4. hubungan antara olahraga dan sistem cardio vaskuler dalam berbagai macam ragam tingkat frekuen...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA OLAHRAGA DAN SISTEM CARDIO VASKULER
DALAM BERBAGAI MACAM RAGAM TINGKAT FREKUEN DAN
INTENSITAS OLAHRAGA
Oleh : DR. dr. Zainal Abidin, DSM, Internist, SPGK
Dosen bagian Ilmu Gizi FKUI dan Sport Medicine UNISMA Bekasi
Sebagaimana kita ketahui, jantung adalah motor dari system peredaran darah. Ia
berguna untuk mengantarkan oksigen/ zat asam dari hasil metabolisme ke seluruh organ
tubuh yang vital. Selain itu, ia berfungsi membawa sisa metabolitan dari jaringan tubuh
untuk di ekresi keluar.
Dengan demikian, organ-organ tubuh tersebut hanya bisa tumbuh, berkembang
dan menghasilkan tenaga/kekuatan jika mereka mendapakan aliran darah dengan nutrisi
yang cukup. Hal ini tidak ada pengecualiannya berlaku juga untuk jantung itu sendiri.
Jika jantung dan organ-organ yang vital tidak cukup mendapatkan aliran darah seperti
yang diperlukan, misalnya karena adanya penyempitan pembuluh darah. Maka jantung
dan organ-organ yang vital tidak bisa memenuhi fungsi/tugasnya sebagaimana mestinya.
Pada saat orang berolahraga jantung dan system peredaran darah harus bekerja
lebih banyak dengan detak nadi yang semakin cepat dan tekanan darah akan meningkat,
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien yang semakin meningkat di jaringan
dengan sisa hasil metabolitan yang banyak seperti asam laktat dan benda-benda keton.
Perubahan ini terjadi ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat tetap,
dimulai dengan perubahan fisiologis dan dalam waktu yang relative lama akan terjadi
perubahan morfologis yang lebih konsisten.
Contohnya pada waktu dilakukan tes beban. Misalnya ; Ergocyle, maka dari
waktu tensi/tekanan darah dan nadi dari atlet yang diperiksa akan meningkat sampai
terjadi Steady State, dimana nadi dan tensinya tidak meningkat lagi dan bebannya perlu
ditingkatkan lagi. Umumnya setelah 2 sampai 2 setengah menit, sehingga pada waktu
inilah dilakukan pengukuran tensi, nadi dan kalau perlu asam laktatnya. Sebelum
peningkatan beban yang berikutnya.
Dengan demikian akan didapatkan kurva dari tingginya pembebanan, tensi, nadi
dan asam laktatnya yang bisa digunakan pelatih untuk memprogramkan latihannya.
Setelah mengadakan koordinasi dengan team pengendali pelatnas di dalam rangka SMEP
( System Monitoring Evaluasi dan Pelaporan ).
Perubahan tersebut sifatnya sementara dan akan kembali seperti sedia kala
(semula) dalam waktu yang relative singkat ( 3 sampai 5 menit untuk tensi dan nadi, 15
sampai 30 menit untuk asam laktat), tergantung usia dan kondisi atlet yang bersangkutan.
Selanjutnya agar terjadi perubahan fisiologis dan morfologis yang diharapkan
untuk meningkatkan prestasi yang setinggi-tingginya dibutuhkan waktu yang lama,
frekuensi dan intensitas yang tinggi yang berada didalam pelaksanaan FIT (Frekuensi
Intensitas dan Time/Waktu).
Pada olahraga prestasi tingkat nasional maupun internasional, frekuensi yang
dibutuhkan biasanya antara 11-14 kali/ minggu. Sedangkan intensitasnya untuk
kondisioning dengan system pembakaran terutama aerobic (cukup oksigen) dibutuhkan
intensitas antara 75%-85% dari kemampuan maksimal, dan waktuya antara 60-90 menit.
Untuk peningkatan Power Ausdauer dibutuhkan latihan dengan intensitas 85%-
95% yang berada dalam ambang aerobic dimana asam laktatnya sekitar 4 mmol/ liter,
dengan detak jantung 175-185/ menit.
Sedangkan untuk peningkatan kapasitas anaerobic/ stamina, intensitasnya diatas
95 % dengan sprint-sprint pendek. Waktunya antara 10-60 detik. Pembakarannya
terutama anaerobic, sehingga terbentuk akumulasi dan kadar asam laktat yang tinggi
diatas 8 mmol/ liter. Latihan ini dirasakan tidak mengenakkan dan menyakitkan bagi
atlet. Intensitas tersebut sangat membebankan system kardio vaskuler, dengan nadi dan
pernapasan yang cepat. Zat gizi yang dibakar secara anaerobic (tanpa oksigen) dan sangat
tidak ekonomis. Karena dari satu molekul glukosa dengan pembakaran ini hanya
terbentuk 2 ATP dan jumlah asam laktat yang lambat laun akan terakumulasi dan dapat
menimbulkan kelelahan. Karena itu, olahraga yang dilakukan biasanya waktunya pendek
seperti tersebut diatas. Sedangkan dengan pembakaran yang cukp oksigen (aerobic) akan
menghasilkan ATP sebanyak 18-19 kali lebih besar yaitu 36-38 ATP. Sehingga proses
latihannya dapat dilakukan dalam waktu yang relative lama.
Semakin tinggi intensitas yang dilakukan, semakin rendah watu yang bisa dicapai.
Perbandngannya 90 % dengan intensitas sedang, 7 % dengan intensitas yang tinggi, dan 3
% dengan intensitas yang sangat tinggi. Jadi, dengan menggunakan variasi intensitas dan
volume latihan yang relevan, maka program latihan bisa dijadwalkan.
Berikut ini dilampirkan perubahan yang terjadi pada system kardio vaskuler yang
bersifat sementara dan tetap pada waktu tes beban dan dampaknya yang terjadi setelah
latihan yang lama.