4. bab 2 tinajuan pustaka hal 4-38

53
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 DEFINISI Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Mansjoer, 2000). Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 2006). Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 2002). Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000). Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi- infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis 4

Upload: ahmadnurafiat

Post on 09-Nov-2015

68 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

wow

TRANSCRIPT

BAB 2

BAB 2TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISIEnsefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Mansjoer, 2000).Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 2006). Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 2002).Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.Klasifikasi Ensefalitis1. Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:a. Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang biakan virus ekstraneural yang hebatb. Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan kerusakan otak ringanc. Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hampir tidak adanya viremia, sangat terbatasnya replikasi ekstraneural2. Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:a. Infeksi virus yang bersifat endemik1) Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.2) Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAKMenurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot.

Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur-struktur ini bertanggungjawab untuk kontrol dan koordinasi aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut berlangsung melalui serat-serat saraf dan jaras-jaras, secara langsung dan terus-menerus. Responsnya seketika sebagai basil dari perubahan potensial elektrik, yang mentransmisikan sinyal-sinyal (Smeltzer. 2002).1. Sel sel pada sistem syarafa. NeuronUnit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari :Badan Sel, yaitu bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ).Maka, Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel sel schwann.Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit adalahPerpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.b. NeuroglialSel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.c. Sistam komunikasi selRangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.2. Sistem Syaraf Pusata. OtakOtak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Otak dibagi menjadi tiga bagian besar: serebrum, batang otak, dan serebelum. Semua berada dalam satu bagman struktur tulang yang disebut tengkorak, yang juga melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak: tulang frontal, parietal, temporal dan oksipital Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa. Bagian fossa anterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer; bagian tengah fossa berisi lobus parietal, temporal dan oksipital dan bagian fossa posterior berisi batang otak dan medula (Smeltzer. 2002).1) CerebrumCerebrum atau cerebral adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum memiliki dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum. Setiap hemisfer terbagi atas 4 lobus, yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital (Tarwoto, Wartono, dan Eros Siti Suryati, 2007). Sedangkan menurut Ariani (2013) masing-masing dari kedua hemisfer serebri (kiri dan kanan) mempunyai lapisan korteks yang menutupi permukaan otak. Lapisan kortikal ini terbuat dari bebrapa jenis neuron tak bermyelin yang berbeda dan sel-sel glia dalam enam lapisan berbeda sesuai jenis dan fungsi selnya. Dibawah korteks adalah massa putih (serabut saraf bermyelin). Jauh didalam setiap hemisfer terdapat dari beberapa kelompok dari badan sel saraf, disebut basal ganglia, dan ventrikel lateral berisi CSS. Hemisfer kanan dan kiri dihubungkan serta berhubungan satu sama lain oleh pita transversal serabut saraf yang disebut korpus kalosum. Masing masing hemisfer memiliki empat lobus, dimana secara umum masing-masing terletak dibawah tulang tengkorak berikut: frontal, parietal, temporal, dan oksipital. Sebagian besar amsing-masing hemisfer mempersarafi sisi kontralateral tubuh (serabut-serabut bersilangan dalam SSP).Menurut Smeltzer. (2002) Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan substansia alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi substansi grisea yang terbentuk dari badan-badan sel saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basal ganglia. Substansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubunekan bagianbagian otak dengan bagian yang lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telensefalon) berisi jaringan sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensi.

Judha dan Rahil (2011) membagi fungsi otak secara garis besar sebagai berikut:a) Fungsi motorik, impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian menuju ke pusat kontraksi otot yang kemudian menghasilkan gerakan.b) Fungsi sensorik, setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf yang selanjutnya akan mencapai otak, antara lain ke korteks serebri.c) Fungsi reflex, merupakan serangkaian gerak umumnya sebagai respon akan adanya keadaan yang berbahaya dan mengancam bagi tubuh, berbagai kegiatan reflex berpusat di otak dan batang otak sebagaian lain di medulla spinalis.d) Fungsi kesadaran, bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utamae) Fungsi luhur, pusat berpikir, berbicara berhitung dan lain-lain. Korteks serebri atau substansia griseria dari serebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut giri atau tunggal girus. Susuanan seperti ini memungkinkan permukaan otak menjadi lebih luas (2200 cm2) untuk dapat berada didalam rongga tengkorak yang sempit. Muttaqin (2008) membagi area fungsional serebri menjadi 47 area, dengan pendekatan petunjuk peta brodmann.

3

38

Tabel 1.2 Fungsi Area Utama Korteks Menurut BrodmannAreaNamaFungsiAkibat LesiKeterangan

1, 2, 3Korteks parietalis area somestetik primer (somatosensorik)Memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya. Sensasi umum ini mencakup nyeri, suhu, raba, tekan dan proprioseptor.Gangguan sensorik kontralateralTerletak pada girus post sentralis, parallel terhadap korteks motorik, dan posterior dari sulkus sentralis

4Korteks frontalis merupakan area motorik primerGerakan-gerakan volunteerHemiplegia kontralateralTerletak di girus prasentralis (didepan sulkus sentralis)

5 &7Asosiasi somestetikMenerima dan mengintegrasi berbagai modalitas sensorik: kualitas, bentuk, tekstur, berat, dan suhu. Kesadaran akan bentuk tubuh, letak berbagai bagian tubuh, sikap tubuh, dan juga kesadaran akan diri sendiri juga merupakan fungsi area ini.Lesi pada area ini menyebabkan penurunan pngindraan sebagai modalitas dari fungsi sensorikTerletak dilobus parietalis superior dan meluas sampai permukaan medial hemisfer.

6Korteks pramotorikGerakan terlatih: menulis, menemudi, atau mengetikHilangnya kemampuan menulis, agrafia.

8Lapang pandang frontalMendeteksi gerakan volunteer dan deviasi konjugat dari mata dan kepalaLesi menyebabkan penurunan kemampuan gerakan mata untuk berdeviasi.Gerkaan mata volunteer mendapatkan input dari area no. 4, 6, 8, 9, dan 46.

9&12Korteks PrafrontalilsMelakukan kegiatan intelektual kompleks, menerima informasi penglihatan, dan menyadari sensasi warna.Lesi menyebabkan penurunan pengindraan dari kegiatan intelektual secara umum. Berkaitan dengan kepribadian.

17Korteks Penglihatan PrimerMembuat informasi-informasi penglihatan menjadi berarti, area ini juga memegang peranan dalam reflex gerakan mata apabila sedang memandang atau mengikuti suatu objekGangguan lapang pandangTerletak di lobuk oksipital

18 & 19Korteks visual primer dan asosiasi visualArea penerimaan visualKerusakan pada sisi yang dominan mengakibatkan kehilangan kemampuan mengenali benda-bendaKorteks asosiasi visual terletak di sebelah area no. 39 lobus temporalis

22Korteks pendengaran primerBerfungsi sebagai penerima suara dan menjadi korteks asosiasi pendengaran (daerah penerimaan pendengaran)Gangguan pendengaranLobus temporalis merupakan area sensorik reseptif untuk impuls pendengaran

39Pusat persepsi visio-lesikPengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis atau isyarat visualLesi pada temporaparietal kiri. Gangguan interpretasi bahasa tulis.Lesi pada area ini disebut disfasia nominal

41 & 42Area WernickePusat persepsi auditori-lesik, yaitu pengertian dan pengenalan bahasa lisan (verbal). Daerah interpretasi dan pendengaranLesi mengakibatkan afasia wernickeNama lain afasia wernicke adalah afasia sensorik (afasia reseptif)

44 & 45Area BrocaPelaksanaan motorik berbicaraAkibat lesi pada area ini menyebabkan kesulitan dalam artikulasi (afasia motorik atau afasia ekspresif)Lesi pada daerah ini dapat mengakibatkan gangguan kesdaran tubuh pada sisi kontralateral lesi.

Muttaqin (2008) mendjabarkan kembali ke empat bagian dari serebral, serta fungsinya sebagai berikut :

a. Lobus Frontalis.Lobus terbesar; terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri. Adalah area dari korteks serebrum yang terletak didepan sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan didasar sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah motorik dan paramotorikDaerah Broca terletak di lobus frontalis dan mengendalikan ekspresi bicara. Banyak area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks, lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh sistem limbik dan reflex-refleks vegetative dari batang otak. Badan-badan sel didaerah motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolan-tonjolan akson ke medulla spinali, yang sebagian besar berjalan dalam jalur yang disebut sebagai sistem piramidalis. Pada sistem piramidalis, neuron-neuron motorik menyeberang ke sisi yang berlawanan. Informasi motorik dari sisi kiri korteks serebrum menuju ke sisi kanan medulla spinalis dan mengendalikan gerakan motorik sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serabut saraf ini mengendalikan gerakan motorik halus dan berjalan di luar pyramid ke medulla spinalisb. Lobus ParietalLobus sensori. Area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakan pada daerah ini menyebabkan sindrom hemineglem. Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis, didasar fisura lateralis, dan meluas kebelakang menuju fisura parietooksippitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk sensasi peraba dan pendengaran. Sel-sel lobus parietalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder untuk mengintrepretasikan rangsangan-rangsangan yang datang. Lobus parietalis menyampaikan informasi sensorik ke banyak daerah lain di otak, termasuk daerah asosiasi motorik dan visual disebelahnya.c. Lobus TemporalBerfungsi mengintegrasikan sensasikecap, bau, pendengaran, dan ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan kebawah dari fisura lateralis dan kesebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus temporalis adalah area asosiasi primer untuk iinformasi audiotorik dan mencakup area wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlihat dalam interpretasi baud an penyimpanan ingatan.d. Lobus OksipitalTerletak pada lobus anterior hemisfer serebri. Bagian ini bertanggungjawab menginterpretasikan penglihatan. Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini terletak disebelah posterior dari lobus parietalis dan didasar fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkannya dari serebellum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.2) Batang otakBatang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongata . Otak tengah (midbrain atau mesensefalon menghubungkan pons dan serebelum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi jaldr sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan. Pons terletak di depan serebelum antara otak tengah dan medula dan merupakan jembatan antar: bagian serebehtm, dan juga antara medula dan seret Pons berisi jaras sensorik dan motorik (Smeltzer. 2002).Medula oblongata meneruskan serabut-serabut rik dari otak Ice medulla spinalis .dan serabut-se sensorik dari medulla spinalis ke otak. Dan set serabut tersebut menyilang pada daerah ini. Pons berisi pusat-pusat terpenting dalam mengontrol jan pernapasan dan tekanan darah dan sebagai asal-usul otak kelima sampai kedelapan (Smeltzer. 2002).3) Cerebelum Menurut Smeltzer. (2002) Serebelum terletak pada fossa posterior dan terpisal hemisfer serebral, lipatan dura mater, tentorium se lum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu meram dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terl koordinasi dan gerakan halus. Ditambah mengc gerakan yang benar, keseimbangan, posisi dan me tegrasikan input sensorik.3. Susunan Syaraf PeriferSistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS. Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :a. Susunan syaraf somaticSusunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengajab. Susunan syaraf otonomSusunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:1) Susunan syaraf simpatis2) Susunan syaraf para simpatis (Setiadi,2007).

4. Sirkulasi SerebralSirkulasi serebral menerima kira-kira 20% dari jantung atau 750 ml per menit. Sirkulasi ini sangat tuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, tara mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi. Aliran darah otak ini unik, karena melawan arah gravitasi. Di mana darah arteri mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari alas. Kurangnya penambahan aliran darah kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak ireversibel; ini berbeda dengan organ tubuh lainnya yang cepat mentoleransi bila aliran darah menurun karena aliran kolateralnya adekuat.a. Arteri-ArteriDarah arteri yang disuplai ke otak berasal dari dua arteri karotid internal dan dua arteri vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotid internal dibentuk dari percabangan dua karotid dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri-arteri vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada satu sisi tulang belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri vertebrobasilaris paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris membagi menjadi dua cabang pada arteri serebralis bagian posterior.b. SirIndus WillisiPada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri karotid internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkulus Willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri karotid internal, anterior dan arteri serebral bagian tengah, dan arteri penghubung anterior dan posterior .Aliran darah dari sirkulus Willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri-arteri pada sirkulus Willisi memberi rate alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat.Anastomosis arterial sepanjang sirkulus Willisi merupakan daerah yang sering mengalami aneurisma, mungkin bersifat kongenital. Aneurisma dapat terjadi bila tekanan darah meningkat, yang menyebabkan dinding arteri menjadi menggelembung keluar seperti balon. Aneurisma yang berdekatan dengan struktur serebral dapat menyebabkan penekanan struktur serebral, seperti penekanan pada khiasma optikum yang menyebabkan gangguan penglihatan. Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli, atau karena trombus, dapat menyebabkan sumbatan aliran darah ke distal neuron-neuron dan hal ini mengakiliatkan sel-sel neuron cepat nekrosis. Keadaan ini mengakibatkan stroke (cedera serebrovaskular atau infark). Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada pembuluh darah dan pada daerah otak yang tererangc. VersaAliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada struktur organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung menjadi vena-vena yang besar. Penyilangan pada subarakhnoid dan pengosongan sinus dural yang luas, mempengaruhi vaskular yang terbentang dalam dura mater yang kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus membawa vena ke luar dari otak dan pengosongan vena jugularis interna menuju sistem sirkulasi pusat. Vena-vena serebri bersifat unik, karena vena-vena ini tidak seperti vena-vena lain. Venavena serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah aliran balik darah.Price and Wilson (2005) menjelaskan sistem serebrovaskuler memberikan otak aliran darah yang banyak mengandung zat makanan yang penting bagi fungsi normal otak. Terhentinya aliran darah cerebrum (CBF) selama beberapa detik saja akan menimbulkan disfungsi serebrum. Apabila berlanjut beberapa detik, defisiensi CBF menimbulkan kehilangan kesadaran dan akhirnya iskemia serebrum. Kerusakan otak ireversibel akan mulai timbul setelah 4 sampai 6 menit penghentian total pasokan oksigen (akibat henti kardiopulmonal). CBF normal adalah sekitar 20 ml/100 gram jaringan otak/menit. Pada keadaan istirahat, otak menerima seperenam dari curah jantung; dari aspek ekstraksi oksigen, otak menggunakan 20% oksigen tubuh. Apabila pembuluh darah serebrum tersumbat, sirkulasi kolateral membantu mempertahankan CBFke daerah iskemik. Bagian-bagian otak yang berdekatan yag mendapat CBF terbatas melalui alliran kolateral disebut penumbra iskemik.Terdapat empat arteri besar menyalurkan darah ke otak: dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis (yang menyatu dengan arteria basilaris untuk membentuk sistem vertebrobasilar). Darah arteri yang ke otrak berasala dari arkus aorta. Di sisi kiri, arteria karotis komunis dan arteri subklavia berasal langsung dari arkus aorta. Di kanan, arteri tronkus brakiosefalikus (inonimata) berasal dari arkus kemudian bercabang menjadi arteria karotis komunis dekstra dan arteri subklavia dekstra. Di kedua sisi sirkulasi darah ke otak disebelah anterior berasal dari dua arteri karotis internus dan di posterior oleh dua arteri vertebralis.Arterik karotis internus bercabang menjadi anrteri serebri anterior dan media setelah masuk ke cranium melalaui dasar tengkorak. Arteri vertebralis berukuran lebih kecil dan berjalan melalui foramina transverses vertebra servikalis, masuk ke tengkorak melalui foramen magnum; arteri-arteri ini menyatu untuk membentuk arteri basilaris di taut pons dan medulla pada batang otak. Arteri basilaris kemudian berjalan ke otak tengah, tempat arteri ini bercabang menjadi sepasang arteri serebri posterior. Sirkulasi anterior bertemu dengan sirkulasi posterior untuk membentuk suatu halo arteri yang disebut sirkulus willisi. Sirkulus ini dibentuk oleh arteri serebri anterior, arteri komunikantes posterior, arteri karotis internuhs, arteri komunikantes posterior, dan arteri serebri posterior.Secara umum, arteri-arteri serebrum bersifat penetrans atau konduktans. Arteri-arteri konduktans (karotis, arteri serebri media dan pposterior) serta cabang-cabangnya membentuk suatu jaringan yang ekstensif di permukaan otak. Secara umum, arteri karotis dan percabangannya memperdarahi bagioan besar dari hemisfer pada serebrum, dan arteri vertebralils memperdarahi bagian dasar otak dan serebellum. Arteri-arteri penetrans adal;ah pembuluh yang menyalurkan makanan dan berasal dari arteri-arteri konduktans. Pembuluh-pembuluh ini masuk ke otak serta menyalurkan darah ke struktur-struktur yang terletak dibawah korteks (thalamus, hipotalamus, kapsula interna, dan ganglia basal). Sirkulasi kedua hemisfer uini umumnya simetris, dengan masing-masing sisi mempertahankan aliran darahnya secara terpisah. Namun, sering terjadi anomaly dari distribusi klasik yang umumnya tidak signifikan. Apabila timbul masalah, anomaly ini dapat menimbulkan kebingungan saat dilakukan usaha untyuk mengaitkan temuan klinis dengan fenomena patofisiologik. Sirkulasi kolateral dapat terbentuk secara perlahan-lahan saat aliran normal ke suatu bagian berkurang, sebagaian besar sirkulasi kolateral serebrum antara arteri-arteri besar adalah melalui sirkkulus willisi. Efek sirkulasi kolateral ini adalah untuk menjamin terdistribusinya darah ke otak sehingga iskemia dapat ditekan minimal apabila terjadi sumbatan arteri. Secara teori salurtan-saluran komun ikans ini mampu mnegalirkan darah secara adekuat ke semua bagian otak. Laju metabolisme pada substansia alba lebih tinggi, maka jumlah kapiler dan darah juga empat kali lebih besar. Kapiler-kapiler otak jauh lebih kurang permeable dibandingkan dengan hampir semua kapiler tubuh lainnya. Penyebab hal ini adalah bahwa ruang antara sel endotel ditandai oleh tight junction yang mencegah bocornya cairan kapiler. Akibatnya adalah apa yang disebut sebagai sawar darah-otak. Sifat protektif penting lainnya dari kapiler otak adalah bahwa kapiler tersebut ditunjang di semua sisinya oleh kaki glia atau pseudopodia. Struktur ini adalah proyeksi dari sel-sel glia yang pas dengan permukaan luar kapiler serta membberikan dukungan untuk mencegah peregangan berlebihan dan ruptur apabila terjadi peningkatan tekanan intralumen. Kerusakan iskemik akibat stroke dapat merusak swar darh-otak dan darah-CSS, serta meningkatkan peermeabilitas kapiler vaskuler dan edema serebrum2.3 ETIOLOGIBerbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkanensefalitis, misalnya bakteria,protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebabensefalitisadalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.1. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Macam-macam Encephalitis virus :Infeksi virus yang bersifat epidermik :a. Golongan enterovirus= Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHOb. Golongan virus ARBO= Western equire encephalitis, St. Louis encephalitis,Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley encephalitis.2. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster,limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.3. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

2.4 PatofisiologiEnsefalitis mengenai parenkim otak. Mikroorganisme yan menginfeksi salah satunya adalah virus.Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. setelah masuk kedalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:1. Setempat virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.2. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat . Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak

WOC EnsefalitisFaktor-faktor predisposisi : pernah mengalami campak, cacar air, herpes, dan bronkopneumonia

Virus/bakteri masuk jaringan otak secara lokal, hematogen, dan melalui saraf-sarafMasuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna

Infeksi yang menyebar melalui darahInfeksi yang menyebar melalui system sarafpusat

Gangguan TumbangMengenai CNS

Ensephalitis

B4 Bladder:Reaksi kuman patogenKerusakan saraf kranial ixKerusakan saraf kranial vB3 Brain :Iritasi korteks serebral area fokalPembentukan transudat dan eksudat

B5 Bowel :Kesulitan mengunyahSulit makanSuhu tubuhEdema serebralEdema serebral

B2 Blood :Sianosis centralCRT > 2 detikPerfusi Dingin, basah, pucat

AnoreksiaDefisit cairan dan hipovolemikKejang

Kelemahan neurologis

MK : Nutrisi Kurang dari kebutuhanMK : Gangguan cairan dan elektrolit

MK : Resiko Tinggi TraumaMK : Gangguan perfusi jaringan cerebral

Kesadaran

Penumpukan sekret

MK : Ketidakefektifan pembersihan jalan napas

2.5 Manifestasi KlinikMeskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia2. Kesadaran dengan cepat menurun3. Muntah4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di muka)5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misalparesis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997)Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.2.4 Komplikasi1. Gangguan system pernafasan.Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 2004)2. Gangguan system kardiovaskuler.Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.3. Gangguan system gastrointestinal.Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 2004).

4. Pertumbuhan dan perkembangan.Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan tahun emas untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk mencapai tugas tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi.2.5 Pemeriksaan Diagnostik :Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas:1. Biakan : a. Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.b. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.c. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .d. Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).6. CT Scan,pemeriksaan CT Scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus sepertiEnsefalitisherpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).2.6 Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :1. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimulasi/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur.Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :a. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.b. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.3. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial :manajemen edema otaka. Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.b. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.4. Mengontrol kejang :Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.b. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bisa diulang dengan dosis yang sama.c. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.5. Mempertahankan ventilasi :Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).6. Penatalaksanaan shock septik.7. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.8. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).2.7 Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. BiodataUmur : Penyakit ensefalitis dapat menyerang semua usia, insiden tertinggi terjadi pada anak-anak.Jenis kelamin : Penyakit ensefalitis bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan.Bangsa : Umumnya untuk penyakit ensefalitis tidak mengenal suku bangsa, ras.b. Keluhan utamaDemam dan Kejangc. Riwayat penyakit sekarangMerupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya masa prodomal berlangsung antara 1-4 hari yang ditandai dengan demam, sakit kepala, pusaing, muntah, nyeri tenggorokan, amlaise, nyeri ekstremitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala tersebut berupa gelisah, irritabilita, screaniing attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang kadang-kadang disertai neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegi, ataksia dan paralisi saraf otak.d. Riwayat penyakit dahuluRiwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.e. Riwayat kehamilan dan kelahiranDalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.Dalamriwayatprenatalperludiketahuipenyakitapasajayang di deritaolehibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perludiketahuiapakahbayilahir dalamusia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinanjuga mempengaruhitimbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir. Contoh : BBLR, apgar score yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

f. Riwayat penyakit keluargaKeluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus, Streptococcus.g. ImunisasiKapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada post imunisasi pertusis.h. Pemeriksaan FisikSetelah melakukan anmnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.

1) B1 (Breathing)Inspeksi : apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien ensefalitis yang sering disertai adanya gangguan pada system pernapasan.Palpasi : biasanya taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan ensefalitis berhubungan akumulasi sekret dari penurunan kesadaran.2) B2 (Blood)Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien ensefalitis.3) B3 (Brain)Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya.4) Tingkat KesadaranPada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikoma. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pemberian asuhan keperawatan.5) Fungsi SerebriStatus mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Pada klien ensefalitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.6) Pemeriksaan Saraf Kraniala) Saraf I. Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada klien ensefalitisb) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada ensefalitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.c) Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien ensefalitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut ensefalitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien ensefalitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.d) Saraf V. Pada klien ensefalitis didapatkan paralisis pada otot sehingga mengganggu proses mengunyah.e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya paralisis unilateral.f) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli kondungtif dan tuli persepsig) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral.h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.i) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal.Sistem MotorikKekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada ensefalitis tahap lanjut mengalami perubahan.Pemeriksaan RefleksPemeriksaan reflex dada, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat reflex pada respons normal. Reflex patologis akan didapatkan pada klien ensefalitis dengan tingkat kesadaran koma.Gerakan InvolunterTidak ditemukan adanya teremor, Tic, dan distonia. Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan ensefalitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan ensefalitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.Sistem SensorikPemeriksaan sonsorik pada ensefalitis biasanya didapatkan perasaan raba normal, perasaan nyeri normal, perasaan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh, perasaan diskriminatif normal. Peradangan pada selaput otak mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali pada ensefalitis. Tanda tersebut adalah kaku kuduk, yaitu ketika adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.7) B4 (Bladder)Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume keluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.8) B5 (Bowel)Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.9) B6 (Bone)Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu orang lain.2. Diagnosa Keperawatana. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranialb. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada jalan nafas. c. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi.d. Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hiponatremi terhadap diare.e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitiff. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesadaran menurun3. Intervensi Keperawatana. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebralberhubungan dengan peningkatan tekanan intracranialTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan peningkatan tekanan intra cranial tidak terjadi Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi lambat, pernafasan dalam dan lambat, hiperthermia, pupil melebar, anisokor, refleks terhadap cahaya negatif, tingkat kesadaran menurun. Tanda-tanda vital dalam batas normal Rasa sakit kepala berkurang Kesadaran meningkat Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5oC)

Rencana Tindakan

1. Kaji ulang status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK, terutama GCS.2. Monitor TTV : tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu minimal satu jam sampai keadaan klien stabil.3. Monitor intake dan output cairan tiap 8 jam sekali.4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti edema seperti manitol, gliserol, dan lasix.5. Berikan oksigen sesuai program dengan saluran pernafasan yang lancar. 1. Peningkatan TIK dapat diketahui secara dini untuk menentukan tindakan selanjutnya.2. Peningkatan TIK dapat diketahui secara dini untuk menentukan tindakan selanjutnya.3. Tindakan ini mencegah kelebihan cairan yang dapat menambah edema serebri4. Obat-oabatan tersebut dapat menarik cairan untuk mengurangi edema otak. 5. Mengurangi hipoksemia dapat meningkatan vasodilatasi serebri, volume darah dan TIK.

b. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada jalan nafas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan jalan nafas bisa efektif, oksigenasi adekuat.Kriteria Hasil : Frekwensi pernafasan 20-24 X/menit Tidak ada stridor, ronchi, whezzing Tidak ada pernafasan cuping hidung, pergerakan dada simetris Tidak ada retraksi

Rencana Tindakan

1. Kaji ulang kecepatan kedalaman, frekwensi, irama dan bunyi nafas. 2. Atur posisi klien dengan posisi semi fowler.3. Lakukan fisioterapi dada.4. Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati selama 10-15 detik. Catat sifat, warna dan bau secret.5. Observasi TTV terutama frekwensi pernafasan. 6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen, monitor ketepatan terapi dan komplikasi yang mungkin timbul.

1. Perubahan yang terjadi berguna dalam menunjukkan adanya komplikasi pulmonal dan luasnya bagian otak yang terkena.2. Dengan posisi tersebut maka akan mengurangi isi perut terhadap diafragma, sehingga ekspansi paru tidak terganggu.3. Dengan fisioterapi dada diharapkan secret dapat didirontokkan ke jalan nafas besar dan bisa di keluarkan.4. Dengan dilakukannya penghisapan secret maka jalan nafas akan bersih dan akumulasi secret bisa dicegah sehingga pernafasan bisa lancar dan efektif.5. TTV merupakan gambaran perkembangan klien sebagai pertimbangan dilakukannya tindakan berikutnya.6. Pemberian Oksigen dapat meningkatkan oksigenasi otak. Ketepatan terapi dibutuhkan untuk mencegah terjadinya keracunan oksigen serta iritasi saluran nafas.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normalKriteria Hasil : Suhu36 37C Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyamanRencana Tindakan

1. Ukur suhu badan anak setiap 2 4 jam.2. Monitor WBC, Hb, dan Hct

3. Berikan Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik dan antimikroba.1. Pemantauan dapat mendeteksi kenaikan suhu .2. WBC yg tinggi menunjukkan hipertermi krn infeksi, Hb dan HCT yang rendah menunjukkan hipertermi karena kehilangan cairan.3. Memicu vasodilatasi pembuluh darah besar shg suhu perifer menjadi dingin.4. Antipiretik dapat mengurangi demam dan antimikroba dapat mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit.

d. Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hiponatremi terhadap diare.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhiKriteria Hasil : Kadar Natrium kembali normal Tidak terdapat tanda-tanda hiponatremia : kejang, penurunan kesadaran, kelemahanRencana Tindakan

1. Kaji adanya tanda/gejala hiponatremia

2. Kaji Intake dan output harian

3. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium4. Berikan ekstra cairan mengandung Natrium(kolaborasi dengan dokter)5. Lakukan pemeriksaan elektrolit : Na minimal dua hari sekali6. Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi

1. Gejala hiponatremia; terutama kejang sangat berbahaya bagi kondisi anak dan dapat memperberat kondisi serta menimbulkan cidera2. Memastikan kebutuhan cairan harian tercukupi3. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa4. Meningkatkan kadar Natrium dalam darah, koreksi dengan menghitung defisit Natrium (berdaraskan hasil laboratorium)5. Mengevaluasi hasil seluruh tindakan6. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.