3. perancangan bangunan 3.1. fasilitas proyek dan …...universitas kristen petra 56 3.1.2.kelompok...
TRANSCRIPT
Universitas Kristen Petra
55
3. PERANCANGAN BANGUNAN
3.1. Fasilitas Proyek dan Program Ruang
Fasilitas yang disediakan pada Puri Terapi ini adalah sebagian besar jenis
terapi yang sangat terkenal tetapi belum memasyarakat. Oleh sebab itu, proyek ini
diharapkan bisa memasyarakatkan kebiasaan terapi ini sebelum kondisi fisik dan
mental seseorang menjadi kritis.
Secara umum, fasilitas-fasilitas yang disediakan dalam proyek ini
dikelompokkan atas cottage, kelompok terapi, kelompok klinik dan laboratorium,
area kebugaran, area servis, kelompok persiapan, kelompok entrance, area
sirkulasi kendaraan. Penjabaran jenis-jenis fasilitas tersebut terdiri dari :
3.1.1. Kelompok Terapi
• Terapi Sentuh dan tekanan
Terdiri dari : Accupressure, Reflexology, Acupunture.
• Terapi Hipnotis
Terdiri dari : Hipnotis warna dan gambar (3 dimensi), Hipnotis suara dan bunyi-
bunyian, Terapi Polar (kutub)à dengan magnet.
• Terapi Air
Terdiri dari : Flotation therapy, Sitz bath, Chilled pool dan whirl pool,
Hidrotherapy.
• Terapi Pijat dan pembalutan tubuh (body wrap)
Terdiri dari : pijat tubuh (massage), pijat muka, pijat kepala, pembungkusan
tubuh, dll.
• Ruang terbuka
Terdiri dari : Yoga, Qi Gong, T’ai Chi Chuan, dan sejenis meditasi lainnya.
• Aromatherapy
Terapi ini disertakan dalam setiap proses terapi (menggunakan aroma tumbuhan
alami disekitar ruang-ruang terapi dan bantuan minyak essensial) untuk
tercapainya aksi rileks tubuh.
Universitas Kristen Petra
56
3.1.2. Kelompok Penginapan (cottage)
Terdiri dari empat buah cottage dengan fasilitas kamar tidur (king size
bed, rak majalah dan buku, ruang santai untuk menonton televisi, sofa dan jendela
luas untuk menikmati pemandangan di luar ruangan), kamar mandi (bathtub cast
in situ kapasitas 2-4 orang dengan pembukaan ke luar ruangan, shower dengan
pembukaan ke kamar tidur, washtafel, meja rias dan kloset duduk), pantry
(dengan perabot lengkap), meja makan (kapasitas 4-6orang), beranda (dengan
meja dan kursi permanen untuk menikmati danau buatan di sekeliling cottage.
3.1.3. Kelompok Laboratorium dan Klinik
Terdiri dari : Laboratorium kecantikan, Laboratorium kebugaran, Klinik
kecantikan, Klinik kebugaran dan Ruang bedah plastik.
3.1.4. Area Kebugaran
Terdiri dari : Ruang alat–alat besar (sepeda elektrik, alat-alat fitnes, dll), Ruang
wrestling dan boxing, Ruang aerobik dan taekwondo, Mini Bar dan Café di dalam
ruangan juga di luar ruangan sebagai fasilitas penunjang di area kebugaran ini.
3.1.5. Area Kolam renang
Terdiri dari : kolam dalam, kolam dangkal dan kolam arus. Dilengkapi dengan
ruang ganti, shower terbuka bak di dalam ruang maupun di luar ruangan.
Disediakan pula massa khusus untuk toilet dengan tujuan agar bau yang
disebabkannya tidak mengganggu kegiatan lain.
3.1.6. Kelompok Persiapan
Terdiri dari : Locker, Ruang ganti dan ruang rias, Ruang tunggu serta Ruang staff
dan ruang lost and found.
3.1.7. Kelompok Entrance
Terdiri dari : Bangunan entrance (lobby, area santai, bar), Restoran (dalam
ruangan dan di luar ruangan), Galeri (menyediakan kebutuhan kecantikan dan
kebugaran), Salon, Pura.
Universitas Kristen Petra
57
3.1.8. Area Kantor
Terdiri dari : Ruang rapat, Ruang direktur, Ruang koordinator inti, Ruang staff
administrasi.
3.1.9. Area servis
Terdiri dari : ruang linen, ruang penyimpanan, ruang staff servis, ruang ME
(Mechanical Electrical).
Segala perubahan berdasarkan pada perubahan cara berpikir awal, yang
mulanya ingin membuat bangunan bermassa cenderung tunggal, menjadi
bermassa banyak dengan ukuran yang relatif kecil.
Perubahan luasan ruang dan pengelompokan ruang lama dengan luasan
dan pengelompokan ruang yang baru terjadi karena adanya perbedaan orientasi
bentuk dan penataan massa awal dan baru. Orientasi bentuk massa awal adalah
bangunan yang cenderung tunggal (bukan terdiri dari satu massa saja, bisa dua
atau tiga massa, tetapi tetap dengan luasan yang besar) dan berorientasi pada
arsitektur modern saat ini. Sedangkan orientasi bentukan yang baru mengacu pada
ide arsitektur bali yang cenderung banyak massa dan luasan per massanya kecil.
Maka luasan ruang yang terdahulu dan pengelompokan ruangnya mengalami
cukup banyak perubahan.
Perubahan besaran ruang dan sirkulasi terjadi hampir secara keseluruhan.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh orientasi bentukan massa tunggal menjadi
bermassa banyak seperti yang telah dijabarkan pada paragraf sebelumnya. Jadi,
pokok permasalahan utama terjadinya perubahan baik luasan ruang maupun
luasan sirkulasi dan ruang-ruang pendukungnya adalah perubahan bentuk massa.
Luasan ruang baik pada perencanaan awal maupun tahap disain ada pada
lampiran.
3.2. Pola Penataan Massa Bangunan
Langkah awal, penataan massa dikelompokkan menurut fungsinya,
kemudian ditata menurut pendaerahan yang sesuai dengan sifatnya (publik, semi
publik dan privat seperti yang telah diuraikan diatas).
Penempatan massa menyebabkan terjadinya ruang-ruang luar. Sehingga
Universitas Kristen Petra
58
setiap massa mendapatkan bagian ruang luar sebagai jarak antara bangunan satu
dengan bangunan lain.
Orientasi massa didasarkan pada potensi tapak yaitu pemandangan alam
Teluk Benua [sesuai dengan Keputusan Bupati Badung Nomor : 1741 Tahun 2000
tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalan By Pass Ngurah Rai
bagian ketiga pasal 8 ayat 1(c)].
Setiap area khusus memiliki batas-batas tertentu untuk memisahkan antara
area publik, semi publik dan privat. Pembatas yang digunakan untuk setiap area
adalah gabungan dari pagar tembok, pagar tanaman, dan ataupun sungai sebagai
pembatas baik pembatas pencapaian maupun visual.
Perubahan luasan dan penempatan ruang mengakibatkan perubahan pola
penataan massa. Awalnya penataan massa cenderung tunggal, maksudnya ruang-
ruang sejenis dikelompokkan menjadi satu massa yang besar sehingga bisa
menjadi satu atau dua masa yang cukup besar dan luas. Satu area dijadikan satu
massa menurut fungsi atau klasifikasi kegiatannya sama, misalnya : hipnotis,
hidroterapi, meditasi, dan sebagainya, tergolong dalam jenis terapi dengan fungsi
kecantikan.Lalu renang, aerobik, angkat beban dan fitness tergolong jenis
kebugaran dengan fungsi kebugaran tubuh. Pada rencana awal, ruang-ruang
kegiatan dengan jenis yang sama dijadikan satu massa. Tetapi pada kenyataannya
dengan tapak yang berkontur tidak memungkinkan bangunan dengan luasan yang
besar. Maka penataan massa akhir menjadi majemuk (banyak massa) yang kecil-
kecil sesuai dengan kebutuhan luasan untuk satu kegiatan. Satu bangunan
memiliki satu fungsi. Hal ini juga mempengaruhi konsep berpikir menjadi
mengikuti ide arsitektur setempat dan bangunan lingkungan sekitar yang
luasannnya tidak terlalu besar dan dengan bentukan bangunan yang sederhana.
3.3. Disain Bangunan (Bentuk dan Penampilan Bangunan)
Keseluruhan disain menggunakan ide arsitektur setempat dan
menyesuaikan dengan lingkungan. Selain itu mengikuti aturan daerah yang telah
ditetapkan dalam Keputusan Bupati Badung Nomor : 1741 Tahun 2000 tentang
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalan By Pass Ngurah Rai.
Universitas Kristen Petra
59
Disain bangunan mengikuti ide arsitektur setempat yang sesuai dengan ciri khas
yang telah dikaji pada bab 2.
• Pada arsitektur bali, untuk menciptakan ruang-ruang pribadinya menggunakan
petak-petak batasan (boundary) tertentu.
Begitu pula pada disain, massa (ruang) yang memiliki kesamaan jenis terapi
ditempatkan pada satu area yang sama dan memiliki boundary khusus yang
memisahkan area ini dengan sekitarnya. Maka jelas perbedaan antara area terpakai
dengan area sekitarnya yang bukan termasuk dalam area yang sama. Tetapi
demikian pula dengan masing-masing ruang (massa) dengan massa yang lain tetap
memiliki boundary agar terjaga segi privatnya.
Boundary entrance (gambar 3.1) bagian kiri sungai yang berakhir pada
kolam. Bagian depan area parkir, bagian kanan penurunan kontur dan tanaman
lebat (hutan) dan bagian belakang juga terjadi penurunan kontur dan retaining
wall dengan tanaman lebatnya menjadi boundary.
Gambar 3.1. Kelompok Entrance
Universitas Kristen Petra
60
Area servis ini (gambar 3.2) memiliki boundary kiri tanaman lebat dan pagar
tapak. Bagian bawahnya tapak tetangga, bagian kanan yang berbatasan dengan
parkiran dengan boundary hutan (tanaman lebat), sementara sisi kanan yang
berbatasan dengan kelompok entrance (restoran) memiliki dibatasi dengan sungai.
Sisi atas juga dengan boundary sungai dibantu dengan pagar.
Boundary kelompok persiapan (gambar 3.3) bagian kiri pepohonan lebat,
bagian depan pedestrian yang disamarkan dengan tanaman. Bagian kanan juga
hutan, bagian belakang dibatasi dengan sungai dan tanaman lebat.
Gambar 3.2. Kelompok Servis
Keseluruhan area kantor (gambar 3.4) ini dengan boundary sirkulasi pejalan
kaki (pedestrian) Untuk bagian kiri, depan dan belakang merupakan pedestrian
pengunjung, sementara bagian kanan merupakan sirkulasi servis.
Area kolam renang (gambar 3.5) dibatasi oleh pedestrian di sekelilingnya,
namun ada penurunan kontur dan kenaikan kontur, sehingga perlu diberi pagar
Universitas Kristen Petra
61
baik berupa dinding dan atau tanaman agar pandangan dari luar area ke dalam
area terhalang.
Gambar 3.3. Kelompok Persiapan
Gambar 3.4. Area Kantor
Universitas Kristen Petra
62
Gambar 3.5. Area Kolam Renang
Gambar 3.6. Kelompok Klinik dan Laboratorium
Kelompok klinik dan laboratorium (gambar 3.6) memiliki boundary kiri
sungai dan air terjun dengan tambahan pepohonan sebagai penghalang pandangan.
Sisi bawah merupakan sirkulasi servis dan dibatasi dengan pagar. Sisi kanan
memiliki boundary pedestrian dan dibatasi pagar tanaman. Sisi atas ada kenaikan
kontur dan danau cottage.
Universitas Kristen Petra
63
Gambar 3.7. Kelompok Cottage
Boundary kelompok cottage (gambar 3.7) bagian kiri adalah jalan local,
demikian juga dengan sisi kanan dan atas. Sehingga dibatasi dengan pagar
tanaman dan pagar dinding. Sedangkan bagian bawah dengan penurunan kontur
dan sebagai pembatas pandangan ke kelompok ini dengan bantuan tanaman.
Gambar 3.8. Bangunan Informasi Terapi
Bangunan informasi terapi (gambar 3.8) bagian kiri dibatasi oleh hutan,
bagian depan (entrance)nya sengaja diperlihatkan. Sementara bagian kanan juga
Universitas Kristen Petra
64
dibatasi dengan penaikan kontur dan tanaman. Bagian belakang berbatasan
dengan tapak tetangga, sehingga diberi pagar dinding dan pagar tanaman lebat.
Gambar 3.9. Area Terapi Sentuh dan Hipnotis
Area terapi sentuh dan hipnotis (gambar 3.9) memiliki boundary kiri sungai
dengan tanaman bambu dan tanaman lebat. Bagian bawah dibatasi pagar dinding
karena sebagai boundarynya adalah pedestrian.Bagian kanan adalah sirkulasi
servis dan dibatasi pagar dinding. Sisi atas juga sungai dan tanaman untuk
penghalang dari ruang terbuka.
Gambar 3.10. Ruang Terbuka
Universitas Kristen Petra
65
Batas kiri sungai, batas depan(bawah) ruang terbuka (gambar 3.10) adalah
sirkulasi kelompok terapi. Bagian kanan tapak tetangga tetapi dibatasi dengan
pagar dinding dan hutan. Sisi balakang (atas) juga hutan.
Sebagian area Sitzbath (gambar 3.11) bagian depan (bawah) adalah penaikan
kontur yang merupakan area Chiled pool, dibatasi dengan retaining wall dan
tanaman. Sebagian lagi pintu masuk area. Sisi kanan penurunan kontur dan diberi
tanaman. Sisi belakang (atas) adalah sungai.
Secara garis besar, boundary kelompok massage (gambar 3.12) adalah danau
kelompok cottage di bagian selatan (atas), air terjun dan sungan di sisi barat
(kanan), area chilled pool di sisi utara (bawah) dan sisi kiri (timur) lahan kosong.
• Bentukan massa sederhana, yaitu persegi.
• Satu bangunan mewakili satu ruang dengan fungsi tunggal, mis: dapur
terpisah dengan bangunan lain, kamar orang tua dengan kamar anak terpisah
dengan bangunan tersendiri, dan lain-lain.
Gambar 3.11. Area Sitzbath
Universitas Kristen Petra
66
Gambar 3.12. Area Massage
Kedua poin diatas memiliki hubungan yang cukup erat dalam kaitannya dengan
proyek ini, karena pengaruh kontur sangat besar terhadap bentukan massa dan
penataannya. Dengan kontur yang cukup tinggi, maka luasan ruang yang terjadi
menjadi terbatas. Sehingga dalam prakteknya, terjadi bentukan massa yang
sederhana (mengikuti lingkungan sekitar dan menyesuaikan dengan kontur),
demikian juga dengan luasan ruang yang terbatas mengakibatkan satu massa
hanya dapat mewakili satu fungsi. (gambar 3.13)
Ide arsitetur setempat sangat mendukung dalam perancangan dan penataan
bangunan. Demikian dengan perancangan fasilitas yang telah dibuat, massa yang
terjadi menjadi luasan kecil-kecil dengan satu massa memiliki satu fungsi. Bentuk
massanya sederhana, yaitu persegi (bujur sangkar ataupun persegi panjang).
Pengaruh kontur dan lingkungan juga peraturan daerah setempat
menyebabkan penyesuaian bentuk massa.
• Beratap sesuai dengan iklim tropis, perisai atau pelana.
Bentukan massa yang sederhana dan iklim setempat sangat memungkinkan untuk
menggunakan bentukan atap tropis. (gambar 3.14) Selain itu memberi kesan
alami dan ramah lingkungan, juga sesuai dengan skala dan proporsi manusia yang
mendukung kenyamanan penggunanya [mengikuti Keputusan Bupati Badung
Nomor : 1741 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalan
Universitas Kristen Petra
67
By Pass Ngurah Rai bagian 9 ayat 1]. Bentuk atap pelana dan perisai membuat
keseluruhan bangunan tampak lebih ramah lingkungan.
Gambar 3.13. Layout Plan
Gambar 3.14. Site Plan Maket
• Menerapkan ide pembagian yang jelas antara bagian bawah bangunan, bagian
tengah bangunan dan bagian atas bangunan pada arsitektur bali pada disain.
Universitas Kristen Petra
68
Bagian bawah bangunan dibuat dengan denah yang lebih luas dari luasan ruang
yang dibutuhkan dengan kesan seperti alas bangunan. (gambar 3.8)
Gambar 3.15. Tampak Bangunan Informasi Terapi
Pada tampak bangunan informasi terapi (gambar 3.15) sebagai contoh, terlihat
pembagian bagian atas, tengah dan bawah bangunan.
Bagian tengah bangunan merupakan bentuk massa sederhana (persegi) dengan
memodifikasi bentuk kolom yang terlepas dari dinding-dindingnya.
Bagian atas merupakan atap yang menerapkan bentukan atap tropis yaitu pelana
atau perisai.
• Pemilihan material yang digunakan mengambil bahan yang mudah didapat di
daerah yang bersangkutan dan diatur mulai dari bahan berkarakter berat pada
bagian bawah menjadi bahan berkarakter ringan pada bagian atas. [Keputusan
Bupati Badung Nomor : 1741 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Jalan By Pass Ngurah Rai bagian keempat pasal 9 ayat 5].
Oleh sebab itu, ide penataan bangunan arsitektur bali ini dijadikan ide dalam
mendisain bangunan proyek, sehingga juga menggunakan bahan-bahan yang
dianggap sesuai dalam arsitektur bali, yaitu :
• Bagian bawah bangunan : batu kali (gambar 3.16) dengan bagian sisinya granit
hitam. Alas bangunan : penutup batu kali, bagian sisi menggunakan granit
hitam.
• Bagian kolom dan dinding stuktural : beton. (gambar 3.17)
Universitas Kristen Petra
69
Kolom (gambar 3.17) dibuat berbentuk demikian dengan maksud estetika.
Bagian bawah kolom juga dibuat kaki sama seperti alas bangunan. Berbahan
batu bata sebagai aksen dari keseluruhan warna bangunan.
• Finishing (pelapis interior dan eksterior) : batu paras, batu bata dan kayu(gambar 3.18).
Gambar kiri (gambar 3.18) : Dinding dengan bahan pelapis dinding interior dan
eksterior batu paras dengan tali pinggang kayu.
• Bahan atap : ijuk (untuk bangunan suci Hindu) dan alang-alang untuk
bangunan lainnya. (gambar 3.18)
Gambar kanan (gambar 3.18) : ijuk dan kayu digunakan sebagai estetika dan
pencerminan bahan yang berkarakter ringan.
Gambar 3.16. Alas bangunan
Gambar 3.17. Kolom Bangunan
Universitas Kristen Petra
70
Penampilan bangunan yang diinginkan adalah ramah, nyaman, seperti
rumah tinggal dan bukan berkesan bangunan komersial pada umumnya. Memiliki
ornamen-ornamen layaknya bangunan tradisional Indonesia, yang juga memberi
kesan lebih indah sebagai unsur estetika. (gambar 3.19)
Gambar 3.18. Dinding, Atap dan Ventilasi
Atap ijuk (kiri) dengan lisplank berukir (gambar 3.19) merupakan tambahan
ornament yang membantu kesan bangunan ramah dan nyaman. Dinding berukir
(kanan) selebar 60cm (gambar 3.19) untuk memberi kesan dan ornamen pada
bangunan. Kesan yang diinginkan minimalis tetapi tetap indah.
Gambar 3.19. Atap Ijuk dan Dinding Berukir
3.4. Penataan Ruang
Penataan ruang tang diinginkan sejak awal diutamakan mendapatkan view
di setiap ruang terpakai (digunakan untuk pelayanan konsumen). Di setiap ruang
dapat menikmati ruang luar. Oleh karena itu penataan ruang dibuat linier
(orientasi ke ruang luar bangunan).
Universitas Kristen Petra
71
3.5. Pola Struktur dan Pemilihan Bahan Bangunan
3.5.1. Sistem Struktur
Sistem yang digunakan adalah sistem struktur rangka sederhana
menyesuaikan dengan struktur atap alang-alang yang relatif ringan.
Mengambil contoh arsitektur bali yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
keinginan disain.
Bahan stuktur utamanya adalah beton dan penambahan kayu sebagai unsur
estetika (gambar 3.19) juga struktur atap yang diekspose. Untuk bentangan yang
masih mampu diatasi dengan struktur atap kayu digunakanlah kayu, tetapi untuk
bentangan yang cukup besar menggunakan balok, kolom dan kuda-kuda beton,
selebihnya tetap menggunakan struktur kayu untuk gording dan usuknya.
Modul struktur menyesuaikan luasan ruang yang dibutuhkan, diatur
sedemikian rupa agar dalam setiap ruangan tidak ada kolom di tengah-tengah
ruangan. Perkecualian untuk bentang yang cukup besar seperti bangunan entrance.
3.5.2. Pemilihan Bahan Finishing ekterior dan interior bangunan
• Penutup lantai : keramik, marmer dan atau granit.
• Penutup kolom : batu bata
• Penutup dinding : batu paras
• Penutup atap : alang alang untuk bangunan publik dan ijuk untuk pura.
• Plafon : struktur atap yang diekspose (alang-alang tidak diperlihatkan dari
dalam ruangan).
3.6. Perlengkapan Pelayanan dan Utilitas Bangunan
Distribusi air bersih diatur secara mandiri di setiap area, satu tandon
melayani beberapa massa dengan jarak tidak lebih dari sepuluh meter. Untuk
pembuangan air kotor sisa-sisa dan kotoran juga diatur sama dengan sistem
distribusi air bersih, beberapa massa dengan satu sumur resapan dan septic tank,
menghindari terbentuknya sudut-sudut pada saluran pembuangan. Tekukan pipa
maksimum yang terjadi 10-15 derajat. Pembuangan air hujan dari atap langsung
jatuh ke tanah, dari tanah lalu disalurkan ke saluran pembuangan yang dialirkan
Universitas Kristen Petra
72
ke sungai buatan sebagai tambahan air yang akan diolah kembali menjadi air
bersih dengan penyaringan sistem bak saring. (gambar 3.20)
Sistem penghawaan (gambar 3.21) yang digunakan adalah penghawaan pasif
dengan pembukaan yang berupa jendela dan ventilasi yang cukup banyak. Ukuran
jendela yang didisain berukuran 0.5m x 2m dengan sistem geser, memungkinkan
untuk dibuka selebar-lebarnya untuk tujuan penghawaan dan kesan terbuka
(memasukkan udara luar dan view ke dalam ruangan).
Gambar 3.20. Axonometri Utilitas
Gambar 3.21. Penghawaan
Lubang ventilasi
Lubang ventilasi denganpatung
Jendela