orang (78%)

Tabel1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden

No Tingkat Pengetahuan N % 1 Baik 8 13,6 2 Cukup 46 78 3 Kurang 5 8,5

Jumlah 59 100

2. Sikap Sikap ibu balita dalam menentukan pilihan

mengkonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung energi dan protein dapat merubah pola makan yang beragam untuk menunjang asupan energy dan protein bagi tubuh guna mencegah gizi kurang pada masa balita dapat menurunkan angka gizi kurang. tabel 2, dapat dijelaskan bahwa tingkat sikap responden yang paling banyak adalah sikap baik sebanyak 45 orang (76,3%)

Tabel 2. Distribusi Tingkat Sikap Responden

No Tingkat Sikap N % 1 Baik 45 76,3 2 Cukup 14 23,7

Jumlah 59 100

Page 3: 4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah17

_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015

3. Perilaku Perilaku sangat berhubungan dengan

pengetahuan, tetapi peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Perilaku kesehatan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor nonperilaku. Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisah dalam menentukan cara terbaik untuk memulai proses perubahan perilaku. Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa tingkat perilaku responden yang paling banyak adalah perilaku cukup sebanyak 34 orang (57,6%)

Tabel 3. Distribusi Tingkat Perilaku Ibu Sampel

No Tingkat Perilaku n % 1 Baik 25 42,4 2 Cukup 34 57,6

Jumlah 59 100

b. Tingkat Konsumsi Zat Gizi

1. Konsumsi Energi Tingkat konsumsi energi balita apabila sudah

mengalami defisit akan mempengaruhi kondisi dan status gizi anak balita, energi dibutuhkan anak balita untuk masa pertumbuhan dan beraktivitas sesuai dengan usianya. Berdasarkan tabel 4, dapat dijelaskan bahwa tingkat konsumsi energi anak balita yang paling banyak tergolong kategori defisit berat sebanyak 22 orang (37,3%)

Tabel4. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Sampel

No Tingkat Konsumsi Energi n % 1 Defisit Berat 22 37,3 2 Defisit Ringan 4 6,8 3 Defisit Sedang 15 25,4 4 Diatas Kebutuhan 8 13,6 5 Normal 10 16,9

Jumlah 59 100

2. Konsumsi Protein

Tabel5. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Sampel

No Tingkat Konsumsi Protein

n %

1 Defisit Berat 7 11,9 2 Defisit Ringan 11 18,6 3 Defisit Sedang 8 13,6 4 Diatas Kebutuhan 23 39 5 Normal 10 16,9

Jumlah 59 100

Konsumsi energi protein merupakan banyaknya protein yang diperoleh dari makanan yang dimakanProtein merupakan zat yang sangat

penting bagi tubuh karena selain sebagai sumber energi, protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh dan zat pengatur di dalam tubuh. Pada tabel 5, dapat dijelaskan bahwa tingkat konsumsi protein anak balita yang paling banyak tergolong kategori diatas kebutuhan sebanyak 23 orang (39%)

c. Hubungan Antar Varibel

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Konsumsi Energi Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan

energi masih dalam kategori cukup yang artinya masih belum adanya kesadaran dari ibu pentingnya tentang konsumsi energi untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya di masa balita

Tabel6. Hubungan Pengetahuan terhadap konsumsi energi

Tabel 6 dapat digambarkan bahwa 46 orang ibu balita gizi kurang yang memiliki pengetahuan tergolong cukup, tingkat konsumsi energi anak balita gizi kurangnya tergolong defisit berat yakni sebanyak 16 orang (27,1%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P value lebih besar dari α, yaitu 0,882 lebih besar dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap konsumsi energi pada balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu balita dengan tingkat konsumsi energi balita.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anisya Nurul (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi asupan makan yaitu pengetahuan dan keadaan sosial ekonomi (pendapatan) yang mempengaruhi pemilihan jenis serta jumlah makanan yang akan dikonsumsi.

Faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor ekonomi (pendapatan) ibu anak balita gizi kurang. Faktor ekonomi yang kurang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari, untuk menyediakan makanan yang bersumber zat gizi energi masih kurang karena tidak mampu menyediakan makanan yang yang mengandung zat gizi berupa energi. Ibu anak balita biasanya membelikan anak balita makanan berupa snack ringan, yang dimana snack memiliki kandungan energi yang tidak

Page 4: 4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

18 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

_____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com

terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan energi anak balita gizi kurang.

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Konsumsi Protein

Tabel7. Hubungan Pengetahuan terhadap konsumsi Protein

Berdasarkan Tabel 7 dapat digambarkan bahwa 46 orang ibu balita gizi kurang yang memiliki pengetahuan tergolong cukup, tingkat konsumsi protein anak balita gizi kurangnya tergolong diatas kebutuhan yakni sebanyak 18 orang (30,6%).

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P value lebih besar dari α, yaitu 0,729 lebih besar dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap konsumsi protein pada balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu balita dengan tingkat konsumsi protein balita.

Anak balita gizi kurang rata – rata konsumsi sumber protein tergolong diatas kebutuhan Hal ini disebabkan oleh ketersediaan pangan yang terdapat pada daerah penelitian yang merupakan daerah pesisir pantai yang kaya akan sumber laut berupa ikan, selain itu pemberian susu yang diberikan oleh ibu kepada anak balitanya. Oleh karena ituanak balita lebih banyak makan makanan sumber protein dibandingkan dengan makanan yang mengandung sumber karbohidrat.

Selain itu terdapat pula faktor infeksi yang mempengaruhi konsumsi zat gizi anak balita gizi kurang, yang dimana konsumsi protein pada anak balita gizi kurang tergolong diatas kebutuhan, sedangkan konsumsi energi tergolong defisit berat, hal ini disebabkan tidak lain dari pada penyakit infeksi yang bisa dialami oleh anak balita gizi kurang seperti ISPA maupun diare.

3. Hubungan Tingkat Sikap Ibu dengan

Konsumsi Energi Pada Tabel 8 dapat digambarkan bahwa 45

orang ibu balita gizi kurang yang memiliki sikap tergolong baik, tingkat konsumsi energi anak balita gizi kurangnya tergolong defisit berat yakni sebanyak 18 orang (30,6%).

Tabel 8. Hubungan Sikap terhadap konsumsi energi

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P value lebih besar dari α, yaitu 0,882 lebih besar dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara sikap ibu terhadap konsumsi energi pada anak balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Anisya Nurul (2012) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tingkat konsumsi zat gizi energi.

Faktor yang mempengaruhi sikap ibu balita gizi kurang disini diantaranya pengalaman dan faktor ekonomi (pendapatan). Ibu balita gizi kurang memiliki sikap gizi yang tergolong baik berdasarkan pengalamannya dalam mempersiapkan makanan untuk anak balita tergolong baik, sedangkan untuk konsumsi energi pada anak balita yang tergolong defisit berat dipengaruhi oleh faktor ekonomi (pendapatan) yang dimana masih kurang dalam menyediakan makanan yang bersumber zat gizi energi masih kurang karena tidak mampu menyediakan makanan yang yang mengandung zat gizi berupa energi. Ibu anak balita biasanya membelikan anak balita makanan berupa snack ringan, yang dimana snack memiliki kandungan energi yang tidak terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan energi anak balita gizi kurang.

4. Hubungan Tingkat Sikap Ibu dengan

Konsumsi Protein

Tabel9. Hubungan Sikap terhadap konsumsi Protein

Berdasarkan Tabel 9 dapat digambarkan bahwa 45 orang ibu anak balita gizi kurang yang memiliki sikap tergolong baik, tingkat konsumsi protein anak balita gizi buruknya tergolong diatas kebutuhan yakni sebanyak 18 orang (30,6%).

Page 5: 4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah19

_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P value lebih besar dari α, yaitu 0,154 lebih besar dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara sikap ibu terhadap konsumsi protein pada anak balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara sikap gizi ibu balita dengan tingkat konsumsi protein balita.

Balita gizi kurang memiliki rata – rata konsumsi sumber protein tergolong diatas kebutuhan Hal ini disebabkan oleh ketersediaan pangan yang terdapat pada daerah penelitian yang merupakan daerah pesisir pantai yang kaya akan sumber laut berupa ikan, selain itu pemberian susu yang diberikan oleh ibu kepada anak balitanya oleh karena itu anak balita lebih banyak makan makanan sumber protein dibandingkan dengan makanan yang mengandung sumber karbohidrat.

5. Hubungan Tingkat Perilaku Ibu dengan

Konsumsi Energi

Tabel 10. Hubungan Perilaku terhadap konsumsi energi

Berdasarkan Tabel 10 dapat digambarkan bahwa 25 orang ibu balita gizi kurang yang memiliki perilaku tergolong baik, tingkat konsumsi energi anak balita gizi buruknya tergolong defisit berat yakni sebanyak 12 orang (20,3%).

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P value lebih besar dari α, yaitu 0,306 lebih besar dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara perilaku ibu terhadap konsumsi energi pada anak balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara perilaku gizi ibu balita dengan tingkat konsumsi energi balita.

Menurut Pranadji (1988) dalam penelitian Rena Ningsih (2008),mengemukakan pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi, dan keterampilan gizi secara bersama-sama akan menentukan perilaku gizi.

Untuk konsumsi energi pada anak balita yang tergolong defisit berat faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor ekonomi (pendapatan) ibu balita gizi kurang yang dimana

masih kurang dalam menyediakan makanan yang bersumber zat gizi energi masih kurang karena tidak mampu menyediakan makanan yang yang mengandung zat gizi berupa energi. Ibu anak balita biasanya membelikan anak balita makanan berupa snack ringan, yang dimana snack memiliki kandungan energi yang tidak terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan energi balita gizi kurang.

6. Hubungan Tingkat Perilaku Ibu dengan

Konsumsi Protein

Tabel 11. Hubungan Perilaku terhadap konsumsi Protein

Berdasarkan Tabel 11 dapat digambarkan bahwa 25 orang ibu anak balita gizi kurang yang memiliki perilaku tergolong cukup tingkat konsumsi protein anak balita gizi buruknya tergolong diatas kebutuhan yakni sebanyak 14 orang (23,8%). Hal ini menunjukkan perilaku ibu tidak mempengaruhi konsumsi protein pada balita gizi kurang.

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P value lebih besar dari α, yaitu 0,812 lebih besar dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara perilaku ibu terhadap konsumsi protein pada anak balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara perilaku gizi ibu balita dengan tingkat konsumsi protein balita.

Perilaku ibu tergolong cukup. Hal ini disebabkan pengetahuan dan sikap ibu balita gizi kurang dalam mengetahui dan menyajikan makanan untuk balita gizi kurang. Untuk konsumsi protein tergolong diatas kebutuhan, hal ini disebabkan oleh ketersediaan pangan yang terdapat pada daerah penelitian yang merupakan daerah pesisir pantai yang kaya akan sumber laut berupa ikan, selain itu pemberian susu yang diberikan oleh ibu kepada anak balitanyayang menyebabkan anak balita lebih banyak makan makanan sumber protein dibandingkan dengan makanan yang mengandung sumber karbohidrat.

Selain faktor ketersedian pangan, faktor infeksi juga mempengaruhi konsumsi zat gizi anak balita gizi kurang, dimana berdasarkan penelitian yang telah dilakukan konsumsi protein pada anak

Page 6: 4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

20 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

_____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com

balita gizi kurang tergolong diatas kebutuhan, sedangkan konsumsi energi tergolong defisit berat, hal ini bisa juga disebabkan oleh penyakit infeksi yang bisa dialami oleh anak balita gizi kurang terutama ISPA maupun diare.

Perilaku ibu pada penelitian ini tergolong cukup, berbeda halnya dengan perilaku anak balita gizi kurangnya, dimana ibu sudah membiasakan diri sebelum memberi makan kepada anak balitanya selalu mencuci tangan, berbeda hal dengan anaka balita, setelah bermain dengan temannya atau setelah bermain tanah, langsung makan makanan yang diberikan kepadanya tanpa mencuci tangan sebelumnya.

PENUTUP

a. Simpulan 1. Tingkat pengetahuan dan perilaku ibu balita

yang tertinggi dengan kategori cukup terbanyak, sedangkan sikap ibu balita gizi kurang yang tertinggi adalah sikap dengan kategori baik

2. Tingkat konsumsi zat gizi energi dengan kategori defisit berat sebanyak Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi (pendapatan) ibu balita yang kurang untuk memenuhi syaarat kebutuhan sehari dan menyediakan makanan yang bersumber zat gizi, serta kebiasaan ibu membelikan balita makanan berupa snack ringan

3. Tingkat konsumsi zat gizi protein pada balita gizi kurang yang tertinggi adalah tingkat konsumsi dengan kategori diatas kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan pangan yang terdapat pada daerah penelitian yang merupakan daerah yang kaya akan sumber laut berupa ikan serta pemberian susu kepada anak balita.

4. Belum terdapat perubahan terhadap perilaku pada ibu dalam memperbaiki konsumsi zat gizi (Energi, Protein) anak balitanya disebabkan ada beberapa faktor yakni pendapatan, kebiasaan ibu yang memberikan snack lebih banyak dibandingkan makanan pokok kepada balita gizi kurang

5. Faktor lain yang menyebabkan konsumsi zat gizi anak balita yang berbeda dimana konsumsi energi tergolong defisit berat sedangkan konsumsi protein tergolong diatas kebutuhan yakni faktor penyakit infeksi, dimana sangat mempengaruhi konsumsi zat gizi pada anak balita, selain itu perilaku daripada anak balita yang setelah bermain tanah tidak mencuci tangannya langsung makan makanan yang diberikan kepadanya

6. Tidak ada hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi energi pada anak balita (12-59 bulan) gizi kurang di Desa Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur

7. Tidak ada hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi protein pada anak balita (12-59 bulan) gizi kurang di Desa Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur

b. Saran 1. Petugas memberikan informasi atau

penyuluhan kepada ibu balita gizi kurang mengenai makanan yang bergizi dengan cara memanfaatkan sumber daya alam dan penganekaragaman makanan yang ada di sekitar pada saat kegiatan posyandu

2. Ibu balita gizi kurang diharapkan banyak menanyakan mengenai makanan yang bergizi khususnya untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak balita kepada petugas puskesmas pada saat kegiatan posyandu

3. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai, infeksi, pola makan dan pola asuh balita gizi kurang di daerah pesisir pantai

DAFTAR PUSTAKA

Aeny, Anisya Nurul. 2012. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Gizi Seimbang Dengan Konsumsi Zat Gizi (Energi, Protein Dan Fe) (Study Di SMPN 14 Mataram). Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Gizi. Mataram

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Azwar, Azrul. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang. Didalam : Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004

Berg, Alan. 1986. Peranan Dalam Pembangunan Nasional. Penerbit CV.Rajawali. Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2010. Data Pemantauan Status Gizi

Fatimah, Sari, Ikeu Nurhidayah, dan Windy Rakhmawati. 2008. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Unpad Vol 10 No.

Page 7: 4-hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi-laraeni.pdf

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah21

_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015

XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal – 37. Padang

Gabriel, A. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi Dan Kesehatan Balita Di Desa Cikarawang Bogor. Skripsi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB, Bogor

Handono, Nugroho Priyo. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi, Pola Makan, Dan Energi Tingkat Konsumsi Dengan Status Gizi Anak Usia Lima Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri Wonogiri. http:\\www.akpergshwng.com\upload\naspub_handono.pdf (Diakses pada 23 0ktober 2012 Pukul 19:25)

Hayati, Maria Posma. 2011. Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Serta Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Pemberian Makanan Pada Balita Di Puskesmas Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Khomsan, Ali. 2004. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta

Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Munir, Miftahul. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Balita (1-5 Tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban. Skripsi STIKES NU Tuban, Tuban

Ningsih, Rena. 2008. Analisis Perilaku Sadar Gizi Ibu Serta Hubungannya Dengan Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Balita Di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Skripsi Program Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.Metodelogi Penelitian Kesehatan.PT Rineka Cipta. Jakarta

PERSAGI. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta

Prakoso, Indra Bakti, Ahmad Yamin dan Raini Diah Susanti, 2012 Hubungan Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Dan Tingkat Konsumsi Energi Dengan Staus Gizi Balita Di Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, Bandung

Puskesmas Labuhan Lombok. 2012. Hasil Pekan Penimbangan Bulan Agustus

Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2008. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta

Suhardjo, dkk. 2009. Pangan, Gizi Dan Pertanian. UI Press. Jakarta

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB

Suhardjo. 2008. Perencanaan Pangan Dan Gizi. PT Bumi Aksara. Jakarta

Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama. Yokyakarta

Wawan, A dan Dewi. M. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yokyakarta

Widya karya Nasional Pangan dan Gizi III.1996.LIPI.Jakarta

Wirjatmadi, Bambang dan Merryana Adriani. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Yunitasari, W. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Tentang Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi Balita Usia 3-4 Tahun Di Posyandu RW 21 Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Sukmajaya Depok. Skripsi Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yokyakarta