3 makalah isi

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan prinsip dan kerangka berpikir atas penyelenggaraan pemerintahan sudah merupakan kebutuhan yang tak terelakkan. Pemerintah wajib menerapkan kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk di dalamnya kaidah- kaidah dalam bidang pengelolaan keuangan negara yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik itulah, pemerintah Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara. Sistem pengendalian internal merupakan suatu komponen yang penting dalam pengelolaan keuangan negara. Kegiatan 1

Upload: ghaziya-hafiza

Post on 18-Feb-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3 Makalah ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu

fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek

transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan prinsip dan

kerangka berpikir atas penyelenggaraan pemerintahan sudah merupakan kebutuhan yang tak

terelakkan. Pemerintah wajib menerapkan kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda

pemerintahan, termasuk di dalamnya kaidah-kaidah dalam bidang pengelolaan keuangan

negara yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam rangka

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik itulah, pemerintah Republik Indonesia

melakukan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara.

Sistem pengendalian internal merupakan suatu komponen yang penting dalam

pengelolaan keuangan negara. Kegiatan operasional dapat dikatakan efektif bergantung pada

kebijakan manajemen. Jika pihak manajemen mengutamakan adanya pengendalian intern,

maka semua bagian dalam struktur organisasi pun akan mematuhi kebijakan dan prosedur

yang ditetapkan.

Menurut Pasal 1 pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah organisasi non-kementerian negara dan

instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu

berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan

perundang-undangan lainnya. Seperti dalam peraturan tersebut bahwa untuk mencapai

1

Page 2: 3 Makalah ISI

pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, trasnparan, dan akuntabel, lembaga wajib

melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah tersebut berpedoman

pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Indonesia sudah cukup banyak memiliki perangkat hukum untuk mengatur

penyelenggaraan prinsip good governance. Kesemuanya mengamanatkan kepada presiden

untuk mengendalikan langsung penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah

satunya seperti yang ditegaskan pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara. Di sana dikatakan bahwa pengatur dan penyelenggara sistem

pengendalian intern pemerintah (SPIP) untuk mengelola transparansi keuangan negara adalah

kepala pemerintahan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, penyusun akan memberikan gambaran mengenai : Bagaimana

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sebagai paradigma baru pengendalian pemerintah

dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

baik.

2

Page 3: 3 Makalah ISI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern

(SPI) yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah.

2.1.1 Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan.

2.1.2 Pengawasan Intern

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,

dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam

rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai

dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan

pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance)

3

Page 4: 3 Makalah ISI

2.2 Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

Terminologi Good Governance dalam bahasa dan pemahaman masyarakat termasuk

disebagian elite politik, sering rancu. Setidaknya ada tiga terminology yang sering rancu.

Good Governance (tata kelola pemerintahan yang baik), Good Government (pemerintahan

yang baik) dan Clean Government (tata pemerintahan yang bersih).

Good Governance menurut bank dunia (World Bank) adalah cara kekuasaan

digunakan dalam mengelolah berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan

masyarakat. Sedangkan menurut UNDP, Good Governance dimaknai sebagai praktik

penerapan kewenangan pengelolaan berbagai urusan penyelenggaraan Negara secara politik,

ekonomi, dan administrative disemua tingkatan.

2.2.1 Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Tata kelola tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan

pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas sebagai unsur

utama. Terminologi good governance memang belum baku, tetapi sudah banyak definisi

yang coba membedah makna dari good governance. Namun demikian, tidak dapat disangkal

lagi bahwa good governance telah dianggap sebagai elemen penting untuk menjamin

kesejahteraan nasional (national prosperity). Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang ada

dalam good governance :

a. Partisipasi (Participation)

Semua warga negara berhak terlibat dalam keputusan, baik langsung maupun

melalui lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka. Paradigma

sebagai center for public harus diikuti dengan berbagai aturan sehingga proses sebuah

usaha dapat dilakukan dengan baik dan efisien, selain itu pemerintah juga harus menjadi

public server dengan memberikan pelayanan yang baik, efektif, efisien, tepat waktu serta

4

Page 5: 3 Makalah ISI

dengan biaya yang murah, sehingga mereka memiliki kepercayaan dari masyarakat.

Partisipasi masyarakat sangat berperan besar dalam pembangunan, salah satunya

diwujudkan dengan pajak.

b. Penegakan Hukum (Rule of Law)

Penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah yang profesional dan harus

didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Penegakan hukum sangat berguna

untuk menjaga stabilitas nasional. Karena suatu hukum bersifat tegas dan mengikat.

Perwujudan good governance harus di imbangi dengan komitmen pemerintah untuk

menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

• Supremasi Hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara dan

peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

didasarkan pada hukum dan peraturan yang jelas dan tega dan dijamin

pelaksanaannya secara benar serta independen.

• Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh

hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikasi dan tidak bertentangan antara satu

dengan lainnya.

• Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi

msyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara

adil.

• Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum

yang berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu jabatan maupun status

sosialnya sebagai contoh aparat penegak hukum yang melanggar kedisiplinan dan

hukum wajib dikenakan sanksi.

• Independensi peradilan, yakni peradilan yang bebas dari pengaruh penguasa atau

pengaruh lainnya.

5

Page 6: 3 Makalah ISI

c. Tranparasi (Transparency)

Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini bangsa indonesia terjebak dalam

kubangan korupsi yang sangat parah. Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi

ruang gerak kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak baik. Dalam

pengelolaan negara, Goffer berpendapat bahwa terdapat delapan unsur yang harus

dilakukan secara transparasi, yaitu :

• Penetapan posisi dan jabatan.

• Kekayaan pejabat publik.

• Pemberian penghargaan.

• Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.

• Kesehatan.

• Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.

• Keamanan dan ketertiban.

• Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.

d. Peduli pada Stakeholders

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahanharus berusaha melayani

semua pihak yang berkepentingan.

e. Responsif (Responsiveness)

Prinsip responsif adalah bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-

persoalan masyarakat secara umum. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan

masyarakatnya, bukan menunggu masyarakat menyampaikan aspirasinya, tetapi

pemerintah harus proaktif dalam mempelajari dan mengalisa kebutuhan-kebutuhan

masyarakat. Jadi setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika yaitu etika individual

6

Page 7: 3 Makalah ISI

yang menuntut pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan loyalitas profesional. Dan

etika sosial yang menuntut pemerintah memiliki sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan

pubik. Orientasi kesepakatan atau Konsensus (Consensus Orientation).

f. Keadilan dan Kesetaraan (Equity)

Prinsip kesetaraan dan keadilan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan

publik. Pemerintah harus bersikap dan berprilaku adil dalam memberikan pelayanan

terhadap publik tanpa mengenal perbedaan kedudukan, keyakinan, suku, dan kelas sosial.

g. Efektivitas (Effectifeness) dan Efisiensi (Efficiency)

Yaitu pemerintah harus berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas biasanya

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan

masyarakat dari berbagai kelopok dan lapisan sosial. Sedangkan asas efisiensi umumnya

diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Semakin kecil biaya yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran maka pemerintah

dalam kategori efisien.

h. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap

masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap

pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan,

moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas

akuntabilitas dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

i. Visi Strategis (Strategic Vision)

7

Page 8: 3 Makalah ISI

Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang

akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good governance.

Dengan kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini, harus diperhitungkan

akibatnya pada sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tidak sekedar memiliki agenda

strategis untuk masa yang akan datang, seorang yang menempati jabatan publik atau

lembaga profesional lainnya harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalan dan

tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.

j. Demokrasi (Democracy)

Perumusan kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah dilakukan melalui

mekanisme demokrasi, dan tidak ditentukan sendiri oleh pihak eksekutif.

k. Profesionalisme dan Kompetensi (Profesionalism and competency)

Wujud nyata dari prinsip profesionalisme dan kompetensi dapat dilihat dari upaya

penilaian kebutuhan dan evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat kemampuan dan

profesionalisme sumber daya manusia yang ada, dan dari upaya perbaikan atau

peningkatan kualitas sumber daya manusia.

l. Desentralisasi (Decentralization)

Pendelegasian tugas dan kewenangan pusat kepada semua tingkatan aparat

sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan, serta memberikan

keleluasaan yang cukup untuk mengelola pelayanan publik dan mensukseskan

pembangunan di pusat maupun di daerah.

8

Page 9: 3 Makalah ISI

m. Kemitraan Dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (Private Sector and Civil

Society Partnership)

Pembangunan masyarakat madani melalui peningkatan peran serta masyarakat dan

sektor swasta harus diberdayakan melalui pembentukan kerja sama atau kemitraan antara

pemerintah, swasta, dan masyarakat.

2.3 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Paradigma Baru

Pengendalian Pemerintahan

Indonesia sudah cukup banyak memiliki perangkat hukum untuk mengatur

penyelenggaraan prinsip good governance. Kesemuanya mengamanatkan kepada presiden

untuk mengendalikan langsung penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah

satunya seperti yang ditegaskan pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara. Di sana dikatakan bahwa pengatur dan penyelenggara sistem

pengendalian intern pemerintah (SPIP) untuk mengelola transparansi keuangan negara adalah

kepala pemerintahan.

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 mengatakan bahwa pemegang kekuasaan

pemerintahan menurut undang-undang dasar berada di tangan presiden. Karena itu selaku

kepala pemerintahan, presiden wajib melaksanakan SPIP di seluruh organisasi pemerintahan.

Pengendalian internal akan melengkapi pengendalian eksternal yang sudah ditegakkan

pemerintah, seperti melalui lembaga kepolisian, kejaksaan, pemberantas korupsi, pengawas

keuangan maupun lembaga peradilan lainnya. Yang membedakan sistem pengendalian intern

ini adalah mekanisme pengendaliannya yang lebih menjamin kualitas dan kinerja

pemerintahan secara keseluruhan (apalagi jika berhasil diterapkan di seluruh lembaga

9

Page 10: 3 Makalah ISI

pemerintah pusat dan daerah). Prakondisi ini selanjutnya akan menghindarkan penyelenggara

negara dari tuntutan hukum administrasi, perdata maupun pidana.

SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) adalah sistem pengendalian intern

yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP mewajibkan

menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan bupati/walikota untuk melakukan pengendalian

terhadap penyelenggaraan kegiatan pemerintahannya.

Tindakan pengendalian diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai

(reasonable assurance) terhadap pencapaian efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan

penyelenggaraan pemerintahan negara. Pengendalian intern akan menciptakan keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Tujuan akhir sistem pengendalian intern ini adalah untuk mencapai

efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Pemerintah merasa perlu merumuskan SPIP karena telah terjadi perubahan dalam

penganggaran, sistem pencatatan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Hal ini

berdampak terhadap pendekatan sistem pengendalian internal, sehingga menjadi menjadi

tanggung jawab setiap pimpinan instansi --yang tentunya akan dibantu oleh Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

Demi good governance, pengawasan intern dilakukan untuk memperkuat dan

menunjang efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian

yang semula berorientasi sekadar mematuhi ketentuan yang berlaku (compliance audit) akan

menuju sebagai tindakan audit yang dapat mengukur akuntabilitas operasional organisasi

(performance audit) dari kinerja aparat birokrasi.

Perubahan orientasi sistem pengendalian intern ini menjadikan presiden beserta

seluruh penyelenggara pemerintah di tingkat pusat dan daerah harus mampu melaksanakan

10

Page 11: 3 Makalah ISI

prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Langkah ini dimulai dari tahap perencanaan

sampai dengan proses pengendalian pada tahap pelaksanaannya. Situasi ini tentu saja

membuat presiden sangat membutuhkan sebuah sistem pengendalian internal. Sebab selaku

kepala negara (dan kepala pemerintahan), presiden bertugas sebagai pengelola, dan

penanggung gugat (akuntabilitas) pengelolaan keuangan negara. Tentu saja pengendalian

intern yang diperlukan tersebut harus merupakan sebuah sistem yang andal, menyeluruh,

utuh, serta berlaku efektif dalam mengikat tali koordinasi, dan membangun sistem

pengawasan antar-lembaga baik di tingkat pusat maupun daerah.

Sistem pengendalian intern merupakan proses integral pada tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai pemerintah.

Tindakan ini untuk memberi keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi

pemerintah yang optimal. Tentu saja optimalitas itu terjadi jika organisasi dapat berjalan

secara efektif dan efisien, memiliki keandalan pelaporan keuangan, menjalankan pengamanan

aset negara, dan taat terhadap peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu, SPIP

dirumuskan secara komprehensif ke dalam lima unsur, yakni:

11

Page 12: 3 Makalah ISI

Gambar 2.1 Unsur SPIP

SPIP diadopsi dari sebuah konsep yang mencoba mengaitkan terjadinya perubahan

bertahap terhadap sistem pengendalian intern. Konsep ini telah disempurnakan berdasarkan

pengalaman selama menjalankan dan mempelajari sistem pengendalian intern. SPIP mencoba

meninggalkan pemahaman sistem pengendalian intern yang semula hanya berbasis

accounting control dan administrative control kemudian dapat dipadukan dengan unsur

lingkungan pengendalian (control environment). Meskipun demikian, SPIP masih tetap

mengaitkan tanggung jawab audit dengan laporan keuangan. Konsep SPIP diadopsi dari

sebuh grup studi: The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission

(COSO), berdasarkan publikasi laporan Internal Control-Integrated Framework (September

1992).

12

Page 13: 3 Makalah ISI

Menurut COSO, pengendalian manajemen terdiri lima komponen utama yang saling

berkaitan. Komponen tersebut bersumber dari cara manajemen (pimpinan)

menyelenggarakan tugasnya. Jika kinerja pimpinan organisasi baik, maka seluruh komponen

utama tersebut akan menyatu (built in) dan saling menjalin (permeatted) di dalam proses

manajemen. Oleh COSO, lima komponen sistem pengendalian intern dirumuskan sebagai:

lingkungan pengendalian (control environment); penilaian resiko (risk assessment); aktivitas

pengendalian (control activities); informasi dan komunikasi (information and

communication); serta pemantauan (monitoring);

Dengan pengertian tersebut, sistem pengendalian intern diartikan sebagai rangkaian

kegiatan, prosedur, proses, dan aspek lain yang berkaitan dengan pencapaian tujuan

penciptaan pengendalian intern. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi pergeseran

karakter pengendalian yang tidak hanya mencakup rangkaian kegiatan dan prosedur, namun

menjadi suatu proses yang integral yang dipengaruhi oleh setiap orang di dalam organisasi.

Keterlibatan seluruh sumber daya manusia tersebut menjadi strategi manajemen organisasi

untuk mengantisipasi ketidakpastian yang mungkin terjadi (dialami) ketika sedang mencapai

tujuan organisasi.

Akibatnya karakter pengendalian intern bergeser dari hard control menuju soft

control. Hal ini akan ditandai dengan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas

kinerja organisasi. Capaian itu tidak hanya dilakukan melalui prosedur dan mekanisme

pengendalian tetapi juga dengan meningkatkan kompetensi, kepercayaan, nilai etika, dan

penyatuan pandangan terhadap visi, misi, dan strategi organisasi.

COSO menjelaskan bahwa ciri yang paling berpengaruh pada efektivitas

pengendalian terletak pada proses. Hal ini membawa konsekuensi bahwa kesadaran terhadap

pentingnya pengendalian tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab pimpinan lembaga

(manajemen puncak). Kesadaran terhadap manfaat pengendalian harus tersebar ke seluruh

13

Page 14: 3 Makalah ISI

anggota organisasi, tidak hanya kepada unit dan bagian organisasi terkecil, tetapi juga sampai

ke tingkat individu.

Akibatnya seluruh anggota organisasi harus memandang pengendalian sebagai alat

untuk mencapai tujuan, dan tanggung jawab penerapannya menjadi kewajiban bersama.

Meskipun demikian agar penerapannya efektif, konsep COSO tetap mengakui suatu ”tone at

the top”. Karena itu, pimpinan Instansi Pemerintah tetap ditekankan untuk mengambil

peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengendalian intern ini.

14

Page 15: 3 Makalah ISI

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan demikian, SPIP memiliki suatu pemahaman bahwa pengendalian dirancang

untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan. Rancangan pengendalian yang

ditetapkan akan disesuaikan dengan bentuk, luasan, dan kedalaman dari tujuan dan ukuran

organisasi, karakter dan lingkungan di mana operasi organisasi akan dilaksanakan. Melalui

konsep ini tidak ada pengendalian generik yang langsung dapat ditiru dan diterapkan pada

organisasi lain. Sehingga pengendalian harus dirancang sesuai dengan ciri kegiatan serta

lingkungan yang melingkupinya.

Intinya, seluruh komponen bangsa harus mengawal pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP. Karena dari peraturan ini terlihat upaya

mandiri aparatur pemerintah untuk menciptakan dirinya sebagai pegawai negara yang

profesional, berani menghindar dari perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme, dan ingin

menciptakan budaya kerja yang beradab (mulia) di lingkungan organisasinya. Namun semua

semangat itu hendaknya dibarengi dengan langkah cepat pemerintah untuk menciptakan

tingkat kesejahteraan yang memadai bagi para aparaturnya. Sebab tanpa itu, apa pun bentuk

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pasti akan selalu menemui jalan buntu. Yakni, lagi-

lagi tidak mampu dijalankan dan ditegakkan dengan konsisten, penuh integritas, serta

bertanggung jawab.

15