3.bab ii
DESCRIPTION
SKRIPSITRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Beban Kerja
1. Pengertian Beban Kerja
Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata
dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu
tertentu. Beban kerja merupakan salah satu unsur yang
harus diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk
mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang
tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan
kerja dan kapasitas kerja (Wirnata, 2009).
Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja
dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan dalam
batas waktu tertentu (Supardi, 2007).
Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang
harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan yang
profesional dalam satu tahun dalam satu sarana
kesehatan (Kep.Men.Kes.RI.No: 81/SK/I/2004).
2. Jenis Beban Kerja
Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana
dikemukakan oleh Munandar (2001) dalam Suparjo (2013)
ada 2 jenis beban kerja, yaitu:
a. Beban kerja kuantitatif, meliputi:
1) Harus melaksanakan observasi pasien secara
ketat selama jam kerja
9
2) Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan
yang harus dikerjakan
3) Kontak langsung perawat pasien secara terus
menerus selama jam kerja
4) Rasio perawat dan pasien.
b. Beban kerja kualitatif, meliputi:
1) Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya
pekerjaan di rumah sakit
2) Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan
keperawatan pasien kritis
3) Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan
yang berkualitas
4) Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan
pasien
5) Setiap saat dihadapkan pada pengambilan
keputusan yang tepat
6) Tugas memberikan obat secara intensif
7) Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak
berdaya, koma dan kondisi terminal.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Manuaba
(2000) dalam Suparjo (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja antara lain:
10
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari
luar tubuh pekerja, seperti;
1) Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti
stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat
dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
dan tugas-tugas yang bersifat psikologis,
seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat
kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.
2) Organisasi kerja, seperti lamanya waktu
bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja
malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik,
lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis
dan lingkungan kerja psikologis.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi
beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi
faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,
keinginan dan kepuasan).
Disamping itu ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhi beban kerja perawat yaitu komunitas,
bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen,
keadaan ekonomi, iklim/musim, politik, dan
hukum/peraturan.
11
4. Kelebihan Beban Kerja
Pengelolaan tenaga kerja yang tidak
direncanakan dengan baik dapat menyebabkan keluhan
yang subyektif, beban kerja semakin berat, tidak
efektif dan tidak efisien yang memungkinkan
ketidakpuasan bekerja yang pada akhirnya
mengakibatkan turunnya kinerja dan produktivitas
serta mutu pelayanan yang merosot (Wirnata, 2009).
Kelebihan beban kerja (beban kerja berat) yang
dirasakan oleh perawat meliputi(Wirnata, 2009):
a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat
selama jam kerja
b. Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan
demi kesehatan dan keselamatan pasien
c. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan
demi kesehatan dan keselamatan pasien
d. Kontak langsung perawat-pasien secara terus
menerus selama 24 jam
e. Kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah pasien
f. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan
g. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan
yang berkualitas
h. Tuntutan keluarga untuk keselamatan dan kesehatan
pasien
12
i. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan
yang tepat
j. Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pasien di ruangan
k. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak
berdaya, koma dan kondisi terminal
l. Setiap saat melaksanakan tugas delegasi dari
dokter (memberikan obat-obatan secara intensif)
m. Tindakan untuk selalu menyelamatkan pasien.
Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja
perawat yang terlalu tinggi adalah dengan menyediakan
tenaga kerja yang cukup baik kuantitas maupun
kualitasnya sesuai dengan tuntutan kerja. Semakin
banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama
periode waktu tertentu, maka semakin berat atau besar
beban kerja perawat tersebut . Pelayanan keperawatan
yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung
pada seimbangnya antara jumlah tenaga perawat dengan
beban kerjanya di suatu Rumah Sakit(Wirnata, 2009).
5. Perhitungan Beban Kerja
Metode penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa
pedoman dalam perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan (Nursalam, 2008):
13
a. Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan (Depkes RI, 2005)
1) Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan
bidan) harus memperhatikan unit kerja yang ada
di rumah sakit. Secara garis besar terdapat
pengelompokan unit kerja di Rumah Sakit sebagai
berikut:
a) Rawat inap dewasa
b) Rawat inap anak/perinatal
c) Rawat inap intensif
d) Gawat darurat (IGD)
e) Kamar bersalin
f) Kamar operasi
g) Rawat jalan.
2) Model pendekatan dalam perhitungan kebutuhan
tenaga keperawatan.
Beberapa model pendekatan yang dapat
dipergunakan dalam perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan (perawat dan bidan) di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit.
a) Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi
pasien adalah sebagai berikut:
1) Tingkat ketergantungan pasien
berdasarkan jenis kasus
2) Rata-rata pasien per hari
14
3) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/
pasien
4) Jam perawatan yang diperlukan/ruanagan/
hari
5) Jam kerja efektif tiap perawat atau
bidan 7 jam per hari.
Table 2.1 Contoh perhitungan dalam suatu ruangan berdasarkan
klasifikasi pasien
No. Jenis/kategori Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata
jam
perawatan/pa
sien/hari
Jumlah
perawatan/h
ari(c x d)
A B C D E
1 Pasien
Penyakit Dalam
10 3,5 35
2 Pasien bedah
8 4 32
3 Pasien gawat
1 10 10
4 Pasien anak
3 4,5 13,5
5 Pasien
kebidanan
1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
adalah:
Jumlah Jam Perawatan
Jam Kerja Efektif Per Sif=
93
7= 13 Perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut
perlu ditambah (faktor koreksi) dengan hari
libur/cuti/hari besar (los day)
Los day =
ππ’πππ π ππππ ππππππ’ πππππ 1 π‘πππ’π +ππ’π‘π +ππππ πππ ππ
ππ’πππ π ππππ πππππ πππππ‘ππ π₯ ππ’ππππ πππππ€ππ‘ππ π‘πππ ππππ
15
52 + 12 + 14 = 78 ππππ
286 π₯ 13 = 3,5 πππππ
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan
tugas-tugas non keperawatan (non-nursing job),
seperti: membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam
pelayanan kesehatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + los day)x 25%
(13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jumlah tenaga: tenaga yang tersedia +
faktor koreksi = 16,5 + 4,1 = 20,6
(dibulatkan 21 perawat)
b) Tingkat ketergantungan pasien
Pasien diklasifikasi dalam beberapa
kategori yang didasarkan pada kebutuhan
terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.
1) Asuhan keperawatan minimal (minimal
care), dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
b) Makanan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital setiap
pergantian shift
e) Pengobatan minimal, status psikologi
stabil.
16
2) Asuhan keperawatan sedang, dengan
kriteria:
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum
dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4
jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih
stabil.
3) Asuhan keperawatan agak berat, dengan
kriteria:
a) Sebagia besar aktivitas dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-
4 jam sekali
c) Terpasang folley chateter, intake
output dicatat
d) Terpasang infus
e) Pengobatan lebih dari sekali
f) Persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
4) Asuhan keperawatan maksimal, dengan
kriteria:
a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat
b) Posisi pasien diatur dan observasi
tanda-tanda vital setiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT dan menggunakan
suction
17
d) Gelisah/disorientasi.
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
ππ’ππππ πππ πππππ€ππ‘ππ ππ ππ’πππππ/ππππ
πππ πππππ‘ππ πππππ€ππ‘
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut
perlu ditambah (faktor koreksi) dengan:
Hari libur/cuti/hari besar (los day)
ππ’ππππ ππππ ππππππ’ πππ 1 π‘πππ’π + ππ’π‘π + ππππ πππ ππ
ππ’ππππ ππππ πππππ πππππ‘ππ π₯ ππ’ππππ πππππ€ππ‘ππ π¦πππ πππππππ’πππ
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan
tugas-tugas non keperawatan (non-nursing jobs)
seperti contohnya: membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari
jam pelayanan kesehatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + los day)x 25%
b. Metode Gillies
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu
unit perawatan adalah sebagai berikut :
π΄π₯π΅π₯πΆ
πΆ β π· π₯πΈ=
πΉ
πΊ = π»
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
18
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per
tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat
per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit
tersebut
c. Metode Nina
Dalam metode ini terdapat 5 tahapan dalam
menghitung kebutuhan tenaga adalah sebagai
berikut:
1) Tahap I
Hitung A = Jumlah jam perawatan dalam 24 jam
per pasien.
2) Tahap II
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan
untuk seluruh pasien dalam satu hari.
B = A x tempat tidur
3) Tahap 3
Dihitung C = Jumlah jam perawatan seluruh
pasien selama 1 tahun.
C = B x 365
4) Tahap IV
Dihitung D = Jumlah perkiraan realistis jam
perawatan yang perawatan yang dibutuhkan selama
1 tahun.(D = C x BOR/80).
19
80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis
jam perawatan.
5) Tahap V
Didapatkan E = Jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan. (E = D/1878)
Angka 1878 didapatkan dari hasil efektif per
tahun (365-52 hari minggu = 313 hari) dan
dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6
jam).
d. Metode hasil lokakarya keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan, rumus
untuk penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
adalah sebagai berikut.
π½ππ πππππ€ππ‘ππ 24 πππ π₯ 7 (π‘πππππ‘ π‘πππ’π π₯ π΅ππ )
π»πππ πππππ πππππ‘ππ π₯ 40 πππ+ 25%
Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif
yaitu 41 minggu. Tambahan 25% adalah untuk
penyesuaian terhadap produktivitas.
e. Metode Douglas
Bagi pasien rawat inap, standar waktu
pelayanan pasien adalah:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24
jam
2) Perawatan intermediate memerlukan waktu: 3-4
jam/24 jam
20
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6
jam/24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan
tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kategori I: perawatan mandiri. Kriteria pada
klasifikasi ini adalah pasien masih dapat
melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian, makan, minum, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional. Pasien perlu
diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan.
Pasien perlu dilakukan observasi setiap shift,
pengobatan minimal dan persiapan prosedur
memerlukan pengobatan.
2) Kategori II: perawatan intermediate. Kriteria
pasien pada klasifikasi ini adalah memerlukan
bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari
seperti makan, mengatur posisi waktu makan,
memberi dorongan agar makan, bantuan dalam
eliminasi dan kebersihan diri, tindakan
perawatan untuk memonitor tanda-tanda vital,
memeriksa produksi urine, fungsi fisiologis,
status emosional, kelancaran drainase (infus),
bantuan dalam pendidikan kesehatan serta
persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
21
3) Kategori III: perawatan total. Kriteria pasien
pada klasifikasi ini adalah tidak dapat
melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya,
semua kebutuhan dibantu oleh perawat,
penampilan pasien sakit berat, pasien
memerlukan observasi tanda-tanda vital setiap
dua jam, menggunakan selang nasogatrik (NGT),
menggunakan terapi intra vena, pemakaian alat
penghisap (suction) dan kadang pasien dalam
kondisi gelisah/disorientasi.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam satu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-
masing kategori memiliki nilai standar per
shif, yaitu pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Nilai standar Jumlah Perawat per Shif
Berdasarkan Klasifikasi pasien
Jumlah
Pasien
Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,1
7
0,1
4
0,1
0
0,2
7
0,1
5
0,0
7
0,3
6
0,3
0
0,
20
2 0,3
4
0,2
8
0,2
0
0,5
4
0,3
0
0,1
4
0,7
2
0,6
0
0,
40
3 0,5
1
0,4
2
0,3
0
0,8
1
0,2
1
0,2
1
1,0
8
0,9
0
0,
60
Dst
22
f. Kebutuhan Jumlah perawat di Ruang Gawat Darurat
Menurut Depkes RI (2002) dalam Winarti (2012
dasar perhitungan kebutuhan jumlah perawat di unit
gawat darurat suatu rumah sakit adalah:
1) Rata-rata jumlah pasien per hari
2) Jumlah jam perawatan per hari = 4 jam
3) Jam efektif perawat per hari = 7 jam
π ππ‘π β πππ‘π ππππ πππ πππ πππ ππππ π₯ ππ’ππππ πππ πππππ
πππ πππππ πππππ‘ππ/ππππ
6. Pengukuran Beban Kerja
Untuk mengetahui beban kerja, suatu pekerjaan
dapat dilakukan pengukuran kerja. Pengukuran beban
kerja adalah penerapan teknik yang dirancang untuk
menetapkan bagi seorang pekerja yang memenuhi syarat
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Menurut
Yaslis (2000) dalam Suparjo (2013) pendekatan-
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur beban
kerja perawat antara lain:
a. Work sampling
Pada work sampling yang menjadi pengamatan
adalah aktivitas atau kegiatan keperawatan yang
dilaksanakan perawat dalam menjalankan tugasnya
sehari-hari di ruang kerjanya. Pada work sampling
yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh
perawat, informasi yang dibutuhkan oleh penelitian
23
ini adalah kegiatannya, bukan siapanya. Pada
teknik work sampling, kita akan mendapatkan banyak
sekali pengamatan kegiatan dari sejumlah personel
yang kita amati. Jadi jumlah pengamatan dapat
dihitung sebagai contoh: bila diamati kegiatan 5
perawat setiap shift, pengamatan setiap 5 menit
selama 24 jam (3 shift), dalam 6 hari kerja.
Dengan demikian jumlah pengamatan= 5 (perawat) x
60 menit/ 5 (menit) x 24 jam x 6 (hari kerja)=
8.640 sampel pengamatan. Dengan jumlah data
pengamatan yang besar ini menghasilkan data yang
akurat yang menggambarkan kegiatan personel yang
sedang diteliti.
b. Time and Motion Study
Teknik ini mengamati dan mengikuti dengan
cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh
personel yang sedang diamati. Pada teknik ini
harus ditentukan sampel dari perawat yang
diklasifikasikan sebagai tenaga perawat mahir,
untuk mengetahui kompetensi atau kualitas kerja
dari seorang perawat di bagian tertentu misalnya
di ruang ICU. Kemudian membuat formulir daftar
kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai
kegiatan profesional dan non profesional perawat
mahir serta waktu yang digunakan untuk melakukan
kegiatan tersebut. Pelaksanaan pengamatan untuk
24
pengambilan data ini haruslah seorang yang
mengetahui secara benar tentang kompetensi dan
fungsi perawat mahir. Pada prinsipnya yang diamati
adalah jenis kegiatan, waktu yang dibutuhkan, dan
kualitas kegiatannya.
c. Daily Log (Pencatatan Kegiatan Sendiri)
Daily log merupakan bentuk paling sederhana
dari work sampling, dimana orang yang diteliti
menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang
digunakan untuk kegiatan tersebut. Penggunaan
teknik ini sangat bergantung terhadap kerja sama
dan kejujuran dari personel yang diteliti.
Peneliti membuat pedoman dan formulir isian yang
dapat diisi sendiri oleh responden. Berisi jenis
kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan yang
dilakukan. Lama waktu mengerjakan setiap jenis
pekerjaan adalah hal penting, karena untuk melihat
beban kerja perlu waktu dan jumlah produksi.
Produktifitas dapat diukur dengan jumlah produksi
dibagi dengan waktu.
25
B. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Menurut Tungpalan (1983)dalam Handayaningsih
(2009) dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat
dibuktikan atau dapat dijadikan bukti dalam persoalan
hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah
pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa baik dari
objek maupun pemberi jasa yang dianggap berharga dan
penting.
Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu
catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melakasanakan dan mengevaluasi
tindakan keperawatan, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral serta hukum,
disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan
tim keseshatan dalam memberikan pelayanan dengan
dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat,
2009).
Dokumentasi asuhan keperawatan mencakup
dokumentasi atau pencatatan mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
26
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan (Hutahaean, 2010).
2. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Tujuan pencatatan dokumentasi asuhan
keperawatan menurut (Hidayat, 2009) yakni:
a. Mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam
rangka mencatat kebutuhan pasien, merencanakan,
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan dan
mengevaluasi tindakan.
b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan
etika. Hal ini juga menyediakan:
1) Bukti kualitas asuhan keperawatan
2) Bukti legal dokumentasi seabagai pertanggung
jawaban kepada pasien
3) Informasi terhadap perlindungan individu
4) Bukti aplikasi standar praktik keperawatan
5) Sumber informasi statistik untuk standar dan
riset keperawatan
6) Sumber informasi untuk data yang harus
dimasukkan
7) Komunikasi konsep risiko tindakan keperawatan
8) Dokumentasi untuk tenaga professional dan
tanggung jawab etik dan mempertahankan
kerahasiaan informasi pasien
9) Data perencanaan pelayanan kesehatan di masa
datang.
27
3. Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan ada tujuh
manfaat, sebagaimana dikemukakan Hutahaean (2010)
yakni:
a. Bernilai hukum: Dokumentasi asuhan keperawatan
dapat dijadikan bukti dalam persoalan yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien yang bersangkutan.
b. Kualitas pelayanan: Memberi kemudahan dalam
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan,
sehingga tercapai pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
c. Sebagai alat komunikasi: Sebagai alat perekam
terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien.
d. Terhadap keuangan: Sebagai acuan atau pertimbangan
dalam biaya perawatan pasien.
e. Terhadap pendidikan: Sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi peserta didik.
f. Terhadap penelitian: Sebagai bahan atau objek
riset dalam pengembangan profesi keperawatan.
g. Untuk akreditasi: Sebagai acuan untuk mengetahui
sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam
memberikan asuahan keperawatan kepada pasien.
28
4. Komponen Model Dokumentasi Keperawatan
Dalam memenuhi dokumentasi keperawatan
diperlikan tiga komponen model keperawatan yang
saling berhubungan, sejalan dan saling
ketergantungan, sebagaimana dikemukakan Hutahaean
(2010) yakni:
a. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi dalam model ini
adalah keterampilan berkomunikasi secara tertulis.
Dalam hal ini diperlukan adanya keterampilan
perawat dalam mencatat informasi-informasi yang
berhubungan dengan perawatan pasien secara jelas
dan mudah dimengerti. Informasi-informasi yang
dicatat oleh perawat harus akurat dan secara tepat
dapat diiterpretasikan oleh orang lain.
Efektifitas pola penulisan komunikasi adalah
sebagai berikut:
1) Dapat digunakan kembali untuk keperluan yang
bermanfaat
2) Dapat mengomunikasikan proses keperawatan
kepada perawat dan profesi kesehatan lain
3) Penulisan dokumentasi dapat menggambarkan
sesuatu yang kreatif.
29
b. Keterampilan mendokumentasikan
Keterampilan mendokumentasikan dalam model
ini adalah keterampilan perawat dalam
mendokumentasikan proses keperawatan mulai dari
keterampilan perawat dalam mendokumentasikan hasil
pengkajian pasien, mendokumentasikan hasil
penegakan diagnosa keperawatan, mendokumentasikan
rencana keperawatan yang disusun dan
mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah
diberikan kepada pasien serta keterampilan perawat
dalam mendokumentasikan hasil evaluasi dari semua
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Pendokumentasian proses keperawatan yang
efektif adalah sebagai berikut :
1) Meggunakan standar terminology (pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi).
2) Mengumpulkan dan mendokumentasikan data yang
bermanfaat dan relevan sesuai dengan prosedur
dalam catatan yang permanen, meliputi:
a) Data yang masuk dituliskan pada lembar
pengkajian pasien pada waktu yang khusus
atau sewaktu-waktu.
b) Data meliputi: obsevasi keadaan fisik atau
emosional pasien, kepetusan perawatan dan
30
kegiatan pasien, dan juga hasil-hasil
pemeriksaan lain yang dilakukan pada pasien.
3) Menegakkan dan mendokumentasikan diagnosis
keperawatan berdasarkan klasifikasi dan
analisis data yang akurat.
4) Mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.
5) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
keperawatan (termasuk pendidikan kesehatan)
secara akurat, lengkap dan sesuai urutan waktu.
6) Mendokumentasikan evaluasi sesuai urutan
waktunya (selama dirawat, dirujuk, pulang
ataupun perubahan keadaan pasien, termasuk
respon pasien terhadap intervensi keperawatan
dan medis).
7) Merevisi rencana asuhan keperawatan sesuai
hasil evaluasi.
Lingkup pendokumentasian proses keperawatan
secara sfesifik, meliputi:
1) Data awal ketika pasien pertama kali masuk
rumah sakit.
2) Kelengkapan riwayat keperawatan dan pemeriksaan
yang dilakukan kepada pasien.
3) Diagnosis keperawatan.
4) Rencana keperawatan.
31
5) Tindakan keperawatan termasuk pendidikan
kesehatan.
6) Evaluasi dan perencanaan selanjutnya.
7) Sistem perujukan.
8) Persiapan pulang.
c. Standar dokumentasi
Standar adalah ukuran atau model. Sedangkan
standar dokumentasi adalah ukuran atau model yang
merupakan pernyataan kulaitas dan kuantitas
dokumentasi yang dipertimbangkan dengan baik dalam
suatu situasi tertentu.
Standar dokumentasi juga merupakan standar
yang dapat digunakan untuk memberikan pengarahan
dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses
keperawatan. Perawat harus memiliki keterampilan
terhadap standar dokumentasi, yaitu: keterampilan
untuk memenuhi dan melaksanakan standar
dokumentasi yang telah ditetapkan oleh instansi
atau rumah sakit yang bersangkutan dengan tepat
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana dan tindakan keperawatan sampai pada tahap
evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan kepada pasien.
32
Karakteristik standar dokumentasi
keperawatan dapat dilihat dari 2 sudut pandang,
yaitu :
1) Karakteristik standar dokumentasi dilihat dari
sudut pandang perawat, yaitu:
a) Memberikan panduan dalam pertanggungjawaban
profesional
b) Meningkatkan kepuasan perawat dengan adanya
protokol dalam praktik keperawatan
c) Memberikan kriteria hasil yang dapat
mengevaluasi asuhan keperawatan
d) Memberikan kerangka kerja dalam pendekatan
secara sistematis terhadap pengambilan
keputusan dan praktik keperawatan.
2) Karakteristik standar dokumentasi dilihat dari
sudut pandang pasien, yaitu:
a) Memberitahukan pasien tentang ide-ide
mengenai tanggung jawab terhadap kualitas
asuhan keperawatan
b) Meningkatkan kepuasan pasien
c) Merefleksikan hak pasien
d) Memberikan batasan kepada pasien tentang
model pelayanan asuhan keperawatan
e) Penetapan kebutuhan pelayanan keperawatan
dan keuntungan bagi pasien itu sendiri.
33
5. Prinsip-prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Menurut Depkes RI (1994) dalam Nursalam (2011),
agar catatan asuhan keperawatan dapat menunjang
penanganan masalah pasien melalui proses keperawatan
secara berkualitas, perawat harus memperhatikan aspek
kelengkapan dan ketelitian catatan, kesinambungan
pencatatan antar tahap, keakuratan data dan kemudahan
catatan untuk dibaca.
Kelengkapan berarti mencakup seluruh proses
keperawatan. Teliti berarti dokumen harus memuat
setiap perubahan kondisi, mencantumkan waktu
pelaksanaan tindakan, mencantumkan paraf perawat,
serta mengoreksi kesalahan dengan tepat.
Berkesinambungan artinya adanya kesinambungan dalam
tiap tahapan pada proses keperawatan, yaitu:
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
tindakan dan evaluasi. Akurat berarti dokumentasi
asuhan keperawatan harus didasari oleh informasi dari
data yang dikumpulkan, yaitu data berasal dari
pasien. sedangkan dapat dibaca berarti catatan dalam
dokumen harus ditulis menggunakan tinta, dapat dibaca
petugas lain, dan menggunakan bahasa, kode atau
singkatan yang baku.
34
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan menurut Potter
dan Perry (2005), adalah:
a. Bila terjadi kesalahan penulisan tidak dihapus
mengguanakan tip-ex, tapi dicoret dengan satu
garis pada tulisan yang salah, kemudian ditulis
kata βsalahβ, lalu diparaf, kemudian tulis catatan
yang benar
b. Menulis uraian objektif perilaku pasien dan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
lain, tanpa memberi komentar yang bersifat
mengkritik
c. Mengoreksi semua kesalahan sesegera mungkin
d. Mencatat hanya fakta secara akurat
e. Diakhir catatan tidak dibiarkan kosong, untuk
menghindari penambahan yang tidak benar. Bila ada
area yang kosong dibuat garis horizontal lalu
dibubuhkan tanda tangan
f. Semua catatan harus jelas, dapat dibaca
g. Jika terdapat keragu-raguan tentang instruksi,
minta klarifikasi kepada petugas bersangkutan
h. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
atas informasi yang dituliskan
i. Gunakan kata-kata yang spesifik untuk menuliskan
suatu informasi
35
j. Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan
akhiri dengan tanda tangan.
6. Tahap-tahap dalam Dokumentasi Asuhan Keperawatan
a. Dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan
1) Pengertian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam
asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan. Pengkajian mempunyai peran yang
sangat penting dalam penentuan diagnosa,
perencanaan, tindakan dan evaluasi secara
tepat. Jika pengkajian tidak tepat, asuhan
keperawatan tidak akan mencapai tujuan yang
optimal (Ali, 2010). Data pengkajian diperoleh
melalui wawancara, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan
diagnostik yang lain. Perawat harus mencatat
semua pengkajian keperawatan secara sistematis,
akurat dan komprehensif. Tahap pengkajian
meliputi pengumpulan data, analisa data dan
perumusan masalah keperawatan.
2) Tujuan dokumentasi pengkajian asuhan
keperawatan
Tujuan dokumentasi pengkajian asuhan
keperawatan menurut Nursalam (2011) adalah:
36
a) Untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
responnya terhadap masalah keperawatan
pasien
b) Untuk mengumpulkan data yang mendukung
proses analisis pada kesehatan pasien dan
proses identifikasi masalah keperawatan
pasien secara tepat
c) Untuk mengidentifikasi keunikan pasien yang
mempengaruhi perencanaan, diagnosa, tindakan
keperawatan dan cara pemberian intervensi
keperawatan
d) Untuk memastikan adanya informasi dasar yang
berguna untuk memberikan pedoman dalam
mengukur perubahan kondisi pasien setelah
diintervensi
e) Untuk mengumpulkan data yang relevan,
melihat seberapa besar tingkat kebutuhan
pasien akan pelayanan keperawatan
f) Sebagai dasar bagi pencatatan rencana
keperawatan selanjutnya.
3) Pedoman dokumentasi pengkajian asuhan
keperawatan
a) Gunakan format pengkajian yang sistematis
atau yang telah dibuat sesuai kebutuhan
untuk mencatat hasil pengkajian sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh institusi
37
b) Dokumentasikan data yang didapat secara
sistematis dan lengkap yang meliputi data
bio, psiko, sosial, spiritual
c) Dakumentasikan data objektif pasien secara
akurat, sesuai dengan kondisi saat dikaji
dan bukan hasil penafsiran perawat
d) Dokumentasikan informasi subjektif yang
berasal dari pasien, keluarga maupun anggota
tim kesehatan lain
e) Tuliskan secara ringkas dan jelas.
b. Dokumentasi diagnosa asuhan keperawatan
1) Pengertian
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
klinis dalam pertimbangan perawat,
menggambarkan respon pasien terhadap masalah
kesehatan actual dan risiko berdasarkan data
yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya
berada dalam batas kewenangan
perawat(Hutahaean, 2010).
2) Tujuan dokumentasi diagnosa asuhan keperawatan
a) Untuk mengkomunikasikan masalah pasien
kepada semua perawat yang memberikan asuhan
keperawatan dan kepada tim kesehatan lain
b) Untuk mengidentifikasi masalah pasien
berdasarkan hasil pengkajian
38
c) Untuk mengidentifikasi masalah pasien yang
utama dalam upaya mengembangkan intervensi
yang diperlukan.
3) Kategori diagnosa asuhan keperawatan
a) Diagnosa keperawatan aktual yaitu Perumusan
status kesehatan pasien yang sudah nyata
terjadi, menunjukkan masalah yang ada dari
pengkajian data, memerlukan tindakan
keperawatan untuk memecahkan atau
meringankan gangguan status kesehatan.
Penulisan rumusan diagnosa keperawatan
aktual adalah PES (Problem + Etiolgi +
Simptom)
b) Diagnosa keperawatan risiko/ risiko tinggi
yaitu masalah potensial dari pengkajian
data, yang akhirnya menjadi masalah aktual
jika tidak dilakukan tindakan keperawatan
yang tepat, ditujukan untuk mencegah
terjadinya masalah aktual atau penuruna
status kesehatan pasien. perumusan
diagnosanya adalh PE (Problem + Etiologi)
c) Diagnosa keperawatan kemungkinan yaitu
pernyataan tentang masalah yang diduga masih
memerlukan data tambahan pengawasan dan
pengamatan untuk membuktikan perkembangan
masalah.
39
4) Pedoman dokumentasi diagnosa asuhan keperawatan
a) Gunakan format PES untuk semua masalah
aktual dan PE untuk masalah risiko
b) Catat diagnosa keprawatan kemungkinan ke
dalam masalah atau format diagnosa
keperawatan
c) Komponen P (Problem) dalam rumusan diagnosa
harus merupakan respon pasien terhadap
masalah kesehatan yang dialaminya, sedangkan
E (Etiologi) merupakan faktor yang
berkontribusi terhadap masalah atau respon
pasien
d) Gunakan istilah, singkatan, atau kode yang
sudah disepakati bersama dan mudah
dimengerti oleh rekan perawat atau petugas
kesehatan lainnya
e) Mulai merumuskan diagnosa keperawatan dengan
pernyataan masalah
f) Pastikan bahwa data utama, data tambahan,
dan batasan karakteristik yang digunakan
untuk menegakkan diagnosa benar-benar
berasal dari dokumentasi pengkajian
g) Dokumentasikan perubahan diagnosa
keperawatan yang terjadi seiring perubahan-
perubahan kondisi pasien pada pergantian
jaga (Shift)
40
h) Gunakan dignosa keperawatan sebagai pedoman
untuk pengkajian, perencanaan, intervensi
dan evaluasi.
c. Dokumentasi perencanaan asuhan keperawatan
1) Pengertian
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan
rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksankan untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien (Nursalam, 2011).
2) Langkah-langkah penyusunan perencanaan asuhan
keperawatan
a) Menetapkan perioritas masalah
Prioritas masalah dapat ditetapkan
berdasarkan hirarki MASLOW atau bisa juga
berdasarkan standar prioritas yaitu: yang
mengancam kehidupan merupakan prioritas
pertama, masalah yang mengancam kesehatan
merupakan prioritas kedua, dan yang
mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga.
b) Merumuskan tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan adalah hasil yang ingin
dicapai dari asuhan keperawatan yang
41
menangggulang masalah yang telah dirumuskan
dalam diagnosa keperawatan.
c) Menentukan rencana tindakan
Rencana tindakan keperawatan adalah langkah
menentukan tindakan keperawatan yang akan
dilakasanakan dalam rangka menolong pasien
untuk mencapai tujuan keperawatan.
3) Tujuan dokumentasi perencanaan asuhan
keperawatan
a) Memberikan informasi tentang masalah pasien,
tujuan yang diharapkan dan kriteria hasilnya
serta tindakan yang harus diberikan untuk
mencapai tujuan tersebut
b) Memberikan pedoman bagi petugas kesehatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dan
melakukan evaluasi efektifitas tindakan yang
diberikan.
4) Pedoman dokumentasi perencanaan asuhan
keperawatan
a) Sebelum membuat rencana keperawatan, kaji
data-data yang dihasilkan dari pengkajian
data dasar
b) Identifikasi dan kelompokkan masalah yang
dihadapi pasien serta susun urutan
prioritas. Masalah aktual lebih diutamakan
daripada masalah potensial
42
c) Tuliskan dengan jelas, ringkas, spesifik,
rasional dan terukur, tujuan dan kriteria
hasil akhir yang diharapkan untuk setiap
permasalahan yang ada
d) Tuliskan rencana keperawatan dalam bentuk
kalimat perintah (instruksi)
e) Gunakan bahasa, kode dan singkatan yang
mudah dipahami oleh perawat atau petugas
kesehatan lain
f) Tuliskan rencana keperawatan dalam kolom
yang sesuai dengan menggunakan tinta agar
tidak mudah dihapus
g) Cantumkan tanda tangan perawat yang mencatat
rencana keperawatan (Nursalam, 2011).
d. Dokumentasi pelaksanaan (implementasi) asuhan
keperawatan
1) Pengertian
Dokumentasi implementasi asuhan
keperawatan merupakan catatan tentang tindakan
yang diberikan kepada pasien. pencatatan ini
mencakup tindakan keperawatan yang diberikan
baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta
pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang
diberikan pada pasien (Hutahaean, 2010).
43
2) tujuan dokumentasi pelaksanaan asuhan
keperawatan
a) untuk mengkomunikasikan/ memberitahukan
secara jelas tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan, dan rencana perawatan selanjutnya
pada perawat lain
b) Untuk memberikan petunjuk lengkap dari
tindakan perawatan yang perlu dilaksanakan
untuk menyeleseikan masalah pasien
c) Sebagai dasar untuk mengetahui efektifitas
perencanaan jika diperlukan untuk merevisi
perencanaan.
3) Pedoman dokumentasi pelaksanaan asuhan
keperawatan
a) Gunakan kata kerja aktif untuk menjelaskan
apa yang telah dikerjakan
b) Identifikasi alat dan bahan yang digunakan
dalam bentuk yang tepat
c) Dokumentasikan aspek keamanan, kenyamanan
dan pengawasan infeksi tehadap pasien
d) Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab
dalam melaksanakan tindakan keperawatan
e) Catat semua informasi tentang pasien
f) Gunakan pedoman, kebijakan dan prosedur yang
telah disusun institusi
44
g) Dokumentasikan respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan
h) Dokumentasikan intervensi yang diberikan
atau diajarkan kepada pasien.
e. Dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan
1) Pengertian
Dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan
merupakan catatan tentang indikasi kemajuan
pasien terhadap tujuan yang akan dicapai.
Evaluasi keperawatan menilai keefektifan
perawatan dan mengkomunikasikan status
kesehatan pasien setelah diberikan tindakan
keperawatan serta memberikan informasi yang
memungkinkan adanya revisi perawatan sesuai
keadaan pasien setelah di evaluasi (Hutahaean,
2010).
2) Tujuan dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan
a) Untuk mengkomunikasikan status kesehatan
pasien dan kondisi terkhir pasien secara
jelas untuk semua perawat
b) Untuk memberikan informasi yang bermanfaat
untuk memutuskan apakah ttindakan
keperawatan bisa dimulai, dilanjutkan,
dimodifikasi atau dihentikan
c) Untuk memberikan keterangan bagi perbaikan
rencana keperawatan berdasarkan pada catatan
45
data pengkajian ulang atau perumusan ulang
dari diagnosa keperawatan.
3) Tipe pernyataan evaluasi asuhan keperawatan
a) Evaluasi formatif
Analisis perawat terhadap respon pasien
segera pada saat setelah intervensi
keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat
dilakukan secara spontan dan memberi kesan
apa yang terjadi pada saat itu.
b) Evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi
dan analisa status kesehatan pasien sesuai
dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan
pada tujuan keperawatan. pernyataan sumatif
menguraikan kemajuan terhadap pencapaian
kondisi yang dijelaskan dalam hasil yang
diharapkan.
4) Pedoman dokumentasi evaluasi asuhan keperawatan
a) Awali kesimpulan atau pernyataan evaluasi
dengan data yang mendukung
b) Dokumentasikan implementasi keperawatan
disertai dengan pernyataan pernyataan
evaluasi formatif yang menggambarkan respon
pasien segera setelah tindakan keperawatan
diberikan
46
c) Dokumentasikan evaluasi yang memperlihatkan
perkembangan pasien untuk menccapai tujuan
d) Data pengkajian dan hasil yang diharapkan
digunakan untuk mengukur perkembangan
pasien.
7. Prosedur Tetap Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Prosedur tetap dokumentasi asuhan keperawatan
berdasarkan Standar dokumentasi asuhan keperawatan
menurut DEPKES RI (1995) dalam Nursalam (2011) adalah
sebagai berikut:
a. Pengkajian
1. Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai
dengan pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-spiritual)
3. Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan masalah
kesenjangan antara status kesehatan dengan
norma dan pola fungsi kehidupan.
b. Diagnosa
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
telah dirumuskan
2. Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/
potensial.
47
c. Perencanaan
1. Berdasarkan diagnosa keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subjek, perubahan, perilaku, kondisi
pasien, dan atau kriteria
4. Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
kalimat perintah, terinci, jelas, dan atau
melibatkan pasien atau keluarga
5. Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
pasien
6. Rencana tindakan menggambarkan kerja sama
dengan tim kesehatan lain.
d. Tindakan
1. Implementasi dilaksanakan mengacu pada rencana
asuhan keperawatan
2. Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
implementasi keperawatan
3. Revisi implementasi berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua implementasi yang telah dilaksanakan
didokumentasikan dengan ringkas dan jelas.
e. Evaluasi
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi didokumentasikan.
48
f. Catatan Asuhan Keperawatan
1. Menulis pada format yang baku
2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan
implementasi keperawatan
3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas,
istilah yang baku dan beanar
4. Setiap melakukan tindakan perawat mencantumkan
paraf dan nama dengan jelas
5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dokumentasi Asuhan
Keperawatan
Baik tidaknya mutu dokumentasi proses
keperawatan sangat dipengaruhi oleh unsur masukan,
proses pencatatan dan lingkungan dari institusi yang
bersangkutan (Nursalam, 2011):
a. Unsur Masukan.
1) Tenaga Perawat (Sumber Daya Manusia)
a) Pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan sangat diperlukan dalam
meningkatkan mutu dokumentasi, yaitu
ketrampilan dalam berkomunikasi,
keterampilan untuk dapat memenuhi standar
dokumentasi dan ketrampilan dalam mencatat
proses keperawatan.
49
b) Umur
Secara fisiologi pertumbuhan dan
perkembangan sesorang dapat digambarkan
dengan pertambahan umur, peningkatan umur
diharapkan terjadi pertambahan kemampuan
motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya.
Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan
seseorang pada titik tertentu akan terjadi
kemunduran akibat faktor degeneratif.
Menurut Susilo Sumarliyo bahwa usia
lanjut umumnya lebih bertanggung jawab dan
lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal
ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda
kurang berpengalaman.
c) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh dalam memberikan respon terhadap
sesuatu yang datang dari luar. Orang
berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan
kreatif serta terbuka dalam menerima adanya
bermacam usaha pembaharuan.
Gilmer dalam frazer (1992) mengatakan
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah seseorang berfikir secara luas,
makin tinggi daya inisiatifnya dan makin
mudah pula untuk menemukan caraβcara yang
50
efisien guna menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik.
d) Masa kerja
Seseorang akan mencapai kepuasan
tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Semakin lama karyawan
bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan
dengan pekerjaan mereka. Para karyawan yang
relatif baru cenderung kurang terpuaskan
karena berbagai pengharapan yang lebih
tinggi.
Penelitian Eni Suhaeni tahun 2005
menyatakan semakin lama masa kerja bidan
maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki
dalam memberikan pelayanan dibanding dengan
bidan yang baru.
2) Format Dokumentasi
Format dokumentasi masih banyak ragamnya,
dalam pencatatan perawat merasa rumit dan
banyak memakan waktu. Maka dalam pelaksanaan
dokumentasi proses keperawatan diperlukan
sistem dokumentasi yang efisien, komprehensif
dapat mendokumentasikan lebih banyak data dalam
waktu yang lebih sedikit dan sesuai standar
yang berlaku.
51
b. Unsur Proses
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan
yang meliputi aspek dokumentasi, yaitu:
pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi,
yang harus dilaksanakan secara terus menerus
sampai tujuan berhasil. Sedangkan kendala dalam
pelaksanaan dokumentasi adalah kemampuan perawat
dalam mendokumentasikan proses keperawatan. Disini
dipengaruhi oleh beban kerja dan motivasi kerja
perawat.
c. Unsur lingkungan.
Unsur lingkungan yang dimaksud disini adalah
kebijakan organisasi dan manajemen institusi atau
rumah sakit yang melaksanakan dokumentasi proses
keperawatan. Apabila ketiganya tidak saling
mendukung, maka sulit diharapkan akan mendapatkan
hasil dokumentasi proses keperawatan yang baik.
9. Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan
Dokumen asuhan keperawatan merupakan hal yang
sangat penting bagi perawat karena di dalam pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat
digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
dari berbagai kemungkinan masalah yang dihadapi oleh
pasien dalam memberikan pelayanan.
52
Beban kerja perawat dapat mencakup fungsi
utamanya dan tugas tambahan yang ia kerjakan, serta
jumlah pasien yang harus dirawatnya. Kapasitas
kerjanya sesuai dengan pendidikan yang dia perolah,
waktu kerja yang dia gunakan untuk mengerjakan
tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung
setiap hari. Banyak tugas tambahan yang harus
dikerjakan oleh seorang perawat dapat mengganggu
efektivitas kerja dari perawat tersebut, beban kerja
yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja dan tentu saja berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan salah
satunya yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan
(Mastini,2013).
53
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Bagan 2.1. Kerangka Konsep Hubungan Beban Kerja dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Mataram.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Beban kerja:
1) Faktor eksternal
2) Faktor internal
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pendokumentasian
asuhan
keperawatan:
1) Unsur masukan 2) Unsur proses
a. Motivasi
3) Unsur lingkungan
Pendokumentasian
Asuhan
Keperawatan:
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
6. Catatan
Asuhan
Keperawatan
b. Beban kerja
Beban kerja
perawat
mencakup:
1. Fungsi
utamanya
2. Tugas tambahan
yang
dikerjakan
3. jumlah pasien
yang
dirawatnya
54
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih
yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2010).
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian
pustaka, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ha: βAda Hubungan Beban Kerja dengan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Kota Mataramβ.