33899297 uji karbohidrat

16
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KELOMPOK 8 : 1. Arinta Happy (H0909010) 2. Faradina Astarini (H0909023) 3. Hardhani Putri H (H0909039) 4. Istikha Tri H (H0909043) 5. Rizal Darma K (H0909062) ILMU & TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: riri-indri-septiani

Post on 26-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    KIMIA ORGANIK

    KELOMPOK 8 :

    1. Arinta Happy (H0909010)

    2. Faradina Astarini (H0909023)

    3. Hardhani Putri H (H0909039)

    4. Istikha Tri H (H0909043)

    5. Rizal Darma K (H0909062)

    ILMU & TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2010

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    ACARA III

    KARBOHIDRAT

    A. Tujuan

    Tujuan praktikum acara III Karbohidrat ini adalah :

    1. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum.

    2. Mengetahui adanya sifat reduktif dari suatu karbohidrat.

    3. Membedakan antara monosakarida dan disakarida.

    4. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosa.

    B. Tinjauan Pustaka

    Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang

    terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O.

    Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan

    mereka. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe tipe karbohidrat ialah

    ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana,

    mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil.

    Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan

    sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sedangkan

    monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa.Glukosa,

    galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida

    seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari

    dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida. Jika

    diperoleh dari hidrolisis maka karbohidrat iti disebut polisakarida (Fessenden,

    1990).

    Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau

    turunannya. Selain itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida

    yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum

    Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    karbohidrat adalah hidrat dari karbon.Penting bagi kita untuk lebih banyak

    mengetahui tentang karbohidrat beserta reaksi-reaksinya, karena ia sangat

    penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya (Anonim1,2010).

    Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simpel

    dinamakan monosakarida, karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua

    molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang

    dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida dinamakan

    polisakarida. Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung

    grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka disebut

    ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12O6, tersusun atas enam karbon,

    rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa. Contoh

    ketosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah dan

    berkombinasi dengan glukosa pada sukrosa disakarida (Morrison,1983).

    Banyak tes digunakan untuk mengetahui karakteristik karbohidrat. Uji

    Molisch adalah pengujian paling umum untuk semua karbohidrat, ini berdasar

    kemampuan karbohidrat untuk mengalami dehidrasi asam katalis untuk

    menghasilkan fulfural atau 5 hydroxymethylfurfural. Uji Selliwanoff

    digunakan untuk membedakan ketosa (enam karbon gula yang mengandung

    keton pada ujung sisi) dan aldosa (enam karbon gula yang mengandung aldehid

    pada ujung). Keton mengdehidrasi dengan cepat menghasilkan 5

    hydroxymethylfurfural, sedangkan aldosa lebih lambat. Sekali 5

    hydroxymethylfurfural dihasilkan, akan bereaksi dengan resosinol

    menghasilkan warna merah. Uji Benedict digunakan untuk menentukan

    monosakari dan disakarida yang mengandung grup aldehid yang dapat

    dioksidasi asam karboksil. Gula akan mereduksi ion kupri pada larutan

    Benedict. Uji Barfoed untuk memisahkan antara monosakarida dengan

    disakarida yang dapat mereduksi ion kupri. Reagen barfoed bereaksi dengan

    monosakarida untuk menghasilkan kupri oksida lebih cepat dibanding

    disakarida (Eaton,1980).

    Keberadaan karbohidrat dapat kita lihat dengan uji Molisch atau uji

    bahan gula bebas,alkohol naphthol, dan H2SO4. Pada uji benedict ion kupri,

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    Cu2+ direduksi menjadi Cu2O dalam larutan alkalin sitrat. Sitrat menahan

    kestabilan Cu2+ selama reaksi dengan menjaga dari pengurangan menjadi

    hitam, larutan CuO. Dalam uji Barfoed Cu2+ tereduksi menjadi Cu2O pada

    larutan asam lemah. Secara praktek, dapat terlihat bahwa monosakarida

    mengurangi lebih cepat pada larutan asam lemah daripada disakarida. Uji

    Selliwanof reaksi spesifik warna untuk ketosa. Pada larutan HCl,ketosa

    mengalami dehidrasi menjadi fulfural lebih cepat dibanding aldosa. Lebih jauh,

    fulfural akan bereaksi dengan resolsinol menghasilkan warna. Dengan

    konsekuensi, tingkat perkembangan warna dan resolsinol menyediakan bukti

    bahwa aldosa dan ketosa murni terdapat pada gula (Clark,1964).

    Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dan ketosa.

    Ketosa dan aldosa berbeda pada penyusun keton atau aldehyd. Jika gula

    mengandung keton maka itu adalah ketosa, sedangkan jika mengnadung adehid

    maka itu adalah aldosa. Tes ini berdasar atas jika dipanaskan keton akan lebih

    cepat terdehidrasi dibanding aldosa. Reaksi Selliwanoff adalah sebagai berikut

    Reagen yang digunakan adalah resosinol dan asam hidrocloric (Anonim2,2010)

    Kadar gula penyusun madu menurut SII selama ini ditentukan

    berdasarkan total gula pereduksi sehingga belum bisa diketahui kadar masing-

    masing gula penyusun madu tersebut. Madu mengandung berbagai jenis gula

    pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui kadar glukosa dan fruktosa dengam metode KCKT terhadap dua

    jenis madu dari jenis bunga yang berbeda. Kondisi operasional KCKT diatur

    pada suhu kolom 80C dan laju alir 1 mL/menit, menggunakan kolom metacarb

    87C dan eluen air deionisasi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan detektor

    indeks bias, dimana glukosa dan fruktosa dipisahkan pada waktu retensi

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    masing-masing sekitar 6 dan 7 menit. Prosedur tersebut digunakan untuk

    penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada sampel madu yaitu madu randu dan

    madu kelengkeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa pada

    madu randu adalah sebesar 27,13 % dan pada madu kelengkeng sebesar 28,09

    %. Kadar fruktosa pada madu randu sebesar 40,99 % dan pada madu

    kelengkeng sebesar 40,03 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing

    sampel yang diteliti memiliki kadar glukosa dan fruktosa yang sesuai dengan

    syarat mutu madu nasional dimana kandungan gula pereduksi (glukosa dan

    frukosa) total adalah minimal 60%. Kadar gula pereduksi total pada madu

    randu adalah sebesar 68,12 % sedangkan pada madu kelengkeng sebesar

    68,12% (Ratnayani,2008).

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kosentrasi

    gelatin terhadap tekstur permen jelly rumput laut dan mengetahui pengaruh

    perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa dan fruktosa) terhadap mutu

    organoleptik, sifat fisik dan kimia permen jelly rumput laut (Eucheuma

    cottonii). Perlakuan gelatin yang digunakan 5%, 7,5% ,10% dan control (0%)

    kemudian dilakukan uji organoleptik, tekstur, warna dan penampakan produk

    keseluruhan. Sedangkan untuk perlakuan perbandingan pemanis (sukrosa,

    glukosa dan fruktosa) dengan total pemanis 16% pada setiap perlakuan adalah

    penambahan sukrosa (A1), penambahan sirup glukosa dan sukrosa (A2),

    penambahan HFS dan sirup glukosa (A3), penambahan HFS dan sukrosa (A4),

    penambahan sirup glukosa, HFS dan sukrosa (A5). Hasil yang didapat bahwa

    konsentrasi gelatin 0% pada permen jelly paling disukai oleh konsumen.

    Sedangkan mutu permen jelly rumput laut yang tebaik dengan perbandingan

    pemanis (sukrosa, glukosa, dan fruktosa) terdapat pada perlakuan penambahan

    perbandingan pemanis sirup glukosa dan sukrosa yang memiliki kandungan

    kadar air 19,165%, kadar abu 0,305%, kadar lemak 1,16%, karbohidrat

    76,31%, protein 2,625%, kadar serat kasar 3,806%, total gula 35,915%, pH 5,1

    serta total kapang dan khamir 0,5x101 koloni/g (Waryat,2006).

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

    lama penyimpanan terhadap kadar gula dan vitamin C serta berapa hari

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    penyimpanan sebaiknya dilakukan. Percobaan meliputi 4 perlakuan dan 5

    ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah penyimpanan yaitu 0 hari ( kontrol ),

    5 hari, 10 hari, dan 15 hari. Parameter yang diamati adalah kadar gula, kadar

    vitamin C dan susut berat buah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL), apabila ada beda nyata dipaki uji lanjut Duncan pada taraf

    significan 5 %. Hasil penelitian ini menunjukan bahawa kadar gula buah Jeruk

    Siam pada penyimapanan 5 dan 10 hari mengalami kenaikan dibanding

    kontrol. Pada penyimapanan 15 hari kadar gula mulai menurun dibandingkan

    penyimpanan 5 dan 10 hari namun sama dengan kadar gula kontrol. Kadar

    vitamin C pada penyimapanan 5 hari tidak mengalami perubahan dibandingkan

    kontrol namun mulai terjadi penurunan pada penyimpanan 10 dan 15 hari

    (Helmiyesi, 2008).

    C. Metodologi

    1. Alat

    a. Uji Molish

    1. Tabung Reaksi

    2. Pipet

    3. Propipet

    b. Uji Benedict

    1. Tabung Reaksi

    2. Pipet

    3. Pemanas Air

    c. Uji Barfoed

    1. Tabung Reaksi

    2. Pipet Ukur

    3. Pemanas air

    4. Penjepit

    d. Uji Selliwanoff

    1. Tabung Reaksi

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    2. Pipet

    3. Pemanas Air

    2. Bahan

    a. Uji Molish

    1. Larutan Glukosa 0,02 M

    2. Larutan Amilum 0,02 M

    3. Air

    4. Alpha naphtol 5 %

    5. Asam Sulfat Pekat

    b. Uji Benedict

    1. Larutan Benedict

    2. Larutan Glukosa 0,01 M ; 0,02 M ; 0,04 M

    c. Uji Barfoed

    1. Larutan Glukosa 0,01 M

    2. Larutan Fruktosa 0,01 M

    3. Larutan Laktosa 0,01 M

    4. Larutan Sakarosa 0,01 M

    5. Larutan Barfoed

    d. Uji Selliwanoff

    1. Larutan 0,01 M Glukosa

    2. Larutan 0,01 M Fruktosa

    3. HCl

    4. Larutan resosinol

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    3. Cara Kerja

    a. Uji Molisch

    b. Uji Benedict

    3 tabung reaksi bersih disiapkan, masing-masingdiisi

    dengan larutan glukosa, amilum, dan air

    2 tetes larutan alpha naptol dicampur dengan baik

    3 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan hingga nampak 2 lapisan

    Diamati timbulnya warna pada perbatasan kedua lapisan

    Hasil pengamatan dicatat

    3 Tabung reaksi disiapkan dan ditambahkan masing-masing

    larutan glukosa 0,01 M ; 0,02 M ; 0,04 M

    Dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit

    Diamati perubahan yang terjadi dan dibandingkan

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    c. Uji Barfoed

    d. Uji Selliwanoff

    4 tabung reaksi disiapkan dan diisi 5 ml masing - masing Larutan

    Glukosa 0,01 M ; Larutan Fruktosa 0,01 M ; Larutan Laktosa 0,01 M

    dan Larutan Sakarosa 0,01 M

    Dipanaskan secara bersama-sama pada penangas air mendidih selama

    10 menit, lalu didinginkan segera

    Dibandingkan kecepatan mereduksi satu sama lain

    2 Tabung reaksi disiapkan dan diisi dengan larutan 0,01 M glukosa

    dan 0,01 M Fruktosa

    Ditambahkan 1ml HCl pekat

    Dicampur dan dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit

    Ditambahkan 0,5 ml larutan resolsinol 0,5 %

    Dicatat perubahan warnanya

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    D. Hasil dan Pembahasan

    1. Uji Molisch

    a. Hasil Percobaan

    Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Uji Molisch

    Kel Sampel Hasil Pengamatan Ket

    Warna Sebelum

    Warna Sesudah

    7 Glukosa

    0,02 M

    Bening Ungu ungu kehitaman-

    merah-cokelat muda

    Terdapat cincin ungu

    10 Bening Ungu kehitaman Terdapat cincin ungu

    8 Amilum 0,02 M

    Bening Ungu-hitam-cokelat-bening Terdapat cincin ungu

    11 Bening Ungu-merah-bening Terdapat cincin ungu

    9 Air Bening Bening-ungu muda-bening Tidak terdapat cincin ungu

    12 Bening Bening-ungu-bening Tidak terdapat cincin

    ungu

    Sumber : Laporan Sementara

    b. Pembahasan

    Percobaan mengenai karbohidrat yang pertama adalah uji Molisch.

    Sampel yang digunakan adalah glukosa 0,02 M, amilum 0,02 M dan

    air. Sampel ditambah alpha naphthol 5% dan asam sulfat pekat, maka

    akan timbul perubahan pada glukosa dan amilum dimana terdapat

    cincin warna ungu. Hal ini terjadi karena asam sulfat dapat

    menghidrolisa ikatan glikosidik (ikatan antara satuan dasar yang satu

    terhadap yang lainnya) karbohidrat menjadi monosakarida, selanjutnya

    menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya (Anonim1,2010).

    Penambahan alpha naptol menyebabkan warna ungu. Sedangkankan

    pada air tidak memberikan perubahan apapun karena air bukan

    merupakan karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik (ikatan antar

    molekul satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya) jadi warna

    akhirnya tidak terbentuk warna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah

    sebagai berikut:

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    H

    CH2OHHCOHHCOHHCOHHCOHC=O + H2SO4 Heksosa

    O

    H2C CH +

    OH OH 5-hidroksimetil furfural -naftol (Anonim1,2010)

    2. Uji Benedict

    a. Hasil Percobaan

    Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Uji Benedict

    Kel Sampel Hasil Pengamatan Ket

    Warna sebelum

    Warna sesudah

    7 Glukosa

    0,01 M

    Biru Merah Ada endapan merah

    10 Biru Merah cokelat Ada endapan merah

    8 Glukosa

    0,02 M

    Biru Merah Ada endapan merah

    11 Biru Merah bata Ada endapan merah

    9 Glukosa 0,04 M

    Biru Cokelat Ada endapan merah

    12 biru Merah bata Ada endapan merah

    Sumber : Laporan Sementara

    b. Pembahasan

    Uji Benedict menggunakan sampel glukosa dengan konsentrasi

    berbeda yaitu 0,01 M ; 0,02 M ; dan 0,04 M. Sampel ditambahkan

    larutan Benedict dan dipanaskan selama 10 menit. Hasil yang didapat

    adalah endapan merah pada dasar tabung reaksi. Munculnya endapan

    merah karena sakarida dengan bentuk gugus aldehid (aldosa), dapat

    berperan sebagai reduktor yang mereduksi Cu2+ pada reagen benedict

    menjadi Cu+ pada Cu2O yang merupakan endapan merah bata pada

    akhir reaksi ini. Kecepatan mereduksinya sebanding dengan besarnya

    molaritas glukosa. Jadi makin besar molaritas glukosa, kecepatan

    mereduksinya makin cepat, begitu juga sebaliknya, begitu juga dengan

    endapan yang terbentuk, makin besar molaritas glukosa makin banyak

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    endapan. Pada uji benedict ini yang paling cepat mereduksi adalah

    glukosa 0,04 M lalu glukosa 0,02 M, dan yang paling akhir adalah

    glukosa 0,01 M. Berikut reaksi yang berlangsung:

    O O

    RCH + Cu2+ 2OH- RCOH + Cu2O

    Gula Pereduksi Endapan Merah Bata (Anonim1,2010)

    3. Uji Barfoed

    a. Hasil Percobaan Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Uji Barfoed

    Sampel Hasil Pengamatan Keterangan

    Warna Sebelum Warna Sesudah

    Fruktosa Biru Biru berlapis +++ Ada endapan merah

    Laktosa Biru Biru berlapis + Tidak ada endapan merah

    Sakarosa Biru Biru Tidak ada endapan merah

    Glukosa Biru Biru Ada endapan merah

    Sumber : Laporan Sementara

    b. Pembahasan

    Uji barfoed merupakan pengujian untuk membedakan

    monosakarida atau disakarida. Pada praktikum ini menggunakan empat

    varian sampel yaitu Fruktosa, Laktosa, Sakarosa, dan Glukosa. Keempat

    larutan sampel tersebut diberi larutan Barfoed lalu dipanaskan secara

    bersama-sama. Hasil yang didapat adalah larutan larutan tersebut ada

    yang menghasilkan endapan merah bata. Larutan yang menghasilkan

    endapan merah bata adalah Frukktosa dan Glukosa, hal ini menujukkan

    bahwa kedua larutan tersebut adalah monosakarida. Larutan Barfoed

    hanya dapat direduksi oleh monosakarida. Pereduksi ini disebabkan

    sakarida mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, yang mempunyai

    sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan ion kupri

    dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk

    endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan pada Laktosa dan

    Sukrosa tidak terdapat endapan maka kedua larutan tersebut merupakan

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    disakarida. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk

    endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O. berikut reaksinya :

    O O

    Cu2+ asetat RCH + RCOH + Cu2O+ CH3COOH

    n-glukosa E.merah monosakarida bata (Anonim1,2010)

    4. Uji Selliwanoff

    a. Hasil Percobaan

    Tabel 3.4 Uji Selliwanoff

    Kel Sampel Hasil pengamatan Ket

    Warna Sebelum

    Warna Sesudah

    7 Glukosa

    0,01 M

    Bening Bening Tidak ada endapan

    9 Bening Bening Putih keruh

    11 Bening Bening Terdapat cincin putih

    8 Fruktosa 0,01 M

    Bening Merah pekat Tidak ada endapan

    10 Bening Merah Tidak ada endapan

    12 Bening Merah muda Ada endapan putih

    Sumber : Laporan Sementara

    b. Pembahasan

    Uji Selliwanoff ini menggunakan sampel glukosa 0,01 M dan

    fruktosa 0,01 M yang nantinya direaksikan dengan HCl dan resolsinol.

    Sebelum ditambahkan resosinol larutan tersebut dipanaskan terlebih

    dahulu. Hasil yang didapat setelah penambahan resosinol adalah

    perubahan warna fruktosa dari bening menjadi merah, sedangkan

    glukosa tidak mengalami perubahan warna. Fruktosa mengandung

    gugus keton sehingga lebih cepat bereaksi dari glukosa yang

    mengandung gugus aldehid, karena gugus keton langsung didehidrasi

    menjadi furfural sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi

    dahulu menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural. Larutan

    larutan tersebut tidak menghasilkan endapan. Pada setiap percobaan,

    perubahan warna terjadi sesuai dengan teori dimana fruktosa akan

    menghasilkan endapan merah sedangkan glukosa tidak. Uji Seliwanoff

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    ini digunakan untuk menentukan monosakarida aldosa maupun ketosa.

    Berikut reaksinya :

    CH2OH OH

    O OH OH

    H CH2OH +HCl

    OH H H2C CH + kompleks berwarna

    OH merah 5-hidroksimetil furfural resorsinol

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    E. Kesimpulan

    1. Uji Molisch adalah pengujian untuk mengetahui senyawa mengandung

    karbohidrat atau tidak.

    2. Uji Molisch bereaksi positif pada glukosa dan amilum dengan membentuk

    cincin ungu. Cincin ungu pada glukosa lebih banyak karena glukosa

    merupakan monosakarida,sedangkan amilum adalah polisakarida yang

    harus dihidrolisis menjadi monosakarida dahulu sebelum terdehidrasi

    menjadi furfural.

    3. Pada uji benedict menunjukkan warna merah bata (Cu2O) pada tiap

    sampelnya dan kecepatan mereduksinya yang tercepat adalah yang

    mempunyai molaritas paling tinggi.

    4. Pada uji Barfoed digunakan sampel monosakarida dan disakarida, terdapat

    endapan hanya pada monosakarida yang pada praktikum ini fruktosa dan

    glukosa. Sedangkan pada disakarida yang pada praktikum ini adalah

    laktosa dan sakarosa tidak terdapat endapan. Hal ini disebabkan larutan

    barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida.

    5. Pada fruktosa yang mengandung gugus keton lebih cepat bereaksi dari

    glukosa yang mengandung gugus aldehid, karena gugus keton langsung

    didehidrasi menjadi furfural, sedangkan gugus aldehid mengalami

    transformasi dahulu menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural.

  • Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    2009-2010

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim1.2010.Uji Kulaitatif Untuk Identifikasi Karbohidrat. arifqbio.multiply.

    multiplycontent.com. Diakses pada Jumat 28 Mei 2010 pukul 19.00 WIB

    Anonim2.2010. Seliwanoffs Test.en.wikipedia.com/Selliwanoff_test. Diakses

    pada Jumat tanggal 28 Mei 2010 pukul 18.34 WIB.

    Clark,John M. 1964. Experimental Biochemistry. WH Freeman and Company.

    San Franciso

    Eaton,David C.1980.The World of Organic Chemistry.Mc-Graw-Hill Book

    Company. New york.

    Fessenden, Ralp J.1990.Kimia Organik Edisi Ketiga.Erlangga. Jakarta

    Helmiyesi.2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan

    Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). eprints.undip.ac.id. Diakses pada Sabtu 29 Mei 2010 pukul 12.00 WIB.

    Morrison, Robert Thornton.1983.Organic Chemistry Fourth Edition. New York University. New York

    Ratnayani, K. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.ejournal.unud.ac.id.Diakses pada Sabtu 29 Mei pukul 12.15WIB.

    Waryat,2006. Perbandingan Pemanis (Sukrosa,Fruktosa dan Glukosa) Terhadap Mutu Permen Jelly Rumput Laut Eucheuma cottonii.

    www.faperta.ugm.ac.id. Diakses pada Sabtu 29 Mei 2010 pukul 12.10 WIB