3 unsur anorganik di lingkungan
TRANSCRIPT
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
37
Bab III Unsur‐unsur Anorganik
di Lingkungan Kualitas lingkungan sangat ditentukan oleh komposisi zat‐zat dan energi yang berperan di dalamnya. Dalam keadaan kesetimbangan, segala sesuatu telah
disusun apa adanya, sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan untuk menopang kehidupan. Tidak kurang dan tidak lebih. Sampai......hasil karya manusia
merubahnya, sehingga.....alam terpaksa berupaya membentuk kesetimbangan baru.....yang seringkali tak terduga dan manusia sendiri terlambat untuk siap
menerimanya.
Alam semesta ini dalam pengamatan terbatas para ilmuwan, memiliki atom‐atom
yang sangat berlimpah dan bisa dikelompokkan dalam 92 unsur alamiah. Unsur tersebut yang
paling kecil adalah hidrogen (H) dengan 1 proton dan 1 elektron, dan paling besar adalah
uranium (U) dengan 92 proton dan 92 elektron. Berat atom uranium adalah 238, karena
disamping 92 proton, ada netron‐netron yang menyusunnya. Unsur‐unsur dengan nomor
atom 93, 94, 95 dan seterusnya sangat tidak stabil walaupun beberapa berhasil dibuat.
Nukleus yang besar sangat cepat terpecah kembali atau tidak bertahan lama. Ke‐92 unsur
alamiah itu dan beberapa unsur yang berhasil dibuat dapat dilihat lengkap pada tabel periodik
unsur.
Setelah pengamatan dan perhitungan dilakukan dengan sangat teliti, didapati
bahwa elektron‐elektron hanya menempati 7 lapis kulit sehingga stabil. Makin tinggi tingkat
kulit maka makin sedikit energi yang dibutuhkan untuk melepas elektron dari orbitnya,
sehingga atom terionisasi. Energi ini dinamakan energi ionisasi (EI). Dalam perhitungan
diperoleh EI untuk kulit 1 adalah sebesar 13,6 eV, kulit 2 sebesar 3,4 eV, kulit ke 3 sebesar 1,51
eV, kulit ke 4 0,85 eV dan seterusnya hingga kulit ke 7 mendekati 0 eV. Untuk kulit lebih dari 7
maka EI = 0 eV sehingga elektron tidak mungkin bisa berada dalam orbit yang diharapkan. Dari
sini jelas untuk melepas 1 elektron hidrogen dan membuat ion hidrogen memerlukan 13,6 eV.
Energi ini dibutuhkan untuk melawan energi tarikan inti atom. Makin besar level kulit, maka
letak elektron makin jauh dari inti dengan demikian tarikan inti makin kecil dan EI atom
tersebut makin kecil.
Sifat‐sifat unsur‐unsur alam yang melimpah tersebut, dapat digolongkan
berdasarkan kemiripan sifat yang berulang tiap kenaikan 2, 8 atau 18 nomor atom, sehingga
ada golongan non transiasi atau unsur golongan utama sebanyak 7 (IA‐VIIA) dan golongan
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
38
unsur transisi sebanyak 10 (IB‐VIIB), dan golongan unsur gas‐gas mulia sebanyak 1 (0 atau
VIII). Tabel periodik unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom (jumlah proton) dan
menunjukkan hubungan unsur kimia tersebut dengan konfigurasi yang dimilikinya. Dalam
satu golongan, makin ke bawah maka sifat logam unsur (dalam pengertian kimia berarti
mudah melepaskan elektron) semakin meningkat karena ukuran atom meningkat makin
besar. Sedangkan dalam satu perioda makin ke kanan sifat logam (elektropositif) makin
berubah ke sifat non logam (elektronegatif), sebab jumlah elektron pada kulit terluar
meningkat. Oleh sebab itu unsur‐unsur logam cenderung berada di kiri dan bagian bawah
tabel periodik.
Secara periodik, sifat‐sifat yang mirip tersebut dapat dijelaskan:
1. Jari‐jari atom, jarak antara inti atom dengan lintasan elektron paling luar atau orbital
elektron terluar dari atom. Dalam satu golongan jari‐jari atom makin besar untuk
atom‐atom posisi ke bawah, ‐karena jumlah lintasan elektron atau kulit atom makin
bertambah:
• periode 1 maka hanya ada 1 kulit atau K pada atom dengan orbital 1s
• periode 2 maka atom mempunyai 2 kulit elektron (kulit K, L dengan orbital
1s 2s dan 2p)
• periode 3 maka atom mempunyai 3 kulit elektron (kulit K,L dan M dengan
orbital 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 3d), dan seterusnya
Dalam satu periode, jari‐jari atom makin kecil untuk kulit‐kulit yang terisi lebih
banyak elektron, karena makin banyak jumlah elektron dalam satu kulit maka tarikan
elektron dengan inti makin besar sehingga jarak elektron terluar dengan inti relatif
lebih pendek. Sehingga makin ke kanan letak atom unsur dalam tabel priodik, maka
jari‐jari atom makin kecil.
2. Elektronegatifitas, kemampuan atom membentuk ion negatif karena kemudahannya
untuk mendapatkan elektron tambahan pada orbital elektron valensinya. Dalam
satu periode, makin ke kanan –jumlah elektron di kulit makin banyak‐ maka
kecenderungan atom untuk mendapat elektron tambahan makin besar. Hal ini
adalah upaya untuk mencapai isoelektrik (bersifat elektrik sama) dengan golongan
gas mulia. Sehingga makin ke kanan elektronegativitas atom makin besar. Kebalikan
dengan ini adalah elektropositifitas dan energi ionisasi. Untuk atom sebelah kiri,
energi ionisasi (energi melepas elektron valensi agar menjadi ion positif) makin kecil
sehingga elektropositifitas atom makin besar.
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
39
3. Jari‐jari ion, jarak antara inti atom dengan kulit elektron. Untuk ion positif selalu <
dari jari‐jari atom, sedangkan untuk negatif > dari jari‐jari atom.
4. Potensial ionisasi, energi yang dibutuhkan oleh suatu atom dalam bentuk gas untuk
melepaskan elektron valensinya yang tidak terikat erat
5. Afinitas elektron, energi yang timbul bila suatu atom netral dalam bentuk gas
menerima elektron
3.1 Unsur-unsur Golongan I-A (lithium, natrium, kalium, rubidium, cesium, dan fransium)
Unsur‐unsur golongan ini semua mepunyai struktur satu elektron di kulit s terluar,
merupakan logam yang khas dengan melepaskan elektron terluarnya untuk meniru
konfigurasi gas mulia. Semuanya sangat reaktif dengan sifat logam makin besar dari lithium
(Li) ke fransium (Fr), karena energi ionisasi pertama makin menurun. Energi ionisasi kedua
sangat besar, sehingga tidak bisa terbentuk ion divalen.
Dalam litosfer, unsur‐unsur golongan satu seperti natrium (Na) dan kalium (K) cukup
melimpah dan lithium (Li), rubidium (Rb), serta cesium (Cs) berada dalam jumlah lebih sedikit.
Sejumah besar kandungan garam batuan, adalah NaCl, dan karnalit, KClMgCl2.6H2O, yang
dihasilkan dalam penguapan air laut dalam waktu yang relatif panjang. Litium dan rubidium
terdapat dalam bentuk beberapa mineral bersama silikat (mineral silikat)
Natrium dan senyawaannya berperan cukup penting, aliasi logamnya bersama
timbal (Na‐Pb), digunakan dalam pembuatan tetraalkil‐lead untuk bahan bakar,– meskipun
bahan bakar bertimbal tidak ramah lingkungan. Garam kalium, berbentuk sulfat atau phospat,
telah bertahun‐tahun dipakai dalam pertanian sebagai pupuk. Ion Na+ maupun K+ secara
fisiologis penting dalam hewan dan tumbuhan. Lithium banyak dipakai sebagai logam dan
sintesis alkil lithium. Dalam bentuk garamnya, lithium biasa dipakai dalam pengobatan
beberapa gangguan mental.
Lithium dan natrium dapat diperoleh dengan elektrolisis garam leburan bertitik
leleh rendah seperti CaCl2 + NaCl. Untuk K, Rb, dan Cs karena titik lelehnya terlalu rendah dan
mudah menguap, sangat sulit untuk mendapatkannya melalui elektrolisis. Logam‐logam
biasanya dimurnikan dengan destilasi. Lithium, natrium, kalium dan rubidium berwarna
keperakan dalam bentuk logam murninya, sedangkan cesium berwarna keemasan
Logam‐logam golongan I‐A ini sangat elektropositif dan bereaksi langsung dengan
sebagian besar unsur lain atau banyak persenyawaan dengan pemanasan. Dalam
golongannya, lithium biasanya paling kurang reaktif, sedangkan Cs yang paling reaktif. Logam
lithium bereaksi lambat dengan air pada 250C, meskipun cukup reaktif terhadap N2, pada suhu
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
40
yang tinggi sampai 400 oC, membentuk nitrida kristal berwarna merah rubi, Li3N. Seperti Mg, Li
juga dapat digunakan untuk menyerap gas N2, dalam beberapa pemanfaatan industri. Logam‐
logam lainnya menunjukkan reaksi yang signifikan pada air.
Semua golongan satu bereaksi kuat dengan air, kecuali lithium agak lambat. Natrium
bereaksi hebat dengan air, dalam jumlah besar minimbulkan ledakan (eksplosif, reaksi
spontan). Kalium murni akan menyala jika direaksikan dengan air, dan Rb serta Cs
menimbulkan ledakan dalam berapapun kuantitasnya. Dapat bereaksi dengan klorin, bromin,
sulfur, dan hidrogen. Bentuk hidroksidanya, MOH, bersifat alkalis (basa) dan tidak berurai
ketika dipanaskan. Bentuk karbonatnya terurai hanya dengan pemanasan tinggi. Dalam
reaksinya dengan oksigen (O2), semua logam golongan I‐A akan terbakar, menghasilkan Li2O
dan sedikit Li2O2 (peroksida), Na2O2 dan NaO2 (superoksida), RbO2 dan CsO2. Kenaikan
kestabilan per dan superoksida sesuai dengan kenaikan kenaikan ukuran ion‐ion alkali
merupakan contoh yang khas mengenai kestabilan anion yang lebih besar dengan kation yang
lebih besar. Jika bereaksi dengan Hg (raksa/hydrargirum) logam‐logam alkali larut dengan
hebat. Contoh amalgam natrium (Na/Hg), berupa cairan jika Na sedikit, dan berupa padatan
jika Na lebih banyak. Amalgam ini merupakan zat pereduksi yang baik dalam larutan aqua.
Logam‐logam golongan I larut dengan baik dalam ammonia memberikan larutan
berwarna biru jika sangat encer (diduga karena adanya elektron‐elektron tersolvasi), dan
menghantarkan listrik dengan baik. Entalpi pengionan kedua yang tinggi menghindarkan
terjadinya ion 2+ . Secara umum logam‐logam alkali umumnya dicirikan dengan :
- Titik lelehnya tinggi
- Lelehannya menghantarkan listrik dengan baik
- Mempunyai kelarutan yang besar dalam air
Unsur Konfigurasi elektron
Titik leleh 0C Jari‐jari ionik E0 V
Li [He]2s 180 0.6 ‐3.0 Na [Ne]2s 98 0.96 ‐2.7 K [Ar]2s 64 1.33 ‐2.9 Rb [Kr]2s 39 1.48 ‐3.0 Cs [Xe]2s 29 1.69 ‐3.0 Fr [Rn]2s
Solvasi. Solvasi atau pelarutan untuk logam biasanya ditinjau dari dua hal yaitu: 1)
adanya lapisan hidrasi primer, yang sejumlah molekul pelarutnya langsung terkoordinasi, dan
2) adanya bilangan solvasi, jumlah total molekul pelarut pada ion yang cukup memberikan
pengaruh sifat yang besar. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi jari‐jari bentuk
terhidratnya, dan jari‐jari bentuk kristalnya (jari‐jari kristal berbanding terbalik dengan jai‐jari
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
41
hidrat logam alkali). Jari‐jari terhidrasi yang kecil akan meningkatkan mobilitas ion dalam
larutan akuatik. Hal ini akan sangat berpengaruh pada perilaku ion‐ion alkali dalam
interaksinya dengan bahan penukar ion serta difusinya melewati dinding sel atau membran.
Dalam resin penukar kation, dua kation akan bersaing untuk mendapatkan tempat
anionik dalam kesetimbangan. Suatu kesetimbangan dapat diukur dengan baik, untuk logam‐
logam alkali urutan penggantian katoin adalah Li+ < Na+ < K+ < Rb+ < Cs+, meskipun pada
beberapa kasus terjadi penyimpangan akibat afinitas. Untuk Li+ lapisan hidrasi primer terdapat
4 molekul air (H2O), Na+ dan K+ mempunyai kelipatan 4 molekul dalam hidrasi primernya,
sedangkan Rb+ dan Cs+ mengkoordinasi 6 molekul H2O.
Pada lapisan hidrasi primer bekerja gaya‐gaya elektrostatik yang dapat mengikat
lapisan tambahan molekul‐molekul air, sebagai lapisan hidrasi skunder. Pada ion dan kristal
yang lebih besar, bilangan hidrasi total akan turun karena energi hidrasinya yang lebih kecil
(karena kerapatan lapisan hidrasi primer menyebabkan lapisan hidrasi tambahan lebih
sedikit), menyebabkan jari‐jari hidrasi menjadi kecil, dan mobilitas ion menjadi besar.
3.2 Unsur-unsur golongan II-A (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra)
Berrilium (Be) biasanya terdapat pada mineral Beryl, Be3Al2(SiO3)6, senyawa yang
sangat beracun bila dihirup, menyebabkan degenerasi paru‐paru. Mg, Ca, Sr dan Ba tersebar
dalam mineral‐mineral dalam laut, CaCO3, dolomit, karnalit, Magnesit (MgCO3), Talk/batu
lunak (H2Mg3(SiO3)4.MgCl2) sekitar 0,5 % air laut. Diantara unsur‐unsur golongan II yang
kelimpahannya sangat rendah adalah SrSO4 (Stronsionit) dan BaSO4 (barit). Untuk radium (Ra)
semua bentuk isotopnya radioaktif.
Secara umum jari‐jari atom golongan II lebih kecil dari golongan I karena muatan inti
lebih besar dan elektron terluar lebih banyak. Dampak lain adalah titik leleh dan kerapatan
atomnya menjadi jauh lebih besar unsur‐unsur golongan II. Entalpi pengionannya juga besar
sehingga atom‐atom unsur golongan II terionisasi 2+.
Unsur golongan II bersifat ionik, Mg2+ mempunyai kepolaran tinggi, dan juga dapat
membentuk ikatan dengan karbon. Be(OH)2 dan Mg(OH)2 larut sebagian di air, unsur‐unsur
lain dalam bentuk hidroksidanya larut sangat kuat dan bersifat basa.
Berrilium dalam bentuk logam atau hidroksidanya larut dalam basa kuat
menghasilkan ion Berriliat (Be(OH)4)2‐. Sedangkan Mg berwarna putih keabuan dan punya
lapisan tipis oksida pelindung, mudah larut dalam asam encer, sangat berperan dalam
tumbuhan terutama dalam pembentukan klorofil.
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
42
MgO relatif innert (terutama setelah dibakar pada suhu tinggi), sedangkan oksida
lainnya bereaksi dengan air mengeluarkan panas. Hal ini bisa dilihat ketika gamping aktif (CaO)
dimasukkan dalam air, maka segera menjadi larutan kapur Ca(OH)2 dan menghasilkan panas.
Unsur golongan II juga bereaksi dengan karbon membentuk karbida, contoh CaC2 kalsium
karbida diperoleh dengan reduksi bentuk oksida kalsium (CaO) dengan karbon. Senyawaan ini
sangat reakstif dengan air, menghasilkan panas dan asetilen, bahan bakar gas. Semua unsur
golonga II dapat dibuat dalam bentuk oksida dengan jalan kalsinasi/pemangganga pada suhu
tinggi.
Bentuk‐bentuk karbonat ligam‐logan golongan ini semuanya kurang larut diair, dan
hasil kali kelarutannya (Ksp) atau kelarutannya akan menurun dengan bertambahnya ukuran
M2+. MgCO3 digunakan dalam bubuk obat sebagai penyerap asam dalam obat lambung. Mg
dan Ca cenderung membentuk kompleks dengan senyawaan lain terutama EDTA (etilen
diamin tetraalkil). Dengan EDTA Ca atau Mg membentuk senyawa kompleks Chellat. Ca juga
akan membentuk kompleks dengan poliphosphat. Kedua bentuk kompleks ini menjadi dasar
analisis dan penghilangan Ca dari larutan air.
Unsur Konfigurasi elektron
Titik leleh 0C Jari‐jari ionik E0 V
Be [He]2s 1280 0.31 ‐1.85 Mg [Ne]2s 950 0.65 ‐2.37 Ca [Ar]2s 840 0.99 ‐2.87 Sr [Kr]2s 770 1.13 ‐2.89 Ba [Xe]2s 725 1.35 ‐2.90 Ra [Rn]2s 700 1.40 ‐2.92 Zn [Ar]3d 4s 420 0.74 ‐0.76 Cd [Kr]4d 5s 320 0.97 ‐0.40 Hg [Xe]5d 6s ‐39 1.10 +0.85
3.3 Logam golongan III
Logam golongan ini adalah Al, Ga, In, Ti dan yang paling banyak digunakan dalam
proses‐proses pengolahan lingkungan adalah aluminium (Al). Aluminum digunakan secara
besar‐besaran dan paling aktif diantara yang lain, terutama jika dalam bentuk garam
sulfatnya. Aluminium memiliki sifat amfoter, dimana dapat bereaksi dalam asam maupun
basa. Di alam aluminium biasa dijumpai dalam batuan kerak bumi seperti felspar dan mika,
contoh bauksit (Al2O3.nH2O) dan kryolit (Na3AlF6). Dalam bentuk logam murninya aluminium
bersifat keras, kuat, berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif, aluminium sangat tahan
terhadap korosi karena lapisan oksidanya yang kuat dan liat yang terbentuk dipermukaan, dan
dapat dilapiskan dengan proses anodisasi dan dapat dicampur pigmen berwarna.
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
43
Salah satu garam aluminium yang penting adalah alum, merupakan struktur yang
memberikan namanya pada sejumlah besar garam analognya yang terbentuk dengan unsur
lain. Rumus umumnya adalah MAl(SO4)2.12H2O; dengan M adalah kation monoatomik
univalensi, kecuali Li+, karena struktur terlalu kecil sehingga tidak stabil. Kristal alum ini
terbuat dari [M(H2O)6], [Al(H2O)6]3+, dan dua ion SO4
2‐.
[ Al (H2O)6 ]3+ OH‐ Al(OH)P
OH‐ [ Al(OH)4 ]‐
H3O+ H3O+
3.4 Karbon (C) Terdapat sangat banyak persenyawaan karbon yang dikenal daripada persenyawaan
unsur lain kecuali hidrogen, kebanyakan persenyawaan karbon dikenal dalam senyawa
organik. Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah mengikat
dirinya sendiri dalam rantai‐rantai atau cincin dengan ikatan tunggal, ganda dan rangkap tiga
(C‐C, C=C dan C≡C)
Dua bentuk karbon yang paling dikenal adalah allotrop karbon: intan dan grafit,
berbeda sifat fisik dan kimia karena berbeda susunan dan ikatan atom‐atomnya. Intan lebih
masif dan rapat dari grafit, dan grafit lebih stabil. Banyaknya bentuk karbon amorf, seperti
arang, jelaga adalah bentuk kristal mikro dari grafit. Sifat fisika dari bahan ini sangat
ditentukan oleh sifat dan luasnya permukaan. Bentuk‐bentuk yang dibuat menjadi butiran
halus akan memberikan permukaan yang relatif luas dengan gaya tarik yang hanya jenuh
sebagian, akan dengan mudah menyerap gas dan zat terlarut dari larutan.
Senyawaan Anorganik Karbon
Karbon monoksida. Gas beracun yang tidak berwarna ini terbentuk jika karbon
dibakar dengan kondisi kekurangan oksigen. Pada semua suhu tercapai kesetimbangan CO
dengan CO2, tetapi akan cepat jika dalam suhu yang lebih tinggi. Sifat toksiknya muncul karena
kemampuannya mengikat Fe dalam hemoglobin dalam darah. Dalam keadaan biasa, hanya
besi dan nikel yang dapat bereaksi langsung dengan karbon monoksida.
Karbon dioksida dan asam karbonat. Karbon dioksida (CO2) berada di atmosfer (300
ppm). Zat ini dilepaskan dalam skala besar dari proses fermentasi, pembakaran senyawa
karbon, kalsinasi batu kapur, pernafasan, dan sebagainya. Padatan karbon diokasida
(menyublim pada suhu ‐78,5 0C) atau “es kering” digunakan sebagai bahan pembeku.
Karbon dioksida adalah bentuk anhidrida asam sederhana asam karbonat. Laju CO2
masuk ke dalam kesetimbangan dengan H2CO3 dan hasil dissosiasi ketika melewati air adalah
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
44
lambat, sehingga tidak semua CO2 yang larut dalam air berdissosiasi membentuk H2CO3. Inilah
yang menyebabkan secara analisis dapat dibedakan antara H2CO3 dan CO2 (lihat analisis asidi‐
alkali pada kualitas air). Pada pH sistem < 8, mekanisme utama hidrasi CO2 dengan H2O
menghasilkan H2CO3; pada pH > 10 reaksi yang menonjol adalah CO2 dengan OH‐ menghasilkan
HCO3‐; sedangkan pada pH 8‐10 kedua mekanisme tersebut terjadi.
Ikatan C‐N, sianida. Karbon dapat berikatan dengan nitrogen (C‐N) menghasilkan
senyawaan karbon anorganik. Spesies penting yang dikenal adalah ion‐ion sianida, sianat dan
tiosianat beserta derivatnya. Beberapa senyawaan C‐N antara lain:
1. Sianogen, (CN)2, gas yang mudah menyala dan sangat endotermis. Kemungkinan
dapat dihasilkan oleh oksidasi katalitik gas HCN oleh NO2, atau oksidasi CN‐ dalam air
dengan kehadiran Cu2+. Sianogen terdissosiasi menjadi radikal CN. Suatu campuran
stoikiometri O2 dengan (CN)2 terbakar menghasilkan nyala panas sampai 5050 oC.
2. Hidrogen sianida, HCN, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang
beracun dibandingkan H2S), tidak berwarna dan terbentuk bila sianida direaksikan
dengan asam. HCN banyak digunakan dalam industri seperti ditambahkan langsung
pada alkena, dalam pembuatan bahan nilon (adiponitril, NC(CH2)4CN.
3.5 Nitrogen di Alam ( NH3, NO2, dan NO3)
Senyawaan nitrogen (N) merupakan salah satu kajian yang sangat menarik dalam
teknik kelingkungan, karena sangat pentingnya senyawa‐senyawa nitrogen di atmosfer dan
dalam proses kehidupan semua makhluk hidup. Sifat kimia nitrogen sangat kompleks sebab
adanya beberapa keadaan oksidasi dari nitrogen yang dapat diperkirakan dan kenyataannya
bahwa perubahan keadaan oksidasinya dapat terjadi pada organisme hidup. Yang lebih
menarik lagi perubahan keadaan oksidasi nitrogen oleh bakteri dapat bernilai positif atau
negatif, tergantung pada kondisinya, aerobik atau anaerobik.
Nitrogen secara kimia anorganik, dapat eksis dengan tujuh keadaan oksidasi, dan
semua senyawaannya cukup melimpah di alam dalam kondisinya yang sesuai. Keadaan
oksidasi untuk N pada senyawa‐senyawa nitrogen di bawah ini berturut‐turut adalah ‐3, 0, +1,
+2, +3, +4, +5
NH3 – N2 – N2O – NO – N2O3 – NO2 – N2O5
Dalam lingkungan akuatik, hanya sedikit keadaan oksidasi nitrogen yang dominan, dan yang
cukup dominan dalam penentuan kualitas air adalah sebagai berikut :
NH3 – N2 – N2O3 – N2O5
N2O3 dan N2O5 adalah asam anhidrat dari asam nitrat dan asam nitrit.
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
45
Keberadaan senyawa nitrogen dan perubahan yang terjadi di alam dapat dilihat pada
ilustrasi dengan diagram siklus nitrogen Gambar 3.1 bawah ini.
Gambar 3.1 Siklus Nitrogen di alam (sumber: Manahan)
Urea adalah satu dari senyawaan ammonium popular karena berhubungan dengan ammonia
secara gradual. Binatang dan manusia tidak mampu menggunakan nitrogen dari atmosfer atau
dari senyawa anorganik untuk memproduksi protein. Mereka tergantung pada tumbuhan atau
hewan lain yang memakan tumbuhan untuk menghasilkan protein, dengan pengecualian
golongan ruminant. Binatang mampu menghasilkan protein yang dibutuhkan dari materi
karbohidrat dan urea melalui kerja bakteri dalam lambungnya. Dalam tubuh hewan protein
digunakan paling besar untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan otot. Beberapa
digunakan untuk energi. Dalam hal lain, senyawaan nitrogen dilepaskan dalam waste produk
tubuh sepanjang hidup. Urin berisi nitrogen hasil dari metabolisme protein. Nitrogen ada
dalam urin secara prinsip sebagai urea yang dihidrolisis lebih cepat oleh enzim urease menjadi
ammonium karbonat.
Nitrogen berada di alam sebagian besar dalam bentuk dinitrogen yang terlarut di
atmosfer bumi (78% atmosfer adalah N2 yang punya boilling point 77,3 K dan panas
dissosiasinya besar sehingga innert)
N2 (gas) 2N (gas) ΔH = 944.7 kJ/mol
Karena keakuatan ikatan N≡N dan sifatnya yang endotermis meskipun mengandung ikatan
yang kuat. Dinitrogen dilaporkan sebagai senyawa yang tidak reaktif dibandingkan dengan
sistem ikatan rangkap tiga lainnya, seperti X‐C≡C‐X, C≡O, X‐C≡N, dan sebagainya.
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
46
Nitrogen dapat diperoleh dengan kondensasi fraksional udara bebas. Secara kimiawi
N2 dapat bereaksi dengan cepat bersama Li membentuk Li3N, atau bereaksi dengan
senyawaan transisi membentuk kompleks, atau dengan bakteri fiksasi nitrogen yang hidup
bebas maupun yang bersimbiosis pada akar dan tunas.
Dalam industri HNO3, dibuat dengan memanfaatkan nitrogen di atmosfer
H2 O2 O2 + H2O
N2 NH3 NO HNO3 (aq)
Proses Habber Proses Oswald
Ammonia (NH3) larut dengan sangat baik di air, membentuk NH4OH ‘ammonium hidroksida’.
Dalam kenyataannya sangat sulit ditemuai NH3 di air yang tidak berdisosiasi dengan air.
Oksida nitrogen
Dinitrogen Oksida (N2O), struktur linear NNO, innert dengan halogen, logam alkali,
dan ozone pada suhu rendah. Pada pemanasan N2O akan terdekomposisi menjadi N2 dan O2,
bereaksi dengan logam alkali dan senyawaan organik dan juga mendukung pembakaran.
Bersifat anastesik. Diperoleh dengan dekomposisi termal lelehan ammonium nitrat
NH4NO3 N2O + H2O T= 250 0C
Nitrogen Monoksida (NO), reaktif dengan O2 bereaksi dengan sempurna
membentuk NO2. Molekul‐molekul NO bersifat paramagnetik.
2NO + O2 2NO2
NO juga teroksidasi menjadi asam nitrat jika bertemu dengan oksidator kuat. Dianalisis
dengan permanganat, karena reaksinya yang stoikiometeris dan kuantitatif. Dalam kondisi
asam akan tereduksi menjadi N2O jika bereaksi dengan SO2. Secara termodinamika NO tidak
stabil, pada suhu antara 30 – 50 0C akan terdekomposisi menjadi N2O dan NO2.
Nitrogen Dioksida (NO2) dan Dinitrogen Pentaoksida (N2O4). Kedua bentuk oksida
nitrogen ini ada bersama‐sama dalam kesetimbangan yang sangat bergantung pada
temperatur.
(paramagnetik/coklat) 2NO2 N2O4 (diamagnetik/tak berwarna)
pada suhu tinggi (>1400C) sebagian besar bentuknya NO2 yang bersifat paramagnetik dan
berwarna coklat. Sedangkan N2O4 bersifat diamagnetik tidak berwarna. Dekomposisi termal
NO2 terjadi mulai temperatur 150 0C menghasilkan NO dan O2, dan berakhir pada 600 0C.
N2O5, dinitrogen pentaoksida, membentuk kristal tak berwarna yang tidak stabil
dibuat dengan reaksi
2HNO3 + P2O5 2HPO3 + N2O5
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
47
dinitrogen pentaoksida juga dikenal dengan asam nitrat anhidrat (lelehan) atau nitronium
nitrat NO2+NO3
‐ (dalam bentuk padat)
3.6 Logam Berat (Cd, Hg, Pb, Zn, Cu+, Ni, Mn, Cr6+, Fe2+, Mo, Se)
Dalam beberapa kasus, kualitas ligkungan akan menurun drastis karena perubahan komposisi
unsur‐unsur dari idealnya. Salah satu sebab adalah masuknya unsur‐unsur logam berat
dengan kadar akumulasinya yang berlebihan, karena :
- proses pertambangan dan pemurnian logam / bijih
- penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil
- proses‐proses industri logam
- penyemprotan pestisida dan pupuk dengan berlebihan
- limbah‐limbah
Logam‐logam karena kekuatannya mempengaruhi kualitas lingkugan, beberapa dikategorikan
logam berat, yaitu antara lain : Cd, Hg, Pb, Zn, Cu+, Ni, Mn, Cr6+, Fe2+, Mo, Se. Logam‐logam ini
harus diselesaikan tersendiri, untuk memperbaiki kembali kondisi lingkungan, biasanya
dengan metode:
- presipitasi kimia
- adsorpsi
- recovery elektrolitik
- ion exchange
- reverse osmosis
- etode‐metode biologis
• Biotransformasi logam
• Presipitasi ekstrasel
• Penangkapan logan dengan permukaan sel
3.7 Hidrogen dan Air
Dalam tabel periodik unsur, hidrogen (H) berada pada golongan IA dan periode
I. Atom hidrogen (1H1) ini, memiliki 1 proton dan 1 elektron, membentuk lebih banyak
senyawa daripada unsur lainnya sehingga hidrogen sangat banyak berperan dalam aspek
reaksi‐reaksi kimia. Dikenal tiga isotop hidrogen : tritium (T/3H), deuterium (D/2H), dan
hidrogen (H/1H). Bentuk normal unsurnya adalah diatomik, yaitu H2, D2, T2, HD, HT, atau DT.
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
48
Deuterium sebagai D2O dipisahkan dari air dengan cara destilasi bertingkat atau elektrolisis,
dan dalam jumlah besar digunakan sebagai moderator (air berat) dalam reaktor nuklir.
Hidrogen molekular berupa gas tak berwarna, tak berbau (titik beku 20,28 K)
relatif tidak larut dalam air. Dibuat dengan mudah dengan reaksi asam encer dengan logam
seperti Zn, Al, atau Fe, dan melalui elektrolisis air. Dalam industri diperoleh melalui reaksi
bolak‐balik uap air dengan metana atau minyak bumi rantai pendek dengan katalis nikel (Ni)
pada suhu sekitar 750 0C
CH4 + H2O CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2
Hidrogen tidak begitu reaktif pada suhu yang rendah, karena disosiasi hidrogen
sangat endotermis. Unsur ini akan mudah terbakar pada suhu yang tinggi membentuk air ,
bereaksi dengan oksigen dan halogen disertai ledakan pada kondisi tertentu. Pada suhu tinggi
gas hidrogen mereduksi banyak oksida, baik menjadi oksida lebih rendah atau menjadi
logamnya. Dengan katalis tertentu di atas suhu kamar, akan bereaksi bersama N2 membentuk
NH3. Hidrogen juga membentuk hidrida dengan kebanyakan nonlogam dan logam
elektropositif.
Kimia Hidrogen
Kimiawi hidrogen terutama bergantung (umumnya) pada tiga proses elektronik
yaitu: (1) hilangnya elektron valensi membentuk H+, (2) masuknya elektron pada kulit s –
membenttuk H‐, dan (3) pembentukan ikatan kovalen tunggal seperti H2O. Perbedaan nilai
elektronegativitas antara unsur H dan unsur O, dan ketidaksimetrisan struktur H2O (diduga
karena ada 2 pasang eletron bebas yang tidak digunakan ikatan oleh O), menjadikan air (H2O)
bersifat polar dan menjadi pelarut yang baik untuk senyawaan polar. Ada tambahan sifat
hidrogen yang tidak termasuk ketiga sifat kimiawi di atas, yaitu ikatan hidrogen. Ikatan ini
penting karena akan menyangkut secara intensif gaya antar molekuler, umumnya
mendominasi kimiawi air, larutan akua, pelarut hidrolitik, dan spesies yang mengandung –OH.
Juga bertanggung jawab pada rangkaian rantai polipeptida pada protein dan pasangan asam
nukleat dan basanya.
Ikatan Hidrogen terjadi jika atom hidrogen – terikat pada atom lain, X, terutama
F, O, N, atau Cl sehingga X–H benar‐benar polar – secara parsial bermuatan positif
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
49
berinteraksi dengan atom lain yang negatif atau kaya elektron (elektronegatif), dituliskan
sebagai
X – H . . . . . . . Y
Ikatan ini, dalam anggapan teoritis, disebabkan oleh gaya tarik elektrostastik dari H dan Y.
Secara eksperimen adanya pengaruh ikatan hidrogen dapat dilihat pada beberapa sifat fisika
senyawaan hidrogen. Air (H2O) atau HF mempunyai titik didih lebih tinggi dari H2S atau HCl.
Hal ini karena ikatan hidrogen jauh lebih kuat pada antar molekul H2O atau antar molekul HF,
menyebabkan assosiasi molekul‐molekul lebih stabil, daripada H2S atau HCl. Untuk
memisahkan antar molekul H2O atau HF (membentuk uap/gas) memerlukan energi/kalor yang
lebih tinggi. Jenis ikatan ini juga memberikan peran pada reaksi dissosiasi dan pelarutan zat‐
zat polar, dalam prinsip like dissolves like.
Air. Secara kimiawi menjadi sangat penting dalam aspek kehidupan maupun
dalam reaksi‐reaksi anorganik di alam, karena sifat air yang memenuhi sebagai
medium/pelarut universal, yaitu kepolarannya. Bagian sangat besar (lebih dari 85 %) sel‐sel
penyusun kehidupan adalah air, yang pada dasarnya merupakan medium bioreaksi, isolator
tekanan, dan penstabil fluktuasi energi hasil reaksi biomolekuler. Air yang tersusun atas dua
atom hidrogen (elektropositif) dengan satu atom elektronegatif oksigen (H2O) melalui ikatan
kovalen, merupakan pelarut yang sangat baik bagi senyawa‐senyawa polar, dengan kelarutan
yang semakin besar dan stabil jika membentuk ikatan hidrogen yang makin kuat (secara
parsial terjadi pengkutuban muatan negatif (elektronegatif) dan positif (elektropositif)
senyawa terlarut).
Tak jarang pada kondisi tertentu, beberapa zat cukup reaktif pada air. Komposisi
badan air akan sangat mudah berubah, akibat interaksi yang terjadi dengan zat‐zat lain,
seperti larutnya sejumlah kation logam (Fe+, Pb2+, Hg2+, dll) atau anion lain (CO32‐, OH‐, PO4
2‐,
dsb). Beberapa gas di atmosfer bereaksi dengan uap air membentuk hujan asam (NOx, SOx)
atau beberapa atom unsur logam murni membentuk reaksi spontan menghasilkan hidroksida
(Na(s) + H2O menghasilkan NaOH disertai energi yang besar, salah satu ciri reaksi spontan).
Walaupun pada dasarnya sifat inert air sangat besar, tapi kemampuan air sebagai pelarut
membuat kualitas dan komposisi perairan mudah berubah, seperti keasaman, kesadahan,
kandungan ion, kandungan organik, COD, BOD, dan seterusnya.
3.8 Golongan Unsur Peralihan atau Transisi
Unsur peralihan ini terletak diantara golongan logam dan nonlogam dalam tabel
periodik. Konfigurasi nelektron unsur golongan ini mempunyai orbital kulit d dan f yang terisi
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
50
tidak penuh. Hampir semua bersifat logam, berupa logam keras yang menghantarkan listrik
dan panas dengan baik. Kebanyakan membentuk senyawaan berwarna dan paramagnetik.
Persamaan sifat kimia untuk golongan transisi ini lebih tampak dalam satu periode daripada
golongan. Termasuk dlamm golongan unsur ini adalah unsur blok‐d, unsur lantanida dan unsur
aktinida.
Secara umum sifat –sifat unsur transisi adalah bermacam‐macam. Deret pertama
unsur transisi blok‐d: logam‐logam bersifat keras (kecuali Cu, mudah dibentuk), tahan panas,
elektropositif, penghantar listrik dan panas yang baik; termasuk dalam golongan ini Ti (tahan
korosi), V (tahan korosi), Cr (rapuh, tahan korosi), Mn (putih, rapuh, reaktif), Fe (Mengkilap
reaktif), Co (keras, tahan korosi, kebiruan), Ni (sangat tahan korosi), dan Cu (lunak, mudah
ditempa dan kemerahan).
Lantanida. Beberapa digunakan sebagai flouresen atau luminesen, misal Y dan Eu.
Actanida. Semua unsur actanida adlah radioaktif. Keberadaan U dan Th yang ada dibumi
karena waktu paruh yang sangat panjang, sedangkan unsur lain walaupun dapat terbentuk
akan segera menghilang karena waktu paruhnya yang snagat pendek.
Sifat‐sifat lain unsur peralihan yang perlu diperhatikan :
Jumlah elektron pada kulit terluar tetap.
Titik lebur dan titik didih tinggi.
Jari‐jari atom hampir sama.
Energi potensialnya hanya sedikit bertambah besar dengan bertambahnya nomor atom.
Biasanya membentuk senyawa kompleks.
3.9 Golongan Gas Mulia Golongan VIIIA terdiri atas unsur He , Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn. Gas mulia ini adalah bagian
kecil di struktur komposisi atmosfer. Helium diperoleh dalam mineral radioaktif dan tercatat
sebagai salah satu gas hasil peluruhan inti. Gas`ini aslinya terdiri atas`peluruhan isotop
uranium dan thorium yang memancarkan partikel alfa. Neon, argon, kripton dan xenon
diperoleh dengan fraksionasi udara cair. Kegunaan He adalah sebagai cairan dalam krioskopi,
argon digunakan untuk membuat kondisi inert dalam laboratorium, pengelasan, dan lampu
listrik yang diisi gas, sedangkan neon digunakan untuk tabung pemutusan muatan. Radon yang
semua isotopnya radioaktif dengan waktu paruh sangat pendek, juga terlibat dalam rangkaian
peluruhan dari uranium dan thorium.
Sifat dari gas mulia ini adalah sebagai berikut dan beberapa sifat lain ditampilkan pada
tabel:
3 Unsur‐unsur Anorganik di Lingkungan
51
Susunan elektron penuh yaitu 2 untuk helium dan yang lain 8 elektron pada kulit lintasan
terluar.
Sangat stabil, kecuali radon yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh yang pendek.
Unsur Konfigurasi valensi Titik didih normal (K)
He 1s2 4,2
Ne 2s2 2p6 27,1
Ar 3s2 3p6 87,3
Kr 4s2 4p6 120,3
Xe 5s2 5p6 166,1
Rn 6s2 6p6 208,2