38 bab iv hasil penelitian dan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0702525...41 gambar 4.1...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
akan digunakan atau dilakukan pada siklus I. Hal-hal yang
dipersiapkan diantaranya:
1) Instrumen penelitian
Ada beberapa instrumen yang digunakan peneliti pada
saat tindakan diantaranya: rencana pelaksanaan pembelajaran,
soal evaluasi, lembar observasi siswa dan guru, lembar
observasi kelompok siswa dan jurnal harian siswa. Instrumen
penelitian tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing,
kemudian dikonfirmasi dan diajukan kepada pihak sekolah dan
guru kelas. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti langsung
melakukan penelitian.
Peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, serta lembar
observasi kelompok siswa yang disesuaikan dengan banyaknya
kelompok dan observer yang nantinya akan diberikan kepada
observer untuk digunakan pada saat penelitian. Untuk soal
39
evaluasi, peneliti mempersiapkan jumlah lembar soal evaluasi
disesuaikan dengan jumlah siswa di kelas V, sedangkan untuk
jurnal harian menggunakan kertas dari siswa.
2) Media pembelajaran
Media yang digunakan pada siklus I untuk menunjang
pembelajaran adalah coklat batangan, kue wafer, kertas
warna/kertas lipat, lem dan gunting. Media tersebut dipersiapkan
oleh peneliti secara keseluruhan. Coklat batangan dan kue wafer
digunakan untuk mengingatkan konsep pecahan yang
sebelumnya telah diajarkan di kelas IV. Untuk menunjang
pokok bahasan penjumlahan digunakan kertas warna/lipat, lem
dan gunting.
3) Observer
Observer yang dipersiapkan untuk mengobservasi guru,
siswa dan kelompok siswa adalah guru kelas V dan rekan
peneliti. Para observer dipersiapkan untuk melakukan observasi
terhadap guru, siswa dan kelompok siswa. Observer diberikan
petunjuk untuk mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
4) Siswa yang diteliti
Peneliti mempersiapkan siswa yang akan diteliti dengan
trelebih dahulu memberitahukan kepada siswa bahwa peneliti
akan melakukan penelitian pada kelas tersebut.
40
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran matematika pada tindakan I dilakukan pada
hari Jumat tanggal 27 Mei 2011. Peneliti memulai kegiatan
pembelajaran pukul 08.00 WIB dengan jumlah siswa yang hadir
sebanyak 27 orang dan dua orang observer. Sebelumnya peneliti
telah memberikan lembar observasi yang telah disiapkan untuk
observer. Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan menanyakan kabar siswa. Peneliti menanyakan kesiapan
siswa untuk belajar. Peneliti melakukan apersepsi dengan
mengaitkan pembelajaran kepada materi sebelumnya tentang bentuk
persen pecahan.
Guru : ”Anak-anak, sebelumnya kalian sudah belajar pecahan sampai mana? Sudah sampai bentuk persen belum?”
Siswa : ”Ya, sudah bu!” Guru : ”Coba, yang seperti apa bentuk persen pecahan itu? Kalau
bentuk persen dari ��
��� berapa?”
Siswa : ”25%”
Guru : ”Ya, pintar. Nah bagaimana kalau bentuk persen dari �
� ?
Ayo siapa yang bisa?”
Siswa : ”����
���� =
�
��� = 75%” (siswa menulis di papan tulis)
Setelah melakukan apersepsi, peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Selanjutnya peneliti melakukan
tanya jawab dengan siswa tentang pecahan dengan menggunakan
coklat batangan dan kue wafer dengan menunjukkan ruas-ruas garis
yang terbagi pada coklat dan kue wafer tersebut.
41
Gambar 4.1
Penggunaan Media Kue Wafer Saat Pembelajaran
Peneliti memberikan contoh pecahan menggunakan kertas
warna kemudian meminta siswa untuk menghitung salah satu contoh
penjumlahan pecahan menggunakan kertas warna. Selanjutnya, guru
memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk menghitung
penjumlahan pecahan yang ada pada LKS dengan menggunakan
media yang telah disediakan (kertas warna, gunting dan lem).
42
Gambar 4.2
Siswa Tiap Kelompok Mengerjakan Tugas LKS
Peneliti pengamati kinerja tiap kelompok dan membantu
siswa yang kesulitan. Kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas LKS
mengakibatkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengerjakan
LKS tersebut. Sehingga rencana pembelajaran yang telah disusun
tidak sesuai dengan pelaksanaannya. Setelah seluruh kelompok
selesai mengerjakan LKS, peneliti meminta kelompok yang bersedia
untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusinya.
Namun tidak ada kelompok yang bersedia, sampai peneliti menunjuk
salah satu kelompok yaitu kelompok 2.
43
Gambar 4.3
Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi dan Peneliti Menempelkan
Hasil Pekerjaan Siswa di Papan Tulis
Kelompok lainnya memperhatikan presentasi dan
membandingkan dengan jawaban pada LKS tiap kelompok.
Sementara itu peneliti membimbing siswa dengan membahas
jawaban dan memberikan penegasan jawaban yang benar. Hanya ada
satu kelompok saja yang mempresentasikan hasil diskusinya
dikarenakan waktu yang sudah habis.
44
Guru : ”Nah sekarang masih ada yang belum mengerti?” Siswa : (tidak ada yang menjawab) Guru : ”Sudah mengerti semuanya, tentang materi yang kita pelajari hari ini?” Siswa : ”Sudah bu.”
Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk mengerjakan soal
tes secara individu dalam waktu 20 menit.
Sebelum menutup pembelajaran peneliti memberikan
penguatan materi kepada siswa dan melakukan tanya jawab dengan
siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. Guru menyampaikan
kepada siswa untuk terus belajar di rumah dan mempersiapkan diri
untuk pertemuan selanjutnya.
c. Evaluasi Pembelajaran
Pada saat pelaksanaan tes siklus I masih banyak siswa yang
kesulitan dan merasa tidak percaya diri dalam menyelesaikan soal.
Hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang masih bertanya
maksud dari soal dan cara pengerjaannya. Pada akhir tes masih
banyak siswa yang mengerjakan soal melebihi waktu yang telah
ditentukan.
Hasil tes pada siklus I dianalisis dan diberikan nilai oleh
peneliti. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 44 dan nilai
tertinggi adalah 100, sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas adalah
sebagai berikut:
45
Tabel 4.1
Nilai Hasil Tes Siswa pada Siklus I
No. Nilai Banyaknya Siswa
1. 44 1
2. 48 1
3. 52 6
4. 56 5
5. 60 2
6. 64 2
7. 72 1
8. 80 1
9. 84 2
10. 92 1
11. 96 2
12. 100 3
Jumlah 1836 27
Nilai rata-rata sesuai yang tertuang pada Tabel 4.1 dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X� = ∑
� =
����
� = 68
Jadi, nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V pada siklus I
adalah 68.
46
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada siklus I dapat
diketahui persentase ketuntasan belajar siswa yang tercantum pada
Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Siswa paa Siklus I
Ketuntasan
Siswa
Sisklus I
∑ siswa %
Tuntas 14 51,9
Tidak tuntas 13 48,1
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan hampir setengah
jumlah siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I terdapat
beberapa kesimpulan. Hasil pengamatan tersebut terangkum dalam
tabel berikut:
Tabel 4.3
Refleksi Pembelajaran Siklus I
Kendala Peneliti Saran Perbaikan
1) Penggunaan waktu yang
melebihi alokasi waktu yang
telah direncanakan.
2) Pengelolaan kelas saat
melakukan kerja kelompok.
3) Siswa melakukan kegiatan
1) Peneliti lebih memperhatikan
waktu dan membatasi waktu
setiap kegiatan.
2) Peneliti sebaiknya dapat
menguasai kelas dan
karakteristik siswa.
47
yang tidak sesuai dengan
pembelajaran
4) Siswa kurang terampil
menggunakan media
pembelajaran (kertas
warna/kertas lipat).
3) Peneliti tidak menggunakan
media tersebut lagi pada
siklus selanjutnya.
4) Peneliti memilih media yang
sederhana dan tidak rumit
agar mudah dipelajari siswa.
2. Hasil Penelitian Siklus II
a. Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
akan digunakan atau dilakukan pada siklus II. Hal-hal yang
dipersiapkan diantaranya:
1) Instrumen penelitian
Ada beberapa instrumen yang digunakan peneliti pada
saat tindakan diantaranya: rencana pelaksanaan
pembelajaran, soal evaluasi, lembar observasi siswa dan
guru, lembar observasi kelompok siswa, jurnal harian siswa.
Instrumen penelitian tersebut dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing, kemudian dikonfirmasi dan diajukan kepada
pihak sekolah dan guru kelas. Setelah mendapatkan
persetujuan, peneliti dapat langsung melakukan penelitian.
Peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, serta lembar
observasi kelompok siswa yang disesuaikan dengan
banyaknya kelompok dan observer yang nantinya akan
48
diberikan kepada observer untuk digunakan pada saat
penelitian. Untuk soal evaluasi, peneliti mempersiapkan
jumlah lembar soal evaluasi disesuaikan dengan jumlah
siswa di kelas V. Sedangkan untuk jurnal harian
menggunakan kertas dari siswa.
2) Media pembelajaran
Media yang digunakan pada siklus II untuk
menunjang pembelajaran adalah kertas karton yang telah
digambarkan menyerupai kertas berpetak,kertas berpetak,
penggaris, dan spidol warna. Peneliti menyiapkan kertas
berpetak dan spidol warna, sedangkan penggaris yang
digunakan merupakan milik siswa pribadi. Kertas berpetak
digunakan untuk membantu siswa memahammi cara
menghitung penjumlahan pecahan karena kertas berpetak
memiliki ukuran yang sama pada tiap kotaknya. Dibantu
dengan penggunaan penggaris dan spidol warna agar siswa
dapat membedakan penjumlahan pecahan tersebut
berdasarkan warnanya.
3) Observer
Observer yang dipersiapkan untuk mengobservasi
guru, siswa dan kelompok siswa adalah guru kelas V dan
rekan peneliti. Para observer dipersiapkan untuk melakukan
observasi terhadap guru, siswa dan kelompok siswa.
49
Observer diberikan petunjuk untuk mengisi lembar observasi
yang telah disediakan.
4) Siswa yang diteliti
Peneliti mempersiapkan siswa yang akan diteliti
dengan sebelumnya memberitahukan kepada siswa bahwa
peneliti akan melakukan penelitian pada kelas tersebut.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran matematika pada tindakan II dilakukan pada
hari Selasa tanggal 7 Juni 2011. Peneliti memulai kegiatan
pembelajaran pukul 10.00 WIB dengan jumlah siswa yang hadir
sebanyak 25 orang dan tiga orang observer. Sebelumnya peneliti
telah memberikan lembar observasi yang telah disiapkan untuk
observer. Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan menanyakan kabar siswa. Peneliti menanyakan kesiapan
siswa untuk belajar. Peneliti melakukan apersepsi dengan
mengaitkan pembelajaran kepada materi sebelumnya tentang
penjumlahan dua pecahan. Peneliti melakukan tanya jawab dengan
siswa tentang penjumlahan 2 pecahan yang sebelumnya sudah
dipelajari. Peneliti memberikan beberapa contoh penjumlahan dua
pecahan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya di depan kelas.
50
Guru : ”Coba, siapa yang bisa mengerjakan soal ini?” �
+
�
(menulis di papan tulis)
Siswa : ”Saya bu.” �
(menulis di papan tulis)
Guru : ”Ya, pintar sekali. Nah bagaimana kalau...” �
� +
�
� (menulis
di papan tulis) ”Ayo siapa yang bisa?” Siswa : (mengacungkan tangan) Guru : ”Nah ayo coba bagaimana?”
Siswa : �
� +
�
� =
�
� (menulis di papan tulis)
Guru : ”Coba lihat, betul tidak jawabannya?” Siswa : ”Betul bu”
Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Selanjutnya peneliti melakukan tanya jawab dengan
siswa tentang penjumlahan tiga pecahan yang akan dipelajari. Pada
awalnya guru memberikan sebuah contoh soal penjumlahan tiga
pecahan dengan menggunakan media kertas karton yang
digambarkan menyerupai kertas berpetak. Peneliti memberikan
contoh penjumlahan tiga pecahan berpenyebut sama dan tiga
pecahan yang berpenyebut beda. Peneliti meminta siswa untuk
mengerjakan di depan kelas. Beberapa siswa mengerjakan soal di
depan kelas dan memberi warna pada kotak-kotak dengan
menggunakan spidol warna.
51
Contoh soal:
�
� +
�
� +
�
�=
�
�
�
� +
�
� +
�
��=
��
��
+ + =
+ + =
Gambar 4.4
Penggunaan Media Kertas Berpetak di Papan Tulis Saat
Pembelajaran
Gambar 4.5
Siswa Mengerjakan Soal di Depan Kelas
Peneliti kemudian membagikan tugas kepada setiap
kelompok untuk mengerjakan soal yang ada pada LKS dengan
52
menggunakan media kertas berpetak, spidol warna dan penggaris.
Guru membimbing siswa dalam pengisian LKS. Pada siklus
sebelumnya siswa menggunakan kertas warna dan kesulitan dalam
membagi sama besar tiap kertasnya. Namun pada siklus II ini siswa
merasa lebih mudah dalam mengerjakan soal yang diberikan. Siswa
bertanya pada peneliti tidak terlalu banyak dibandingkan pada siklus
I. Selanjutnya setelah seluruh kelompok menyelesaikan tugasnya,
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil jawaban kelompok.
Hanya ada dua kelompok saja yang bersedia mempresentasikan hasil
diskusinya. Siswa yang lain memperhatikan presentasi siswa yang
ada di depan kelas. Guru membimbing siswa mempresentasikan
hasil diskusinya. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk
menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan penguatan
materi. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk mengerjakan soal
tes secara individu dalam waktu 20 menit. Kali ini waktu yang
diberikan cukup bagi siswa untuk mengerjakan soal tes. Hanya ada
beberapa orang siswa yang bertanya mengenai soal yang tidak
dimengerti.
Setelah selesai mengerjakan soal tes peneliti memberikan
motivasi kepada siswa. Peneliti menyampaikan kepada siswa untuk
terus belajar di rumah dan mengerjakan banyak soal latihan terkait
materi yang telah dipelajari, yaitu penjumlahan pecahan.
53
c. Evaluasi Pembelajaran
Pada saat pelaksanaan tes siklus II banyaknya siswa yang
bertanya lebih sedikit dibandingkan pada siklus I. Waktu yang
diberikan untuk mengerjakan soal tes tersebut sudah cukup sehingga
tidak memerlukan waktu tambahan.
Hasil tes pada siklus II dianalisis dan diberikan nilai oleh
peneliti. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 56 dan nilai
tertinggi adalah 96, sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Nilai Hasil Tes Siswa pada Siklus I
No. Nilai Banyaknya Siswa
1. 56 6
2. 64 5
3. 72 2
4. 76 2
5. 80 2
6. 84 1
7. 88 1
8. 92 1
9. 96 5
Jumlah 1856 25
54
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dihitung menggunakan rumus
yang telah dipilih sebagai berikut:
X� = ∑
� =
����
�� = 74,2
Jadi, nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V pada siklus
II adalah 74,2.
Gambar 4.6
Diagram Batang Nilai Rata-Rata Hasil Tes Siswa Siklus I dan Siklus II
Pada Gambar 4.6 nilai rata-rata siswa mengalami
peningkatan pada siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata hasil tes siswa
68 dan meningkat pada siklus II menjadi 74,2.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
NILAI RATA-RATA HASIL TES SISWA
Siklus I (68)
Siklus II (74,2)
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada sik
diketahui persentase ketuntasan belajar siswa yang tercan
tabel 4.5
Berdasarkan
yang belum meme
peningkatan persentase ketuntasan dari sebelumnya.
Diagram Batang Perkembangan Ketuntasan Belajar Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada sik
diketahui persentase ketuntasan belajar siswa yang tercan
5 berikut ini:
Tabel 4.5
Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I
Ketuntasan
Siswa
Sisklus II
∑ siswa %
Tuntas 19 76
Tidak tuntas 6 24
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan ada
yang belum memenuhi nilai ketuntasan minimum, n
peningkatan persentase ketuntasan dari sebelumnya.
Gambar 4.7
Diagram Batang Perkembangan Ketuntasan Belajar Siswa
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I Tuntas (51,8%)
Siklus II Tuntas (76%)
Siklus I tidak Tuntas
(48,1%)
Siklus II Tidak Tuntas
(24%)
55
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada siklus II dapat
diketahui persentase ketuntasan belajar siswa yang tercantum pada
a Siklus II
%
76
24
ada 6 orang siswa
nuhi nilai ketuntasan minimum, namun sudah ada
peningkatan persentase ketuntasan dari sebelumnya.
Diagram Batang Perkembangan Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I Tuntas (51,8%)
Siklus II Tuntas (76%)
Siklus I tidak Tuntas
(48,1%)
Siklus II Tidak Tuntas
(24%)
56
Pada Gambar 4.7 terlihat peningkatan ketuntasan belajar
siswa. Pada siklus I banyaknya siswa yang tuntas 51,8% dan
meningkat pada siklus II menjadi 76%.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II terdapat
beberapa kesimpulan . Hasil pengamatan tersebut terangkum dalam
tabel berikut:
Tabel 4.6
Refleksi Pembelajaran Siklus II
Kendala Peneliti Saran Perbaikan
1) Masih ada siswa yang
melakukan tindakan tidak
sesuai dengan pembelajaran.
2) Waktu yang digunakan masih
melebihi alokasi waktu yang
telah direncanakan.
1) Peneliti harus lebih menguasai
kelas dan karakter siswa.
2) Peneliti harus mendesain
kegiatan pembelajaran supaya
siswa semangat belajar.
3) Peneliti harus dapat mengelola
waktu dengan baik.
B. Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui
penggunaan pendekatan realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V pada pembelajaran metematika pokok bahasan penjumlahan
pecahan di Sekolah Dasar.
57
1. Analisis Kualitatif Penggunaan Pendekatan Realistik dalam
Pembelajaran Matematika
Lembar observasi guru dan siswa merupakan gambaran dari
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dan siswa selama
pembelajaran. Sementara itu, lembar observasi kelompok siswa
merupakan gambaran dari kegiatan siswa dalam kelompok selama
pembelajaran. Lembar-lembar observasi tersebut diberikan dan diisi
observer sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Observer
hanya mengamati pembelajaran yang kemudian dituangkan ke dalam
lembar observasi tersebut.
Peneliti berperan sebagai seorang guru pada saat tindakan.
Namun, peneliti masih mempunyai banyak kesalahan dan kekurangan
dalam pembelajaran. Peneliti masih belum dapat mengaplikasi seluruh
kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP. Pada pelaksanaannya
peneliti masih kesulitan dalam mengetur waktu pembelajaran.
Pada awalnya siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti (menggunakan media). Sehingga siswa merasa
kesulitan dalam menggunakan media yang disediakan yaitu kertas
warna/lipat. Siswa kurang bersemangat dalam belajar. Namun setelah
siswa mengerjakan tugas kelompok, siswa jadi lebih bersemangat.
Sulitnya membangun keaktifan siswa di dalam kelas sehingga peneliti
harus terus memotivasi dan membujuk siswa untuk menjawab
pertanyaan dan mengerjakan soal di depan kelas. Pada saat siswa
58
secara kelompok mengerjakan tugas LKS, banyak siswa yang bekerja
sendiri, tidak terjalin kerjasama yang baik dalam kelompok. Hal
tersebut mengakibatkan siswa yang seharusnya dapat mengerti dengan
adanya pengelompokan yang bertujuan agar seluruh siswa dapat
membaur dan bekerjasama dalam kelompok, tidak dapat tercapai
dengan baik dan tujuan dibentuknya kelompok tidak tercapai.
Kekurangan peneliti yang paling menonjol pada saat tindakan
adalah kurangnya kemampuan pengaturan waktu. Pada siklus I waktu
yang digunakan terlalu lama sehingga menambah waktu 30 menit
sedangkan pada siklus II peneliti menambah waktu 5 menit.
Pada tindakan II siswa sudah terbiasa menggunakan media dan
bersemangat dengan media yang digunakan. Walaupun masih banyak
siswa yang sulit dikondisikan. Waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas LKS lebih sedikit dibandingkan pada siklus I. Pada
siklus II jumlah siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
peneliti lebih banyak. Siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas
kelompok. Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa dan guru, dan
kegiatan kelompok siswa, peneliti masih merasa kesulitan dalam
mengatur siswa yang berprilaku tidak sesuai dengan pembelajaran.
Pada saat mengerjakan soal tes yang pertama (siklus I) siswa
masih banyak bertanya dan kesulitan mengerjakan tes. Sedangkan
pada pengerjaan soal tes yang kedua (siklus II) siswa lebih tenang dan
waktu yang digunakan lebih sedikit dibandingkan pada siklus I. Dari
59
segi waktu sudah mengalami sedikit peningkatan, walaupun waktu
yang digunakan masih belum sesuai dengan alokasi waktu yang telah
direncanakan.
Berdasarkan jurnal harian siswa, banyak siswa yang merasa
kesulitan melakukan penjumlahan pecahan dengan menggunakan
kertas warna/lipat yang dilakukan di siklus I. Sedangkan pada siklus II
dengan menggunakan kertas berpetak, siswa merasa lebih mudah
dalam mempelajari penjumlahan pecahan. Hal tersebut terlihat pada
perbandingan nilai test siswa pada siklus I dan siklus II. Nilai test
siswa pada siklus II meningkat dan persentase kelulusanpun
meningkat 24,2%. Pada saat mengerjakan tugas kelompok, banyaknya
siswa yang bertanya pada siklus II lebih sedikit dibandingkan pada
siklus II.
2. Analisis Kuantitatif Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
Analisis kuantitatif peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
berdasarkan nilai hasil tes pada siklus I dan nilai hasil tes siklus II.
Peneliti membandingkan nilai hasil belajar tersebut dengan melihat
peningkatannya. Peningkatan hasil belajar tiap siswa, peningkatan nilai
rata-rata kelas dan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dinilai berdasarkan hasil
tes silus I dan siklus II, dengan membandingkan perubahan hasil tes
siklus I dan siklus II. Seperti yang tampak pada tabel 4.7 yang
menunjukkan nilai hasil tes siswa padas iklus I dan siklus II.
60
Berdasarkan tabel perbandingan nilai dan rata-rata nilai siswa
tiap siklus yang tercantum dalam lampiran B.3 halaman 105 terdapat
beberapa penjelasan bahwa 14 siswa yang mengalami pningkatan hasil
belajar dari siklus I ke siklus II, sedangkan 4 orang siswa yang nilainya
tidak ada peningkatan pada siklus I dan siklus II. Namun, ada enam
orang siswa yang nilainya menurun pada siklus II. Hal tersebut terjadi
diakarenakan materi pada siklus II lebih sulit dari pada mareri siklus I.
Selain dilihat berdasarkan nilai siswa pada siklus I dan siklus II,
peneliti melihat pada peningkatan nilai rata-rata hasil tes siswa pada
siklus I dan siklus II.
Nilai rata-rata hasil tes siswa pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan. Terlihat pada siklus I nilai rata-rata hasil tes
adalah 68, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi
74, 2. Selisih nilai rata-rata pada siklus I dan siklus II adalah 6,4.
Walaupun tidak cukup tinggi, namun hal tersebut tidak menjadi
masalah dikarenakan ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan.
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I siswa
yang tuntas ada 51,8%, kemudian mengalami peningkatan sebanyak
24,2% pada siklus II menjadi 76%. Begitu pula sebaliknya, diimbangi
banyaknya siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan sebanyak
24,1%. Pada siklus I terdapat 48,1% siswa yang tidak tuntas, sedangkan
pada siklus II ada 24% siswa yang tidak tuntas.
61
Berdasarkan kriteria tingkat persentase keberhasilan siswa
menurut Aqib dkk., pada penelitian ini persentase
keberhasilan/ketuntasan belajar siswa yang melebihi nilai KKM sebesar
76% termasuk pada tingkat tinggi yang berkisar 60% -79%.
Meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II tidak
terlepas dari penggunaan pendekatan realistik dalam pembelajaran
matematika pada materi penjumlahan pecahan.