39143422-kappa-2003-vol-4-no-1-13-17
TRANSCRIPT
PENGARUH KONSENTRASI ENZIM PAPAIN DAN SUHU
FERMENTASI TERHADAP KUALITAS KEJU COTTAGE
Tutik Nurhidayati
Program Studi Biologi FMIPA–ITS
ABSTRAK
Keju cottage merupakan keju lunak tanpa pematangan yang dibuat dari susu atau skim dengan penambahan kultur
bakteri asam laktat dan penambahan enzim renet untuk koagulasinya. Enzim renet yang digunakan dalam proses
pembuatan keju sangat mahal dan tersedia dalam jumlah yang terbatas, sehingga perlu adanya pengganti enzim
renet. Salah satu enzim yang dapat digunakan sebagai pengganti enzim renet adalah papain dari pepaya (Carica
papaya). Telah dilakukan penelitian konsentrasi enzim papain (320ppm, 520 ppm, 720 ppm) dan suhu fermentasi
(350C, 45
0C, 55
0C) terhadap kadar protein, kadar asam laktat, pH, kadar air, kadar laktosa, jumlah bakteri dan uji
organoleptik keju cottage. Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa pada konsentrasi enzim papain 520 ppm dan
suhu fermentasi 450C keju cottage tersebut telah memenuhi standar.
Kata kunci: enzim papain, suhu fermentasi, skim, dan keju cottage
ABSTRACT
Cottage cheese is kind of soft cheese without maturation, made from milk or skim that added with culture of acid
lactic bactery and for coagulant agent rennet enzyme. Rennet enzyme which uses for this process is very
expensive and limited, so it is necessary to develop a substitute enzyme. Such of papain enzyme that made from
Carica papaya. In this research, it has been investigated of papain enzyme concentrations are (320 ppm, 520 ppm,
720 ppm) and the temperatures of fermentation are (350C, 45
0C, 55
0C) to determine the amount of protein, acid
lactic, pH, water, lactose, bactery and organoleptic test. The result of this study is showed that concentration papain
enzyme at 520 ppm and fermentation temperature at 450C, has reach the standard ingredients product of cottage
cheese.
Keywords: papain enzyme, fermentation temperatures, skim, and cottage cheese
1. PENDAHULUAN
Keju sebagai produk dengan bahan dasar
susu, merupakan alternatif yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan
protein hewan. Hampir semua keju yang
dipasarkan di negara kita adalah keju keras,
yaitu keju yang memerlukan tahap
pematangan lebih lama sehingga biaya
produksi lebih tinggi. Keju cottage dengan
metode setting pendek, merupakan salah satu
alternatif dalam penurunan biaya produksi.
Saat ini biaya produksi keju sangat tinggi,
karena enzim renet yang digunakan dalam
proses pembuatan keju sangat mahal dan
tersedia dalam jumlah yang terbatas
(Sardinas, 1972; Sardjoko, 1991). Industri
keju sebenarnya dapat berpaling pada enzim
penggumpal yang lain seperti fisin dari getah
ficus, papain dari pepaya, dan enzim
bromelin dari nanas (Winarno, 1986). Enzim
papain sebagai salah satu pengganti enzim
renet mempunyai beberapa kelebihan antara
lain lebih mudah didapat, tersedia dalam
jumlah banyak, lebih tahan terhadap kondisi
asam dan kondisi basa, suhu tinggi serta
harganya murah (Sirait dalam Anonymous,
1991). Enzim papain sebagai protease
sulfhidril dapat diaktifkan oleh zat-zat
pereduksi dan menjadi tidak aktif jika
terdapat zat pengoksidasi. Burges dan Shaw
dalam Godfrey dan Reichet (1986) menyata-
kan bahwa enzim papain memutus ikatan
peptida pada residu asparagin-glutamin,
KAPPA (2003) Vol. 4, No.1, 13-17 ISSN 1411-4046
13
Tutik Nurhidayati
KAPPA Volume 4 – Nomor 1 Januari 2003
14
glutamat-alanin, leusin-valin dan penilalanin-
tirosin. Enzim tersebut akan bekerja secara
optimal tergantung dari konsentrasi yang
diberikan.
Dalam proses pembutan keju, suhu berperan
dalam menetukan lamanya proses dan
mempengaruhi jenis keju yang terbentuk
sehingga termasuk keju lunak atau keju keras
(Radiati, 1990). Berdasarkan hal tersebut
ingin dikaji mengenai penggunaan enzim
papain dan suhu fermentasi dalam pembuatan
keju cottage, dengan tujuan untuk
mengetahui kadar enzim papain dan suhu
fermentasi yang tepat dalam pembuatan keju
cottage.
Dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan dasar pertimbang-
an penggunaan enzim renet dalam rangka
menekan biaya produksi keju.
2. PROSEDUR PERCOBAAN
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan notasi sebagai berikut:
E1T1 : (320 ppm); t0 35
0C
E1T2 : (320 ppm); t0 45
0C
E1T3 : (320 ppm); t0 55
0C
E2T1 : (520 ppm); t0 35
0C
E2T2 : (520 ppm); t0 45
0C
E2T3 : (520 ppm); t0 55
0C
E3T1 : (320 ppm); t0 35
0C
E3T2 : (320 ppm); t0 45
0C
E3T3 : (320 ppm); t0 55
0C
Keterangan:
E : Konsentrasi Enzim Papain
T : Suhu Fermentasi
2.1 Pembuatan Starter
Starter yang digunakan adalah stater ganda
berupa biakan Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococus thermophillus dari media NA
dan MRS yang berumur 24 jam masing-
masing diambil sebanyak 50 sel/ml (3 ose)
untuk diinokulasikan ke dalam 250 ml skim
cair steril dan diinkubasi pada suhu 400C
sampai fase eksponensial. Selanjutnya dibuat
starter gabungan dengan perbandingan 1:1
dan diinkubasi bersama-sama pada suhu 400C
selama 4 jam.
2.2 Pembuatan Keju
Pembuatan keju cottage dilakukan dengan
metode setting pendek. Skim yang
merupakan bahan dasar keju dipasteurisasi
pada suhu 630C selama 30 menit, didinginkan
sampai 400C sebagai suhu inkubasi,
kemudian ditambah 4% (V/V) starter dan
disimpan dalam inkubator dengan berbagai
variasi suhu 350C, 45
0C dan 55
0C. Setelah
pertumbuhan mencapai pH 5,6 ditambah
enzim papain dengan kadar yang bervariasi
(320 ppm, 520 ppm dan 720 ppm) selama 5-6
jam. Setelah keasaman tercapai sekitar 0,52%
(pH 4,6-4,7) dilakukan pemasakan curd di
water bath selama 1 jam , setelah itu whey
dibuang. Setelah whey dibuang ditambahkan
air dalam jumlah yang sama dengan curd
sambil diaduk pelan-pelan selama 10 menit,
kemudian airnya dibuang. Setelah
Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain dan Suhu Fermentasi
Volume 4 – Nomor 1Januari 2003 KAPPA
15
pembuangan air ditambahkan garam NaCl
4% (w/w) dan terbentuklah keju.
2.3 Pengujian Skim dan Keju secara Kimia
Pengujian secara kimia diperlakukan pada
skim sebagai bahan dasar dan keju cottage
yang sudah terbentuk.
2.3.1 Kadar protein
Kadar protein ditentukan dengan metode
Kjeldal. Metode ini menggunakan unit
destruksi Gerhardt Kjeldaterm. Presentase
protein dihitung dengan rumus:
mL titrasiXnormalitasH2SO4X14 X 6,38
P = x 100%
Berat sampel x 1000
(Sudarmadji et al., 1984)
P : kadar protein
14,00 : berat molekul nitrogen
6,38 : faktor konversi keju
2.3.2 Kadar Total Asam Laktat
Kadar asam laktat ditetapkan dengan cara
Mann’s acid test. Kadar total asam laktat
dihitung dengan rumus :
Vol. NaOH yg dipakaiX N NaOH X 0,09
TA = x 100%
Berat sampel
(Sudamadji et al., 1984)
TA : total asam
0,09 : berat miliekivalen asam laktat
2.3.3 pH
Pengukuran pH sampel dilakukan dengan pH
meter ( Apriantono, 1989).
2.3.4 Kadar Air
Kadar air ditentukan dengan cara
pengeringan. Kadar air sampel dihitung
dengan rumus:
a-b M= x100%
A
(Hadiwiyoto, 1994)
M : kadar air sampel
A : berat sampel awal
B : berat sampel setelah pengeringan
2.3.5 Kadar Laktosa
Kadar laktosa ditentukan dengan cara titrasi.
Kadar laktosa dalam filtrat dihitung dengan
rumus:
A= (Tb-Ts) x N x 0,171 x 100
5
(Sudarmadji, 1984)
A : laktosa (g/100ml filtrat)
Ts : titrasi sampel
Tb : titrasi blanko
N : normalitas Na2S2O3
5 : volume titrat yang dititrasi
0.171 : faktor Hammond
2.3.6 Uji Mikrobiologis
Uji mikrobiologis dilakukan dengan
mengambil sampel sebanyak 5 gram yang
dilarutkan dalam 45 mL aquades steril.
Larutan selanjutnya diencerkan sampai 10-3
,
kemudian larutan tersebut .dibiakkan secara
pour plate pada media PCA dengan
diinkubasi pada suhu 450C (Hadiwiyoto,
1994).
2.4 Penilaian Organoleptik
Penilaian secara organoleptik yang
melibatkan 100 panelis (para konsumen yang
sering makan keju) meliputi warna, tekstur
dan rasa dilakukan dengan mengikuti
prosedur Hedonic scale (Idris, 1984).
Tutik Nurhidayati
KAPPA Volume 4 – Nomor 1 Januari 2003
16
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kadar Protein
Kadar protein tertinggi didapatkan pada keju
cottage yang dibuat pada fermentasi suhu
550C dengan kadar enzim papain 720 ppm.
Kondisi ini disebabkan suhu 550
C adalah
suhu optimum untuk kerja enzim papain
sehingga aktivitas enzim dalam memecah
protein menjadi peptida meningkat seiring
meningkatnya konsentrasi enzim (Winarno,
1986).
3.2 Kadar Asam Laktat , Laktosa dan pH
Berdasarkan hasil analisa, kadar total asam
laktat yang tertinggi adalah 1,97 dan kadar
laktosa terendah 0,15% dengan pH 4,27
dicapai pada suhu fermentasi 450 C dengan
kadar 520 ppm. Hal ini sejalan dengan
aktivitas metabolisme starter yang
mempunyai suhu pertumbuhan optimum 410
C sampai 45 0
C (Gililand, 1985), sehingga
akan meningkatkan berbagai aktivitas
metabolisme starter antara lain mengubah
laktosa menjadi asam laktat (Burows et al.,
1963). Pengubahan laktosa menjadi Asam
laktat tersebut menyebabkan menurunnya
kadar laktosa dan pH media sehingga pH
media mencapai 4,0 sampai 4,5 (Gaudy and
Gaudy, 1981).
3.3 Kadar Air
Hasil analisa menunjukkan bahwa
peningkatan suhu fermentasi menyebabkan
penurunan kadar air dalam keju cottage,
sehingga tekstur yang dihasilkan menjadi
lebih keras.
3.4 Uji Mikrobiologis
Hasil analisa menunjukkan penurunan jumlah
bakteri starter pada keju cottage. Hal ini
diduga akibat penggaraman yang digunakan
untuk mengakhiri proses fermentasi. Larutan
garam yang pekat tersebut mengakibatkan
tekanan osmotik pada sel mikroorganisme
menjadi turun karena air terserap keluar
sehingga sel kekurangan air dan selanjutnya
sel akan mati (Idris, 1992).
Tabel 1. Hasil komposisi kimiawi dan uji organoleptik skim dan keju cottage
Uji Organoleptik Perla-
kuan
Protein
(Z)
Asam
Laktat
(%)
pH Laktosa
(V/V)
Air
(%)
Z
Bakteri Rasa Tektur Warna
E1T1
E1T2
E1T3
E2T1
E2T2 E2T3
E3T1 E3T2
E3T3
14,40
14,60
15,87
15,95
16,38 17,98
16,17 16,72
20,30
1,75
1,82
1,82
1,71
1,97 1,87
1,62 1,05
1,60
4,83
4,43
4,61
5,40
4,27 4,35
5,51 4,15
1,60
0,05
0,04
0,05
0,07
0,03 0,04
0,07 0,03
0,05
78,36
77,85
75,87
78,85
77,85 72,87
78,86 77,85
72,87
3,17,10
3,50,10
4,33,10
4,37,10
3,30,10 3,73,10
3,73,10 3,50,10
6,17,10
Asam
Asam
Asam sekali
Asam sekali
Asam Asam
Asam Asam sekali
Asam sekali
Lembek sekali
Lembek
Agak keras
Lembek sekali
Lembek Agak keras
Lembek sekali Lembek
Agak keras
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih Putih
Putih Putih
Putih
E0T2
(Ktrl)
15,98 1,85 4,44 0,04 82,71 4,2,10 Asam sekali Lembek pecah Putih
Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain dan Suhu Fermentasi
Volume 4 – Nomor 1Januari 2003 KAPPA
17
3.5 Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang meliputi warna, rasa
dan bau rata-rata yang disukai adalah pada
perlakuan konsentrasi protein 520 ppm dan
suhu fermentasi 450C dengan warna putih
kekuningan, rasa asam dan tekstur lembek.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa keju cottage yang
memenuhi standar komposisi dan disukai
konsumen didapat pada perlakuan 520 ppm
dan suhu fermentasi 450C.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (1991), Pengolahan hasil-Hasil
Peternakan, Departemen Pertanian,
Jakarta.
Apriantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L.
dan Budiyanto, S. (1989), Petunjuk
Laboratorium Analisis Pangan, Pusat
Antar Universitas Pangan Dan Gizi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Burrows W., Moulder, Lewert J.W. dan
Rippon J.W. (1963), Text Book of
Mikrobiology, Ninetenth edition, W.B.
Saunders Company, London.
Godfrey. T. dan Reichet. J. (1986),
Industrial Enzymology, The Applica-
tion of Enzymes in Industry Stocon
Press, New York.
Gaudy. A.F. dan Gaudy. E. T. (1981),
Microbiology for Environmental
Scientist and Engineers, Mc Graw
Hill International Book Company,
London.
Gilliland. S.E. (1985), Bacterial Starter
Cultures for Foods, CRC Press Inc.
Florida.
Hadiwiyoto, S. (1994), Teori Dan Prosedur
Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Olahannya, Penerbit Liberty, Yogya-
karta
Idris S. (1984), Metode Pengujian Bahan
Pangan Secara Sensories, Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya,
Malang.
Idris (1992), Teknologi Pengolahan Susu,
Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang.
Radiati L. K. (1990), Pembuatan Keju
dengan Enzim dari Mikroba, Tesis
S2 Program Pasca Sarjana Institut
Teknologi Pertanian Bogor, Bogor.
Sardinas S. (1972), Microbial Rennet,
Applied Microbiology.
Sardjoko (1991), Bioteknologi, Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi.
1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit
Angkasa. Bandung.
Winarno F.G. (1986), Enzim Pangan,
Penerbit Gramedia, Jakarta.