332_berapa umur yg telah kalian lalui

2
Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda Sedangkan dunia akan ber- ada di belakangmu. Umur yang telah berlalu darimu ti- dak akan kembali padamu, sampai engkau akan ber- temu kembali dengan hari yg dinampakkan kesalahan -kesalahan”. Setiap musafir haruslah memiliki bekal. Perjalananmu di dunia se- perti perjalanan seorang musafir. Setiap musafir ha- ruslah memiliki bekal. Setiap orang haruslah me- miliki persiapan, apalagi ji- ka dia takut tidak akan sam -pai pada Rabb Yang Maha Tinggi. Sebagian salaf pun ada yg melantunkan sya’ir: Sungguh kami sangat ber- gembira dengan hari yang kami lalui. Setiap hari yang telah berlalu adalah pertan- da semakin dekatnya ajal. Beramallah untuk dirimu dengan sungguh-sungguh sebelum datang kematian- mu. Karena keberuntungan Umur berlalu begitu cepat. Umur yang telah berlalu tentu tidak mungkin kembali lagi. Ada yg berkata kepada Mu- hammad bin Wasi’, Bagai- mana engkau di pagi ini?”. Beliau lantas mengatakan, Apa pendapatmu mengenai seseorang yg setiap harinya akan berpindah ke negeri akhirat?”. Al Hasan (Al Bashri) menga- takan, “Sungguh, engkau ba- gaikan sekumpulan hari. Apa- bila satu hari berlalu darimu, maka berlalu pula sebagian (umur)mu.” Beliau juga mengatakan, “Wahai manusia. Sungguh engkau berada di antara dua binatang tunggangan (yaitu malam dan siang) yang akan saling memindahkanmu. Ma- lam akan memindahkanmu ke waktu siang. Siang pun akan berganti memindahkan- mu ke waktu malam, hingga engkau pun akan sampai ke negeri akhirat. Adakah yang akan menghalangimu hingga negeri akhirat?” Beliau mengatakan pula, “Kematian akan diikat di bagi- an depan kepala kalian. Se- dangkan dunia dilipat (dibiar- kan) di belakang kalian.” Daud Ath Tho’i mengatakan, “Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persing- gahan manusia sampai dia berada pda akhir perjalanan- nya. Jika engkau mampu me- nyediakan bekal di setiap tem -pat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiap- kanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Tunaikanlah kewajiban yang patut engkau tunaikan. Karena mungkin sa -ja, perjalananmu akan bera- khir dengan tiba-tiba”. Sebagian salaf menuliskan nasehat pada saudaranya, Wahai saudaraku, kami men -duga engkau adalah seo- rang mukim (yg tidak beper- gian jauh). Namun sebenar- nya engkau adalah seorang yang melakukan perjalanan (safar). Engkau akan digiring dengan cepatnya. Kematian pun akan ada di hadapanmu. BULETIN JUMAT, No.332 / Th.VII 10 Dzulqa’dah 1435 H [05 September 2014] DKM Masjid Ash-Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Berapa Umur Yang Telah Engkau Lalui? Halaman 2 Kitab-kitab mereka pun terse- bar di berbagai penjuru dunia. Di antara manusia-manusia istimewa ini ada yang berusia muda dan ada juga yang berusia tua. Para ulama pun mengajarkan karya mereka pada para penuntut ilmu. [Berikut sejarah dua golongan tersebut] Coba kita perhatikan Asy - Syaikh Hafizh Hakamiy rahi- mahullah Beliau memiliki banyak karya tulis dalam aqidah dan ilmu lainnya. Pasti engkau akan kagum dengan sejarah hidup- nya. Lihatlah beliau lahir pada tahun 1342 H dan meninggal dunia pada tahun 1377 H! Berapa umur beliau ketika meninggal dunia? Umurnya hanya 35 tahun saja. Begitu besar pengaruhnya bagi manusia (melalui karya- karyanya) dan dia mati dalam usia muda. Bagaimana jika dia hidup dalam waktu yang lebih lama lagi [?] Sebelum Al Hakami, ada pula Al Imam An Nawawi rahima- hullah. Beliau memiliki karya tulis yang amat banyak. Be- liau meninggal dunia pada usia 45 tahun. Stop! Kita berhenti membicarakan sejarah ulama yang mati da- lam usia muda di atas, namun meninggalkan karya yang bermanfaat bagi umat. Imam Malik juga pernah dita- nyakan hal ini (yaitu menge- nai umurnya), lantas beliau menjawab: “Aku terima maksudmu. Bu- kan merupakan sikap yang bagus jika seseorang men- ceritakan umurnya. Jika dia memang muda, maka dia akan direndahkan. Jika dia memang sudah tua, maka dia akan dianggap pikun.” Renungkanlah Umurmu! Jika memang engkau masih muda, sungguh amat jelek jika engkau menghabiskan umurmu hanya untuk berse- nang-senang dan sering ge- gabah. Jika engkau sudah berusia senja, maka hendaklah eng- kau memperbaiki hal-hal yg telah engkau lalaikan. Sungguh amatlah jelek, jika orang yang sudah berusia senja malah ingin bersenang- senang saja. Renungkanlah Perkataan: “Manusia itu ada dua golong- an. Ada yang hidup, namun sebenarnya dia mati. Namun ada pula yang berada di ba- wah tanah, namun mereka dalam keadaan hidup.” Engkau ingin jadi seperti apa dari dua golongan ini? Aku berdiam beberapa saat dalam waktu yang lumayan lama. Setelah selesai mere- nungkan, aku begitu takjub dengan sejarah hidup yang kubaca dari manusia pilihan yang begitu tersohor kabar tentang mereka. dan kerugian di akhirat ter- gantung pada amalmu. (Faedah dari Ibnu Rojab di Jami’ul ‘Ulum wal Hikam) Mengenai umur akan ada dua pertanyaan Pertanyaan pertama : mengenai keadaan di waktu muda atau dewasa. Pertanyaan kedua : mengenai umur secara ke- seluruhan. Oleh karena itu, dua telapak kaki manusia tidak akan ber -anjak pada hari kiamat hingga dia ditanyakan me- ngenai lima hal, di antara- nya: Mengenai umurnya di mana dia habiskan [?] Mengenai waktu mudanya untuk apa dia gunakan [?] Siapkanlah jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut! Renungkanlah Umurmu! Berapa umur yang telah berlalu darimu? Apakah umurmu yang telah lewat engkau gunakan utk hal yang bermanfaat? Ataukah untuk hal yang sia- sia? Imam Asy Syafi’i pernah di- tanyakan oleh seseorang mengenai umurnya, lalu be- liau menjawab: “Bukan merupakan sikap yang bagus jika seseorang menceritakan umurnya.”

Upload: zoo-genk

Post on 06-Aug-2015

272 views

Category:

Spiritual


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 332_berapa umur yg telah kalian lalui

Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda

Sedangkan dunia akan ber-ada di belakangmu. Umur yang telah berlalu darimu ti-dak akan kembali padamu, sampai engkau akan ber-temu kembali dengan hari yg dinampakkan kesalahan-kesalahan”. Setiap musafir haruslah memiliki bekal. Perjalananmu di dunia se-perti perjalanan seorang musafir. Setiap musafir ha-ruslah memiliki bekal. Setiap orang haruslah me-miliki persiapan, apalagi ji-ka dia takut tidak akan sam-pai pada Rabb Yang Maha Tinggi. Sebagian salaf pun ada yg melantunkan sya’ir: ”Sungguh kami sangat ber-gembira dengan hari yang kami lalui. Setiap hari yang telah berlalu adalah pertan-da semakin dekatnya ajal. Beramallah untuk dirimu dengan sungguh-sungguh sebelum datang kematian-mu. Karena keberuntungan

Umur berlalu begitu cepat. Umur yang telah berlalu tentu tidak mungkin kembali lagi. Ada yg berkata kepada Mu-hammad bin Wasi’, ”Bagai-mana engkau di pagi ini?”. Beliau lantas mengatakan, “Apa pendapatmu mengenai seseorang yg setiap harinya akan berpindah ke negeri akhirat?”. Al Hasan (Al Bashri) menga-takan, “Sungguh, engkau ba-gaikan sekumpulan hari. Apa-bila satu hari berlalu darimu, maka berlalu pula sebagian (umur)mu.” Beliau juga mengatakan, “Wahai manusia. Sungguh engkau berada di antara dua binatang tunggangan (yaitu malam dan siang) yang akan saling memindahkanmu. Ma-lam akan memindahkanmu ke waktu siang. Siang pun akan berganti memindahkan-mu ke waktu malam, hingga engkau pun akan sampai ke negeri akhirat. Adakah yang akan menghalangimu hingga negeri akhirat?” Beliau mengatakan pula,

“Kematian akan diikat di bagi-an depan kepala kalian. Se-dangkan dunia dilipat (dibiar-kan) di belakang kalian.” Daud Ath Tho’i mengatakan, “Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persing-gahan manusia sampai dia berada pda akhir perjalanan-nya. Jika engkau mampu me-nyediakan bekal di setiap tem-pat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiap-kanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Tunaikanlah kewajiban yang patut engkau tunaikan. Karena mungkin sa-ja, perjalananmu akan bera-khir dengan tiba-tiba”. Sebagian salaf menuliskan nasehat pada saudaranya, ”Wahai saudaraku, kami men-duga engkau adalah seo-rang mukim (yg tidak beper-gian jauh). Namun sebenar-nya engkau adalah seorang yang melakukan perjalanan (safar). Engkau akan digiring dengan cepatnya. Kematian pun akan ada di hadapanmu.

BULETIN JUMAT, No.332 / Th.VII 10 Dzulqa’dah 1435 H [05 September 2014]

DKM Masjid Ash-Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK

Berapa Umur Yang Telah Engkau Lalui?

Halaman 2

Kitab-kitab mereka pun terse-bar di berbagai penjuru dunia. Di antara manusia-manusia istimewa ini ada yang berusia muda dan ada juga yang berusia tua. Para ulama pun mengajarkan karya mereka pada para penuntut ilmu. [Berikut sejarah dua golongan tersebut] Coba kita perhatikan Asy -Syaikh Hafizh Hakamiy rahi-mahullah Beliau memiliki banyak karya tulis dalam aqidah dan ilmu lainnya. Pasti engkau akan kagum dengan sejarah hidup-nya. Lihatlah beliau lahir pada tahun 1342 H dan meninggal dunia pada tahun 1377 H! Berapa umur beliau ketika meninggal dunia? Umurnya hanya 35 tahun saja. Begitu besar pengaruhnya bagi manusia (melalui karya-karyanya) dan dia mati dalam usia muda. Bagaimana jika dia hidup dalam waktu yang lebih lama lagi [?] Sebelum Al Hakami, ada pula Al Imam An Nawawi rahima-hullah. Beliau memiliki karya tulis yang amat banyak. Be-liau meninggal dunia pada usia 45 tahun. Stop! Kita berhenti membicarakan sejarah ulama yang mati da-lam usia muda di atas, namun meninggalkan karya yang bermanfaat bagi umat.

Imam Malik juga pernah dita-nyakan hal ini (yaitu menge-nai umurnya), lantas beliau menjawab: “Aku terima maksudmu. Bu-kan merupakan sikap yang bagus jika seseorang men-ceritakan umurnya. Jika dia memang muda, maka dia akan direndahkan. Jika dia memang sudah tua, maka dia akan dianggap pikun.” Renungkanlah Umurmu! Jika memang engkau masih muda, sungguh amat jelek jika engkau menghabiskan umurmu hanya untuk berse-nang-senang dan sering ge-gabah. Jika engkau sudah berusia senja, maka hendaklah eng-kau memperbaiki hal-hal yg telah engkau lalaikan. Sungguh amatlah jelek, jika orang yang sudah berusia senja malah ingin bersenang-senang saja. Renungkanlah Perkataan: “Manusia itu ada dua golong-an. Ada yang hidup, namun sebenarnya dia mati. Namun ada pula yang berada di ba-wah tanah, namun mereka dalam keadaan hidup.” Engkau ingin jadi seperti apa dari dua golongan ini? Aku berdiam beberapa saat dalam waktu yang lumayan lama. Setelah selesai mere-nungkan, aku begitu takjub dengan sejarah hidup yang kubaca dari manusia pilihan yang begitu tersohor kabar tentang mereka.

dan kerugian di akhirat ter-gantung pada amalmu. (Faedah dari Ibnu Rojab di Jami’ul ‘Ulum wal Hikam) Mengenai umur akan ada dua pertanyaan Pertanyaan pertama : mengenai keadaan di waktu muda atau dewasa. Pertanyaan kedua : mengenai umur secara ke-seluruhan. Oleh karena itu, dua telapak kaki manusia tidak akan ber-anjak pada hari kiamat hingga dia ditanyakan me-ngenai lima hal, di antara-nya: Mengenai umurnya di mana dia habiskan [?] Mengenai waktu mudanya untuk apa dia gunakan [?] Siapkanlah jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut! Renungkanlah Umurmu! Berapa umur yang telah berlalu darimu? Apakah umurmu yang telah lewat engkau gunakan utk hal yang bermanfaat? Ataukah untuk hal yang sia-sia? Imam Asy Syafi’i pernah di-tanyakan oleh seseorang mengenai umurnya, lalu be-liau menjawab: “Bukan merupakan sikap yang bagus jika seseorang menceritakan umurnya.”

Page 2: 332_berapa umur yg telah kalian lalui

Halaman 3

Sekarang, marilah kita ber-alih ke sejarah sebagian ulama yang menuntut ilmu setelah usia 40 tahun. Ingatlah, tidak ada usia mu-da dalam menuntut ilmu. Begitu pula tidak ada usia tua dalam belajar dan men-dalami agama ini. Lihatlah pda biografi Syibl bin ‘Abbad Al Makkiy. Beliau menuntut ilmu agama setelah berusia 50 tahun. Lihatlah pula kehidupan Abi Nashr At Tammaar beliau melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu setelah usia 60 tahun. Perhatikanlah kehidupan Asy Syaikh Hafizh Hakamiy, ba-gaimana pengaruh beliau ba-gi umat melalui karyanya? Bukankah mendatangkan banyak manfaat? Renungkan pula perjalanan hidup orang-orang pilihan di atas yg belajar dan menuntut ilmu baru setelah berusia senja, namun lihatlah jejak-jejak melalui karya mereka yang ditinggalkan bagi umat ini? Tidak ada udzur lagi bagimu ketika engkau menyia-nyia-kan umurmu. Sudah seha-rusnya engkau memperhati-kan umurmu dan selalu me-lihat bagaimana orang lain memanfaatkan umurnya. Bakr bin ‘Abdillah menga-takan, “Jika engkau melihat orang yang lebih tua darimu, maka katakanlah: Orang ini lebih beriman dan lebih ba-

saling berlomba dalam ke-baikan dan taqwa.

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Yogyakarta, 7 Shafar 1430 H Sumber : http://rumaysho.com/

belajar-islam/manajemen-qolbu/1748-berapa-umur-yang-

telah-engkau-lalui.html

∞▓∞

MUTIARA HIKMAH

Dari Abu Hurairah "Kamu sekalian, satu sama lain

janganlah saling mendengki, saling menipu, saling

membenci, saling Menjauhi;

dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar

orang lain; dan jadilah kamu sekalian

hamba-hamba Allah yang bersaudara.

Seorang muslim itu adalah saudara bagi

muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya,

menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya.

Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada

beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan

berbuat jahat jika ia menghina saudaranya

sesama muslim. Setiap muslim haram

darahnya bagi muslim yang lain,

demikian juga harta dan kehormatannya".

[HR. Muslim]

nyak memiliki amal sholeh dariku, maka dia lebih baik dariku. Namun jika engkau melihat orang yang lebih mu-da darimu, maka katakanlah: Aku lebih banyak berbuat do-sa dan maksiat daripada dia, maka dia lebih baik dariku.” Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, ba-ru aku akan beramal. Jika engkau sudah berada di usia tua, apa lagi yg engkau tunggu [?] Setelah usia tua yg ada ha-nya kematian yg menunggu [!] Sungguh menyenangkan jika seseorang bergegas melaku-kan kebaikan lalu dia mening-galkan bekas sehingga ada yang memanfaatkannya. Beramallah untuk dirimu se-belum datang kematianmu. Ingatlah, dzikir bagi seseo-rang adalah umur kedua ba-ginya. Menjadi pribadi yg bermanfa-at. Senantiasa terus memper-baiki diri dan memberikan ke-manfaatan bagi yang lain. Hendaknya kehadiran kita ada sesuatu manfaat yg bisa dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekeliling kita, baik itu tenaga, pikiran, mate-ri dll. Tampakkan wajah ceria, murah senyum, tidak sekadar simpati saja, tetapi bagaima-na bisa berempati. Berbagi dgn sesama, mengutamakan kepentingan saudaranya,

nya, dan tidak melibatkan diri dalam percaturan kekuasaan, hingga meninggal. Sinyal-sinyal dari kerentaan usia, yang sekaligus merupakan salah satu indikasi dari dekat-nya seseorang akan kematian, kerap hadir di hadapan kita. Misalnya, anak-cucu yg sudah beringsut dewasa, kulit yang sudah mengeriput, gigi yang sudah mulai tanggal satu demi satu, tulang mengalami osteo-porosis yang selanjutnya meng-akibatkan nyeri, menurunnya daya pendengaran, indra penge-cap, dan daya ingat (memori). Demikian pula dengan tumbuh-nya uban di bulu-bulu kita. Melalui narasi di atas, bagaima-na Iyas bin Qatadah, pemimpin Bani Tamim, begitu cerdas me-nangkap sinyal-sinyal kematian itu dengan hadirnya uban di jenggotnya. Maka, berbahagialah kita yang tersadarkan dengan segenap fase kehidupan yang mau tidak mau mesti kita jalani, sehingga babak kehidupan kita pun bera-khir dengan indah. Sebaliknya, hati-hatilah, jika semua itu sama sekali tidak menorehkan kein-syapan pada kita, sehingga “makin tua justru makin jadi”. Allah berfirman: “Allah, Dialah yg menciptakan kamu dari kea-daan lemah, kemudian Dia men-jadikan (kamu) sesudah keada-an lemah itu menjadi kuat, ke-mudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kemba-li) dan beruban. Dia mencipta-kan apa yg dikehendakiNya dan Dialah Yg Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (ar-Rum: 54).

Advisor : M. Syaftari, Sandy M. Latief

M. Agoes Joesoef Suwardi Suwardjo

—————————————————————————

RedPel : Prasetya B. U.

Masjid Ash-Shofa

Puri Anggrek Mas - Depok

Ph./ SMS: 0811 10 6452

E-mail / Blog

[email protected] /

http://dkm-ash-

shofa.blogspot.com

Diterbitkan Oleh: DKM Masjid Ash-Shofa

Sinyal-Sinyal Kematian Oleh: Makmun Nawawi

Suatu hari, Iyas bin Qatadah, pemimpin Bani Tamim, melihat bulu jenggotnya sudah putih. Ia pun berucap: “Ya Allah, aku ber-lindung kepada Engkau dari per-kara (petaka atau kematian) se-cara mendadak. Kulihat kemati-an sudah menuntutku dan aku tak bisa mengelak darinya.” Kemudian, ia pun keluar mene-mui masyarakatnya, seraya ber-seru: “Wahai kaum Bani Tamim, aku sungguh sudah memberikan masa mudaku untuk kalian maka hendaknya kalian memberikan untukku dimasa tuaku. Mengapa kalian tak bisa memperlihatkan kepadaku perihal mendesaknya kebutuhan; kematian ini begitu dekat denganku.” Kemudian, ia mengibaskan sur-bannya, menyendiri, lalu memin-ta izin kepada kaumnya untuk fokus beribadah kepada Rabb-

Sedang, Nabi SAW bersabda: “Janganlah mencabut uban ka-rena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yg beruban dalam Islam, walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu ke-baikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, ju-ga dengannya akan ditinggikan satu derajat.” (HR Ibnu Hibban). Gemerlap jabatan dan kekuasa-an (al-jah) memang acap kali meninabobokan manusia, se-hingga dia bebal untuk meng-ingat kematian. Itulah sebabnya mengapa banyak guru spiritual mewanti-wanti agar seseorang tidak tersandung dalam jebakan ini. Bahwa, kekuasaan juga meru-pakan wahana bagi sang ham-ba untuk lebih banyak beramal saleh memang benar. Tapi, banyak tokoh politik dan pe-mimpin terkapar di dalamnya adalah fakta yg sulit dibantah, sehingga dia terpasung dalam janji-janji muluk yg diikrarkan-nya sendiri dan sifat amanah pun menjadi jauh sekali. Sosok Iyas bin Qatadah seba-gai pemimpin, moga bisa meng-inspirasi para tokoh politik kita, sehingga akhir hidupnya sung-guh memesona, ia sukses dlm menjalin hubungan dengan se-sama dan Rabb-nya.

Sinyal-Sinyal Kematian Hikmah Republika Online Kamis, 21 Agustus 2014