bab i pendahuluanrepository.podomorouniversity.ac.id/24/9/41160004_ta_11...e. paket umroh promo 2018...

26
Universitas Agung Podomoro |1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu Negara yang memiliki mayoritas penduduk sebagai pemeluk agama Islam, penduduk Indonesia memiliki animo yang cukup besar untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah sebagai bentuk pemenuhan kewajiban rukun Islam kelima bagi umat Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. 1 Berdasarkan data dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, jumlah visa yang dikeluarkan untuk Indonesia pada 2016 mencapai angka 699,6 ribu jemaah, lalu kemudian meningkat pada tahun 2017, dengan jumlah 875.958 jemaah 2 di mana hal ini menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan jumlah jemaah umrah terbesar kedua dunia pada tahun 2017. 3 Pada tahun 1441 Hijriyah atau 2019/2020 Masehi ini, jumlah jemaah umrah dari Indonesia diperkirakan dapat mencapai angka 1,2 juta jemaah 4 , di mana perkiraan tersebut didasarkan pada kalkulasi data maskapai yang mengakomodir penerbangan dari Indonesia ke Kerajaan Saudi Arabia (KSA). 5 Meningkat atau tidaknya jumlah pemberangkatan calon jemaah tersebut dipengaruhi oleh kebijakan waktu tunggu ibadah haji yaitu sekitar 15-40 tahun. 6 1 Lusiana Mustinda, 5 Rukun Islam dan Penjelasannya yang Wajib Diketahui Umat Muslim, https://news.detik.com/berita/d-4678154/5-rukun-islam-dan-penjelasannya-yang-wajib- diketahui-umat-muslim, 23 Agustus 2019, diakses pada 5 Mei 2020. 2 Dian Cahyaningrum, “Tanggung Jawab Hukum First Travel dalam Kasus Penipuan, Penggelapan, dan Pencucian Uang dengan Modus Umrah”, Majalah Info Singkat Hukum Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Vol 9, No. 16, (Agustus, 2017). 3 Kementerian Agama, “Indonesia, Negara Kedua dengan Jemaah Umrah Terbesar di Dunia”, https://www.suaramerdeka.com/news/baca/166454/indonesia-negara-kedua-dengan-jamaah- umrah-terbesar-di-dunia, 9 Februari 2019, diakses pada 6 Mei 2020. 4 Abdul Malik, “Jemaah Umrah Asal Indonesia bisa Tembus 1,5 juta Orang”, https://www.bareksa.com/id/text/2019/11/13/jemaah-umroh-asal-indonesia-bisa-tembus-15- juta-orang-begini-kalkulasinya/23588/news, 13 November 2019, diakses pada 30 April 2020. 5 PKT, “Ini Jumlah Jamaah Umrah Indonesia ke Arab Saudi Perharinya”, https://padangkita.com/ini-jumlah-jamaah-umrah-indonesia-ke-arab-saudi-perharinya/, 27 Februari 2020, diakses pada 6 Mei 2020. 6 Kementerian Agama, Op Cit.

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Universitas Agung Podomoro | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSebagai salah satu Negara yang memiliki mayoritas penduduk sebagai

pemeluk agama Islam, penduduk Indonesia memiliki animo yang cukup besar

untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah sebagai bentuk pemenuhan

kewajiban rukun Islam kelima bagi umat Muslim yang mampu secara fisik

dan finansial.1 Berdasarkan data dari Kementerian Haji dan Umrah Arab

Saudi, jumlah visa yang dikeluarkan untuk Indonesia pada 2016 mencapai

angka 699,6 ribu jemaah, lalu kemudian meningkat pada tahun 2017, dengan

jumlah 875.958 jemaah2 di mana hal ini menjadikan Indonesia sebagai Negara

dengan jumlah jemaah umrah terbesar kedua dunia pada tahun 2017.3 Pada

tahun 1441 Hijriyah atau 2019/2020 Masehi ini, jumlah jemaah umrah dari

Indonesia diperkirakan dapat mencapai angka 1,2 juta jemaah4, di mana

perkiraan tersebut didasarkan pada kalkulasi data maskapai yang

mengakomodir penerbangan dari Indonesia ke Kerajaan Saudi Arabia (KSA).5

Meningkat atau tidaknya jumlah pemberangkatan calon jemaah tersebut

dipengaruhi oleh kebijakan waktu tunggu ibadah haji yaitu sekitar 15-40

tahun.6

1 Lusiana Mustinda, 5 Rukun Islam dan Penjelasannya yang Wajib Diketahui Umat Muslim,https://news.detik.com/berita/d-4678154/5-rukun-islam-dan-penjelasannya-yang-wajib-diketahui-umat-muslim, 23 Agustus 2019, diakses pada 5 Mei 2020.2 Dian Cahyaningrum, “Tanggung Jawab Hukum First Travel dalam Kasus Penipuan, Penggelapan,dan Pencucian Uang dengan Modus Umrah”, Majalah Info Singkat Hukum Pusat Penelitian BadanKeahlian DPR RI, Vol 9, No. 16, (Agustus, 2017).3 Kementerian Agama, “Indonesia, Negara Kedua dengan Jemaah Umrah Terbesar di Dunia”,https://www.suaramerdeka.com/news/baca/166454/indonesia-negara-kedua-dengan-jamaah-umrah-terbesar-di-dunia, 9 Februari 2019, diakses pada 6 Mei 2020.4 Abdul Malik, “Jemaah Umrah Asal Indonesia bisa Tembus 1,5 juta Orang”,https://www.bareksa.com/id/text/2019/11/13/jemaah-umroh-asal-indonesia-bisa-tembus-15-juta-orang-begini-kalkulasinya/23588/news, 13 November 2019, diakses pada 30 April 2020.5 PKT, “Ini Jumlah Jamaah Umrah Indonesia ke Arab Saudi Perharinya”,https://padangkita.com/ini-jumlah-jamaah-umrah-indonesia-ke-arab-saudi-perharinya/, 27Februari 2020, diakses pada 6 Mei 2020.6 Kementerian Agama, Op Cit.

Universitas Agung Podomoro | 2

Meskipun kedua kegiatan tersebut adalah sama-sama berkunjung ke kota

Mekah di Arab Saudi, namun terdapat perbedaan antara ibadah haji dengan

umrah. Salah satunya adalah terkait hukumnya, di mana ibadah haji adalah

wajib bagi orang yang bernazar dan bagi orang yang pertama kali

melaksanakannya, sedangkan umrah dapat dilakukan kapan saja diluar musim

haji dan hukumnya bersifat Sunnah (apabila melaksanakan akan mendapat

berkah, sebaliknya apabila tidak dilaksanakan tidak berdosa).7 Dengan adanya

peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang mengadakan perjalanan

umrah, maka pelaku usaha baik secara perorangan maupun perusahaan

menjadikan hal ini sebagai peluang bisnis baru yang menjanjikan, salah

satunya adalah untuk mendirikan usaha dalam bidang biro perjalanan wisata

secara khusus untuk perjalanan ibadah.

Berdasarkan data pada tahun 2016, presentase umat Islam yang ada di

Indonesia adalah 85% di mana jumlah ini telah mengalami penurunan dari

angka 95%.8 Namun dengan presentase ini para pelaku usaha biro perjalanan

wisata tetap dapat menggunakan peluang yang ada untuk menyelenggarakan

perjalanan tur untuk memfasilitasi umat Islam yang akan melaksanakan

ibadah haji dan umrah (“Biro Perjalanan Umrah”)9. Berbagai bentuk upaya

dan strategi dilakukan oleh para pelaku usaha Biro Perjalanan Umrah untuk

menarik calon jemaah umrah agar bersedia menyetorkan uangnya dan

menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Biro Perjalanan Umrah tersebut.

Salah satu strategi yang sering digunakan adalah dengan membuat promosi

harga murah, yang terbukti dapat mempengaruhi referensi konsumen.10

Namun, tidak semua Biro Perjalanan Umrah menjalankan kegiatan

bisnisnya secara jujur, bersih dan sesuai dengan hukum yang berlaku,

7 Budwining Anggraeni, “Larangan, Hukum, dan Perbedaan Ibadah Haji dan Umrah”,https://tirto.id/larangan-hukum-dan-perbedaan-ibadah-haji-umrah-eklt, 25 Oktober 2019,diakses pada 6 Mei 2020.8 Erik Purnama Putra, “Presentase Umat Islam di Indonesia Jadi 85 Persen”,https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/09/o0ow4v334-persentase-umat-islam-di-indonesia-jadi-85-persen, 9 Januari 2016, diakses pada 6 Mei 2020.9 Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia(“Perka BPS”) No. 19 tahun 2017, BNRI tahun 2017 No. 388, pada Lampiran, Dapat dilihatdeskripsi kegiatan usaha Aktivitas Biro Perjalanan Wisata pada Kode Usaha 79120.10 Ayu Kurnia Illahi, “Diskursus Review dalam Penipuan Umrah”, Jurnal Paradigma UniversitasNegeri Surabaya, Vol. 7 No. 4 Tahun 2019.

Universitas Agung Podomoro | 3

sekalipun proses pendirian telah memenuhi syarat serta mendapatkan izin

operasional dari Menteri Agama. Berdasarkan data dari Ditjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah, pada tahun 2015 terdapat 14 (empat belas)

biro perjalanan umrah yang telah dikenakan sanksi oleh Kementerian Agama

RI (“Kemenag RI”), yang 4 (empat) diantaranya telah memperoleh sanksi

peringatan tertulis, 3 (tiga) mendapat sanksi pencabutan izin, dan 5 (lima)

lainnya dinyatakan tidak dapat beroperasi karena izin operasionalnya

dinyatakan tidak berlaku.11

Kemudian pada tahun 2017, muncul kembali permasalahan yang

melibatkan salah satu biro perjalanan umrah yang sedang terkenal pada saat

itu, yaitu PT First Anugerah Karya Wisata (“First Travel”) yang didakwa

melakukan tindak pidana penipuan, penggelapan serta pencucian uang dengan

modus penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah.12 First Travel merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang usaha pariwisata dan penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah, yang mengawali usahanya melalui sebuah bisnis

biro perjalanan wisata dengan bentuk CV First Karya Utama pada 1 Juli

2009.13 Kemudian pada awal tahun 2011, First Travel merambah kegiatan

bisnisnya dibawah bendera PT First Anugerah Karya Wisata, dengan Akta

Pendirian No. 14 tanggal 24 Oktober 2011 yang dibuat dihadapan Notaris

Yasman, S.H., M.Kn., yang kemudian pada tahun 2015 mengalami perubahan

susunan pengurus berdasarkan Akta No. 5 tanggal 11 April 2015 dihadapan

Notaris Kunia Jaya, S.H., M.Kn.14 dengan susunan kepengurusan Andika

Surachman sebagai Direktur Utama (“Terdakwa 1”), Anniesa Desvitasari

Hasibuan sebagai Direktur (“Terdakwa 2”), dan Siti Nuraida Hasibuan

sebagai Komisaris Utama (selanjutnya bersama-sama disebut sebagai (“Para

11 Dian Cahyaningrum, Op Cit.12 Sakina Rakhma, “Dua Bos First Travel Divonis 20 Tahun dan 18 Tahun Tahun Penjara”,https://nasional.kompas.com/read/2018/05/30/12290361/dua-bos-first-travel-divonis-20-tahun-dan-18-tahun-penjara, 30 Mei 2018, diakses pada 6 Mei 2020.13 Andi Saputra, “Akhir Geger Pencucian Uang Rp905 Miliar Jemaah Umrah First Travel”,https://news.detik.com/berita/d-4424125/akhir-geger-pencucian-uang-rp-905-miliar-jemaah-umrah-first-travel, 12 Februari 2019, diakses pada 15 Mei 202014 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan Pengadilan Negeri Depok No.83/Pid.B/2018/PN.Dpk, hal 339.

Universitas Agung Podomoro | 4

Terdakwa”) dan Muamar Rizky Fadila Hasibuan sebagai Komisaris. 15 First

Travel terdaftar sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (“PPIU”),

yang antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 beralamat Kantor di Pusat

Gedung PT First Anugerah Karya Wisata, Jl. Radar Auri No. 1 Cimanggis,

Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.16

Adapun Terdakwa 1 sebagai Direktur Utama First Travel yang

memimpin dan mengendalikan seluruh jalannya perusahaan, memiliki tugas

dan tanggung jawab yaitu:

a. Membuat produk paket travel (menentukan biaya perjalanan umrah);b. Pembukaan dan penutupan pendaftaran paket;c. Mengawasi dan menerima laporan transaksi keuangan serta

logistik.17

Sedangkan Terdakwa 2 memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalin

komunikasi dengan para koordinator/agen (sebagai Person in Contact/PIC),

kemudian Siti Nuraida sebagai Komisaris First Travel dan selaku Kepala

Divisi Keuangan First Travel.18

Sejak tahun 2011, First Travel menyelenggarakan Paket Perjalanan

Umrah Promo dengan ketentuan pemberangkatan yang dilakukan setiap satu

tahun kemudian setelah biaya perjalanan tersebut dilunasi oleh calon jemaah.19

Untuk menarik calon jemaah agar semakin banyak yang menggunakan jasa

pemberangkatan umrah First Travel, maka pada Januari 2015 Para Terdakwa

sebagai jajaran Direksi dan Komisaris First Travel tersebut mulai melakukan

strategi marketing dengan menawarkan promosi beberapa macam paket

pejalanan ibadah umrah, yaitu:

a. “Paket Umrah Promo 2017 dengan harga Rp14.300.000,00/oranguntuk perjalanan selama 9 (sembilan) hari, dengan fasilitaspenginapan hotel bintang 3, sistem pemberangkatan FIFO (First InFirst Out) yang dilaksanakan 1 tahun setelah pembayaran dilunasi.Promo ini ditawarkan untuk pemberangkatan bulan November 2016– Mei 2017;

15 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan PN Depok, hal 339-34016 Ibid, hal 339.17 Ibid, hlm 340.18 Ibid.19 Ferdinan, “Umrah Promo First Travel untuk Pancing Calon Jemaah”,https://news.detik.com/berita/d-3874070/ini-paket-umrah-promo-first-travel-untuk-pancing-calon-jemaah, 19 Februari 2018, diakses pada 6 Mei 2020.

Universitas Agung Podomoro | 5

b. Paket Umrah Regular dengan Rp26.613.000,00/orang denganfasilitas penginapan hotel bintang 4;

c. Paket Milad ke-8 First Travel dengan harga Rp8.888.888,00/orang;d. Paket VIP – Rp54.000.000,00/orang dengan fasilitas penginapa hotel

bintang 5 dan keberangkatan setiap saat setelah pembayaran dilunasi;e. Paket Umroh Promo 2018 dengan harga Rp15.000.000,00/orang,

dengan fasilitas penginapan hotel bintang 3.”20

Dalam dakwaan yang disusun oleh Jaksa, Terdakwa sendiri telah

menyadari bahwa Paket Umrah Promo 2017 yang ditawarkan kepada calon

jemaah dengan biaya Rp14.300.000,00/orang itu tidak dapat mencukupi untuk

dapat membiayai satu orang jemaah untuk sebuah paket perjalanan ibadah

umrah.21 Karena, pada kenyataannya biaya yang biasanya dikeluarkan oleh

First Travel untuk memberangkatkan 1 (satu) orang jemaah dengan fasilitas

yang tertera pada Paket Promo Umrah 2017 adalah sebesar Rp20.020.000,00

(dua puluh juta dua puluh ribu rupiah) dengan rincian biaya termasuk tiket

pesawat, land arrangement Jeddah to Jeddah, Visa Arab Saudi, handling di

Bandara Soetta, paket perlengkapan Ibadah, pengadaan kain Ihrom/mukena,

namun belum termasuk biaya manasik.

Untuk menutupi hal tersebut, Para Terdakwa tetap melakukan

penawaran paket promo umrah tersebut kepada calon jemaah agar tetap

tertarik untuk menggunakan jasa melalui promo tersebut, yaitu dengan cara:

a. Sejak tahun 2015, First Travel membuka beberapa cabang di daerah

Jakarta, Medan, Bandung, Sidoarjo dan Bali, untuk menerima

pendaftaran calon jemaah umrah dengan tujuan kemudahan

pemasaran paket Umrah Promo, operasional kegiatan tersebut

dikendalikan dari kantor pusat First Travel22;

b. Membentuk jaringan pemasaran seluruh wilayah Indonesia dengan

mengadakan perekrutan Agen, dengan jumlah agen yang aktif adalah

835 orang dari 1.173 orang23;

c. Melakukan prekrutan para agen yang berasal dari alumni jemaah

umrah agar dapat menceritakan pengalamannya menggunakan paket

20 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan PN Depok, Op Cit, hal 340-341.21 Ibid, hal 341.22 Ibid.23 Ibid.

Universitas Agung Podomoro | 6

umrah promo dari First Travel, dengan terlebih dahulu mengikuti

seminar keagenan24;

d. Mengadakan seminar keagenan dan pelatihan untuk para calon

agen25;

e. Sejak tahun 2015, Para Terdakwa menjual Franchise (Waralaba)

First Travel ke beberapa perusahaan dengan harga

Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), di mana pemegang

Franchise berhak untuk merekrut calon jemaah umrah dengan

menentukan biaya paket perjalanan umrahnya secara mandiri26;

f. Membentuk Koordinator yang memiliki tugas untuk mengkoordinir

para staf Kantor Pusat yang melayani calon jemaah umrah yang

mendaftar dan melakukan pembayaran langsung ke kantor pusat

First Travel27;

g. Menawarkan paket perjalanan umrah melalui sosial media Facebook

(https://facebook.com/FirstTravel), dengan judul Umrah Promo

2017, serta membuat brosur-brosur promosi dengan desain yang

menarik28;

h. Melakukan promosi melalui Publik Figur, dengan memberangkatkan

artis Rini Fatimah Jaelani, S.H., alias Syahrini dengan fasilitas VIP

Plus, dengan timbal balik yaitu selama perjalanan Syahrini selalu

menggunakan atribut First Travel; membuat vlog, video dan foro

perjalanan; serta mempublikasikannya sejak berangkat hingga

pulang29;

i. Sejak tahun 2017, menyelenggarakan promo carter pesawat yang

ketentuan pemberangkatannya sesuai ketetapan First Travel, dengan

tambahan biaya Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan

umrah promo Ramadhan diberangkatkan bulan Ramadhan dengan

24 Ibid.25 Ibid, hlm 342.26 Ibid.27 Ibid.28 Ibid.29 Ibid.

Universitas Agung Podomoro | 7

tambahan biaya Rp1.800.000,00 (satu juta delapan ratus ribu rupiah)

– Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Melalui cara-cara tersebut, Para Terdakwa berhasil untuk memikat

93.295 orang calon jemaah umrah, yang kemudian menyetorkan uang seharga

paket umrah yang ditawarkan sebesar Rp1.319.535.402.852,00 (satu trilyun

tiga ratus sembilan belas milyar lima ratus tiga puluh lima juta empat ratus

dua ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah).30 Dari jumlah calon jemaah

yang telah menyetorkan uang, sejak tanggal 16 November 2016 sampai

dengan tan/ggal 14 Juni 2017 terdapat 29.985 orang jemaah yang telah

diberangkatkan oleh First Travel.31 Sedangkan sisanya sebanyak 63.310 orang

calon jemaah yang telah membayar lunas dengan total Rp905.333.000.000,00

(sembilan ratus lima milyar tiga ratus tiga puluh tiga juga rupiah) tidak

diberangkatkan, dan uang tersebut juga tidak dikembalikan pada calon jemaah

yang tidak jadi diberangkatkan.32

Dalam pemeriksaan di persidangan, ditemukan adanya fakta bahwa uang

yang telah disetorkan oleh para calon jemaah umrah tersebut dipergunakan

untuk menutupi pembayaran pemberangkatan umrah promo sebelumnya.33

Selain itu uang tersebut juga digunakan untuk membiayai seluruh operasional

kantor, gaji pegawai, fee agen dan koordinator serta untuk membiayai

kepentingan pribadi Direktur First Travel yang sama sekali tidak berkaitan

dengan pemberangkatan jemaah umrah.34 Sementara itu, promo-promo yang

dibuat oleh Para Terdakwa tersebut hanyalah digunakan untuk menipu calon

jemaah, di mana jemaah yang tertarik dengan promo tersebut akan

menyetorkan uangnya kepada rekening First Travel lalu kemudian oleh

Terdakwa dipindahkan ke rekening yang sengaja disiapkan agar pihak-pihak

lain tidak mengetahui asal usul harta tersebut. Praktik ini dilakukan dalam

sebuah transaksi dalam jumlah besar atau dapat disebut juga sebagai

30 Ibid, hal 343.31 Dedy Priatmojo dan Zahrul Darmawan, “Vonis Bos First Travel dan Misteri Uang Jemaah”,https://today.line.me/id/pc/article/Vonis+Bos+First+Travel+dan+Misteri+Uang+Jemaah-B12VE2,31 Mei 2018, diakses pada 7 Mei 2020.32 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan PN Depok, Op Cit, hal 343.33 Dedy Priatmojo dan Zahrul Darmawan, Op Cit.34 Ibid, hal 344.

Universitas Agung Podomoro | 8

penyalahgunaan uang (abuse of money), di mana transaksi tersebut dilakukan

atas nama rekening perusahaan agar seolah-olah terlihat bukan merupakan

transaksi kejahatan melainkan untuk kepentingan bisnis suatu perusahaan.35

Berdasarkan fakta-fakta yang telah terungkap dalam persidangan, pada

tanggal 30 Mei 2018, Pengadilan Negeri Depok mengeluarkan putusan No.

83/Pid.B/2018/PN.Dpk, yang pada amarnya memutuskan bahwa Terdakwa 1

dan Terdakwa 2 telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “Bersama-sama Melakukan Penipuan dan

Pencucian Uang sebagai Perbuatan Berlanjut”, dan dijatuhkan pidana

penjara selama 20 tahun dan 18 tahun serta pidana denda pada masing-masing

Terdakwa.36 Selain itu, Majelis Hakim juga menetapkan barang bukti

penyitaan untuk dikembalikan kepada yang berhak, namun yang merupakan

aset ekonomis First Travel (dengan nomor urut barang bukti poin 1 s/d 529,

dan 530 s/d 543) dirampas untuk Negara.37 Putusan Pengadilan Negeri

tersebut telah dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat pada saat

upaya hukum Banding diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, berdasarkan

putusan No. 195/PID/2018/PT BDG tanggal 15 Agustus 2018 serta Putusan

Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi melalui putusan No. 3096

K/Pid.Sus/2018 yang telah diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum,

dengan pertimbangan yang menguatkan pertimbangan Pengadilan di

bawahnya.38 Sehingga dapat dikatakan bahwa kasus ini telah berkekuatan

hukum tetap.

Dalam perkara First Travel ini, Hakim Pengadilan Negeri Depok

memutuskan untuk merampas aset First Travel untuk Negara, karena

berdasarkan dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dan di dalam

pertimbangannya Hakim menilai bahwa tindakan pidana yang dilakukan oleh

Para Terdakwa telah menimbulkan adanya perubahan wujud aset berupa uang

yang telah disetorkan oleh para calon jemaah umrah First Travel yang

35 Ibid, hal 899.36 Andrian Pratama Taher, “Vonis Kasus First Travel: Andika 20 Tahun, Anniesa 18 Tahun Penjara,https://tirto.id/vonis-kasus-first-travel-andika-20-tahun-anniesa-18-tahun-penjara-cLoC, 30 Mei2018, diakses pada 7 Mei 2020.37 Andika Surachman dan Anniesa Devitasari Hasibuan, Putusan Mahkamah Agung No. 3096K/Pid.Sus/2018, hal 387-390.38 Ibid, hal 392.

Universitas Agung Podomoro | 9

dikuasai oleh Para Terdakwa. Dalam pertimbangannya, Hakim juga melihat

bahwa nilai dari aset yang berhasil disita tidak cukup untuk melunasi atau

mengganti kerugian yang dialami oleh ribuan calon jemaah First Travel yang

gagal diberangkatkan, sehingga menurut Hakim prosedur pemulihan aset yang

terbaik untuk dilakukan terhadap aset tersebut adalah dengan cara merampas

untuk negara. Dengan dirampasnya aset First Travel untuk Negara, maka para

calon jemaah yang mengalami kerugian menjadi semakin sulit untuk

mempertahankan haknya, karena prosedur pemulihan aset terhadap korban

tindak pidana yang asetnya dirampas oleh Negara belum ditentukan oleh

undang-undang atau peraturan pelaksana dan juga belum dirumuskan melalui

terobosan Hakim ataupun Jaksa Penuntut umum pada saat mengadili perkara

ini.

Dasar hukum tentang perampasan aset yang berlaku di Indonesia masih

berupa rancangan undang-undang (“RUU Perampasan Aset”)39, di mana

dalam RUU tersebut perampasan aset didefinisikan sebagai upaya paksa

pengambilalihan hak atas kekayaan atau keuntungan yang telah diperoleh

yang dilakukan oleh negara berdasarkan penetapan atau putusan pengadilan

tanpa didasarkan penghukuman terhadap pelakunya.40 Namun, pada

praktiknya saat ini telah diatur dalam hukum pidana dan hukum acara pidana,

di mana menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (“KUHP”),

perampasan aset termasuk ke dalam salah satu pidana atau hukuman

tambahan.41

Sebagaimana dasar hukum terkait perampasan aset yang telah diatur

dalam Pasal 194 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(“KUHAP”), yang menyatakan bahwa:

39 Tri Jata Ayu Pramesti (A), “Bolehkah Perampasan Aset Dilakukan Tanpa Ada Penyitaan LebihDulu?”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56cefaf1c0089/bolehkah-perampasan-aset-dilakukan-tanpa-ada-penyitaan-lebih-dulu, 17 Maret 2016, diakses pada 7 Mei2020.40 Yunus Husein, “Rancangan Undang-undang Perampasan Aset Tindak Pidana”, TayanganSosialisasi Rancangan Undang-undang Perampasan Aset Tindak Pidana yang diselenggarakanoleh Ditjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM, Hotel Ambhara, 26Oktober 2010.41 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya LengkapPasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 2013), Pasal 10 huruf b, hal. 34.

Universitas Agung Podomoro | 10

“Dalam hal putusan pemidanaan atau bebas atau lepas dari segalatuntutan hukum, pengadilan menetapkan supaya barang bukti yang disitadiserahkan kepada pihak yang paling berhak menerima kembali yangnamanya tercantum dalam putusan tersebut kecuali jika menurutketentuan undang-undang barang bukti itu harus dirampas untukkepentingan negara atau dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapatdipergunakan lagi.”42

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dimaknai bahwa proses perampasan

terhadap suatu aset dilakukan terhadap aset yang telah disita untuk

kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.

Sita merupakan suatu tindakan hukum pengadilan atas benda bergerak

atau benda tidak bergerak milik Tergugat atas permohonan Penggugat agar

diawasi atau diambil sebagai jaminan agar tuntutan atau kewenangan

Penggugat tidak menjadi illusoir.43 Istilah sita yang kemudian dikenal dengan

istilah penyitaan berasal dari bahasa Belanda yaitu beslaag. Dalam urgensi

Sita pada Hukum Pidana, tindakan penyitaan pada prinsipnya adalah

perbuatan untuk mengambil-alih penguasaan benda dari yang berhak

kemudian diserahkan kepada penyidik untuk keperluan penyidikan,

penuntutan dan proses peradilan.44

Dalam Hukum Pidana, sita pidana yang disebut juga sebagai Penyitaan

(inbesilagneming), yang menganut bahwa hal itu sebagai salah satu bentuk

upaya paksa karena kaitannya erat dengan perampasan hak seseorang, namun

perampasan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan hukum yang diatur

dalam hukum yang berlaku (due process of law) yaitu KUHAP. Penyitaan

dilakukan oleh Penyidik dengan upaya paksa di mana merupakan serangkaian

tindakan untuk mengambil alih dan menyimpan dibawah penguasaannya

benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk

kepentingan penyidikan, penuntutan dan/atau proses persidangan di muka

pengadilan.45

42 Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), TLN RI No. 3258,Pasal 194 ayat (1)43 Wildan Suyuthi, Sita dan Eksekusi Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Jakarta: PT Tatanusa,2004), hal. 20.44 Jamin Ginting, “Sita Pidana Vs. Sita Umum Kepailitan” (Makalah Hukum Pendidikan LanjutanKurator dan Pengurus AKPI, Jakarta 20 Juni 2019), hal 2.45 KUHAP, Ibid, Pasal. 1 butir 16.

Universitas Agung Podomoro | 11

Keberadaan putusan perkara pidana tidak secara substansif hanya berisi

putusan yang menyatakan bersalah atau tidaknya seorang Terdakwa, ataupun

hanya memuat pidana yang dijatuhkan terhadap Terdakwa tersebut. Namun,

apabila ternyata terdapat barang bukti yang digunakan selama proses

pembuktian, maka putusan hakim tersebut juga harus memuat tindakan dan

penentuan status terhadap barang bukti tersebut. Penentuan status barang bukti

dalam putusan pengadilan berpedoman pada Pasal 46 juncto Pasal 194

KUHAP, di mana terdapat alternatif yang dapat diterapkan oleh Majelas

Hakim sesuai dengan keadaan maupun jenis barang bukti yang disita, yaitu

dengan mengembalikan kepada orang yang paling berhak, dimusnahkan atau

dirusak, serta dirampas untuk Negara.46

Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang

mengacu pada fakta yang terungkap selama proses persidangan perkara First

Travel, barang-barang bukti yang ditetapkan agar dirampas untuk Negara itu

memiliki nilai ekonomis dan telah terbukti sebagai hasil tindak pidana yang

dilakukan oleh Para Terdakwa, yaitu dari hasil penipuan dan tindak pidana

pencucian uang.

Tindak pidana pencucian uang (money laundering) di Indonesia diatur

dalam Undang-undang No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (“UU TPPU”). TPPU

merupakan suatu kejahatan yang memiliki ciri khas tersendiri dengan prinsip

kejahatan ganda (double criminality), atau disebut sebagai kejahatan lanjutan

(follow up crime) di mana adanya tindak pidana asal (predicate crime) yang

menghasilkan uang, lalu kemudian hasilnya dilakukan dalam proses

pencucian.47 Sebagai tindak pidana lanjutan dari tindak pidana asal,

pembuktian untuk adanya tindak pidana pencucian uang tidak digantungkan

pada tindak pidana asalnya, sehingga kejahatan ini dapat dikatakan sebagai

independent crime atau kejahatan yang dapat berdiri sendiri.

46 M. Yahya Harahap (A), Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan danPenuntutan) Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal 366.47 DNT Lawyers, “Ini Daftar Kejahatan yang Bisa Dikenakan Pidana Pencucian Uang”,https://dntlawyers.com/ini-daftar-kejahatan-yang-bisa-dikenakan-pidana-pencucian-uang/, 30November 2018, diakses pada 8 Mei 2020.

Universitas Agung Podomoro | 12

Berdasarkan Pasal 69 UU TPPU, menyatakan bahwa “Proses

penyidikan, penuntutuan dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap

TPPU tidak wajib dibuktikan tindak pidana asalnya”.48 Untuk dapat

membuktikan adanya tindak pidana ini cukup dengan membuktikan

perbuatan-perbuatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3, Pasal 4, dan

Pasal 5 UU TPPU yang berupa menempatkan, mentransfer, membayarkan,

menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau

perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga berasal

dari tindak pidana.49

Kemudian, kejahatan ini juga dapat dikatakan sebagai kejahatan luar

biasa (extraordinary crime), karena kejahatan ini memiliki karakteristik yang

tidak hanya dapat mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian

dan sistem keuangan negara, namun juga dapat membahayakan sendi-sendi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Dengan melakukan kegiatan pencucian uang ini, memungkinkan bagi para

pelaku untuk menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul sebenarnya harta

kekayaan hasil tindak pidana, kemudian pelaku tersebut dapat menikmati dan

menggunakan hasil tindak pidana tersebut seolah-olah terlihat sebagai hasil

kegiatan yang legal. Hal tersebut dilakukan oleh pelaku dengan memanfaatkan

teknologi canggih dan harta kekayaan dalam jumlah besar serta melibatkan

pihak Penyedia Jasa Keuangan yang juga tentunya akan berdampak pada

perputaran keuangan di Indonesia.

Pada dasarnya dalam sistem hukum pidana formil di Indonesia, beban

pembuktian ada atau tidaknya sebuah tindak pidana terletak pada Jaksa

Penuntut Umum, seperti yang telah dinyatakan dalam Pasal 66 Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) sebagai bentuk implementasi asas

praduga tak bersalah, sehingga Tersangka atau Terdakwa tidak dibebani

48 Indonesia, Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PencucianUang, UU No. 8 Tahun 2010, TLN No. 5164, Pasal 69.49 Toetik Rahayuningsih, “Perampasan Aset Hasil Tindak Pidana Perbankan dalam RangkaPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang”, Jurnal Rechtidee Fakultas Hukum UniversitasTrunojoyo Madura, Vol. 8, No 2, 2013.

Universitas Agung Podomoro | 13

kewajiban Pembuktian.50 Namun, hal ini terjadi sebaliknya sebagaimana yang

disampaikan oleh Adrian Sutedi bahwa karakteristik kejahatan TPPU adalah

luar biasa, maka Hakim harus memiliki visioner yang didasarkan pada

pemahaman kesulitan pembuktian kejahatan ini. Hal tersebut dapat

diimplementasikan secara nyata dalam sistem acara peradilan yang

menggunakan pendekatan pragmatis dengan adanya perlindungan saksi dan

pembalikan beban pembuktian (the shifting of the burden proof).51

UU TPPU sampai saat ini belum mengatur secara rinci tentang acara

persidangan khususnya terkait pembalikan beban pembuktian ini, di mana

pada penerapannya melanggar prinsip nonself incrimination, sehingga hakim

harus menekankan bahwa penerapan pembalikan beban pembuktian terbatas

pada tahap persidangan dan hanya untuk satu unsur.52 Unsur yang harus

dibuktikan Terdakwa adalah Harta Kekayaan bukan berasal dari kejahatan.

Pada perkara First Travel ini, terjadi percampuran harta kekayaan atau aset

aset yang dimiliki oleh First Travel kekayaan calon jemaah umrah First

Travel sebagai korban yang telah disetorkan kepada rekening First Travel

seharga Paket Promo Umrah 2017 yang ditawarkan dengan harta-harta lainnya

yang muncul akibat tindak pidana yang dilakukan oleh Para Terdakwa. Hal ini

semakin mempersulit pembuktian asal usul pendapatannya, sehingga hakim

menilai hal tersebut patut diduga merupakan hasil dari tindak pidana

pencucian uang sehingga dapat dirampas untuk Negara oleh kekuasaan

Pengadilan.

Dalam Penelitian pada Skripsi ini, Penulis akan membahas kewenangan

peradilan pidana dalam merampas aset First Travel, dengan melakukan

analisa pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan

Negeri No. 83/Pid.B/2018/PN.Dpk. Hal ini dilakukan oleh Penulis karena

melihat karena adanya percampuran aset First Travel yang terdiri dari uang

calon jemaah dan hasil tindak pidana Para Terdakwa. Sehingga aset tersebut

menjadi barang bukti yang disita untuk kepentingan pemeriksaan dan

ditetapkan dirampas untuk Negara oleh Majelis Hakim, yang kemudian

50 KUHAP, Op Cit, Pasal 66.51 Andrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, (Citra Aditya Bakti, 2008), hal 21552 Ibid.

Universitas Agung Podomoro | 14

menimbulkan akibat hukum di mana semakin menyulitkan proses

pengembalian aset kepada korban yang menurut Penulis adalah pihak yang

paling berhak.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana ratio decidendi Majelis Hakim dalam memutus pidana

perampasan aset untuk Negara?

2. Bagaimana mekanisme pemulihan aset korban yang disita akibat suatu

tindak pidana yang dialaminya dalam perkara First Travel berdasarkan

putusan Pengadilan Negeri No. 83/Pid.B/2018/PN.Dpk?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis dan mengetahui ratio decidendi Majelis Hakim dalam

memutus pidana perampasan aset untuk Negara.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui mekanisme pemulihan aset korban

yang disita akibat suatu tindak pidana yang dialaminya dalam perkara

First Travel.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang dapat

mencakup dua hal, yaitu dari segi teoritis dan secara praktis:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

dalam hukum pidana, hukum acara pidana, yang dikaitkan dengan

konsep penyitaan aset serta adanya unsur tindak pidana pencucian

uang.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi di bidang akademis

dan sebagai bahan kepustakaan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Mahasiswa

1) Penelitian ini diharapkan mampu berperan sebagai bentuk

implementasi ilmu teori yang telah diperoleh selama masa

perkuliahan

Universitas Agung Podomoro | 15

2) Penelitian ini dapat melatih cara berpikir dan memecahkan masalah

hukum.

b. Bagi Masyarakat

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemhaman bagi

masyarakat terkait perampasan harta kekayaan yang dilakukan

berdasarkan terbukti atau tidaknya suatu tindak pidana.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

penipuan dan pencucian uang.

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan

bagi Pemerintah dalam rangka mempersiapkan rancangan Undang-

undang Perampasan Aset Tindak Pidana serta hukum acara terkait

mekanisme pemulihan aset.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teori

A. Teori Kewenangan

Kekuasaan sering disamakan dengan kewenangan, begitupun

sebaliknya. Kewenangan juga sering disamakan dengan wewenang.

Kekuasaan biasanya dapat berbentuk hubungan, di mana terdapat

satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah (the rule

and the ruled).53

Istilah Kewenangan berasal dari kata dasar wewenang, yang

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai

hal berwenang, hak dan kekuasaan untuk yang dipunyai untuk

melakukan sesuatu.54

Menurut F.P.C.L. Tonner yang dikutip oleh Ridwan AR

berpendapat bahwa Overheidsbevoegdheid wordt in dit verband

opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en Aldus

53 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), hal 35-36.54 Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (KBBI),https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kewenangan, diakses pada 21 April 2020.

Universitas Agung Podomoro | 16

rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en

te scheppen, yang dapat dimaknai bahwa Kewenangan Pemerintah

dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan

hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum

antara pemerintahan dengan warga negara.55

Kemudian, menurut S.F. Marbun membedakan istilah

Kewenangan dengan wewenang, di mana Kewenangan (authority,

gezag atau yurisdiksi) adalah kekuasaan yang diformalkan baik

terhadap segolongan orang tertentu, maupun kekuasaan terhadap

sesuatu bidang pemerintahan tertentu secara bulat yang berasal dari

kekuasaan legislatif maupun dari kekuasaan pemerintah56, sedangkan

Wewenang (competence atau bevoegdheid) adalah kemampuan

bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk

melakukan hubungan-hubungan hukum.57 Selain itu, sebagaimana

dikutip oleh S.F. Marbun, Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan

bahwa kewenangan merupakan kumpulan dari wewenang-wewenang

(rechtsbevoegdheden).

Sehingga berdasarkan beberapa definisi terkait kewenangan

yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

kewenangan (authority) merupakan kekuasaan formal bagi pejabat

ataupun institusi di suatu bidang pemerintahan yang berasal dari

Undang-undang.

Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3)

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

(“UUD RI 1945”) bahwa “Negara Indonesia adalah Negara

Hukum”58, yang dapat dimaknai bahwa bangsa Indonesia secara

sungguh-sungguh melandaskan seluruh aktivitas kehidupan

berbangsa dan bernegara pada ketentuan-ketentuan hukum yang

55 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hal 100.56 S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, (Yogyakarta:FH UII Press, 2015), hal 143.57 Ibid, hal 144.58 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”), Pasal 1 ayat (3).

Universitas Agung Podomoro | 17

berlaku.59 Oleh karena itu segala bentuk hukum atau peraturan yang

dibentuk setelah UUD RI 1945 tidak boleh bertentangan dengan apa

yang telah ditentukan oleh UUD RI 1945. Salah satunya adalah

ketentuan terkait pelimpahan kewenangan yang diberikan kepada

Lembaga Penegak Hukum.

Diantara aparat penegak hukum yang memiliki posisi dominan

dalam pelaksanaan penegakan hukum adalah Hakim, yang diberikan

wewenang oleh Undang-undang Dasar untuk memeriksa dan

memutus perkara yang diajukan ke Pengadilan. Sebagaimana

ketentuan Pasal 24 ayat (1) UUD RI 1945, yang menyatakan bahwa:

“Kekuasaan kehakiman merupakan yang merdeka untukmenyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dankeadilan.”60

Ditinjau dari doktrin pemisahan kekuasaan (separation of

power), kekuasaan kehakiman yang merdeka merupakan bagian dari

upaya menjamin kebebasan dan mencegah kesewenang-wenangan

demi terjaminnya kebebasan serta pengendalian atas jalannya

pemerintahan negara sebagai persyaratan mutlak dalam sebuah

negara yang berdasarkan hukum,61 “sebagai persyaratan mutlak

dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum atau condition sine

qua non”.62

Salah satu kewenangan Hakim sebagai penegak hukum adalah

untuk membuktikan ada atau tidaknya suatu tindak pidana yang

dilakukan oleh seseorang. Melalui pemeriksaan di Pengadilan, di

mana Jaksa Penuntut Umum atas perintah Hakim akan melakukan

penyitaan terhadap benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud

59 Janpatar Simamora, “Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia tahun 1945”, Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum UniversitasHKBP Nommensen Medan, Vol 14 No. 3, (2014), hal 547-561.60 UUD 1945, Pasal 24 ayat (1)61 Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, (Bandung: LPPM-UNISBA, 1995), hal 7.62 Kata Pembuka dalam Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi YudisialRI No. 047/KMA/SKB/IV/2009, 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman PerilakuHakim (“Keputusan Bersama MA dan KY”), yang menjelaskan bahwa condition sine qua nonmemiliki maksud bahwa Pengadilan adalah mandiri, netral (tidak memihak), kompeten,transparan, akuntabel dan berwibawa, yang mampu menegakkan wibawa hukum dan keadilan.

Universitas Agung Podomoro | 18

maupun tidak berwujud (aset) untuk kepentian pembuktian dalam

penyidikan penuntutan dan peradilan.63

Kewenangan Hakim untuk menjatuhkan putusan terkait salah

atau tidaknya seorang Terdakwa dilakukan berdasarkan

pertimbangan dari sudut pandang Hakim yang memeriksa perkara

akan dinyatakan dalam suatu proposisi hukum, melalui premis-

premis yang diungkapkan baik secara eksplisit ataupun implisit, atau

yang dapat disebut sebagai Ratio Decidendi.64

B. Teori Keadilan

Dalam literatur Inggris, istilah keadilan disebut dengan justice,

dengan kata dasar ‘jus’ yang berarti hukum atau hak. Dengan

demikian salah satu pengertian justice adalah hukum, yang kemudian

berkembang arti dari kata justice sebagai lawfulness yaitu keabsahan

menurut hukum.65

Kemudian adapun pendapat beberapa ahli yang mengemukakan

pendapatnya terkait makna keadilan, yaitu:

1) Menurut Frans Magnis Suseno, keadilan merupakan suatu

keadaan antar manusia yang diperlakukan adil dengan sama

rata, yang sebanding dengan hak dan kewajibannya masing-

masing.66

2) Sedangkan menurut Ibnu Taymiyyah, keadilan adalah

memberikan sesuatu kepada setiap anggota masyarakat sesuai

dengan haknya yang harus diperolehnya tanpa diminta; tidak

berat sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak;

mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan

63 KUHAP, Op Cit, Pasal 1 angka 1664 Shidarta, “Ratio Decidendi dan Kaidah Yurisprudensi”, https://business-law.binus.ac.id/2019/03/04/ratio-decidendi-dan-kaidah-yurisprudensi/, Maret 2019, diaksespada 12 Mei 2020.65 Bahder Johan Nasution, “Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan dari Pemikiran Klasik sampaiPemikiran Modern”, Yustisia Jurnal Hukum, Vol. 3 No.2, (Mei-Agustus 2014), hal 118-130.66 Sastrawacana, “Pengertian Keadilan Menurut Para Ahli”, https://sastrawacana.id/pengertian-keadilan-menurut-para-ahli/, 1 Mei 2020, diakses pada 4 Mei 2020.

Universitas Agung Podomoro | 19

yang salah, bertindak jujur dan tetap menurut peraturan yang

telah ditetapkan.67

3) Menurut John Rawls sebagai filsuf Amerika juga berpendapat

bahwa keadilan adalah kebajikan utama dari hadirnya institusi-

institusi sosial (social institutions),68 menurutnya keadilan ini

hanya dapat ditegakkan pada negara yang melaksanakan asas

keadilan, berupa setiap orang hendaknya memiliki hak yang

sama untuk mendapat kebebasan dasar (basic liberities).69

Sehingga berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat yang

telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa keadilan

merupakan suatu perbuatan yang diberikan oleh institusi baik

pemerintah maupun non pemerintah kepada masyarakat berdasarkan

haknya yang diperoleh dari Undang-undang ataupun terlahir karena

telah terpenuhinya sebuah kewajiban.

Sebagaimana yang telah termaktub pada sila kelima Pancasila,

keadilan sosial dijadikan sebagai pijakan atas penegakan hukum dari

setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk

mewujudkan penegakan hukum dan keadilan ditengah masyarakat,

maka lahirlah Undang-undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman, yang kemudian diberikan wewenang yang merdeka

untuk dapat menyelenggarakan peradilan berdasarkan Pancasila dan

UUD RI 1945.

1.5.2 Kerangka Konsep

A. Penyitaan dan Perampasan Aset

Penyitaan berasal dari terminologi beslaag (Belanda), dan

istilah Indonesia “beslah”, tetapi istilah bakunya adalah “sita” atau

“penyitaan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata

“sita” memiliki arti “tuntutan pengadilan, atau perihal mengambil

67 Ibid.68 Pan Mohamad Faiz, “Teori Keadilan John Rawls (John Rawls Theory of Justice)”, JurnalKonstitusi, Vol. 6, No. 1,1 April 2009, hal 135-149.69 Inge Dwisvimiar, “Keadilan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum”, Jurnal Dinamika HukumFakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Vol 11 No. 3, (2011), hal 522-531

Universitas Agung Podomoro | 20

dan menahan barang bukti menurut keputusan pengadilan oleh alat

negara (polisi dan sebagainya); pembeslahan”.70 Kemudian untuk

istilah penyitaan, memberi arti “proses, cara, perbuatan menyita;

pembeslahan atau Pengambilan milik pribadi oleh pemerintah tanpa

ganti rugi”.71 Sedangkan menurut kamus hukum Black’s Law

Dictionary, “confiscation is the act of confiscating; or of

condemning and adjudging to the public treasury”.72

Adapun pengertian penyitaan menurut Yahya Harahap sebagai

Ahli Hukum Pidana, di mana penyitaan merupakan tindakan

menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa berada ke dalam

keadaan penjagaan (custody) yang dilakukan secara resmi

berdasarkan perintah pengadilan atau hakim.73

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyitaan merupakan

tindakan yang dilakukan berdasarkan kewenangan yang diperoleh

melalui Undang-undang atau putusan Hakim Pengadilan untuk

mengambil dan menempatkan harta milik Debitur ke dalam

penjagaan sebagai bentuk hukuman atau sanksi kepada Debitur.

Penyitaan dan Perampasan dalam Hukum Pidana

Tindakan penyitaan dalam hukum pidana merupakan bentuk

upaya paksa (dwang middelen) yang dilakukan oleh Penyidik untuk

mengambil atau merampas barang tertentu dari tersangka, pemegang

atau penyimpan barang yang dimaksud.74 Penyitaan merupakan

tindakan hukum yang dilakukan pada taraf penyidikan75, sehingga

sesudah lewat taraf penyidikan tidak dapat lagi dilakukan penyitaan

untuk dan atas nama penyidik. Tata cara untuk melakukan penyitaan

diatur juga di dalam KUHAP. Pada dasarnya prosedur untuk

70 KBBI, Op Cit, diakses pada 7 Mei 2020.71 Ibid.72 Online Black's Law Dictionary, https://thelawdictionary.org/confiscation/, diakses pada 11Desember 2019.73 Frisca Cristi, Proposal Skripsi: “Sita Pidana di Atas Sita Perdata (dengan Studi Kasus: PutusanMA No. 3233. K/Pdt/1995), (Depok: UI, 2007), 17.74 Jamin Ginting, Op Cit, hal 1.75 M. Yahya Harahap (A), Op Cit.

Universitas Agung Podomoro | 21

melakukan penyitaan mengikuti standar umum yang berlaku.

Sebelum melakukan penyitaan, Penyidik harus mendapatkan surat

izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, kecuali dalam hal-hal

tertentu.76

Pada prinsipnya penyitaan dilakukan terhadap suatu barang

yang diduga dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau

merupakan hasil tindak pidana.77 Penyitaan bersifat sementara

karena berdasarkan Pasal 194 KUHAP setelah proses persidangan

selesai, maka Hakim melalui putusannya akan menentukan status

daripada barang bukti yang disita tersebut. Apabila terbukti barang

yang disita merupakan hasil dari suatu tindak pidana, maka Hakim

dapat memutuskan agar barang tersebut dirampas untuk Negara

melalui putusan Pengadilan terlebih dahulu.78

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

(“Permenkumham”) No. 16 Tahun 2014 tentang Tata Cara

Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara

Pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, Benda Sitaan

Negara (Basan) adalah benda yang disita oleh negara untuk

keperluan proses peradilan.79 Benda ini bisa disita oleh penyidik atau

penuntut umum guna keperluan barang bukti dalam proses peradilan.

B. Tindak Pidana Pencucian Uang

Dalam konsep ini, Penulis memisahkan bahwa melalui dua

unsur yang akan dijelaskan yaitu Tindak Pidana dan Pencucian

Uang.

Tindak Pidana (straafbaarfeit) berasal dari bahasa Belanda

straafbaarfeit, yang didalamnya terkandung dua unsur pembentuk

kata, yaitu straafbaar dan feit. Kata feit dalam bahasa Belanda

76 KUHAP, Op. Cit, Pasal. 3877 Jamin Ginting, Op Cit.78 Tri Jata Ayu Pramesti (A), Op Cit, diakses pada 7 Mei 2020.79 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Permenkumham”) tentang Tata CaraPengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara Pada Rumah PenyimpananBenda Sitaan Negara, Permenkumham No. 16 Tahun 2014, Pasal 1 angka 3.

Universitas Agung Podomoro | 22

diartikan sebagian dari kenyataan, sedang straafbaar berarti dapat

dihukum, sehingga secara harfiah perkataan straafbaarfeit berarti

sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum. Kemudian adapun

beberapa pendapat terkait pengertian tindak pidana, yaitu:

1) Tindak pidana, yang dalam bahasa Inggris, disebut dengan

criminalact, sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut misdriff

dikonsepkan sebagai perbuatan yang berkaitan dengan

kejahatan.80

2) Kamus Besar Bahasa Indonesia menterjemahkan tindak pidana

sebagai perbuatan pidana (perbuatan kejahatan) di mana perlu

ditingkatkan lagi dalam misi pemberantasannya.

3) Menurut Moelijatno, tindak pidana (strafbaar feit) merupakan

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan

yang disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi siapa saja yang melanggar tersebut.81 Kemudian

Moelijatno berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara dapat

dipidananya perbuatan (die strafbaarheid van het feit) dan

dapat dipidananya orang (strafbaarheid can den person).

Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa, tindak pidana merupakan suatu dasar yang pokok

dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan

pidana atas dasar pertanggung jawaban seseorang atas perbuatan

yang telah dilakukannya.

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai istilah Pencucian

Uang, yang disampaikan menurut beberapa sumber, yaitu: Kemudian

terdapat definisi yang disampaikan menurut beberapa sumber, yaitu:

1) Menurut Kamus Hukum Black’s Law Dictionary adalah:

80 Andrian Formen Tumiwa, Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Perspektif Undang-undang No.8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/19596/19166, 2 April 2018,diakses pada 15 Desember 2019.81 Putra Keadilan, Pengertian Tindak Pidana,https://www.academia.edu/7933833/PENGERTIAN_TINDAK_PIDANA , diakses pada 15Desember 2019.

Universitas Agung Podomoro | 23

“term to used to describe investment or other transfer ofmoney flowing from racketeering, drug transaction, and otherillegal sources into legitimate channels so that the originalsource can be tracked”.

Apabila diterjemahkan:“bahwa melalui kegiatan pencucian uang, para pelaku tindakanpidana berusaha menyembunyikan atau mengaburkan asal-usulsebenarnya dari suatu dana atau uang hasil tindak pidana yangdilakukan dan manfaatnya seolah-olah berasal dari usaha yangsah atau legal.”82

2) Menurut Sutan Remi Sjahdeini yang menjelaskan bahwa

pencucian uang merupakan proses yang dilakukan oleh

seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang

yang berasal dari kejahatan dengan maksud untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal-asul uang tersebut

dari pemerintah atau otoritas yang berwenang untuk melakukan

penindakan terhadap tindak pidana dengan cara terutama

memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan sehingga

uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan sebagai

uang yang halal.83

3) Menurut Fraser yang juga berpendapat bahwa

“money launderingis quite simple the process through with‘dirty’ monet procees of crime, is washed through ‘clean’ orlegitimate sources and interprises so that the ‘bad guys’ maymore safe enjoy thei ill gotten gains.

Kemudian apabila diterjemahkan:

perbuatan melanggar hukum karena merupakan sebuah prosesdengan menggunakan cara yang sungguh sederhana di manauang kotor diproses atau dicuci melalui sumber yang sah ataubersih sehingga lebih banyak orang dapat menikmatikeuntungan yang tidak halal itu dengan aman. 84

4) Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8 tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang menjelaskan bahwa Pencucian uang

merupakan segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur

82 Andrian Formen Tumiwa, Op.Cit, hal.2.83 Andrian Formen Tumiwa, Op.Cit, hal.2.84 Adrian Sutedi, Op Cit, hal. 13.

Universitas Agung Podomoro | 24

tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

ini.

Kemudian, juga banyak terdapat literatur tentang Kriminologi yang

menyatakan bahwa definisi pencucian uang berkenaan dengan

kegiatan membersihkan atau mencuci “uang kotor”, sehingga dapat

dimaknai bahwa prinsip dasar kegiatan pencucian uang adalah

tindakan yang dilakukan untuk mengubah sesuatu yang kotor

menjadi bersih (sesuatu yang illegal menjadi legal).85

Sehingga berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa pencucian uang merupakan tindak pidana di

mana seseorang berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal

usul Harta Kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana

dengan berbagai cara agar Harta Kekayaan hasil tindak pidananya

sulit untuk ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan

leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan tersebut baik untuk kegiatan

yang sah maupun tidak sah.

Tindak pidana pencucian uang memiliki karakteristik sebagai

suatu kejahatan yang merupakan kejahatan Ganda, karena ditandai

dengan sifatnya yang berkelanjutan atau disebut dengan follow up

crime (kejahatan lanjutan). Berbeda dari hukum pidana biasa di

mana beban pembuktian ada pada Jaksa Penuntut Umum, TPPU ini

menerapkan asas pembalikan pembuktian di mana Terdakwa harus

membuktikan asal usul harta kekayaannya bukan merupakan hasil

tindak pidana. Tujuan utama dari TPPU adalah menyembunyikan

hasil dari tindak pidana, sehingga pelaku utama sebagai pelaku aktif

akan melakukan beberapa upaya untuk menyamarkan harta kekayaan

atau mengubah bentuk dana melalui beberapa transaksi demi

mempersulit pelacakan (audit trail) asal usul dana tersebut,

85 Deny Law Office, Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering),https://lawofficedeny.wordpress.com/2016/12/27/tindak-pidana-pencucian-uang-money-laundering/, 27 Desember 2016, diakses pada 22 April 2020.

Universitas Agung Podomoro | 25

kemudian pihak-pihak yang menerima harta tersebut digolongkan

sebagai pelaku pasif.86

Tindak pidana pencucian uang memiliki karakteristik sebagai

suatu kejahatan yang merupakan kejahatan Ganda, karena ditandai

dengan sifatnya yang berkelanjutan atau disebut dengan follow up

crime (kejahatan lanjutan) yang berasal dari kejahatan asalnya yang

disebut sebagai predicate offense/core crime atau unlawful activity di

mana kejahatan ini menghasilkan uang yang kemudian dilakukan

proses pencucian terhadapnya.

Rumusan pada pasal-pasal TPPU memiliki unsur-unsur yang

cukup banyak, namun tidak jauh berbeda dengan tindak pidana pada

umumnya karena masih memiliki unsur subjektif dan unsur objektif,

perbuatan pidana (actus reus) serta pertanggungjawaban pidana

(mens rea). Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

(PPATK) dalam PPATK E-Learning (2014) mengelompokkan

pelaku pencucian uang kedalam dua kategori, yaitu pelaku pencucian

uang aktif dan pelaku pencucian uang pasif. Menurut Muhammad

Novian, perbedaan diantara kedua kategori TPPU tersebut terletak

pada keaktifan pelaku TPPU dalam menyembunyikan atau

menyamarkan harta kekayaan hasil tindak pidana.87

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam Penelitian ini, Penulis membagi dan menguraikan penelitian

dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan secara komprehensif tentang pokok

permasalahan yang akan dibahas, yaitu Latar Belakang,

86 Alfa, Mawar, Putri, Siaran Pers: Netralisasi Pelaku Pasif dalam TPPU,http://www.ppatk.go.id/siaran_pers/read/960/netralisasi-pelaku-pasif-dalam-tppu-.html, 15 Juli2019, diakses pada 22 April 2020.87 Darma S. Zandrato, Pencucian Uang Aktif vs Pencucian Uang Pasif,https://darmasamadayazendrato.wordpress.com/2016/03/28/pencucian-uang-aktif-vs-pencucian-uang-pasif/, diakses pada 22 April 2020.

Universitas Agung Podomoro | 26

Rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Kerangka Pemikiran dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan kerangka teoritis dari teori

Kewenangan dan Keadilan, serta konsep penyitaan,

perampasan aset hasil tindak pidana serta Tindak Pidana

Pencucian Uang sebagai sarana menganalisis permasalahan

penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang Metodologi Penelitian yang

digunakan, Sifat Penelitian, Bahan Penelitian, Tahap

Penelitian, Sumber Data Penelitian, Metode Analisis

Penelitian, Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang disertai dengan

analisis dan penjelasan atas jawaban dari permasalahan untuk

menggambarkan fakta sebenarnya tentang informasi yang

berkaitan dengan pendekatan kasus yang dipilih Penulis.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban singkat

atas permasalahan penelitian dan saran yang merupakan usulan

alternatif yang diusulkan oleh Penulis untuk mengatasi

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.