4. hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum tempat...

14
13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Wilayah Kota Salatiga terletak di tengahtengah Kabupaten Semarang. Secara geografis Kota Salatiga memiliki topografi yang bergunung dengan ketinggian sekitar 450 meter di atas permukaan laut. Letak Kota Salatiga cukup strategis karena berada pada jalur transportasi darat utama Jakarta Solo - Surabaya dan terletak di antara dua kota pusat pengembangan yaitu Kota Semarang dan Surakarta. Kota Salatiga dengan pertumbuhan penduduk yang pesat dan penggunaan SDA (Sumber Daya Alam) yaitu air untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang cenderung eksploitatif merupakan tantangan terbesar bagi daerah yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup seperti Kota Salatiga. Jumlah penduduk yang terus meningkat disertai penggunaan SDA berlebihan dapat menjadi tekanan yang besar bagi lingkungan sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun dapat mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta pemanasan global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dan hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Banyak persoalan lingkungan yang mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada banyaknya bencana yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah industri dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Karena dengan kualitas lingkungan yang baik merupakan salah satu modal dasar penting bagi terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan

Upload: doanh

Post on 03-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

13

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian

Wilayah Kota Salatiga terletak di tengah–tengah Kabupaten Semarang.

Secara geografis Kota Salatiga memiliki topografi yang bergunung dengan

ketinggian sekitar 450 meter di atas permukaan laut. Letak Kota Salatiga cukup

strategis karena berada pada jalur transportasi darat utama Jakarta – Solo -

Surabaya dan terletak di antara dua kota pusat pengembangan yaitu Kota

Semarang dan Surakarta.

Kota Salatiga dengan pertumbuhan penduduk yang pesat dan penggunaan

SDA (Sumber Daya Alam) yaitu air untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang

cenderung eksploitatif merupakan tantangan terbesar bagi daerah yang sedang

giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam menjaga kelestarian fungsi

lingkungan hidup seperti Kota Salatiga. Jumlah penduduk yang terus meningkat

disertai penggunaan SDA berlebihan dapat menjadi tekanan yang besar bagi

lingkungan sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan.

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun dapat mengancam

kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta

pemanasan global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim

dan hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup.

Banyak persoalan lingkungan yang mulai menjadi topik dunia ketika

manusia mulai merasakan dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada

banyaknya bencana yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas

manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah

industri dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu

diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang

optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku

kepentingan. Karena dengan kualitas lingkungan yang baik merupakan salah satu

modal dasar penting bagi terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan

sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan

Page 2: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

14

generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi

kebutuhan kehidupan generasi yang akan datang.

Secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan dan 22

kelurahan. Luas wilayah Kota Salatiga tercatat sebesar 5.678,110 hektar atau

56.781 km². Luas yang ada, terdiri dari 798,932 hektar (14,07 persen) lahan

sawah; 4.680,195 hektar atau (82,42 persen) merupakan lahan kering dan 198,983

hektar (3,50 persen) adalah lahan lainnya. Di bawah ini merupakan Tabel Luas

Sawah Menurut Jenis Irigasi per Kelurahan Tahun 2012 (ha) di Salatiga (Kauman

Kidul, Pulutan dan Kutowinangun) disesuaikan dengan tempat yang diteliti:

Tabel 4.1. Luas Sawah Menurut Jenis Irigasi per Kelurahan Tahun 2012 (ha)

No Wilayah Irigasi

Teknis

Setengah

Teknis Sederhana

Tadah

Hujan Jumlah

Kecamatan Sidorejo

1 KaumanKidul 42,21 4,90 2,79 0,00 49,89

2 Pulutan 0,00 27,00 43,71 62,44 133,15

Kecamatan Tingkir

3 Kutowinangun 45,63 0,00 0,00 0,00 45,63

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga

Data Sekunder, 2012

4.1.2 Gambaran Sungai Penerima Pencemaran Limbah Yang Digunakan

Sebagai Irigasi Lahan Sawah Yang Diteliti

A. Sungai Ngaglik

Sungai Ngaglik atau sering disebut Sungai Sebanteng yaitu sungai yang

melintasi Kelurahan Ledok, Sidorejo Kidul dan Kutowinangun. Sungai ini

melintasi dua industri tekstil yang besar di Kota Salatiga, yaitu PT. Timatex (Tiga

Manunggal Tekstil) dan PT. Damatex (Daya Manunggal Tekstil). Oleh kedua

pabrik tersebut, Sungai Ngaglik dijadikan badan air penerima pembuangan limbah

cair dari kegiatan usahanya. Walaupun hasil analisa air limbahnya dilaporkan

setiap bulan masih di bawah baku mutu, namun limbah cair dari kedua pabrik ini

mempunyai indikasi kuat sebagai kontributor pencemaran yang menyebabkan

dampak penurunan produktivitas padi sawah yang teraliri air dari sungai ini.

Page 3: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

15

Sungai Ngaglik juga digunakan oleh masyarakat sebagai badan air penerima

untuk pembuangan limbah domestik dari kegiatan rumah tangga, perbengkelan,

pencucian mobil, dan aktifitas restoran/rumah makan. Untuk dapat

membayangkan bagaimana situasi sungai dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Gambar 4.1. Sungai Ngaglik

Keterangan: Sungai Ngaglik pada waktu intensitas pencemaran berkurang (awal musim

penghujan)

Sumber: Data Primer, 2013

B. Sungai Banyuputih

Sungai Banyuputih atau sering juga disebut Sungai Kedung Ringis, adalah

sungai yang melintasi daerah Mangunsari, Banyuputih dan Pulutan, yang

kemudian mengalir menuju Rawa Pening. Sepanjang aliran sungai ini terdapat 16

(enam belas) industri tahu skala rumah tangga, dimana hampir semua limbah dari

kegiatan produksinya dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih

dahulu. Akibatnya ekosistem sungai, tanah di sekitar aliran, vegetasi dan

lingkungan sekitarnya menjadi terganggu, yang pada akhirnya sungai penerima

tidak mampu menguraikan limbah tahu secara sempurna sehingga semakin lama

akan terjadi degradasi di sepanjang sungai. Limbah pabrik tahu sebenarnya

memiliki kandungan organik dengan tingkat protein yang cukup tinggi dan tidak

berbahaya bagi tanaman padi sawah. Namun jika konsentrasinya terlalu tinggi dan

melebihi batas baku mutu akan menjadi tidak baik bagi produktivitas padi.

Page 4: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

16

Sebenarnya jika ada pengolahan limbah tahu, maka para petani akan merasa

dibantu dengan mendapatkan pupuk dari limbah olahan tersebut.

Sungai Banyuputih juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah dari

kegiatan peternakan dan pemotongan ayam, muara pembuangan limbah cair dari

industri creamer PT. Kievit Indonesia serta pembuangan limbah cair dari Rumah

Sakit Umum Kota Salatiga. Dipihak lain masih banyak ditemukan masyarakat

yang langsung membuang sampahnya ke aliran Sungai Banyuputih. Di bawah ini

adalah gambar Sungai Banyuputih:

Gambar 4.2. Sungai Banyuputih

Keterangan: Sungai Banyuputih pada waktu intensitas pencemaran berkurang (awal musim

penghujan)

Sumber: Data Primer, 2013

4.1.3 Baku Mutu Kualitas Air Irigasi

Dari pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan secara berkala selama

satu tahun pada Sungai Ngaglik dan Banyuputih, dapat dipastikan bahwa dalam

beberapa aspek kualitas sungai tahun 2013 lebih baik daripada tahun 2012 (KLH,

2013) seperti dalam hal berkurangnya sampah pada kedua sungai dan

meningkatnya kualitas air sungai terutama Sungai Banyuputih. Untuk lebih

jelasnya kondisi kualitas air sungai yang dipakai irigasi dapat dilihat pada tabel di

halaman selanjutnya:

Page 5: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

17

Tabel 4.2. Nilai Rata-rata Hasil Analisa Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2012/2013

(1) (3)

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

1 °C 25,45 25,66 25,87 27,08 25,76 27,19 27,9 25,12 30,44 17,7 26,55 25,61

2 mg/L 7,53 7,32 7,04 7,13 7,68 7,51 8,54 8,14 9,13 8,52 8,28 7,29

3 mg/L 27,6 17,00 55,58 23,00 36,63 36,82 27,44 26,55 19,39 32,36 51,27 23,00

4 mg/L 8,20 7,49 14,20 11,94 10,33 18,18 9,42 10,41 50,15 15,06 9,7 12,03

5 mg/L 62,01 20,80 197,27 33,98 81,30 28,70 126,01 70,52 446,18 214,64 312,67 68,86

6 mg/L 1,19 0,41 1,98 0,48 1,27 0,18 1,68 0,31 5,05 0,44 2,39 0,47

6

(8)

No Parameter SatuanLokasi Sampling

1 2 3 4 5

Koordinat

(2) (4) (5) (6) (7)

S 07°20'49.2" /

E 110°30'47.7"

(9)

Data

Sungai

Nama LokasiSungai

Banyuputih 1

Sungai

Banyuputih 2

Sungai

Banyuputih 3Sungai Ngaglik 1 Sungai Ngaglik 2 Sungai Ngaglik 3

Jan-Nov Jan-Nov Jan-Nov Jan-Nov Jan-Nov

S 07°19'15.9" /

E 110°29'12.7"

S 07°19'06.7" /

E 110°29'10.9"

S 07°19'03.9" /

E 110°29'11.4"

S 07°20'51.5" /

E 110°30'43.2"

S 07°20'48.1" /

E 110°30'44.4"

BOD

COD

NH3

Jan-Nov

FISIKA

Temperatur

KIMIA ANORGANIK

pH

TSS

Waktu Pemantauan

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Salatiga, 2012/2013

Keterangan: dihubungkan dengan kelas klasifikasi dan kriteria mutu, Salatiga masuk dalam kelas

IV. Pada lokasi sampling di Sungai Ngaglik terlihat rata-rata di atas baku mutu sungai. Sungai

Ngaglik 2 pada Tahun 2012 dan 2013 parameter yang tinggi di atas baku mutu adalah COD

(chemical oxygen demand) ini membuktikan bahwa masuknya limbah cair dari industri tekstil

memberi pengaruh terhadap peningkatan pencemaran air Sungai.

4.2 Gambaran Umum Partisipan dan Key Informant

4.2.1 Partisipan

Dalam penelitian ini terdapat 3 orang sebagai partisipan yang merupakan

ketua gapoktan dari masing-masing tempat penelitian. Partisipan tersebut

ditetapkan sesuai dengan kriteria umum yaitu mereka adalah petani yang

menggarap sendiri sawahnya dan sudah menekuni usaha tani padi sawah dengan

pengalaman lebih dari 15 tahun, dan yang paling penting di sawah mereka

irigasinya memakai air sungai yang tercemar limbah pabrik dan rumah tangga.

Selain itu ada kriteria khusus yaitu partisipan mampu menjawab setiap

pertanyaan dalam kuisioner yang diberikan secara menyakinkan dan berwawasan

luas. Berdasarkan kriteria tersebut, maka ditetapkan bahwa petani yang akan

menjadi partisipan adalah Bapak As’adi Komjajin dari Gapoktan Sumber Makmur

Pulutan, Bapak Muh Fadlil dari Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun, Bapak

Agus Thohirin dari Gapoktan Ngudi Raharjo Kauman Kidul. Untuk lebih

mengetahui gambaran partisipan di dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel di

halaman selanjutnya:

Page 6: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

18

Tabel 4.3. Gambaran Umum Partisipan

No. Nama Pendidikan Umur

(tahun)

Luas

lahan

Gapoktan

(ha)

Lama

menjadi

petani

(tahun)

Pekerjaan

1. As’adi

Komjajin SPMA 55 75 34 Petani Padi

Sawah 2. Muh Fadlil SLTA 47 46 15 Petani Padi

Sawah 3. Agus

Thohirin SLTA 42 67 18 Petani Padi

Sawah Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui pendidikan yang dimiliki ketiga petani

yang ditunjuk sebagai partisipan adalah tingkat SLTA, usia petani partisipan pada

sampel yang didapat berkisar antara 41 – 55 tahun, dengan luas lahan gapoktan

yang dikuasai berkisar antara 46 ha - 75 ha dari keseluruhan partisipan, telah

memiliki pengalaman menjadi petani berkisar antara 15 - 34 tahun dan ketiga

petani mengabdikan pekerjaannya memang sebagai petani, kalaupun ada

pekerjaan lain itu hanyalah pekerjaan sampingan karena yang utama adalah

menjadi petani.

4.2.2 Key Informant

Untuk pengambilan data, selain dari ketiga partisipan yang dipilih juga

diambil dari data key informant yang bertujuan untuk melengkapi hasil

wawancara dari ketiga partisipan tersebut. Data umum mengenai key informant

dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.4. Gambaran Umum Key Informant

Nama Keterangan Instansi Mujanari

Hadi Purnomo

Kepala Penyuluh Pertanian

Kepala Bagian Pengelolaan dan Pengendalian

Lingkungan

Dinas Pertanian

(Salatiga)

Kantor Lingkungan

Hidup (Salatiga)

Sumber: Data Primer, 2013

Key informant dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan

oleh peneliti agar lebih terarah pada tujuan penelitian, yang menjadi key informant

merupakan Kepala Penyuluh Dinas Pertanian Kota Salatiga untuk melihat dari sisi

produktivitas padi dan Kepala Bagian Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan

untuk melihat dari sisi kualitas air, dimana kedua orang tersebut dianggap cocok

Page 7: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

19

dan mampu dengan pengetahuan yang dimiliki untuk dipilih sebagai informasi

kunci.

4.3 Persepsi Petani Mengenai Pengaruh Kualitas Air Terhadap Produktivitas

Padi Sawah

4.3.1 Gapoktan Sumber Makmur di Kelurahan Pulutan - Kecamatan

Sidorejo

Sawah Gapoktan Sumber Makmur di Kelurahan Pulutan mendapat air

irigasi dari Sungai Banyuputih melalui pintu Bendung Siandran, yang setiap

musim kemarau harus mengalami pembagian dengan sistem penjadwalan aliran

air. Luas wilayah persawahan yang dikuasai Gapoktan Sumber Makmur sebelum

ada jalan JLS (Jalan Lingkar Salatiga) adalah 82,3 hektar, setelah ada jalan JLS

berkurang menjadi 75 hektar. Hasil panen padi dapat digambarkan dalam

ungkapan Pak As’adi Komjajin sebagai berikut:

“Hasil panen padi di tempat ini pada waktu panen, total bobot gabah panen basah 10 ton/ha.

Padi yang ditanam adalah Memberamo, dengan dua kali musim panen pada bulan Maret

dan Oktober. Sistem tanam rata-rata di sawah ini memakai sistem Jajar Legowo, padi

terlihat bagus dan panenan berisi, rapi dengan masa tanam yang serempak dan karena

sistem ini tanaman padi menjadi jarang terkena hama tikus”.

Menanggapi hal di atas, Pak Mujanari sebagai Kepala Penyuluh Pertanian

menanggapi seperti di bawah ini:

“Pada tahun ini (2013), Gapoktan Sumber Makmur di Pulutan diambil dari contoh ubinan

2,5mx2,5m dengan total bobot 6,5 kg.”

Hal ini dapat dibuktikan data yang dikonversi dari sampel ubinan Dinas

Pertanian (2013) 2,5mx2,5m dengan total bobot 6,8 kg, sehingga hasil panen per

luas lahan bisa mencapai 10 ton/ha dari rata-rata panen per tahun 2013 (BPS,

2013). Ini merupakan kenaikan dari tahun sebelumnya 8 ton/ha. Kasus

pencemaran yang berada di sini adalah kasus pencemaran limbah pabrik tahu.

Berkenaan dengan hal ini, Kantor Lingkungan Hidup dalam rapat lingkungan

hidup yang selalu kerjasama dengan dinas-dinas terkait, dalam menangani

perusahaan-perusahaan yang mengadakan pengolahan limbah industri dari usaha

rumah tangga menengah/kecil dan perusahaan besar, sudah memperingatkan

namun kasus ini masih juga terjadi. Terlebih dengan melihat pernyataan pak

As’adi Komjajin sebagai berikut:

Page 8: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

20

“Petani menginginkan supaya pihak pabrik dapat membuat fermentasi limbahnya, sehingga

limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk padi mereka. Limbah tahu

memiliki kandungan zat-zat yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman padi yaitu kaya akan

unsur N; namun bila berlebihan maka tanaman padi akan menjadi cepat kuning, mati dan

jika bisa sampai siap panen maka bijinya kopong atau orang di sana menyebutnya

ngropok”.

Menanggapi pernyataan Pak As’adi, dari Kantor Lingkungan Hidup Pak

Hadi Purnomo mengungkapkan bahwa:

“Penerapan sistem olah limbah sudah dianjurkan kepada seluruh pemilik industri tahu,

bahkan pemilik dianjurkan untuk dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar maupun

petani sekitar sawah, dalam hal ini untuk mencapai tujuan sama-sama untung. Pemilik

industri diuntungkan dari industrinya dan petani diuntungkan olahan limbah tahu yang

difermentasikan dapat dipakai untuk tambahan nutrisi bagi tanaman padi mereka. Karena di

dalamnya terkandung kandungan unsur N yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi.”

Saluran sungai yang terkena dampak limbah tidak perlu lagi menambahi

pupuk mengandung unsur N lagi, tetapi kalau lahan tanam jauh dari sungai maka

harus memberi pupuk mengandung unsur N sesuai aturannya, karena unsur N

berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman padi. Pak As’adi mengungkapkan

sebagai berikut:

“Jika padi terlalu cepat pertumbuhannya, hal ini justru mengakibatkan tanaman padi akan

cepat layu lalu mati dan bila tiba wktunya panen, bijinya kopong atau ngropok ”. Jika unsur

N yang dibawa limbah pabrik tahu itu tidak berlebihan maka tanaman padi menjadi gemuk-

gemuk, bagus, berisi dan subur, tinggal oleh petani dengan diimbangi pupuk unsur P dan K

saja”.

Ungkapan Pak As’adi dibenarkan Pak Mujanari seperti yang dikatakan di

bawah ini:

“ Limbah tahu sangat baik untuk budidaya padi karena banyak mengandung unsur N yang

sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi, maka dari itu untuk mencapai

pemanfaatan limbah tersebut dibutuhkan pengelolaan sumber air irigasi yang baik sehingga

limbah industri tahu tidak mengalir berlebihan atau malahan mengganggu areal sawah.”

Pak As’adi memberikan usulan bahwa di daerah Pancuran belakang pasar

kota seharusnya lebih diperhatikan Pemerintah Kota Salatiga, karena di aliran

sungai ini banyak warga dan penghuni pasar sembarangan membuang sampah-

sampahnya apalagi gelontoran kotoran manusia dialirkan ke sungai. Untuk

mengatasi hal tersebut menggunakan cara menutup aliran sungai dengan

dilakukan pengecoran untuk membuat jalan di atasnya dan di setiap titik terpilih

disediakan bak tempat sampah yang setiap harinya ada petugas pengambil

sampah-sampah tersebut. Selama ini para petani hanya memberikan saran-saran

atau usulan-usulan ke Dinas Pertanian dan Kantor Lingkungan Hidup, namun

Page 9: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

21

keterlibatan dalam menangani hal pencemaran limbah, para petani tidak pernah

diajak duduk bersama dalam memberikan solusi dan merealisasikan tindakan

bersama.

Pada bulan Oktober tahun 2013 di area persawahan ini mendapatkan

pengucuran dana bantuan dari Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Jawa

Tengah dalam rangka pembuatan talut irigasi. Bantuan tersebut telah

merealisasikan, satu talut sekunder panjang 161 meter dan tersier 285 meter (Data

Primer, 2014). Pemberian bantuan ini dengan metode swakelola yaitu dana dari

dinas dan pekerja diambil dari petani-petani sekitar tempat sendiri. Dengan

adanya pembangunan ini, saat ini air menjadi lebih dapat diatur dan dikelola

dengan semestinya.

Dari hasil pengamatan dan analisa data di Gapoktan Sumber Makmur ini,

kualitas air yang tercemar limbah industri tahu ternyata memiliki pengaruh yang

baik terhadap produktivitas padi, dan akan lebih baik lagi jika limbah industri tahu

dapat dikelola oleh pemilik industri dengan cara fermentasi sederhana, sehingga

pada waktu pencemaran limbah menjadi berlebihan maka tidak akan mengganggu

pertumbuhan padi yang akan mengakibatkan produktivitas padi menjadi tidak

sesuai harapan.

4.3.2 Gapoktan Ngudi Raharjo di Kelurahan Kauman Kidul - Kecamatan

Sidorejo

Sawah Gapoktan Ngudi Raharjo Kauman Kidul bagian Utara, mengambil

air yang digunakan untuk irigasinya dari sungai terusan irigasi Sawah Gapoktan

Ngudi Makmur Kutowinangun dan bagian Selatan mengambil air yang digunakan

untuk irigasinya dari Sungai Ngaglik. Luas area lahan sawah gapoktan ini 67

hektar. Pak Agus Thohirin sebagai Ketua Gapoktan Ngudi Raharjo, pada tahun

2011/2012 tepatnya di awal musim penghujan, melihat langsung peristiwa

pencemaran limbah pabrik, limbah tersebut berwarna hitam pekat dan mengendap

di dasar air seperti aspal. Setelah ditelusuri limbah ini merupakan limbah dari

pabrik tekstil ternama di Kota Salatiga. Setelah melihat keadaan tersebut, Pak

Agus Thohirin melaporkan keadaan tersebut ke Kantor Lingkungan Hidup Kota

Salatiga supaya hal tersebut dapat segera ditangani. Dari laporan tersebut, pabrik

Page 10: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

22

dipantau dan diingatkan, hasilnya intensitas pencemaran menjadi berkurang

walaupun pada setiap awal musim hujan masih juga ada kebocoran limbah,

namun tidak mengganggu tanaman padi di sana. Hal ini membuat Pak Agus

Thohirin berkata bahwa:

“Kualitas air irigasi yang baik bagi hasil panen padi adalah yang banyak mengalirkan

unsur-unsur hara dan di dalam airnya terdapat banyak ikan-ikan yang hidup dan yang pasti

jika digunakan untuk pengairan padi membuat tanaman padi akan memiliki nilai hasil

panen yang baik karena memiliki kualitas air yang baik pula”.

Dalam hal ini Pak Hadi Purnomo menanggapi dari aspek lingkungan hidup:

“Kualitas air yang baik sesuai dengan standar baku mutu sungai dan dalam hal ini sama

dengan atau di bawah baku mutu air, selebihnya air sudah tercemar dan tidak baik untuk

dikonsumsi manusia apalagi dipakai untuk irigasi persawahan, karena akan mengurangi

nilai gizi dan akan mengandung banyak logam berat.”

Pada bulan Oktober tahun 2013 di gapoktan ini mendapatkan pengucuran

dana bantuan dari Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Tengah untuk

pembangunan talut irigasi. Bantuan tersebut digunakan untuk pembangunan satu

talut sekunder panjang 266 meter realisasi 280 meter dengan tambahan dana

tambahan dan yang tersier 126 meter terealisasi 137 meter dengan adanya

tambahan dana bantuan pula (Data Primer, 2014). Dalam pembangunan talut

tersebut menggunakan metode swakelola. Hasil panen padi dapat digambarkan

dengan melihat penyataan pak Agus Thohirin sebagai berikut:

“Hasil panen padi di tempat ini, pada waktu panen bobot gabah basah bisa mencapai 8

ton/ha, dengan padi yang ditanam adalah Mekongga, dua kali musim panen pada bulan

April dan Oktober”.

Menanggapi yang di atas, Pak Mujanari memberikan suatu data untuk lebih

meyakinkan seperti di bawah ini:

“Untuk di gapoktan yang diketuai Pak Thohirin diambil sampel padinya dengan luasan

ubinan 2,5mx2,5m mendapatkan hasil 6,5 kg.”

Untuk meyakinkannya dengan mengkonversi dari sampel ubinan

2,5mx2,5m yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dengan total bobot 6,5 kg,

sehingga di dapat informasi per hektar bisa mencapai 9 ton/ha dari rata-rata 2 kali

panen per tahun 2013 berbeda dari bobot yang diinformasikan oleh petani. Namun

hal ini merupakan kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu 8 ton/ha (BPS, 2013)

Sistem tanam yang diterapkan di Sawah Gapoktan Ngudi Raharjo paling

rata-rata menggunakan sistem Jajar Legowo; padi terlihat bagus, rapi dan masa

tanam yang sama menjadi serempak pertumbuhannya, karena perawatannya yang

Page 11: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

23

efektif. Menggunakan sistem jajar legowo ini, tanaman padi jarang terkena hama

tikus dan panenan berisi. Pak Agus Thohirin menambahkan ungkapan:

“Dengan menerapkan sistem Jajar Legowo ini hama tikus akan semakin malu dilihat di

berbagai sisi, apalagi bila ada tempat yang terlihat lego.”

Setuju dengan pernyataan Pak Thohirin, dalam hal ini Pak Mujanari

menambahkan pendapatnya berkaitan tentang sistem tanam Jajar Legowo dari sisi

hama dan penyakit, seperti diungkapkan di bawah ini:

Dengan sistem tanam Jajar Legowo sangat membantu dalam penanganan hama dan

penyakit apalagi dari dulu serangan hama tikus belum juga dapat diberantas hanya bisa

dikurangi, sangat efektif digunakan tanpa pemberian obat tikus maupun digropyok.”

Dari hasil pengamatan dan analisa data di Gapoktan Ngudi Raharjo ini,

bahwa kualitas air irigasi yang terkena dampak pencemaran limbah industri tekstil

terhadap produktivitas padi bahwa kualitas air yang digunakan di lahan sawah ini

memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap produktivitas padi,

bahkan apabila dibiarkan terus dapat menyebabkan kegagalan panen.

Harapan dari Pak Thohirin, petani dapat dilibatkan secara langsung dalam

forum lingkungan (lebih formalnya di instansi pemerintahan) yang berkaitan

dengan penanganan pencemaran dan peningkatan produktivitas padi, dalam hal ini

di Kota Salatiga yang dilingkupi oleh banyak sekali industri

4.3.3 Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun di Kelurahan Kutowinangun

- Kecamatan Tingkir

Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun menggunakan air untuk

irigasinya melalui cabang sungai di Pancuran yang diambil dari air sumber

Benoyo yang pemisahannya ke Selatan menuju Banyuputih arah Sawah Gapoktan

Sumber Makmur Kelurahan Pulutan dan ke Utara ke arah Sawah Gapoktan Ngudi

Makmur Kutowinangun yang alirannya dapat tambahan air dari Kalisumba dan

Kalitaman. Luas lahan yang dikuasai gapoktan ini sebelumnya 46 hektar, karena

adanya pembangungan jalan tol maka berkurang menjadi 41 hektar.

Kasus pencemaran yang berada di sini adalah pencemaran limbah pasar dan

rumah tangga. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Muh Fadlil sebagi berikut:

“Sungai ini sangat fenomenal karena dikenal sebagai sungai tadah sampah dan panen

sampah terbesar dan sungai sampah terpanjang di Kota Salatiga.”

Page 12: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

24

Hal di atas sebenarnya sudah beberapa kali diusulkan beberapa cara

penanggulangan limbah ini antara lain menutup sungai di daerah pemukiman dan

mengubahnya menjadi jalan, bertujuan untuk mengurangi intensitas sampah yang

dibuang ke sungai. Memang membutuhkan dana untuk pembangunan ini, namun

usulan hanya sekedar menjadi usulan yang tidak sampai ke dalam forum bersama

dan mencapai realisasi solusi. kembali sungai hanya dibersihkan dalam program

instansi terkait sekali dalam setahun, namun budaya membuang sampah

sembarangan di sungai terus terjadi.

Menanggapi apa yang diungkapkan Pak Fadlil, dari pihak Kantor

Lingkungan hidup dalam hal ini Pak Hadi Purnomo mengungkapkan sebagai

berikut:

“Pastinya begitu, aliran air ke sawah Kutowinangun telah dijadikan tempat sampah, orang-

orang di pasar dan pemukiman di sekitar sungai telah membuang sampah dengan

sembarangan dan membuang gelontoran, karena hal tersebut maka air terlihat kotor dan

terasa bau yang tidak sedap, ini menjadi pencamaran bagi lingkungan.”

Sebelum adanya pembangunan talut yang bantuan dananya merupakan

pemberian dari Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Tengah, para petani

di Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun sering panen sampah, namun setelah

ada pembangunan talut irigasi sejauh 289 meter (Data primer, 2014), sampah

mulai berkurang dan sudah langsung mengalir menjauh dari persawahan gapoktan

ini, tetapi menjadi masalah baru bagi persawahan di Gapoktan Ngudi Raharjo

Kelurahan Kauman Kidul, karena yang mulanya sampah bisa terkurang di sawah

Kutowinangun menjadi mengalir ke talut irigasi yang mengairi Sawah Kauman

Kidul bagian Utara. Secara fisik petani di tempat ini sudah mengetahui kualitas air

yang dapat berpengaruh yang baik terhadap hasil panen padi. Dalam ini Pak Fadlil

mengungkapkan:

“Bahwa air irigasi yang berkualitas baik itu, diketahui poros mata airnya dengan kondisi air

yang jernih dan tidak mengandung limbah. Peristiwa pencemaran di persawahan ini yang

sangat menggangu adalah kasus pencemaran pada tahun 1998 saat musim tanam padi tiba,

yaitu pencemaran dari limbah pabrik sosis yang setiap hari memotong ayam dengan

membuang bulu dan kotoran lainnya. Untuk menghentikannya, para petani membuat

kesepakatan dengan pihak pabrik agar pencemaran tersebut segera ditangani oleh pabrik itu

sendiri”.

Menanggapi pernyataan di atas Pak Hadi berkata seperti di bawah ini:

Air irigasi yang berkualitas baik bagi tanaman padi itu yang masih masuk ke dalam kriteria

standar baku mutu yang sesuai dengan kriteria pengkelasan sebagai mana diungkapkan

dalam PP 82/2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Page 13: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

25

Usulan dari Pak Muh Fadlil sebagai Ketua gapoktan hampir sama dengan

usulan dari Pak As’adi yaitu di daerah Pancuran belakang Pasar Raya Kota

Salatiga harusnya lebih diperhatikan Pemerintah Kota Salatiga. Menurut Pak

Fadlil yang biasa dengan julukannya sebagai Pak Enjoy, setidaknya selain sebagai

pusat sampah, aliran sungai menuju Sawah Gapoktan Ngudi Makmur

Kutowinangun secara tidak langsung mendapatkan gelontoran kotoran manusia

sebagai tambahan kesuburan lahan persawahan dan hal ini dapat dimanfaatkan

sebagai asupan pupuk tambahan bagi tanaman padi mereka. Hasil panen padi di

tempat ini dapat digambarkan dari ungkapan Pak Enjoy sebagai berikut:

“Hasil panen padi di tempat ini pada waktu panen bobot gabah panen basah bisa mencapai

10 ton/ha, dengan padi yang ditanam adalah Batang Limbang, dua kali musim tanam pada

bulan Juni dan Desember”.

Ungkapan Pak Fadlil atau Pak Enjoy, ditanggapi dengan data yang telah

diambil oleh Dinas pertanian untuk BPS Pertanian seperti dikatakan di bawah ini

oleh Pak Mujanari:

“Dari sawah Gapoktan Pak Fadlil diambil sampel ubinan 2,5mx2,5m dan bobot padi yang

dihasilkan mencapai 8 kg, ini dipakai untuk data BPS Pertanian 2013”.

Untuk meyakinkannya hasil tersebut dapat mengkonversi sampel ubinan

2,5mx2,5m yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, dengan bobot 8 kg, hasilnya per

hektar memang mencapai 10 ton/ha dari rata-rata 2 kali panen per tahun 2013

(BPS, 2013). Ini merupakan kenaikan dari tahun sebelumnya 9 ton/ha, kenaikan

hasil panen terjadi pada waktu musim kemarau datang, karena sinar matahari yang

cukup dan air yang terjamin.

Sistem tanam yang diterapkan di Sawah Gapoktan Ngudi Makmur

Kutowinangun paling banyak menggunakan Jajar Legowo dan ada yang

menggunakan teknik jarak tanam 30cmx40cm. Perlakuan tanam dan perawatan

tanaman padi di Sawah Gapoktan Ngudi Makmur Kutowinangun cenderung tidak

memandang itu teknik organik atau bukan yang terpenting hasilnya bagus dan

hasil panennya semakin naik, entah penanganan hama dan penyakitnya

menggunakan bahan kimia menjadikan itu bukan suatu masalah, yang terpenting

masalah di sawah cepat teratasi sehingga petani bisa melakukan aktifitas lain di

luar menanam padi. Berkaitan dengan standar kualitas air Pak Enjoy mengatakan

bahwa:

Page 14: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9094/4/T1_522011701_BAB IV.pdf · 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian ... Surabaya

26

“Baku mutu air sungai merupakan standar untuk memantau kualitas air irigasi akibat dari

pencemaran limbah, apakah mengganggu ataukah masih aman bagi irigasi. Jika limbah dapat

dikelola dengan baik maka bisa dimanfaatkan sebagai penyokong sumber daya air dalam

meningkatkan hasil panen padi di gapoktan ini”.

Menanggapi hal di atas, Pak Hadi mengungkapkan tanggapannya sebagai

berikut:

“Bagi Kantor Lingkungan Hidup, baku mutu air sungai irigasi merupakan standar untuk

melakukan pemilahan kelas air, yang mana pemilahan kelas tersebut dapat diopakai

sebagaimana mestinya agar dalam pemilahan tersebut tidak ada penggunaan air secara

tumpang tindih. Untuk kelas air yang dipakai untuk irigasi sawah dapat dipakai di semua

kelas dari kelas 1-4, namun jangan sampai memakai kelas yang kualitas airnya melebihi

batas standar baku mutu air, karena hal tersebut dapat mengganggu lingkungan dan tidak

dapat dikonsumsi apapun karena bisa dikatakan sudah tercemar”.

Dari hasil pengamatan dan analisa data tentang pengaruh kualitas air irigasi

yang terkena dampak pencemaran limbah pemukiman terhadap produktivitas padi

di Gapoktan Ngudi Makmur ini, bahwa khusus untuk limbah rumah tangga yang

bersifat organik, hal ini akan membantu menyuburkan lahan padi sawah dan hal

ini dapat mempunyai pengaruh yang baik terhadap produktivitas padi. Sedangkan

untuk limbah rumah tangga yang bersifat anorganik, pada kenyataannya

memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap produktivitas padi,

sehingga harus selalu dibersihkan dari lahan padi sawah.