3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi,...

161
i PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM REGIONAL, DAN KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi Oleh: Dias Widya Ningtyas (131324041) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 09-Sep-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

i

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM REGIONAL, DAN

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2014

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Dias Widya Ningtyas (131324041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugerah, dan penyertaan-Nya sehingga

skripsi ini bisa diselesaikan.

Kedua orangtuaku Bapak Pardiman dan Ibu Widiastuti Sri Rahayu yang telah

banyak memberikan doa dan dukungan dari awal kuliah hingga selesai.

Adikku Dimas Widi Laksono yang selalu memberikan doa dan semangat

dalam kuliah.

Sahabat-sahabatku Ninda, Karini, Putri Maharani, Shella, Hasni, Nia, Fena

yang selalu memberikan dukungan dan semangat dari awal kuliah dan

menyelesaikan skripsi.

Seluruh teman-teman angkatan Pendidikan Ekonomi 2013.

Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

v

MOTTO

“Serahkanlah segala kekuatiran mu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara

kamu”

(1 Petrus 5:7)

“Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku”

(Filipi 4:13)

“Kegagalan hanya akan terjadi jika kita menyerah”

(Lessing)

“Hidup ini bagai skripsi, ada banyak bab yang mengharuskan untuk direvisi walau

terkadang menguras emosi dan juga energi tetapi akan berakhir dengan pasti bagi

mereka yang sabar dan mampu melewati”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juni 2017

Penulis

Dias Widya Ningtyas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama: Dias Widya Ningtyas

Nomor Mahasiswa: 131324041

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Juni 2017

Yang menyatakan

Dias Widya Ningtyas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

viii

ABSTRAK

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,PENGANGGURAN, UPAHMINIMUM REGIONAL, DAN

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAPTINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2014

Dias Widya NingtyasUniversitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: 1) pengaruhpertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014;2) pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; 3) pengaruh upah minimum regional terhadap tingkat kemiskinan diIndonesia tahun 1997-2014; dan 4) pengaruh ketimpangan distribusi pendapatanterhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Penelitian ini merupakan confirmatory study. Pengumpulan data denganteknik dokumentasi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), danKementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Data dalampenelitian ini merupakan data sekunder. Data yang digunakan berupa data runtutwaktu (time series) dengan rentang waktu 17 tahun. Teknik analisis data yangdigunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) pertumbuhan ekonomiberpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; 2)pengangguran tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun1997-2014; 3) upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap tingkatkemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; dan 4) ketimpangan distribusipendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun1997-2014.

Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, ketimpangandistribusi pendapatan, dan tingkat kemiskinan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, UNEMPLOYMENT,REGIONAL MINIMUM WAGE, AND UNEQUALDISTRIBUTION OF INCOME IN INDONESIAN

DURING 1997 - 2014

Dias Widya NingtyasUniversitas Sanata Dharma

2017

The aim of this research was to examine and analyze: 1) the effect ofeconomic growth on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; 2) theeffect of unemployment on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; 3)the effect of regional minimum wage on the level of poverty in Indonesian during1997-2014; and 4) the effect of unequal distribution of income on the level ofpoverty in Indonesian during 1997-2014.

This reseach is confirmatory study. The data collection method wasdocumentation which provided by Central Bureau of Statistics and Ministry ofManpower and Transmigration. The data in this research was secondary data.The data was time series with a span of 17 years. The data was analyzed usingMultiple Linier Regresion Technique.

The Data analysis results shows that: 1) the economic growth has anegative effect on the level of poverty in Indonesia during 1997-2014; 2) theunemployment has no effect on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; 3) the regional minimum wage has a negative effect on the level of povertyin Indonesian during 1997-2014; and 4) the unequal distribution of income has anegative effect on the level of poverty in Indonesia during 1997-2014.

Keywords: economic growth, unemployment, regional minimum wage, unequaldistribution of income, and poverty level.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

kasih, anugerah, dan penyertaan-Nya yang sempurna sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugrah, dan penyertaan-Nya sehingga

skripsi ini bisa diselesaikan.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Sosial Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan dukungan dan pengarahan

kepada penulis selama kuliah.

5. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing, memberikan dukungan, dan meluangkan banyak waktu

untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xi

6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah sabar

membimbing penulis sehingga ujian bisa terselesaikan dengan baik.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan

tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah

membantu kelancaran proses belajar selama ini.

9. Kedua orang tuaku, Bapak Pardiman dan Ibu Widiastuti Sri Rahayu yang

selalu mendoakan, memberikan dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.

10. Adikku tersayang, Dimas Widi Laksono yang selalu memberi semangat

selama kuliah.

11. Seluruh teman-teman angkatan Pendidikan Ekonomi 2013.

Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh Karena itu, dengan rendah hati, penulis memohon kritik dan

saran untuk karya yang lebih baik.

Yogyakarta, 15 Juni 2017

Dias Widya Ningtyas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xiii

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9 E. Variabel dan Definisi Operasional ....................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11

A. Kemiskinan .......................................................................................... 11 1. Definisi Kemiskinan ...................................................................... 11 2. Penyebab Kemiskinan .................................................................... 15 3. Ukuran Kemiskinan ....................................................................... 17 4. Kebijakan Untuk Mengurangi Kemiskinan ................................... 23

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan ................................ 25 1. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 25 2. Pengangguran ................................................................................. 26 3. Upah Minimum .............................................................................. 27 4. Ketimpangan Distribusi Pendapatan .............................................. 27

C. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................... 28 1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 28 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 29 3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 42 4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan .............. 44

D. Pengangguran ....................................................................................... 47 1. Definisi Pengangguran ................................................................... 47 2. Macam-Macam Pengangguran ...................................................... 49 3. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian .......................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xiv

4. Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan ............................ 53 E. Upah Minimum .................................................................................... 54

1. Definisi Upah Minimum ................................................................ 54 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah ....................... 57 3. Tujuan Upah Minimum .................................................................. 60 4. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Kemiskinan ......................... 61

F. Ketimpangan Distribusi Pendapatan .................................................... 62 1. Definisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan ................................ 62 2. Penyebab Ketimpangan Distribusi Pendapatan ............................. 64 3. Ukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan ................................. 65 4. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap

Kemiskinan .................................................................................... 68 G. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 72 H. Kerangka Berpikir ................................................................................ 73 I. Hipotesis .............................................................................................. 76

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 77 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 77 B. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 77

1. Jenis Data ....................................................................................... 77 2. Sumber Data ................................................................................... 78

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 78 D. Teknik Analisis Data ............................................................................ 78

1. Uji Prasyarat ................................................................................... 79 a. Uji Normalitas .......................................................................... 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xv

b. Uji Linearitas ........................................................................... 80 2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 81

a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 81 b. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 81 c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 82

3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 82 a. Uji Keterandalan Model (Uji F) ............................................... 83 b. Uji Koefisien Regresi .............................................................. 84 c. Koefisien Determinasi ............................................................. 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 87 A. Deskripsi Data ...................................................................................... 87 B. Analisis Data ........................................................................................ 101

1. Uji Prasyarat ................................................................................... 101 a. Uji Normalitas .......................................................................... 101 b. Uji Linearitas ........................................................................... 103

2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 104 a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 104 b. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 106 c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 109

3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 110 a. Uji Keterandalan Model (Uji F) ............................................... 110 b. Uji Koefisien Regresi .............................................................. 111 c. Koefisien Determinasi ............................................................ 115

C. Pembahasan .......................................................................................... 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xvi

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 125

A. Kesimpulan .......................................................................................... 125 B. Saran .................................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130 LAMPIRAN .................................................................................................. 134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Tingkat Kemiskinan Negara Asia ........................................... 2

Tabel 2.1 Batas Kemiskinan Kota Dan Desa.................................................... 22

Tabel 3.1 Durbin Watson.................................................................................. 82

Tabel 4.1 Deskripsi Data Penelitian.................................................................. 87

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas.............................................................. 102

Tabel 4.3 Hasil Uji Linearitas........................................................................... 103

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas............................................................... 104

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas............................................................ 107

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi...................................................................... 109

Tabel 4.7 Hasil Uji Keterandalan Model (Uji F).............................................. 110

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi ............................................................. 112

Tabel 4.9 Koefisien Determinasi...................................................................... 115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan........................................................ 17

Gambar 2.2 Fungsi Produksi Harrod-Domar.................................................... 38

Gambar 2.3 Kurva Lorenz................................................................................ 66

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir......................................................................... 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xxiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1997-2014..................... 89

Grafik 4.2 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 1997-2014.... 92

Grafik 4.3 Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1997-2014.................. 95

Grafik 4.4 Tingkat Upah Minimum Di Indonesia Tahun 1997-2014............... 98

Grafik 4.5 Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Indonesia Tahun

1997-2014......................................................................................................... 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian.............................................................................. 134

Lampiran 2 Uji Normalitas............................................................................... 135

Lampiran 3 Uji Linearitas................................................................................. 136

Lampiran 4 Uji Multikolinearitas..................................................................... 137

Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas.................................................................. 138

Lampiran 6 Uji Autokorelasi............................................................................ 139

Lampiran 7 Uji Keterandalan Model (Uji F).................................................... 140

Lampiran 8 Uji Koefisien Regresi ................................................................... 141

Lampiran 9 Koefisien Determinasi................................................................... 141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan hal yang selalu dibicarakan dan

dilaksanakan oleh semua negara, tidak terkecuali negara Indonesia. Tujuan

pembangunan nasional salah satunya adalah mensejahterakan rakyatnya. Menurut

Badan Pusat Statistika (BPS) 2017 kesejahteraan rakyat merupakan kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial penduduk negara agar dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosial dan ekonominya. Kesejahteraan rakyat di Indonesia dapat

digambarkan salah satunya berdasarkan tingkat kemiskinan penduduk di

Indonesia.

Studi Bank Pembangunan Asia (ADB) mengungkapkan, pada 2009 jumlah

masyarakat miskin mencapai 40,4 juta, dan pada 2011 tercatat naik 43,1 juta

penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia dalam tiga tahun terakhir

melonjak 2,7 juta jiwa. Lonjakan ini lebih besar dibanding negara lain di kawasan

Asia Tenggara. Standar kemiskinan yang digunakan ADB adalah penghasilan

dibawah 1,25 dolar sehari atau setara dengan Rp 16.625. Dibandingkan dengan

negara tetangga di Asia Tenggara, peningkatan angka kemiskinan Indonesia

merupakan yang terbesar. Indonesia kalah dari Thailand, Vietnam, dan Malaysia

yang memiliki karakteristik dan kesamaan dengan Indonesia yaitu memiliki masa

waktu merdeka yang cukup lama, pernah mengalami krisis ekonomi hebat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

2

juga kondisi alam yang melimpah. Kenyataanya Indonesia memiliki tingkat

kemiskinan terbesar diantara Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Adapun data

mengenai kemiskinan di negara-negara Asia disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Data Tingkat Kemiskinan Negara Asia

Negara Tahun 2015 (%) Myanmar 25,6

Laos 23,2 Filiphina 21,6 Kamboja 14 Indonesia 10,9 Thailand 10,5 Vietnam 7 Malaysia 0,6

Sumber: Asean Development Bank, 2017.

Kemiskinan merupakan isu sentral bagi setiap negara di dunia, khususnya

bagi negara berkembang, berbagai macam program untuk mengentaskan

kemiskinan telah dilakukan pemerintah Indonesia namun belum membuahkan

hasil yang memuaskan. Mulai tahun 1970-an dimana strategi pembangunan pada

masa orde Soeharto yaitu “Pertumbuhan dengan Pemerataan“ dengan bertumpu

pada Trilogi Pembangunan yaitu stabilitas nasional yang mantap dan dinamis

dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan

pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana industri dijadikan

sebagai tulang punggung perekonomian yang didukung oleh pertanian yang

tangguh, yang menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat (Gilarso, 2004:

340). Pada masa Susilo Bambang Yudhoyono strategi penanggulangan

kemiskinan juga dilakukan dengan cara penyediaan beras untuk masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

3

miskin (Raskin), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemberdayaan usaha

mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan penyediaan kredit usaha rakyat

(KUR) (Kuncoro, 2013:209), Hingga saat ini pun strategi pembangunan juga

terus ditingkatkan guna mengurangi kemiskinan seperti adanya tiga program,

yakni dikenal dengan “Kartu Indonesia Pintar”, “Kartu Indonesia Sehat”, dan

“Kartu Keluarga Sejahtera” (Tambunan, 2015:146). Namun kenyataannya

tingkat kemiskinan di Indonesia berfluktuatif yaitu sebesar 11,20 persen dari total

penduduk di Indonesia.

Kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu

mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan

minimal dari standar hidup tertentu. Menurut BPS 2017 kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk

miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan

dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan

(GKNM). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran

kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori

perkapita sehari. Sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah

kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Dilansir dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K), Krisis Ekonomi tahun 1997 memberikan hantaman yang besar

terhadap perekonomian nasional, termasuk meningkatnya angka kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

4

masyarakat yang naik menjadi 49,50 juta jiwa atau sekitar 24,23 % dari jumlah

penduduk Indonesia, dari hanya 34,01 juta jiwa (17,47 %) pada tahun

sebelumnya. Ditambah dengan adanya perbedaan yang tidak sebanding antara

total penduduk usia produktif yang siap bekerja dengan lapangan kerja yang

tersedia mengakibatkan banyak usia produktif yang menganggur. Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistik pada 2015 terdapat 122,4 juta jiwa merupakan

angkatan kerja tetapi hanya 114,8 juta jiwa yang bekerja sisanya sebesar 7,6 juta

jiwa menganggur. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang jatuh kedalam

kemiskinan karena dengan tidak bekerja ia tidak akan mendapatkan penghasilan

untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Fenomena kemiskinan yang dapat

kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari angka gizi buruk pada bayi dan

balita di Blitar yang terus meningkat mencapai ratusan jiwa serta kriminalitas

tahun 2016 terjadi perampokan di Pulomas hingga menyebabkan beberapa

korban meninggal dunia.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi

yang terjadi dari tahun ke tahun yang dapat dilihat dengan membandingkan

pendapatan nasional dari tahun ke tahun (Arsyad, 2004:15). Suatu perekonomian

dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan

ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya

pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi karena semakin

meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin

meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

5

semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh

pekerja. Pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan memiliki hubungan yang

negatif karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan

akan semakin berkurang dikarenakan adanya produktivitas pekerja dan upah

yang didapatkan lebih tinggi sesuai dengan barang atau jasa yang dihasilkan

sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari

kemiskinan.

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan

kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di negara

berkembang khususnya Indonesia menjadi masalah yang semakin serius. Hasil

suatu studi menunjukkan sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di negara

berkembang bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh (underutilized) sehingga

individu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan

pendapatan yang tidak menentu sesuai dengan adanya pekerjaan yang akan

dilakukan. Pengangguran dan kemiskinan memiliki hubungan yang positif karena

pengangguran akan menyebabkan tingkat pendapatan dan tingkat kemakmuran

masyarakat tidak maksimal dan mereka selalu berada diantara kelompok yang

sangat miskin (Arsyad, 2004:289).

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 17 tahun

2005 (Per-17/Men/VIII/2005) tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan

Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL), dimana KHL merupakan standar

kebutuhan yang harus dipenuhi seorang pekerja atau buruh lajang untuk dapat

hidup layak, baik fisik, non fisik, dan sosial selama satu bulan. Seorang pekerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

6

dianggap hidup layak jika upahnya mampu memenuhi kebutuhan 3000 kalori per

hari. Oleh karena itu, KHL menjadi salah satu pertimbangan dalam penetapan

upah minimum. Ada 7 komponen KHL yang selalu dihitung, yaitu makanan dan

minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi,

serta tabungan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :

Per-01/Men/1999, tentang upah minimum, dimana upah minimum adalah upah

bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap

dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun

pencapaian prestasi tertentu. Kebijakan penetapan upah minimum oleh

pemerintah adalah kebijakan yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring

pengaman terhadap pekerja atau buruh agar tidak dieksploitasi dalam bekerja dan

mendapatkan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL). Ada

hubungan yang negatif antara upah minimum dengan kemiskinan karena jika

upah minimum yang diberikan kepada pekerja dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimum, maka kesejahteraan pekerja meningkat dan terhindar

dari garis kemiskinan.

Sebagai suatu negara yang terdiri dari ribuan pulau, perbedaan karakteristik

wilayah adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia.

Karakteristik wilayah mempunyai pengaruh yang kuat pada terciptanya pola

pembangunan ekonomi, sehingga suatu kewajaran bila pola pembangunan

ekonomi di Indonesia tidak seragam. Ketidakseragaman ini berpengaruh pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

7

kemampuan untuk tumbuh yang pada gilirannya mengakibatkan beberapa

wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah yang lainnya tumbuh

lambat. Kemampuan tumbuh ini kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan

baik pembangunan maupun pendapatan antar daerah.

Ketimpangan distribusi pendapatan mendeskripsikan mengenai jurang

antara mereka yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan

rendah). Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk mengukur

ketimpangan pendapatan, yaitu Indeks Gini dan kriteria Bank Dunia. Kriteria

Indeks Gini mendasarkan pada nilai dari Indeks Gini yang berkisar antara 0

sampai 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh pendapatan terbagi secara merata

untuk seluruh unit masyarakat (perfect equality), sedangkan nilai 1 berarti

seluruh pendapatan hanya dimiliki oleh satu unit pada keseluruhan distribusi

(perfect inequality), sedangkan pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan

menurut kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas

pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah.

Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan sebagai berikut: (a) tinggi, bila

40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12% bagian

pendapatan, (b) sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima

12 hingga 17% bagian pendapatan, (c) rendah, bila 40% penduduk

berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17% bagian pendapatan (Kuncoro,

2006:139-141). Masalah ketimpangan sering memicu kemiskinan di Indonesia

karena mereka yang kaya cenderung akan semakin kaya dan mereka yang miskin

akan terus semakin miskin. Adanya perbedaan pendapatan yang ekstrim ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

8

membuat kelompok miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jadi dapat

dikatakan bahwa ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang positif

dengan kemiskinan, karena semakin ada jarak antara individu kaya dan individu

miskin dan mereka yang berada di dalam kelompok miskin akan semakin

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan akan lebih mudah untuk masuk

kedalam garis kemiskinan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997-2014?

2. Apakah pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

tahun 1997-2014?

3. Apakah upah minimum regional berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997-2014?

4. Apakah ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengangguran terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh upah minimum regional terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

9

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, minimal

menguji teori-teori ekonomi yang berkaitan dengan pengaruh tingkat

pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan

distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

2. Kegunaan praktis

Secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui temuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pemerintah sebagai pembuat kebijakan ekonomi makro. Pemerintah

mendapatkan informasi yang memadai dalam rangka mengurangi tingkat

kemiskinan.

b. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan

dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.

c. Bagi Fakultas

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan perbandingan

bagi pembaca yang sedang melaksanakan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

10

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melaksanakan

penelitian serupa maupun lanjutan di bidang kemiskinan.

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Tingkat kemiskinan (Y): persentase orang yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidup minimum di Indonesia.

2. Pertumbuhan ekonomi (X1): persentase tingkat Produk Domestik Bruto

(PDB) di Indonesia.

3. Pengangguran (X2): persentase jumlah orang yang termasuk ke dalam

angkatan kerja, tetapi tidak mempunyai pekerjaan atau sedang mencari

pekerjaan.

4. Upah minimum (X3): jumlah uang minimal yang diterima dari pekerja dari

para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga para pekerja yang digunakan

dalam proses produksi dalam satu bulan.

5. Ketimpangan distribusi pendapatan (X4): indeks merata atau timpangnya hasil

pembangunan suatu negara di kalangan penduduk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemiskinan

1. Definisi Kemiskinan

Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs)

merupakan pernyataan dan komitmen perserikatan bangsa-bangsa yang bertujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Deklarasi tersebut tertuang ke dalam 8

butir tujuan yang dicapai pada tahun 2015 meliputi, mengentaskan kemiskinan

dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan

gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,

meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit

menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, mengembangkan

kemitraan global untuk pembangunan (Kuncoro, 2013:216-218).

Bagi Indonesia dan negara-negara yang sedang berkembang (NSB), tujuan

Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) digunakan

sebagai acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan program pembangunan.

Pemerintah Indonesia pun telah melaksanakan program pembangunan nasional

yang mengacu pada MDGs. Hal itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional 2005 – 2025 yang dilakukan secara lima periode tahunan guna

mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs setiap tahunnya. Untuk

mempercepat pencapaian MDGs, tidak hanya dari pihak pemerintah saja tetapi

diperlukan juga kontribusi organisasi masyarakat dan sektor swasta yang berperan

penting didalamnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

12

Tujuan utama MDGs adalah komitmen mengentaskan kemiskinan dan

kelaparan. Kemiskinan mempunyai pengertian yang beragam. Setiawan

(Winanendra, 2014:16) membedakan kemiskinan dalam tiga tingkatan yaitu:

a. Destitute, merupakan kelompok yang paling miskin atau fakir miskin sehingga

memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tidak memiliki sumber

pendapatan sama sekali, serta tidak memiliki akses terhadap berbagai

pelayanan sosial.

b. Poor Group, merupakan kelompok miskin yang memiliki pendapatan di

bawah garis kemiskinan tetapi relatif masih memiliki sumber pendapatan dan

memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar.

c. Near Poor, merupakan kelompok yang hampir miskin, sehingga kelompok ini

rentan terhadap berbagai gejolak ekonomi dan sosial yang dapat menggeser

mereka dari status rentan menjadi miskin bahkan fakir miskin bila tidak

terdapat bantuan sosial.

Andre Bayo Ala (Arsyad, 2004:237) mengemukakan bahwa kemiskinan

bersifat multi dimensional. Artinya, kebutuhan manusia yang bermacam-macam

berarti kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum,

maka kemiskinan meliputi aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial

dan politik, pengetahuan, serta keterampilan, sedangkan aspek sekunder meliputi

miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Semua

aspek tersebut akan berdampak pada kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat,

perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

13

Dimensi-dimensi kemiskinan itu adalah saling berkaitan, baik secara

langsung maupun tak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada

salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek

lainnya. Aspek lainnya dalam kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu

adalah manusianya, baik secara individual maupun secara kolektif. Kita sering

mendengar istilah kemiskinan pedesaan, kemiskinan perkotaan, dan lain

sebagainya. Namun demikian, bukan berarti desa atau kota yang mengalami

kemiskinan, tetapi orang-orang atau penduduk (manusianya) yang mengalami

miskin (Arsyad, 2004-237).

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan

tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan

dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap

ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya

sendiri (Suryawati, 2005:122). Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

1) Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang yang memiliki pendapatan di

bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan,

sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan

untuk bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemiskinan absolut dimana seseorang tersebut memiliki pendapatan di

bawah garis kemiskinan.

2) Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan

yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan

ketimpangan pada pendapatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

14

3) Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau

masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha

memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada

bantuan dari pihak luar.

4) Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses

terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial

politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali

menyebabkan suburnya kemiskinan.

Menurut Chriswardani Suryawati (2005:122) kemiskinan dapat juga

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a) Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan

prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

b) Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau

pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya,

sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.

Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin yaitu, (1) rata-rata tidak mempunyai

faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan, (2)

mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, (3) kebanyakan bekerja atau

berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur,

atau menganggur, (4) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu

perkotaan, (5) kurangnya kesempatan untuk memperoleh bahan kebutuhan pokok,

pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan,

fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya (Suryawati, 2005:123).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

15

2. Penyebab Kemiskinan

Menurut Paul Spicker (Jundi, 2014:26), penyebab kemiskinan dapat dibagi

menjadi empat, antara lain:

a. Individual Explanation, kemiskinan yang terjadi karena karakteristik orang

miskin itu sendiri, seperti malas, pilihan yang salah, gagal dalam bekerja,

cacat bawaan, belum siap memiliki anak, dan lain sebagainya.

b. Familiar Explanation, kemiskinan yang terjadi karena faktor keturunan,

dimana antar generasi ke generasi terjadi ketidakberuntungan secara terus

menerus, sehingga tidak mampu memperoleh pendidikan yang seharusnya

mampu untuk mengeluarkan dari jerat kemiskinan yang ada.

c. Substructural Explanation, kemiskinan yang terjadi karena adanya anggapan

bahwa kemiskinan sebagai produk dari masyarakat, sehingga menciptakan

adanya ketidakseimbangan dan ketimpangan sosial dengan membedakan

status dan hak.

World Bank 2003 (Winanendra, 2014:18-19), penyebab dasar kemiskinan

adalah:

a. Kegagalan pemerintah terutama tanah dan modal.

b. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana, dan prasarana.

c. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor.

d. Adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang

kurang mendukung.

e. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor

ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

16

f. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat.

g. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola

sumber daya alam dan lingkungannya.

h. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance).

i. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan

lingkungan.

Sharp, dkk (Kuncoro, 2006:120) mengidentifikasikan penyebab kemiskinan

dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena

adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan

distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki

sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan

muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas

sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitas rendah, yang pada

gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena

rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau

karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam

modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan

kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan,

ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya

produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan

yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya

tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

17

seterusnya. Teori ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse yang mengatakan a poor

country is poor because it is poor (negara itu miskin karena dia miskin).

Gambar 2.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan

Ketidaksempurnaan pasar,

Keterbelakangan,

Ketertinggalan

Kekurangan Modal

Investasi Rendah

Produktivitas Rendah

Tabungan Rendah Pendapatan Rendah

Sumber: Ragnar Nurske dalam Kuncoro (2006:120).

3. Ukuran Kemiskinan

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis

kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis

kemiskinan, semakin tinggi pula penduduk yang tergolong sebagai penduduk

miskin (Kuncoro, 2013:195). Batas garis kemiskinan yang di gunakan setiap

negara berbeda-beda karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan

hidup. BPS Indonesia menggunakan batas kemiskinan dilihat dari besarnya rupiah

yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum

makanan dan bukan makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan

patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

18

makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan

jasa.

BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)

untuk mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk

miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan

di bawah garis kemiskinan.

Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) diukur dengan

menggunakan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk

miskin. Garis Kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM adalah

nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100

kilo kalori perkapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili

oleh 53 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, daging, telur, dan susu,

sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).

Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,

pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili

oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan jenis komoditi di perdesaan.

Rumus perhitungan Garis Kemiskinan (BPS) adalah:

GK = GKM + GKNM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

19

Keterangan:

GK = Garis Kemiskinan

GKM = Garis Kemiskinan Makanan

GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan

GK merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100

kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan bukan makanan. BPS menggunakan

batas garis kemiskinan setara dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari yang

akan disetarakan dengan rupiah. Selanjutnya, 2.100 kilokalori per kapita per hari

akan disetarakan dengan rupiah ketika pengukuran kemiskinan dilakukan di tiap

daerah atau provinsi dengan menyesuaikan harga yang berlaku pada suatu daerah

atau provinsi tersebut. Sehingga garis kemiskinan di satu daerah dengan daerah

lainnya akan berbeda.

Teknik penghitungan GKM

a. Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference

population) yaitu 20 persen penduduk yang berada di Garis Kemiskinan

Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk

kelas marjinal. GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang di-

inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian

dihitung GKM dan GKNM. GKM adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52

komoditi dasar makanan yang riil di konsumsi penduduk referensi yang

kemudian disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Patokan ini

mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

20

pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung

harga rata-rata kalori ke 52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam

menghitung GKM adalah:

Keterangan:

GKMj = Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi

2.100 kilokalori).

Pjk = Harga komoditi k di daerah j.

Qjk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j.

J = Daerah (perkotaan atau pedesaan).

b. Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2.100 kilokalori dengan

mengalikan 2.100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j

dari penduduk referensi, sehingga:

Keterangan:

Kjk = Kalori dari komoditi k di daerah j.

HKj = Harga rata-rata kalori di daerah j.

Keterangan:

Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan

energi setara dengan 2.100 kilokalori/kapita/hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

21

c. GKNM merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-

komoditi non makanan yang terpilih yang meliputi perumahan, sandang,

pendidikan, dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan

mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun

disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode

sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 25 sub

kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan. Nilai kebutuhan minimum per

komoditi atau sub kelompok non makanan dihitung dengan menggunakan

suatu rasio pengeluaran komoditi atau sub kelompok tersebut terhadap total

pengeluaran komoditi atau sub kelompok yang tercatat dalam data Susenas

modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari Survei Paket Komoditi

Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk mengumpulkan

data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non makanan yang

lebih rinci dibanding dengan data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan

minimum non makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai

berikut:

Keterangan:

NFp = Pengeluaran Minimum non makanan atau garis kemiskinan non

makanan daerah p (GKNMp).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

22

Vi = Nilai pengeluaran per komoditi atau sub kelompok non makanan daerah

p (dari Susenas modul konsumsi).

ri = Rasio pengeluaran komoditi atau sub kelompok non makanan menurut

daerah (hasil SPPKD 2004).

i = Jenis komoditi non makanan terpilih di daerah p.

p = Daerah (perkotaan atau pedesaan).

Sajogyo (Arsyad, 2004:240) mengemukakan bahwa tingkat konsumsi beras

per kapita juga dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan. Untuk daerah

pedesaan, penduduk dengan konsumsi beras kurang dari 240 kg per kapita per

tahun digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan adalah 360

kg per kapita per tahun.

Tabel 2.1: Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg)

Batas Kemiskinan Perdesaan Perkotaan

Melarat 180 kg 270 kg

Sangat Miskin 240 kg 360 kg

Miskin 320 kg 480 kg

Sedangkan menurut Tambunan (2015:110) besar kecilnya kemiskinan

disuatu wilayah bisa dilihat atau diketahui dengan memakai sejumlah alat ukur

yang umum disebut sebagai indikator-indikator kemiskinan, yaitu: pendapatan

atau konsumsi per minggu/bulan/tahun, aset, total kekayaan, makanan yang di

konsumsi, tempat tinggal, pendidikan formal, infrastruktur dasar rumah tangga,

dan kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

23

4. Kebijakan Dalam Mengurangi Kemiskinan

Menurut Arsyad (2004: 242), ada beberapa strategi atau kebijakan dalam

mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut:

a. Pembangunan Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi dari

pengurangan kemiskinan di Indonesia. Aspek dari pembangunan pertanian

yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan

kemiskinan khususnya pedesaan. Kontribusi terbesar bagi peningkatan

pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan perdesaan dihasilkan dari

adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembangunan

irigasi. Kontribusi lainnya adalah dari program pemerintah untuk

meningkatkan produksi tanaman keras. Misalnya petani di luar jawa dibantu

untuk menanam karet, kelapa, dan sawit dan akhirnya pembangunan luar Jawa

juga berperan mengurangi kemiskinan di Jawa melalui pembangunan

pertanian di daerah-daerah transmigrasi.

b. Pembangunan Sumber Daya Manusia

Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan,

kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam strategi

pemerintah secara keseluruhan untuk mengurangi kemiskinan dan

memperbaiki kesejahteraan penduduk Indonesia. Perluasan ruang lingkup dan

kualitas dari pelayanan-pelayanan pokok tersebut membutuhkan investasi

modal yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas golongan miskin

tersebut. Pelayanan-pelayanan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

24

sampah, perumahan, dan lain-lainnya yang penting bagi golongan miskin.

Tanpa kemajuan dan perbaikan akses golongan miskin terhadap pelayanan-

pelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap pelayanan sosial, seperti

pendidikan dan kesehatan bisa terganggu.

c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

LSM bisa memainkan peran yang lebih besar didalam perancangan dan

implementasi program pengurangan kemiskinan karena fleksibilitas dan

pengetahuan mereka tentang komunitas yang dibina, LSM ini untuk beberapa

hal bisa menjangkau golongan miskin secara lebih efektif ketimbang program-

program pemerintah. Keterlibatan LSM ini dapat meringankan biaya finansial

dan staf dalam pengimplementasian program padat karya untuk mengurangi

kemiskinan.

Menurut Gregory Mankiw (2006:550), kebijakan untuk mengurangi tingkat

kemiskinan yaitu melalui upah minimum dan tunjangan. Pertama, dengan adanya

aturan yang menentukan upah minimum yang harus dibayarkan oleh para majikan

kepada para pekerjanya adalah sebuah cara menolong para pekerja yang miskin

tanpa membebankan biaya apapun untuk pemerintah. Kedua, tunjangan sosial

merupakan alternatif untuk mengurangi tingkat kemiskinan, untuk meningkatkan

standar hidup kaum miskin adalah pemerintah yang menambah pendapatan

mereka berupa tunjangan sosial. Tunjangan sosial adalah sebuah istilah yang

mencakup berbagai program pemerintah. Misalnya di Amerika Serikat ada sebuah

program pemerintah yaitu Temporary Assistance For Needy Families (TANS)

yang merupakan program untuk membantu keluarga yang memiliki anak-anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

25

tetapi tidak ada orang dewasa yang dapat menyokong keluarga. Bantuan ini

diberikan kepada keluarga yang tidak memiliki ayah, dengan ibu yang

membesarkan anak-anaknya yang masih kecil. Program tunjangan lainnya adalah

Supplemental Security Income (SSI), yang menyediakan bantuan untuk kaum

miskin yang sakit atau cacat. Seseorang yang miskin tidak dapat memperoleh

bantuan hanya karena pendapatannya rendah tetapi ia juga memiliki beberapa

kebutuhan tambahan, seperti menanggung anak kecil atau cacat.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam

jangka panjang. Perhatian tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output per

kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses secara

berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan nasional maupun pendapatan daerah dalam jangka panjang

(Boediono, 1998:1). Dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi berarti

adanya kenaikan dalam kegiatan ekonomi dibanding sebelumnya. Dengan adanya

pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi karena semakin meningkatnya

pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah

barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga semakin tinggi pula

produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh pekerja. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

26

hubungan yang signifikan dan negatif, karena semakin tinggi pertumbuhan

ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang dikarenakan adanya

produktivitas pekerja dan upah yang didapatkan lebih tinggi sesuai dengan barang

atau jasa yang dihasilkan sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

dan terhindar dari kemiskinan.

Simon Kuznet (Yudha, 2013:21), Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat

penting untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, walaupun pertumbuhan

ekonomi tidak bisa berdiri sendiri untuk mengentaskan kemiskinan, tetap

pertumbuhan ekonomi menjadi faktor utama untuk mengentaskan kemiskinan.

2. Pengangguran

Pengangguran merupakan mereka yang sedang mencari pekerjaan, atau

mereka yang mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan

karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (Kuncoro, 2013:64).

Adanya tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan

lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB

menjadi semakin serius. Tenaga kerja yang tidak bekerja secara penuh

(underutilization) memiliki berbagai bentuk, seperti underemployment dan

pengangguran tersembunyi (hidden unemployment). Hasil studi ditunjukkan

bahwa 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa dikatakan tidak bekerja

secara penuh (Arsyad, 2004:288).

Ada hubungan yang erat antara tingginya tingkat pengangguran dengan

tingkat kemiskinan, karena apabila angkatan kerja tidak bekerja secara maksimal

(underutilization), maka produktivitas yang dimiliki juga tidak digunakan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

27

maksimal, dampaknya mereka tidak akan mendapatkan upah yang maksimal

sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

3. Upah Minimum Regional

Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang,

yang mencangkup bukan hanya komponen upah atau gaji, tetapi juga lembur dan

tunjangan-tunjangan yang diterima secara rutin atau reguler (tunjangan transport,

uang makan, dan tunjangan lainnya), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR),

tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat

tidak rutin dan tunjangan dalam bentuk natural (BPS, 2017). Ada hubungan yang

signifikan dan negatif antara upah minimum dengan kemiskinan karena jika upah

minimum yang diberikan kepada pekerja dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimum, maka kesejahteraan pekerja meningkat dan terhindar

dari kemiskinan.

4. Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya

pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy,

1996:53). Adanya perbedaan yang sangat ekstrim yaitu, jurang antara mereka

yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan rendah). Pengaruh

antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh

adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung

berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat

miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang

banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

28

semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau

kesejahteraan. Selain itu, salah satu penyebab dari kemiskinan adalah adanya

ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya akan

menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.

C. Pertumbuhan Ekonomi

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznetz (Jhingan, 2004:57) mendefinisikan pertumbuhan

ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.

Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga

komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari

meningkatnya secara terus menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju

merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat

pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada

penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan

adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan

mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output perkapita dalam

jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

29

mempengaruhi terjadinya proses pertumbuhan. Output perkapita adalah output

total dibagi dengan jumlah penduduk. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi

menurut para ahli, antara lain:

a. Teori Pertumbuhan Friedrich List

List dipandang sebagai pelopor yang meletakkan landasan bagi

pertumbuhan pemikiran ekonomi. Menurut List, sistem liberalisme yang

laissez-faire dapat menjamin alokasi sumberdaya secara optimal.

Perkembangan ekonomi tergantung pada peranan pemerintah, organisasi

swasta, dan lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi hanya akan

terjadi jika dalam masyarakat ada kebebasan dalam organisasi politik dan

kebebasan perorangan. List juga menegaskan bahwa negara dan pemerintah

harus melindungi kepentingan golongan lemah diantara masyarakat. Dengan

pendekatan berdasarkan cara produksinya, perkembangan ekonomi dibagi

menjadi lima tahap, yaitu tahap primitif, beternak, pertanian, industri

pengolahan (manufacturing), industri pengolahan, serta perdagangan. Menurut

teori ini, masyarakat akan tergerak dari masyarakat yang primitif menjadi

masyarakat berdagang dan didorong dengan pemerintah yang mendukung

kebebasan dalam berdagang sehingga masyarakat bisa memaksimalkan

sumberdaya yang ada untuk diolah menjadi sesuatu yang bernilai guna dan

dapat dijual. Dengan adanya perdagangan ini masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari karena mendapatkan hasil dalam tahap

perdagangan ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

30

b. Teori Pertumbuhan Rostow

Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman

Rostow merupakan garda depan dari linear stage of growth theory. Teori

Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi

mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow

didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh negara-

negara maju terutama di Eropa. Rostow membagi proses pembangunan

ekonomi suatu negara menjadi lima tahap yaitu:

1) Tahap perekonomian tradisional

Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat

subsisten. Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat

terbatas. Dalam perekonomian semacam ini sektor pertanian memegang

peranan penting. Masih rendahnya pemanfaatan teknologi dalam proses

produksi menyebabkan barang-barang yang diproduksi sebagian besar

adalah komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya. Struktur sosial

kemasyarakatan dalam sistem masyarakat lebih berjenjang, kemampuan

penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh hubungan

darah.

2) Prakondisi tinggal landas

Tahap kedua dari proses pertumbuhan Rostow ini pada dasarnya

merupakan proses transisi dimana prasyarat-prasyarat pertumbuhan

swadaya dibangun atau diciptakan manusia-manusia baru dengan

semangat baru yang mau bekerja keras muncul memasuki sektor ekonomi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

31

mereka bersedia mengambil resiko untuk mengejar keuntungan. Pada

tahap ini telah muncul perusahaan manufaktur yang menggunakan metode

baru, sehingga kegiatan mereka mengarah pada industrialisasi.

Industrialisasi dapat dipertahankan jika dipenuhi prasyarat sebagai berikut:

a) peningkatan investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama

prasarana transportasi, b) terjadi revolusi teknologi dibidang pertanian

untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk kota yang semakin

besar, c) perluasan impor, termasuk impor modal yang dibiayai oleh

produksi yang efisien dan pemasaran sumber alam untuk diekspor.

3) Tinggal Landas

Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam

keseluruhan proses pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Tinggal

landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan yaitu, a)

kenaikan laju investasi produktif antara 5-10% dari pendapatan nasional,

b) perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting

dengan pertumbuhan yang tinggi, c) kerangka politik, sosial, dan

institusional yang hadir begitu cepat yang menimbulkan hasrat ekspansi di

sektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong

pada pertumbuhan ekonomi.

4) Tahap menuju Kedewasaan

Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi

modern terhadap sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan

tahapan jangka panjang dimana produksi dilakukan secara swadaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

32

Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya beberapa sektor penting yang

baru. Pada saat negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat

tiga perubahan penting yang terjadi: a) tenaga kerja berubah dari tidak

terdidik menjadi terdidik, b) perubahan watak pengusaha dari pekerja

keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan, c)

masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan

lebih jauh.

5) Tahap konsumsi masa tinggi

Pada tahap ini akan ditandai dengan terjadinya migrasi secara besar-

besaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat

pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat kerja. Terdapat tiga

kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap

konsumsi besar-besaran ini, yaitu: a) penerapan kebijakan nasional guna

meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional, b)

ingin memiliki satu negara kesejahteraan dengan pemerataan pendapatan

nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan

sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja, c) keputusan untuk

membangun pusat perdagangan dan sektor penting seperti mobil, jaringan

rel kereta api, rumah murah, dan lain sebagainya. Dengan adanya tiga

kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap

konsumsi besar-besaran ini menggambarkan bahwa tingkat kemiskinan

pun akan mengalami penurunan karena salah satu ukuran kesejahteraan

suatu negara adalah tingkat kemiskinan yang semakin berkurang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

33

c. Teori pertumbuhan Adam Smith

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap

yang berurutan, yaitu dimulai dari masa berburu, beternak, bercocok tanam,

perdagangan, dan tahap perindustrian. Masyarakat akan bergerak dari

masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam

prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem

pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith

memandang pekerja sebagai salah satu input (masukan) merupakan titik

sentral pembahasan bagi proses produksi dengan adanya pembagian kerja,

dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja. Spesialisasi yang dilakukan

oleh tiap-tiap pelaku ekonomi tidak lepas dari faktor-faktor pendorong yaitu:

peningkatan keterampilan kerja dan penemuan mesin-mesin yang menghemat

tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap pembangunan ekonomi telah

menuju ke sistem perekonomian modern yang kapitalistik. Meningkatnya

kompleksitas aktivitas ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat,

mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi melakukan semua pekerjaan secara

mandiri, namun lebih ditekankan pada spesialisasi untuk menggeluti bidang

tertentu.

Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan

dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Dengan adanya

spesialisasi kerja akan menimbulkan peningkatan kinerja pada satu sektor

akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan

teknologi, dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

34

ekonomi semakin pesat. Apabila pertumbuhan ekonomi semakin pesat atau

meningkat artinya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan juga mengalami

peningkatan sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan

upah yang diterima oleh pekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

d. Teori pembangunan Karl Marx

Karl Marx membagi evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga,

yaitu feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Evolusi perkembangan

masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan yang dilaksanakan.

Masyarakat feodalisme mencerminkan kondisi dimana perekonomian yang

ada masih bersifat tradisional. Dalam tahap ini tuan tanah merupakan pelaku

ekonomi yang memiliki tawar menawar tertinggi terhadap pelaku ekonomi

lain. Perkembangan teknologi yang ada menyebabkan terjadinya pergeseran di

sektor ekonomi, dimana masyarakat yang semula agraris-feodal kemudian

beralih menjadi masyarakat industri yang kapitalis. Seperti halnya masa

feodal, pada masa kapitalisme ini para pengusaha merupakan pihak yang

memiliki tingkat posisi tawar menawar tertinggi relatif terhadap pihak lain

khususnya kaum buruh. Marx menyesuaikan asumsinya terhadap cara

pandang ekonom Klasik ketika itu dengan memandang buruh tidak memiliki

posisi tawar menawar sama sekali terhadap majikannya, yang merupakan

kaum kapitalis. Konsekuensi logis penggunaan asumsi dasar tersebut adalah

kemungkinan terjadinya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan para

pengusaha terhadap buruh. Disisi lain, pada masa itu pemupukan modal

kemudian menjadi kata kunci bagi upaya peningkatan pendapatan yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

35

besar dimasa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para

pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan

keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya

pada input modal yang bersifat pada kapital. Eksploitasi terhadap kaum buruh

dan peningkatan pengangguran terjadi akibat substitusi tenaga manusia

dengan input modal yang padat kapital, akhirnya akan menyebabkan revolusi

sosial yang dilakukan oleh kaum buruh. Fase ini merupakan tonggak baru bagi

munculnya suatu tatanan sosial alternatif disamping tata masyarakat kapitalis,

yaitu tata masyarakat sosialis.

Sepanjang teori pembangunan yang dikemukakannya, Marx selalu

mendasarkan argumennya pada asumsi bahwa masyarakat pada dasarnya

terbagi menjadi dua golongan, yaitu: masyarakat pemilik tanah dan

masyarakat bukan pemilik tanah, masyarakat pemilik modal dan masyarakat

bukan pemilik modal. Dengan argumennya tentang masyarakat pemilik modal

atau pemilik tanah yang memiliki posisi tawar menawar yang tinggi, maka

pemilik modal yang akan menginvestasikan modalnya dalam suatu industri

tertentu dengan harapan akan memperoleh keuntungan dan pemilik modal

akan mengakumulasikan modalnya dalam industri tersebut dengan cara

menambah produk yang dihasilkan sehingga yang terjadi adalah industri akan

lebih banyak membutuhkan buruh untuk dapat memproduksi barang tersebut

dan dampaknya akan lebih banyak buruh yang bekerja dan mendapatkan upah

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

36

e. Teori pertumbuhan Neo-Klasik (Sollow-Swan)

Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai

pertumbuhan ekonomi menurut pandangan klasik. Ekonom yang menjadi

perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow dan Trevor

Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan

penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi

modal) dan tingkat kemajuan teknologi, pandangan teori ini didasarkan pada

anggapan yang mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap

mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas

peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.

Perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk,

akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi (Arsyad 2004:62). Semakin

banyak pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi

akan semakin mempermudah dalam menghasilkan barang dan jasa semakin

banyak yang akhirnya memicu pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang

menggambarkan kemakmuran masyarakat negara tersebut sehingga

masyarakat terhindar dari kemiskinan.

f. Model pertumbuhan Harrod-Domar

Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes

mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori

ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa

tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang (steady growth).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

37

Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, yaitu:

1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan

barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara

penuh.

2) Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor

perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.

3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya

pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik 0.

4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)

besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output

ratio=COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-

output ratio=ICOR).

Dalam teori Harrod-Domar, fungsi produksinya berbentuk L karena

sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal

dan tenaga kerja tidak substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q1

diperlukan modal K1 dan tenaga kerja L1, dan apabila kombinasi berubah

maka tingkat output berubah. Untuk output Q2 hanya dapat diciptakan jika

stok modal sebesar K2. Artinya, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu

proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti

barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan, material) yang rusak. Tetapi

untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi-investasi baru

sebagai tambahan stok modal. Dengan adanya investasi baru maka akan

menambah modal yang ada untuk menghasilkan output yang lebih tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

38

Dalam menghasilkan output yang tinggi juga memerlukan tenaga kerja yang

lebih banyak berarti akan terjadi penyerapan tenaga kerja, dengan begitu

tenaga kerja tersebut akan mendapatkan upah sehingga terhindar dari

kemiskinan.

Gambar 2.2: Fungsi Produksi Harrod-Domar

Modal

K2 Q2

K1 Q1

0 Tenaga Kerja

L1 L2

Sumber: Arsyad (2004:65).

g. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang

berbahasa jerman pada tahun 1911 yang dikemukakan pada tahun 1934

diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic

Development. Kemudian Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut

tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan

pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

39

Business Cycle. Salah satu pendapat Schumpeter yang paling penting adalah

landasan teori pembangunannya, keyakinan bahwa sistem kapitalisme

merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan

ekonomi yang pesat (Arsyad 2004: 69). Modal yang besar akan lebih

mendorong pertumbuhan ekonomi semakin cepat sehingga berdampak pada

kesejahteraan masyarakat dan dapat dikatakan masyarakat akan terhindar dari

kemiskinan.

Menurut Schumpeter (dalam Arsyad 2004:70), faktor utama yang

menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya

adalah para innovator atau wiraswasta (enterpreneur). Kemajuan ekonomi

suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para

entrepreneur dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan

output total masyarakat.

Schumpeter (dalam Arsyad 2004: 70), pertumbuhan ekonomi adalah

peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya

jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat

tanpa adanya teknologi produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang

disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi

yang lama. Inovasi mempunyai pengaruh yaitu: diperkenalkan teknologi baru,

menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan

sumber dana penting bagi akumulasi modal, dan inovasi akan diikuti oleh

timbulnya proses peniruan yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang

meniru teknologi baru tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

40

h. Teori Arthur Lewis

Teori pembangunan Arthur Lewis membahas mengenai pembangunan

yang terjadi antara daerah kota dan desa, yang mengikutsertakan proses

urbanisasi yang terjadi diantara kedua tempat tersebut. Selain itu, pola

investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang

berlaku di sektor modern sehingga berpengaruh besar terhadap arus

urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu

negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua yaitu:

1) Perekonomian Tradisional

Di daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional diasumsikan

mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan

basis utama perekonomian yang diasumsikan berada dalam kondisi

subsisten akibat perekonomian yang subsisten pula. Hal ini ditandai

dengan nilai produk marjinal (marginal product) dari tenaga kerja yang

bernilai nol. Artinya fungsi produksi pada sektor pertanian telah sampai

pada tingkat berlakunya hukum law of diminishing returns. Kondisi yang

menunjukkan bahwa penambahan input variabel, justru tenaga kerja

akan menurunkan total produksi yang ada. Disisi lain, pengurangan

jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor pertanian tidak akan

mengurangi tingkat produksi yang ada, akibat proporsi input variabel

tenaga kerja yang terlalu besar. Pangsa semua pekerja terhadap output

yang dihasilkan adalah sama sehingga upah riil ditentukan oleh nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

41

rata-rata produk marjinal bukan oleh produk marjinal dari tenaga kerja

itu sendiri.

2) Perekonomian Industri

Perekonomian yang terletak di perkotaan dimana sektor yang

berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah

tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, termasuk

tenaga kerja. Hal ini berarti nilai produk marjinal terutama dari tenaga

kerja bersifat positif. Sehingga perekonomian perkotaan merupakan

tujuan bagi para pekerja di pedesaan, karena nilai produk marjinal dari

tenaga kerja yang positif menunjukkan bahwa fungsi produksi belum

berada pada tingkat optimal yang mungkin dicapai. Jika hal itu terjadi,

maka penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan

meningkatkan output yang diproduksi. Dengan demikian, industri di

perkotaan masih menyediakan lapangan pekerjaan, dan akan banyak

tenaga kerja di pedesaan untuk berurbanisasi. Lewis juga mengasumsikan

bahwa tingkat upah di kota 30 % lebih tinggi dari pada tingkat upah di

pedesaan, yang relatif bersifat subsisten dan tingkat upah cenderung tetap.

Perbedaan upah inilah yang akan melengkapi daya tarik untuk melakukan

urbanisasi.

Perbedaan tenaga kerja dari desa ke kota dan pertumbuhan pekerja

di sektor modern akan mampu meningkatkan ekspansi output yang

dihasilkan oleh sektor modern tersebut. Percepatan ekspansi output sangat

ditentukan oleh tingkat investasi di sektor industri dan akumulasi modal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

42

yang terjadi di sektor modern. Dengan adanya banyak sektor industri di

kota membuat tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak, adanya

migrasi tenaga kerja maka sektor industri akan terbantu dan tenaga kerja

pun akan terserap dalam industri tersebut. Dengan begitu tenaga kerja

dapat memenuhi kebutuhan hidup dan terhindar daari kemiskinan.

3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Suparmoko (1990:205) memandang bahwa untuk mengetahui maju tidaknya

suatu perekonomian diperlukan suatu alat pengukur yang tepat. Ada beberapa

macam alat pengukur pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah:

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan

dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global

sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat,

karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang

sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh

setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita

Produk domestik bruto per kapita dapat dipakai sebagai proxy

pendapatan per kapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk

suatu negara dibandingkan PDB saja. PDB per kapita adalah jumlah PDB

nasional dibagi dengan jumlah penduduk, atau dapat disebut sebagai PDB

rata-rata atau PDB per kepala. Bank Dunia menggunakan angka produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

43

nasional bruto (PNB) dan bukan PDB dalam mengukur perkembangan

ekonomi suatu negara yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dari

faktor produksi milik orang asing. Walaupun PDB maupun PNB per kapita

merupakan alat pengukur yang lebih baik, namun tetap belum mencerminkan

kesejahteraan penduduk secara tepat. Hal ini karena PDB rata-rata itu tidak

mencerminkan kesejahteraan ekonomi sungguh-sungguh dirasakan oleh setiap

orang di suatu negara. Dapat saja angka rata-rata itu tinggi, tetapi

sesungguhnya ada orang atau sekelompok orang yang tidak menerima

pendapatan sama sekali. Oleh karena itu perlu diperhatikan unsur distribusi

pendapatan di antara penduduk suatu negara.

Dengan memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB

atau PNB per kapita yang tinggi yang disertai dengan distribusi pendapatan

yang lebih merata akan mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih

baik daripada bila pendapatan per kapitanya tinggi tetapi ada distribusi

pendapaatn yang tidak merata. Namun demikian pendapatan per kapita atau

PDB per kapita atau PNB per kapita tetap merupakan alat pengukur yang

unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain.

c. Pendapatan Per Jam Kerja

Pendapatan per jam kerja sebenarnya paling baik dipakai sebagai alat

pengukur untuk mengukur maju tidaknya suatu perekonomian. Biasanya

suatu negara yang mempunyai tingkat pendapatan atau tingkat upah per jam

kerja lebih tinggi dari pada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

44

pekerjaan yang sama, pasti boleh dikatakan bahwa negara yang bersangkutan

lebih maju.

d. Harapan Hidup Waktu Lahir

Harapan hidup waktu lahir juga dapat dipakai untuk melihat kemajuan

dan kesejahteraan suatu perekonomian. Kesejahteraan benar-benar dapat

dirasakan bila seseorang dapat memenuhi segala macam kebutuhannya

seperti kebutuhan akan barang dan jasa termasuk kesehatan, pendidikan, dan

sebagainya, dan dalam jangka waktu yang lama yaitu bila dikarunia umur

yang lama. Tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi, orang akan

mampu memperoleh kualitas hidup yang baik yang meliputi kondisi

makanan, perumahan, sandang, rekreasi, dan sebagainya. Dengan demikian

tingkat kesehatan akan tinggi pula dan umur rata-rata akan menjadi panjang.

4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi

dalam suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih

baik . Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas

dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat

kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per kapita diperoleh

dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada

tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin besar, tingkat

kemakmuran dianggap makin tinggi (Rahardja, dan Mandala Manurung,

2008:223).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

45

Sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk

suatu negara, pendapatan per kapita dihitung secara berkala (periodik) biasanya

satu tahun. Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara lain, untuk

melihat tingkat perbandingan kesejahteraan suatu masyarakat suatu negara dari

tahun ke tahun, sebagai data perbandingan kesejahteraan suatu negara dengan

negara lain. Dari pendapatan per kapita masing-masing negara dapat dilihat

tingkat kesejahteraan tiap negara, sebagai perbandingan tingkat standar hidup

suatu negara dengan negara lainnya. Dengan mengambil dasar pendapatan per

kapita dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan apakah pendapatan per kapita suatu

negara rendah (bawah), sedang, atau tinggi, dan sebagai data untuk mengambil

kebijakan di bidang ekonomi. Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk mengambil langkah di bidang ekonomi

(Rumahorbo:24-25).

Menurut Jhingan (2004:8) kemiskinan menunjukkan pada rendahnya

tingkatan pendapatan per kapita suatu negara. Besarnya kemiskinan dapat diukur

dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu

kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang

pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan

absolut. Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam

distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya

dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di negara-negara maju

kemiskinan relatif diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata

per kapita. Sebagai suatu ukuran relatif, kemiskinan relatif dapat berbeda menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

46

negara atau periode di dalam suatu negara. Kemiskinan absolut adalah derajat dari

kemiskinan di bawah mana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup

tidak dapat terpenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam

bentuk suatu kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-komponen non

makanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun

kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstrem, akan tetapi maksud

dari yang terakhir ini bisa bervariasi, tergantung pada interpretasi setempat atau

kalkulasi.

Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan per kapita dengan tingkat

kemiskinan tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan

dalam distribusi pendapatan. Mengikuti hipotesis Kuznet, pada tahap awal dari

proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat

mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur

berkurang. Tentu banyak faktor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang

juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah atau negara

seperti derajat pendidikan, tenaga kerja, dan struktur ekonomi (Tambunan,

2015:107).

D. Pengangguran

1. Definisi Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang berusia 16 tahun ke atas yang tidak

bekerja, yang siap untuk kerja, dan melakukan usaha spesifik untuk menemukan

pekerjaan selama empat minggu sebelumnya (Case dan Fair, 2004:50).

Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

47

secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan

orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan

psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang

sering diperdebatkan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan

yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw,

2006:154). Sedangkan menurut Dumairy (1996:75), pengangguran adalah orang

yang tidak mempunyai pekerjaan, atau orang yang tidak bekerja maupun (masih

atau sedang) mencari pekerjaan.

Pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak

saja dihadapi oleh negara-negara berkembang (developing countries), akan tetapi

juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed countries). Secara umum,

pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang

tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan

dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Ningsih, 2010:16). Proses

pengumpulan statistik pengangguran biasanya dimulai dengan menentukan jumlah

angkatan kerja dan jumlah orang di dalamnya yang bekerja dan yang menganggur.

Tingkat pengangguran dihitung sebagai perbandingan orang yang tidak bekerja

dengan angkatan kerja (Wiratmo, 1994:74).

Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati

melalu dua pendekatan antara lain sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

48

a. Pendekatan angkatan kerja (labor force approach)

Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase

dari perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah

angkatan kerja (Rahardja, dan Mandala Manurung, 2008:378).

Tingkat pengangguran = Jumlah yang menganggur X 100%

Jumlah angkatan kerja

b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labor utilization approach)

Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang

didasarkan pada pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:

1) Bekerja penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam

kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

2) Setengah menganggur (underemployment) yaitu mereka yang bekerja,

tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka dalam

seminggu kurang dari 35 jam.

2. Macam-Macam Pengangguran

Edwards (Arsyad, 2004:288) membedakan lima bentuk pengangguran

yaitu:

a. Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena

mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka

yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).

b. Setengah menganggur (underemployment): mereka yang bekerja lamanya

(hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka bisa kerjakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

49

c. Yang digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur,

antara lain:

1) Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) misalnya para petani

yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu

sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh.

2) Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) misalnya orang yang

bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.

3) Pensiun lebih awal

Usia pensiun dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi

yang muda-muda untuk menduduki jabatan diatasnya.

d. Tenaga kerja yang lemah (impaired): mereka yang mungkin bekerja full time,

tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.

e. Tenaga kerja yang tidak produktif: mereka yang mampu untuk bekerja secara

produktif, tetapi karena sumberdaya-sumberdaya penolong kurang memadai

maka mereka tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik.

Case and Fair (2004:54), pengangguran dapat dibedakan kedalam beberapa

jenis yaitu:

a. Pengangguran Friksional (frictional unemployment)

Pengangguran friksional adalah bagian pengangguran yang disebabkan

oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja. Istilah itu merujuk pada pencocokan

pekerjaan atau keterampilan jangka pendek. selain itu pengangguran

friksional juga merupakan jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat

dari adanya perubahan didalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

50

dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis

pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang-orang dari

satu daerah ke daerah lain, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan

akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai

penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain.

b. Pengangguran musiman (seasonal unemployment)

Pengangguran ini berkaitan dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka

pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan

pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu

tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada

waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya.

Dengan demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.

c. Pengangguran siklis (cyclical unemployment)

Pengangguran siklis atau pengangguran konjungtur adalah

pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat

kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami

kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan

memproduksinya. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja dikurangi,

sebagian mesin produksi tidak digunakan. Dengan demikian, kemunduran

ekonomi akan menaikkan jumlah pengangguran.

d. Pengangguran struktural (structural unemployment)

Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya mendasar. Pencari

kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

51

pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang

berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi

produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja juga makin

tinggi. Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi

dibanding dengan pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan

yang besar, juga waktu yang lama. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan

pengangguran struktural yaitu sebagai akibat dari kemerosotan permintaan

atau sebagai akibat dari makin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang

kedua memungkinkan suatu perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu

yang sama mengurangi pekerja.

3. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian

Menurut Wiratmo (1994:75-76), Tingkat pengangguran yang tinggi atau

meningkat sering menimbulkan masalah-masalah dalam negara, yaitu:

a. Masalah Sosial, Peningkatan pengangguran menyebabkan berkurangnya

pendapatan yang diperoleh serta memungkinkan bertambahnya kemiskinan.

Pengangguran juga membawa pada kehilangan identitas dan harga diri. Selain

itu, pengangguran juga dapat merangsang perilaku kriminal.

b. Masalah Fiskal, tingkat pengangguran yang tinggi menimbulkan masalah

fiskal pada berbagai tingkat pemerintahan. Penerimaan pajak menurun karena

pekerjaan dan pendapatan nasional menurun.

Sedangkan menurut Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008:381)

pengangguran akan menimbulkan dampak negatif, antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

52

a. Terganggunya Stabilitas Perekonomian

Pengangguran yang semakin memburuk atau kronis akan mengganggu

stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat.

b. Melemahnya permintaan agregat

Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus bekerja. Sebab dengan

bekerja ia akan memperoleh penghasilan, yang digunakan untuk belanja

barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka

daya beli akan menurun, yang pada gilirannya menimbulkan penurunan

permintaan agregat.

c. Melemahnya penawaran agregat

Tingginya tingkat pengangguran akan menurunkan penawaran agregat,

bila dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Makin

sedikit tenaga kerja yang digunakan, makin kecil penawaran agregat. Dampak

pengangguran terhadap penawaran agregat makin terasa dalam jangka

panjang. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas

maupun etika kerjanya akan mengalami penurunan.

d. Terganggunya Stabilitas Sosial Politik

Pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah

sosial politik. Sebab dampak sosial dari pengangguran sudah jatuh lebih besar

dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan

kriminalitas, baik berupa kejahatan pencurian, perampokan, penyalahgunaan

obat-obatan terlarang maupun kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

53

Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini

sangat besar dan sulit diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya.

4. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan

Pengangguran menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang tidak

bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan (Rahardja, dan Mandala Manurung,

2008:377). Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan

lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran menjadi

masalah yang semakin serius. Hasil suatu studi menunjukkan sekitar 30 persen

dari penduduk perkotaan di negara berkembang bisa dikatakan tidak bekerja

secara penuh (underutilized) sehingga individu akan kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dikarenakan pendapatan yang tidak menentu sesuai dengan

adanya pekerjaan yang akan dilakukan. Pengangguran dan kemiskinan memiliki

hubungan yang positif karena pengangguran akan menyebabkan tingkat

pendapatan dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak maksimal dan mereka

selalu berada diantara kelompok yang sangat miskin (Arsyad, 2004:289). Hal ini

juga sejalan oleh Masykur Wiratmo (1994:75) yang mengatakan bahwa

peningkatan pengangguran menyebabkan berkurangnya pendapatan yang

diperoleh serta memungkinkan bertambahnya kemiskinan.

Ada hubungan yang erat antara tingginya tingkat pengangguran dengan

tingkat kemiskinan, karena apabila angkatan kerja tidak bekerja ataupun bekerja

tetapi tidak secara maksimal (underutilization), maka produktivitas yang dimiliki

juga tidak digunakan secara maksimal atau bahkan produktivitasnya tidak

digunakan, dampaknya mereka tidak akan mendapatkan upah yang maksimal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

54

sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini juga sejalan dengan

pendapat Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008:381) yaitu semakin

lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya

akan mengalami penurunan.

E. Upah Minimum

1. Definisi Upah Minimum

Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada

karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan

dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu

persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas suatu dasar

perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik

untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya (Sumarsono, 2009:181).

Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan

keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian

rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi

imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Ini

berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa

sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang

diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh

pengusaha adalah:

W = VMPPL = MPPL X P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

55

W = Tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada

karyawan.

P = Harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang.

MPPl = marginal phsycal product of labour atau pertambahan hasil marjinal

pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu.

VMPPL = value of marginal physical product of labour atau nilai pertambahan

hasil marginal pekerja atau karyawan.

Nilai pertambahan hasil marginal karyawan VMPPL, merupakan nilai jasa

yang diberikan oleh karyawan kepada pengusaha. Sebaliknya upah, W,

dibayarkan oleh pengusaha kepada karyawan sebagai imbalan terhadap jasa

karyawan yang diberikan kepada pengusaha.

Selama nilai pertambahan hasil marginal karyawan lebih besar dari upah

yang dibayarkan oleh pengusaha (VMPPL > W), pengusaha dapat menambah

keuntungan dengan menambah pekerja. Dilain pihak, pengusaha tentu tidak

bersedia membayar upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan

karyawan kepada pengusaha. Dilihat dari segi kerja, karyawan tersebut tidak

bersedia menerima upah yang lebih rendah dari usaha kerjanya. Dengan kata lain,

upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan

seseorang kepada pengusaha.

Hal ini sejalan dengan Sadono Sukirno (2012: 351), Upah diartikan sebagai

pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja

kepada para pengusaha. Kebijakan upah minimum telah menjadi isu penting

dalam masalah ketenagakerjaan di beberapa negara baik maju maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

56

berkembang, sasaran dari kebijakan upah minimum ini adalah untuk menutupi

kebutuhan hidup minimum dari pekerja dan keluarganya. Kebijakan pemerintah di

Indonesia mengenai upah minimum tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Republik Indonesia Nomor : Per-01/Men/1999, di mana upah minimum

adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan

tetap. Tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara

tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun

pencapaian prestasi tertentu. Kebijakan penetapan upah minimum oleh pemerintah

adalah kebijakan yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring pengaman

terhadap pekerja atau buruh agar tidak dieksploitasi dalam bekerja dan

mendapatkan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL).

Upah minimum pada awalnya ditentukan secara sektoral secara nasional

oleh Departemen Tenaga Kerja. Namun dalam perkembangan otonomi daerah,

pada tahun 2001 upah minimum ditetapkan oleh setiap provinsi. Upah minimum

ditetapkan oleh setiap provinsi. Upah minimum sendiri dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Upah minimum regional, merupakan upah bulanan yang terdiri atas upah

pokok dan tunjangan tetap bagi pekerja pada tingkat paling bawah dan

bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku pada suatu daerah tertentu.

2. Upah minimum sektoral, merupakan upah yang berlaku dalam suatu provinsi

berdasarkan kemampuan sektor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

57

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah

Sonny Sumarsono (2009:182-183) mengemukakan bahwa upah merupakan

salah satu unsur untuk menentukan harga pokok didalam perusahaan, karena

ketidaktepatan dalam menentukan besarnya upah akan sangat merugikan

perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi

tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut:

a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah

tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk

jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung

turun.

b. Organisasi Buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh

akan mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan

meningkatkan upah demikian pula sebaliknya.

c. Kemampuan Untuk Membayar

Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari

perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya

produksi, tingginya upah akan mengakibatkan tingginya biaya produksi, yang

pada akhirnya akan mengurangi keuntungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

58

d. Produktivitas Kerja

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan.

Semakin tinggi prestasi karyawan, maka semakin besar upah yang mereka

terima. Prestasi kerja ini dinyatakan sebagai produktivitas.

e. Biaya Hidup

Dikota besar dimana biaya hidup tinggi, upah kerja cenderung tinggi.

Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan.

f. Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi

rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah

dari tingkat upah yang harus dibayarkan.

Sedangkan menurut Simanjuntak (1985:109), perbedaan tingkat upah antar

perusahaan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut antara lain:

a. Pasar kerja itu sendiri

Beberapa pasar kerja membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat

pengetahuan dan keterampilan yang berbeda-beda, produktivitas kerja

seseorang berbeda menurut pendidikan dan latihan yang diperolehnya

sehingga terdapat perbedaan penghasilan.

b. Persentase biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi

Semakin kecil proporsi biaya karyawan terhadap biaya keseluruhan,

semakin tinggi tingkat upah. Kenyataan upah yang relatif tinggi terlihat dalam

perusahaan-perusahaan yang padat modal seperti perusahaan minyak,

pertambangan, industri berat dan lain-lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

59

c. Perbedaan proporsi keuntungan perusahaan terhadap penjualan

Pengusaha cenderung akan membagi keuntungan kepada pekerja-

pekerjanya. Semakin besar proporsi keuntungan terhadap penjualan dan

semakin besar jumlah absolut keuntungan, semakin tinggi tingkat upah.

d. Perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan dalam menentukan harga.

Perusahaan-perusahaan monopoli dapat menaikkan harga tanpa takut

akan kompetisi. Demikian juga pengusaha-pengusaha oligopoli lebih mudah

untuk bersama-sama berunding menentukan harga, sehingga tidak perlu

berkompetisi satu sama lain. Dalam perusahaan-perusahaan seperti itu lebih

mudah untuk menimpakan kenaikan upah kepada harga jual barang. Sebab

itu, tingkat upah dalam perusahaan-perusahaan monopoli dan oligopoli

cenderung lebih tinggi dari tingkat upah diperusahaan yang sifatnya

kompetisi bebas.

e. Besar kecilnya perusahaan

Perusahaan yang besar dapat memperoleh kemanfaatan economic of

scale sehingga dapat menurunkan harga, dan akhirnya dapat mendominasi

pasar. Dengan begitu perusahaan besar cenderung lebih mampu memberikan

tingkat upah yang lebih tinggi dari perusahaan kecil.

f. Tingkat efisiensi dan manajemen perusahaan

Semakin efektif manajemen perusahaan, semakin efisien cara-cara

penggunaan faktor produksi, dan semakin besar upah yang dapat dibayarkan

kepada karyawannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

60

g. Kekuatan serikat pekerja

Serikat pekerja yang kuat dalam arti mengemukakan alasan-alasan

yang wajar biasanya cukup berhasil dalam mengusahakan kenaikan upah.

Dengan kata lain, tingkat upah di perusahaan-perusahaan yang serikat pekerja

kuat biasanya upah yang diberikan lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki serikat pekerja yang lemah.

h. Faktor kelangkaan

Semakin langka tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, semakin

tinggi upah yang ditawarkan pengusaha.

i. Besar kecilnya resiko mendapat kecelakaan di lingkungan kerja

Semakin tinggi kemungkinan mendapat resiko di lingkungan

pekerjaan, maka akan semakin pula tinggi upah yang diberikan.

3. Tujuan Upah Minimum

Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan

penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan

termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja, produktivitas dan

kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara

umum.

Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan

ditetapkan, sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada

tiga fungsi upah, yaitu: menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan

keluarganya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang, dan menyediakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

61

insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja (Simanjuntak,

1985:110).

Menurut Hasanuddin Rachman (Prastyo, 2010:49-50), tujuan penetapan

upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan

penetapan upah minimum yaitu sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot,

mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan, dan

meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara

makro, penetapan upah minimum bertujuan untuk pemerataan pendapatan,

peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja, perubahan struktur

biaya industri sektoral, peningkatan produktivitas kerja nasional, peningkatan etos

dan disiplin kerja, dan serta memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha.

4. Pengaruh Upah Minimum terhadap Tingkat Kemiskinan

Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang,

sebab itu, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dengan

wajar. Kewajaran dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup Minimum

(KFM) yang merupakan tanggung jawab semua pemerintah, pengusaha, dan

karyawan itu sendiri. Untuk menjamin bahwa kehidupan hidup minimum setiap

karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaan dari mana ia memperoleh

penghasilan.

Jaminan penghasilan yang lebih baik dari sekedar memenuhi KFM sangat

penting bukan saja dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk

meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan demi kelangsungan perusahaan.

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat gizi, kesehatan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

62

pendidikan, dan manajemen pimpinan. Namun bagi karyawan berpenghasilan

kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan faktor dominan untuk meningkatkan

produktivitas kerja sekalipun perusahaan memiliki manajemen yang baik,

produktivitas kerja karyawan sukar ditingkatkan bila kondisi gizi dan kesehatan

karyawan sangat rendah. Sebab untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja

para karyawan, upah mereka harus memadai untuk memenuhi KFM-nya.

Pemerintah menerapkan upah minimum sasarannya adalah supaya upah

minimum itu paling sedikit cukup menutupi kehidupan hidup minimum karyawan

dan keluarganya. Dengan demikian, kebijakan upah minimum adalah untuk

menjamin penghasilan pekerja sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat

tertentu, meningkatkan produktivitas pekerja, mengembangkan dan meningkatkan

perusahaan dengan cara-cara produksi yang lebih efisien (Simanjuntak, 1985:113-

114).

F. Ketimpangan Distribusi Pendapatan

1. Definisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari mampu atau tidaknya

masyarakat dalam negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Kemakmuran negara tidak semata-mata didasarkan pada tolok ukur besarnya

pendapatan nasional dan pendapatan per kapita saja, namun juga bagaimana

pendapatan nasional itu didistribusikan, apakah pendapatan nasional (kue

nasional) didistribusikan secara lebih merata atau timpang. Pendapatan dianggap

didistribusikan secara merata sempurna bila setiap individu memperoleh bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

63

yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dikatakan tidak adil

jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh lebih sebagian penduduk. Tetapi

distribusi pendapatan menjadi sangat tidak adil apabila bagian yang sangat besar

output nasional hanya dinikmati oleh segelintir kelompok masyarakat (Rahardja

dan Mandala Manurung, 2008:245).

Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya

pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy,

1996:53). Distribusi pendapatan dibedakan menjaidi dua ukuran pokok yaitu,

distribusi ukuran, adalah besar kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-

masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor

produksi (Todaro, 2003:221). Dari beberapa definisi diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa distribusi pendapatan mencerminkan ketimpangan atau

meratanya hasil pembangunan suatu daerah atau negara baik yang diterima

masing-masing orang ataupun dari kepemilikan faktor-faktor produksi di kalangan

penduduknya. Ketimpangan pendapatan lebih besar terjadi di negara-negara yang

baru memulai pembangunannya, sedangkan bagi negara-negara maju atau lebih

tinggi tingkat pendapatannya cenderung lebih merata atau tingkat ketimpangannya

rendah.

Sismosoemarto (Kuncoro, 2013:98) berpendapat bahwa masalah

ketimpangan dalam praktik sering memicu kecemburuan sosial dan kekerasan

yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sumber daya alam yang

melimpah di Indonesia seharusnya mampu memberikan kesejahteraan masyarakat

jika kebijakan dan regulasi berpihak pada rakyatnya. Namun, yang terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

64

sebaliknya kesenjangan terjadi dimana-mana. Misalnya, pejabat daerah yang

mengendarai mobil mewah ditengah kesulitan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan dasar, perusahaan yang mengeksploitasi alam secara besar-besaran di

daerah, masyarakat sekitar hanya bisa menonton, mendorong munculnya

kecemburuan sosial, ketegangan, dan terus memicu kesenjangan. Akibatnya,

masyarakat mengalami frustasi sosial yang berujung pada perbuatan kriminal atau

kekerasan lainnya.

2. Penyebab Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Irma Adelma dan Cyntia Taff Morris (Arsyad, 2004:226-227)

mengemukakan bahwa ada delapan hal yang menyebabkan ketimpangan atau

ketidak merataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang:

a. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan

per kapita.

b. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak dikuti secara

proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.

c. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.

d. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital

insentive), sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar

dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga

pengangguran bertambah.

e. Rendahnya mobilitas sosial.

f. Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan

kenaikan harga-harga barang industri untuk melindungi usaha-usaha kapitalis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

65

g. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang

dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat

ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang

ekspor negara berkembang.

h. Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah

tangga, dan lain-lain.

3. Ukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan atau mengetahui

apakah distribusi pendapatan timpang atau tidak, digunakan kategorisasi kurva

Lorenz, menggunakan koefisien Gini, dan kriteria Bank Dunia.

a. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan

nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam

sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif

pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif

penduduk. Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar

tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)

menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya,

jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia

mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional

semakin timpang dan tidak merata. (Dumairy, 1996:54).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

66

Gambar 2.3: Kurva Lorenz

Sumber: Todaro (2003:224).

b. Indeks Gini atau Rasio Gini

Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang berkisar antara 0

hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan

nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda

semakin baik atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian besar

(semakin mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau

senjang. Angka rasio gini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva

lorenz, yaitu perbandingan luas area yang terletak diantara kurva lorenz dan

diagonal terhadap luas segitiga. Semakin melengkung kurva lorenz akan

semakin luas area yang dibagi; rasio gini-nya akan kian besar, menyiratkan

Persentase Pendapatan

Persentase

Penerima

Pendapatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

67

distribusi pendapatan yang kian timpang. Rasio Gini juga dapat dihitung

secara matematik dengan rumus:

Keterangan:

G = Rasio Gini

Fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i

Xi = Proporsi jumlah komulatif rumah tangga dalam kelas i

Yi = Proporsi jumlah komulatif pendapatan dalam kelas i

c. Kriteria Bank Dunia

Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi

pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40%

penduduk berpendapatan terendah (penduduk termiskin); 40% penduduk

berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpendapatan tinggi

(penduduk terkaya). Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi dinyatakan

parah apabila 40% penduduk berpendapatan terendah menikmati kurang dari

12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau

moderat bila 40% penduduk termiskin menikmati antara 12 hingga 17 persen

pendapatan nasional. Sedangkan jika 40 persen penduduk yang

berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional,

maka ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan

nasional dianggap cukup merata.

G = 1 - ∑ (Xi+1 – Xi)(Yi + Yi+1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

68

4. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan terhadap Tingkat

Kemiskinan

Perdebatan mengenai ketimpangan distribusi pendapatan bagi negara

berkembang, termasuk Indonesia, terdapat banyak orang yang beranggapan bahwa

pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketimpangan

pembagian pendapatan atau ketimpangan relatif. Dengan kata lain, para pengkritik

ini beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian

pendapatan terdapat suatu trade off, yang membawa implikasi bahwa pemerataan

dalam pembagian pendapatan hanya dapat dicapai jika laju pertumbuhan ekonomi

diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu akan disertai

kemerosotan dalam pembagian pendapatan atau kenaikan dalam ketimpangan

relatif. Bukan hanya menyebabkan kenaikan dalam ketimpangan relatif tetapi bisa

lebih parah lagi dampaknya yaitu membawa kemerosotan dalam tingkat hidup

absolut dari golongan miskin atau berpendapatan rendah. Dengan kata lain,

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menyebabkan ketimpangan relatif saja,

akan tetapi juga kemiskinan absolut bertambah buruk (Wie, 1980:3).

Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Simon Kuznets dari Universitas

Harvard yang menggunakan time series data (yaitu data tentang pembagian

pendapatan disuatu negara selama jangka waktu tertentu). Berbeda dengan

kebanyakan ahli ekonomi yang biasanya meneliti pembagian pendapatan selama

proses pembangunan ekonomi mempergunakan cross section data (yaitu data

pembagian pendapatan dari berbagai negara yang berbeda-beda yang berada pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

69

tahap perkembangan ekonomi). Penelitian Kuznet ini memiliki hasil yang berbeda

dari para pengkritik sebelumnya tentang pertumbuhan ekonomi yang pesat akan

mengakibatkan ketimpangan relatif terlebih menjadi kemiskinan absolut. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa proses pembangunan ekonomi pada tahap awal

pada umumnya disertai oleh kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian

pendapatan, yang baru berbalik menuju suatu pemerataan yang lebih besar dalam

pembagian pendapatan pada tahap pembangunan lebih lanjut (Wie, 1980:4).

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Albert Otto

Hirschman, yaitu trickle down effect (efek rembesan ke bawah) yang menekankan

perlunya pertumbuhan yang tidak seimbang. Ia percaya bahwa dengan

berlangsungnya waktu, efek-efek akan menetes kebawah dengan sendirinya.

Kebijakan trickle down effect pada prinsipnya merupakan kebijakan yang

memposisikan para kaum berpunya sebagai kelas yang diutamakan dalam hal

menggerakkan perekonomian suatu bangsa. Dengan dibukanya akses dan

pendanaan secara menyeluruh terhadap segala aktivitas maka investasi domestik

diharapkan akan berjalan dan berlipat dengan semakin gencarnya fokus pada

sektor bisnis infrastruktur serta pasar keuangan sehingga pada gilirannya skema

ini akan menciptakan sebuah struktur kapasitas produksi yang meningkat.

Produksi yang menggeliat akan menggiring harga-harga pada tingkat yang lebih

rendah dan menciptakan lapangan kerja untuk para kelas menengah dan

menengah kebawah. Adanya trickle down effect berarti pertumbuhan ekonomi

sekian persen, bisa menciptakan lapangan kerja sekian ratus ribu yang turut

mensejahterakan masyarakat. Keberhasilan negara-negara yang menggabungkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

70

pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan pembagian pendapatan yang relatif

merata terlihat dari angka-angka berikut. Selama kurun waktu 1950-1975 negara-

negara tersebut antara lain, yaitu Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan

Singapura, dengan rata-rata laju pertumbuhan pendapatan per kapita setinggi 6

persen setahun.

Penelitian yang dilakukan oleh berbagai ahli ekonomi berdasarkan data

cross section, misalnya oleh Chenery dan Syrquin (1975) dan Ahluwalia (1976),

juga menunjukkan hasil-hasil yang sama seperti hasil penelitian Kuznets, yaitu

suatu kemerosotan yang agak besar dalam pola pembagian pendapatan selama

tahap-tahap awal dari proses pembangunan. Baru setelah tingkat pembangunan

ekonomi dilalui, proses kemerosotan dalam pembagian pendapatan berbalik

menuju pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan. Hal ini berarti

bahwa suatu negara yang mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita setinggi

2,5 persen setahun, akan memerlukan waktu kira-kira satu abad, sebelum proses

kemerosotan dalam pembagian pendapatan terhenti dan berbalik menuju ke

pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan. Dengan kata lain,

meskipun ketimpangan relatif bertambah besar dalam pembangunan ekonomi,

namun kemiskinan absolut tidak bertambah gawat.

Hasil penelitian Adelman dan Morris (1973), Chenery dan Syrquin (1975),

dan Ahluwalia yang menggunakan cross section data memperkuat kesimpulan

hasil penelitian Kuznet yang didasarkan atas data time series, namun Ahluwalia

juga menekankan bahwa penelitiannya tidak menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi yang pesat selalu menyebabkan kemerosotan dalam pembagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

71

pendapatan. Dalam hal ini dapat dikontraskan pengalaman yang berbeda-beda dari

dua negara berkembang yang sama-sama mengalami pertumbuhan ekonomi yang

pesat, yaitu Brasil, yang mengalami kemerosotan dalam pembagian pendapatan,

dan Taiwan, yang mengalami pengurangan dalam ketimpangan pembagian

pendapatan selama proses pertumbuhan yang pesat (Wie, 1980:5).

Penelitian yang diadakan oleh Profesor Papanek dari Universitas Boston

juga memperlihatkan hasil-hasil yang tidak definitif, seperti hasil penelitian

Ahluwalia. Beberapa negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat

pada tahun 1960-an seperti Taiwan, Korea Selatan, Iran, dan Kolombia

mengalami perbaikan dalam pembagian pendapatan, sedangkan negara-negara

berkembang lainnya, seperti Brasil, Meksiko, Venezuela, dan Filipina mengalami

kemerosotan dalam pembagian pendapatan meskipun pertumbuhan ekonomi

mereka juga pesat. Dengan demikian penelitian Papanek menunjukkan bahwa

tidak ada korelasi (hubungan) antara laju pertumbuhan ekonomi dan pembagian

pendapatan yang diperoleh 40 persen golongan penduduk yang berpendapatan

rendah.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai

ahli ekonomi, tidak dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat

selalu disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan. Hal ini tergantung

kondisi khusus yang terdapat di masing-masing negara berkembang serta

kebijaksanaan ekonomi khusus yang ditempuh oleh berbagai negara tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

72

G. Penelitian Terdahulu

Seri Jefry Adil Waruwu (2012) melakukan penelitian yang berjudul

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah,

dan Investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan belanja pemerintah memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Pengangguran

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

dan investasi memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia

Okta Ryan Pranata Yudha (2013) melakukan penelitian yang berjudul

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran

Terbuka, dan Inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2009-2011.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh

negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Upah minimum mempunyai

pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Pengangguran

terbuka mempunyai pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan

dan inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan.

Penelitian yang lainnya telah dilakukan oleh Ari Widiastuti dengan judul

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun

2004-2008. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan

pendidikan (AMH) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap

kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk jumlah penduduk dan desentralisasi fiskal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

73

menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa

Tengah.

Penelitian yang dilakukan Adit Agus Prastyo dengan judul Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah

minimum, dan pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Variabel pengangguran mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan di Jawa Tengah.

Penelitian yang dilakukan Devi Retnosari dengan judul Analisis Pengaruh

Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan

penduduk Jawa Barat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laju

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan koefisien positif, variabel laju

pertumbuhan penduduk Jawa Barat memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Variabel investasi dalam negeri

berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

H. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel bebas (pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang

mempengaruhi tingkat kemiskinan. Kerangka pemikiran ini digunakan untuk

memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

74

pemikiran dalam penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur

pemikiran dalam penelitian ini, yaitu:

Gambar 2.4: Kerangka Berpikir

1. Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi

dalam suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih

baik diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Dengan adanya

kenaikan pertumbuhan ekonomi berarti adanya kenaikan dalam kegiatan ekonomi

dibanding sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang semakin

meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

ekonomi karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan

bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut

sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang

diterima oleh pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

dengan kemiskinan memiliki hubungan yang signifikan dan negatif, karena

Pertumbuhan Ekonomi

Pengangguran

Upah Minimum

Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

Tingkat Kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

75

semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin

berkurang dikarenakan adanya produktivitas pekerja dan upah yang didapatkan

lebih tinggi sesuai dengan barang atau jasa yang dihasilkan sehingga individu

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan.

2. Hubungan pengangguran dengan kemiskinan

Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat

yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai

seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur

tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena

tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk

dapat dikatakan tingkat kemiskinan di negara tersebut tinggi, kekacauan politik

dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada

kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka

panjang.

3. Hubungan upah minimum dengan kemiskinan

Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah agar pekerja dapat

memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan

kesejahteraan. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk

berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah

minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga

meningkat dan terbebas dari kemiskinan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

76

4. Hubungan ketimpangan distribusi pendapatan dengan kemiskinan

Ketimpangan distribusi pendapatan mendeskripsikan mengenai jurang

antara mereka yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan

rendah). Masalah ketimpangan sering memicu kemiskinan di Indonesia karena

mereka yang kaya cenderung akan semakin kaya dan mereka yang miskin akan

terus semakin miskin. Adanya perbedaan pendapatan yang ekstrim ini membuat

kelompok miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Padahal seharusya

pemerataan yang lebih adil di negara berkembang merupakan suatu kondisi atau

syarat yang menunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, semakin tinggi

ketimpangan distribusi pendapatan di suatu negara atau daerah, akan berdampak

positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.

I. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh yang signifikan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pengangguran terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan upah minimum regional terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan ketimpangan distribusi pendapatan

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

77

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian confirmatory study yaitu penelitian yang

menguji hipotesis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum

regional, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997-2014.

B. Jenis Data Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

ini berbentuk data runtut waktu (time series) dengan rentan waktu 17 tahun. Data

yang dipilih adalah data pada kurun waktu tahun 1997 sampai 2014. Alasan

pengambilan tahun tersebut yaitu tahun 1998 merupakan masa krisis ekonomi

yang mengakibatkan perubahan perekonomian Indonesia yang berdampak pada

tingkat kemiskinan di Indonesia. Dan pasca krisis tahun 2000, sudah terjadi

perbaikan-perbaikan disegala sektor perekonomian yang berdampak pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi serta tahun 2014 merupakan data terbaru

kemiskinan, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi

pendapatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

78

2. Sumber Data

Sumber data berasal dari berbagai sumber, antara lain Statistik Indonesia

terbitan Badan Pusat Statistik, Kementrean Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumenter. Teknik dokumenter

adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek

penelitian, namun melalui dokumen (Hasan, 2003:87), meliputi data pertumbuhan

ekonomi, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi

pendapatan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda. Menurut Budiyono (2015:276), analisis regresi linier ganda

bertujuan untuk mencari hubungan (relasi) linier antara satu variabel terikat dengan

variabel-variabel bebas.

Model regresi dalam penelitian ini adalah:

Y= a+ b1X1 + b1X2 + b1X3 + b1X4 + e

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

79

Keterangan:

a = Konstanta

Y = Tingkat Kemiskinan

X1 = Pertumbuhan Ekonomi

X2 = Pengangguran

X3 = Upah minimum

X4 = Ketimpangan Distribusi Pendapatan

e = Standar error

Teknik analisis data regresi linier berganda dapat dilakukan dengan melakukan

uji prasyarat dan uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis.

1. Uji Prasyarat

Dalam analisis regresi linier berganda perlu melakukan uji persyaratan

analisis regresi berganda, sehingga persamaan garis regresi yang diperoleh

benar-benar dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Uji

prasyarat tersebut harus terpenuhi, apabila tidak maka akan menghasilkan garis

regresi yang tidak cocok untuk memprediksi. Uji prasyarat tersebut meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memastikan bahwa data

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sumanto,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

80

2014:146). Pengujian normalitas yang umum digunakan adalah uji

Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan dalam mengetahui data

yang digunakan tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah apabila

perhitungan Kolmogorov Smirnov lebih besar dari probabilitas (0,05).

Apabila Kolmogorov Smirnov lebih kecil dari probabilitas (0,05), maka

data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antar

variabel independen dengan variabel dependen bersifat linier (garis lurus)

(Nisfiannoor, 2009:92). Kriteria pengujian linearitas dimana hubungan

variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan

ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan bersifat

linier apabila F hitung lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih

kecil dari 0,05, berarti hubungan variabel pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan

terhadap tingkat kemiskinan tidak linier. Kriteria pengujian linearitas:

hubungan variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum,

dan ketimpangan distribusi pendapatan dengan tingkat kemiskinan bersifat

linier apabila F hitung lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih

kecil dari 0,05, berarti hubungan variabel pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan

terhadap tingkat kemiskinan tidak linier.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

81

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model yang

diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi linear

berganda, yang terdiri atas:

a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas. Jika terdapat

hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yang sama

diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan untuk

menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap

variabel terikat (Sumanto, 2014:165). Deteksi multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai Variance Inflation Factor atau VIF lebih besar dari 10,

maka terjadi multikolinearitas. Jika VIF lebih kecil dari 10 maka tidak

terjadi multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji homoskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah

data (group) mempunyai variansi yang sama diantara data (group)

tersebut. Data yang diharapkan adalah yang memiliki variansi sama, dan

disebut homeskedastisitas. Sedangkan jika variansi tidak sama, disebut

heteroskedastisitas (Nisfiannoor, 2009:92).

Uji statistik yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah uji

korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test), Pengujian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

82

ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa variansi dari variabel tidak sama

untuk setiap pengamatan.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi

antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode

t sebelumnya pada model regresi yang dipergunakan. Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam model regresi yang

baik adalah tidak terjadi autokorelasi (Nisfiannoor, 2009:92).

Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji

Durbin Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

d < dL Terdapat autokorelasi positif d > dU Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif dL ≤ d ≤ dU Daerah keraguan d > 4 - dL Terdapat autokorelasi positif d < 4 – dU Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif 4 – dL ≤ d ≤4 – dU Daerah keraguan

3. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis merupakan prosedur yang berisi sekumpulan aturan yang

menuju kepada suatu keputusan apakah akan menerima atau menolak

hipotesis mengenai parameter yang telah dirumuskan sebelumnya (Budiyono,

2015:141). Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis nol (null hypothesis)

dan hipotesis alternatif (alternative hypothesis). Hipotesis nol adalah hipotesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

83

yang menyatakan tidak adanya perbedaan atau tidak adanya korelasi

(hubungan). Sebaliknya, hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan

adanya perbedaan atau adanya korelasi. Hipotesis nol dilambangkan dengan

H0. Hipotesis alternatif dilambangkan dengan HA. Penolakan Hipotesis nol

mengakibatkan penerimaan hipotesis alternatif, dan sebaliknya penerimaan

hipotesis nol mengakibatkan penolakan hipotesis alternatif (Budiyono,

2015:143). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F dan

Uji T, bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas

(pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan

distribusi pendapatan) terhadap variabel terikat (tingkat kemiskinan).

a. Uji Keterandalan Model (Uji F)

Uji F merupakan ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat

dan semua variabel bebas secara bersama-sama (Hasan, 2003:272). Uji F

ini merupakan tahap awal mengidentifikasi model regresi layak digunakan

atau tidak. Uji F ini bisa dijelaskan menggunakan analisis varian (analysis

of variance = ANOVA) (Basuki, Nano Prawoto, 2016:35). Dengan

membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung lebih besar dari

Ftabel, berarti H0 ditolak dan Ha dan sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil

dari Ftabel berarti Ha ditolak dan H0 diterima.

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan

ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

84

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 -

2014.

b. Uji Koefisien Regresi

Uji Koefisien Regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen secara individual (parsial) (Basuki, Nano

Prawoto, 2016:52) yaitu dengan cara membandingkan Thitung dengan

Ttabel. Apabila Thitung lebih besar dari Ttabel, berarti H0 ditolak dan Ha

diterima artinya variabel bebas secara individual berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen dan sebaliknya Apabila Thitung lebih kecil dari

Ttabel, berarti Ha ditolak dan Ho diterima artinya variabel bebas secara

individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

a. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997-2014

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

b. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

tahun 1997-2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

85

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran

terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

c. Upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-

2014

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum

terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

d. Ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997-2014

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan

distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-

2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997

– 2014.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (coefficient of determination) menyatakan

bagian dari variansi total yang dijelaskan oleh model hubungan linier

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

86

berganda yang diperoleh (Budiyono, 2015:258). Nilai koefisien

determinasi dapat diukur dengan R-Square yang mengandung arti bahwa

setiap perubahan variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat

(Santosa, 2007:286).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

87

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series berdasarkan

laporan tahunan dari BPS dan Kemenakertrans dari tahun 1997-2014. Variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam

persen, pengangguran yang dinyatakan dalam persen, upah minimum regional yang

dinyatakan dalam rupiah, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dinyatakan

dalam indeks.

Tabel IV.I

Deskripsi Data Penelitian

Tahun Tingkat Kemiskinan

(persen)

Pertumbuhan Ekonomi (persen)

Pengangguran (persen)

Upah Minimum

(ribu rupiah)

Indeks Ketimpangan

Distribusi Pendapatan

1997 17,47 4,7 4,18 135,0 0,36 1998 24,26 -13 5,05 150,9 0,36 1999 23,43 0,8 6,03 175,4 0,31 2000 19,14 4,9 5,81 216,5 0,31 2001 18,41 3,5 8,01 290,5 0,31 2002 18,20 4,4 9,13 362,7 0,33 2003 17,42 4,8 9,94 414,7 0,33 2004 16,66 5 10,25 458,5 0,33 2005 15,97 5,7 11,90 507,7 0,36 2006 17,75 5,5 10,93 602,2 0,36 2007 16,58 6,3 10,01 667,9 0,36 2008 15,42 6,1 9,39 743,2 0,35 2009 14,15 4,6 8,96 830,7 0,37 2010 13,30 6 8,32 908,8 0,38 2011 12,50 6,1 7,70 988,8 0,41 2012 12,00 6,2 7,24 1,119,1 0,41 2013 11,40 5,8 7,39 1,332,4 0,41 2014 11,20 5,06 7,45 1,595,9 0,41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

88

Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan.

Berdasarkan data, pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta

jiwa (BPS, 2017). Dengan adanya jumlah penduduk yang selalu meningkat dan tidak

diimbangi dengan lapangan pekerjaan akan mengakibatkan pengangguran yang

dampaknya orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup dan jatuh kedalam

kemiskinan. Pada tahun 2016 tercatat tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 11.22

persen. Hal ini akan menghambat pembangunan ekonomi sehingga perlu adanya

penanganan dari pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di

Indonesia saat ini.

Data yang diperoleh seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh melalui

publikasi Badan Pusat Statistika (BPS) dan Kementrian Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi (Kemenakertrans). Berdasarkan data mengenai variabel terikat dalam

penelitian ini yaitu tingkat kemiskinan di Indonesia selalu berfluktuatif dari tahun ke

tahun, lonjakan kemiskinan tertinggi terlihat dalam tahun 1997-2000 karena adanya

krisis ekonomi yang membuat banyak orang jatuh kedalam kemiskinan. Untuk

variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia

tahun 1997-2014. Berikut ini disajikan deskripsi data secara rinci dari setiap variabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

89

Grafik IV.1

Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014

Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia pada

tahun 1997 terlihat jauh dari krisis. Indonesia memiliki inflasi yang rendah,

perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar

lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik. Pada tahun 1998 merupakan

angka tertinggi kemiskinan di Indonesia yaitu sebesar 24,26 dikarenakan krisis

ekonomi yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke Indonesia dan

mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika terus menurun.

Akibat krisis tersebut inflasi melonjak tinggi, meningkatnya harga bahan-bahan

17

.47

24

.26

23

.43

19

.14

18

.41

18

.2

17

.42

16

.66

15

.97 17

.75

16

.58

15

.42

14

.15

13

.3

12

.5

12

11

.4

11

.2

1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4

PE

RS

EN

TA

SE

KE

MIS

KIN

AN

TAHUN

TINGKAT KEMISKINAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

90

kebutuhan pokok, daya beli masyarakat menurun, banyak perusahaan ditutup,

meningkatnya pengangguran, dan jumlah kemiskinan bertambah.

Pada tahun 1999 kemiskinan di Indonesia masih naik dikarenakan efek dari krisis

ekonomi tahun 1997-1998. Kemudian kemiskinan di Indonesia cenderung menurun

dari tahun 2000-2005 dikarenakan adanya perbaikan gejolak saat krisis ekonomi.

Perbaikan yang dilakukan baik secara makro maupun mikro. Misalnya kebijaksanaan

moneter yang ketat dengan tingkat bunga yang tinggi dimaksudkan untuk menekan

laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dengan menahan

naiknya permintaan agregat akan membuat jumlah uang yang beredar tidak terlalu

banyak dan berakibat pada inflasi yang rendah, disisi lain pemerintah juga menaikkan

tingkat suku bunga dengan tujuan untuk mendorong masyarakat meningkatkan

tabungan di sektor perbankan. Selain itu, dari sisi mikro pemerintah mengembangkan

jaring pengaman sosial yang meliputi program penyediaan kebutuhan pokok dengan

harga terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan serta

penanganan pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli kelompok

masyarakat berpendapatan rendah, menyehatkan sistem perbankan dan memulihkan

kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan lembaga perbankan, merestrukturisasi

hutang luar negeri, dan mereformasi struktural di sektor riil.

Adanya peningkatan tingkat kemiskinan pada tahun 2006 sebesar 17,75 persen

dikarenakan harga barang-barang pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang

digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Akibatnya penduduk yang

tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan

banyak yang bergeser posisi menjadi miskin (BPS, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

91

Pada tahun 2007-2014 tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung menurun.

Pada tahun 2007 penduduk miskin yang tercatat sebanyak 37,17 juta orang (16,58

persen) turun menjadi 28,28 juta orang (11,46 persen). Walaupun tingkat kemiskinan

tahun 1997-2014 berfluktuatif, tetapi peran pemerintah cukup besar akan kebijakan

yang diterapkan untuk mengatasi kemiskinan melalui program penanggulangan

kemiskinan seperti bantuan langsung tunai pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp

18,8 triliun untuk 19,1 juta keluarga, program beras untuk rakyat miskin dalam rangka

swasembada pangan, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) meningkat dari Rp

5,13 triliun tahun 2005, menjadi Rp 10,2 triliun pada tahun 2006 dan menjadi Rp 11,6

triliun tahun 2007. Program BOS telah membebaskan 70,3 persen siswa wajib belajar

terutama di kawasan pedesaan, dan menurunkan tingkat putus sekolah dari 4,25 persen

pada tahun 2005 menjadi hanya 1,5 persen pada tahun 2006, bantuan kesehatan gratis

untuk berobat di Puskesmas dan rumah sakit dilaksanakan melalui pemberian Asuransi

Kesehatan Masyarakat Miskin yang mencakup 51 juta peserta, pemberian kredit

mikro, dan dana bergulir untuk koperasi, usaha kecil dan menengah, mengembangkan

Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro yang kita sebut (P3KUM)

dan disalurkan melalui lembaga keuangan mikro berkualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

92

Grafik IV.2

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1997-2014

Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia

tahun 1997-2014 berfluktuatif. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

menunjukkan perkembangan yang positif tahun 1997. Pada tahun 1998 menunjukkan

penurunan drastis pertumbuhan ekonomi yaitu – 13 %, hal ini disebabkan karena krisis

ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis

multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia

pada tahun 1998. Pada tahun 1999 perekonomian nasional Indonesia mengalami

pemulihan (recovery) dan baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya tetapi

tidak terlalu pesat.

4.7

-13

0.8

4.9

3.5 4

.4 4.8 5

5.7

5.5 6

.3

6.1

4.6

6 6.1 6.2

5.8

5.0

6

1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4

PE

RS

EN

TA

SE

PE

RT

UM

BU

HA

N E

KO

NO

MI

TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

93

Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme

yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah

serta tingkat suku bunga pada sektor riil yang meningkat sejalan dengan penurunan

inflasi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,9 % lebih tinggi dari tahun

sebelumnya yang hanya mencapai 0,8%. Pada tahun 2001-2006 perekonomian

Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil sebagaimana yang

tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu pada tahun 2007 yaitu 6,3%. Menurut

Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah dalam (beritajakarta.com)

pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2007 didorong oleh konsumsi dan

ekspor serta didukung dengan membaiknya iklim investasi. Sementara itu, menurut

Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Made Sukada (beritajakarta.com)

pertumbuhan ekonomi tahun 2007 juga didorong oleh daerah DKI Jakarta, Jawa, Bali,

dan nusa tenggara. Hal ini dikarenakan pada daerah-daerah tersebut banyak investor

yang menginvestasikan dananya dengan membuka industri-industri yang dapat

membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik. Pertumbuhan tertinggi di sektor

pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,6 persen. Untuk komunikasi, bidang

telekomunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 24 persen. Sedangkan di sektor

pengangkutan, pertumbuhan di bidang angkutan udara sebesar 10,2 persen. Sektor

penggalian dan pertambangan mencatat pertumbuhan terendah yaitu 2,2 persen.

Dengan melihat sisi pertumbuhan nasional terlihat semakin besar atau kecilnya output

total dari suatu negara yang mencerminkan produktifitas nasional yang dikaitkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

94

dengan dana investasi dalam maksimalisasi total produksi yang mendorong pada

tingkat laju pertumbuhan nasional.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2008-2009 sebesar 6,1% dan 4,6%. Adanya

penurunan pertumbuhan ini karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca

pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah

mengalami pelemahan signifikan (BPS, 2017). Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010

menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia. Dari pertumbuhan ekonomi

tahun sebelumnya yaitu 4,6%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada

tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November 2010 berhasil ditahan pada

level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang

dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan

sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan

ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan

Oktober mencapai 19,3%.

Tahun 2011-2012, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini

terlihat dari rasio utang terhadap PDB sebesar 0,25 persen, cadangan devisa 110 miliar

dolar AS, dan defisit anggaran kurang dari 2 persen terhadap PDB menunjukkan

kekuatan dan stabilitas ekonomi Indonesia pada 2011.

Secara keseluruhan jumlah penduduk miskin turun dari 36,1 juta orang atau 16,66%

dari total penduduk Indonesia tahun 2004 menjadi 29,9 juta orang atau 12,50% dari

total penduduk Indonesia tahun 2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

95

Pertumbuhan ekonomi melemah pada tahun 2013-2014 dikarenakan tingkat suku

bunga yang tinggi membatasi pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi

pertumbuhan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank

Indonesia) meningkatkan suku bunga dari level terendah dalam sejarah pada 5,75%

kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi 7,75% di akhir 2014. Bank

Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya dalam rangka melawan inflasi yang

tinggi yang meningkat tajam setelah beberapa reformasi subsidi bahan bakar dan

mengurangi defisit transaksi berjalan yang lebar.

Grafik IV.3

Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1997-2014

Sumber: Data Sekunder, diolah 2017

4.1

8 5.0

5 6.0

3

5.8

1

8.0

1 9.1

3 9.9

4

10

.25

11

.9

10

.93

10

.01

9.3

9

8.9

6

8.3

2

7.7

7.2

4

7.3

9

7.4

5

1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4

PE

RS

EN

TA

SE

PE

NG

AN

GG

UR

AN

TAHUN

PENGANGGURAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

96

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa pada tahun 1997 merupakan tingkat

pengangguran dari tahun 1997 sebesar 4,18, yaitu dengan jumlah penganggur sebesar

4.275.155 jiwa. Tingkat pengangguran pada tahun 1997 ini masih tergolong dalam

pengangguran skala yang wajar karena tingkat pengangguran masih dibawah 5 persen.

Dalam negara maju, tingkat penganggurannya biasanya berkisar antara 2 – 3 persen.

Hal ini disebut tingkat pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah

suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tak mungkin dihilangkan. Artinya jika

tingkat pengangguran paling tinggi 2 – 3 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam

kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment).

Pada tahun 1998 tingkat pengangguran di Indonesia cenderung naik hingga

puncaknya terjadi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan

angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang

tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut

semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi tidak saja

jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja

yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja

(PHK). Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun

terus semakin tinggi.

Tahun 2006-2014 tingkat pengangguran di Indonesia cenderung menurun. Hal

ini dikarenakan pemerintah sudah menetapkan Inpres No.3/2006 tentang paket

kebijakan perbaikan iklim investasi sebagai perbaikan iklim investasi yang meliputi

aspek perpajakan, kepabeanan, infrastruktur, ketenagakerjaan dan daya saing UKM.

Paket kebijakan tersebut dirasa cukup efektif dan dapat dirasakan manfaatnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

97

terutama dengan terpuruknya sektor riil, sehingga dapat menyerap pekerja yang lebih

banyak. Yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah meningkatkan pertumbuhan

berbasis ekspor dan memperbaiki investasi yang mampu menyerap sektor

ketenagakerjaan. Kehadiran investor diharapkan mampu memberikan imbas positif

bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan memecahkan masalah pengangguran

seperti yang diharapkan bisa menarik investasi dan membuka lapangan pekerjaan.

Pemerintah memberi banyak insentif bagi penanaman modal, salah satunya

kemudahan berinvestasi di kawasan industri.

Pemerintah juga menggulirkan program pengurangan pengangguran dan

kemiskinan, di antaranya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM). Program yang menelan anggaran Rp 51 triliun itu menjangkau sekitar 33

provinsi, 2.891 kecamatan, dan 33.527 desa/kelurahan atau 31,92 juta orang miskin di

Indonesia. PNPM yang bertumpu pada proyek-proyek padat karya, seperti

pembangunan infrastruktur, pengembangan desa mandiri energi, pembukaan lahan

kelapa sawit, tebu, dan jarak sebagai sumber energi alternatif, diperkirakan mampu

menciptakan lapangan kerja bagi 12,5 juta orang sampai 14,4 juta orang per tahun.

Kemnaker juga mengambil peran penting dalam upaya menekan angka pengangguran

seperti melakukan percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja baik melalui

pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK), maupun melalui program pemagangan

baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, Kemnaker juga memberikan bantuan

sarana usaha kepada kelompok masyarakat dan pengembangan kewirausahaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

98

Grafik IV.4

Tingkat Upah Minimum di Indonesia Tahun 1997-2014

Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa upah minimum selalu naik dari tahun ke

tahun tanpa adanya penurunan sedikitpun. Upah minimum bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan pekerja agar bisa memenuhi kebutuhan dasar hidupnya

sehingga terbebas dari garis kemiskinan. Upah minimum suatu tahun didapatkan dari

upah minimum tahun sebelumnya ditambah upah minimum sebelumnya dikalikan

inflasi dan kenaikan PDB tahun sebelumnya. Melihat perekonomian saat ini, upah

minimum buruh hampir selalu dapat dipastikan akan meningkat karena inflasi dan

peningkatan PDB yang terjadi hampir di setiap tahun.

13

5

15

0.9

17

5.4

21

6.5

29

0.5

36

2.7

41

4.7

45

8.5

50

7.7 60

2.2

66

7.9

74

3.2

83

0.7

90

8.8

98

8.8 11

19

.1 13

32

.4

15

95

.9

1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4

UM

R (

RU

PIA

H)

TAHUN

UPAH MINIMUM REGIONAL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

99

KHL sendiri diatur dalam Permenakertrans No.13 Tahun 2012 tentang

Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.

Pemerintah menetapkan 7 kelompok dengan 60 komponen kebutuhan bagi

buruh/pekerja lajang yang menjadi dasar dalam melakukan survei harga dan

menentukan besaran nilai upah minimum. Upah juga mengikutsertakan penghitungan

kenaikan PDB seolah menyiratkan untuk mendorong kenaikan produktivitas para

buruh. Meningkatnya produktivitas para buruh akan meningkatkan produk yang

dihasilkan dan dampak lebih panjangnya adalah peningkatan PDB yang ada. Dengan

begitu tidak hanya pekerja saja yang diuntungkan dengan adanya peningkatan

kesejahteraan dikarenakan upah minimum yang selalu meningkat, tetapi juga dari sisi

pengusaha diuntungkan dengan adanya kenaikan upah minimum memicu

meningkatnya produktivitas buruh yang berdampak pada meningkatnya produk yang

dihasilkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

100

Grafik IV.5

Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia Tahun 1997-2014

Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.

Angka-angka koefisien gini dalam grafik IV.5 merupakan rasio gini Indonesia

tahun 1997-2014. Data yang ada menunjukkan fluktuasi, mencerminkan bahwa

distribusi ketimpangan pendapatan di Indonesia tidak senantiasa membaik dari tahun

ke tahun. Hal ini dikarenakan negara Indonesia terdiri atas banyak wilayah sehinga

memiliki karakteristik wilayah yang berbeda yang berdampak pada pembangunan

ekonomi yang belum bisa diterima oleh beberapa wilayah tertentu yang

mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah

lainnya tumbuh dengan lambat sehingga menyebabkan ketimpangan baik dalam hal

pembangunan maupun pendapatan antar daerah. Pada tahun 2005 pemerintah

mengambil kebijakan menaikkan harga BBM sehingga menimbulkan inflasi yang

0.3

6

0.3

6

0.3

1

0.3

1

0.3

1 0.3

3

0.3

3

0.3

3 0.3

6

0.3

6

0.3

6

0.3

5 0.3

7

0.3

8 0.4

1

0.4

1

0.4

1

0.4

1

1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4

IND

EK

S G

INI

TAHUN

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

101

cukup tinggi dan membawa dampak angka koefisien gini meningkat menjadi 0,36

yang diikuti pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 2006-2014. Tetapi secara

keseluruhan ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tahun 1997-2914

tergolong rendah atau merata, karena memiliki indeks rata-rata gini ratio sebesar 0,35.

Pemerintah terus mengatasi adanya kenaikan angka gini ratio. Pada tahun 2010

pemerintah melakukan berbagai kebijakan seperti menurunkan tingkat pengangguran

dengan menciptakan lapangan kerja baru, pemerintah juga menargetkan penurunan

tingkat kemiskinan secara absolut seiring dengan perbaikan distribusi pendapatan

dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan

perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemerintah

juga memprioritaskan sektor pertanian dan industri sebagai lokomotif pembangunan

sehingga memiliki dampak yang besar terhadap penciptaan lapangan kerja,

pengurangan kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan.

B. Analisis Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah residual terdistribusi

normal atau tidak. Untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak,

digunakan kriteria sebagai berikut, Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05,

berarti data berdistribusi normal. Sebaliknya, Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed)

< 0,05, berarti data tidak berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

102

SPSS (17.00), yaitu dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov. Hasil

pengujian normalitas data dapat dilihat pada output dibawah ini:

Tabel VI.2

Hasil Pengujian Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 18

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .94240468

Most Extreme Differences Absolute .268

Positive .268

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z 1.139

Asymp. Sig. (2-tailed) .150

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Data BPS dan Kemekakertrans, diolah 2017.

Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed)

sebesar 0,150, sehingga nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai

signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

103

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah data antar variabel

bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Hasil

pengujian linearitas dapat dilihat pada output SPSS dibawah ini:

Tabel IV.3

Hasil Uji Linearitas

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 217.425 4 54.356 46.803 .000a

Residual 15.098 13 1.161

Total 232.524 17

a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum

b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan

Sumber: Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017

Berdasarkan output diatas, diperoleh Fhitung sebesar 46.803 dengan

probabilitas sebesar 0.000. Hasil Fhitung dibandingkan dengan menggunakan

taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh Ftabel sebesar 3,18. Jadi Fhitung

(46,803) > F tabel (3.18) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan

distribusi pendapatan memiliki hubungan yang linier terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

104

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel (independen). Hasil

uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel coefficiens.

Tabel IV.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 pertumbuhan ekonomi .618 1.619

Pengangguran .753 1.328

upah minimum .199 5.030

ketimpangan pendapatan .230 4.351

a. Dependent Variable: kemiskinan

Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

105

Pengujian multikolinearitas untuk data variabel bebas diatas adalah sebagai

berikut:

1) Pertumbuhan ekonomi (X1)

Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel pertumbuhan

ekonomi diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar

1,619, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan

bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai korelasi dengan

variabel lainnya. Dengan kata lain variabel pertumbuhan ekonomi tidak

terjadi multikolinearitas.

2) Pengangguran (X2)

Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel pengangguran

diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1,328, yang

berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa

variabel pengangguran tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya.

Dengan kata lain variabel penganguran tidak terjadi multikolinearitas.

3) Upah Minimum Regional (X3)

Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel upah minimum

diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 5,030, yang

berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa

variabel upah minimum tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya.

Dengan kata lain variabel upah minimum tidak terjadi multikolinearitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

106

4) Ketimpangan Distribusi Pendapatan (X4)

Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel ketimpangan

distribusi pendapatan diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor)

sebesar 4,351, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka

disimpulkan bahwa variabel ketimpangan distribusi pendapatan tidak

mempunyai korelasi dengan variabel lainnya. Dengan kata lain variabel

ketimpangan distribusi pendapatan tidak terjadi multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas

digunakan uji korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test).

Hasil output untuk pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

107

Tabel IV.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Correlations

pertumbuhan ekonomi Pengangguran

upah minimum

ketimpangan pendapatan

Unstandardized Residual

Spearman's rho

pertumbuhan ekonomi

Correlation Coefficient

1.000 .328 .723** .562

* .331

Sig. (2-tailed) . .183 .001 .015 .179

N 18 18 18 18 18

pengangguran Correlation Coefficient

.328 1.000 .230 -.104 -.020

Sig. (2-tailed) .183 . .358 .681 .938

N 18 18 18 18 18

upah minimum Correlation Coefficient

.723** .230 1.000 .784

** .257

Sig. (2-tailed) .001 .358 . .000 .303

N 18 18 18 18 18

ketimpangan pendapatan

Correlation Coefficient

.562* -.104 .784** 1.000 .246

Sig. (2-tailed) .015 .681 .000 . .324

N 18 18 18 18 18

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient

.331 -.020 .257 .246 1.000

Sig. (2-tailed) .179 .938 .303 .324 .

N 18 18 18 18 18

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017.

Pada penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan

uji korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test).. Pengujian ini

dilakukan untuk semua variabel bebas:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

108

Pengujian heteroskedastisitas untuk data variabel bebas diatas adalah sebagai

berikut:

1) Pertumbuhan ekonomi (X1)

Pada output antara (X1) dan residu menghasilkan angka (r) -0,331

dengan probabilitas (Sig) 0,179. Jadi, dengan membandingkan probabilitas

diperoleh bahwa nilai sig 0,179 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara

pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

2) Pengangguran

Pada output antara (X2) dan residu menghasilkan angka (r) -0,020

dengan probabilitas (Sig) 0,938. Jadi, dengan membandingkan probabilitas

diperoleh bahwa nilai Sig 0,938 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara

pengangguran dengan tingkat kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas.

3) Upah Minimum Regional

Pada output antara (X3) dan residu menghasilkan angka (r) 0,257

dengan probabilitas (Sig) 0,303. Jadi, dengan membandingkan probabilitas

diperoleh bahwa nilai Sig 0,303 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara

upah minimum regional dengan kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas.

4) Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Pada output antara (X4) dan residu menghasilkan angka (r) 0,246 dengan

probabilitas (Sig) 0,324. Jadi, dengan membandingkan probabilitas diperoleh

bahwa nilai Sig 0,324 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

109

ketimpangan distribusi pendapatan dengan kemiskinan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara

residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.

Tabel VI.6

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .967a .935 .915 1.07920 1.666

a. Predictors: (Constant), ketimpangan pendapatan, pengangguran, pertumbuhan

ekonomi, upah minimum

b. Dependent Variable: kemiskinan

Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017

Dengan N= 17, k=4 maka didapat harga tabel D-W yaitu dL: 0,7790, dU:

1,9005. Kesimpulannya dalam uji autokorelasi didapat nilai D-W yaitu 1,666, jadi

nilai D-W 1,666 < 4 – dU, sehingga data dalam penelitian ini tidak mengalami

masalah autokorelasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

110

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Keterandalan Model (Uji F)

Pengujian terhadap variabel independen didalam model dapat dilakukan

dengan uji simultan (Uji F). Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Dari regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah

minimum, dan ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997 – 2014 yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen

(alpha = 5 persen).

Tabel VI.7

Hasil Uji Keterandalan Model (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 217.425 4 54.356 46.803 .000a

Residual 15.098 13 1.161

Total 232.524 17

a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum

b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan

Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017.

Berdasarkan output di atas, diperoleh F hitung sebesar 46,803 dengan

probabilitas sebesar 0,000. Hasil F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

111

dengan mengunakan taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh F tabel sebesar

3,18. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, apabila F hitung lebih kecil dari F

tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika F hitung lebih besar

daripada F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan

ketimpangan distribusi pendapatan secara bersama-sama dapat menjadi prediktor

tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, model regresi yang digunakan dalam

penelitian ini sudah tepat.

b. Uji Koefisien Regresi

Uji koefisien regresi menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual. Dalam regresi pengaruh pertumbuhan

ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan

tahun 1997 -2014, dengan nilai signifikansi = 0,05 (5 persen). Hasil pengujian

koefisien regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

112

Tabel VI.8

Hasil Uji Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 33.685 5.305

6.349 .000

pertumbuhan ekonomi -.385 .075 -.463 -5.141 .000

pengangguran -.005 .145 -.003 -.038 .971

upah minimum -.003 .001 -.387 -2.439 .030

ketimpangan pendapatan -37.728 15.617 -.357 -2.416 .031

a. Dependent Variable: kemiskinan

Adapun penjelasan hasil regresi dari masing-masing variabel adalah sebagai

berikut:

1) Pertumbuhan ekonomi

Pengujian hipotesis dalam variabel pertumbuhan ekonomi adalah sebagai

berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi

terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

113

Pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien beta sebesar -0,385, artinya

jika pertumbuhan ekonomi naik satu persen, maka kemiskinan akan menurun

sebesar 0,385 persen.

Untuk mengetahui apakah variabel ekonomi berpengaruh signifikan

terhadap tingkat kemiskinan, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai

signifikansi variabel pertumbuhan ekonomi dengan taraf signifikansi 5%

(0,05). Nilai signifikansi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0,000,

berada dibawah 0,05. Karena Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif

dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997 – 2014.

2) Pengangguran

Pengujian hipotesis dalam variabel pengangguran adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap

tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa pengangguran memiliki

nilai signifikansi 0,971 dan berada diatas 0,05. Karena Sig > 0,05 maka H0

diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat

kemiskinan tahun 1997-2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

114

3) Upah Minimum

Pengujian hipotesis dalam variabel upah minimum adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap

tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

Upah minimum memiliki koefisien beta sebesar -0,003, artinya jika

upah minimum dinaikkan satu rupiah, maka kemiskinan di Indonesia akan

menurun sebesar 0,003.

Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa upah minimum memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,030 dan berada dibawah 0,05. Karena Sig < 0,05

(0,030 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara

upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

4) Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Pengujian hipotesis dalam variabel ketimpangan distribusi pendapatan adalah

sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

115

Ketimpangan distribusi pendapatan memiliki koefisien beta sebesar -

38,243, artinya jika ketimpangan distribusi pendapatan naik satu persen maka

kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 38,243 persen.

Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi

pendapatan memiliki signifikansi sebesar 0,031 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan proporsi pengaruh

seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat

dukur dengan R-Square.

Tabel VI.9

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .967a .935 .915 1.07768

a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum

b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan

Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017

Nilai R Square sebesar 0,935 menunjukkan bahwa proporsi pengaruh

variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

116

distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap kemiskinan sebesar 93,5

persen. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum,

dan ketimpangan distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap

kemiskinan sebesar 93 persen, sedangkan sisanya 7 persen dipengaruhi oleh

variabel lain, misalnya inflasi, indeks pembangunan manusia, dan tingkat

pendidikan.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di

Indonesia Tahun 1997-2014

Hasil pengujian hipotesis yang pertama tentang pengaruh pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan. Berdasarkan pada kolom

signifikansi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Selain itu, pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien beta

sebesar -0,385, artinya jika pertumbuhan ekonomi naik satu persen, maka tingkat

kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 0,385. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi dalam

suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik.

Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

117

tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat

kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per kapita diperoleh

dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada

tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin besar, tingkat

kemakmuran dianggap makin tinggi (Rahardja, dan Mandala Manurung,

2008:223). Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suparmoko

(1990:210). Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan

pertumbuhan pendapatan per kapita menuntut adanya kenaikan produk domestik

bruto. PDB itu sangat ditentukan oleh faktor produksi yang digunakan, seperti

tenaga kerja, kapital, barang sumber daya alam, tingkat teknologi, dan kondisi

sosial dalam negara yang bersangkutan. Pada umumnya terdapat hubungan yang

positif antara jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi dan PDB. Semakin

banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja, dan sumber daya alam, dan tingkat

teknologi yang lebih canggih serta keadaan sosial yang mendukung pertumbuhan

ekonomi, maka akan meningkat pula PDB suatu negara.

Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan per kapita dengan tingkat

kemiskinan tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan

dalam distribusi pendapatan. Mengikuti hipotesis Kuznet, pada tahap awal dari

proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat

mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur

berkurang. Tentu banyak faktor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang

juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah atau negara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

118

seperti derajat pendidikan, tenaga kerja, dan struktur ekonomi (Tambunan,

2015:107).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada

pengaruh negatif dan signifikan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan

tahun 1997-2014. Hal ini sesuai karena suatu perekonomian dikatakan mengalami

pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari

apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang

semakin meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan ekonomi karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi

menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam

suatu negara tersebut sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi

dan upah yang diterima oleh pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika

pertumbuhan ekonomi meningkat akan berdampak pada tingkat kemiskinan di

Indonesia menurun.

2. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun

1997-2014

Hasil pengujian hipotesis yang kedua tentang pengaruh pengangguran

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan bahwa

pengangguran tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil output SPPS Versi

17.00 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,971 lebih besar dari 0,05. Dengan

demikian H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti pengangguran tidak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hasil ini

tidak sesuai dengan hipotesis yang ada, menyatakan bahwa pengangguran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

119

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun

1997-2014.

Tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997-2014 masih tergolong wajar.

Dalam negara berkembang, tingkat pengangguran dikatakan wajar atau biasa kita

kenal dengan tingkat pengangguran alamiah apabila tingkat pengangguran berkisar

antara 4 sampai 6 persen setiap tahunnya. Dalam mekanisme pasar tenaga kerja,

upah harus disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah penawaran dan jumlah

permintaan tenaga kerja. Penyesuaian ini dilakukan untuk memastikan bahwa

seluruh pekerja memiliki pekerjaan. Faktanya, dalam permintaan dan penawaran

tenaga kerja tidak selamanya ideal. Selalu ada tenaga kerja yang tidak mempunyai

pekerjaan meskipun secara umum perekonomian berjalan baik. Artinya, tingkat

pengangguran selalu berfluktuasi di sekitar tingkat pengangguran alamiah dan

tidak pernah mencapai angka nol. Hal ini terjadi biasanya karena adanya

pengangguran friksional dimana adanya ketidakcocokan pekerjaan yang diinginkan

oleh pekerja sehingga mereka dengan sukarela meninggalkan pekerjaan untuk

mencari pekerjaan lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang dirasa cocok bagi

mereka.

Data pengangguran dalam penelitian ini masih berkisar antara 4 sampai 6

persen setahun dikatakan sebagai pengangguran yang alamiah karena hanya

beberapa pekerja saja yang dengan sukarela tidak bekerja sehingga pengangguran

ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap perekonomian saat ini apalagi

berpengaruh dengan kemiskinan yang ada. Pengangguran yang dapat

mempengaruhi kemiskinan di Indonesia yaitu apabila adanya tingkat pengangguran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

120

yang parah artinya terdapat kesenjangan antara lapangan kerja yang tersedia

dengan angkatan kerja yang ada, dampaknya masyarakat secara luas akan kesulitan

dalam memperoleh pekerjaan sehingga mereka akan sangat kesulitan dalam

pemenuhan hidup sehari-hari dan akhirnya pengangguran berpengaruh signifikan

terhadap kemiskinan di Indonesia karena banyaknya pekerja yang masuk dalam

kemiskinan absolut, berbeda dengan pengangguran alamiah yang hanya beberapa

pekerja saja yang tidak bekerja dikarenakan ketidaksesuaian pekerjaan yang

diinginkan oleh pekerja sehingga tidak banyak masyarakat yang tergolong dalam

kemiskinan absolut dan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan yang ada.

Pemerintah tidak perlu terlalu cemas menghadapi masalah pengangguran ini

karena tingkat pengangguran ini masih tergolong wajar dan dapat ditoleransi.

3. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun

1997-2014

Hasil pengujian hipotesis yang ketiga tentang pengaruh upah minimum

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan bahwa

upah minimum berpengaruh signifikan. Berdasarkan pada kolom signifikansi

menunjukkan bahwa upah minimum memiliki nilai signifikansi sebesar 0,030 lebih

kecil dari 0,05 (0,030 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, upah

minimum memiliki koefisien beta sebesar -0,003, artinya jika upah minimum naik

satu rupiah, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 0,003.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upah minimum berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

121

Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang

disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha (Sukirno, 2012: 351). Upah

pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, sebab itu, upah

harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dengan wajar. Kewajaran

dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup Minimum (KFM) yang

merupakan tanggung jawab semua pemerintah, pengusaha, dan karyawan itu

sendiri. Untuk menjamin bahwa kehidupan hidup minimum setiap karyawan dapat

terpenuhi melalui pekerjaan dari mana ia memperoleh penghasilan.

Tujuan utama upah minimum agar karyawan dapat memenuhi kebutuhan

hidup sehingga terlepas dari kemiskinan, tetapi disisi lain upah minimum juga

menguntungkan dari sisi perusahaan. Dengan adanya upah minimum produktivitas

kerja karyawan meningkat karena produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak

faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, pendidikan, dan manajemen pimpinan.

Namun bagi karyawan berpenghasilan kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan

faktor dominan untuk meningkatkan produktivitas kerja sekalipun perusahaan

memiliki manajemen yang baik, produktivitas kerja karyawan sukar ditingkatkan

bila kondisi gizi dan kesehatan karyawan sangat rendah. Sebab untuk dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan, upah mereka harus memadai untuk

memenuhi KFM-nya.

4. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Tingkat

Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014

Hasil pengujian hipotesis yang keempat tentang pengaruh ketimpangan

distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

122

menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan signifikan. Berdasarkan

pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05 (0,031 < 0,05), maka

H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan memiliki

koefisien beta sebesar -38,243, artinya jika ketimpangan distribusi pendapatan naik

satu persen, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 38,243

persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketimpangan distribusi

pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 1997-2014.

Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari mampu atau tidaknya masyarakat

dalam negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kemakmuran

negara tidak semata-mata didasarkan pada tolok ukur besarnya pendapatan

nasional dan pendapatan per kapita saja, namun juga bagaimana pendapatan

nasional itu didistribusikan, apakah pendapatan nasional (kue nasional)

didistribusikan secara lebih merata atau timpang. Pendapatan dianggap

didistribusikan secara merata sempurna bila setiap individu memperoleh bagian

yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dikatakan tidak adil

jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh lebih sebagian penduduk. Tetapi

distribusi pendapatan menjadi sangat tidak adil apabila bagian yang sangat besar

output nasional hanya dinikmati oleh segelintir kelompok masyarakat (Rahardja

dan Mandala Manurung, 2008:245).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

123

tahun 1997-2014. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang ada, karena semakin

ada jarak antara individu kaya dan individu miskin dan mereka yang berada

didalam kelompok miskin akan semakin kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan

dasar dan akan lebih mudah untuk masuk kedalam garis kemiskinan.

Secara riil, pemerintah mampu meningkatkan investasi yang memicu

pertumbuhan ekonomi, akan tetapi pertumbuhan ekonomi tidak beriringan dengan

pemerataan. Namun demikian, pada tahap pembangunan lebih lanjut pemerintah

harus semakin sadar bahwa pertumbuhan ekonomi perlu dilengkapi dengan

pemerataan pendapatan pada masyarakat. Dalam penelitian ini indeks ketimpangan

berhubungan negatif dengan tingkat kemiskinan, artinya semakin timpang indeks

gini maka tingkat kemiskinan semakin rendah. Hal ini mungkin menggambarkan

proses pembangunan di Indonesia yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi

yang hasilnya lebih banyak dinikmati oleh kelompok-kelompok kecil. Nampaknya

teori klasik tentang trickle down effect (efek rembesan ke bawah) berlaku dalam

konteks Indonesia saat ini, dimana dengan melakukan banyak investasi domestik

maka harapannya akan berjalan serta berlipat ganda hasilnya dan akhirnya mampu

menggerakkan perekonomian sehingga memicu pertumbuhan ekonomi yang

semakin tinggi. Ketika pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh sebagian kecil

dari masyarakat ternyata masih terjadi proses trickle down effect. Artinya

kemakmuran dari sekelompok kecil masyarakat masih berimbas pada penurunan

jumlah kemiskinan mutlak. Dalam arti, walaupun hasil dari pendapatan nasional

lebih dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat kaya yang menginvestasikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

124

uangnya dalam perekonomian saat ini tetapi imbasnya penurunan kemiskinan

mutlak karena adanya investasi tersebut juga dirasakan oleh masyarakat yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

125

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh pertumbuhan

ekonomi, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari

koefisien beta sebesar -0,465 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini

dikarenakan pertumbuhan ekonomi akan mengalami pertumbuhan atau

berkembang didalam suatu negara apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi

dari apa yang dicapai sebelumnya, baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Dengan kata lain adanya pertumbuhan ekonomi berarti ada peningkatan barang

dan jasa dalam tahun tersebut. Dalam peningkatan kegiatan ekonomi diperlukan

faktor produksi, semakin besar peningkatan kegiatan ekonomi berarti memerlukan

faktor produksi yang lebih banyak, berarti ada peningkatan produktivitas dari

tenaga kerja itu sendiri yang akan berdampak terhadap upah yang diberikan oleh

pengusaha, karena upah seseorang ditentukan dari produktivitas yang dihasilkan

oleh seseorang tersebut maka semakin besar produktivitas yang dihasilkan oleh

tenaga kerja akan semakin banyak upah yang dihasilkannya. Dengan begitu

individu tersebut dapat memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Selain itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

126

dengan adanya peningkatan barang dan jasa yang dihasilkan akan lebih

mempermudah individu dan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya dan terhindar dari kemiskinan.

2. Variabel pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan

di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi 0,995 >

0,05. Hal ini dikarenakan tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997-2014

masih tergolong wajar berkisar antar 4 sampai 6 persen setahun. Artinya, tingkat

pengangguran selalu berfluktuasi di sekitar tingkat pengangguran alamiah dan

tidak pernah mencapai angka nol. Pengangguran ini terjadi biasanya karena

adanya pengangguran friksional dimana adanya ketidakcocokan pekerjaan yang

diinginkan oleh pekerja sehingga mereka dengan sukarela meninggalkan

pekerjaan untuk mencari pekerjaan lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang

dirasa cocok bagi mereka. Hal ini tidak akan mempengaruhi tingkat kemiskinan

yang ada di Indonesia sehingga pemerintah tidak perlu terlalu cemas menghadapi

masalah pengangguran ini karena tingkat pengangguran ini masih tergolong

wajar. dapat ditoleransi, dan tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat

kemiskinan Indonesia saat ini.

3. Variabel upah minimum regional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari

koefisien beta -0,383 dan nilai signifikansi 0,029 < 0,05. Hal ini dikarenakan upah

merupakan sumber penghasilan utama seseorang, maka dari itu upah harus cukup

untuk memenuhi hidup karyawannya dengan wajar, dalam arti karyawan dapat

memenuhi kebutuhan minimumnya. Dengan begitu mereka akan terhindar dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

127

kemiskinan, karena dengan upah yang diberikan oleh pengusaha kepada karyawan

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan yang

lainnya yang harus tercukupi seperti sandang, pangan, dan papan.

4. Variabel ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat

dari koefisien beta sebesar -0,362 dan nilai signifikansi 0,027 < 0,05. Hal ini

dikarenakan banyaknya investasi domestik yang berjalan serta berlipat ganda

hasilnya dan akhirnya mampu menggerakkan perekonomian sehingga memicu

pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Ketika pertumbuhan ekonomi yang

tinggi tersebut hanya dinikmati oleh sebagian kecil dari masyarakat ternyata

masih terjadi proses trickle down effect. Artinya kemakmuran dari sekelompok

kecil masyarakat masih berimbas pada penurunan jumlah kemiskinan mutlak.

Walaupun hasil dari pendapatan nasional lebih dinikmati oleh sebagian kecil

masyarakat kaya yang menginvestasikan uangnya dalam perekonomian saat ini

tetapi imbasnya penurunan kemiskinan mutlak karena adanya investasi tersebut

juga dirasakan oleh masyarakat yang lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat

diberikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia maka dari itu untuk mengurangi

kemiskinan di Indonesia pemerintah perlu merangsang terus pertumbuhan ekonomi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

128

dan menjaga stabilitas sosial politik, karena dalam. Dengan adanya peningkatan

investasi akan membuat pertumbuhan ekonomi melaju semakin tinggi. Karena

semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin

menurun. Apabila pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan maka

pendapatan per kapita masyarakat juga bertambah sehingga akan mengakibatkan

peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan.

2. Dalam penelitian ini upah minimum regional berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia sehingga untuk mengentaskan

kemiskinan sebaiknya pemerintah perlu menaikkan upah minimum secara berkala,

karena, maka dari itu harus memperhatikan upah minimum yang ditetapkan untuk

para pekerja, karena upah merupakan sumber penghasilan utama yang digunakan

untuk mencukupi kebutuhan hidup maka penetapan upah minimum disarankan

untuk memperhatikan produktivitas dan kecukupannya untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidup dasar. Selain itu, agar pengusaha maupun investor tidak merasa

dirugikan karena adanya kenaikan upah minimum secara berksls maka sebaiknya

pekerja juga meningkatkan kualitas maupun kuantitas barang atau jasa yang

dihasilkannya.

3. Dalam penelitian ini ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Pemerintah sebaiknya

melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemerataan yang dilakukan secara

sistematis, tidak hanya mengandalkan sistem alamiah yaitu trickle down effect

tetapi juga perlu dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan untuk pemerataan. Seperti

adanya pajak pendapatan progresif dimana golongan kaya atau lebih kaya dituntut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

129

untuk membayar persentase pajak yang lebih besar dibandingkan dengan golongan

miskin.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah variabel ekonomi lainnya

yang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia,

seperti tingkat pendidikan, indeks pembangunan manusia, dan inflasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

130

DAFTAR PUSTAKA

Arif, S. (2016, 14 April). “Ratusan Bayi di Kota blitar Mengidap Gizi Buruk” Sindo [Online] halaman 1. Tersedia: http://daerah.sindonewa.com/read/1101073/23/ratusan-bayi-di-kota -blitar-mengidap-gizi-buruk-1460634426. [9 Maret 2017].

Arsyad, Lincolin. (2004). Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.

Asian Development Bank. (2017) Tersedia: http://www.adb.org/id/indonesia/poverty.

Asih, W (2015). “Analisis Ketimpangan Dalam Pembangunan Ekonomi Antar

Kecamatan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2004-2013”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta: http://eprints.uny.ac.id/23801/1/SKRIPSI%20FULLWIDI%ASIH10404244012.pdf.

Basuki, Nano Prawoto. (2016). ANALISIS REGRESI DALAM PENELITIAN EKONOMI DAN BISNIS. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Boediono. (1988). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

BPS. (2017): Laporan Perekonomian Indonesia.

Budiyono. (2015). Statistika Untuk Penelitian. Surakarta. UNS Press.

Case, Fair. (2004). PRINSIP-PRINSIP EKONOMI MAKRO. Jakarta. Erlangga.

Ghozali, Imam. 2002. Statistik Non Parametrik. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gilarso, T. (2004). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Kanisius.

Hasan, M. Iqbal. (2003). Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jhingan. M. L. (2004). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Jundi, A.M (2014). “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Indonesia”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/45391/1/05JUNDI.pdf.

Kemenakertrans. (2017). Laporan Tenaga Kerja Indonesia.

Kuncoro, Mudrajat. (2006). Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta. UPP STIM YKPN.

Kuncoro, Mudrajat. (2013). Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

131

Mankiw, Greegory. (2006). MAKROEKONOMI. Jakarta: Erlangga.

Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nina, C. (2016). “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Regional, Inflasi, Dan Investasi Terhadap Jumlah Pengangguran Di DIY Tahun 1986-2015”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta”

Ningsih, F.R (2010). “Pengaruh Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia Periode Tahun 1988-2008” Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18695/1/Fatmi%20Ratna%20Ningsih-FEB.pdf.

Nisfiannoor. (2009). PENDEKATAN STATISTIKA MODERN Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Nugroho, P (2014). “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Tingkat Ketimpangan Antar Kecamatan Di Kabupaten Demak Tahun 2008-2010” Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/43053/1/10Nugroho.pdf.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (2005). Komponen Dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Lebutuhsn Hidup Layak. Jakarta: Kemenakertrans.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (1999). Upah Minimum. Jakarta: Kemenakertrans.

Pratama, A. (2016, 28 Desember). “Polisi Yakin Motif Pembunuhan di Pulomas Karena Ingin Merampok:. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia:

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/28/20413081/polisi.yakon.motif.pembunuhan.di.pulomas.karena.ingin.merampok. [9 Maret 2017].

Putra, L.D (2011). “Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/27371/1/Skripsi%28r%29.pdf.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi dan Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Retnosari, D. (2006). “Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

132

http://eprints.uny.ac.id/23801/1/SKRIPSI%20FULLWIDI%20ASIH10404244012.pdf.

Rumahorbo, R.A. (2014). “Analisis Faktpr-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makasar: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9905/SKRIPSI%20LENGKAP-FEB-IE-RESTUTY%20ANGGERENY%20RUMAHORBO.pdf?sequence=1.

Santosa, Purbayu Budi, Muliawan Hamdani. (2007). Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi Dan Niaga. Semarang: Erlangga.

Simanjuntak, Payaman. J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sumarsono, Sonny. (2009). Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudarsono, Gaguk Margono, Wardani Rahayu. (2012). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumanto, (2014). STATISTIKA TERAPAN. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service).

Suryawati, C. (2005). “Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional”. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. (03), 121-129.

Tambunan, Tulus, (2015). Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga Jokowi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Todaro, Michael. (2003). PembangunanEkonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Usman, Purnomo Setiadi. (2008). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Waruwu, S.J. (2016). “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah, Dan Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1995-2014”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: http://library.usd.ac.id/.

Widiastuti, A (2010). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008: Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/24465/1/Skripsi.pdf.

Wie, Thee Kian. (1980). Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Jakarta: LP3ES.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

133

Winanendra, A (2014). “Analisis Tingkat Kemiskinan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2008-2012” Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/44600/1/03WINANENDRA.pdf.

Wiratmo, Mansykur. (1994). Sinopsis Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: Media Widya Mandala.

Yudha, O.R (2013). “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2009-2011” Skripsi. Universitas Negeri Semarang: http://lin.unnes.ac.id/17313/1/7111409012.pdf.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

134

LAMPIRAN 1

DATA PENELITIAN

Tahun Tingkat Kemiskinan

Pertumbuhan Ekonomi

Pengangguran Upah Minimum

Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

1997 17,47 4,7 4,18 135,0 0,36

1998 24,26 -13 5,05 150,9 0,36

1999 23,43 0,8 6,03 175,4 0,31

2000 19,14 4,9 5,81 216,5 0,31

2001 18,41 3,5 8,01 290,5 0,31

2002 18,20 4,4 9,13 362,7 0,33

2003 17,42 4,8 9,94 414,7 0,33

2004 16,66 5 10,25 458,5 0,33

2005 15,97 5,7 11,90 507,7 0,36

2006 17,75 5,5 10,93 602,2 0,36

2007 16,58 6,3 10,01 667,9 0,36

2008 15,42 6,1 9,39 743,2 0,35

2009 14,15 4,6 8,96 830,7 0,37

2010 13,30 6 8,32 908,8 0,38

2011 12,50 6,1 7,70 988,8 0,41

2012 12,00 6,2 7,24 1,119,1 0,41

2013 11,40 5,8 7,39 1,332,4 0,41

2014 11,20 5,06 7,45 1,595,9 0,41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

135

HASIL UJI PRASYARAT REGRESI

LAMPIRAN 2

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 18

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .94240468

Most Extreme Differences Absolute .268

Positive .268

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z 1.139

Asymp. Sig. (2-tailed) .150

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

136

LAMPIRAN 3

UJI LINEARITAS

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 217.425 4 54.356 46.803 .000a

Residual 15.098 13 1.161

Total 232.524 17

a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum

b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

137

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

LAMPIRAN 4

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 pertumbuhan ekonomi .618 1.619

Pengangguran .753 1.328

upah minimum .199 5.030

ketimpangan pendapatan .230 4.351

a. Dependent Variable: kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

138

LAMPIRAN 5

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Correlations

pertumbuhan

ekonomi Pengangguran

upah

minimum

ketimpangan

pendapatan

Unstandardized

Residual

Spearman's

rho

pertumbuhan

ekonomi

Correlation

Coefficient

1.000 .328 .723** .562* .331

Sig. (2-

tailed)

. .183 .001 .015 .179

N 18 18 18 18 18

pengangguran Correlation

Coefficient

.328 1.000 .230 -.104 -.020

Sig. (2-

tailed)

.183 . .358 .681 .938

N 18 18 18 18 18

upah minimum Correlation

Coefficient

.723** .230 1.000 .784

** .257

Sig. (2-

tailed)

.001 .358 . .000 .303

N 18 18 18 18 18

ketimpangan

pendapatan

Correlation

Coefficient

.562* -.104 .784** 1.000 .246

Sig. (2-

tailed)

.015 .681 .000 . .324

N 18 18 18 18 18

Unstandardized

Residual

Correlation

Coefficient

.331 -.020 .257 .246 1.000

Sig. (2-

tailed)

.179 .938 .303 .324 .

N 18 18 18 18 18

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

139

LAMPIRAN 6

UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .967a .935 .915 1.07920 1.666

a. Predictors: (Constant), ketimpangan pendapatan, pengangguran, pertumbuhan

ekonomi, upah minimum

b. Dependent Variable: kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

140

HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

LAMPIRAN 7

UJI KETERANDALAN MODEL (UJI F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 217.425 4 54.356 46.803 .000a

Residual 15.098 13 1.161

Total 232.524 17

a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum

b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: 3(1*$58+ 3(5780%8+$1 (.2120, 3(1*$1**85$1 83$+ 0,1,080 5 ... · dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana

141

LAMPIRAN 8

UJI KOEFISIEN REGRESI (UJI T)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 33.685 5.305 6.349 .000

pertumbuhan ekonomi -.385 .075 -.463 -5.141 .000

pengangguran -.005 .145 -.003 -.038 .971

upah minimum -.003 .001 -.387 -2.439 .030

ketimpangan pendapatan -37.728 15.617 -.357 -2.416 .031

a. Dependent Variable: kemiskinan

LAMPIRAN 9

KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .967a .935 .915 1.07768

a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum

b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI